Professional Documents
Culture Documents
I = Tingkat serangan (%),
a = jumlah tanaman yang terserang,
b = jumlah tanaman yang diamati
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Alat Tulis
2. Alat hitung
b. Bahan
Dalam praktikum tersebut bahan yang digunakan yaitu tanaman yang terkena
penyakit.
2.2. Cara Kerja
Mengambil contoh (sampel) tanaman pada petak tanaman dengan luas dan jumlah
tanaman tertentu untuk mengukur intensitas penyakit. Karena pengamatan pada
seluruh populasi tanaman tidak efisien, tidak praktis, dan bersifat destruktif..
Melakukan penilaian Intensitas penyakit sesuai jenis penyakit dan tipe gejala serta
kerusakan yang ditimbulkan dengan menggunakan cara penghitungan atau
pengukuran yang tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Penghitungan keparahan penyakit :
Jenis serangan dibedakan menjadi dua kriteria yaitu serangan secara non
sistemik yaitu mekanisme serangan yang terjadi pada bagian tertentu tanaman
misalnya daun dan tidak menyeluruh di seluruh bagian tanaman, sehingga tidak lantas
menyebabkan tanaman mati. Sedangkan, serangan secara sistemik yaitu seranagan
penyakit yang langsung menyebabkan tanaman mati, di dalam suatu lahan metode
sistemik ini diterapkan dengan menghitung persentase tanaman yang mati.
Pada praktikum epidemiologi penyakit tumbuhan, kami membawa tanaman
dengan jenis serangan secara sistemik dan non sistemik. Berikut adalah hasil penilaian
intensitas serangannya dari masing masing kelompok:
Kelompok I
Non-sistemik :
Dari hasil penilaian, diperoleh data sebagai berikut:
Dari 6 helai daun yang dinilai, 4 helai daun mendapat skor 1, 1 helai daun
mendapat skor 2 dan 1 daun mendapat skor 5.
()
()()()
= 36,67%
Sistemik
Pada penilaian contoh serangan sistemik, terdapat 7 dari 15 tanaman dalam
suatu petak yang terserang penyakit secara menyeluruh sehingga
menyebabkan tanaman mati. Sehingga pengukuran intensitas serangan
dihitung dengan rumus berikut:
= 46,67%
Kelompok II
Non-sistemik :
Dari hasil penilaian, diperoleh data sebagai berikut:
Dari 5 helai daun yang dinilai, 2 helai daun mendapat skor 1, 1 helai daun
mendapat skor 3 dan 2 daun mendapat skor 4.
()()()
= 65%
Sistemik
Pada penilaian contoh serangan sistemik, terdapat 5 dari 25 tanaman dalam
suatu petak yang terserang penyakit secara menyeluruh sehingga
menyebabkan tanaman mati. Sehingga pengukuran intensitas serangan
dihitung dengan rumus berikut:
= 20%
Kelompok III
Non-sistemik :
Dari hasil penilaian, diperoleh data sebagai berikut:
Dari 8 helai daun yang dinilai, 2 helai daun mendapat skor 0, 1 helai daun
mendapat skor 1, 3 daun mendapat skor 3 dan 2 daun mendapat skor 4.
()()()()
Sistemik
Pada penilaian contoh serangan sistemik, terdapat 15 dari 30 tanaman
dalam suatu petak yang terserang penyakit secara menyeluruh sehingga
menyebabkan tanaman mati. Sehingga pengukuran intensitas serangan
dihitung dengan rumus berikut:
= 50 %
Pembahasan
Pengukuran penyakit seringkali masih bersifat subjektif sehingga
dalammengkuantitatifkan penyakit perlu dibuat standard diagram yang spesifik
untuk masing-masing jenis tanaman, patogen, penyakit, lokasi, dan bagian tanaman
yang terserang, misalnya daun muda, daun tua, atau keseluruhan daun (Sinaga,
2006). Diseases severity (DS) atau intensitas penyakit adalah proporsi area tanaman
yang rusak atau dikenai gejala penyakit karena serangan patogen dalam satu
tanaman. Intensitas penyakit merupakan ukuran berat-ringannya tingkat kerusakan
tanaman oleh suatu penyakit, baikk pada populasi atau individu tanaman (Adnan,
2009).
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui seberapa parah intensitas penyakit
yang ada pada suatu area tanam dan menentukan tingkat serangan pertanaman dalam
populasi. Oleh karena itu terdapat beberapa metode untuk menghitung tingkat
intensitas atau keparahan penyakit. Dua diantaranya adalah metode kelas serangan
(skoring) dan metode proporsi langsung. Kedua metode ini cocok digunakan untuk
penyakit-penyakit yang menunjukkan gejala parsial (tidak sistemik), contohnya
bercak daun.
Metode kelas serangan atau skoring menggunakan pembagian kelas atau skor
dalam menilai skala kerusakan tanaman. Terdapat lima kelas ditambah satu kelas 0.
Pada daun jeruk yang kami amati, penilaian tergantung dari seberapa luas (%)
permukaan daun yang terserang bercak lalu diberi skor sesuai dengan selang nilai
kelas serangannya. Metode proporsi langsung tidak menggunakan pembagian kelas
serangan atau skor.
Pada praktikum ini, penghitungan intensitas serangan dilakukan dengan
metode skoring. Dari hasil perhitungan kelompok 1 diperoleh nilai I = 36,6% pada
contoh serangan secara sistemik dan I = 46, 66 % pada serangan sistemik.
Kelompok 2 mendapat hasil perhitungan I = 65 % untuk serangan non- Sistemik
dan I = 20 % untuk serangan sistemik. Sedangkan hasil perhitungan dari kelompok
3 sebagai berikut I= 45% untuk serangan non-sistemik dan I = 50% untuk serangan
sistemik. Dari masing masing perkitungan hasil tersebut kemudian dapat
ditafsirkan seberapa besar tingkat kehilangan hasilnya (Crop Loss) yaitu rata rata
50 %.
KESIMPULAN
Penilaian kehilangaan hasil dapat dilakukan dengan cara mengukur tingkat
atau Intensitas serangan suatu penyakit terhadap tanaman. Sedangkan pengukuran
Intensitas serangan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya yaitu
dengan metode skoring.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrahidayat, R. I. 2011. EPIDEMIOLOGI TEORITIS PENYAKIT TUMBUHAN.
UB Press Universitas Brawijaya. Malang.
Lologau, Baso Aliem. 2006. TINGKAT SERANGAN LALAT PENGOROK
DAUN, Liriomyza huidobrensis (BLANCHARD) DAN KEHILANGAN
HASIL PADA TANAMAN KENTANG. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Selatan.
LAMPIRAN
Beberapa contoh daun yang dihitung dengan skoring (Non Sistemik)
Tanaman Tomat yang dihitung dengan skoring (secara sistemik)