You are on page 1of 4

BAB 1

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan makhluk hidup di dunia ini, dari
hewan yang berspesies terendah sampai yang tertinggi, juga manusia dan tanaman.
Apabila air sudah tercemar logam-logam yang berbahaya akan mengakibatkan hal-hal
yang buruk bagi kehidupan. Bermacam-macam kasus pencemaran logam berat pernah
dilaporkan baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Begitu pula
akibat buruk terhadap penduduk yang tinggal disekitarnya (Darmono, 1995).

Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan
meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa
menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun
lingkungan (Widowati, 2008). Toksikan yang sangat berbahaya umumnya berasal dari
buangan industri, terutama sekali kimia (produk dari industri pestisida) dan industri
yang melibatkan logam berat (contohnya Cu, Fe, dan Zn) dalam proses produksinya
(Palar, 2008).

Pada umumnya Cu diperoleh dari hasil penambangan. Cu atau tembaga masuk
ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia yang dapat
mencemari sumber air di sekitar lingkungan. Sebagai contoh adalah buangan industri
yang memakai Cu dalam proses produksinya dan buangan rumah tangga (Palar, 2008).
Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan
penggunaan air terbatas. Dalam limbah industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air.
Sehingga air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan makhluk hidup (Perdana. G,
1992 ). Sedangkan seng (Zn) ditemukan dalam suatu pertambangan logam, dan
beberapa bentuk senyawa seng ini sering digunakan dalam pelapisan logam seperti
baja. J uga digunakan sebagai zat warna untuk cat, lampu, dan pestisida. Logam Zn ini
Universitas Sumatera Utara

dapat menyebabkan keracunan, dan terjadinya keracunan logam paling sering
disebabkan oleh pengaruh pencemaran lingkungan oleh logam berat seperti Zn dalam
penggunaannya sebagai pembasmi hama (pestisida), pemupukan maupun karena
pembuangan limbah pabrik yang menggunakan logam Zn (Darmono, 1995).

Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati termasuk serat alam dan salah
satu serat alam yang masih berpotensi untuk dikembangkan pemanfaatannya adalah
serat daun nanas. Tanaman nanas (Ananas cosmosus) merupakan salah satu tanaman
yang memiliki kandungan serat yang tinggi (Onggo, 2005). Hidayat (2008),
menyatakan bahwa dalam serat daun nanas mengandung 69,5-71,5% selulosa.
Kandungan serat yang tinggi dalam daun nanas ini diharapkan dapat dijadikan sumber
selulosa sebagai alternatif baru untuk adsorben logam berat.

Penelitian tentang pemanfaatan serat daun nanas ini masih berkiprah dalam
pemanfaatannya sebagai alternatif bahan baku tekstil dan hasil yang diperoleh bahwa
serat daun nanas sangat memungkinkan untuk dipintal menjadi benang. Pada
penelitian kali ini serat daun nanas dicoba dimanfaatkan sebagai bahan penyerap atau
adsorben logam dalam air. Adsorben dari serat daun nanas ini memiliki keunggulan
yaitu keberadaannya yang melimpah sebagai limbah dari produksi buah nanas, proses
preparasi yang mudah, dan biaya yang relatif murah. Penelitian ini dilakukan dengan
mengadsorpsi logam menggunakan serat daun nanas setelah diaktivasi dengan HCl
10%. Serat daun nanas yang telah diaktivasi dengan HCl 10% diharapkan dapat
menyerap logam.


1.2 Permasalahan

1. Apakah daun nanas dapat digunakan untuk menyerap ion Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
yang
terkandung didalam air ?
2. Apakah aktivasi dengan menggunakan HCl 10% merupakan aktivasi optimum
untuk mengaktivasi serbuk daun nanas ?


Universitas Sumatera Utara

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan kemampuan daun nanas untuk menyerap ion
Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
. Contoh air yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
larutan ion Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
yang dibuat sendiri (sintetis).


1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemampuan daun nanas untuk menyerap ion Cu
2+
, Fe
3+
, dan
Zn
2+
yang terkandung didalam air.
2. Untuk mengetahui HCl 10% merupakan aktivator optimum dalam pengaktivasian
daun nanas.


1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kemampuan daun
nanas untuk mengurangi kandungan ion Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
didalam air, sehingga
limbah daun nanas pada waktu panen dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama
dalam penyediaan air bersih.


1.6 Lokasi Penelitian

Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara dan pengujian sampel
dilakukan di Laboratorium Badan Riset dan Standarisasi (Baristand).





Universitas Sumatera Utara

1.7 Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium.
2. Sampel daun nanas diambil secara acak di daerah Pancur Batu.
3. Daun nanas terlebih dahulu dirajang, dikeringkan, diaktivasi dengan HCl
5%; HCl 10%; dan HCl 15% dicuci hingga pH netral dan dikeringkan pada suhu
110
0
C selama 5 jam.
4. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kemampuan daun nanas untuk menyerap ion
Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
. Contoh air yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
larutan ion Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
yang dibuat sendiri (sintetis).
5. Daun nanas yang telah diaktivasi digunakan sebagai adsorben untuk ion Cu
2+
, Fe
3+
,
dan Zn
2+
didalam air.
6. Penentuan ion Cu
2+
, Fe
3+
, dan Zn
2+
dilakukan dengan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) yaitu ion Cu
2+
pada panjang gelombang 324,8 nm, ion Fe
3+
pada
panjang gelombang 248,3 nm, dan ion Zn
2+
pada panjang gelombang 213,9 nm.

























Universitas Sumatera Utara

You might also like