You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Metrorrhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah
masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah
keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas
metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase
menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode
perdarahan (terutama bercak namun dapat menyebabkan pendarahan parah)
di luar fase menstruasi.
Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur
dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase
menstruasi yang \ (umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4
hari dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah,
metrorrhagia adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan,
ancaman kesehatan dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini
harus mendorong kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi
yang mendasarinya mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut.
Tetapi perhatikan, orang tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan
oleh penyakit yang ditakuti.
B. TUJUAN
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa
mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan tentang kesehatan
reproduksi wanita dan mentoragia pada dirinya sendiri dan nantinya pada
waktu kerja.
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sub pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa dapat :
a. mengetahui definisi dari metrorrhagia
b. mengetahui penyebab dari metrorrhagia
c. mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa
metrorrhagia
C. MANFAAT
Untuk membantu mahasiswa supaya dapat mengetahui dan melaksanakan
asuhan keperawatan tentang kesehatan reproduksi wanita dan mentroragia
pada dirinya sendiri dan nantinya pada waktu kerja. Selain itu juga dapat
mengetaui tentang definisi,penyebab,penatalaksanaan sehingga mahasiswa
mampu melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita
metroragia.























BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Metrorrhagia pendarahan yang terjadi di antara siklus mentruasi, atau
dengan kata lain timbul lebih sering dari biasa (yatim faisal,2001)
Metroragia adalah pendarahan uterus biasanya tidak banyak timbul pada
interfan partun mestruasi yang tidak biasanya (chandranita, 2004)
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan
siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu
spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma
endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan
estrogen eksogen.
B. Etiologi
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :
1. Metrorargia di luar kehamilan:
a. Sebab sebab organik
b. Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan
pada:
1) Serviks uteri; seperti
a) polip servisis uteri
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari
permukaan mukosa (Denise tiran : 2005 ).
b) Erosio porsionis uteri.
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau
suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut
rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-
kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat
tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
c) ulkus pada portio uteri, Ulkus portio.
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio
berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri
eksternum.
2. metrorarrgia oleh karena adanya kehamilan : abortus, kehamilan
ektopik.
C. Patofisiologi
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi
(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun
keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel
persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim)
terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
1. Pada siklus ovulasi.
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi
maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi
karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon
progesteron tetap terbentuk.
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation).
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan
masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar
hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah.
Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan
berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah
dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya
perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak,
perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu
bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.





D. WOC


Perdarahan dari uterus


Siklus ovulasi tanpa ovulasi

Rendahnya hormon esterogen tidak terjadi
ovulasi

Perdarahan rahim esterogen berlebihan dan progesteron
menurun

Endometrium mengalami
penebalan

Kontrak si uterus Dinding
rahim rapuh

MK : NYERI Perdarahan
rahim

HB menurun MK : DEFISIT VOLUME
CAIRAN

Anemia

MK : INTOLERANSI AKTIFITAS





E. Tanda dan Gejala
Perdarah anovulatori Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari
perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang
(oligomenore).
Untuk menegakan diagnosis perdarah anovulatori perlu dilakukan kerokan
pada masa mendekati haid.
1. Siklus menstruasi tak teratur.
2. Selain itu, akan sering mengalami f lek
3. Nyeri
4. Tegang pada payudara
5. Cepat emosi

F. Pemerikaan penunjang
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining
gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus
perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang
memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik.
4. Uji kehamilan: untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah
G. Penatalaksanaan Therapy
Bila perdarahan sangat banyak, Istirahat baring dan transfusi darah, bila
pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan
tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat
dipengaruhi dengan hormon steroid.
1. Dapat diberikan :Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat
diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5
mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan
perdarahan dapat terjadi lagi.
2. Progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg,
secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau
asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi
berguna dalam masa pubertas.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi perbaikan keadaan umum,
transfusi darah sampai dengan Hb 10 gr/dL, terapi medikamentosa
dengan pemberian Kalnex Tablet 3 x 500 mg, Asam Mefenamat Tablet 3 x
500 mg, Viliron Tablet 1 x 1, dan Kuretase Dx/Tx.
3. Terapi Hormonal:
Setelah perdarahan teratasi berikan :
Conjugated oestrogen 2.5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetate untuk 10 hari terakhir
Tunggu perdarahan lucut 5 7 hari pasca penghentian terapi
H. Sistem Rujukan
Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam
Permenkes No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horiontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur
darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu
memeriksakan keadaan sakitnya.
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua
dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun
berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan
primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia
menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya,
demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah,
teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik
dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat.
Rujukan dibagi dlm rujukan medik/perorangan yg berkaitan dgn
pengobatan & pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, &
pengetahuan tentang penyakit; serta rujukan kesehatan dikaitkan dgn upaya
pencegahan & peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan
operasional.
I. Penatalaksanaan Rujukan
Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap
kondisi klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau
pengetahuan, obat, dan peralatannya).
1. Jenis-Jenis Rujukan
a. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional.
Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan
diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
b. Rujukan kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen
ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
c. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan,
disingkat BAKSOKU yang dijabarkan sebagai berikut :
1) B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan bahan yang diperlukan,
seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop.
3) K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
(klien) dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga
yang lain diusahakan untuk dapat menyetujui Ibu (klien) ke
tempat rujukan.
4) S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat
obat yang telah diterima ibu (klien).
5) O (obat): bawa obat obat esensial diperlukan selama perjalanan
merujuk.
6) K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
7) U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di
perlukan di temapat rujukan.
2. Mekanisme Rujukan
a. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa,
pustu dan puskesmas.
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan
puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk
b. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang
perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan
pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.


e. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki
terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini
perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan
harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang
bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke
tempat rujukan.
f. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut
penderita.
g. Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memerlukan
tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang
diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak
melapor, maka perlu dilakukan kunjungan rumah.













BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Umur : biasanya terjadi pada usia tua (30 tahun ke atas)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Nyeri disertai keluarnya darah darah dari rahim yang tidak
teratur.
2) Aktifitas istirahat Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi
meningkat (> 100 kali per menit).
3) Eliminasi Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien-pasien dengan metrphargiea mungkin menceritakan riwayat
nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid serta punya
riwayat abortus,
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
a. B1 (Breathing)
1) Pernapasan tidak teratur
2) Frekuensi mengalami peningkatan
b. B2 (Blood)
1) Denyut jantung mengalami peningkatan.
2) Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
c. B3 (Brain)
1) Penurunan Konsentrasi
2) Pusing
3) Konjungtiva Anemia
d. B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
e. B4 (Bowel)
Nyeri pada adomen
Nafsu makan Menurun
f. B6 (Bone)
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung
4. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah
keperawata
n
1 DS:
1. Penyebab
timbulnya nyeri:
haid tidak teratur.
2. Nyeri dirasakan
meningkat saat
aktivitas
3. klien mengeluh
nyeri pada daerah
simpisis,
punggung dan
payudara.kala
nyeri 4-6
4. Nyeri sering dan
terus menerus
DO:
1. Wajah tampak
menahan nyeri
Kontraksi&disritmia
uterus

peningkatan kontraksi
uterus

Aliran darah ke uterus

Iskemia

Nyeri

Nyeri akut

2 DS:
1. Pasien
menyatakan
mudah lelah
DO:
1. Nadi lemah (TD
90/60 mmHg)
2. Px. terlihat pucat
Sclera/
konjungtiva
anemi
3. Px Lemas
Pendarahan

Anemia

Kelemahan

Intoleran aktivitas

Intoleran
aktivitas

3 DS:
1. Px. menyatakan
merasa gelisah
DO:
1. Pucat
2. Memperlihatkan
kurang inisiatif

Gangguan Haid

Kurang pengetahuan

Ansietas
Ansietas


5. Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
b. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

6. Intervensi keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan :
1) Memiliki Hb dalam batas normal.
Kriteria hasil :
1) Memiliki asupan cairan yang adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Manajemen elektrolit dengan
meningkatkan keseimbangan
elektrolit dan mencegah
komplikasi.
2. Pemantauan cairan dengan
mengumpulkan dan
menganalisis data px untuk
mengatur keseimbangan
elektrolit.
3. Manajemen nutrisi dengan
membantu dan menyediakan
asupan makanan dan cairan
dalam diet seimbang.
1. Mencegah terjadinya syock.


2. Agar terjadi keseimbangan
cairan dan elektrolit.


3. Agar input dan output seimbang.

b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus.
Tujuan:
1) Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
2) Skala nyeri 0-1 dan Pasien tampak rileks




INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang
dan kurangi rangsangan
penuh stress
2. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian
analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi
(misalnya nafas berirama
lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi
4. Evaluasi dan dukung
mekanisme koping px
5. Kompres hangat
1. Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemampuan
koping
2. Analgesik dapat menurunkan
nyeri.
3. Memudahkan relaksasi,
terapi non farmakologi
tambahan
4. Penggunaan persepsi sendiri
atau prilaku untuk
menghilangkan nyeri dapat
membantu mengatasinya
lebih efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan anemia.
Tujuan:
1) Pasien dapat beraktivitas seperti semula.
Kriteria hasil:
2) Pasien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang memperberat
dan memperingan intoleran aktivitas dan Pasien mampu
beraktivitas.



INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan
perode istirahat tanpa
gangguan, dorong istirahat
sebelum makan
2. Tingkatkan aktivitas secara
bertahap
3. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan


1. Menghemat energi untuk
aktivitas dan regenerasi
seluler/ penyembuhan jaringan
2. Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan
3. Menurunkan penggunaan
energi dan membantu
keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

7. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu
diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
8. Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah
teratasi sebagian.




























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu
basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium,
karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan
penggunaan estrogen eksogen.

B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang dijadikan role model harusnya
kita menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dan jika dilapangan
menemukan kasus pasien dengan metrohargia haruslah dirawat dengan baik
sesuai prosedur.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.












DAFTAR PUSTAKA

Baradero,mary,SPC,MM.dkk. 2005. Klien gangguan sistem reproduksi dan
seksualitas. Jakarta: EGC.
Manuaba,chandradinata.dkk. 2004. Gawat-darurat Obstetri-ginekologi &
Obstetri-ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Raybun F,william.dan J.christoper Carey. 1995. Obstetri dan ginekologi. Jakarta:
widya medika.
Yatim DTH&M,Faisal.2001. haid tidak wajar dan menopause. Jakarta: pustaka
populer obor.

You might also like