You are on page 1of 60

1

HIPERBILIRUBINEMIA


Arief Munandar
Andiko Tongga
Lionis Pratiwi
Noviani
Status Pasien
I. IDENTIFIKASI PASIEN

Identitas pasien
Nama : By. N
TTL : Jakarta / 2 Juni 2012
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 2
Agama : Islam
Tgl masuk : 5 Juni 2012
Alamat : Jl. Kebagusan, Pasar Minggu
2

Ayah
Nama : Tn. Abu Pelu
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Gol. Darah : AB, Rh (+)
Ibu
Nama : Ny. Siti Mutia
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Gol. Darah : O, Rh (+)

3

Anamnesis (Alloanamnesis)
Tanggal : 8 Juni 2012
Keluhan utama : kuning pada mata dan
kulit sejak 3 hari SMRS.
Keluhan tambahan : -
Riwayat penyakit sekarang : Bayi perempuan berusia 4
hari dibawa oleh orangtuanya ke poli anak RSUD Pasar
Rebo pada tanggal 5 Juni 2012. Berat badan lahir 2900
gram, panjang badan 49 cm. Berat badan sekarang 3100
gram. Bayi tampak kekuningan pada mata dan kulit sejak
hari ke 2 kelahiran. Warna kuning muncul awalnya pada
mata, hidung, pipi, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Bayi mau minum ASI banyak, tidak muntah, gerakan bayi
cukup aktif, BAB dan BAK biasa. Muncul demam saat lahir
disangkal, batuk dan pilek disangkal, perut kembung
disangkal. Pasien hanya dijemur di bawah sinar matahari
pada hari pertama pulang ke rumah.
4

Riwayat kehamilan :
Ibu P2A0, 31 tahun, ANC teratur di Puskesmas dengan Bidan
dan dokter kandungan. USG anak pertama dilakukan setiap
bulan mulai dari usia kehamilan 4 bulan. USG anak kedua
dilakukan setiap bulan sejak usia kehamilan 2 bulan. Selama
kehamilan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atau
jamu.
Penyakit selama kehamilan:
Diabetes mellitus : disangkal
Hiperemesis gravidarum : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Hipertensi : disangkal
Keputihan : disangkal
Infeksi saluran kemih : disangkal
Gigi berlubang : disangkal
5

Riwayat kelahiran :
Anak pertama: laki-laki, berusia 2 tahun, berat badan saat ini
12 kg. cara persalinan spontan, aterm, berat badan lahir 2900
gram, panjang badan 49 cm. Anak mendapatkan ASI hanya
sejak lahir sampai berusia berberapa hari, karena dikatakan
alergi ASI (timbul bercak-bercak merah di wajah) sehingga
diberikan pengganti ASI yaitu susu kedelai hingga berusia 1,5
tahun. Imunisasi lengkap. Golongan darah B, Rhesus (+).
Riwayat tumbuh kembang baik. Mempunyai riwayat sakit
kuning sejak usia 2 hari, dan dirawat dengan mendapat terapi
sinar (Double Blue Light) di Perina RSUD Pasar Rebo selama 3
hari.
Anak kedua (pasien) : cara persalinan spontan, bayi aterm,
berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 48 cm. Sejak
1`lahir mendapatkan ASI. Imunisasi hepatitis B pertama saat
lahir.

6

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 Juni 2012
Keadaan umum : ikterus pada mata dan kulit sudah
berkurang pada saat usia 6 hari, bayi bergerak aktif,
menangis kuat, tidak muntah, BAB biasa, warna kuning
berkurang, ampas (+), BAK biasa, terpasang fototerapi 2
lampu.
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 3100 gram panjang badan : 49 cm
Nadi : 140 x/menit , regular
Respirasi : 44 x/menit, regular
Suhu : 36,9 C
7

Kepala : bentuk mesochepal, rambut hitam, distribusi
merata, ubun-ubun besar belum menutup
ukuran 2x2 cm, tidak cekung
Mata : kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak
anemis, Sklera ikterik, pupil bulat di tengah,
isokor
Telinga : bentuk normal,
Hidung : bentuk normal, tidak tampak pernapasan cuping
hidung
Mulut : bentuk normal, tidak pucat, tidak sianosis, tidak
kering, tidak pecah-pecah.
Tenggorokan : tidak dilakukan
Leher : simetris
Toraks : bentuk dada normochest, tak tampak pelebaran
vena, tak tampak jaringan parut, tidak tampak
retraksi suprasternal.
8

Paru
Inspeksi : simetris dalam statis dan dinamis, tak
tampak retraksi supra sternal, tak tampak
ketinggalan gerak, tak tampak ekspirium
memanjang.
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara nafas dasar sub bronchial, Rh -/-,
Wh -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bj I II regular-reguler , murmur (-),
gallop (-)
9

Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, turgor baik, hepar teraba 1 cm bawah arcus
coste, lien tak teraba membesar.
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : tak tampak sianosis, edem tidak ada, akral
hangat, perfusi perifer baik
Kulit : tampak kekuningan kremer III
Reflek : genggam (+), hisap (+), moro (+)
10
Pemeriksaan penunjang

Bilirubin Total : 35,40 mg/dL
Bilirubin Direk : 1,80 mg/dL
Bilirubin Indirek : 33,60 mg/dL
Golongan darah bayi : B/ Rh positif

11
Resume
Bayi perempuan berumur 4 hari, lahir tanggal 2 Juni
2012, dengan persalinan normal (spontan) berat badan
lahir 2900 gram, panjang badan 49 cm. Pada hari ke 2
kehidupan mata dan kulit bayi tampak ikterus, gerakan
bayi cukup aktif, menangis cukup kuat, BAB dan BAK
biasa. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
tanggal 8 Juni 2012, didapatkan :
Keadaan bayi sadar, menangis cukup kuat, reflek hisap
(+). Berat badan : 3100 gram, panjang badan : 49 cm ,
tanda vital : HR: 140 x/menit , Rr : 44x/menit , T : 36,9 C
Mata : tampak sklera ikterik, Kulit : tampak ikterik
berkurang. Laboratorium, bilirubin total : 35,40 mg/dl,
golongan darah bayi: B/Rh +, golongan darah ibu: O/Rh +

12
Diagnosa
Hiperbilirubinemia
13
Penatalaksanaan
ASI
Double Blue Light

14

Follow up
15
Prognosis
Ad vitam : Ad Bonam
Ad functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
16

Tinjauan Pustaka
17

Hiperbilirubinemia adalah terjadinya
peningkatan kadar plasma bilirubin lebih dari
kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi.
Sehingga terjadi disklorisasi pada kulit,
konjungtiva dan mukosa atau organ lain yang
diakibatkan oleh penumpukan bilirubin dalam
serum (bilirubin indirek).
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi
baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl.
Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya
tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi kernikterus dan
tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.

18

Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek
dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl
dan akan meningkat dengan kecepatan kurang
dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus
baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai
puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6
mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai
kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke
5-7 kehidupan.
Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus
fisiologis dan diduga sebagai akibat hancurnya
sel darah merah janin yang disertai pembatasan
sementara pada konjugasi dan ekskresi bilirubin
oleh hati.
19
20
Ikterus Fisiologis
0
2
4
6
8
10
12
14
HARI 1 HARI 3 HARI 5 HARI 7
S.Bili mg/dl

Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin
serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat
daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung
lebih lama, pada umumnya mengakibatkan
kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai
antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan
bergantung pada waktu yang diperlukan oleh
bayi preterm mencapai pematangan mekanisme
metabolisme ekskresi bilirubin.
Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai
sebelum hari ke 5-7 dan kadang-kadang ikterus
ditemukan setelah hari ke-10.

21
22
Kadar Bilirubin Serum pada Bayi Cukup
Bulan dan Prematur
0
2
4
6
8
10
12
14
16
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
Cukup bulan
normal
Prematur
23
Hiperbilirubinemia Fisiologis vs
Non-fisiologis
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
fisiologis
non- fisiologis
24
Breastmilk jaundice
0
5
10
15
20
25
day 4 day 8 day 12 hari 16 hari 20 hari 24
normal
B.M. jaundice
BMJ- stop BM
Metabolisme Bilirubin
Untuk mendapat pengertian yang cukup
mengenai masalah ikterus pada neonatus,
perlu diketahui tentang metabolisme
bilirubin pada janin dan neonatus.

25
26

HEME + Globin
BILIVERDIN
BILIRUBIN
Alb
UCB
HATI
CO
Bilirubin terkonyugasi
Bilirubin bebas/
tidak terkonyugasi

27

28
Bilirubin
tak terkonjugasi (indirek)
terkonjugasi
29
Bilirubin tak terkonjugasi
Tidak larut dalam air
Berikatan dengan albumin untuk transport
Komponen bebas larut dengan lemak
Komponen bebas bersifat toksik untuk otak
30
Bilirubin terkonjugasi
Larut dalam air
Tidak larut dalam lemak
Tidak toksik untuk lemak
31

Produksi
Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat
degradasi hemoglobin pada sistem
retikuloendotelial (RES). Tingkat penghancuran
hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari
pada bayi yang lebih tua. Satu gram hemoglobin
dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek.
Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak
langsung dengan zat warna diazo (reaksi hymans
van den bergh), yang bersifat tidak larut dalam
air tetapi larut dalam lemak.
32

Transportasi
Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel
parenkim hepar mempunyai cara yang selektif
dan efektif mengambil bilirubin dari plasma.
Bilirubin ditransfer melalui membran sel ke dalam
hepatosit sedangkan albumin tidak. Didalam sel
bilirubin akan terikat terutama pada ligandin
(protein , glutation S-transferase B) dan
sebagian kecil pada glutation S-transferase lain
dan protein Z.
33

Proses ini merupakan proses dua arah,
tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin
dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit.
Sebagian besar bilirubin yang masuk hepatosit di
konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu.
Dengan adanya sitosol hepar, ligadin mengikat
bilirubin sedangkan albumin tidak.
Pemberian fenobarbital mempertinggi
konsentrasi ligadin dan memberi tempat
pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin.

34

Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang
atau bila terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat
hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim
glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, kadar
bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.
Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat
tergantung pada kadar albumin dalam serum.
Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya
rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin
indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat
berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah
yang dapat melekat pada sel otak. Inilah yang menjadi
dasar pencegahan kernicterus dengan pemberian
albumin atau plasma.
Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada
umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh
neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah
tercapai.


35

Konjugasi
Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi
menjadi bilirubin diglukosonide. Walaupun ada
sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide.
Glukoronil transferase merubah bentuk
monoglukoronide menjadi diglukoronide. Pertama-
tama yaitu uridin di fosfat glukoronide transferase
(UDPG : T) yang mengkatalisasi pembentukan
bilirubin monoglukoronide.
Sintesis dan ekskresi diglokoronode terjadi di
membran kanilikulus. Isomer bilirubin yang dapat
membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural
IX dapat diekskresikan langsung kedalam empedu
tanpa konjugasi. Misalnya isomer yang terjadi
sesudah terapi sinar (isomer foto).

36

Ekskresi
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin
direk yang larut dalam air dan di ekskresi dengan
cepat ke sistem empedu kemudian ke usus.
Dalam usus bilirubin direk ini tidak diabsorpsi;
sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi
bilirubin indirek dan direabsorpsi. Siklus ini
disebut siklus enterohepatis.
Pada neonatus karena aktivitas enzim B
glukoronidase yang meningkat, bilirubin direk
banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin.
Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi
bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi
sehingga siklus enterohepatis pun meningkat.


37
Etiologi

Hiperbilirubinemia fisiologis
Inkompatibilitas golongan darah ABO
Breast Milk Jaundice
Inkompatibilitas golongan darah rhesus
Infeksi
Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising
IDM (Infant of Diabetic Mother)
Polisitemia / hiperviskositas
Prematuritas / BBLR
Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi asidosis, hipoglikemia 5

Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan
lain.
Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues
dan kadang-kadang bakteri).
Kadang-kadang oleh defisiensi G-6-PD.
Pemeriksaan yang perlu diperhatikan yaitu :
Kadar bilirubin serum berkala
Darah tepi lengkap
Golongan darah ibu dan bayi
Uji coombs
Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD,
biakan darah atau biopsi hepar bila perlu.
39

Ikterus yang timbul 24- 72 jam sesudah lahir
Biasanya ikterus fisiologis
Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO
atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga
kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya
melebihi 5 mg%/24 jam.
Defisiensi enzim G-6-PD juga mungkin
Polisitemia
Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan
subaponeurosis, perdarahan hepar subkapsuler dan
lain-lain).
Hipoksia.
Sferositosis, eliptositosis dan lain-lain.
Dehidrasi asidosis.
Defisiensi enzim eritrosit lainnya.


40

Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus
tidak cepat, dapat dilakukan pemeriksaan daerah
tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala,
pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan
pemeriksaan lainnya bila perlu.
Pemeriksaan darah tepi.
Pemeriksaan penyaring G-6-PD.
Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi.
Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan
kemungkinan penyebab.

41

Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama
sampai akhir minggu pertama
Biasanya karena infeksi (sepsis).
Dehidrasi asidosis.
Difisiensi enzim G-6-PD.
Pengaruh obat.
Sindrom Criggler-Najjar.
Sindrom Gilbert.
42

Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama
dan selanjutnya
Biasanya karena obstruksi.
Hipotiroidisme.
breast milk jaundice
Infeksi.
Neonatal hepatitis.
Galaktosemia.
Lain-lain.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala.


43
Patofisiologi
Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya
pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh,
AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab
lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan
penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
44

Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin
kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melekat ke sel otak.
Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi
dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar
hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

45
Gejala Klinik
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya
sinar matahari.
Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin
serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg
mg/dl = 17,1 mikro mol/L).
Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL
secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan
penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari
telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain.
Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat
tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan
kadar bilirubinnya.

46
Berdasarkan Kramer dibagi :
Derajat ikterus
Daerah ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin
I
Kepala dan leher
5,0 mg%
II
Sampai badan atas (di atas umbilikus)
9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus)
hingga tungkai atas (di atas lutut)
11,4 mg/dl
IV
Sampai lengan, tungkai bawah lutut
12,4 mg/dl
V
Sampai telapak tangan dan kaki
16,0 mg/dl

48
Diagnosis
Riwayat ikterus pada anak sebelumnya
Riwayat keluarga anemi dan pembesaran
hati dan limpa
Riwayat penggunaan obat selama ibu
hamil
Riwayat infeksi maternal
Riwayat trauma persalinan
Asfiksia.
49

Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis
yaitu :
Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.
Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12,5 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada
neonatus kurang bulan.
Ikterus dengan peningkatan bilirubin-lebih dari 5
mg%/hari.
Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses
hemolitik, infeksi atau keadaan patologis lain yang
telah diketahui.
Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.

50
Terapi
Mempercepat proses konjugasi, misalnya
dengan pemberian fenobarbital. Obat ini
bekerja sebagai enzyme inducer sehingga
konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan
dengan cara ini tidak begitu efektif dan
membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi
penurunan bilirubin yang berarti. Mungkin
lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-
kira 2 hari sebelum melahirkan.
51

Memberikan substrat yang kurang untuk
transportasi atau konjugasi. Contohnya yaitu
pemberian albumin untuk mengikat bilirubin
yang bebas. Albumin dapat diganti dengan
plasma dengan dosis 15-20 ml/kgBB. Albumin
biasanya diberikan sebelum tranfusi tukar
dikerjakan oleh karena albumin akan
mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin
yang diikatnya lebih mudah dikeluarkan dengan
tranfusi tukar. Pemberian glukosa perlu untuk
konjugasi hepar sebagai sumber energi.

52

Melakukan dekomposisi bilirubin dengan
fototerapi. Walaupun fototerapi dapat
menurunkan kadar bilirubin dengan cepat, cara
ini tidak dapat menggantikan tranfusi tukar pada
proses hemolisis berat. Fototerapi dapat
digunakan untuk pra dan pasca-tranfusi tukar.


53

Tranfusi tukar
Pada umumnya tranfusi tukar dilakukan dengan
indikasi sebagai berikut :
Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek
20 mg%.
Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1
mg%/jam.
Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala
gagal jantung.
Bayi dengan kadar hemoglobin talipusat < 14 mg%
dan uji Coombs direk positif.

54

Sesudah tranfusi tukar harus diberi fototerapi.
Bila terdapat keadaan seperti asfiksia perinatal,
distres pernafasan, asidosis metabolik,
hipotermia, kadar protein serum kurang atau
sama dengan 5 g%, berat badan lahir kurang
dari 1.500 gr dan tanda-tanda gangguan
susunan saraf pusat, penderita harus diobati
seperti pada kadar bilirubin yang lebih tinggi
berikutnya.

55
56
Pedoman Terapi Hiperbilirubinemia
Pediatrics 1994;94;558-565-5
Fototerapi Transfusi Tukar
24 jam 10-12 (7-10) 20 (18)
25-48 jam 12-15 (10-12) 20-25 (20)
49-72 jam 15-18 (12-15) 25-30 (>20)
>72 jam 18-20 (12-15) 25-30 (>20
Kadar bilirubin dalam mg/dL
Angka dalam kurung merupakan kadar bilirubin untuk bayi
dengan faktor risiko
Tindak Lanjut
Bahaya hiperbilirubinemia yaitu kernicterus.
Bayi yang menderita hiperbilirubinemia perlu
dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :
Penilaian berkala pertumbuhan dan
perkembangan
Penilaian berkala pendengaran
Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa
57
Pencegahan
Pengawasan antenatal yang baik.
Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus
pada bayi pada masa kehamilan dan kelahiran,
misalnya sulfafurazole, novobiosin, oksitosin dan
lain-lain.
Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan
neonatus.
Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum
partus.
Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir.
Pemberian makanan yang dini.
Pencegahan infeksi.
58
Prognosis
Hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin
indirek telah melalui sawar darah otak. Pada keadaan ini penderita
mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris.
Gejala ensefalopati biliaris ini dapat segera terlihat pada masa neonatus
atau baru tampak setelah beberapa lama kemudian. Pada masa
neonatus gejala mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan
gangguan minum, latergi dan hipotonia. Selanjutnya bayi mungkin
kejang, spastik dan ditemukan epistotonus. Pada stadium lanjut
mungkin didapatkan adanya atetosis disertai gangguan pendengaran
dan retardasi mental di hari kemudian.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka sebaiknya pada semua
penderita hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan berkala, baik dalam
hal pertumbuhan fisis dan motorik, ataupun perkembangan mental
serta ketajaman pendengarannya.


59


60

You might also like