You are on page 1of 84

LAW ENFORCEMENT

Yon Arsal
TOPIK
UMUM
PEMERIKSAAN PAJAK
PENAGIHAN PAJAK
PENYIDIKAN PAJAK


UMUM
SERVIC
ES
LAW
ENFORCEME
NT
Prilaku Wajib Pajak dan Tax Gap
5
Taxpayer
Economic
Business
Industry Psychological
Sociological
Ta
Actual Tax
Collected
Voluntary
Compliance
Theoretical Potential Tax
Revenue
Tax Gap
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Wajib Pajak
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku Wajib Pajak dalam konteks
pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai berikut:
Faktor-faktor ekonomi, meliputi antara lain: sistem perpajakan yang
berlaku, kebijakan pemerintah secara umum, inflasi, suku bunga dan
kegiatan perdagangan domestik dan internasional.
Faktor-faktor industri, meliputi antara lain: hal-hal unik pada industri
dimana Wajib Pajak berusaha seperti keberadaan competitor, berbagai
regulasi yang mengikat industri yang bersangkutan, keberadaan asosiasi
industri, cost structure industri dan pengaruh perkembangan teknologi
pada industri yang bersangkutan.
Faktor-faktor bisnis, meliputi antara lain: jenis kegiatan bisnis yang
dilakukan, skala bisnis, lokasi, pangsa pasar dan rencana serta strategi
bisnis.
Faktor-faktor sosiologis, meliputi antara lain: norma yang berlaku di
masyarakat dimana Wajib Pajak berada, umur, jenis kelamin,dan tingkat
pendidikan.
Faktor-faktor psikologis, meliputi antara lain: pandangan Wajib Pajak
terhadap sistem perpajakan yang berlaku dan pengalaman mereka
berinteraksi dengan administratur perpajakan sebelumnya.

Compliance model
7
Unregistered
Taxpayer
Stopfilling
Taxpayer
Tax Evader
Delinquent
Taxpayer
Tax
Noncomp
liance
Have
decided not
to comply
Dont want to
comply
Try to but
dont always
succeed
Willing to do
the right
thing
Use full force
of the law
Deter by
detection
Assist to
comply
Make it easy
Compliance strategy
Altitude to
compliance
LAW ENFORCEMENT
Pemeriksaan
Penagihan
Penyidikan

District Office
General Affairs
Data Processing &
Information
Section
Service
section
Arrears
Collection
Section
Audit
Section
Monitoring and
Consultation Section
* Tax Extensification
Section
Auditors
TAX DISTRIC OFFICE
*) Exist in Small Tax Office only
DGT
REGION
PERSONNEL
GENERAL
AFFAIRS DIVISION
FINANCE
ADM &
HOUSEHOLD
REPORT &
ADVOCATION
TECHNICAL SUPPORT&
CONSULTATION
DIVISION
AUDIT AND
AREARS COLLECTION
DIVISION
CONCELLING, SERVICE AND
PUBLIC RELATION
DIVISION
OBJECTION AND APPEAL
DIVISION
COMPUTER AND
TECHNICAL SUPPORT

CONSELLING AND
CONSULTATION
SECTION
DATA AND
POTENTION
SECTION
AUDIT
SECTION
AUDIT ADMINISTRATION
SECTION
ARREARS
COLLECTION
SECTION
SERVICE SECTION
CONSELLING SECTION
PUBLIC RELATION
SECTION
OBJECTION AND APPEAL
SECTION III

OBJECTION AND APPEAL
SECTION II
OBJECTION AND APPEAL
SECTION I
AUDITORS
District Offices
STRUCTURE OF REGIONAL TAX OFFICE
DIRECTOR GENERAL
Directorate
Internal Compliance and
Resources Transformation
Directorate
Tax Information Technology
Directorate
Tax Objection and Appeal
Directorate
Information and Communication
Technology Transformation
Directorate
Tax Audit and Collection
Directorate
Tax Intelligent and Investigation
Directorate
Tax Potential, Compliance, and Revenue
Directorate
Tax Dissemination, Service, and PR
Secretariat
Directorate General
Directorate
Tax Regulation I
Directorate
Tax Regulation II
Directorate
Business Process Transformation
Directorate
Tax Extensification and Appraisal
ORGANIZATIONAL STRUCTURE
DGT HEADQUARTER
Regional Offices Data Processing Center
H
e
a
d
q
u
a
r
t
e
r

F
i
e
l
d
s

Expert Staff


PEMERIKSAAN PAJAK
Definisi Pemeriksaan Pajak Secara Umum
13

A tax audit is an examination of whether a
taxpayer has correctly assessed and reported
their tax liability and fulfilled otherobligations
(OECD).
Audit merupakan salah satu bagian utama
dari sistem pengawasan kepatuhan Wajib
Pajak
Peranan Pemeriksaan Pajak
14
Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib
Pajak melalui deterrent effect
Mendeteksi ketidakpatuhan Wajib Pajak
pada tingkatan individu
Mengumpulkan informasi
Sarana edukasi untuk Wajib Pajak
Mengidentifikasikan berbagai hal yang
kurang jelas dalam peraturan
Peranan Pemeriksaan Pajak
Kualitas
Audit
Kuantita
s Audit
Pengertian pemeriksaan pajak
15
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan

Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan
Dasar Hukum
16
Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31 Undang Undang Nomor 6 Tahun
1983, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang
Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP)
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 199/PMK.03/2007 tgl 28
Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak
(menggantikan Keputusan menteri Keuangan Nomor
545/KMK.04/2000
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-19/PJ/2008 tanggal 2 Mei 2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan
(menggantikan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-123/PJ/2006
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-176/PJ/2006)
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-20/PJ/2008 tanggal 2 Mei 2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor (menggantikan
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-142/PJ/2005 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-173/PJ/2006)
17
Pasal 29 UU KUP

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak
yang diperiksa.
(3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;dan/atau
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan.
(3a) Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan
disampaikan.
(3b) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sehingga tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung secara
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang
diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban untuk
merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

18
Pasal 30 UU KUP

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta
barang bergerak dan/atau tidak bergerak apabila
Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (3)
huruf b.
(2) Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri keuangan.

19
Pasal 31 UU KUP

(1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diantaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu
pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan
hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak
untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam
batas waktu yang ditentukan.
(3) Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
ayat (3) sehingga penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan
secara jabatan, Direktur Jenderal Pajak wajib menyampaikan
surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan
memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peratur
an perundang-undangan perpajakan
DAPAT DILAKUKAN MELALUI
PEMERIKSAAN KANTOR (PK)
atau
PEMERIKSAAN LAPANGAN (PL)
Tujuan Pemeriksaan
20
Ruang
Lingkup
Pemeriksaan
Menguji Kepatuhan
Satu/beberapa/
seluruh jenis pajak
baik untuk
satu atau beberapa
Masa pajak, Bagian
Tahun pajak dalam
Tahun-tahun lalu/
Tahun berjalan
Pemeriksaan
Tujuan Lain
WP mohon pengembalian kelebihan pembayaran
pajak
SPT Lebih Bayar
SPT Lebih BayarSPT menyatakan rugi
tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT
yang melampaui batas waktu pada Surat Teguran
melakukan pengabungan, peleburan, dll
SPT memenuhi kriteria seleksi (analisis risiko)
Melaksanakan
ketentuan perundang-
undangan
pemberian NPWP
penghapusan NPWP
pengukuhan.pencabutan pengukuhan PKP
WP mengajukan keberatan
pengumpulan bahan Norma Penghitungan
pencocokan data/alket
penentuan WP berlokasi daerah terpencil
penentuan tempat terutang PPN
pemeriksaan dalam rangka penagihan
penentuan saat mulai produksi
pertukaran informasi dengan negara mitra P3B


Ruang Lingkup Pemeriksaan
21
Kriteria Pemeriksaan
22
Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan
WP mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak;
WP menyampaikan SPT yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang
telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
WP menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;
WP tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi melampaui
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran;
WP melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya;atau
WP menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria
seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection)
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak
dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kriteria Pemeriksaan
23
Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain
pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
Wajib Pajak mengajukan keberatan;
pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto;
pencocokan data dan/ atau alat keterangan;
penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas
perpajakan; dan/ atau memenuhi permintaan informasi dari negara
mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.
Jangka
Waktu
Pemeriksaan
Menguji Kepatuhan
Pemeriksaan
Tujuan Lain
Pemeriksaan
Lapangan
Pemeriksaan
Kantor
4 bulan
Max 8 bulan
3 bulan
Max 6 bulan
Indikasi transfer pricing
atau khusus lainnya
Max 2 tahun
SP3
s.d
LPP
WP datang
s.d
LPP
Pemeriksaan
Kantor
Pemeriksaan
Lapangan
2 bulan
Max 4 bulan
7 hari
Max 14 hari
Jangka Waktu Pemeriksaan
24
Standar Pemeriksaan Untuk Menguji
Kepatuhan
25
Standar
Pemeriksaan
Standar
Umum
Standar
Pelaksanaan
Pemeriksaan
Standar
Pelaporan
Hasil
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa yang:
Telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan teknis
yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai
pemeriksa pajak dan menggunakan keterampilannya
secara cermat dan seksama

Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara

Taat terhadap peraturan perundangan-undangan,
termasuk taat terhadap batasan waktu yang
ditetapkan

Standar Umum
26
Pemeriksaan dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan:
Harus didahuli dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan
pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama.
Scope audit ditentukan dan harus dikembangkan berdasarkan pencocokan
data, pengamatan, konfirmasi, dan pengujian lain.
Temuan pemeriksaan berdasarkan bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
>> (menguji kepatuhan)
Dilakukan oleh Tim Pemeriksa (1 supervisor, 1 ketua tim, 1 atau lebih
anggota tim)
Tim Pemeriksa dapat dibantu oleh orang yang memiliki keahlian tertentu
yang bukan pemeriksa pajak, baik yang berasal dari internal maupun
ekternal DJP.
>> (menguji kepatuhan)
Apabila diperlukan pemeriksaan dapat dilakukan secara bersama-sama
dengan tim pemeriksa dari instansi lain. >> (menguji kepatuhan)
Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor DJP, tempat tinggal WP, dan tempat
lain yang dianggap perlu.
Pada jam kerja, jika perlu dapat di luar jam kerja
Didokumentasikan dalam bentuk KKP
LHP sebagai dasar penerbitan SKP dan/atau STP
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
27
A. LHP disusun secara disusun secara ringkas dan jelas, memuat:
- ruang lingkup dan pos-pos yang diperiksa
- simpulan yang didukung dengan temuan yang kuat

B. Isi LHP mengenai (sesuai dengan tujuan):
Penugasan pemeriksaan
Identitas Wajib Pajak
Pembukuan/pencatatan Wajib Pajak menguji kepatuhan
Pemenuhan kewajiban perpajakan menguji kepatuhan
Data/informasi yang tersedia menguji kepatuhan
Materi yang diperiksa
Uraian hasil pemeriksaan
Ikhtisar hasil pemeriksaan menguji kepatuhan
Perhitungan pajak terutang menguji kepatuhan
Simpulan dan usul pemeriksa pajak
Dasar/Tujuan pemeriksaan tujuan lain
Buku/dokumen yang dipinjam tujuan lain
Standar Pelaporan
28
Kewajiban
&
Wewenang
Menguji
Kepatuhan
Tujuan
Lain
Kewajiban
Menyampaikan pemberitahuan tertulis (Pem. Lap.)
Memperlihatkan tanda pengenal dan SP3
Menjelasan alasan pemeriksaan
Memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan pemeriksa berubah
Menyampaikan SPHP
Memberikan hak hadir kepada WP waktu Pembahasan Akhir
Melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak
Mengembalikan buku, dokumen, dll yang dipinjam dari WP
Merahasiakan segala yang diberitahukan oleh WP
Wewenang
Memanggil WP datang ke kantor dengan Surat Panggilan (Pem. Kantor)
Melihat/meminjam buku, catatan, dokumen, dll
Mengakses/mengunduh data elektronik (Pem. Lap)
Memasuki tempat/ruangan yang dianggap perlu (Pem. Lap)
Meminta kepada WP memberi bantuan jika diperlukan
Menyegel tempat/ruangan dan barang bergerak/tidak (Pem. Lap)
Meminta keterangan tertulis/lisan dari WP
Meminta keterangan/bukti dari pihak ketiga
Meminjam KKP yang dibuat Akuntan Publik melalui WP (Pem. Kantor)
(Pasal 12)
Kewajiban
Wewenang
Menyampaikan pemberitahuan tertulis (Pem. Lap.)
Menyampaikan Surat Panggilan (Pem. Kantor)
Memperlihatkan tanda pengenal dan SP3
Menjelasan alasan dan tujuan pemeriksaan
Memperlihatkan ST apabila susunan pemeriksa berubah
Membuat KKP sebagai dasar penyusunan LPP
Mengembalikan buku, dokumen, dll yang dipinjam dari WP
Merahasiakan segala yang diberitahukan oleh WP
Melihat/meminjam buku, catatan, dokumen, dll
Mengakses/mengunduh data elektronik (Pem. Lap.)
Memasuki tempat/ruangan yang dianggap perlu
Meminta keterangan tertulis/lisan dar WP
Meminta keterangan/bukti dari pihak ketiga
Pasal 37
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 38
Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa
29
Hak
&
Kewajiban
Menguji
Kepatuhan
Tujuan
Lain
Hak
Kewajiban
Kewajiban
Hak
Minta pemeriksa memperlihatkan tanda pengenal dan SP3
Minta pemberitahuan secara tertulis perihal pemeriksaan (Pem. Lap.)
Minta penjelasan alasan dan tujuan pemeriksaan
Minta diperlihatkan Surat Tugas jika pemeriksa berubah
Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)
Menghadari Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Mengajukan permohonan dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas
Memberikan pendapat/penilaian atas pemeriksaan
Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan (Pem. Kantor)
Memperlihatkan/meminjamkan buku, catatan, dokumen, dll
Memberikan mengakses/mengunduh data elektronik (Pem. Lap.)
Mengizinkan pemeriksa memasuki ruangan/tempat
Memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan
Menyampaikan tanggapan tertulis atas (SPHP)
Memberikan keterangan tertulis/lisan
Minta pemeriksa memperlihatkan tanda pengenal dan SP3
Minta pemberitahuan secara tertulis perihal pemeriksaan (Pem. Lap.)
Minta penjelasan alasan dan tujuan pemeriksaan
Minta diperlihatkan Surat Tugas jika pemeriksa berubah
Memberikan pendapat/penilaian atas pemeriksaan melalui kuisioner
Memperlihatkan/meminjamkan buku, catatan, dokumen, dll
Memberikan mengakses/mengunduh data elektronik (Pem. Lap.)
Mengizinkan pemeriksa memasuki ruangan/tempat (Pem. Lap.)
Memberikan keterangan tertulis/lisan
Pasal 40
Pasal 39
Pasal 13
Pasal 14
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
30
Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan Kantor
Buku, catatan, dokumen, data yang dikelola secara
elektronik dan keterangan lain Wajib dipinjam
pada saat itu juga, dan pemeriksa membuat
bukti peminjaman
- Dalam hal dokumen yang diperlukan belum
diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa
membuat Surat Permintaan Peminjaman.
- Wajib Pajak wajib menyerahkan dokumen yang
dimaksud paling lama 1 bulan sejak Surat
Permintaan Peminjaman disampaikan kepada
Wajib Pajak
- Buku, catatan, dokumen, data yang dikelola secara
elektronik dan keterangan lain yang diperlukan
harus dicantumkan pada Surat Panggilan
- Dokumen tersebut wajib dipinjamkan pada saat
Wajib Pajak memenuhi panggilan, dan Pemeriksa
Membuat bukti peminjaman
- Dalam hal dokumen yang diperlukan belum
dipinjamkan pada saat memenuhi panggilan
Pemeriksa membuat Surat Permintaan Peminjaman.
- Wajib Pajak wajib menyerahkan dokumen yang
dimaksud paling lama 1 bulan sejak Surat
Panggilan diterima oleh Wajib Pajak
Dalam hal dokumen belum dapat dipenuhi dan jangka waktu 1 bulan belum terlampaui,
Pemeriksa dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak 2 (dua) kali.
Dalam jangka waktu 1 bulan terlampaui dan Surat Permintaan Peminjaman tidak dapat dipenuhi
sebagian atau seluruhnya, Pemeriksa harus membuat berita acara mengenai hal tersebut
Peminjaman Dokumen
31
Dalam jangka waktu 1 bulan terlampaui dan Surat Permintaan Peminjaman
tidak dapat dipenuhi sebagian atau seluruhnya.
Jika besarnya Penghasilan Kena Pajak tidak dapat dihitung
WP Orang Pribadi WP Badan
Pemeriksa dapat menghitung
penghasilan kena pajak secara
jabatan sesuai dengan
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku

Pemeriksa mengusulkan
Pemeriksaan Bukti Permulaan
Peminjaman Dokumen (Lanjutan)
32
Peminjaman Dokumen
33
Dalam hal Pemeriksaan dilaksanakan dengan Pemeriksaan Lapangan
Buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada
saat pelaksanaan Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak, dipinjam pada
saat itu juga dan Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman.
Dalam hal buku belum diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya, Pemeriksa
Pajak membuat surat permintaan peminjaman.
Buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib
diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen disampaikan
kepada Wajib Pajak.

Peminjaman Dokumen
34
Dalam hal Pemeriksaan dilaksanakan dengan Pemeriksaan Kantor
Buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang diperlukan oleh Pemeriksa Pajak, harus
dicantumkan pada surat panggilan.
Buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain, wajib dipinjamkan pada saat Wajib Pajak
memenuhi panggilan dan Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman.
Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain yang diperlukan belum dipinjamkan pada
saat Wajib Pajak memenuhi panggilan, Pemeriksa Pajak membuat surat
permintaan peminjaman.
Buku, catatam, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain, wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling
lama 1 (satu) bulan sejak surat panggilan diterima oleh Wajib Pajak.

Peminjaman Dokumen
35
SAAT PEMINJAMAN DOKUMEN
Harus dibuat bukti peminjaman
Apabila dalam bentuk fotokopi/data
elektronik, harus dibuat pernyaan bahwa
bahwa fotokopi dan/ atau data yang dikelola
secara elektronik yang dipinjamkan kepada
Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan
aslinya.

Data Tidak Dipinjamkan Atau Dipinjamkan
Sebagian
36
Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian
atau seluruh permintaan peminjaman sehingga besarnya
penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa
Pajak dapat menghitung penghasilan kena pajak secara
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak
badan dan Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau
seluruh permintaan peminjaman sehingga besarnya
penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa
Pajak mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Penolakan Pemeriksaan
37
Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf a, huruf b, dan huruf c Undang-
Undang KUP sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan, Wajib
Pajak harus menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan.
Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan
penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya,
Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.
Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan Pemeriksa Pajak dalam
rangka Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak membuat berita acara
tidak dipenuhinya panggilan Pemeriksaan oleh Wajib Pajak.

Untuk memperoleh penjelasan lebih rinci
Pemeriksa Pajak melalui kepala unit pelaksana
pemeriksaan dapat memanggil WP

Penjelasan yang diberikan WP ditungkan
dalam pemberian keterangan Wajib Pajak
Penjelasan Wajib Pajak
38
Penolakan Pemeriksaan (Lanjutan)

39
Surat pernyataan penolakan Pemeriksaan
berita acara penolakan Pemeriksaan
berita acara tidak dipenuhinya panggilan Pemeriksaan
surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan
berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan,

Dapat dijadikan dasar untuk penetapan pajak secara jabatan atau
diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.


Penyegelan
40
Pemeriksa Pajak berwenang melakukan penyegelan
dalam hal Wajib Pajak :
tidak memberikan kesempatan untuk memasuki
tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak
dan/atau tidak bergerak; dan/atau
tidak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan
yang antara lain berupa tidak memberikan
kesempatan untuk mengakses data yang dikelola
secara elektronik dan/atau membuka barang
bergerak dan/atau tidak bergerak.


Permintaan Keterangan dan/atau
Penjelasan
41
Pemeriksa dapat
meminta keterangan
dan/atau penjelasan atau
bukti kepada
Wajib Pajak dengan menggunakan Surat
Panggilan Untuk Memberikan Keterangan
Pihak ketiga dengan menggunakan Surat
Permintaan Keterangan atau Bukti. Pihak
Ketiga harus merespon paling lama 7 (tujuh)
hari kerja sejak diterimanya Surat Permintaan
Keterangan atau Bukti
Jika Jangka
Waktu respon
lewat
Pemeriksa Pajak
Buat Surat
Peringatan I
Pemeriksa Pajak
Buat Surat
Peringatan II
Pemeriksa buat
Berita Acara Tidak
Dipenuhinya
Permintaan
Keterangan atau
Bukti dari Pihak
Ketiga
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
42
Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan memberikan hak
kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir.
Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak tidak dilakukan
apabila Pemeriksaan dilanjutkan dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya disampaikan
oleh Pemeriksa Pajak melalui kurir, faksimili, pos, atau jasa pengiriman
lainnya.
Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan dan berhak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan paling lama :
- 3 (tiga) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima
oleh Wajib Pajak untuk Pemeriksaan Kantor;
- 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima
oleh Wajib Pajak untuk Pemeriksaan Lapangan.


WP menyampaikan tanggapan
hasil pemeriksaan tepat waktu
Berisi persetujuan
atas seluruh hasil
pemeriksaan
Berisi ketidaksetujuan
atas sebagian
atauseluruh hasil
pemeriksaan
Hadir dalam
pembahasan akhir
Tidak hadir dalam
pembahasan akhir
Pemeriksa membuat risalah
pembahasan dan berita acara
Pembahasan Akhir Pemeriksaan
(ditandatangani Pemeriksa &
WP*)
Pemeriksa membuat risalah
pembahasan dan berita acara
ketidakhadiran WP dalam
pembahasan akhir pemeriksaan
(ditandatangani Pemeriksa)
Tidak hadir dalam
pembahasan akhir
Hadir dalam
pembahasan akhir
Melakukan pembahasan akhir
dengan WP, membuat risalah
pembahasan dan berita acara
Pembahasan Akhir Pemeriksaan
(ditandatangani Pemeriksa &
WP*)
*) Dalam hal wajib menolak menandatangani Pemeriksa membuat catatan tentang
penolakan tersebut dalam berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan
43
Hasil pemeriksaan dan SKP
dapat dibatalkan secara jabatan
atau berdasarkan permohonan
WP apabila pemeriksaan
dilaksanakan tanpa:
Penyampaian Surat
Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP)
Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan
Proses dilanjutkan dengan penyampaian SPHP
Proses dilanjutkan dengan melakukan Pembahasan
Akhir Pemeriksaan
Pembatalan Pemeriksaan
44
Pengungkapan Wajib Pajak Dalam Laporan
Tersendiri Selama Pemeriksaan
45
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan Pemeriksaan,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri ten tang ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, dan Pemeriksaan tetap
dilanjutkan.
Pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan, hanya dapat dilakukan sebelum
Pemeriksa Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan.
Pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan oleh Pemeriksa Pajak diperlakukan
sebagai tambahan informasi atau data dan menjadi bahan
pertimbangan bagi Pemeriksa Pajak sebelum menyampaikan Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.



Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan
46
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat diusulkan Pemeriksaan
Bukti Permulaan apabila:
pada saat pelaksanaan Pemeriksaan ditemukan
adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan;
pada saat Wajib Pajak badan diperiksa tidak
meminjamkan sebagian atau keseluruhan dokumen;
atau
Wajib Pajak menolak untuk dilakukan Pemeriksaan,
tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor,
menolak membantu kelancaran Pemeriksaan dan
terhadap Wajib Pajak tersebut tidak dilakukan
penetapan pajak secara jabatan.



Pemeriksaan Ulang
47
Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan
instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
lnstruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk
melaksanakan Pemeriksaan Ulang Dapat diberikan :
a. apabila terdapat data baru masuk data yang semula belum
terungkap; atau
b. berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
harus didahului dengan Pemeriksaan Ulang, dalam hal
sebelumnya terhadap kewajiban perpajakan yang sama telah
diterbitkan surat ketetapan pajak berdasarkan hasil
pemeriksaan.





PENAGIHAN PAJAK
PENGERTIAN PENAGIHAN
DASAR HUKUM
PELAKSANAAN PENAGIHAN
SURAT TEGURAN
SURAT PAKSA
PENYITAAN
PELELANGAN
HAK MENDAHULU TAGIHAN PAJAK
ANGSURAN DAN PENUNDAAN
PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN
DALUARSA PENAGIHAN

PENDAHULUAN
Pengertian Penagihan Pajak Serangkaian tindakan agar
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita
.
Penanggung Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak atau memenuhi kewajiban Wajib Pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undagngan
perpajakan.

Pasal 18 KUP
STP
SKPKB
SKPKBT
SK Pembetulan
SK Keberatan
Putusan Banding
Yang
menyebabka
n jumlah
pajak yang
masih harus
dibayar
bertambah
DASAR HUKUM PENAGIHAN (1)
PBB
SPPT
SKP
STP
BPHTB
SKBKB
SKBKBT
STB
SK Pembetulan
SK Keberatan
Putusan Banding
Yang
menyebabka
n jumlah
pajak yang
masih harus
dibayar
bertambah
UU PBB
UU BPHTB
DASAR HUKUM PENAGIHAN (2)
PELAKSANAAN PENAGIHAN
1. Penerbitan Surat Teguran
2. Penerbitan dan Pemberitahuan
Surat Paksa (SP)
3. Pemberitahuan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
4. Pelelangan/Penjualan Aset Sitaan

Syarat:
1. WP akan/berniat meninggalkan RI selama-
lamanya
2. PP mimindahkan barang-barang yg
dimiliki/dikuasai dlm rangka
menghentikan/mengecilkan kegiatan usahanya
di RI
3. Ada tanda-tanda bahwa PP akan:
membubarkan, memindahtangankan,
menggabungkan, memekarkan, dan melakukan
perubahan bentuk usahanya
4. Badan Usaha akan dibubarkan oleh negara
5. Terjadi penyitaan oleh pihak ke-3 atau ada
tanda-tanda kepailitan.
Jalur Biasa
Penagihan
Seketika
dan
Sekaligus
SKP
SKPKB
SKPKBT
dll

ALUR DAN JADWAL
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK

SPMP/
PENYITAAN
SP
SURAT
TEGURAN
PARATE EXECUTIE
DIBERITAHUKAN
OLEH JURUSITA
PAJAK
DIBUAT BAP SP
PENCABUTAN
SITA`
PENGUMUMAN
LELANG
PELAKSANAAN
LELANG
UTANG PAJAK &
BIAYA
PENAGIHAN
PUTUSAN
PENGADILAN
LUNAS
14 HARI TDK LUNAS
PENCEGAHAN PENYANDERAAN SYARAT:
UTANG PAJAK Rp100 jt
DIRAGUKAN ITIKAD BAIK
JANGKA WAKTU:
6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN
AKIBAT:
UTANG PAJAK TDK HAPUS &
PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN
* KEP / IJIN MENKEU
SPMP
JURUSITA + 2 SAKSI
BAP SITA
BRG BERGERAK & BRG
TDK BERGERAK
BRG YG DISITA DILARANG:
DIPINDAHTANGANKAN
DISEWAKAN
DIPINJAMKAN
DISEMBUNYIKAN
DIHILANGKAN
DIRUSAK
PENYITAAN ATAS REK.
BANK & EFEK
7 hari 21 hari 2X24 jam
Jatuh tempo
14 hari
Dasar Hukum :
UU No 19 Tahun 2000
UU No 28 Tahun 2007
PP No 80 Tahun 2007
PMK No 24/PMK.03/2008
PEMBLOKIRAN
Barang
Bergerak
1 X
Barang
Tdk
Bergerak
2 X
SURAT TEGURAN (1)
Tindakan penagihan pajak dimulai dengan
penerbitan Surat Teguran, Surat peringatan
atau Surat lain yang Sejenis
Disampaikan setelah 7 hari sejak jatuh tempo
Tidak diterbitkan terhadap Penanggung Pajak
yang telah disetujui untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak
Diterbitkan oleh Kepala KPP yang
menerbitkan SKPKB, STP dsb. yang menjadi
dasar penagihan pajak



SURAT TEGURAN (2)
Jenis Jatuh Tempo
STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan,
Putusan banding, Putusan Peninjauan Kembali
1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan
STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan,
Putusan banding, Putusan Peninjauan Kembali bagi WP
Usaha kecil dan di daerah tertentu
1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan
Dapat diperpanjang menjadi paling lama 2
(dua) bulan
STP PBB 1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh
WP
SKBKB, SKBKBT, STB, SK Pembetulan, SK Keberatan,
Putusan banding, Putusan Peninjauan Kembali
1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh
WP

Dalam hal WP mengajukan keberatan atas SKPKB dan
SKPKBT
1 (satu) bulan sejak tanggal SK
Keberatan diterbitkan

Dalam hal WP mengajukan banding atas SKPKB dan
SKPKBT

1 (satu) bulan sejak tanggal putusan
banding diterbitkan

SURAT PAKSA (1)
Diterbitkan paling cepat 21 hari dari penerbitan
Surat Teguran
Surat paksa memberikan kewenangan kepada
petugas penagihan pajak untuk melaksanakan
eksekusi langsung (parate executie) dalam
penyitaan atas barang milik Penanggung
Pajak dan melakukan penjualan langsung atau
melalui lelang atas barang-barang tersebut
tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih
dahulu.


SURAT PAKSA (2)
Penyampaian Surat Paksa

Kriteria WP Surat Paksa Diberitahukan Kepada
Orang Pribadi Penanggung Pajak
Orang Dewasa yang bertempat tinggal atau bekerja pada
Penanggung Pajak
Ahli Waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalan bagi WP yang sudah meninggal namun harta warisan
belum dibagi
Ahli waris untuk warisan yang sudah dibagi
Badan Pengurus, pemegang saham, pemilik modal
Pegawai tingkat pimpinan
WP Pailit Kurator, Balai Harta Peninggalan dan Hakim Pengawas
Bagi WP yang sudah dibubarkan: likuidator atau penerima kuasa
Catatan:
1. Dalam hal Surat Paksa tidak dapat diserahlan kepada WP OP atau Badan sebagaimana disebutkan
diatas, Surat Paksa diserahkan pada pejabat Pemda (minimal setingkat Sekretairs Kelurahan atau
Sekretaris Desa)
2. Apabila WP atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggal atau tempat kedudukannya, Surat
Paksa cukup ditempel di papan pengumuman KPP yang menerbitkannya dan atau mengumumkannya
melalui media massa
PENYITAAN
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) diterbitkan paling
cepat 2 X 24 jam setelah Surat Paksa diterbitkan dan hutang pajak
tetap tidak dilunasi oleh WP
Penyitaan dilakukan oleh Jurusita
Memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita
Memperlihatkan SPMP
Memberitahukan maksud dan tujuan penyitaan
Barang yang disita: barang bergerak (mobil, perhiasan, uang tuna,
obligasi, saham dll) dan barang tidak bergerak (tanah, bangunan
dan kapal dengan isi kotor tertentu)
Mendahulukan barang bergerak
Dihadiri oleh saksi (minimal dua orang dewasa penduduk
Indonesia)
Tetap dapat dilaksanakan meskipun penanggung pajak tidak hadir
sepanjang salah seorang saksi berasal dari Pemda sekurang-
kurangnya setingkat Lurah atau Kepala Desa



PELELANGAN
Pengumuman lelang dilakukan paling cepat 14 hari setelah
penyitaan melalui surat kabar harian, selebaran atau tempelan yang
mudah dibaca oleh umum dan atau media elektronik termasuk
internet di wilayah kerja Kantor Lelang tempat barang yang akan
dijual
Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan satu kali
Pengumuman lelang untuk barang tidak bergerak dilakukan dua
kali, dengan jangka waktu antara kedua pengumuman sekurang-
kurangnya 15 hari
Hak penanggung pajak atas barang yang dilelang berpindah
kepada pembeli
Apabila setelah pelaksanaan lelang WP memperoleh keputusan
keberatan atau banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi
berkurang atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran,
WP tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian
barang yang dilelang. Kelebihan pembayaran pajak tersebut
dikembalikan dalam bentuk uang




PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
Diterbitkan dalam hal:
WP akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu.
Penanggung Pajak memindahkan barang-barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan
kegiatan usahanya di Indonesia
Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan: membubarkan
usahanya, memindahtangankan usahanya, menggabungkan
usahanya, memekarkan usahanya atau melakukan perubahan
bentuk usahanya.
Badan usaha akan dibubarkan oleh negara
Terjadi penyitaan atas barang-barang penanggung pajak oleh pihak
ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan
Penerbitan SPSS
Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
Tanpa didahului Surat Teguran
Sebelum Penerbitan Surat Paksa




Hak Mendahulu Tagihan Pajak
dan Kepailitan
.
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik
Penanggung Pajak (Negara sebagai Kreditur Preferen).
Hak mendahulu meliputi pokok pajak dan sanksi administrasi berupa bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak.
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang suatu barang bergerak maupun barang tidak bergerak
2. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang dan/atau
3. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.
Jika Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau likuidasi, maka kurator/likuidator
/atau badan lainnya dilarang membagikan harta Wajib Pajak sebelum
menggunakan harta tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak.

HAK MENDAHULU HILANG
Pasal 21ayat(4), dan ayat(5) UU KUP
SETELAH LAMPAU 5* TAHUN SEJAK
DITERBITKANNYA
-STP
- SKPKB
- SKPKPBT
- SK PEMBETULAN
- SK KEBERATAN
- PUTUSAN BANDING
Yang mengakibatkan pajak
yang harus dibayar
bertambah
- SEJAK TANGGAL PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA;
- BATAS AKHIR SEJAK PENUNDAAN DIBERIKAN;
- ATAU SEJAK TANGGAL JATUH TEMPO ANGSURAN
TERAKHIR (Pasal 26 PP No 80 Tahun 2007)
Perhitungan
Jangka Waktu
*) 2 tahun untuk Utang Pajak
sebelum tahun 2008
Angsuran dan Penundaan
Pembayaran Pajak
.
Atas permohonan WP, DJP dapat memberikan persetrujuan mengansur atau menunda
pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran pajak penghasilan
yang masih harus dibayar dalam SPT Tahunan PPh atau dalam surat Ketetapan,
meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran sudah ditentukan.
Kelonggaran ini diberikan dengan hati-hati untuk paling lama 12 bulan dan hanya
kepada WP yang benar-benar kesulitan likuiditas.
Permohonan angsuran dan penundaan harus diajukan paling lama 9 hari kerja sebelum
saat jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir, dengan menyertakan:
1. Alasan permohonan angsuran/penundaan
2. Jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur/ditunda, masa angsuran, dan
besarnya angsuran
WP harus bersedia memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan oleh Kepala KPP,
kecuali jika dianggap tidak perlu. Jaminan dapat berupa: Bank garansi, Dokumen
Kepemilikan, Sertifikat Tanah/Deposito, Penanggungan Utang Pihak Ke-3.



Kepala KPP atas nama Dirjen Pajak memberikan keputusan paling
lambat 7 hari kerja setelah diterimanya permohonan dengan
lengkap. Apabila tidak ada keputusan dalam jangka waktu tersebut,
permohonan Wajib Pajak dianggap diterima
Jika WP yang mengajukan permohonanmempunyai SKPLB, maka
pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan
tersebut langsung diperhitungkan untuk melunasi dahulu utang
pajak yang ada.
Pengajuan keberatan atas tahun pajak sebelum 2008, atas
persetujuan penundan/angsuran pembayaran pajak yang telah
terjadi TETAP berlaku, WP Wajib Melunasi sesuai jadual waktu yang
ditetapkan.
Pengajuan keberatan atas tahun pajak 2008 dst menyebabkan
persetujuan penundan/angsuran pembayaran pajak yang telah
disetujui menjadi tidak berlaku.
66
PENCEGAHAN
(PASAL 29 S.D. 32 UU PPSP)

adalah larangan yang bersifat sementara terhadap
Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah
Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Pasal 1 angka 20 UU PPSP )

Penanggung Pajak yg mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya
sebesar Rp100 juta dan diragukan itikad baiknya
Jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan, dpt diperpanjang
untuk selama-lamanya 6 bulan
PELAKSANAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN UU NO.9 TAHUN 1992 TTG
KEIMIGRASIAN, PP NO.30 TH 1994 TTG TATA CARA PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN
67
PENYANDERAAN
(PASAL 33 S.D. 36 UU PPSP; PP 137 TAHUN 2000
SKB Menkeu & Menkeh dan HAM
no.: M-02.UM.01 th 2003 & no.: 294/KMK.03/2003)

pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak
dengan menempatkannya di tempat tertentu
yaitu rumah tahanan negara yang terpisah dari tahanan lain.
(Pasal 1 angka 21 uu PPSP)

Penanggung Pajak yg mempuyai utang pajak sekurang-kurangnya
sebesar Rp100 juta dan diragukan itikad baiknya
Jangka waktu penyanderaan paling lama 6 bulan, dpt
diperpanjang untuk selama-lamanya 6 bulan

DALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 22 Ayat (1) UU KUP
Hak Untuk Melakukan Penagihan
Pajak
Daluwarsa setelah Lampau
Waktu 5 Tahun
Terhitung Sejak Terbit STP,
SKPKB, SKPKBT, SK
Pembetulan, SK Keberatan,
Putusan Banding, Peninjauan
Kembali
DALUWARSA PENAGIHAN TERTANGGUH
Pasal 22 Ayat (2) KUP
Apabila:
Diterbitkan SP
Pengakuan Utang dari
WP/PP baik langsung atau
tidak langsung
Diterbitkan SKPKB ex
pasal13 ayat(5) atau
SKPKBT ex pasal15ayat(4)
dilakukan penyidikan tindak
pidana di bidang
perpajakan.
Daluwarsa Sejak:
tanggal disampaikan surat
paksa
tgl surat permohonan
penundaan pembayaran
diterima
tgl diterbitkan SKPKB ex
pasal 13 ayat(5) atau
SKPKBT ex pasal 15 ayat(4)
tanggal penerbitan Surat
Perintah Penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan.
SENGKETA PAJAK
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang
perpajakan antara WP/PP dengan pejabat yang berwenang sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau
Gugatan kepada pengadilan Pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan UU PPSP
Gugatan adalah upaya hukum yang dilakukan oleh WP/PP thd
pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan yang dapat
diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
Banding adalah upaya hukum yang dilakukan oleh WP/PP thd
suatu keputusan yang dapat diajukan Banding berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

GUGATAN WAJIB PAJAK/PENANGGUNG PAJAK
Pasal 23 KUP
Pelaksanaan SP, SPMP atau
Pengumuman Lelang 1
keputusan pencegahan dalam rangka
penagihan pajak; 2
keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan,
selain yang ditetapkan dalam Pasal
25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
3
penerbitan surat ketetapan pajak atau
Surat Keputusan Keberatan yang
dalam penerbitannya tidak sesuai
dengan prosedur atau tata cara yang
telah diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
4
Hanya
dapat
Diajuka
n
Kepada
Badan
Peradila
n Pajak
GUGATAN WAJIB PAJAK/PENANGGUNG PAJAK
atas PELAKSANAAN PENAGIHAN

Atas Pelaksanaan
SP, SPMP, atau
Pengumuman
Lelang
Atas Pelaksanaan
Penyanderaan
Diajukan ke
Pengadilan Pajak
dalam jangka waktu
14 hari sejak
dilaksanakan.
Diajukan ke
Pengadilan Negeri
(sebelum masa
penyanderaan
berakhir)
Jika dikabulkan:
Wp dapat minta
rehabilitasi dan
ganti rugi maks
5juta
Jika dikabulkan:
Wp dapat minta
rehabilitasi dan
ganti rugi
sebesar 100
rb/hari
1
2
Banding
(Ps 27 KUP)
Hanya dapat diajukan atas SK Keberatan
Jangka Waktu Pelunasan Pajak
1. Atas STP, SKPKB,
SKPKBT, SK Keberatan,
SK Pembetulan, Putusan
banding, Putusan
Peninjauan Kembali yg
menyebabkan jumlah
pajak YMHD bertambah
2. Atas point 1 bagi
WP Usaha Kecil dan WP
di daerah tertentu
3. WP yang mengajukan
keberatan, atas jumlah
point 1 yang belum
dibayar pada saat
pengajuan keberatan
1 bulan sejak tanggal
terbit
dapat diperpanjang
paling lama 2 bulan
1 bulan sejak tanggal
putusan banding
Peninjauan Kembali

1. Hanya dapat diajukan 1x ke Mahkamah Agung atas putusan
Pengadilan Pajak
2. Tidak menangguhkan pelaksanaan putusan Pengadilan
Pajak
Alasan pengajuanPK
1. Jika putusan pengadilan Pajak didasarkan atas suatu kebohongan /tipu
muslihat yang diketahui setelah perkaranya diputus, atau didasarkan pada
bukti yang kemudian oleh Hakim Pidana dinyatakan palsu.
2. Jika tdp bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan,
3. Telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut/lebih dari pada yang
dituntut,
4. Jika mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya,
5. Jika terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.


PENYIDIKAN PAJAK
DEFINISI
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.
Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti
berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat
memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang
atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan
yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Pemeriksaan Bukti Permulaan adaiah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan

77
Informasi
DATA
Laporan
Pengaduan
SELEKSI
Pengamatan
Pemeriksaan
Pajak
Laporan
Pengamatan
Laporan
Pemeriksaan
Pajak
Pemerik-
saan Bukti
Permulaan
Laporan
Pemeriksaan
Bukti
Permulaan
KPP
Untuk
Penetapan
Pajak
DIRJEN PAJAK
Untuk
PENYIDIKAN
PROSES KEGIATAN SEBELUM PENYIDIKAN
Sesuai KEP-272/PJ/2002
KPP
Untuk
Penetapan
Pajak
FILE
Sumber: Direktorat Intelijen dan Penyidikan
78
WEWENANG PPNS DJP (1)
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana
pajak agar menjadi lebih lengkap dan jelas

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai OP / badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pajak

c. meminta keterangan dan bahan bukti OP / badan
sehubungan dengan tindak pidana pajak

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana pajak

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut
79
WEWENANG PPNS DJP (2)
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Azas-azas Hukum yang Harus
Diperhatikan Dalam Penyidikan
80
Azas legalitas
Azas keseimbangan
Azas praduga tak bersalah
Prinsip pembatasan penahanan
Azas ganti rugi dan rehabilitasi
Penggabungan pidana dengan tuntutan ganti rugi
Azas unifikasi
Prinsip diferensiasi fungsional
Prinsip saling koordinasi
Azas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan
Prinsip peradilan terbuka untuk umum
81
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
1. Pasal 44A dan 44B Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 dan penjelasannya.
2. Pasal 109 ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.
3. Pasal 21 dan 22 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
272/PJ/2002 17 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
82
LATAR BELAKANG PENGHENTIAN PENYIDIKAN
Secara umum latar belakang penghentian penyidikan
sebagai berikut :
1. Untuk menegakkan prinsip peradilan yang cepat, tepat,
biaya ringan dan sekaligus untuk tegaknya kepastian
hukum dalam kehidupan masyarakat.
2. Menghindari dari kemungkinan tuntutan ganti kerugian.
Keluarnya surat penghentian penyidikan perkara atau SP3 tidak membawa akibat
hapusnya kewenangan penyidik untuk memeriksa kembali kasus itu. Apabila di
kemudian hari ditemukan bukti yang cukup, penyidikan bisa dimulai lagi.
83
ALASAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN
1. Atas Usul Penyidik
a. Tidak terdapat cukup bukti
b. Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana
dibidang perpajakan
c. Penyidikan dihentikan karena peristiwanya telah
daluwarsa
d. Tersangka meninggal dunia

2. Atas Permohonan Wajib Pajak
Wajib Pajak boleh mengajukan permohonan
penghentian penyidikan sepanjang perkara tersebut
belum dilimpahkan ke pengadilan.


84
Di samping karena alasan di atas,
penyidikan juga mungkin dihentikan oleh
Jaksa Agung atas permintaan Meteri
Keuangan untuk kepentingan
penerimaan negara

Dengan syarat:
WP melunasi utang pajak + denda 400%

You might also like