You are on page 1of 6

http://syeilendrapramuditya.wordpress.

com

Solusi Persamaan Difusi Neutron Satu Grup Pada


Geometri Bola Dengan Menggunakan Metode S.O.R

Persamaan umum difusi satu grup :


1        
   D ( r )  ( r , t )   a ( r )  ( r , t )  S ( r , t )
v t

(1)

Pada keadaan steady state dan medium homogen, persamaan (1) akan berbentuk :
  
 D 2 ( r )   a  ( r )  S ( r )

(2)

Operator Laplacian untuk koordinat bola :

2 2  1 2 cos   1 2
2      (3)
r 2 r r r 2 sin 2   2 r 2 sin   r 2  2

Pada persoalan difusi neutron, fluks hanya fungsi r saja, dan bukan fungsi sudut, maka :
d2 2 d
2   (4)
dr 2 r dr

1
Pada geometri bola, persamaan (2) akan berbentuk :
 d2 2 d    
 D 2    (r )   a  (r )  S ( r )
 dr r dr 

(5)
  
d 2 (r ) 2 d ( r )  a  S (r )
   (r )  
dr 2 r dr D D
(6)

Untuk kasus pada pusat bola (r = 0), suku kedua pada persamaan (6) akan ditangani dengan
menggunakan teorema L’Hospital :
2 d (r  0) d 2 (r  0)
2 (7)
r dr dr 2

Maka, untuk keperluan perhitungan numerik, persamaan difusi terbagi menjadi dua, yaitu :
d 2 (r  0)  a S (r  0)
3 2
  (r  0)    untuk r  0
dr D D
(8)

  
d 2 (r ) 2 d (r )  a  S (r )
   (r )    untuk r  0
dr 2 r dr D D
(9)

dengan syarat batas fluks dan source di permukaan bernilai nol.

Diskritisasi persamaan diferensial berdasarkan central finite difference :


df ( x ) f i 1  f i 1

dx 2x
(10)
d 2 f ( x) f  2 f i  f i 1
 i 1 (11)
dx 2
( x) 2

Maka dalam bentuk diskrit, persamaan (8) dapat ditulis sebagai berikut :

2
  20   a S
3 i 1 i 1
 0   0  untuk r  0
(r ) 2 D D
(12)
berdasarkan prinsip simetri :
2 1  2 0  S
3  a  0   0  untuk r  0
( r ) 2
D D

(13)

Setelah disusun ulang maka persamaan (12) akan berbentuk :


D(r ) 2  6 S0 
 0new   (r ) 2  1  D   untuk r  0
old

6 D   a (r ) 2  
(14)

Persamaan (9) dalam bentuk diskrit adalah sebagai berikut :


  2 i   2  i 1  a S
i 1 i 1
 i 1
  i   i  untuk r  0
( r ) 2 ir 2r D D
(15)
setelah disusun ulang, persamaan (15) akan berbentuk :

D (r ) 2  iold
1   i 1
old
 iold
1   i 1
old
S 
 inew 2 
  i   untuk r  0
2 D   a (r )  (r ) 2
i (r ) 2
D

(16)

Evaluasi nilai fluks secara numerik dilakukan dengan menggunakan persamaan (14) dan (16).
Kedua persamaan tersebut dikenal sebagai Metode Jacobi. Perhitungan dapat dibuat lebih
efisien dengan menggunakan Metode Gauss-Siedel, yaitu :

D (r ) 2  iold
1   i 1
new
 iold
1   i 1
new
S 
 new
i  2 
  i   untuk r  0
2 D   a (r )  (r ) 2
i (r ) 2
D

(17)

dan bahkan dapat dibuat lebih efisien lagi dengan menggunakan parameter akselerasi  pada
metode Succesive Over Relaxation atau S.O.R, yaitu :

3
 SOR
i  new
i   ( new
i  old
i )

(18)

dimana nilai parameter akselerasi antara 0 dan 1, dan bersifat unik untuk setiap persamaan.

FLOW CHART SKEMA ITERASI S.O.R

4
START

Definisikan syarat batas


Inisialisasi nilai awal Source, Flux,
koefisien difusi, cross section absorpsi,
selang partisi, dan koefisien SOR

Evaluasi nilai flux


dengan pers. (14),
(17), dan (18)

N
inew  iold  error , all i

FINISH!

Hasil Perhitungan : Parameter Akselerasi S.O.R

5
S.O.R Acceleration Parameter

700
0
600 0.1 0.535
0.2
500 0.3 0.53
Total Iteration

0.4 0.45 0.5


400

300

200

100

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
alpha (range between 0 and 1)

alpha Total Iteration


0 636
0.1 580
0.2 533
0.3 493
0.4 459
0.45 444
0.5 429
0.53 475
0.535 602

Berdasarkan gambar dan tabel diatas, terlihat bahwa parameter SOR yang paling optimal
untuk digunakan di dalam perhitungan adalah 0.5.

http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

You might also like