You are on page 1of 11

FONOLOGI

A. Pendahuluan
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu
termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa
akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman
manusia.
Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika
berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan perilaku
yang tidak yang tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak
atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu
yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol
abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai
tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir
itu dilakukan olehnya.
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk
tujuan komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya
mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan
mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. alah satunya kajian tentang
fonologi. ebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi
ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penyusun
merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan
kajian fonologi, beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian
fonemik, gejala fonologi Bahasa Indonesia.
!
B. Batasan dan Kajian Fonologi
Istilah fonologi berasal dari bahasa "unani yaitu phone # $bunyi%, logos #
$ilmu%. ecara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi.
&onologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek
kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa 'fon( yang disebut tata bunyi 'fonetik(
dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen 'fonemik(.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu
bahasa 'linguistik( yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. &onologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
C. Beberapa Pengetian Mengenai Tata Buni
!. &onem
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan
makna.
&onem dalam bahasa mempunyai beberapa macaam lafal yang
bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. )ontoh fonem *t* jika
berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata *topi*,
fonem *t* dilafalkan lepas. +amun jika berada di akhir kata, fonem *t* tidak
diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan
bunyi, misal pada kata *buat*.
!
,. -lofon
.arian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama
pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. .ariasi suatu fonem yang
tidak membedakan arti dinamakan alofon. -lofon dituliskan diantara dua
kurung siku /01. 2alau /p1 yang lepas kita tandai dengan /p1 saja, sedangkan
/p1 yang tak lepas kita tandai dengan /p31. 4aka kita dapat berkata bahwa
1
usandi, Seputar Bahasa dan Fonologi, '5akarta6 4edia Pratama, ,7!7(, hlm. !7.

,
dalam Bahasa Indonesia fonem *p* mempunyai dua alofon, yakni /p1 dan
/p31.
,
!. Kajian Foneti"
!. 2lasifikasi Bunyi
a. Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran
suara.
!( .okal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami
rintangan. Pada pembentukan 8okal tidak ada artikulasi.
,( 2onsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat
arus udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.
9( Bunyi semi-8okal adalah bunyi yang secara praktis termasuk
konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk
konsonan murni.
b. Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.
!( Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus
udara ke luar melalui rongga mulut dan membuka jalan agar arus
udara dapat keluar melalui rongga hidung.
,( Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat
ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga
hidung, sehingga arus udara keluar melalui mulut.
c. Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di
artikulasikan.
!( Bunyi keras 'fortis(, yaitu bunyi bahasa yang pada waktu
diartikulasikan disertai ketegangan kuat arus.
2
4uchlisoh dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 3, '5akarta6 Departemen Pendidikan dan
2ebudayaan, !::,(, hlm. ;<.

9
,( Bunyi lunak 'lenis(, yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan
tidak disertai ketegangan kuat arus.
d. Berdasarkan lamanya bunyi pada waktu diucapkan atau diartikulasikan
!( Bunyi panjang
,( Bunyi pendek
e. Berdasarkan derajat kenyaringannya
Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring.
Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonansi
pada waktu bunyi diucapkan. 4akin luas ruang resonansi saluran bicara
waktu membentuk bunti, makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu
pula sebaliknya.
f. Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata
!( Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku
kata 'semua bunyi 8okal atau monoftong dan konsonan(.
,( Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam
satu suku kata. Bunyi rangkap terdiri dari6
a( Diftong '8okal rangkap( 6 /ai1, /au1 dan /oi1.
b( 2laster 'gugus konsonan( 6 /pr1, /kr1, /tr1 dan /bl1.
g. Berdasarkan arus udara
!( Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara
mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru. Bunyi egresif
dibedakan menjadi 6
a( Bunyi egresif pulmonik 6 dibentuk dengan mengecilkan ruang
paru-paru,otot perut dan rongga dada.
b( Bunyi egresif glotalik 6 terbentuk dengan cara merapatkan
pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup.
,( Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap
udara ke dalam paru-paru.
;
a( Ingresif glotalik 6 pembentukannya sama dengan egresif
glotalik tetapi berbeda pada arus udara.
b( Ingresif 8elarik 6 dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah
ditempatkan pada langit-langit lunak.
2ebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif.
9
,. Pembentukan .okal, 2onsonan, Diftong, dan 2luster
a. Pembentukan .okal
.okal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian
lidah yang bergerak, bentuk bibir, dan strikturnya. Berikut ini jenis-jenis
8okal berdasarkan cara pembentukannya, yakni6
;
!( Berdasarkan bentuk bibir 6 8okal bulat, 8okal netral, dan 8okal tak
bulat=
,( Berdasarkan tinggi rendahnya lidah 6 8okal tinggi, 8okal madya
'sedang(, dan 8okal rendah=
9( Berdasarkan bagian lidah yang bergerak 6 8okal depan, 8okal tengah,
dan 8okal belakang=
;( Berdasarkan strikturnya 6 8okal tertutup, 8okal semi-tertutup, 8okal
semi-terbuka, dan 8okal terbuka.
b. Pembentukan 2onsonan
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni
daerah srtikulasi, cara artikulasi, keadaan pita suara, dan jalan keluarnya
udara. Berikut ini klasifikasi konsonan tersebut6
!( Berdasarkan daerah artikulasi 6 konsonan bilabial, labio dental,
apikodental, apikoal8eolar, palatal, 8elar, glotal, dan laringal=
3
+o8i >esmini, Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik), 'Bandung6 ?PI P>@,
,77A(, hlm. BC.

4
?ndang 4isdan, Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa II, '5akarta6 Depatemen Pendidikan
dan 2ebudayaan, !:C7(, hlm. <7.

<
,( Berdasarkan cara artikulasi 6 konsonan hambat, frikatif, getar,
lateral, nasal, dan semi-8okal=
9( Berdasarkan keadaan pita suara 6 konsonan bersuara dan konsonan
tak bersuara=
;( Berdasarkan jalan keluarnya udara 6 konsonan oral dan konsonan
nasal.
c. Pembentukan Diftong
Diftong adalah dua buah 8okal yang berdiri bersama dan pada
saat diucapkan berubah kualitasnya. Perbedaan 8okal dengan diftong
adalah terletak pada cara hembusan nafasnya.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut6
<
!( Diftong *au*, pengucapannya /aw1. )ontohnya 6
/harimaw1 *harimau*
/kerbaw1 *kerbau*
,( Diftong *ai*, pengucapannya /ay1. )ontohnya 6
/santay1 *santai*
/sungay1 *sungai*
9( Diftong *oi*, pengucapannya /oy1. )ontohnya 6
/amboy1 *amboi*
/asoy1 *asoi*
d. Pembentukan 2luster
Dugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat
bersama pada satu suku kata.
!( Dugus konsonan pertama 6 *p*,*b*,*t*,*k*,*g*,*s* dan *d*.
,( Dugus konsonan kedua 6 *l*,*r* dan *w*.
9( Dugus konsonan ketiga 6 *s*,*m*,*n* dan *k*.
;( Dugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral *l*, misalnya 6
'!( *pl* /pleno1 *pleno*
<
4uchlisoh dkk, p!"it!, hlm. <A.
A
',( *bl* /blako1 *blangko*
c( dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua *r* dan *w*.
<( 5ika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu *s*,
yang kedua *t*,*p* dan *k* dan yang ketiga adalah *r* atau *l*.
)ontohnya 6
'!( *spr* /sprey1 *sprei
',( *skr* /skripsi1 *skripsi*
'9( *skl* /sklerosis1 *sklerosis*
#. Kajian Fone$i"
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan
makna. &onem juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau
unit bunyi yang signifikan.
A
Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan
bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan
demikian fonemisasi itu bertujuan untuk '!( menentukan struktur fonemis sebuah
bahasa, dan ',( membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
?ntuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat
fungsional atau fonem, biasanya dilakukan melalui E kontras pasangan minimalF.
Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang
terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa 'biasanya berupa kata tunggal( yang
secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. ekurang-kurangnya ada empat
premis untuk mengenali sebuah fonem, yakni '!( bunyi bahasa dipengaruhi
lingkungannya, ',( bunyi bahasa itu simetris, '9( bunyi bahasa yang secara fonetis
mirip, harus digolongkan ke dalam kelas fonem yang berbeda, dan ';( bunyi
6
-khlan Gusen dan "ayat udaryat, Fonologi Bahasa Indonesia, '5akarta6 Depatemen
Pendidikan dan 2ebudayaan, !::A(, hlm. A:.

B
bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam kelas fonem yang
sama.
!. >ealisasi &onem
>ealisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau
satuan fonologis, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. >ealisasi fonem erat
kaitannya dengan 8ariasi fonem. .ariasi fonem merupakan salah satu wujud
pengungkapan dari realisasi fonem. ecara segmental fonem bahasa Indonesia
dibedakan atas 8okal dan konsonan.
,. .ariasi &onem
.ariasi fonem adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat maupun
tak bersyarat dari fonem. ?jud 8ariasi suatu fonem yang ditentukan oleh
lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut 8arian alofonis
atau alofon.
F. Gejala Fonologi Bahasa Indonesia
!. Penambahan &onem
Penambahan fonem pada suatu kata pada umumnya berupa
penambahan bunyi 8okal. Penambahan ini dilakukan untuk kelancaran
ucapan.
,. Penghilangan &onem
Penghilangan fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada awal,
tengah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Penghilangan ini
biasanya berupa pemendekan kata.
9. Perubahan &onem
Perubahan fonem adalah berubahnya bunyi atau fonem pada sebuah
kata agar kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.
C
;. 2ontraksi
2ontraksi adalah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih
fonem yang dihilangkan. 2adang-kadang ada perubahan atau penggantian
fonem.
<. -nalogi
-nalogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh
yang sudah ada '2eraf, !:CB6!99(.
A. &onem uprasegmental
&onem 8okal dan konsonan merupakan fonem segmental karena dapat
diruas-ruas. &onem tersebut biasanya terwujud bersama-sama dengan ciri
suprasegmental seperti tekanan, jangka dan nada. Di samping ketiga ciri itu,
pada untaian terdengar pula ciri suprasegmental lain, yakni intonasi dan
ritme.
B
a. 5angka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Handa /01
b. Hekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang
pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intensitas tenaga
dalam pengucapan suku kata tersebut.
c. 5eda atau sendi, yaitu ciri berhentinya pengucapan bunyi.
d. Intonasi, adalah ciri suprasegmental yang berhubungan dengan naik
turunnya nada dalam pelafalan kalimat.
e. >itme, adalah cirri suprasegmental yang brIerhubungan dengan pola
pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.
Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak
membedakan makna. +amun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal
tekanan, dan nada kan terasa janggal.
G. Kesi$pulan
B
?ndang 4isdan, p!"it!, hlm. <:.
:
&onologi adalah cabang ilmu bahasa 'linguistik( yang mengkaji bunyi-
bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. &onologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional.
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan
makna. .arian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada
kata makan dan makna secara fonetis berbeda. .ariasi suatu fonem yang tidak
membedakan arti dinamakan alofon.
2ajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi
bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan 8okal,
konsonan, diftong, dan kluster.
Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk
menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna
tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk '!( menentukan
struktur fonemis sebuah bahasa, dan ',( membuat ortografi yang praktis atau
ejaan sebuah bahasa.
Dejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu
penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi, analogi,
fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam
bahasa Indonesia tidak membedakan makna. +amun, pelafalan kata yang
menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.
-dapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. )ara menggali
potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini.
4udah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. -miinn.
!AFTA% K#P&'TAKAAN
!7
Gusen, -khlan dan "ayat udaryat. Fonologi Bahasa Indonesia, 5akarta6
Depatemen Pendidikan dan 2ebudayaan, !::A.
4isdan, ?ndang. Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa II, 5akarta6 Depatemen
Pendidikan dan 2ebudayaan, !:C7.
4uchlisoh dkk. Pendidikan Bahasa Indonesia 3, 5akarta6 Departemen Pendidikan
dan 2ebudayaan, !::,.
>esmini, +o8i. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik), Bandung6 ?PI
P>@, ,77A.
usandi. Seputar Bahasa dan Fonologi, 5akarta6 4edia Pratama, ,7!7.

!!

You might also like