You are on page 1of 11

V.2.06.

2011
1





MANAGING SELF

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :

1. Memahami konsep peran dalam beragam lingkungan
2. Menjelaskan konsep diri
3. Membuat perencanaan dan kendali kerja
4. Merencanakan pengelolaan waktu

















V.2.06.2011
2

1. PENDAHULUAN

Setiap manusia mempunyai sejumlah tanggung jawab dari berbagai peran yang dibawakan
baik di dalam kehidupan pribadi, bisnis maupun masyarakat. Keterlibatan seseorang dalam
lingkungannya, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata. Pihak lain kemudian akan
menilai sejauh mana seseorang mampu membawakan peran dengan tepat. Kita dapat saja terlibat
pada sejumlah lingkungan atau komunitas, tetapi alih-alih hendak mengerjakan banyak aktivitas,
sebaliknya menimbulkan kekecewaan dari anggota keluarga, kelompok kerja, perusahaan dan
masyarakat tempat ia bersosialisasi akibat tidak mampu menyelesaikan tanggungjawab dan
memainkan peran yang salah.
Menurut Syarief (2007), pribadi unggul akan terwujud bilamana seseorang mampu
menampilkan ciri dan sikap yang baik, yakni pribadi yang berpikir positif dan proaktif dalam
memberikan respon kepada pihak di mana dirinya sedang berinteraksi dengan lingkungannya.
Kata managing yang berasal dari to manage atau mengelolan, merupakan proses dalam
merencanakan (to plan) , mengorganisasikan (to organize), mengimplementasikan (to
implement) dan melakukan monitoring (to control) aktivitas kerja, sehinggga tercapai hasil
yang diharapkan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (doing things done
through other people).
Menurut Robbins & Coultier (2002), mengelola diri (managing self) adalah
mengkoordinasikan aktivitas kerja diri pribadi secara efisien dengan melakukan sesuatu secara
tepat (doing things righ) dan efektif yang menandakan melakukan sesuatu secara tepat (doing
the right things).
Hasil kerja yang tidak optimal karena proses kerja yang kacau ditambah dengan kualitas
hubungan antar orang yang rendah, menandakan pengorganisasian pekerjaan yang tidak efisien
dan efektif.
Makalah Managing Self (Mengelola Diri) ini, ditulis untuk peserta pelatihan Basic Business
Management Program (BBMP), guna membantu para peserta yang merupakan pekerja ujung
tombak Pertamina untuk lebih mengoptimalkan peran pekerja dalam berbagai aktivitas
pekerjaan, baik di kantor maupun di unit kerja operasional. Dengan pemahaman akan diri yang
lebih baik, melakukan perencanaan kerja yang sistematis dan terukur disertai dengan pengelolaan
waktu yang tepat dan proporsional, diharapkan kinerja pekerja akan mencapai tingkat yang
terbaik dan berdaya guna bagi perusahaan.
V.2.06.2011
3


2. KONSEP PERAN
Menurut Shakespeare, semua anggota kelompok adalah pemain (role player) dan masing-
masing memainkan perannya. Peran merupakan kumpulan pola perilaku yang harua ditampilkan
seseorang dalam unit sosialnya, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang
harus memainkan sejumlah peran di lingkungannya. Sebagai gambaran, seorang operator
instrument di sebuah kilang, memiliki peran yang harus ditampilkan ketika ia menjadi anggota
bagian instrument, anggota serikat pekerja, anggota masyarakat dan kepala keluarga, sehingga ia
akan menampilkan peran sebagai seorang suami, bapak dari anak-anaknya, anggota komunitas
social dan alumni suatu lembaga pendidikan.
Masing-masing posisi akan meminta identitas peran (role identity) yakni sikap dan perilaku
yang konsisten dengan perannya. Sebagai ayah ia berperan sebagai pengasuh, pelindung,
pembujuk atau peran kanak-kanak pula ketika sedang bermain di dunia anak-anaknya yang
masih kecil. Ia bisa menjadi asertif ketika harus menyelesaikan permasalahan anakbuah di
lingkungan pekerjaan, menjadi pendamping romantis di hadapan istri. Sebagai seorang manajer,
ia dituntut peran yang spesifik dan tentu berbeda ketika ia menjadi anggota suatu komunitas.
Adakalanya situasi yang berbeda, meminta karakteristik perilaku yang relatif sama. Sebagai
pemimpin anakbuah maupun sebagai pemimpin keluarga, perilaku yang dituntut yakni mampu
memimpin. Seseorang diharapkan mampu menyesuaikan peran secara cepat. Tingkat kesadaran
peran (role awareness) yang tinggi akan membantu seseorang mampu menempatkan peran yang
sesuai dengan situasi. Seorang direktur yang sadar akan perannya akan mampu berperilaku tepat
ketika ia harus mengambil keputusan dan memberikan instruksi. Namun, ketika ia berada di
suatu situasi berbeda misal sebagai anggota dari suatu komunitas, dengan sadar mengubah set
perilaku disesuaikan dengan peran tersebut. Tanpa diperingatkan orang yang sadar akan
perannya dapat segera beraktivitas dan menyelesaikan tanggungjawabn, apakah sedang menjadi
suami di rumah, atau sedang bekerja di lingkungan pekerjaannya. Manusia memiliki sejumlah
peran, aktivitas, tanggung jawab sesuai dengan lingkungan dimana ia berada,. Ketika seseorang
kurang mampu melakukan pengalihan peran, maka yang terjadi hanya kebingungan atau konflik
antar peran.
Bagaimana seseorang mempersepsikan suatu peran?. Misalkan, bagaimana peran sebagai
seorang ayah ditampilkan? Mungkin saja seseorang memerankan ayah yang galak, terlalu baik
V.2.06.2011
4

hati atau bahkan tidak peduli. Pandangan atas bagaimana sebaiknya seseorang bertindak dalam
situasi tertentu disebut persepsi peran (role perception). Persepsi atas suatu peran ini dapat
dipelajari dari beragam sumber seperti buku, televisi, guru, sahabat ataupun tokoh tertentu.
Seorang anak muda mempelajari mempelajari dari ayahnya maupun lingkungannya tentang
perilaku sebagai seorang ayah. Apakah ayah yang memberikan dukungan pada anggota
keluarga, atau ayah yang dominan. Kelak, ketika ia menjadi seorang ayah ia kemudian
memainkan peran ayah sesuai dengan persepsi yang telah diolahnya.
Adakalanya seseorang dihadapkan pada harapan peran yang saling bertentangan. Ketika
terdapat dua atau lebih harapan peran yang kontradiktif, maka konflik peran dapat terjadi.
Sebagai contoh, seorang supervisor harus mengambil keputusan yang kurang populer terhadap
anakbuahnya. Supervisor tersebut di satu sisi menjadi bagian anakbuahnya, tetapi di sisi lain ia
juga bagian dari manajemen. Satu sisi, ia ingin mempertahankan keeratan hubungan dengan
anakbuahnya, tetapi sisi lain ia harus berperilaku tegas sebagai bagian keputusan manajemen.
Dengan proses pembelajaran, dan kesadaran akan konsep peran, diharapkan mampu memilah-
milahkan mana perilaku yang tepat yang harus dimainkan tanpa harus terjadi konflik peran.

3. MENGENAL SIAPA SAYA (KONSEP WHO AM I)

Ungkapan yang sering disampaikan adalah: setiap individu adalah unik!. Keunikan ini
tercermin pada bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku. Konsep diri atau the self-concept
adalah keseluruhan citra atau kesadaran tentang diri sendiri sebagai makhluk fisik, sosial dan
spiritual. Menurut Duffy dan Atwater (2005), konsep diri akan mempengaruhi cara bagaimana
kita merasakan, menilai dan berperilaku ketika berada dalam suatu lingkungan kehidupan.
Konsep diri merupakan keseluruhan tentang diri yang melibatkan persepsi, perasaan, keyakinan,
dan nilai-nilai yang diasosiasikan tentang apa dan siapa saya. Sebagai contoh, ketika seorang
atasan bermaksud mendorong anakbuahnya untuk terlibat pada proyek tertentu dengan tujuan
demi kepentingan karirnya, anakbuah tersebut diliputi kecemasan bahwa ia sesungguhnya belum
pantas menerima pekerjaan, takut gagal atau menggagalkan proyek. Dalam kondisi ini yang
tercipta hanya perasaan, sikap ragu, khawatir atau takut akan kegagalan. Sebaliknya di lain
situasi kita bisa melihat seseorang yang merasa bahwa karena dirinyalah sehingga suatu proyek
berhasil.
V.2.06.2011
5

Saat seseorang membangun konsep diri yang sempit, maka yang dibangun adalah konsep
ketidakberdayaan, ketidakmampuan, merasa kecil, rendah, tidak memiliki talenta dsbnya.
Berbagai pelabelan negatif kemudian dilekatkan pada diri sendiri. Kondisi ini cenderung
merendahkan daya dorong diri sendiri untuk berperilaku lebih prestatif.
Dalam hubungan dengan orang lain, menurut Kreitner dan Kinicki, ada 3 aspek penting dari
konsep diri adalah penghargaan pada diri sendiri atau self esteem, kemanjuran diri atau self
efficacy dan pengendalian diri atau self monitoring.
Penghargaan Diri (Self Esteem)
Adalah penilain diri sendiri atas posisi, kedudukan, kemampuan dan hal-hal yang
dibanggakan atau yang membuatnya merasa tidak bermakna
Kemanjuran Diri (Self Efficacy)
Adalah keyakinan terhadap kemampuan diri untuk bisa berhasil dalam melaksanakan tugas
pekerjaan
Pengendalian Diri (Self Monitoring)
Adalah pengamatan perilaku diri sendiri dalam penyesusian dengan lingkungan di mana dia
berada
Kombinasi yang serasi antara ketiga aspek di atas, akan membuat seseorang dapat
menampilkan diri dengan wajar sesuai dengan apa yang dimilikinya, memiliki keyakinan dan
motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugas pekerjaan dan dapat mengendalikan diri untuk
bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan lingkungan di mana ia berada. Dengan melakukan
eksplorasi, kita secara sadar melakukan pemetaan kekuatan diri yang perlu dipertahankan, dan
kelemahan diri yang perlu diperbaiki dari konsep diri kita. Meminta pendapat dari sahabat akan
sangat baik dalam rangka menampilkan pribadi yang lebih baik lagi. Memang adakalanya kita
kurang kritis untuk melihat ke dalam diri (look inside), sehingga pendapat orang lain diperlukan.
Menurut Rampersad (2006), pengetahuan diri mencakup kesadaran dan pengaturan diri.
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami kekuatan, kelemahan,
kebutuhan, nilai-nilai dan ambisi, suasana hati, emosi, dorongan diri sendiri dan dampaknya
terhadap orang lain. Kesadaran diri dan pengetahuan diri berdampak pada kepercayaan diri,
memiliki integritas dan terbuka untuk belajar.

V.2.06.2011
6

4. SASARAN INDIVIDU DAN PENCAPAIANNYA

Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, manusia memiliki sejumlah peran,
tanggungjawab dan aktivitas yang berasal dari hasil interaksinya dengan lingkungan kerja
maupun lingkungan sosialnya. Kondisi ini membutuhkan kecerdasan intelektual maupun
emosional agar mampu :
Menetapkan peran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Menyelesaikan tanggung jawab melalui aktivitas.
Mencapai tujuan dan keunggulan.
Inilah yang dimaknai dengan mencapai keunggulan kehidupan. Masing-masing kondisi dimana
seseorang berkontribusi memiliki kekhasan, tantangan dan tuntutan. Dengan demikian yang
perlu dilakukan adalah :
Mempelajari harapan lingkungan terhadap dirinya.
Bagaimana lingkungan memintanya bersikap, dan apakah sesuai dengan citra diri.
Membuat daftar keterlibatan dan tanggungjawab.
Menghitung ketersediaan sumber daya
Menetapkan target secara obyektif dan dapat diukur
Mengelola diri berarti mengorganisasikan aktivitas diawali dengan perencanaan, kemudian
memerintahkan diri sendiri untuk : doing the right things dan doing things right. Ia juga harus
mampu memainkan set peran sesuai dengan tuntutan dan bertindak dengan konsep diri yang
tepat.

5. PENGELOLAAN PEKERJAAN
Terdapat kemungkinan, dimana seseorang mengerjakan banyak hal tetapi dengan cara yang
salah, terbolakbalik atau bahkan justru menghasilkan pekerjaan yang tidak tuntas. Manusia
memiliki keterbatasan waktu, pikiran dan fisik, padahal ia dituntut dengan menyelesaikan target.
Lalu apa yang sebaiknya dilakukan? J awabannya adalah kemampuan mengelola kerja dengan
memprioritaskan pekerjaan.
Prioritas pekerjaan dilakukan melalui klasifikasi pekerjaan menurut sisi waktu (mendesak)
dan kepentingan (urgensi). Dari kombinasi waktu dan kepentingan ini akan terdapat tuntutan
kerja yang penting dan mendesak, penting konteksnya tetapi tidak mendesak, dan tidak penting
V.2.06.2011
7

serta tidak mendesak. Sehingga langkah-langkah untuk meningkatkan pengelolaan pekerjaan
adalah :
Menetapkan skala kepentingan dan mendesak.
Memikirkan resiko bilamana aktivitas mengalami penundaan. Apakah terdapat kerugian
finansial dan non finansial seperti nama baik, terbitnya ketidakpuasan.
Mengasah kemampuan diri.
Menjaga kebugaran diri untuk mengerjakan aktivitas yang beragam.

6. MANAJEMEN WAKTU
Waktu yang dimiliki manusia adalah sama yakni 24 jam sehari. Kita tidak dapat menambah
atau meminta kurang dari ketersediaan waktu tersebut. Manajemen waktu diawali dengan
penghargaan atas waktu. Pandangan kita terhadap waktu akan menentukan bagaimana kita
bersikap dan berperilaku. Apakah kita berpandangan bahwa waktu sifatnya berputar atau lurus.
Pandangan waktu berputar menunjukkan waktu akan kembali. Pandangan ini memunculkan
sikap bahwa masih ada waktu atau masih ada hari esok. Kecenderungan dari sikap terhadap
waktu berputar adalah menunda pekerjaan.
Waktu menurut pandangan garis lurus, merupakan kebalikan pandangan pertama. Waktu
tidak pernah kembali mundur. Dalam hal ini tiidak ada waktu esok, yang ada hanya waktu yang
berbeda. Kalau hari ini adalah Senin maka esok sudah berganti dengan Selasa dan dua hari
tersebut sudah berbeda.
Mengapa waktu menjadi penting. Ada beberapa alasan yakni :
Adanya pekerjaan yang dihitung atas waktu (detik, menit). Seperti : waktu kerja di lini
produksi, proses tindakan gawat darurat di rumah sakit. Pada kondisi ini, setiap aktivitas
tidak boleh meleset dari hitungan waktu. Bilamana terjadi, maka akan bahaya atau gawat.
Kita juga mengenal target dengan batas atau tenggat waktu seperti selesai satu hari, batas
akhir tugas dan sebagainya.
Adanya tuntutan pelanggan dan tekanan pesaing dimana kalau pekerjaan dilakukan dengan
lambat dan ditambah sikap masih ada waktu esok maka berpotensi kehilangan peluang.
Adanya kegiatan-kegiatan variatif yang harus dihitung dengan total waktu tersedia dan
dibandingkan target waktu yang diminta.
V.2.06.2011
8

Adanya keterbatasan waktu, sehingga sebelum kita terlambat, lebih baik tidak menunda
pekerjaan. Penyesalan hendaknya tidak datang terlambat dengan mengatakan : coba sejak
dulu saya sudah lakukan kegiatan ini, tentu tidak akan begini jadinya.
Meningkatkan pengelolaan waktu dilakukan dengan mengenali :
Faktor penyita waktu di luar kendali kita
Apakah sering terjadi kehadiran tamu tidak diundang, kerusakan alat bantu kerja, perubahan
prioritas pekerjaan, keterlambatan pasokan hasil kerja dari proses sebelumnya, pembicaraan
yang memboroskan waktu.
Sifat pekerjaan
Yakni apakah kehadiran diri kita banyak berinteraksi dengan pihak lain sehingga waktu
relatif dikendalikan pihak lain. Misal : seorang Sales executive obat yang di dalam
pekerjaannya banyak menunggu kesediaan waktu dokter yang dikunjungi.
Penyita waktu dalam kendali kita.
Yakni pengaruh dalam diri yang sesungguhnya masih dalam kendali diri tetapi mampu
menyita waktu. Kondisi ini terjadi karena faktor-faktor :
Kemampuan diri
Kemampuan diri menjadi pemicu kecepatan seseorang menyelesaikan pekerjaan dan lahir
dari proses belajar berkelanjutan. Hasil belajar akan menghimpun sejumlah pengetahuan baru
yang tersimpan di otak dan bilamana diaplikasikan, akan menjadikan seseorang lebih
berdaya. Peningkatan kemampuan diri dapat diperoleh dari berbagai sumber melalui proses
belajar mandiri atau pada progam pembelajaran yang diselenggarakan perusahaan.
Faktor kestabilan emosi
Seseorang yang kaya akan pengetahuan, diharapkan menjadi seseorang yang lebih bijak
sebagaimana dinyatakan Syarief (2007): Seseorang yang tidak mampu menata hati dari
sejumlah dinamika persoalan, seperti tugas yang datang tidak beraturan, berhadapan dengan
berbagai karakter orang, akan menghadapi permasalahan diri sendiri dalam bentuk
ketidaktenangan, emosi negatif, dan ketidakmampuan berkonsentrasi dalam penyelesaian
pekerjaan
Kesehatan Fisik (kebugaran)
Gaya hidup yang kurang baik tanpa sadar menguras energi dan kesehatan. Pola makan yang
salah, diiringi kurangnya olahraga berakibat tubuh menanggung beban terlalu berat yang bisa
V.2.06.2011
9

berakibat munculnya penyakit kerja. Mencapai keseimbangan (Life balance) antara kehidupan
kerja, sosial, pribadi dan spiritual adalah yang terbaik. Kondisi ini dicapai ketika kita secara
tajam melihat luasnya peran, tanggung jawab dan penentuan prioritas berdasarkan
kemampuan diri.
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pengaturan waktu adalah :
Mendaftar seluruh pekerjaan dan sifatnya
Kegiatan yang sifatnya berpikir seperti mendesain, mempersiapkan rencana yang berada
pada kendali sendiri, kegiatan yang sifatnya analisis, kegiatan administrasi, kegiatan menjalin
interaksi seperti menghadiri rapat, memberikan arahan, membimbing anakbuah, memberikan
pelayanan, membaca, mengembangkan diri sendiri dan melakukan aktivitas personal
Mendaftar ketersediaan waktu
Yakni : waktu untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan di atas. Apabila terdapat butir
pekerjaan yang menyita waktu lebih lama padahal seluruh butir 1.a harus diselesaikan, maka
terdapat waktu untuk keperluan pribadi yang akan tersita. Dalam hal ini kita perlu obyektif
mengukur kemampuan diri. Alangkah lebih baik berbagai aktivitas tersimpan pada folder
agenda sebagai catatan harian pribadi.
Mengklasifikasikan pekerjaan
Yakni mengelompokan pekerjaan mana yang didahulukan, dan mana yang dapat dilakukan
nanti. Kemudian, menetapkan menurut gaya bekerja, apakah lebih baik kegiatan analisis
dilakukan di pagi hari, siang atau sore hari.
Disiplin dan asertif atas penggangu kerja
Yakni upaya meningkatkan keterampilan berkomunikasi sehingga mampu menjadi
pengendali dan bukan sekedar dikendalikan oleh banyak pihak.

7. PRINSIP 5 S
Prinsip 5 S baik untuk meningkatkan kualitas kerja yang didasarkan pada pembiasaan bekerja
dengan standar keteraturan. Dengan menerapkan prinsip a place for everything and everything
in its place (Gasperz, 2007). Prinsip 5 S pada dasarnya proses perubahan sikap untuk
menerapkan penataan dan kebersihan tempat kerja. Prinsip 5 S terdiri dari :
Seiri : yakni memisahkan item yang dibutuhkan dari item yang tidak dibutuhkan, kemudian
menghilangkan atau membuang item yang tidak diperlukan di tempat kerja. Manfaat dari S-
V.2.06.2011
10

Seiri adalah belajar untuk fokus atas obyek yang dibutuhkan dan tidak memenuhi gudang atau
alas kerja dengan obyek yang tidak diperlukan.
Seiton : yakni menyimpan item yang diperlukan di tempat yang tepat agar mudah diambil bila
akan dipergunakan. Manfaat dari S-Seiton adalah mendorong diri untuk mengklasifikasikan,
menempatkan sehingga memudahkan telusur kembali dengan mengefisienkan waktu dari
kegiatan pencarian data, dokumen yang tersusun acak.
Seiso : yakni mempertahankan area kerja agar tetap bersih dan rapi. Manfaat S-Seiso adalah
menjadi area kerja sebagai tempat yang nyaman untuk bekerja, wujud dari tampilan diri yang
menyukai keteraturan dan tampilan tertata.
Seiketsu : yakni melakukan standardisasi terhadap praktek tersebut di atas. Manfaat S-
Seiketsu menjadikan apa yang sudah dilakukan sebagai standar kerja.
Shitsuke : yakni membuat kedisiplinan menjadi suatu kebiasaan dengan cara mengikuti
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Manfaat S-Shitsuke mendorong diri untuk disiplin.
Membiasakan menerapkan prinsip 5 S, akan mendorong pekerja lebih jernih melihat obyek
pekerjaan dan rapih dalam menata benda kerja. Pelaksanaan yang konsisten, akan
menghilangkan gerakan tidak perlu atau waktu proses berkepanjangan dalam penelusuran. 5 S
juga mengajarkan untuk menyisihkan benda-benda scrap sehingga mengefisienkan penggunaan
ruang/tempat penyimpanan.

9. PENUTUP
Managing Self diawali dengan konsep diri yang positif. Keberadaan kita diharapkan
memberikan manfaat baik pada pengembangan diri, keluarga maupun perusahaan/ organisasi
tempat bernaung. Seseorang bisa saja bekerja di bawah tekanan karena sifat pekerjaan tetapi di
sisi lain bisa dalam suasana yang nyaman, dan sejuk. Apapun sifat pekerjaan itu, seluruh
pekerjaan yang dilimpahkan kepada diri pribadi harus diselesaikan dalam koridor waktu dan
kualitas sehingga memuaskan pihak pemberi kerja atau pihak yang dilayani.
Kita senantiasa berusaha untuk mencapai kebahagiaan yang relatif paripurna dengan
keberhasilan tidak saja di lingkungan pekerjaan tetapi juga di rumah tangga maupun lingkungan
sosial. Sebelum kita mampu untuk memanajemeni pekerjaan orang lain, sebaiknya kita sudah
mampu memanajemini diri sendiri, sehingga menampilkan kualitas pribadi yang unggul.

V.2.06.2011
11




DAFTAR PUSTAKA


1. Atwater, E dan Duffy KG. 2005. Psychology for living. Pearson Prentice Hall. New J ersey.
2. J ones, G.R &an George, J .M. 2007. Essentials of Contemporary Management. 2
nd
ed.
McGraw-Hill. Singapore.
3. Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2008. Perilaku Organisasi, McGraw Hill Education
dan Salemba Empat J akarta
4. Rampersa, H.K.. 2006. Personal Balance Scorecard. Penerbit PPM. J akarta.
5. Robbins, S.P. 2002. Organizational Behavior. 10
Th
ed. Prentice Hall. San Diego.
6. Sjarief RM. 2007. Life Excellence. Gema Insani. J akarta.

You might also like