You are on page 1of 34

BAB VIII

GANGGUAN SISTEM GINJAL DAN


TRAKTUS URINARIUS PADA LANJUT USIA
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama diharapkan anda sudah dapat :
1. Mengetahui Anatoi Gin!a" #an T$a%tu& U$ina$iu& &e'a$a uu
1.1. Menceritakan kembali anatomi ginjal dan tractus urinarius
1.2. Mengetahui fisiologi ginjal dan tractus urinarius.
(. Mengetahui )e$u*ahan &i&te gin!a" )a#a "an!ut u&ia.
2.1. Mengetahui perubahan anatomi ginjal pada lanjut usia
2.2. Mengetahui perubahan fungsi ginjal pada lanjut usia
+. Mengetahui )en,a%it-)en,a%it ,ang engenai gin!a" #an t$a%tu&
u$ina$iu& ,ang *ia&an,a te$#a)at )a#a "an!ut u&ia #an
)enanganann,a. &e)e$ti )a#a /
3.1. Infeksi saluran kemih
3.2. Inkontinensia urin
3.3. Hipertrofi Prostat inak
3.!. "agal "injal #kut
3.$. "agal "injal %ronik
3.&. Sindrom 'efrotik
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca bab ini dengan penuh perhatian( maka penulis mengharapkan
anda sudah akan dapat :
1. Menge$ti *eta)a %o)"e%&n,a Gangguan Gin!a" #an T$a%tu&
u$ina$iu& )a#a Lan!ut U&ia
1.1 Mencoba menggali lebih jauh permasalahan pada )anjut *sia
berkaitan dengan "injal dan +raktus urinarius.
1.2 Mencoba menangani permasalahan )anjut *sia dengan gangguan
ginjal dan traktus urinarius.
(. Menun!u%an *e&a$n,a )e$hatian )a#a "an!ut u&ia a%an
)e$a&a"ahnn,a ,ang *e$%aitan #engan gangguan gin!a" #an
t$a%tu& u$ina$iu&.
23,
VIII.1. PENDA0ULUAN
"injal merupakan organ -ang berbentuk seperti kacang( terletak retroperitoneal(
di kedua sisi kolumna .ertebralis daerah lumbal. "injal kanan sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke ba/ah oleh hati.
%utub atasn-a terletak setinggi kosta 12( sedangkan kutub atas ginjal kiri
terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari &00.000 nefron. 'efron
terdiri atas glomerulus dengan sebuah kapiler -ang berfungsi sebagai filter.
Pen-aringan terjadi di dalam sel1sel epitelial -ang menghubungkan setiap
glomerulus.
"ambar 1. )etak ginjal
"injal merupakan organ terpenting dari tubuh manusia maka dari itu ginjal
mempun-ai beberapa fungsi seperti : mengatur keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit dan asam basa dengan cara men-aring darah -ang melalui ginjal(
reabsorpsi selektif air( elektrolit dan non elektrolit( serta mengekskresikan
kelebihann-a sebagai kemih. "injal juga mengeluarkan sampah metabolisme
2seperti urea( kreatinin( dan asam urat3 dan 4at kimia asing. #khirn-a selain
regulasi dan ekskresi( ginjal juga mensekresi renin -ang penting untuk mengatur
tekanan darah( juga bentuk aktif .itamin 5 -aitu penting untuk mengatur
kalsium( serta eritropoeitin -ang penting untuk sintesis darah.
%edua ureter merupakan saluran -ang panjangn-a 2$ sampai 30 cm( -ang
berjalan dari ginjal sampai kandung kemih. 6ungsi satu1satun-a adalah
men-alurkan kemih ke kandung kemih. %andung kemih adalah salah satu
kantong berotot -ang dapat mengempis dan berdilatasi( terletak di belakang
simpisis pubis. %andung kemih memiliki 3 muara antara lain dua muara ureter
dan satu muara uretra. 5ua fungsi kandung kemih adalah sebagai tempat
pen-impanan kemih dan mendorong kemih keluar dari tubuh melalui uretra.
*retra adalah saluran kecil -ang dapat mengembang( -ang berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangn-a pada /anita sekitar ! cm dan
pada pria sekitar 20 cm.
237
VIII.(. PERUBA0AN SISTEM GINJAL PADA LANJUT USIA
"ambar 2. #natomi ginjal
Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia
muda. Pada usia 70 tahun beratn-a berkurang 201308 atau 11011$0 gram
bersamaan dengan pengurangan ukuran ginjal.
Pada studi kasus dari Mc)achlan dan 9asserman tentang panjang( luas dan
kemampuan untuk berkembang dari ginjal -ang mendapat urogram i..( mereka
menemukan bah/a panjang ginjal berkurang 0($ cm per dekade setelah
mencapai usia $0 tahun. 5engan bertambahn-a usia( ban-ak jaringan -ang
hilang dari korteks ginjal( glomerulus dan tubulus. umlah total glomerulus
berkurang 301!08 pada usia ,0 tahun( dan permukaan glomerulus berkurang
secara progresif setelah !0 tahun( dan -ang terpenting adalah terjadi
penambahan dari jumlah jaringan sklerotik. Meskipun kurang dari 18
glomerulus sklerotik pada usia muda( persentase ini meningkat 101308 pada
usia ,0 tahun.
+erdapat beberapa perubahan pada pembuluh darah ginjal pada lansia. Pada
korteks ginjal( arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi -ang berarti
terjadi pengurangan jumlah darah -ang terdapat di glomerulus. #trofi arteri
aferen dan eferen pada jukstaglomerulus terjadi tidak simetris sehingga timbul
fistel. adi ketika aliran darah di korteks berkurang( aliran di jukstaglomerular
akan meningkat. Ini berpengaruh pada konsentrasi urin -ang berkurang pada
usia lanjut akibat gangguan pengaturan sistem keseimbangan.
2!0
A. Pe$u*ahan a"i$an #a$ah gin!a" )a#a "an!ut u&ia

"ambar 3. Pembuluh darah ginjal
"injal menerima sekitar 208 dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per
menit darah dari !08 hematokrit( plasma ginjal mengalir sekitar &00 ml:menit.
'ormaln-a 208 dari plasma disaring di glomerulus dengan "6; 120 ml:menit
atau sekitar 1<0 liter per hari. Pen-aringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih
dari 778 -ang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin terakhir 111($
liter per hari.
5ari beberapa penelitian pada lansia -ang telah dilakukan( memperlihatkan
bah/a setelah usia 20 tahun terjadi penurunan aliran darah ginjal kira1kira 108
per dekade( sehingga aliran darah ginjal pada usia ,0 tahun han-a menjadi
sekitar 300 ml:menit. Pengurangan dari aliran darah ginjal terutama berasal dari
korteks. Pengurangan aliran darah ginjal mungkin sebagai hasil dari kombinasi
pengurangan curah jantung dan perubahan dari hilus besar( arcus aorta dan arteri
interlobaris -ang berhubungan dengan usia.
B. Pe$u*ahan 1ung&i gin!a" )a#a "an!ut u&ia
Pada lansia ban-ak fungsi hemostasis dari ginjal -ang berkurang( sehingga
merupakan predisposisi untuk terjadin-a gagal ginjal. "injal -ang sudah tua
tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi
hemostasis( kecuali bila timbul beberapa pen-akit -ang dapat merusak ginjal.
Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai memasuki usia
30 tahun dan &0 tahun( fungsi ginjal menurun sampai $08 -ang diakibatkan
karena berkurangn-a jumlah nefron dan tidak adan-a kemampuan untuk
regenerasi. =eberapa hal -ang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut usia
antara lain : 2>o?( r dkk( 17,$3
1. 6ungsi konsentrasi dan pengenceran menurun.
2. %eseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu
bila dibandingkan dengan usia muda.
3. *reum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi
ureum -ang menurun. %reatinin darah normal karena produksi
-ang menurun serta massa otot -ang berkurang. Maka -ang paling
2!1
tepat untuk menilai faal ginjal pada lanjut usia adalah dengan
memeriksa >reatinine >learance.
!. ;enal Plasma 6lo/ 2;P63 dan "lomerular 6iltration ;ate 2"6;3
menurun sejak usia 30 tahun.
2. Pe$u*ahan "a!u 1i"t$a&i g"oe$u"u& )a#a "an!ut u&ia
"ambar !. )aju filtrasi glomerulus
Salah satu indeks fungsi ginjal -ang paling penting adalah laju filtrasi
glomerulus 2"6;3. Pada usia lanjut terjadi penurunan "6;. Hal ini dapat
disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan
jumlah glomerulus. Pada beberapa penelitian -ang menggunakan bermacam1
macam metode( menunjukkan bah/a "6; tetap stabil setelah usia remaja
hingga usia 3013$ tahun( kemudian menurun hingga ,110 ml:menit:1(<3
m
2
:dekade.
Penurunan bersihan kreatinin dengan usia tidak berhubungan dengan
peningkatan konsentrasi kreatinin serum. Produksi kreatinin sehari1hari 2dari
pengeluaran kreatinin di urin3 menurun sejalan dengan penurunan bersihan
kreatinin.
*ntuk menilai "6;:creatinine clearance rumus di ba/ah ini cukup akurat bila
digunakan pada usia lanjut.
>ratinine >learance 2pria3 @ 21!01umur3 A == 2kg3 ml:menit
<2 A serum cretinine 2mg:dl3
>retinine >learance 2/anita3 @ 0(,$ A >> pria
D. Pe$u*ahan 1ung&i tu*u"u& )a#a "an!ut u&ia
2!2
"ambar $. +ubulus ginjal
#liran plasma ginjal -ang efektif 2terutama tes eksresi P#H3 menurun sejalan
dari usia !0 ke 701an. *mumn-a filtrasi tetap ada pada usia muda( kemudian
berkurang tetapi tidak terlalu ban-ak pada usia <0( ,0 dan 70 tahunan. +ranspor
maksimal tubulus untuk tes ekskresi P#H 2paraaminohipurat3 menurun
progresif sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan "6;.
Penemuan ini mendukung hipotesis untuk menentukan jumlah nefron -ang
masih berfungsi( misaln-a hipotesis -ang menjelaskan bah/a tidak ada
hubungan antara usia dengan gangguan pada transpor tubulus( tetapi
berhubungan dengan atrofi nefron sehingga kapasitas total untuk transpor
menurun.
+ranspor glukosa oleh ginjal die.aluasi oleh Miller( Mc 5onald dan Shiock
pada kelompok usia antara 20170 tahun. +ranspor maksimal "lukosa 2+m"3
diukur dengan metode clearance. Pengurangan +m" sejalan dengan "6; oleh
karena itu rasio "6; : +m" tetap pada beberapa dekade.
Penemuan ini mendukung hipotesis jumlah nefron -ang masih berfungsi(
kapasitas total untuk transpor menurun sejalan dengan atrofi nefron. Sebalikn-a
dari penurunan +m"( ambang ginjal untuk glukosa meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. %etidaksesuaian ini tidak dapat dijelaskan tetapi mungkin
dapat disebabkan karena kehilangan nefron secara selektif.
E. Pe$u*ahan )engatu$an %e&ei*angan ai$ )a#a "an!ut u&ia
Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia( dimana pada peningkatan
usia maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu -ang sering terjadi
pada lanjut usia. umlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan
peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki1
laki( prinsipn-a adalah penurunan indeks massa tubuh karena terjadi
peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Pada lanjut usia( untuk mensekresi
sejumlah urin atau kehilangan air dapat meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan men-ebabkan penurunan .olume -ang mengakibatkan
timbuln-a rasa haus subjektif. Pusat1pusat -ang mengatur perasaan haus timbul
terletak pada daerah -ang menghasilkan #5H di h-pothalamus.
Pada lanjut usia( respon ginjal pada .asopressin berkurang biladibandingkan
dengan usia muda -ang men-ebabkan konsentrasi urin juga berkurang(
2!3
%emampuan ginjal pada kelompok lanjut usia untuk mencairkan dan
mengeluarkan kelebihan air tidak die.aluasi secara intensif. Brang de/asa sehat
mengeluarkan ,08 atau lebih dari air -ang diminum 220 ml:kg==3 dalam $
jam.
VIII.+. PEN3AKIT GINJAL DAN TRAKTUS URINARIUS PADA
LANJUT USIA
A. INFEKSI SALURAN KEMI0
"ambar &. Infeksi saluran kemih
Infeksi Saluran %emih 2IS%3 adalah istilah umum -ang dipakai untuk
men-atakan adan-a in.asi mikroorganisme pada saluran kemih. Pre.alensi IS%
di mas-arakat makin meningkat seiring dengan meningkatn-a usia. Pada usia
!01&0 tahun mempun-ai angka pre.alensi 3(2 8( sedangkan pada usia sama
atau di atas &$ tahun kira1kira mempun-ai angka pre.alensi IS% sebesar 20 8.
Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki1laki maupun /anita dari semua
umur( baik anak1anak( remaja( de/asa maupun lanjut usia. #kan tetapi dari
kedua jenis kelamin( tern-ata /anita lebih sering dari pria dengan angka
populasi umum( kurang lebih $11$8.
*ntuk men-atakan adan-a IS% harus ditemukan bakteri dalam urin. =akteriuria
-ang disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis.
Sedangkan -ang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. 5ikatakan
bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 10
$
koloni
bakteri dalam sampel urin midstream( sedangkan pada pasien simptomatis bisa
terdapat jumlah koloni lebih rendah.

Pre.alensi IS% -ang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena:
Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan
kandung kemih kurang efektif.
Mobilitas menurun.
Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik.
Sistem imunitas menurun( baik seluler maupun humoral.
#dan-a hambatan pada aliran urin.
Hilangn-a efek bakterisid dari sekresi prostat.
Etio"ogi
2!!
IS% pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan atas:
2;ussel( =.M.( 17,7C +olkoff( ;ubu '.D. dan ;ubin ;.H.( 17,73.
a.IS% uncomplicated 2simple3
IS% -ang sederhana -ang terjadi pada penderita dengan saluran
kencing baik anatomi maupun fungsionil normal. IS% sederhana ini
pada usia lanjut terutama mengenai penderita /anita dan infeksi han-a
mengenai mukosa superfisial kandung kemih. Pen-ebab kuman
tersering 27083 adalah D. coli.
b. IS% complicated
Sering menimbulkan ban-ak masalah karena sering kuman pen-ebab
sulit diberantas( kuman pen-ebab sering resisten terhadap beberapa
macam antibiotik( sering terjadi bakteriemia( sepsis( dan s-ok.
Pen-ebab kuman pada IS% complicated adalah Pseudomonas( Proteus(
dan %lebsiela. IS% complicated terjadi bila terdapat keadaan1keadaan
sebagai berikut:
%elainan abnormal saluran kemih( misaln-a batu 2pada usia lanjut
kemungkinan terjadin-a batu lebih besar dari pada usia muda3.
;efleks .esiko urethral obstruksi( paraplegi( atoni kandung kemih(
kateter kandung kemih menetap( serta prostatitis menahun.
%elainan faal ginjal( baik gagal ginjal akut 2""#3 maupun gagal
ginjal kronis 2""%3.
=ermacam1macam mikroorganisme dapat men-ebabkan IS%. Mikroorganisme
-ang paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni
oleh bakteri atau mikroba lain( karena itu urin dalam ginjal dan buli1buli
biasan-a steril. 9alaupun demikian uretra bagian ba/ah terutama pada /anita
dapat dihuni oleh bakteri -ang jumlahn-a makin kurang pada bagian -ang
mendekati kandung kemih. Selain bakteri aerob, IS% juga dapat disebabkan
oleh .irus( ragi( dan jamur.
Pen-ebab terban-ak adalah "ram1negatif termasuk bakteri -ang biasan-a
menghuni usus -ang kemudian naik ke sistem saluran kemih. 5ari "ram1negatif
tern-ata E.Coli menduduki tempat teratas( -ang kemudian diikuti oleh Proteus,
Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.
enis kokus "ram1positif lebih jarang sebagai pen-ebab IS% sedangkan
entercoccus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan
batu saluran kemih( lelaki usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien
-ang menggunakan kateter. =ila ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin
harus dicurigai adan-a infeksi hematogen melalui ginjal. 5emikian juga
Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira1kira 2$8 pasien demam tifoid dapat diisolasi
Salmonella pada urin. =akteri lain -ang dapat men-ebabkan IS% melalui jalur
hematogen ialah Brusella, Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium
tuberculosae.
2!$
Eirus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala IS% akut. Adenoirus
tipe 11 dan 12 diduga sebagai pen-ebab sistitis hemoragik. Sisititis hemoragik
dapat juga disebabkan oleh Schistosoma hematobium -ang termasuk golongan
cacing pipih. >andida merupakan jamur -ang paling sering men-ebabkan IS%
terutama pada pasien dengan kateter( pasien 5M atau -ang mendapat
pengobatan dengan antibiotik spektrum luas. >andida -ang paling sering ialah
Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari
saluran kemih secara hematogen.
Patogene&i&
Masukn-a mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1 Pen-ebaran endogen -aitu kontak langsung dari tempat infeksi
tersebut.
1 Hematogen
1 )imfogen
1 Dksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistiskopi.
5ua jalur utama terjadin-a IS% adalah hematogen dan asending( tetapi dari
kedua cara ini asendinglah -ang paling sering terjadi. Infeksi hematogen
keban-akan terjadi pada pasien dengan da-a tahan tubuh -ang rendah atau
pasien -ang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Infeksi asending
dapat terjadi mulai dari kolonisasi uretra dan daerah introitus .agina( masukn-a
mikroorganisme dalam kandung kemih( multiplikasi bakteri dalam kandung
kemih dan pertahanan kandung kemih kemudian naikn-a bakteri dari kandung
kemih ke ginjal.
Ge!a"a K"ini&
"ejala klinis IS% tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala.
"ejala -ang sering ditemukan ialah disuria( polakisuria( dan terdesak kencing
-ang biasan-a terjadi bersamaan. '-eri suprapubik dan daerah pel.is juga
ditemukan. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung
urin lebih dari $00 ml karena mukosa -ang meradang sehingga sering kencing.
Stranguria( tenesmus( nokturia( sering juga ditemukan enuresis nokturnal
sekunder( prostatismus( n-eri uretra( kolik ureter dan ginjal. "ejala klinis IS%
sesuai dengan bagian saluran kemih -ang terinfeksi sebagai berikut
1 Pada IS% bagian ba/ah( keluhan pasien biasan-a berupa rasa sakit
atau rasa panas di uretra se/aktu kencing dengan air kemih
sedikit1sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
1 Pada IS% bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala( malaise(
mual( muntah( demam( menggigil( rasa tidak enak( atau n-eri di
pinggang.
2!&
Pee$i%&aan La*o$ato$iu
1. *rinalisis
a. )eukosuria
)eukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah IS%. 5in-atakan positif bila terdapat F $
leukosit:lapang pandang besar 2)P=3 sedimen air kemih. #dan-a
leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adan-a
keterlibatan ginjal. 'amun adan-a leukosuria tidak selalu
men-atakan adan-a IS% karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi.
"ambar <. )eukosuria
b. Hematuria
5ipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adan-a IS%(
-aitu bila dijumpai $110 eritrosit:)P= sedimen urin. 5apat juga
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misaln-a
urolitiasis( tumor ginjal( atau nekrosis papilaris.
2. =akteriologis
a. Mikroskopis
5apat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pe/arnaan
gram. 5in-atakan positif bila dijumpai 1 bakteri :lapangan
pandang min-ak emersi.
b. =iakan bakteri
"ambar ,. =iakan bakteri
5imaksudkan untuk memastikan diagnosis IS% -aitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria
Cattell, 177&:
1 9anita( simtomatik
2!<
F10
2
organisme koliform:ml urin plus piuria( atau
F 10
$
organisme pathogen apapun:ml urin( atau
#dan-a pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
-ang diambil dengan cara aspirasi suprapubik
1 )aki1laki( simtomatik
F10
3
organisme patogen:ml urin
1 Pasien asimtomatik
F 10
$
organisme patogen:ml urin pada 2 contoh urin
berurutan.
3. +es kimia/i
Gang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. 5asarn-a
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki( mereduksi nitrat
bila dijumpai lebih dari 100.000 1 1.000.000 bakteri. %on.ersi ini
dapat dijumpai dengan perubahan /arna pada uji tarik. Sensiti.itas
70(<8 dan spesifisitas 77(18 untuk mendeteksi "ram1negatif. Hasil
palsu terjadi bila pasien sebelumn-a diet rendah nitrat( diuresis
ban-ak( infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
!. +es Plat1>elup 25ip1slide3
"ambar 7. Plat celup
)empeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaann-a
dilapisi perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien
atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan
kembali ke dalam tabung plastik tempat pen-impanan semula( lalu
dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 3<H >. Penentuan
jumlah kuman:ml dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar
-ang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni -ang sesuai dengan
2!,
jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin -ang
diperiksa. >ara ini mudah dilakukan( murah dan cukup akurat.
+etapi jenis kuman dan kepekaann-a tidak dapat diketahui.
$. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainn-a
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adan-a batu
atau kelainan anatomis -ang merupakan faktor predisposisi IS%.
5apat berupa pielografi intra.ena 2IEP3( ultrasonografi dan >+1
scanning.
Diagno&i& Ban#ing
Infeksi atau iritasi pada periuretra atau .agina.
Ko)"i%a&i
Pielonefritis akut( septikemia dan kerusakan ginjal.
Penata"a%&anaan
Pasien dianjurkan ban-ak minum agar diuresis meningkat( diberikan obat -ang
men-ebabkan suasana urin alkali jika terdapat disuria berat dan diberikan
antibiotik -ang sesuai. =iasan-a ditujukan untuk bakteri "ram1negatif dan obat
tersebut harus tinggi konsentrasin-a dalam urin.
9anita dengan bakteriuria asimtomatik atau gejala IS% bagian ba/ah cukup
diobati dengan dosis tunggal atau selama $ hari. %emudian dilakukan
pemeriksaan urin porsi tengah seminggu kemudian( jika masih positif harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pada pria( kemungkinan terdapat kelainan saluran kemih lebih besar( sehingga
sebaikn-a diberikan terapi antibiotik selama $ hari( bukan dosis tunggal dan
diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
+erdapat 2 jenis IS% rekuren. Gang paling sering adalah kuman baru pada
setiap serangan( biasan-a pada /anita dengan gejala sistitis akut rekuren atau
pasien dengan kelainan anatomi. Pasien diminta ban-ak minum agar sering
berkemih dan dianjurkan untuk minum antibiotik segera setelah berhubungan
intim. Pada kasus sulit dapat diberikan profilaksis dosis rendah sebelum tidur
setiap malam( misaln-a nitrofurantoin( trimetroprim dan sulfametoksa4ol(
biasan-a 31& bulan.
enis kedua adalah dimana infeksi terjadi persisten dengan kuman -ang sama.
5i luar kemungkinan resistensi kuman ini biasan-a merupakan tanda terdapat
infeksi seperti batu atau kista. =iasan-a dibutuhkan antibiotik jangka panjang.
B. INKONTINENSIA URIN
Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi pen-akit -ang sering
ditemukan pada pasien geriatri. 5iperkirakan pre.alensi inkontinensia urin
2!7
berkisar antara 1$I308 usia lanjut di mas-arakat dan 201308 pasien geriatri
-ang dira/at di rumah sakit mengalami inkontinensia urin( dan kemungkinan
bertambah berat inkontinensia urinn-a 2$1308 saat berumur &$1<! tahun.
Masalah inkontinensia urin ini angka kejadiann-a meningkat dua kali lebih
tinggi pada /anita dibandingkan pria.
Perubahan1perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran kemih bagian
ba/ah. Perubahan tersebut merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami
inkontinensia( tetapi tidak men-ebabkan inkontinensia. adi inkontinensia bukan
bagian normal proses menua.
K"a&i1i%a&i In%ontinen&ia U$in
Inkontinensia urin diklasifikasikan :
1. Inkontinensia *rin #kut ;e.ersibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi
ke toilet sehingga berkemih tidak pada tempatn-a. =ila delirium teratasi
maka inkontinensia urin umumn-a juga akan teratasi. Setiap kondisi -ang
menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbuln-a inkontinensia urin
fungsional atau memburukn-a inkontinensia persisten( seperti fraktur tulang
pinggul( stroke( arthritis dan sebagain-a.
;esistensi urin karena obat1obatan( atau obstruksi anatomis dapat pula
men-ebabkan inkontinensia urin. %eadaan inflamasi pada .agina dan
urethra 2.aginitis dan urethritis3 mungkin akan memicu inkontinensia urin.
%onstipasi juga sering men-ebabkan inkontinensia akut.
=erbagai kondisi -ang men-ebabkan poliuria dapat memicu terjadin-a
inkontinensia urin( seperti glukosuria atau kalsiuria. "agal jantung dan
insufisiensi .ena dapat men-ebabkan edema dan nokturia -ang kemudian
mencetuskan terjadin-a inkontinensia urin nokturnal. =erbagai macam obat
juga dapat mencetuskan terjadin-a inkontinensia urin seperti Calcium
Channel Blocker( agonist adrenergic al!a( analgesic narcotic( psikotropik(
antikolinergik dan diuretic.
*ntuk mempermudah mengingat pen-ebab inkontinensia urin akut
re.ersible dapat dilihat akronim di ba/ah ini :
5 5elirium
; ;estriksi mobilitas( retensi urin
I Infeksi( inflamasi( Impaksi
P Poliuria( pharmasi
2. Inkontinensia *rin Persisten
Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara(
meliputi anatomi( patofisiologi dan klinis. *ntuk kepentingan praktek klinis(
klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat membantu e.aluasi dan
inter.ensi klinis.
2$0
%ategori klinis meliputi :
a. Inkontinensia urin stress :
+ak terkendalin-a aliran urin akibat meningkatn-a tekanan
intraabdominal( seperti pada saat batuk( bersin atau berolah raga.
*mumn-a disebabkan oleh melemahn-a otot dasar panggul(
merupakan pen-ebab tersering inkontinensia urin pada lansia di
ba/ah <$ tahun. )ebih sering terjadi pada /anita tetapi mungkin
terjadi pada laki1laki akibat kerusakan pada sfingter urethra setelah
pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh
mengeluarkan urin pada saat terta/a( batuk( atau berdiri. umlah urin
-ang keluar dapat sedikit atau ban-ak.
"ambar 10. Inkontinensia urin stress
b. Inkontinensia urin urgensi :
%eluarn-a urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi
keinginan berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumn-a dikaitkan
dengan kontraksi detrusor tak terkendali 2detrusor oeractiity3.
Masalah1masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia
urin urgensi ini( meliputi stroke( pen-akit Parkinson( demensia dan
cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup /aktu untuk
sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk berkemih sehingga
timbul peristi/a inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
merupakan pen-ebab tersering inkontinensia pada lansia di atas <$
tahun. Satu .ariasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas
detrusor dengan kontraktilitas -ang terganggu. Pasien mengalami
kontraksi in.olunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung
kemih sama sekali. Mereka memiliki gejala seperti inkontinensia
urin stress( o.erflo/ dan obstruksi. Bleh karena itu perlu untuk
mengenali kondisi tersebut karena dapat men-erupai ikontinensia
urin tipe lain sehingga penanganann-a tidak tepat.
c. Inkontinensia urin o.erflo/ :
+idak terkendalin-a pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi
kandung kemih -ang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi
anatomis( seperti pembesaran prostat( faktor neurogenik pada
2$1
diabetes melitus atau sclerosis multiple( -ang men-ebabkan
berkurang atau tidak berkontraksin-a kandung kemih( dan faktor1
faktor obat1obatan. Pasien umumn-a mengeluh keluarn-a sedikit
urin tanpa adan-a sensasi bah/a kandung kemih sudah penuh.
d. Inkontinensia urin fungsional :
Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalin-a
pengeluaran urin akibat faktor1faktor di luar saluran kemih.
Pen-ebab tersering adalah demensia berat( masalah muskuloskeletal
berat( faktor lingkungan -ang men-ebabkan kesulitan unutk pergi ke
kamar mandi( dan faktor psikologis.
Seringkali inkontinensia urin pada lansia muncul dengan berbagai
gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia
urin. Penatalaksanaan -ang tepat memerlukan identifikasi semua
komponen.
E4a"ua&i In%ontinen&ia U$in
+ujuan e.aluasi a/al adalah untuk memastikan adan-a inkontinensia urin dan
mengenali pen-ebab1pen-ebab -ang bersifat sementara( pasien -ang perlu
die.aluasi lebih lanjut( dan pasien -ang bisa memulai pengobatan tanpa
memerlukan uji1uji -ang canggih.
Ri5a,at Pen,a%it
;i/a-at pen-akit harus menekankan pada gejala -ang muncul secara rinci agar
dapat ditentukan tipe inkontinensia( patofisiologi dan faktor1faktor pemicu.
a. )ama dan karakteristik inkontinensia urin
9aktu dan jumlah urin pada saat mengalami inkontinensia urin
dan saat kering 2kontinen3
#supan cairan( jenis 2kopi( cola( teh3 dan jumlahn-a.
"ejala lain seperti nokturia( disuria( frek/ensi( hematuria dan
n-eri.
%ejadian -ang men-ertai seperti batuk( operasi( diabetes( obat1
obatan.
Perubahan fungsi usus besar atau kandung kemih.
Penggunaan Pad atau Modalitas lainn-a.
b. Pengobatan inkontinensia urin sebelumn-a dan hasiln-a
;i/a-at medis harus memperhatikan masalah1masalah seperti
diabetes( gagal jantung( insufisiensi .ena( kanker( masalah
neurologis( stroke dan pen-akit Parkinson. +ermasuk di dalamn-a
ri/a-at sistem urogenital seperti pembedahan abdominal dan
pel.is( melahirkan( atau infeksi saluran kemih. D.aluasi obat1
obatan baik -ang dibeli dengan resep maupun dibeli bebas juga
penting dilakukan. =eragam obat dikaitkan dengan inkontinensia
urin seperti hipnotik sedatif( diuretik( antikolinergik( adrenergik
dan calcium channel blocker. =iasan-a ada hubungan dengan
/aktu antara penggunaan obat1obatan dengan a/itan inkontinensia
urin atau memburukn-a inkontinensia -ang sudah kronik.
2$2
Pee$i%&aan Fi&i%
+ujuan pemeriksaan fisik adalah mengenali pemicu inkontinensia urin dan
membantu menetapkan patofisiologin-a. Selain pemeriksaan fisik umum -ang
selalu harus dilakukan( pemeriksaan terhadap abdomen( genitalia( rectum(
fungsi neurologis( dan pel.is 2pada /anita3 sangat diperlukan.
Pemeriksaan abdomen harus mengenali adan-a kandung kemih -ang penuh(
rasa n-eri( massa( atau ri/a-at pembedahan. %ondisi kulit dan abnormalitas
anatomis harus diidentifikasi ketika memeriksa genitalia. Pemeriksaan rectum
terutama dilakukan untuk medapatkan adan-a obstipasi atau skibala( dan
e.aluasi tonus sfingter( sensasi perineal( dan refleks bulboka.ernosus. 'odul
prostat dapat dikenali pada saat pemeriksaan rectum. Pemeriksaan pel.is
menge.aluasi adan-a atrofi mukosa( .aginitis atrofi( massa( tonus otot( prolaps
pel.is( dan adan-a sistokel atau rektokel. D.aluasi neurologis sebagian
diperoleh saat pemeriksaan rectum ketika pemeriksan sensasi perineum( tonus
anus( dan refles bulboka.ernosus. Pemeriksaan neurologis juga perlu
menge.aluasi pen-akit1pen-akit -ang dapat diobati seperti kompresi medula
spinalis dan pen-akit parkinson. Pemeriksaan fisik se-og-an-a juga meliputi
pengkajian tehadap status fungsional dan kognitif( memperhatikan apakah
pasien men-adari keinginan untuk berkemih dan mengunakan toilet.
Pee$i%&aan Pa#a In%ontinen&ia U$in
1. +es diagnostik pada inkontinensia urin
Menurut Buslander( tes diagnostik pada inkontinensia perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor -ang potensial
mengakibatkan inkontinensia( mengidentifikasi kebutuhan klien dan
menentukan tipe inkontinensia.
Mengukur sisa urin setelah berkemih( dilakukan dengan cara :
Setelah buang air kecil( pasang kateter( urin -ang keluar melalui
kateter diukur atau menggunakan pemeriksaan ultrasonik pel.is(
bila sisa urin F 100 cc berarti pengosongan kandung kemih tidak
adekuat.
*rinalisis
5ilakukan terhadap spesimen urin -ang bersih untuk mendeteksi
adan-a faktor -ang berperan terhadap terjadin-a inkontinensia
urin seperti hematuri( piouri( bakteriuri( glukosuria( dan
proteinuria. +es diagnostik lanjutan perlu dilanjutkan bila
e.aluasi a/al didiagnosis belum jelas. +es lanjutan tersebut
adalah :
o +es laboratorium tambahan seperti kultur urin( blood urea
nitrogen( creatinin( kalsium glukosa sitologi.
o +es urodinamik untuk mengetahui anatomi dan fungsi
saluran kemih bagian ba/ah
o +es tekanan urethra mengukur tekanan di dalam urethra
saat istirahat dan saat dianmis.
o Imaging tes terhadap saluran perkemihan bagian atas dan
ba/ah.
2$3
2. Pemeriksaan penunjang
*ji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat1
alat mahal. Sisa1sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada
pemeriksaan fisis. Pengukuran -ang spesifik dapat dilakukan dengan
ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesn-a urin pada saat
dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. D.aluasi tersebut juga
harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan
keinginan untuk berkemih. 5iminta untuk batuk ketika sedang
diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri. Merembesn-a urin
seringkali dapat dilihat. Informasi -ang dapat diperoleh antara lain
saat pertama ada keinginan berkemih( ada atau tidak adan-a
kontraksi kandung kemih tak terkendali( dan kapasitas kandung
kemih.
3. )aboratorium
Dlektrolit( ureum( creatinin( glukosa( dan kalsium serum dikaji untuk
menentukan fungsi ginjal dan kondisi -ang men-ebabkan poliuria.
!. >atatan berkemih 2.oiding record3
>atatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih.
>atatan ini digunakan untuk mencatat /aktu dan jumlah urin saat
mengalami inkontinensia urin dan tidak inkontinensia urin( dan
gejala berkaitan dengan inkontinensia urin. Pencatatan pola
berkemih tersebut dilakukan selama 113 hari. >atatan tersebut dapat
digunakan untuk memantau respon terapi dan juga dapat dipakai
sebagai inter.ensi terapeutik karena dapat men-adarkan pasien
faktor1faktor -ang memicu terjadin-a inkontinensia urin pada
dirin-a.
Penata"a%&anaan
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi faktor
resiko( mempertahankan homeostasis( mengontrol inkontinensia urin(
modifikasi lingkungan( medikasi( latihan otot pel.is dan pembedahan.
5ari beberapa hal tersebut di atas( dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Gang dicatat pada kartu tersebut misaln-a /aktu berkemih dan
jumlah urin -ang keluar( baik -ang keluar secara normal( maupun
-ang keluar karena tak tertahan( selain itu dicatat pula /aktu( jumlah
dan jenis minuman -ang diminum.
2. +erapi non farmakologi
5ilakukan dengan mengoreksi pen-ebab -ang mendasari timbuln-a
inkontinensia urin( seperti hiperplasia prostat( infeksi saluran kemih(
diuretik( gula darah tinggi( dan lain1lain. #dapun terapi -ang dapat
dilakukan adalah :
Melakukan latihan menahan kemih 2memperpanjang inter.al
/aktu berkemih3 dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga
frek/ensi berkemih &1< ?:hari. )ansia diharapkan dapat
menahan keinginan untuk berkemih bila belum /aktun-a. )ansia
2$!
dianjurkan untuk berkemih pada inter.al /aktu tertentu( mula1
mula setiap jam( selanjutn-a diperpanjang secara bertahap
sampai lansia ingin berkemih setiap 213 jam.
Membiasakan berkemih pada /aktu1/aktu -ang telah ditentukan
sesuai dengan kebiasaan lansia.
Promted .oiding dilakukan dengan cara mengajari lansia
mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan
petugas atau pengasuhn-a bila ingin berkemih. +eknik ini
dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif
2berpikir3.
Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan
otot dasar panggul secara berulang1ulang. #dapun cara1cara
mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan
cara :
=erdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan
terbuka( kemudian pinggul digo-angkan ke kanan dan ke kiri J
10 kali( ke depan ke belakang J 10 kali( dan berputar searah
dan berla/anan dengan jarum jam J 10 kali.
"erakan seolah1olah memotong feses pada saat kita buang air
besar dilakukan J 10 kali.
Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan
urethra dapat tertutup dengan baik.
3. +erapi farmakologi
Bbat1obat -ang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti B?-butinin( Propantteine( 5ic-lomine(
fla.o?ate( Imipramine.
Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis( -aitu
pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra.
Pada sfingter rela? diberikan kolinergik agonis seperti =ethanechol
atau alfakolinergik antagonis seperti pra4osin untuk stimulasi
kontraksi( dan terapi diberikan secara singkat.
!. +erapi pembedahan
+erapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan
urgensi( bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil.
Inkontinensia tipe o.erflo/ umumn-a memerlukan tindakan
pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. +erapi ini dilakukan
terhadap tumor( batu( di.ertikulum( hiperplasia prostat( dan prolaps
pel.ic 2pada /anita3.
$. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik -ang
men-ebabkan inkontinensia urin( dapat pula digunakan beberapa alat
bantu bagi lansia -ang mengalami inkontinensia urin( diantaran-a adalah
pampers( kateter( dan alat bantu toilet seperti urinal( komod dan bedpan.
Pampers
5apat digunakan pada kondisi akut maupun pada kondisi dimana
pengobatan sudah tidak berhasil mengatasi inkontinensia urin.
2$$
'amun pemasangan pampers juga dapat menimbulkan masalah
seperti luka lecet bila jumlah air seni melebihi da-a tampung
pampers sehingga air seni keluar dan akibatn-a kulit menjadi
lembab( selain itu dapat men-ebabkan kemerahan pada kulit( gatal(
dan alergi.
%ateter
"ambar 11. %ateter
%ateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin
karena dapat men-ebabkan infeksi saluran kemih( dan juga terjadi
pembentukan batu. Selain kateter menetap( terdapat kateter
sementara -ang merupakan alat -ang secara rutin digunakan untuk
mengosongkan kandung kemih. +eknik ini digunakan pada pasien
-ang tidak dapat mengosongkan kandung kemih. 'amun teknik ini
juga beresiko menimbulkan infeksi pada saluran kemih.
#lat bantu toilet
Seperti urinal( komod dan bedpan -ang digunakan oleh orang usia
lanjut -ang tidak mampu bergerak dan menjalani tirah baring. #lat
bantu tersebut akan menolong lansia terhindar dari jatuh serta
membantu memberikan kemandirian pada lansia dalam
menggunakan toilet.
2. 0IPERTROFI PROSTAT JINAK
=erdasarkan angka otopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat
ditemukan pada usia 301!0 tahun. =ila perubahan mikroskopik ini terus
berkembang akan terjadi perubahan patologik anatomik. Pada pria usia $0 tahun
angka kejadiann-a sekitar $08( dan pada usia ,0 tahun sekitar ,08. Sekitar
$08 dari angka tersebut di atas akan men-ebabkan gejala dan tanda klinik.


2$&
"ambar 12. Hipertrofi prostat jinak
Etio"ogi
5engan bertambahn-a usia akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron
estrogen( karena produksi testosteron menurun dan terjadi kon.ersi testosteron
menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer. %arena proses pembesaran
prostat terjadi secara perlahan1lahan maka efek perubahan juga terjadi secara
perlahan1lahan.
Pada tahap a/al setelah terjadi pembesaran prostat( resistensi pada leher .esika
dan daerah prostat meningkat( dan detrusor menjadi lebih tebal. 6ase penebalan
detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. #pabila keadaan berlanjut
maka detrusor menjadi lelah dan akhirn-a mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Ga*a$an %"ini%
=iasan-a ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. "ejala dan tanda
obstruksi jalan kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi(
miksi tersebut menetes pada akhir( pancaran miksi menjadi lemah( dan rasa
belum puas sehabis miksi. "ejala iritasi disebabkan hipersensiti.itas otot
detrusor berarti bertambahn-a frekuensi miksi( nokturia( miksi sulit ditahan( dan
disuria. "ejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan
cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus1
putus. "ejala iritasi terjadi karena pengosongan -ang tidak sempurna pada saat
miksi atau pembesaran prostat men-ebabkan rangsangan pada kandung kemih(
sehingga .esika sering berkontraksi meskipun belum penuh.
#pabila .esika menjadi dekompensasi( akan terjadi retensi urin sehingga pada
akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih( dan timbul rasa
tidak tuntas pada akhir miksi. ika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan
terjadi kemacetan total( sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. %arena
2$<
produksi urin terus terjadi maka pada suatu saat .esika tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intra.esika terus meningkat. #pabila
tekanan .esika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi(
akan terjadi inkontinensia paradoks. ;etensi kronik men-ebabkan refluks
.esiko1ureter( /ithdra/ ureter( hidronephrosis( dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada /aktu miksi penderita
harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan men-ebabkan hernia atau
hemoroid. %arena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan di
dalam kandung kemih. =atu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
menimbulkan hematuria. =atu tersebut dapat pula men-ebabkan sistitis dan bila
terjadi refluks dapat terjadi pielonephritis.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus(
mukosa rektum( kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat.
Pada perabaan melalui colok dubur harus diperhatikan konsistensi prostat(
adakah asimetri( adakah nodul pada prostat( apakah batas atas dapat diraba.
5erajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin -ang masih
dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan
melakukan ultrasonografi kandung kemih seteleh miksi. Sisa urin F100 cc
dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan inter.ensi pada hipertrofi
prostat.
5erajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urin pada
/aktu miksi( disebut uroflo/metri. #ngka normal pancaran kemih rata1rata 101
12 ml:detik dan pancaran maksimal sampai sekitar 20 ml:detik. Pada obstruksi
ringan pancaran menurun antara &1, ml:detik( sedang maksimal pancaran
menjadi 1$ ml:detik atau kurang. %elemahan detrusor dan obstruksi infra.esika
tidak dapat dibedakan dengan pengukuran pancaran kemih.
Pee$i%&aan Pen'it$aan
5engan pemeriksaan radiologik seperti foto polos perut dan pielografi intra.ena
dapat diperoleh keterangan mengenai pen-akit ikutan misaln-a batu saluran
kemih( hidronephrosis( atau di.ertikel kandung kemih. %alau dibuat foto setelah
miksi dapat dilihat sisa urin. Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek
isian kontras pada dasar kandung kemih. Secara tidak langsung pembesaran
prostat dapat diperkirakan apabila dasar buli1buli pada gambaran sistogram
tampak terangkat atau ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti
mata kail. #pabila fungsi ginjal buruk sehingga ekskresi ginjal kurang baik atau
penderita sudah dipasang kateter menetap( dapat dilakukan sistogram retrograd.
*ltrasonografi dapat dilakukan secara transabdominal atau transrektal
2transrectal ultrasonogarphy @ +;*S3. Selain untuk mengetahui pembesaran
prostat pemeriksaan ultrasonografi dapat pula menentukan .olume buli1buli(
mengukur sisa urin( dan keadaan patologi lain seperti di.ertikel( tumor dan batu.
5engan ultrasonografi transrektal dapat diukur besar prostat untuk menentukan
jenis terapi -ang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan
ultrasonografi suprapubik.
2$,
"ambar 13. +;*S 2+ransrectal *ltrasonograph-3
Pemeriksaan sistografi dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria
atau pada pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria. Pemeriksaan ini dapat
memberi gambaran kemungkinan tumor di dalam kandung kemih atau sumber
perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter( atau batu radiolusen di
dalam .esika. Selain itu sistoskopi dapat juga memberi keterangan mengenai
besar prostat dengan mengukur panjang urethra pars prostatika dan melihat
penonjolan prostat ke dalam urethra.
"ambar 1!. Sistografi
Diagno&a *an#ing
Proses miksi tergantung pada kekuatan kontraksi detrusor( elastisitas leher
kandung kemih dengan tonus ototn-a( dan resistensi urethra. Setiap kesulitan
miksi disebabkan oleh salah satu dari ketiga faktor tersebut. %elemahan detrusor
dapat disebabkan oleh kelainan saraf 2kandung kemih neurologik3 misaln-a
pada lesi medula spinalis( neuropati diabetes( bedah radikal -ang mengorbankan
persarafan di daerah pel.is( penggunaan obat penenang( obat penghambat
reseptor ganglion( dan parasimpatolitik. %ekakuan leher .esika disebabkan oleh
proses fibrosis( sedangkan resistensi urethra disebabkan oleh pembesaran
prostat jinak atau ganas( tumor di leher kandung kemih( batu di urethra( atau
striktur urethra. %elainan tersebut dapat dilihat dengan sistoskopi.
2$7
Penanggu"angan
Penderita datang ke dokter bila hipertrofi prostat telah memberikan keluhan
klinik. Brganisasi kesehatan dunia 29HB3 menganjurkan klasifikasi untuk
menentukan berat gangguan miksi -ang disebut 9HB PSS 29HB Prostate
symptom score3. Skor ini berdasarkan ja/ababan penderita atas delapan
pertan-aan mengenai miksi.
+erapi non bedah dianjurkan bila 9HB PSS tetap di ba/ah 1$. *ntuk itu
dianjurkan dilakukan kontrol dengan menentukan 9HB PSS. +erapi bedah
dianjurkan bila 9HB PSS 2$ ke atas atau bila timbul obstruksi.
5i dalam praktek pembagian besar prostat derajat I1IE digunakan untuk
menentukan cara penanganan. Penderita derajat I biasan-a belum memerlukan
tindakan bedah diberikan pengobatan konser.atif misaln-a dengan penghambat
adrenoreseptor alfa seperti alfa4osin( pra4osi dan tera4osin. %euntungan obat
penghambat adrenoreseptor alfa ialah efek positif segera terhadap keluhan(
tetapi tidak mempengaruhi proses h-perplasia prostat sedikitpun.
%ekurangann-a ialah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
5erajat II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. =iasan-a
dianjurkan reseksi endoskopi melalui urethra 2transurethral resection @ +*;3.
%adang derajat II dapat dicoba dengan pengobatan konser.atif.
"ambar 1$. +*; 2+ransurethral ;esection3
Pada derajat III( reseksi endoskopik dapat dikerjakan oleh pembedah -ang
cukup berpengalaman. #pabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga
reseksi tidak akan selesai dalam satu jam( sebaikn-a dilakukan pembedahan
kemudian prostat dienukleasi dari dalam simpain-a.
Pada hipertrofi derajat IE tindakan pertama -ang harus segera dikerjakan ialah
membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau
sistostomi. Setelah itu dilakukan pemeriksan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnosis( kemudian terapi definitif dengan +*; atau pembedahan terbuka.
2&0
Penderita -ang keadaan umun-a tidak memungkinkan untuk dilakukan
pembedahan dapat diusahakan pengobatan konser.atif dengan memberikan obat
penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konser.atif lain ialah dengan
pemberian obat anti androgen -ang menekan produksi )H. %esulitan
pengobatan konser.atif ini ialah menentukan berapa lama obat harus diberikan
dan efek samping obat.
Pengobatan lain -ang in.asif minimal ialah pemanasan prostat dengan
gelombang mikro -ang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena -ang
dipasang pada ujung kateter. 5engan cara ini -ang disebut transurethral
micro"ae thermotherapy 2+*M+3 diperoleh hasil perbaikan kira1kira <$8
untuk gejala ob-ektif.
"ambar 1&. +*M+ 2+ransurethral Micro/a.e +hermotherap-3
Pada penanggulangan in.asif minimal lain digunakan caha-a laser( -ang disebut
transurethral ultrasound guided laser induced prostatectomy 2+*)IP3 juga
diperoleh hasil -ang cukup memuaskan.
*rethra di daerah prostat juga dapat didilatasi dengan memakai balon -ang
dikembangkan di dalamn-a 2transurethral balloon dilatation @ +*=53. +*=5
ini biasan-a memberi perbaikan -ang bersifat sementara.
D. GAGAL GINJAL AKUT
"agal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba1tiba( tapi tidak
seluruhn-a dan re.ersibel. %elainan ini mengakibatkan peningkatan =*'
#Blood $rea Nitrogen% serum dan kreatinin. )ansia cenderung mengalami ""#
-ang bersifat progresif -ang mengakibatkan peningkatan morbiditas. 208
penderita dengan ""# mengalami kerusakan ginjal -ang berat( untuk itu setiap
orang -ang mera/at lansia harus dilengkapi dengan kemampuan untuk
menge.aluasi ""#.
Etio"ogi
5iklasifikasikan dalam 3 kelompok( -aitu
1. P$a gin!a" atau &i$%u"a&i.
+erjadi akibat kurangn-a perfusi ginjal dan perbaikan dapat terjadi
dengan cepat setelah kelainan tersebut diperbaiki( misaln-a
2&1
hipo.olemia atau hipotensi( penurunan curah jantung dan
peningkatan .iskositas darah.
(. Gin!a" atau )a$en%ia"
#kibat pen-akit pada ginjal atau pembuluhn-a. +erdapat kelainan
histologi dan kesembuhan tidak terjadi dengan segera pada
perbaikan faktor praginjal atau obstuksi( misaln-a nekrosis tubular
akut( nekrosis kortikal akut( pen-akit glomerulus akut( obstruksi
.ascular akut dan nefrektomi.
+. Pa&'a gin!a" atau o*&t$u%&i.
+erjadi akibat obstruksi aliran urin( misaln-a obstruksi pada
kandung kemih( uretra( kedua ureter( dsb.
Pen-ebab ""# pada usia lanjut berbeda dengan pen-ebab ""# pada orang
de/asa. Pada usia lanjut pen-ebab ""# berturut1turut sebagai berikut : 2potret
"#( =ennet 9M( 17713
1 sebagian besar 2$083 karena dehidrasi atau gangguan elektrolit
1 obstruksi merupakan !08 pen-ebab ""#( terutama hipertrofi
prostat
1 kelainan ginjal primer han-a merupakan sebagian kecil 21083 dari
""# pada usia lanjut.
Diagno&a
5iagnosis kelainan pra ginjal ditegakkan berdasarkan adan-a tanda1tanda gagal
ginjal akut 2biasan-a oliguria dengan kenaikan kreatinin dan ureum plasma3
urin -ang terkonsentrasi dengan retensi natrium sehingga konsentrasi natrium
urin rendah( dan perbaikan bila faktor pra ginjal dihilangkan. *mumn-a
pen-ebab jelas diketahui.
%emungkinan obstruksi harus dipertimbangkan sejak a/al. =iasan-a
diperlukan pemeriksaan berupa memasukkan kateter ureter dan *S" ginjal.
Pada kelainan instrinsik( pen-ebab paling sering adalah nekrosis tubular akut.
+erjadi kerusakan -ang parah tapi re.ersibel pada sel1sel tubulus( biasan-a
akibat s-ok atau nefrotoksin. "ejala biasan-a gagal ginjal dengan oliguria akut
sembuh spontan dalam 113 minggu. 5apat pula disebabkan obstruksi tubular
akut( reaksi alergi( dan sebagain-a. "ambaran klinisn-a berupa gagal ginjal
dengan oliguria akut( oliguria berat atau anuria. 5iagnosis pasti ditegakkan
dengan biopsi ginjal untuk mengetahui kelainan patologin-a.
Ko)"i%a&i
1 antung : edema paru( aritmia( efusi pericardium
1 "angguan elektrolit : hiperkalemia( hiponatremia( asidosis
1 'eurologi: iritabilitas neuromuskular( tremor( koma( gangguan
kesadaran dan kejang.
1 "astrointestinal: nausea( muntah( gastritis( ulkus peptikum(
perdarahan gastrointestinal
1 Hematologi : anemia( diastesis hemoragik
2&2
1 Infeksi : pneumonia( septikemia( infeksi nosokomial
Penata"a%&anaan
Perbedaann-a dengan gagal ginjal kronik adalah pasien memiliki kemungkinan
lebih besar memerlukan terapi spesifik dengan cepat. )ebih terlihat sakit( lebih
jelas oliguria( dan lebih terpapar kemungkinan komplikasi akut seperti
hiperkalemia dan perdarahan saluran cerna.
Penatalaksanaan -ang terpenting adalah mengetahui dimana letak kelainann-a.
%emudian gagal ginjal ditatalaksana sampai fungsin-a kembali.
=ila kelainann-a pra ginjal( perbaikan dapat langsung terjadi bila faktor
pencetusn-a dihilangkan. 'amun pada beberapa kasus( perbaikan baru terjadi
setelah beberapa jam.
Pada kasus obstruksi( pen-ebab harus dihilangkan secara permanent karena
dapat men-ebabkan gangguan fungsi tubulus -ang berat. 5iuresis masif dapat
terjadi setelah obstruksi akut dihilangkan. ika kehilangan cairan tidak segera
diganti( dapat terjadi dehidrasi berat atau hipernatremia.
Penatalaksanaan secara umum adalah:
1. 5iagnosa dan tatalaksana pen-ebab
1 %elainan pra ginjal. 5ilakukan pengkajian klinis meliputi faktor
pencetus( keseimbangan cairan dan status dehidrasi. %emudian
diperiksa konsentrasi natrium urin( .olume darah dikoreksi(
diberikan diuretik( dipertimbangkan pemberian inotropik dan
dopamine.
1 %elainan ginjal. 5ilakukan pengkajian klinis( urinalisa(
mikroskopik urin ( dan dipertimbangkan kemungkinan biopsi
ginjal( arteriografi( atau tes lainn-a.
1 %elainan pasca ginjal. 5ilakukan pengkajian klinis meliputi
apakah kandung kemih penuh( ada pembesaran prostat( gangguan
miksi( atau n-eri pinggang. 5icoba memasang kateter urin( selain
untuk mengetahui adan-a obstruksi juga untuk penga/asan
akurat dari urin dan mengambil bahan pemeriksaan. =ila perlu
dilakukan *S" ginjal.
2. Penatalaksanaan gagal ginjal
1 Mencapai dan mempertahankan keseimbangan natrium dan air.
Masukan natrium dibatasi hingga &0 mmol: hari dan cairan
cukup $00 ml:hari di luar kekurangan hari sebelumn-a atau 30
ml:jam di luar jumlah urin -ang dikeluarkan jam sebelumn-a.
'amun keseimbangan harus tetap dia/asi.
1 Memberikan nutrisi -ang cukup. =ila melalui suplemen tinggi
kalori atau hiperalimentasi intra.ena.
1 Mencegah dan memperbaiki hiperkalemia. 5ilakukan perbaikan
asidosis( pemberian glukosa dan insulin intra.ena( penambahan
kalium( pemberian kalsium intra.ena pada kedaruratan jantung.
2&3
1 Mencegah dan memperbaiki infeksi( terutama ditujukan terhadap
infeksi saluran nafas dan nosokomial. 5emam harus segera
dideteksi dan diterapi. %ateter harus segera dilepas bila diagnosis
obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.
1 Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. 6eses
diperiksa untuk mengetahui adan-a perdarahan dan dapat
dilakukan endoskopi. 5apat pula dideteksi dari kenaikan rasio
ureum: kreatinin( disertai penurunan hemoglobin. =iasan-a
antagonis histamin H
2
2misaln-a ranitidin3 diberikan pada pasien
sebagai profilaksis.
1 5ialisis dini atau hemofltrasi sebaikn-a tidak ditunda sampai
ureum tinggi( hiperkalemia( atau terjadi kelebihan cairan. *reum
tidak boleh melebihi 301!0 mmol:liter. Secara umum( continous
hemofltration dan dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang
intensif( sedangkan hemodialisis intermiten dengan kateter
subkla.ia ditujukan untuk pasien lain dan sebagai tambahan
untuk pasien katabolik -ang tidak adekuat dengan dialisis
peritoneal atau hemofiltrasi.
"ambar 1<. Hemodialisis
2. Penatalaksanaan organ lain
*mumn-a pada pasien dengan kegagalan multiorgan( prognosisn-a
lebih buruk.
P$ogno&a
%ematian biasan-a disebabkan karena pen-akit pen-ebab( bukan gagal
ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada pasien lanjut usia dan bila
terdapat gagal organ lain. Pen-ebab kematian tersering adalah infeksi
2301$083( perdarahan terutama saluran cerna 21012083( jantung 2101
2083( gagal nafas 21$83( dan gaga3 multiorgan dengan kombinasi
hipotensi( septikemia( dan sebagain-a.
2&!
E. GAGAL GINJAL KRONIK
"ambar 1,.
%eadaan ginjal
pada gagal
ginjal kronik
"agal ginjal kronik
adalah penurunan
fungsi ginjal -ang
persisten dan
ire.ersibel( -ang
biasan-a berkembang
menjadi gagal jantung
terminal. Me-er dkk mengungkapkan bah/a asupan protein -ang berlebih pada
penderita ""% akan mempercepat terjadin-a gagal ginjal terminal -aitu dengan
mempercepat sklerosis glomerulus( hipertensi dengan hiperinfiltrasi glomerular.
Pasien1pasien penderita ""% harus membatasi asupan natrium untuk mencegah
o.erload cairan.
"angguan fungsi ginjal -ang terjadi adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
-ang dapat digolongkan ringan( sedang dan berat. Sedangkan gagal ginjal
terminal adalah ketidakmampuan ginjal berfungsi dengan adekuat untuk
keperluan tubuh 2harus dibantu dialisis atau transplantasi3.
Etio"ogi
"lomerulonefritis( nefropati analgesik( nefropati refluks( ginjal polikistik(
nefropati diabetik( pen-ebab lain seperti hipertensi( obstruksi( "B*+( dan tidak
diketahui. Pada lanjut usia( pen-ebab gagal ginjal kronik -ang tersering adalah
progressie renal sclerosis dan pielonefritis kronis.
Mani1e&ta&i %"ini&
"ejala1gejala akibat gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel di ba/ah ini
Manifestasi klinis gagal ginjal kronik:
*mum
%ulit
6atig( malaise( gagal tumbuh( debil.
Pucat( mudah1lecet( rapuh( leukonikia.
%epala dan leher 6etor uremik(

lidah kering dan berselaput.
Mata 6undus hipertensif( mata merah.
%ardio.askular Hipertensi( kelebihan cairan( gagal jantung( perikarditis
uremik( pen-akit .ascular.
Pernafasan Hiper.entilasi asidosis( edema paru( efusi pleura.
"astrointestinal #noreksia( nausea( gastritis( ulkus peptikum( kolitis
uremik( diare -ang disebabkan oleh antibiotik.
2&$
%emih
;eproduksi
'okturia( poliuria( haus( proteinuria( pen-akit ginjal
-ang mendasarin-a.
Penurunan libido( impotensi( amenore( infertilitas(
ginekomastia( galaktore.
Saraf )etargi( malaise( anoreksia( tremor( mengantuk(
kebingungan( flap( mioklonus( kejang( koma
+ulang Hiperparatiroidisme( defisiensi .itamin 5
Sendi "B*+( pseudogout( kalsifikasi ekstra tulang
Hematologi #nemia( defisiensi imun( mudah mengalami
perdarahan
Dndokrin Multipel
6armakologi Bbat1obat -ang diekskresi oleh ginjal
Pee$i%&aan )enun!ang
%reatinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus( dimulai bila lajun-a kurang dari &0 ml:menit. Pada gagal ginjal
terminal( konsentrasi kreatinin diba/ah 1 mmol:liter. %onsentrasi ureum plasma
kurang dapat diperca-a karena dapat menurun pada diet rendah protein dan
meningkat pada diet tinggi protein( kekurangan garam dan keadaan katabolik.
=iasan-a konsentrasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 201&0 mmol:liter.
=ersihan kreatinin #crealinine clearance% lebih buruk daripada kadar kreatinin ,
pada pria dengan usia 20 tahun. +idak ada batasan -ang pasti dari kadar
kreatinin untuk memulai dialisis. Secara umum dialisis dilakukan bila gejala
uremia timbul dan ,8 penderita ""% di Dropa memulai dialisis pada umur &$
tahun.
+erdapat penurunan bikarbonat plasma 21$12$ mmol:liter3( penurunan pH( dan
peningkatan anion gap. %onsentrasi natrium biasan-a normal( namun dapat
meningkat atau menurun akibat masukan cairan inadekuat atau berlebihan.
Hiperkalemia adalah tanda gagal ginjal -ang berat( kecuali terdapat masukan
berlebihan( asidosis tubular ginjal( atau hiperaldosteronisme.
+erdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium
plasma. %emudian fosfatase alkali meningkat. 5apat ditemukan peningkatan
parathormon pada hiperparatiroidisme.
Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia normositik normokrom dan terdapat
sel =urr pada uremia berat. )eukosit dan trombosit masih dalam batas normal.
Pemeriksaan mikroskopik urin menunjukkan kelainan sesuai pen-akit -ang
mendasarin-a.
Creatinine Clearance meningkat melebihi laju filtrat glomerulus dan turun
menjadi kurang dari $ ml:menit pada gagal ginjal terminal. 5apat ditemukan
proteinuria 20011000 mg:hari.
Pemeriksaan biokimia plasma untuk mengetahui fungsi ginjal dan gangguan
elektrolit( mikroskopik urin( urinalisa( tes serologi untuk mengetahui pen-ebab
2&&
glomerulonefritis( dan tes1tes pen-aringan sebagai persiapan sebelum dialisis
2biasan-a hepatitis = dan HIE3.
*S" ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan pen-ebab gagal
ginjal( misaln-a adalah kista atau obstruksi pel.is ginjal. 5apat pula dipakai
foto polos abdomen. ika ginjal lebih kecil dibandingkan usia dan besar tubuh
pasien maka lebih cenderung ke arah gagal ginjal kronik.
Diagno&i&
=erdasarkan anamnesis dapat ditemukan kecenderungan diagnosis. misaln-a
bila terdapat ri/a-at nokturia( poliuria( dan haus( disertai hipertensi( dan ri/a-at
pen-akit ginjal( mungkin lebih dipikirkan ke arah gagal ginjal kronik. +anda1
tanda uremia klasik dengan kulit pucat atrofi( dengan bekas garukan tidak
terjadi seketika dan jarang ditemukan pada gagal ginjal akut. 'amun pada
ban-ak kasus( gambaran ini tidak ditemukan sehingga lebih baik menganggap
semua pasien a4otemia adalah peningkatan =*' dan ditegakkan bila
konsentrasi ureum plasma meningkat.
Ko)"i%a&i
%omplikasi sistemik -ang sering adalah terjadin-a anemia. 5imana anemia
-ang terjadi dihubungkan dengan ""% melalui beberapa faktor( -aitu:
1. Pengurangan masa parenkim ginjal.
2. Dritropoetin -ang rendah.
3. %ekurangan .itamin = 12 dan asam folat.
Pada uremia masa hidup sel darah merah memendek. Mungkin juga ada
perdarahan dari "I+ -ang men-ebabkan anemia. Penggunaan obat seperti #I'S
dan bloker dapat mengurangi kadar eritropoetin dalam darah. +ransfusi darah
tidak diberikan bila kadar Hb F< g:dl( kecuali bila pasien menunjukkan gejala
klinis. Pada lansia dengan aterosklerosis( penting untuk mempertahankan kadar
Hb 10 g:dl untuk mencegah angina atau gagal jantung kongestif.
Penata"a%&anaan
+entukan dan tata laksana pen-ebabn-a.
Bptimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
=iasan-a diusahakan hingga tekanan .ena jugularis sedikit
meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien(
furosemid dosis besar 22$011000 mg3 atau )oop diuretik 2bumetanid(
asam etakrinat3 diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan pada
pasien ""%( sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen
natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Penga/asan dilakukan
melalui berat badan( urin( dan pencatatan keseimbangan cairan
2masukkan melebihi keluaran sekitar $00 ml3. *ntuk menentukan
asupan natrium( harus dilakukan pemeriksaan dari urin 2! jam dan
biasan-a asupan natrium 21! g:hari cukup untuk menjaga
keseimbangan natrium.
2&<
mmol:liter. =iasan-a terjadi pada pasien -ang sangat kekurangan
garam dan dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. 'amun
perbaikan -ang cepat dapat berbaha-a.
Mencegah dan tata laksana pen-akit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat mengikat fosfat seperti
alumunium hidroksida 230011,00 mg3 atau kalsium karbonat 2$001
3000 mg3 pada setiap makan. 'amun hati1hati dengan toksisitas
tersebut. 5iberikan suplemen .itamin 5 dan dilakukan
paratiroidektomi atas indikasi.
5eteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai imunosupresif dan terapi lebih
ketat.
Modifikasi terapi obat dan fungsi ginjal
=an-ak obat1obatan -ang harus diturunkan dosisn-a karena
metabolitn-a toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misaln-a digoksin(
aminoglikosid( analgesik opiat( ampoterisin( dan allopurinol. uga
obat1obatan -ang meningkatkan katabolisme dan ureum darah(
misaln-a tetrasiklin( kortikosteroid dan sitostatik.
5eteksi dan terapi komplikasi
#/asi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia( perikarditis(
neuropati perifer( hiperkalemia -ang meningkat( kelebihan cairan
-ang meningkat( infeksi -ang mengancam ji/a( kegagalan untuk
bertahan( hingga diperlukan dialisis.
Persiapan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi
dilakukan dialisis biasan-a adalah gagal ginjal dengan gejala klinis
-ang jelas meski telah dilakukan terapi konser.atif( atau terjadi
komplikasi.
"ambar 17. +ransplantasi ginjal

P$ogno&a
Prognosis gagal ginjal kronik pada usia lanjut kurang begitu baik jika
dibandingkan dengan prognosis gagal ginjal kronik pada usia muda.
F. SINDROM NEFROTIK
2&,
=iasan-a 1 dari ! penderita sindrom nefrotik adalah penderita dengan usia F &0
tahun. 'amun secara tepatn-a insiden dan pre.alensi sindrom nefrotik pada
lansia tidak diketahui karena sering terjadi salah diagnosa. #pabila pen-ebab
dari pen-akit ini adalah pen-akit sistemik maka dapat ditemukan gejala klinis
sesuai dengan pen-ebabn-a. Pada lansia dengan 5M sering dihubungkan
dengan kelainan glomerulus -ang mengakibatkan sindrom nefrotik pada lansia.
Etio"ogi
Pen-ebab sindrom nefrotik pada de/asa adalah:
a. "lomerulonefritis primer 2sebagian besar tidak diketahui sebabn-a3
1 "lomerulonefritis membranosa
1 "lomerulonefritis kelainan minimal
1 "lomerulonefritis membranoproliferatif
1 "lomerulonefritis paskastreptokok
b. "lomerulonefritis sekunder
1 )upus eritematosus sistemik
1 Bbat 2penisilinamin( kaptopril( #I'S3
1 'eoplasma 2kanker pa-udara( kolon( bronkus3
1 Pen-akit sistemik -ang mempengaruhi glomerulonefritis 25M(
amiloidosis3
Mani1e&ta&i K"ini%
"ejala utama -ang ditemukan adalah
1 Proteinuria F 3($ g:hari
1 Hipoalbuminemia K 30 g:l
1 Ddema generalisata. +erutama jelas pada kaki( namun dapat
ditemukan edema muka( asites dan efusi pleura
1 Hiperlipidemia( umumn-a ditemukan hiperkolesterolemia
1 Hiperkoagulabilitas( -ang akan meningkatkan resiko trombosis .ena
dan arteri
1 )ipiduria 2lemak bebas( sel epitel bulat -ang mengandung
lemak:o.al fat bodieLs( torak lemak3.

"ambar 20. Ddema generalisata
Pee$i%&aan Penun!ang
5ilakukan pemeriksaan urin dan darah untuk memastikan proteinuria(
hipoalbuminemia dan hiperlipidemia. 5iperiksa fungsi ginjal dan hematuria.
=iasan-a ditemukan penurunan kalsium plasma. 5iagnosis pasti melalui biopsi
ginjal.
Ko)"i%a&i
2&7
"agal ginjal akut(
trombosis(
infeksi dan
malnutrisi.
Penata"a%&anaan
1 +entukan pen-ebabn-a 2biopsi ginjal pada seluruh orang
de/asa3
1 Penatalaksanaan edema.
5ianjurkan untuk tirah baring dan memakai stoking -ang menekan(
terutama untuk pasien lanjut usia. Hati1hati pada pemberian diuretic( karena
adan-a proteinuria berat dapat men-ebabkan gagal ginjal atau hipo.olemik.
Harus diperhatikan dan dicatat keseimbangan cairan pasien( biasan-a
diusahakan penurunan berat badan dan cairan 0($11 kg:hari. 5ilakukan
penga/asan terhadap kalium plasma( natrium plasma( kreatinin dan ureum.
=ila perlu diberikan tambahan kalium. 5iuretik -ang biasan-a diberikan
adalah diuretic ringan( seperti tia4id atau furosemid dosis rendah( dosisn-a
disesuaikan dengan kebutuhan. "aram dalam diet dan cairan dibatasi bila
perlu. Pemberian albumin i.. han-a diperlukan pada kasus1kasus refrakter(
terutama bila terjadi kekurangan .olume intra.askular atau oliguria.
1 Memperbaiki nutrisi
5ianjurkan pemberian makanan tinggi kalori dan rendah garam. Manfaat
diet tinggi protein tidak jelas dan mungkin tidak sesuai karena adan-a gagal
ginjal( biasan-a cukup dengan protein $01&0 g:hari ditambah kehilangan
dari urin.
1 Mencegah infeksi
5iberi antibiotik profilaksis( terutama terhadap infeksi pneumokok.
1 Pertimbangkan obat antikoagulasi
5ilakukan pada pasien dengan sindrom nefrotik berat( kecuali bila
terdapat kontraindikasi. +etapi 2biasan-a /arfarin3 dipertahankan sampai
pen-akitn-a sembuh.
1 Penatalaksanaan pen-ebabn-a
Pada de/asa tidak sama seperti anak1anak diberi terapi steroid sebagai
penegakan diagnosis( kelainan minimal han-a menjadi pen-ebab -ang
mendasarin-a.
Pada lansia penggunaan prednisolon jangka pendek diketahui dapat
memperlambat terjadin-a gagal ginjal terminal dan terapi kombinasi antara
klorambusil dan prednison cukup efektif untuk pengobatan sindrom nefrotik.
Penanganan pen-akit ini pada lansia biasan-a secara simtomatis( penggunaan
diuretik dan membatasi asupan natrium. Hal lain -ang juga penting adalah
pen-akit sistemik -ang mendasarin-a harus diobati.
P$ogno&a
Prognosis dari sindrom nefrotik biasan-a $08 menjadi gagal ginjal terminal(
2$8 fungsi ginjal baik( namun masih terdapat hasil pemeriksaan urin -ang tidak
normal dan 2$8 relaps spontan.
2<0
DAFTAR PUSTAKA
#nderton ). =asic 'ephrolog-( "udang Harapan S5' : Mala-sia( 177&
=raun/ald et.al. Harrison Prinsip1prinsip Ilmu Pen-akit 5alam( edisi 13(
.olume 2( Penerbit =uku %edokteran D">( 2000
=raun/ald et.al. Harrison Prinsip1prinsip Ilmu Pen-akit 5alam( edisi 13(
.olume 3( Penerbit =uku %edokteran D">( 2000
=uku #jar Ilmu Pen-akit 5alam( edisi 3( jil. I( =alai Penerbit 6%*I: akarta(
2001
"anong 96. =uku #jar 6isiologi %edokteran edisi 1<. Dngland *pploten and
)ange( 177,
Hanno PM( 9ein #. >linical Manual of *rolog-( second ed.(*S#: Mc"ra/1H
ill International Dditions
Ha44ard 9;( et al. Principle of "eriatric Medicine and "erontolog-( seconded.(
Mc"ra/1Hill: *S#( 1770
;. =oedhi 5armojo( H. Hadimartono. =uku #jar "eriatri 2Ilmu %esehatan *sia
)anjut3( =alai Penerbit 6%*I : akarta( 1777
Staf Pengajar =agian P# 6%*1. Patologi( =alai Penerbit 6%*I : akarta( 177,
Gatim( 6aisal. Pengobatan +erhadap Pen-akit *sia Senja( #ndropause dan
%elainan Prostat. Pustaka Populer Bbor : akarta( 200!
Sjamsuhidajat( ;C 9im 5e ong. =uku #jar Ilmu =edah 2Ddisi ;e.isi3. akarta:
=uku %edokteran D">( 177<
http:::///.google.co.id
http:::///.-ahoo.com
http:::///.alta.ista.com
http:::///.emedicine.com:interna:topic1$7$.htm
hhtp:::///.emedicine.com:interna:topic3<!.htm
hhtp:::///.emedicine.com:interna:topic1&12.htm
2<1

You might also like