You are on page 1of 17

By : 111.0211.

062
Disentri Basiler
Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys
(=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti
radang usus yang menimbulkan gejala meluas,
tinja lendir bercampur darah
Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit
Buang air besar dengan tinja bercampur
lender(mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

Etiologi
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan
tersering ( 60% kasus disentri yang dirujuk serta
hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Salmonella
Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan
Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak
usia > 5 tahun

Port De Entre
Transmisi : fecal-oral, melalui makanan / air yang
terkontaminasi, person-to-person contact.

Patogenesis Shigella dan EIEC

MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon,
terutama kolon invasi ke sel epitel mukosa usus -
-distal > multiplikasi --> penyebaran intrasel dan
intersel --> produksi enterotoksin --> cAMP -->
hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).-->
produksi eksotoksin (Shiga toxin) --> sitotoksik -->
infiltrasi sel radang --> nekrosis sel epitel mukosa
--> ulkus-ulkus kecil --> eritrosit dan plasma
keluar ke lumen usus --> tinja bercampur darah.--
> invasi ke lamina propia ? --> bakteremia
(terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)

Patogenesis Salmonella

MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon -->
invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke
lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang -->
sintesis Prostaglandin --> produksi heat-labile
cholera-like enterotoksin --> invasi ke Plak Peyeri
--> penyebaran ke KGB mesenterium -->hipertrofi
--> penurunan aliran darah ke mukosa -->
nekrosis mukosa --> ulkus menggaung -->
eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja
bercampur darah.

Patogenesis Disentri amoeba

Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel
mukosa usus --> nekrosis jaringan mukosa
ususproduksi enzim histolisin --> invasi ke
jaringan submukosa --> ulkus amoeba --> ulkus
melebar dan saling berhubungan membentuk
sinus-sinus submukosa --> malabsorpsi --
kerusakan permukaan absorpsi > massa
intraluminal --> tekanan osmotik intraluminal -->
diare osmotik.

Manifestasi Klinis

Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam
tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit,
bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam
pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan
sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Panas tinggi (39,50 - 400 C), appear toxic.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi,
kaku kuduk, halusinasi).

Disentri amoeba

Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada
disentri basiler (10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas
hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan
menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya
sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran
klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk
mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena
memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala
membaik dengan terapi antibiotika empiris.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan tinja
Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan
bentuk trofozoit dalam tinja
Benzidin test
Mikroskopis : fecal leukosit (petanda adanya kolitis), fecal blood.
Biakan tinja :
Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 15.000 sel/mm3),
terkadang dapat ditemukan leucopenia.


Komplikasi

Dehidrasi
Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
Kejang
Protein loosing enteropathy
Sepsis dan DIC
Sindoma Hemolitik Uremik
Malnutrisi/malabsorpsi
Hipoglikemia
Prolapsus rektum
Reactive arthritis
Sindroma Guillain-Barre
Ameboma
Toxic megacolon
Perforasi local
Peritonitis
Penatalaksanaan
Perhatikan keadaan umum anak
Bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan
darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk
mendeteksi adanya bakteremia.
Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai
penatalaksanaan sepsis pada anak.
Waspadai adanya syok sepsis.
Komponen terapi disentri :
Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit.
Diet
Antibiotika
Sanitasi
Koreksi dan maintenance cairan dan
elektrolit

Seperti pada kasus diare akut secara umum,
hal pertama yang harus diperhatikan dalam
penatalaksanaan disentri setelah keadaan
stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap
status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.


Diet

Anak dengan disentri harus diteruskan
pemberian makanannya. Berikan diet lunak
tinggi kalori dan protein untuk mencegah
malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A
(200.000 IU) dapat diberikan untuk
menurunkan tingkat keparahan disentri,
terutama pada anak yang diduga mengalami
defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan
penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan
preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-
obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat
yang memperlambat motilitas usus sebaiknya
tidak diberikan karena adanya resiko untuk
memperpanjang masa sakit.

Antibiotika
Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi
masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) :
Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan
sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama
5 hari.
Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o
Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas
turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB
berkurang, dll.
Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus
dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.

Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi :
Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica
dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.
Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2
antibiotika berturut-turut (masing-masing
diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif
untuk disentri basiler.

Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal
pada anak adalah Metronidazol 30-
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10
hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E.
hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3
hari terapi.


Sanitasi

Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu
mencuci tangan dengan bersih sehabis
membersihkan tinja anak untuk mencegah
autoinfeksi.

You might also like