You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Senyawa Safrol
Safrol adalah suatu senyawa intermediet yang banyak digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan piperonal dan 1-[(3,4-metilendioksifenil)-fenil]-2-
propanon (Torii et al., 1984; French, 1995). Disamping itu, isosafrol juga
banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam minuman ringan (Chong
dan Lin, 2001); serta sebagai bahan dasar dalam sintesis senyawa strigol (de
Lima et al., 2000).
Safrole adalah cairan berminyak tak berwarna dan sedikit kekuningan.
Senyawa ini diekstrak dari root-bark atau buah dari tanaman bunga-bungaan
(sassafras) dalam bentuk minyak sassrafas, atau disintesa dalam bentuk
senyawa methylenedioxy. Safrole juga merupakan komponen utama dari
minyak kamper (kapur barus) coklat. Senyawa ini ditemukan dalam jumlah
sedikit pada banyak jenis tanaman. Secara umum, Safrole memiliki rumus
nolekul C10H10O2 , massa molar sebesar 162.188 g/mol, dan densitas sebesar
1.096 g/cm3. Senyawa Safrole memiliki melting point 11C dan boiling point
antara 232-234 C.
Safrole memiliki beberapa nama kimia antara lain 1-allyl-3,4-methylene
dioxy benzene; 5-allyl-1,3-benzodioxole; dan 4-allyl-1,2-methylene dioxy
benzene. Safrole merupakan komponen alami yang terdapat dalam beberapa
rempah-rempah seperti pala, bunga pala, kayu manis, selasih, biji adas, dan
lada hitam.
Safrole banyak digunkan sebagai food additive dalam minuman root beer,
sassafras tea, minuman cola dan produk pangan lainnya. Minyak sassrafas
yang mengandung safrole biasanya digunakan sebagai flavoring agent pada
beberapa soft drink seperti root beer. Safrole juga banyak digunakan sebagai
flavoring agent dalam obat-obatan, minuman, dan pembuatan heliotropin dan


piperonyl butoxide. Safrole juga dimanfaatkan dalam pembuatan sabun dan
parfum.




Gambar 1. Struktur Safrole
II.1 Retrosintesis
Retrosintesis adalah cara penyelesaian masalah transformasi struktur dari
suatu target molekul melalui serangkaian tahapan reaksi yang akhirnya akan
bermuara pada bahan awal yang sederhana atau yang dapat diperoleh dengan
mudah. Caranya dengan melakukan pemutusan ikatan imajiner (diskoneksi)
dan konversi satu gugus fungsi ke gugus fungsi yang lain melalui reaksi kimia
yang efisien (interkonversi gugus fungsi/tukar gugus fungsi).
Selain itu Retrosintesis merupakan teknik pemecahan masalah untuk
mengubah struktur dari molekul target sintesis menjadi bahan-bahan yang
lebih sederhana melalui jalur yang berakhir pada suatu material start ysng
sesuai dan mudah didapatkan untuk keperluan sintesis (Smith, 1994). Dengan
cara ini, struktur molekul yang akan disintesis ditentukan terlebih dahulu yang
dikenal sebagai molekul target (MT).
Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan
yang dibayangkan dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material
start yang mungkin. Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi
ikatan yang diputuskan haruslah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang
dipercaya serta metodenya dapat dikerjakan di laboratorium. dari hasil
diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Stratinr Material) atau sinton yang


tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi Gugus Fungsi
(IGF).
Tahapan sintesis senyawa isosafrol
a. Penentuan bahan dasar
Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik,
diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan
dasar sintesis, pereaksi, pengertian yang mendalam mengenai mekanisme
reaksi yang akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang
diperlukan untuk sintesis. Adapun syarat bahan dasar adalah sebagai
berikut; Murah, Mudah diperoleh, Toksisitas minimum, Mudah
direaksikan, Tidak berbahaya, Bisa menghasilkan produk yang maksimal.
Isosafrol dapat dibuat dari safrol atau 4-alil-1,2-metilendioksibenzena
melalui reaksi isomerisasi. Analisis retrosintesisnya dapat disajikan dalam
bentuk gambar reaksi berikut













Dalam reaksi isomerisasi tersebut, pada umumnya menggunakan katalisis
basa. Lampman et al. (1977) dan Sastrohamidjojo (1981), telah melakukan
reaksi isomerisasi eugenol menggunakan KOH dan NaOH dalam media
etilenaglikol. Devgan dan Bokaida (1968), telah pula melakukan
isomerisasi -asaronamenggunakan KOH dalam etanol, sedangkan Sloop
(1995), melakukan isomerisasi 2-alil sesamol menggunakan basa kalium t-
butoksida (t-BuOK) dalam pelarut dimetil sulfoksida (DMSO).
b. Tahap reaksi
Dalam reaksi isomerisasi senyawa safrol tersebut, pada umumnya
menggunakan katalisis basa. Lampman et al. (1977) dan Sastrohamidjojo
(1981), telah melakukan reaksi isomerisasi eugenol menggunakan KOH
dan NaOH dalam media etilenaglikol. Meskipun telah banyak pereaksi
basa yang dipakai dalam berbagai reaksi isomerisasi, tetapi masih
diperlukan pengujian terhadap pereaksi yang digunakan maupun substrat
isoalil yang sesuai, dengan tujuan untuk memperoleh persentase hasil
reaksi yang maksimal. Dalam hal ini tahap reaksi untuk senyawa safrol
pada sintesis ini dilakukan dengan cara:
Ke dalam labu leher tiga ukuran 500 mL yang telah dilengkapi dengan
pengaduk magnet, termometer, pendingin bola dan tabung yang berisi
silika gel biru dimasukkan dengan 71,56 g (0,44 mol) safrol, 200 mL etanol
dan 50 g (0,89 mol) KOH. Campuran direfluks pada suhu 120C selama 8
jam, dinginkan dan ditambah 250 mL air. Hasil dikeringkan dengan
Na
2
SO
4
anhidrous dan dietil eter dipisahkan dengan evaporator. Kemurnian
diuji dengan GC dan struktur ditentukan dengan FTIR, 1H-NMR. Dimana
hasil yang diperoleh pada reaksi ini cairan kuning muda kental,














c. Tahap pengeringan dan pemisahan
Hasil yang telah diperoleh dari proses refluks selanjutnya dikeringkan
dengan menggunakan Na
2
SO
4
anhidrous dan dietil eter, lalu dipisahkan
dengan dengan menggunakan evaporator.
d. Tahap pemurnian
Senyawa tersebut kemudian dimurnikan dengan cara destilasi dengan
pengurangan tekanan. Kemudian hasil dari pemurnian diuji dengan
menggunakan KLT dan kromatografi gas cair, dengan eluen campuran
benzena-kloroform (9:1), yang menunjukkan satu noda dengan harga Rf
0,76.
e. Tahap identifikasi dan karakterisasi
1. Identifikasi
Spektrofotometer IM
Sedikit sampel dicampur dengan bubuk KBr dan dibuat pellet
berbentuk cakram tipis, dimasukkan ke dalam alat spektrometer
IM. Kemudian dibuat spektrum kurva % transmisi terhadap
bilangan gelombang () pada daerah 400-4600 cm-1. Diidentifikasi
karakteristik pita serapan dari gugus-gugus fungsi yang terjadi


berdasarkan daftar peta korelasi (Sastrohamidjojo, 1985;
Silverstein dan Webster, 1998). Untuk identifkasi gugus
fungsional, dilakukan uji spektrofotometer inframerah. Spektrum
tersebut disajikan pada gambar berikut :












Interpretasi terhadap spektrum inframerah tersebut, disajikan pada tabel
berikut (Tabel 1).









Identifikasi dengan KG-SM
Sedikit sampel diinjeksikan ke dalam alat KG-SM, kemudian
dibuat kromatogram dan spektrum massa. Dianalisis dan
diidentifikasi fragmentasi struktur, posisi m/e ion-ion hasil
fragmentasi.
Hasil pengujian dengan KG -SM tersebut, menunjukkan bahwa
produk reaksi adalah 2 puncak dengan waktu retensi 5,7 menit
dengan konsentrasi 10,48% serta 6,48 (89,52%). Dua puncak
tersebut menunjukkan bahwa isosafrol berada dalam bentuk
campuran cis dan trans, sedangkan spektrum massa
menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah isosafrol dengan
m/z = 162.

You might also like