You are on page 1of 69

Pagar Sepiring Nasi

Oleh Bahtiar HS
Kuliah Ahad Shubuh, di masjid kampung saya, topiknya berat: Pola Konsumsi
Muslim, menukil pendapat Dr. Yusuf aradha!i. "etapi, yang ingin saya sampaikan kali ini
bukan materi berat itu, melainkan sebuah humor, yang jadi selingan ustad# pengisi siraman
rohani pagi itu. $ukan karena lu%u, melainkan justru karena sangat bermakna.
Dialog ini diambilnya dari la!akan Srimulat, entah kapan. Saya sendiri rasanya belum
pernah mendengarnya. &stad# itu kemudian ber%erita '' dengan tokoh yang saya reka sendiri:
Asmuni bertanya pada teman'temannya, (Ada yang tahu nggak, apa yang paling aman
bisa menjaga rumah kita dari gangguan orang)*
Sejenak kemudian, "arsan yang tinggi besar menja!ab, dengan gaya sangat
meyakinkan, (Yang paling aman adalah buat pagar yang sangat tinggi, biar orang lain tidak
bisa memasuki atau melompat ke dalam halaman rumah kita.*
Asmuni terta!a. (+a ha ha, Syalahh,,*
"imbul menimpali ja!ab. (Pelihara aja anjing herder yang paling gedhe dan galak,
Ya, kan Asminu) -h, Asmuni)*
Asmuni terta!a lagi. (+a ha ha, Sudah nga!ur, salah pula,,*
$isa ditebak, akhirnya tidak ada yang bisa memberi ja!aban yang menurut Asmuni
benar. Semua menyerah. (Apa dong ja!abnya)* tanya mereka.
(+a ha, .yerah)* tanya Asmuni meledek sambil mesam'mesem. (/a!abnya
gampang, Yang paling aman menjaga rumah kita adalah 0 sepiring nasi,*
(Sepiring nasi)* ulang "imbul linglung. (Ah, ojo guyon)*
(1ni betul, Pak "imbul,*
(2imana mungkin sepiring nasi bisa menjadi penjaga paling aman rumah kita)*
(3ho, %oba saja. $erilah tetangga kita sepiring nasi, merata, dan yang sering'sering
aja,( kata Asmuni serius. ($ahkan rumah kita tak dikasih pagar sekalipun tidak akan ada yang
nyolong. Ya, nggak)*
Semua melongo, kemudian mengangguk'angguk.
Yang kemudian akan saya %eritakan ini bukan la!akan, melainkan kenyataan yang
saya alami dan lihat dengan mata kepala sendiri. Sebuah pengalaman nyata.
Pertengahan /anuari 4556 yang lalu, selepas tsunami melanda A%eh dan sekitarnya,
saya berkesempatan mengunjungi "uan +aji 1smail bin +aji Ahmad, pemilik perusahaan +PA
Sdn. $hn. di .egara $agian Perlis, Malaysia. Kebetulan istri saya sedang belajar ilmu
pengobatan herba di Kolej Perubatan /a!i 7KP/8 di ba!ah pembinaan beliau selama satu
setengah bulan.
Ada dua hal yang sangat berkesan di hati saya ketika itu. Pertama, ketika pertama kali
datang di areal KP/, saya disambut "uan +aji 1smail dan dipeluknya bagai saudara dekat yang
datang dari perjalanan jauh 'dan memang sangat jauh mengingat Perlis terletak di perbatasan
Malaysia dengan "hailand Selatan. Dan yang kedua, dipersilakannya saya bersama istri dan
anak saya yang masih menyusu untuk menginap di rumah beliau, di bilangan /eja!i, sekitar 95
km dari Kangar, ibukota Perlis.
(Anggap rumah sendiri, Pak $ahtiar,* kata tuan rumah yang ramah ini.
:umah itu berbentuk sebagaimana rumah di /a!a. "erbuat dari pasangan batu bata dan
semen, dengan atap dari seng atau genteng. 3angit'langitnya ditutup asbes dan lantainya
dipasangi keramik apa adanya. Di sebelahnya ada rumah panggung dari kayu, bentuk khas
rumah penduduk di sana yang kiranya tetap dipertahankan. Dindingnya terbuat dari anyaman
bambu 7/a!a: gedheg8 yang berlubang'lubang sehingga ketika tidur bisa mengintip bintang di
langit. Di sebelahnya lagi sebuah surau sederhana, tempat keluarga "uan +aji dan masyarakat
sekitarnya salat berjamaah.
9
Meskipun ada pagar berbatasan dengan jalan, tetapi jalan masuk ke lingkungan rumah
ini tidak berpintu. /uga antara rumah satu dengan tetangga lainnya yang berdekatan tidak ada
pagar pembatas.
Kami ditempatkan beliau di rumah batu'bata; di sebuah kamar, yang biasa dipakai
putra'putri beliau jika sedang di rumah 'pada saat itu, semua anaknya 7ke%uali yang baru lahir8
sedang berada di pondok pesantren Tahfidhul quran.
Di lingkungan ini berkumpul satu komunitas masyarakat 'sema%am dusun di 1ndonesia
' yang terdiri atas beberapa puluh rumah. Dusun ini dikelilingi oleh hamparan sa!ah yang luas
dan terbuka dengan latar belakang bukit yang menjulang di kejauhan. Sungguh pemandangan
pedesaan yang modern tetapi asri. Mengapa saya bilang modern, karena fasilitas jalan yang
tersedia sangat lebar, mulus, tertib, lengkap dengan rambu'rambu yang bagus dan tera!at. /uga
terdapat banyak pabrik beraneka rupa yang memproduksi berbagai jenis barang komoditi.
Singkat kata, /eja!i bukan serupa pedesaan di /a!a, melainkan sungguh'sungguh sebuah kota
yang ramai.
Ada satu hal yang paling berkesan tinggal di rumah "uan +aji 1smail ini. :umah
beliau yang kami tempati tersebut tidak pernah dikunci, Ya, tidak pernah dikun%i, Di malam
hari sekalipun. $ahkan mobil beliau 'dua atau tiga, saya tak tahu pasti jumlahnya' hanya
diparkir di samping rumah, tanpa pagar, dengan kun%i yang hanya diletakkan di teras. Setiap
orang dengan sangat mudah menemukannya jika mau.
/ika kami masuk rumah, tinggal men%opot sepatu di luar pintu, membuka pintu
sebagaimana adanya dan menutupnya sedemikian rupa. 1tu saja. Di dalam rumah pun demikian
juga. Kami dengan mudahnya bisa masuk ke ruang tamu beliau, perpustakaan, ruang makan,
dapur.
Selama lima hari tinggal di rumah itu < kebetulan beliau juga sedang ke A%eh,
membantu korban tsunami < tak ada pertanyaan yang menarik untuk di%ari ja!abnya ke%uali
mengapa rumah ini tidak pernah dikun%i. Apakah pemilik rumah ini tak takut kehilangan benda
berharga di dalamnya ) Apakah "uan +aji tidak pernah kemalingan )
/a!abnya ternyata tidak jauh dari la!akan di atas. Ya, sepiring nasi. Maksud saya,
"uan +aji terkenal sebagai orang yang derma!an, suka memberi pada tetangganya, pada orang
lain yang membutuhkan. 1a sangat memperhatikan #akat dan infa=nya. 1a pun sangat sederhana.
$ah!a baju yang dimilikinya hanya %ukup dipakai bergantian selama seminggu alias tujuh hari
barangkali sudah %ukup menggambarkan betapa ia hidup bersahaja dan tidak berme!ahan.
Padahal beliau adalah pemilik perusahaan +PA yang produknya sudah merambah tidak hanya
Malaysia, tetapi juga seluruh pelosok 1ndonesia, "hailand, bahkan "imur "engah. 1a seorang
muslim yang konglomerat kalau boleh saya bilang.
$agaimana jika harta di rumah "uan +aji diba!a maling) Seseorang pernah bertanya
demikian. (1tu saya anggap Allah sedang membersihkan harta saya yang mungkin kotor,* ja!ab
herbalis itu. .amun, apakah "uan +aji pernah kemalingan) (Pernah juga,( ja!abnya kalem.
("etapi sekalinya pen%uri itu mengambil barang'barang di rumah saya, tak berapa lama
kemudian ianya kembali ke rumah dan mengembalikan barang'barang yang diambilnya
semula.*
Yah, kalau begitu sih, tak usah dikun%i juga tak apa'apa. Pen%uri saja akan
mengembalikan hasil %uriannya dari rumah "uan +aji. /adi, apatah gunanya dikun%i'kun%i pula)
Sudah lima hari saya di Malaysia dan menginap di rumah itu. Saya sudah !aktunya
pulang ke 1ndonesia. 1stri dan beberapa teman peserta KP/ serta karya!an "uan +aji 1smail
mengajak saya berkeliling Perlis. Ke 2ua Kelam, >ang Kelian di perbatasan Malaysia dengan
"hailand, Masjid Kangar, dan sebagainya. Karena saya akan pergi seharian dan kebetulan saya
memba!a tas berisi laptop milik perusahaan tempat saya bekerja, maka se%ara refleks saya
memasang kun%i kamar dari dalam. "oh tinggal pen%et. Dalam batin saya, takutnya kalau laptop
mahal itu hilang di%uri orang. Ketika pintu saya tutup dari luar dan kemudian 0 klik, 0
terkun%i, barulah saya menyadari bah!a saya betul'betul tidak tahu di mana anak kun%inya
berada.
Akhirnya saya lalui kunjungan ke beberapa tempat tersebut dengan hati yang tak
jenak. 2ara'gara suudzon pada rumah "uan +aji yang tak berkun%i, justru saya terlibat kesulitan
karena telah mengun%i kamar tanpa tahu di mana anak kun%inya berada. Mana tuan rumah juga
4
sedang tidak di tempat. Maka setelah kunjungan selesai, kami berkeliling men%ari tukang kun%i
di Kangar. &ntung masih ada satu toko yang buka 'itupun setelah orangnya ditelpon ke rumah.
/adilah kami membongkar kun%i kamar "uan +aji hanya karena kelalaian ke%il;
hingga karenanya saya harus membayar :M ?5 pada tukang kun%i ne%is itu <ba!aannya mobil
keren. &ang itu setara dengan :p 9?6.555,' hanya untuk kerjaan ketrampilan tangan Ma% 2i@er
mengkutak-katik lubang kun%i dengan sejengkal ka!at.
Mungkin untuk bisa seperti "uan +aji 1smail yang tanpa beban membiarkan pintu
rumahnya tak berkun%i, saya harus membuang jauh-jauh prasangka jelek (su'udzon) pada
orang lain, di samping tentu berbagi sepiring nasi. Wallahu alam.
Sandal Pak Ustad
Ketika masih di bangku kelas A sekolah dasar, saya dan beberapa teman belajar
mengaji di rumah seorang ustad# di Kebon /eruk, /akarta $arat. Seperti kebanyakan pengajian
anak'anak di kampung pada saat itu, seorang ustad# sudah dianggap sebagai Ayah sendiri,
isterinya pun sudah seperti ibu bagi anak'anak yang belajar, bahkan rumah ustad# yang dipakai
untuk tempat belajar mengaji dianggap rumah sendiri sehingga sudah la#im setiap sebelum
mulai pengajian ada anak'anak yang bergantian tugas membersihkan rumah.
Pernah suatu hari, saya tak mengerjakan ke!ajiban saya membersihkan lantai dan
lebih memilih bermain di halaman depan seraya membiarkan anak lain yang membersihkan.
Saat pengajian dimulai, pak &stad# memanggil saya. Sebagai hukumannya, saya diminta berdiri
di sudut ruangan. Saya kesal, marah, dan merasa harus berbuat sesuatu untuk membalasnya.
Akhirnya, sepulang mengaji, saya sengaja menyembunyikan sandal jepit pak &stad#.
Saya tahu, sandal itu yang selalu dipakainya saat mengantarkan anak'anak pulang sampai ke
pintu gerbang. Sandal itu juga yang sering dipakainya pagi hari untuk jalan'jalan sekitar
kampung. +ingga kini saya tak pernah lagi tahu apakah pak &stad# merasa kelimpungan malam
itu, atau paginya, men%ari'%ari sandal jepitnya. Karena ketika keesokan sorenya saya kembali
untuk mengaji, sepasang sandal jepit baru milik ustad# di samping pintu rumah.
+ingga hari ini, saya tak pernah bisa menghilangkan ingatan saya akan peristi!a
hampir 45 tahun silam. Seperti halnya saya tak pernah bisa lupa akan !ajah teduh dan sabar pak
&stad# mendidik puluhan anak yang sebagian besar justeru bertipikal seperti saya, susah diatur
dan nakal. .amun yang terus menerus membuat saya lelah adalah betapa saya senantiasa
dihantui rasa bersalah karena menyembunyikan sandal jepit pak &stad#. Sungguh, sampai hari
ini saya masih mampu dengan jelas mengingat !arna dan bentuk sandal jepitnya dan dimana
saya menyembunyikannya.
1tu %uma soal sandal jepit. $agaimana dengan dosa dan kesalahan saya yang lain)
3elah, sungguh saya teramat lelah karena mata ini bagaikan sebuah rekaman yang terus menerus
diputar ulang untuk mengingat'ingat semua kesalahan yang pernah saya lakukan. Kalau lah soal
sandal jepit pak &stad# saja sudah sedemikian membuat saya lelah karena terus menerus merasa
dihantui perasaan bersalah dan juga ketakutan seandainya pak &stad# tidak pernah ridha
terhadap anak yang menyembunyikannya, bagaimana dengan ratusan, bahkan ribuan orang lain
yang juga pernah bersinggungan dengan saya, pernah merasa sakit hati oleh lidah saya, pernah
terhina oleh tatapan saya, pernah terpukul oleh sikap saya )
"uhan, bantu hamba'Mu agar senantiasa kuat dan menjadikan semua rekaman
peristi!a masa lalu itu sebagai pelajaran berharga. Agar diri yang lemah ini tak terus menerus
berbuat salah, padahal mengingat yang sudah berlalu pun sungguh teramat melelahkan.
Semoga saja pak &stad# ridha dan memaafkan saya, meski mungkin ia tak pernah tahu
persis anak yang menyembunyikan sandal jepitnya.
!anita di mata "elaki
Kamu tau kenapa saya suka !anita itu pakai jilbab) /a!abannya sederhana, karena
mata saya susah diajak kompromi. $isa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata
saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau) Di
kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata
B
saya terbelalak. +anya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau
menunduk ke ba!ah tanah.
Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas C"ank "opC, noleh ke kiri
pemandangan CPinggul terbukaC, menghindar kekanan ada sajian CDelana ketat plus You Dan
SeeC, balik ke belakang dihadang oleh CDada menantang,C Astaghfirullahal EAdhim,
Astaghfirullohal EAdhim... kemana 0, ke mana lagi mata ini harus memandang 0)
Kalau saya berbi%ara nafsu, o! jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah, "api
sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan
pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat !anita bukan sebagai objek
pemuas mata. "api mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk
di mata. $ukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran
"forno" dan hatipun menjadi keras.
Andai !anita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki'laki ketika melihat
mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Ke%uali bagi
mereka yang memang berniat untuk menarik lelaki agar memakai aset berharga yang mereka
punya.
1stilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya
tarik seks. Kalau ada !anita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu.
Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu,
karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda, membayangkan
anda adalah objek syah!at dalam alam pikirannya. $erharap anda melakukan lebih seksi,
lebih... dan lebih lagi. Dan anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki )
Yaitunya: anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan ,
Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak, anda sudah membuat diri anda tidak dihargai
dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada lelaki. /ika sesuatu yang
buruk terjadi pada diri anda, baik dengan kata'kata yang nyeleneh, pele%ehan seksual atau
mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan) Saya yakin anda
menja!abnya lelaki bukan) Fh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki dijaman sekarang.
Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja,
orang pasti akan beli kalau ada yang na!arin. Apalagi barang bagus itu gratis, !ah pasti semua
orang akan berebut untuk menerima. .ah apa bedanya dengan anda mena!arkan penampilan
seksi anda pada khalaik ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin men%i%ipinya.
$egitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. $ukan pada
hari ini saja, rata'rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana) Apakah saya
harus menikmatinya) tapi saya sungguh takut dengan D#at yang memberi mata ini. $agaimana
nanti saya mempertanggungja!abkan nanti) Sungguh saya miris dengan iman saya.
Allah "aala telah berfirman: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman !endaklah
mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya", yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka. "esungguhnya #llah $aha $engetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada %anita beriman "!endaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya." 7S. An'.uur : B5'B9 8.
/adi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan ke%il ini, duduk di depan
komputer menyerap sekian juta elektron yang terpan%ar dari monitor, saya hanya ingin
menahan pandangan mata ini. $iarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya
tak bisa pertanggung ja!abkan nantinya. /adi tak salah juga bukan ) kalau saya paling malas
diajak ke mall, kafe, dan sema%am tempat yang selalu menyajikan keseksian.
Saya yakin, banyak laki'laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang
menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. $agi anda para
!anita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi
memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan
menikmati pemadangan yang anda tayangkan ) So, berjilbablah ... karena itu sungguh nyaman,
tentram, anggun, %antik, mempersona dan tentunya sejuk di hati dan menyejukkan mata.
G
#etaplah $ngkau Seperti %ang &ulu, Pak '
Oleh Azimah Rahayu
3aki'laki itu. "ak satu pun pedagang dan peminta sumbangan yang mele!atkan
mejanya. Karena jika mereka menghampirinya, pasti akan ada sesuatu yang mereka terima. "ak
pernah mereka pergi dengan tangan kosong. Seorang gadis ke%il berjilbab, kulihat sering
berkunjung dan keluar dari ruangannya menggenggam amplop.
3aki'laki itu. Adalah biasa baginya makan rujak dari bungkus yang sama dengan anak
buahnya. "ak pernah menjadi masalah baginya bertanya,*Ada yang ba!a kueHoleh'oleh, ya)(
dan kemudian men%omotnya. Sebagaimana tak masalah pula ketika para staf meminta dibelikan
rujak atau makanan. 3embaran rupiah pun dengan ringan melayang.
3aki'laki itu. :uang kerjanya terbuka untuk siapa saja. "ak ada istilah ruangannya
adalah tempat istime!a yang tak boleh dijamah siapa pun. "ak ada kesan kebirokratisan
sehingga anak buah dan rekan kerja menjadi sungkan. +ingga semua fasilitas di sana dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh anak buah: komputer, telepon, internet, bahkan bangku
tamu pun dapat dijadikan tempat rapat, atau sekedar istirahat.
3aki'laki itu. $erbin%ang dan ber%anda adalah salah satu kebiasaannya. $ahkan saling
ledek dengan staf pun sesuatu yang biasa. $aginya tak ada bos dan ba!ahan. Karena semua
adalah tim kerja, jabatan hanyalah sarana untuk men%apai tujuan lembaga. Maka dirinya
menjadi dekat dengan siapa saja 'dari pejabat hingga office boy' tanpa harus kehilangan
!iba!a.
3aki'laki itu. Adalah kebetulan aku sedikit mengenal keluarganya. Dan karenanya aku
tahu bagaimana rumahnya menjadi tempat berlabuh bagi banyak orang. Dan karenanya aku
tahu, bah!a ia adalah seorang yang ringan tangan, ringan hati dan derma!an terhadap sesama.
Pertama kali aku mengunjungi tempat tinggalnya, aku sempat terpana: rumah itu terlalu
sederhana untuk seorang ia. .amun toh, rumah itu telah pernah menjadi tempat singgah begitu
banyak ji!a.
3aki'laki itu. $erbin%ang dari hati ke hati dengannya bukan sekali dua kali saja
kulakukan. Sejak pertama kali aku mengenalnya sekitar A tahun yang lalu, saat ia menjadi
pejabat le@el paling ba!ah di kantorku, ia sudah menjadi seseorang yang %ukup dekat denganku,
termasuk dengan staf'staf lain tentunya. Kedekatan dan keakraban itu bahkan hingga taraf
konsultasi kehidupan pribadi. $ahkan pernah ada saat'saat ia membuatku menangis dengan
menanyakan hal'hal yang terkait dengan kehidupan pribadi. Dan sejak itu, ia terus menjadi salah
satu bagian hidupku di dunia kantor.
3aki'laki itu. Postur tubuhnya ideal. 2erak geriknya gesit. &sianya belum lagi G5
tahun meski rambutnya nyaris telah memutih semua, 7mungkin8 karena banyak berpikir keras.
Dalam A tahun itu, karirnya terus menanjak, sedang banyak orang lainnya masih tetap sama
seperti sebelumnya, termasuk diriku. Dalam enam tahun itu, ia terus berkembang, diper%aya
oleh banyak pihak dan kemudian menjadi seseorang yang terper%aya.
(.duk, Piye kabarmu sak !ise ka!in)* 3aki'laki itu dengan to the point
menyampaikan pertanyaan itu begitu aku duduk di depan mejanya. $eberapa saat sebelumnya,
ia melambaikan tangan memanggilku ketika aku le!at, meski aku bukan lagi anak buahnya.
Panjang lebar, aku be%erita tentang kondisi terakhirku setelah sebulan menikah. Dan dari
lisannya kemudian mengalir nasehat'nasehat panjang tentang pernak'pernik pernikahan yang
kudengar baik'baik meski sekali'kali kami timpali dengan %anda. 1tulah saat terakhir aku
berbin%ang %ukup banyak dengannya.
Kemarin, ia dilantik menjadi kepala di biro tempatku bekerja, hanya setingkat lebih
rendah dari orang nomor satu di instansi kami. Syukur dan selamat tak lupa terlantun dari bibir
ini. .amun dalam benak, terlintas tanya: Masihkah nanti ia akan melambaikan tangan
menyuruhku masuk ke ruangannya dan berbin%ang panjang lebar tentang pekerjaan hingga
permasalahan pribadi) Masihkah ia akan dengan santai makan kue bersama kami) Masihkah ia
ber%anda %eplas'%eplos bersama para anak buahnya)
Dan tulisan ini menjadi perantara pesan itu: tetaplah -ngkau seperti yang dulu, Pak,
Aku masih ingin melihatmu menerima gadis ke%il itu. Aku masih ingin makan rujak bersamamu
dari bungkus yang sama. Aku masih ingin engkau memanggilku dan bertanya: (Piye kabarmu,
6
.duk)* Aku masih ingin mendengar %erita tentang jagoan ke%ilmu yang makin pintar. Aku
masih ingin....-ngkau seperti yang dulu, Kami membutuhkan pemimpinmu, pak.
Sebuah parade ukhu((ah
Sebuah kisah nyata seperti yang di utarakan oleh Drs. &mar Ali Yahya dan
Syarifuddin. &khu!ah intinya EM-M$-:1E. Memberi tanpa mengharapkan kata terima kasih
dan tidak mengharap balasan, artinya mengharap balasan hanya dari Allah S>".
&khu!ah dan keimanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, maka dari itu
jika salah satu tidak ada maka yang lainnya pun sirna. "ingkat ukhu!ah terendah ialah bersih
hati dan berbaik sangka pada saudaranya sedangkan tingkat ukhu!ah tertinggi ialah
mendahulukan saudaranya daripada dirinya IDrs. &mar Ali YahyaJ.
Alkisah, disebuah Madrasah "sana!iyah di daerah $angka /akarta Selatan, berkumpul
sekelompok anak'anak sekolah yang sedang istirahat mengerumuni abang penjual rujak,
rupanya siang itu anak'anak sedang membeli rujak. Diantara sekumpulan anak'anak tersebut
terdapatlah seorang anak bernama &baidurrahman 7&bay8 yang saat itu ingin sekali membeli
rujak namun uangnya ketinggalan di kelas. Keinginan &bay itu ditangkap oleh temannya
+amad tanpa terle!at sedikitpun. Saat itu +amad pun sebetulnya ingin membeli rujak juga,
namun uangnya tinggal seribu rupiah saja, dan itupun untuk ongkos pulang.
EPake uangku saja dulu &bay,E seru +amad pada &bay yang terlihat sangat ingin sekali
membeli rujak. E"erima kasih, nanti aku ganti uangnya di kelas ya,E ja!ab &bay riang.
$egitulah, +amad meminjamkan uangnya yang hanya tinggal seribu itu pada &bay untuk
membeli rujak dengan harapan nanti akan dibayar di kelas. Ketika sampai di kelas ternyata
&bay tidak membayar hutangnya karena ternyata uangnya sudah terpakai untuk yang lain.
EMasya Allah, +amad aku lupa, uangnya tadi sudah dipakai, besok saja ya...E +amad
menatap &bay sejenak dan kemudian mengangguk dengan senyum khasnya. Dalam keadaan
tidak ada uang sepersen pun, bahkan untuk ongkos pulang sekalipun, +amad masih tersenyum
dan menjalani sisa harinya dengan kegembiraan.
$el sekolah telah berbunyi, menandakan !aktunya untuk pulang. "idak terke%uali
dengan +amad, ia pun pulang meskipun tidak seperti hari'hari sebelumnya. Kali ini dia terlihat
berjalan kaki, ya.. berjalan kaki dari sekolahnya di $angka'/akSel sampai rumahnya di
/atibening'$ekasi, yang biasa memerlukan !aktu 9 jam jika ditempuh dengan kendaraan.KKK
E+amad kok belum pulang ya $u) Aku mulai kha!atir, %oba telepon teman'temannya
barangkali memang sedang ada a%ara di sekolahnya,E pinta &st. Lufar pada istrinya.&st. Lufar
merupakan ayah dari +amad. $eliau ialah sosok yang ramah, nama lengkapnya ialah &st. Lufar
$a!a#ier, 3%, dosen 31P1A dan juga pengurus sebuah Partai 1slam di 1ndonesia.
Saya sempat mengenalnya ketika beliau mengisi sebuah seminar di $andung dimana
saya terlibat sebagai panitia. Saat itu, beliau kami sediakan tiket pulang dengan Kereta Api
untuk jad!al kepergian jam 9B.55. $etapa kagetnya saya ketika teman saya memberitahukan
bah!a &st. Lufar sedang berdiri menunggu angkutan umum yang saya yakin beliau tidak hafal
rutenya, untuk menuju stasiun. 3ebih parah lagi !aktu telah menunjukan pukul 94.65, yang
artinya hanya 95 menit lagi kereta akan segera pergi.
Saya segera mengambil motor untuk mengantarnya menuju stasiun, saya tidak habis
fikir mengapa &st. Lufar tidak memberi tahu panitia kalau keadaannya seperti ini, atau memang
panitianya yang tidak memperhatikan, pikirku. Aku susuri jalanan kota $andung dengan
ke%epatan tinggi, bahkan sempat melanggar beberapa rambu lalu lintas, aku tak peduli, saat itu
fikiranku hanya mengantar &st. Lufar agar tidak ketinggalan kereta menuju /akarta.
Dan memang akhirnya &st. Lufar bisa mendapatkan keretanya, !alaupun harus
dengan berlari setelah sebelumnya masih sempat menyalamiku sambil tersenyum dan
mengu%apkan terima kasih padaku. 1tulah kenangan terakhir dan satu'satunya pertemuanku
dengan &st. Lufar. EKriiing...E telepon di rumah Pak &mar berdering. "elepon itu ternyata dari
&st. Lufar yang kemudian memberitahukan kepada Pak &mar selaku kepala sekolah madrasah,
bah!a anaknya saat itu pulang malam sekali. 3alu &st. Lufar pun menjelaskan penyebab
anaknya pulang terlambat.
A
-sok harinya, Pak &mar memanggil +amad dan &bay ke Kantor. "idak ditemukan
!ajah kesal atau ke%ut dari +amad, suatu pan%aran ketenangan ji!a dari seorang anak yang
masih bersih hatinya. 3alu Pak &mar berkata pada &bay, E3ihatlah, sepatu temanmu rusak
karena kamu menyia'nyiakan kebaikannya...E Pak &mar terkenal akan kebijaksanaannya, beliau
digelari &'embina "e(ati& oleh teman saya di $andung yang pernah merasakan sentuhannya pula.
Saya beruntung pernah menjadi binaanya selama setahun. >aktu yang %ukup singkat untuk
sebuah pembinaan yang bertajuk "aElim :utin Kader A%ti@is. .amun !aktu yang singkat itu
telah %ukup baginya untuk meniup kun%up dalam diri ini sehingga mekar menjadi bunga.
Sepatu tua +amad terlihat rusak, yang memang sebelumnya sudah lusuh. &bay
menangkap semua itu tanpa terle!at sedikitpun. EMaafkan aku ya +amad, ini pakai saja
sepatuku, aku punya dua sepatu kok di rumah.E )egitulah kisah mereka berdua, parade
ukhu(ah mereka begitu mempesona setiap orang yang melihatnya.
Sepatu )aru untuk si Pemetik &aun Singkong
&sianya baru 94 tahun, duduk di bangku kelas A Madrasah 1btidaMiyah <setingkat SD',
namun posturnya yang tinggi membuat orang mengira ia sis!a kelas B SMP. /anuar :i#ky, atau
biasa dipanggil Kiki, tak kenal lelah mengumpulkan ikat demi ikat daun singkong yang berhasil
dikumpulkannya setiap pulang sekolah. Kulit hitam dan merah di rambutnya adalah bukti
kerasnya hidup yang dijalani bo%ah dari keluarga tak mampu ini. .amun, semua dilakukannya
demi satu %ita'%ita, Saya ingin membahagiakan ibu, ujarnya malu'malu.
Setiap hari sepulang sekolah, Kiki dijemput bosnya dengan sepeda motor dan diajak ke
ladang singkong. $ersama belasan anak sebayanya yang lain, Kiki berpa%u dengan !aktu
memetik pu%uk daun singkong yang oleh bosnya nanti dijual ke pasar. /ika Anda biasa makan
lalap daun singkong di rumah makan Padang, boleh jadi itu adalah hasil petikan tangan Kiki.
&ntuk satu ikat ke%il daun singkong yang dipetiknya, Kiki mendapat upah :p 45,', jumlah yang
teramat ke%il untuk simbah'peluhnya. .amun dasar Kiki adalah pekerja keras yang tak kenal
lelah, sejak siang hingga senja tak kurang 965 ikat berhasil dikumpulkannya. Kiki pun
tersenyum puas menghitung uang hasil jerih payahnya. Menjelang maghrib, ia segera pulang.
(9.655 buat ibu, buat masak. Sisanya saya simpan buat bayar sekolah dan uang jajan
:ini,* ujar Kiki yang teramat sayang terhadap :ini, adiknya yang baru kelas B SD. "ak heran,
setiap bulannya, orangtuanya tak perlu repot mengeluarkan uang bayaran sekolah karena Kiki
sudah bisa membayar sendiri uang sekolahnya. &ntungnya, ada $FS 7$antuan Fperasional
Sekolah8 sehingga biaya sekolah lebih murah. $ahkan untuk membeli buku pelajaran pun, Kiki
tak mau meminta. Kiki sadar, orangtuanya bukan orang yang mampu, sehingga ia tak mau
merepotkan.
Sudah satu pekan ini Kiki tak mau bersekolah. Pasalnya, ia malu setiap hari harus
ditegur guru dan kepala sekolahnya lantaran ia tak bersepatu. Setiap hari, Kiki hanya bersandal
jepit ke sekolahnya. Selama ini, teguran dari gurunya ia simpan dalam hati. "ak ingin ia
mengadukan perihal tersebut kepada Ayahnya. Ayah Kiki, hanya seorang pembuat miniatur
menara dari bambu. Penghasilannya tak tentu, tergantung pesanan. Pesanan pun baru bisa
dipenuhi sang Ayah jika ada modal untuk membeli bahan baku. Sementara ibunya, hanya
seorang ibu rumah tangga yang menderita stroke, butuh biaya besar untuk mengobati
penyakitnya. Alhasil, Kiki pun tahu diri untuk menuntut dibelikan sepatu. "ak hanya Kiki, :ini
sang adik pun sekolah tanpa sepatu.
$ukan %uma soal sepatu, baju seragam Kiki pun bukan hasil beli di toko, melainkan
pemberian dari teman'temannya atau kakak kelasnya yang sudah lulus. >ajarlah bila seragam
Kiki terlihat lebih jelek dari sis!a lainnya, maklum bukan barang baru. Pernah satu hari Kiki
harus mendobeli %elana seragamnya dengan %elana mainnya, karena %elana seragam pemberian
dari temannya lebih besar dari ukuran tubuhnya. &sahanya untuk tetap berseragam malah
mendapat teguran dari seorang guru, karena %elana mainnya yang lebih panjang itu menyembul
dari %elana hijau seragamnya. 3u%u ) "entu tidak, ini menyedihkan buat Kiki.
Menjelang ujian bulan April 455A nanti, Kiki semakin resah. Kepala sekolah sudah
mengan%am tak mengi#inkan Kiki mengikuti ujian jika Kiki tetap bersandal ke dalam kelas.
Kiki pun mengeluhkan hal ini kepada Ayahnya. .amun apa daya, sang Ayah pun hanya bisa
pasrah dan mengu%ap janji, (1nsya Allah*.
?
Pu%uk daun singkong yang setiap hari dipetiknya semakin lama semakin habis. 3adang
yang biasa menjadi tempatnya men%u%urkan peluh itu, hanya menyisakan batang'batang
singkong tak berdaun. Kiki dan teman'temannya pun diboyong pindah ke ladang lainnya yang
lebih jauh. +ingga tak jarang, Kiki harus pulang selepas 1sya. $ila tak ada lagi ladang singkong
yang harus dipetik pu%uknya, Kiki pun beralih profesi sebagai pemanjat pohon pepaya.
:upanya, bisnis si bos bukan hanya menjual daun singkong, tetapi juga menjual pepaya di
pasar. Kiki dan seorang temannya lah yang diandalkan sebagai pemanjat. Meski jarang, tetapi
hasil memetik buah pepaya ini lebih besar, yakni :p 6.555,' perhari.
Kiki harus membayar mahal untuk kegiatannya sehari'hari itu, baik memetik pu%uk
daun singkong maupun pepaya. $ukan hanya !arna kulitnya yang makin legam tersengat
matahari, tapi prestasi di sekolahnya pun menurun. Dulu sebelum ia menjalani semua ini, ia
masih mampu bersaing dengan teman'temannya dan meraih peringkat dua atau tiga di kelas.
Kini, peringkatnya jauh menurun. Anak seke%il itu terlalu lelah membanting tulang untuk tiga
ribu rupiah perhari. -sok, semoga Kiki mau bersekolah lagi. Ada sedikit re#eki untuk membeli
sepatu baru buat Kiki. Senyum %eria si pemetik pu%uk daun itulah yang dinanti di hari depan,
bukan karena ia berhasil mengumpulkan seribu ikat daun singkong perhari. Melainkan senyum
atas prestasi tertinggi yang diraihnya di sekolah.KKK
Silaturahmi itu....
Oleh Azimah Rahayu
+ujan di bulan /anuari benar'benar telah menjadi hujan sehari'hari. Seperti hari itu,
sebuah ahad dengan langit yang pekat. Mendung menggantung di setiap ujung langit, menghias
segala lintas %akra!ala. Sepanjang !aktu ia menumpahkan bebannya. $eberapa saat merintik,
kemudian menderas dan kadang mengguyur. .amun laki'laki itu tetap tak jeri. "enang dan
mantap dia mengendarai motornya, dengan ke%epatan rata'rata, meski sesekali digebernya juga.
Sesosok perempuan yang menggelendot di punggungnya tak sekalipun membuatnya mengeluh
pegal dan sejenisnya. 1strinya. 1ni adalah perjalanan berikutnya, setelah sebelumnya mereka
menyusuri jalanan /akarta nyaris 9,6 jam lamanya. 1ni adalah perjalanan ke tujuan selanjutnya,
setelah sebelumnya ber%engkerama selama hampir dua jam bersama sebuah keluarga salah satu
kerabatnya.
+ujan di bulan /anuari sungguh memang berarti hujan sehari'hari. Seperti siang itu,
sebuah siang dengan mendung gelap. 2enangan air meriak di sepanjang jalan. Angin basah
berkesiur, menebarkan ha!a dingin menggigilkan. Suasana yang membuat nyaris semua orang
enggan meninggalkan rumah. .amun laki'laki itu tak merasa perlu untuk membatalkan
perjalanan selanjutnya. Sejak matahari belum lagi sepenggalah, mereka telah meninggalkan
rumah. Di rumah keluarga pertama, mereka telah sekalian beristirahat sejenak sambil
mengeringkan badan serta shalat d#uhur dan makan siang. Maka kini tiba saatnya mereka
menuju tempat berikutnya, G6 menit lamanya naik motor dengan ke%epatan rata'rata.
Perempuan di bon%engan motor itu termenung. $etapa adil Allah yang
mempertemukan dirinya dengan laki'laki ini. Di masa lajangnya, ia amat jarang bertandang ke
kaum kerabatnya. $ukan, bukan karena ia tak punya kerabat di /akarta, namun aktifitasnya yang
sangat padat telah membuatnya nyaris tak punya !aktu untuk bersilaturahmi, bahkan untuk
dirinya sendiri. (Kapan terakhir kali kau berkunjung ke rumah bude'mu 7sepupu ibunya8 di
"ebet)* pernah suaminya bertanya. (+mm, mungkin dua atau tiga tahun lalu,* ja!ab
perempuan itu ragu. (Kalau begitu, bude'mu mendapat jatah giliran silaturahmi pertama, oke)*
saran sang suami.
Air kembali tumpah saat mereka tiba di sebuah komplek perumahan yang %ukup elit.
Sepasang anak kembar ber%eloteh riang menyambut mereka, bahkan kemudian menantang sang
suami bermain %atur. Seluruh keluarga berkumpul di ruang tamu, ber%engkerama dan ber%anda
gembira. Kadang'kadang, %engkerama itu diselingi diskusi seru tentang pekerjaan dan kondisi
1ndonesia kontemporer. Selesai shalat Nasar, mereka kembali mema%u kendaraan ke tujuan
ketiga. 3agi'lagi, rintik hujan kembali menghalangi pandangan mata. Kali ini, tak sampai tiga
puluh menit mereka telah sampai di tujuan. Sayang, sang tuan rumah sedang jalan'jalan ke mall.
(Kita tunggu saja, paling sebentar lagi pulang,* demikian simpul si laki'laki. Sang istri tak
terkejut. 1ni bukan yang pertama kali. $eberapa pekan sebelumnya mereka pernah mengunjungi
seorang kerabat di Pasar :ebo yang jauhnya lebih dari dua puluh kilo meter dari rumah mereka.
O
Sayang sekali, rumah yang mereka kunjungi tak berpenghuni. Mereka kembali pulang dalam
gerimis, setelah menitip pesan ke tetangga. Pekan depannya, laki'laki itu kembali mengajak
sang istri untuk mengunjungi keluarga itu. NKemarin kan kita belum ketemu mereka)* demikian
alasannya. Meski merasa aneh, sang istri hanya mengangguk saja. 1ni adalah pelajaran untuk
sebuah ketulusan, demikian batinnya.
Air bagai di%urahkan dari langit ketika keluarga yang dikunjungi tiba di rumah.
Sesosok balita laki'laki menghambur ke pelukan istri pria itu dan ber%eloteh riang, *"ante, tadi
aku ke :amayana,* +ingga setelah shalat magrib dan hujan tak lagi mengguyur, mereka
kembali menyusuri jalanan, menempuh jarak nyaris G5 km. Pulang. .amun belum jauh mereka
meninggalkan rumah yang dikunjungi, laki'laki itu membelokkan motornya ke jalan yang
berla!anan arah dengan jalan menuju rumah. (Kita mampir sebentar ke kost'an temenku. Sudah
lama dia tak berkabar dan belum juga memenuhi janjinya berkunjung ke rumah kita,* tanpa
ditanya, dia menjelaskan kepada istrinya.
Malam telah %ukup jauh beranjak saat mereka tiba kembali di istana mungil mereka.
Masih dengan kostum lengkap, sang istri langsung merebahkan diri di pembaringan. (Aku
meluruskan badan sebentar, ya. Punggungku pegal sekali dan pantatku panas,* seringainya lu%u.
Dia bertanya'tanya jika ia yang hanya membon%eng di belakang saja se%apek itu, seperti apa
lelah suaminya yang menyetir di depan dengan beban dirinya di punggung, plus terpaan angin
dan hujan dari depan) "api laki'laki itu hanya tersenyum, mengusap keningnya dan
berkata,*Pekan depan kita ke rumah $ulik .ur di "ambun, yuk, Dek)*
Dalam deraan penat dan dengan mata tertutup, perempuan itu mengangguk mantap. Di
benaknya terbayang sambutan hangat kaum kerabat dan sahabat'sahabat suaminya saat ia dan
suaminya mengunjungi mereka. Di telinganya terngiang kembali komentar beberapa kerabat
lain,*Suamimu itu dari dulu terkenal ken%eng silaturahminya, makanya dia disayang oleh
saudara'saudaranya.* Dia membuka mata saat sang suami menyentuh lengannya. (Kita sudah
seminggu lebih nggak main ke rumah Mbak .ik, ya Dek)* tanya suaminya retoris. ($esok
malam, insyaE Allah,* ja!abnya pendek. Padatnya pekerjaan telah mele!atkan jad!al mingguan
mereka berkunjung ke salah satu kerabat yang rumahnya hanya terpisah jarak dua gang dari
rumah mereka itu. Perempuan itu kembali mengatupkan kelopak matanya. Di benaknya kini
terlintas kata bijak para ulama, silaturahmi itu memanjangkan umur dan melapangkan ri#ki. Di
benaknya kini terlintas sabda rasul agar setiap anak menjaga silaturahmi dengan kerabat dan
sahabat orang tuanya.
)elajar empati*
Sore itu disebuah sub!ay di kota .e! York, suasana %ukup sepi.Kereta api ba!ah
tanah itu %ukup padat oleh orang'orang yang baru pulang kerja. "iba'tiba, suara hening
terganggu oleh ulah dua orang bo%ah ke%il berumur sekitar B dan 6 tahun yang berlarian kesana
kemari. Mereka berdua mulai mengganggu penumpang lain.
Yang ke%il mulai menarik'narik koran yang sedang diba%a oleh seorang penumpang,
kadang merebut pena ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan
menabrak kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong itu.
$eberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bo%ah nakal itu, dan beberapa orang
mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut.
CPak, tolong dong anaknya dijaga,C pinta salah seorang penumpang. $apak kedua
anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua anak itu duduk
diam. "ak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah seperti semula, bahkan semakin nakal.
Apabila sekali diusilin masih diam saja, kedua anak itu makin berani. $ahkan ada yang
korannya sedang diba%a, langsung saja ditarik dan diba!a lari. $ila si'empunya koran tidak
bereaksi, koran itu mulai dirobek'robek dan diinjak'injak. $eberapa penumpang mulai menegur
sang ayah lagi dengan nada mulai kesal. Mereka benar'benar merasa terganggu, apalagi suasana
pulang kerja, mereka masih sangat lelah.
Sang ayah memanggil kembali kedua anaknya, dan keduanya mulai diam lagi. "api hal
itu tidak berlangsung lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para
penumpang di gerbong ba!ah tanah itu mulai marah. $eberapa penumpang mulai memarahi
sang ayah dan membentak.
P
CPak, bisa mendidik anak tidak si%h,C kata seorang penumpang dengan geram. CDari
tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak ko= diam sajaC. Sang ayah bangkit
dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang masih mungil, menenangkannya,dan dengan
sangat sopan berdiri dan berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu.
+)apak-bapak dan ibu-ibu semua, mohon maa, atas kelakuan kedua anak saya
ini. #idak biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. #adi pagi, kedua
anak saya ini baru saja di tinggal oleh ibu mereka yang sangat mereka -intai. .bu kedua
anak saya ini meninggal karena penyakit "$U/$0.1 yang dideritanya+.
$apak itu diam sejenak, dan sambil mengelus kepala kedua anaknya meneruskan
%eritanya. +0ungkin karena kejadian yang menimpa ibu mereka berdua itu begitu
mendadak, membuat kedua anak saya ini belum bisa menerima kenyataan dan agak
sedikit sho-k karenanya. Sekali lagi saya mohon maa,+.
Seluruh orang didalam gerbong kereta api ba!ah tanah itu seketika terdiam. Mereka
dengan tiba'tiba berubah total, dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya,
berubah menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal, mengganggu
seluruh penumpang yang ditemuinya. "etapi, orang yang diganggu malah kelihatan tambah
menampakkan kasih sayangnya. Ada yang memberinya %oklat, bahkan ada yang menemaninya
bermain. Perhatikan kondisi sub!ay itu ,,, Penumpangnya masih sama ,,,
Kedua anak itu masih nakal'nakal ,,, tetapi terjadi perubahan yang sangat men%olok.
Suasana didalam sub!ay itu berubah 9O5 derajat. Kenapa) Karena sebuah informasi.
$egitu pentingnya sebuah 1.QF:MAS1. K-D13... bisa merubah semua
EA"MFSP+-:-E lingkungan kita. Seringkali kita salah paham dengan temanHsahabat kita,
karena kita tidak mengetahui sebuah 1.QF:MAS1 K-D13 tsb... dan hal tersebut akan membuat
EA"MFSP+-:-E yang buruk dengan teman kita, mungkin kita pernah berprasangka buruk pada
teman kita...karena kita tidak mengetahui 1.QF:MAS1 YA.2 S-$-.A:.YA,, "hatEs is the
PF1." ,,,
Surat untuk ayah
Oleh ) #nisa Kuffa
Pedih, seolah ada pisau yang menyayat di hati. Aku merasakannya ketika untuk kedua
kalinya aku memba%a tulisan salah seorang teman. Kali ini tulisan ber%erita tentang kisah nyata
seorang anak jalanan yang sering mengamen di lampu merah ka!asan Pasar Minggu.
$anyak hal yang kudapat dari tulisan ini. Sedemikian banyak sehingga sulit diungkap satu demi
satu. $ukan hanya pelajaran tentang kehidupan anak jalanan di /akarta. Melainkan lebih pada
kerinduannya pada sang ayah. Ya, pada seorang lelaki yang telah menitipkan benih kepada
ibunya sehingga menyebabkan dia ada. Dalam tulisan tersebut, si anak jalanan 'sebut saja
namanya Ari' merindukan kehadiran ayahnya yang belum pernah dijumpai sejak dia lahir
sampai berumur A tahun. Saking besar keinginannya untuk menemukan ayah tersebut, Ari
meninggalkan ibunya seorang diri dan pergi untuk men%ari ayahnya.
Kenyataan ini semakin membuat hatiku pedih, menorehkan luka yang teramat dalam sehingga
menimbulkan genangan ke%il air yang kemudian mengalir perlahan di kedua pipiku.
Kubayangkan Ari, seorang anak berumur A tahun, berjalan sendirian di jalan, tanpa orang tua,
tanpa teman. +anya karena kerinduannya untuk menemukan sang ayah. Sampai suatu ketika Ari
menuliskan surat kepada ayahnya, ketika temanku memberi pelatihan menulis kepada anak'anak
jalanan tersebut. +*1yah, di manakah kau berada saat ini, tidakkah ayah merindukan ari.
1yah, 1ri kangen, ingin bertemu ayah. 1ri ingin minta mainan mobil-mobilan dan bisa
sekolah seperti teman-teman. 1ri mau jalan-jalan dengan ayah ke mall dan makan di
restoran kentu-ky..+
Duhai, betapa pedihnya untaian kalimat yang dituliskan oleh Ari yang merupakan
%erminan kerinduannya pada kehadiran sang ayah. Sampai dia melukiskan dalam bentuk surat
yang ditulis tidak hanya sekali, melainkan berulang kali. Semuanya bertema sama, tentang
kerinduannya pada seorang sosok bernama ayah.
:efleks aku mengambil foto di dompetku. Sebuah foto yang tidak tergantikan
kedudukannya sejak Fktober 455B yang lalu. Sebuah foto bertiga, aku, ibu dan bapak. Sambil
95
memandangi foto tersebut aku merasakan betapa beruntungnya aku dibanding dengan Ari. Aku
memiliki seorang ayah dan ibu yang selalu ada untukku.
>alaupun rambut putih sudah mulai menemani rambut hitam yang mereka punya,
namun mereka masih selalu dan selalu bisa nyambung ketika berbin%ang denganku. >alaupun
sudah 4O tahun umurku, namun mereka masih selalu mengkha!atirkan aku seperti halnya ketika
aku ke%il. $ahkan seringkali, ketika aku pulang ke rumah. 1buku akan menemani aku di kamar
sampai aku tertidur, dan barulah beliau akan beranjak keluar dari kamarku setelah terlebih
dahulu membenarkan letak selimutku dan mematikan lampu kamarku.
Dan kerinduanku pada kedua orang tuaku menyeruak hadir tanpa kusadari ketika aku
memba%a kisah perjalanan seorang Ari. /ika saja /akarta'Kudus merupakan jarak yang bisa
ditempuh dalam hitungan menit, tentu aku sudah bergegas untuk pulang untuk menemui
mereka.
Aku mengobati kerinduanku dengan dua hal. Pertama, aku meraih +p di meja belajarku dan
mulai mengirimkan sms ke bapakku. Sebuah kegiatan yang setiap hari kulakukan, aku memang
setiap hari sms ke orang tuaku, untuk menanyakan kabar mereka dan men%eritakan kabarku
disini. Kedua, aku berdoa kepada Allah supaya mengampuni dan menyayangi mereka serta
membuat mereka berbahagia dunia akhirat.
Setelah melakukan dua hal tersebut, ada kelegaan yang hadir !alau tidak sepenuhnya
karena aku tidak bisa melihat mereka se%ara langsung dan memeluk mereka. :asa syukur
mengaliri rongga dada manakala aku selesai memba%a tulisan tersebut. >alaupun terpisah oleh
jarak, tapi aku mempunyai orangtua dan keluarga yang selalu mendukungku. Aku kemudian
berpikir, bagaimana halnya dengan seorang Ari) Adakah menulis surat yang ditujukan kepada
orang yang 7seolah'olah8 dianggapnya ayah tersebut sudah %ukup melegakannya)
"ak dapat kubayangkan kepedihan yang melanda hati Ari. /angankan bertemu dengan ayahnya,
gambaran !ajahnya saja dia tidak punya. "idak ada nama, tidak ada alamat, tidak ada foto, lalu
bagaimana Ari bisa menemukan ayahnya dan mengobati kerinduannya)
>ajar saja jika kemudian seorang teman saya tersebut berempati dengan penderitaan
Ari. Karena pada hakekatnya semua manusia mempunya hati. .amun apa yang bisa kita
lakukan untuk membantu Ari'ari yang ada di jalanan) &ntuk meringankan kerinduannya pada
sang ayah)
Sa2id bin 3aris tak ingin kembali
$elum pernah +isyam bin Yahya menemukan seseorang seperti Said bin +arits. Said
adalah satu dari sekian banyak orang yang ikut berjihad ke negeri :umRpada tahun OO +.
Pemuda itu kuat beribadah: puasa tiap hari, dan malamnya bangun salat malam. /ika sedang
berjalan'jalan, ia memba%a Al=uran, dan bila sedang berdiam diri di kemah, ia memba%a d#ikir.
"epat tengah malam, ketika rombongan itu sangat kha!atir dari serangan musuh, +isyam dan
Said sama'sama berjaga. Malam itu memang giliran mereka. Pada !aktu itu, benteng musuh
telah terkurung. Ketika semalaman dilihatnya Said bin +arits beribadah, maka +isyam pun
menasihatinya, (-ngkau harus mengistirahatkan badanmu. Sebab itu hak badanmu.*
Mendengar kata'kata itu, Said malah menangis. 1a menja!ab, (1ni hanya beberapa nafas yang
dapat dihitung dan umur yang akan habis serta hari akan segera berlalu. Sedang aku hanya
menantikan maut dan berlomba menghadapi keluarnya ruh.*
Sungguh, +isyam bin Yahya merasa sangat pilu. 1a tahu benar pemuda di hadapannya
ini tak pernah berhenti melakukan hal'hal kebaikan. $agi diri dan umatnya. Maka dengan hati
yang pilu, ia berkata lagi, (Aku bersumpah dengan nama Allah. Masuklah engkau ke dalam
kemah untuk istirahat.* Maka Said pun masuk dan tidur. Sedang +isyam duduk di luar kemah.
"iba'tiba +isyam mendengar suara dalam kemah. Padahal selain Said, tiada orang lagi. Ketika
+isyam melihat ke dalam kemah, Said berkata, (Aku tidak suka kembali.*
1a mengulurkan tangan kanannya. Dan ia melompat bangun dari tidurnya. +isyam tidak bisa
menyembunyikan keheranannya. 1a segera mendekap pemuda itu sambil mendekapnya. (Ada
apakah) Kenapa kau berkata begitu)* tanya +isyam.
99
(Aku tidak akan memberitahukannya padamu,* ja!ab Said. +isyam bersumpah
dengan nama Allah supaya Said memberitahukan hal itu padaanya. Said malah balik bertanya,
(Apakah engkau berjanji tidak akan membuka rahasia itu selama hidupku)* ($aiklah.*
Said menarik nafas. Sejurus kemudian, ia berkata, (Aku bermimpi, seolah telah tiba hari kiamat.
Semua orang telah keluar menunggu panggilan Allah. Dalam keadaan itu tiba'tiba ada dua
orang menghampiriku. "iada orang yang sebagus kedua orang itu. Mereka menyalamiku dan
mereka berkata kepadaku: ("erimalah kabar baik. Allah telah mengampuni dosamu dan memuji
usahamu. Allah menerima amal baik dan doamu. Karena itu, marilah pergi untuk kami
perlihatkan kepadamu nikmat yang tersedia untukmu.*
3alu, keduanya memba!aku keluar dari tempat itu. Mereka menyediakan kuda yang tidak
serupa dengan kuda'kuda yang ada di dunia, sebab larinya bagaikan kilat atau angin yang
ken%ang. Dan akupun mengendarainya, sehingga sampai di gedung yang tinggi dan besar.
4edung itu tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata, seakan-akan terbuat dari perak
yang berkilatan. Ketika aku sampai di muka pintu, tiba'tiba pintu terbuka sebelum diketuk,
lalu aku masuk dan melihat segala sesuatu yang tidak dapat disi,atkan dan terdetik dalam
hati. &an bidadari-bidadari serta pelayan-pelayan sebanyak bintang di langit. Dan ketika
mereka melihat aku, mereka bernyanyi'nyanyi dengan berbagai nyanyian. Seorang dari mereka
berkata, (1tu kekasih Allah telah tiba, u%apkanlah selamat datang kepadanya.*
Sampai di situ, Said menghentikan %eritanya sejenak. +isyam mendengarkan dengan
saksama. Said pun melanjutkan, "alu aku berjalan hingga sampailah di ruangan tidur
terbuat dari emas bertaburan permata, diliputi dengan kursi emas. #iap-tiap kursi ada
gadis yang tidak dapat disi,atkan oleh manusia ke-antikannya, dan di tengah-tengah
mereka ada yang tinggi dan ter-antik. Kedua orang yang memba!aku berkata, N1tu
keluargamu dan ini tempatmu.M Kemudian mereka meninggalkannku. 3alu gadis'gadis itu
datang kepadaku memberi sambutan dan mereka mendudukkan aku di tengah, di samping gadis
yang %antik sambil berkata, N1tu istrimu.M
Aku bertanya kepadanya, CDimanakah aku ketika itu)C Dan ia menja!ab, C-ngkau di
/annatul MaM!aC. 3alu aku bertanya Csiapa dia)C
"ernyata ia adalah istriku yang kekal. 3alu aku ulurkan tanganku kepadanya, tetapi
ditolak dengan halus sambil berkata, NKini kamu harus kembali ke dunia dan tinggal tiga hariM.
.ah, aku tidak suka itu. +ingga aku berkata, NAku tidak suka kembali,* Said mengakhiri
%eritanya.
Mendengar %erita itu, +isyam tidak dapat menahan air mata. ($eruntung kau Said.
Allah telah memperlihatkan pahala amal baikmu.* Said malah bertanya, (Apakah ada orang lain
yang melihat kejadian ini)* ("idak.* 3alu ia berkata, ("utuplah hal ini selama hidupku.*
Said ber!udhu dan berminyak harum. 1a lalu mengambil senjatanya dan menuju ke
medan perang sambil berpuasa. +isyam tak hentinya mengagumi pemuda itu. Frang'orang
banyak men%eritakan kehebatan perjuangannya, belum pernah mereka melihat perjuangan
sedemikian. 1a meletakkan dirinya dalam serangan musuh, dan mengatasinya.
Pada hari kedua, ia bertempur lebih hebat. Pada !aktu malam, Said tetap
melaksanakan salat dan bangun pagi untuk kembali maju ke medan perang. Pemuda itu tak
hentinya menerapkan apa yang ia kerjakan malam dan siang hari. Sepanjang hari itu ia
bertempur terus'menerus. +ingga tepat matahari terbenam, tibalah sebuah panah mengenai
lehernya. /atuhlah ia sebagai syahid. +isyam tetap memperhatikannya, sedang orang'orang
mengangkatnya.
($ahagialah engkau, berbuka malam ini. Sekiranya aku bersamamu,* ujar +isyam.
Said mengginggit bibirnya sambil tersenyum, (Alhamdulillaahillad#i sada=ana !aMdahu,*
kemudian dia mengingal dunia.
Saat itu, +isyam berkata kepada orang'orang. (+ai sekalian orang, seperti inilah kita
harus berlomba'lomba.* Frang'orang pun semakin tahu bah!a Said telah mengorbankan !aktu
dan hidupnya untuk dak!ah. &ntuk sebuah perjuangan. "idak ada istilah rugi untuknya. 1a
berjuang untuk Allah. >alaupun harus berdarah'darah. Setiap malam, ia khusyuk bermunajat
kepada Allah terus mendekatkan diri, meningkatkan kemampuan dan kekuatan dirinya. Siang, ia
bertempur menghadapi musuh.
94
Rindu Rosul
*an tidaklah kami mengutus engkau $uhammad
kecuali men(adi rahmat bagi seluruh alam." +,.". #l-#nbiya) -./0
"ulisan di ba!ah ini hanyalah sebuah petikan ke%il dari buku berjudul (:indu :asulC
yang ditulis oleh bpk /alaludin :ahmat 7semoga beliau mendapat berkah atas tulisannya, amin8.
Sebagian sari dari buku itu %ukup membuat hati saya terenyuh.
:asulullah bersabda: (Ada B hal yang bila semuanya ada pada diri seseorang, ia
akan merasakan manisnya iman: pertama, Allah dan :asul'.ya lebih ia %intai dari apapun selain
keduanya; kedua, ia men%intai orang semata'mata karena Allah; dan ketiga, ia ben%i untuk
kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya seperti ia ben%i untuk dilemparkan
kedalam api neraka.C 7Shahih al'$ukhari8
Adapun bagi para pen%inta :asulullah sa!, Allah akan menganugerahkan:
5. &igabungkan bersamanya
Se%ara ruhaniyah di dunia dan se%ara hakiki di akhirat. Prinsipnya sama seperti bila
kita men%intai sesuatu, yaitu: akan ada pembenaran atas apa yang diajarkan oleh yang kita
%intai, perilaku, pikiran, perasaan dan tindakan juga sangat dipengaruhi oleh siapa yang kita
%intai.
"*an barangsiapa yang menta&ati #llah dan 1asul-2ya mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi ni&mat #llah yaitu) 2abi-nabi para shiddiqin orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang shaleh. *an mereka itulah teman yang sebaik-baiknyaC7.S:
An'.isa AP8
6. /eleatan iman
3e#atnya iman mungkin bisa digambarkan dari kisah sebagai berikut. "erkisah segera
setelah :asulullah !afat, $ilal tidak mau lagi menyampaikan a#an. $eberapa hari angkasa
Madinah tidak mendengar suara $ilal. Atas desakan Qatimah, putri .abi sa!, $ilal
mengumandangkan a#an Subuh. Seluruh Madinah tergun%ang. )ilal mulai dengan 1llahu
1kbar, lalu kalimah syahadat yang pertama. )egitu ia ingin menyebutkan kalimat
syahadat kedua, suaranya tersekat dalam tenggorokan. .a berhenti pada +0uhammad+
dan setelah itu tangisannya meledak, diikuti oleh tangisan 7atimah dan seluruh penduduk
0adinah al-0una(arrah. .krar iman dalam u-apan syahadat membuat rasa rindu
semakin terasa leat.
8. /e-intaan 1llah s(t
Karena .abi adalah mahluk yang paling di%intai Allah "aMala. Siapapun yang
men%intai .abi, menyayangi, merindui kekasih Allah, tentu akan mendapat pula ke%intaan dari
Allah s!t.
9. )alasan -inta :asulullah sa(
"idak ada pen%inta .abi sa! yang bertepuk sebelah tangan. Dalam ri!ayat yang telah
di%eritakan sebelumnya, betapa :asulullah merindukan pertemuan dengan umat yang
men%intainya.
"erkisah pula pada detik'detik .abi menjelang !afat, sahabat Ali mendekatkan
telinganya ke bibir :asulullah yang mulai kebiruan. +Ummatii, ummatii, ummatiii;+ -
+Umatku, umatku, umatku;+ $etapa %intanya beliau pada umatnya. Akankah kita membalas
%intanya dengan menyebut nama beliau disisi Allah "aMala menjelang ajal kita )
<. 0endapatkan sya,aat (pembelaan)-nya yang agung.
Yaitu bantuan .abi dengan i#in Allah untuk meringankan dan bahkan
menghapuskan hukuman bagi para pendosa, bukannya tidak mungkin seseorang bisa masuk
surga tanpa dihisab bila pembelaan :asulullah sa! diterima oleh sang Khalik.
Mungkin kita masih ingat akan kejadian'kejadian masa lalu ketika tabloid Monitor
menulis tentang orang di dunia yang paling dikagumi sementara .abi Muhammad sa! ditulis di
urutan ke'sebelas. $ukankah semestinya kita menempatkannya di urutan pertama di hati kita)
9B
Apa yang bisa kita petik dari kejadian ini) Masuk golongan mana kita) golongan yang
menyalahkan media tersebut) atau golongan yang justru menyalahkan diri sendiri telah
melupakan .abi sa! selama ini) Atau ketika Salman :ushdie men%emooh .abi sa! sebagai
sumber permainan dengan berlindung atas nama dunia seni kesastraan. Apa hati kita terusik)
apa kita merasa kalau Salman :ushdie sudah meludah a=idah kita) Atau kita merasa bah!a hal
itu biasa saja) Atau mungkin kita merasa biar saja karena kita jauh dari tempat kejadian dan saat
ini .abi pun sudah tidak ada) 1stagh,irullahal 21dhim.
Semoga petikan ayat Al'urMan surat Al'Anbiya 95? di a!al tulisan ini bisa membuka
hati kita semua, betapa pentingnya kita men%intai dan bersuka %ita atas .abi sa!.
$ila kita kaji lagi apa yang bisa kita peroleh jika kita menempatkan .abi sa! pada urutan
pertama di hati, maka kita akan mendapatkan Ciman yang begitu indah mempesonaC.
>alaupun .abi sa! sudah tiada, mungkin justru karena itulah kita perlu bersyukur akan
keberadaan kita sekarang dengan beriman kepadanya dan menjalankan sunnah'sunnah yang
telah beliau %ontohkan. Sebuah tantangan, perjuangan berat, teramat berat, insya Allah kita
termasuk insan yang dinanti dan dijemput sendiri oleh baginda .abi sa! kelak di akhirat, insya
Allah keluarga kita akan dimohonkan syafaat oleh baginda .abi sa!, insya Allah kita mendapat
tempat spesial di mata Allah s!t, tempat yang indah tanpa dihisab, amin.
Sebagai sebuah renungan, mungkin kita sering mengu%apkan dan mendengar arti shala!at yang
diperuntukkan bagi baginda .abi sa! dan keluarganya. .ah, kalau kita termasuk orang yang
beriman pada :asulullah sa! padahal kita sendiri tidak pernah berjumpa beliau, bukankah kita
telah menjadi saudara .abiyallah )) Keluarga :asulullah juga )) Saya pribadi berfikir
bukannya tak mungkin kalau u%apan shala!at itu juga mengandung makna u%apan shala!at
bagi kita'kita yang beriman padanya. Sebuah berita gembira bila kita akhirnya bisa juga
bersanding dengan nama Muhammad , kekasih Allah "aEala.
#llahumma sholli %a baarik 3ala sayyidina $uhammad %a 3ala aali %a shohbihi %asallam.
7&%apkanlah sesering mungkin bila kita mendengar nama beliau disebut8
Ya Allah yang Maha $esar, tanamkan a=idah iman sedalam'dalamnya pada diriku
untuk senantiasa men%intai'Mu dan .abi Muhammad sa!, lebih dari apapun di alam semesta
ini, amin ya rabbal Nalamiin.
$elajar dari kegigihan semut
Oleh Taufik
Pukul 44.B5 >1$, huh ... lelahnya. Seharian menyelesaikan pekerjaan kantor yang tak
habis'habisnya. Kurebahkan tubuh di lantai depan tele@isi. Kubiarkan "S menyala untuk tetap
menjaga agar aku tidak terlelap. Suhu yang sedikit panas memaksaku membuka kemeja dan
membiarkan kulitku bersentuhan dengan sejuknya lantai.
CAaau!! ... brengsek,C gumamku tiba'tiba. Segera kutepis sesuatu yang menggigit
lenganku hingga tampak titik hitam terjatuh ke lantai. "ernyata seekor semut hitam.
CKurang ajar, Apa ia tidak mengerti kepalaku begitu penat dan tubuhku ini seperti mau han%ur)
Apa dia juga tidak tahu kalau aku sedang beristirahat)C pikirku seraya kembali merebahkan
tubuhku. "api, belum sampai seluruh tubuh ini jatuh menempel lantai, CAddduuhhh,C 3agi'lagi
semut ke%il itu menggigitku. Kali ini punggungku yang digigitnya dan gigitannyapun lebih
sakit.*+eeeh, berani sekali makhluk ke%il ini,C gerutuku kesal.
1ngin rasanya kulayangkan tapak tangan ini untuk membuatnya mati tak berkutik
EmejretE di lantai. .amun sebelum tanganku melayang, ia justru sudah menga%ung'a%ungkan
kepalan tangannya seperti menantangku bertinju. Kuturunkan kembali tanganku yang sudah
beran%ang'an%ang dengan jurus Etepokan mautE, kuurungkan niatku untuk menghajarnya karena
kulihat mulutnya yang komat'kamit seolah mengatakan sesuatu kepadaku. A!alnya aku tidak
mengerti apa yang diu%apkannya, tapi lama kelamaan aku seperti memahami apa yang
diu%apkannya.
C+ey makhluk besar, anda menghalangi jalan saya, Apa anda tidak lihat saya sedang
memba!a makanan ini untuk keluarga saya di rumah ...C :upanya ia begitu marah karena aku
9G
menghambat perjalanannya, lebih'lebih se!aktu punggungku menindihnya sehingga ia harus
terpaksa menggigitku.
Akhirnya kupersilahkan ia melanjutkan perjalanannya setelah sebelumnya aku
meminta maaf kepadanya. Susah payah ia memba!a sisa'sisa roti bekas sarapanku pagi tadi
yang belum sempat kubersihkan dari meja makan. Kadang oleng ke kanan kadang ke kiri,
sesekali ia berhenti meletakkan barang ba!aannya sekedar mengumpulkan tenaganya sembari
membasuh peluhnya yang mulai membasahi tubuh hitamnya.
Kuikuti terus kemana ia pergi. 1ngin tahu aku di pojok mana ia tinggal dari bagian
rumahku ini. 1ngin kuta!arkan bantuan untuk membantunya memba!akan makanan itu ke
rumahnya, tapi aku yakin ia pasti menolaknya. $erhentilah ia di sebuah sudut di samping lemari
es sebelah dapur. Di depan sebuah lubang ke%il yang menganga, ia letakkan ba!aannya itu dan
kulihat seolah ia sedang memanggil<manggil semut'semut di dalam lubang itu. Satu, dua,
tiga .... empat dan .... lima semut'semut yang tubuhnya lebih ke%il dari semut yang memba!a
makanan itu berlarian keluar rumah menyambut dengan sukaria makanan yang diba!a semut
pertama itu. Dan, eh ... satu lagi semut yang besarnya sama dengan pemba!a roti keluar dari
lubang. Dengan senyumnya yang manis ia mendekati si pemba!a roti, men%iumnya,
memeluknya dan membasuh keringat yang sudah membasahi seluruh tubuh semut pemba!a
makanan itu.
+mmm ... menurutku, si pemba!a roti itu adalah kepala keluarga dari semut'semut
yang berada di dalam lubang tersebut. Kelima semut'semut yang lebih ke%il adalah anak '
anaknya sementara satu semut lagi adalah istri si pemba!a roti, itu terlihat dari perutnya yang
agak bun%it. CMungkin ia sedang mengandung anak ke enamnyaC pikirku.
Semut suami yang sabar, ikhlas berjuang, gigih men%ari nafkah dan penuh kasih sayang. Semut
istri ta!adhuE dan =onaah menerima apa adanya dengan penuh senyum setiap ri#ki yang diba!a
oleh sang suami, juga ibu yang selalu memberikan pengertian dan mengajarkan anak'anak
mereka dalam mensyukuri nikmat "uhannya. Dan, anak'anak semut itu, subhanallah ... mereka
begitu pandai berterima kasih dan menghargai pemberian ayah mereka meski sedikit. Sungguh
suami yang dibanggakan, sungguh istri yang membanggakan dan sungguh anak'anak yang
membuat ayah ibunya bangga.
1stagh,irullah ..., tiba-tiba tubuhku menggigil, lemas seperti tiada daya dan
brukkk .... aku tersungkur. Ku%iumi jalan'jalan yang pernah dilalui semut'semut itu hingga
menetes beberapa titik air mataku. "eringat semua di mataku ribuan !ajah semut'semut yang
pernah aku hajar EmejretE hingga mati berkalang lantai ketika mereka men%uri makananku.
Padahal, mereka hanya mengambil sisa'sisa makanan, padahal yang mereka ambil juga
merupakan hak mereka atas ri#ki yang aku terima.
Air mataku makin deras mengalir membasahi pipi, semakin terbayang tangisan'
tangisan anak<anak dan istri semut'semut itu yang tengah menanti ayah dan suami mereka,
namun yang mereka dapatkan bukan makanan melainkan justru seonggok jena#ah.
Ya, Allah ... keluarga semut itu telah mengajarkan kepadaku tentang perjuangan hidup,
tentang kesabaran, tentang harga diri yang harus dipertahankan ketika terusik, tentang
bagaimana men%intai keluarga dan di%intai mereka. Mereka ajari aku %aranya mensyukuri
nikmat "uhan, tentang bagaimana perlunya ikhlas, sabar, ta!adhuE dan =onaah dalam hidup.
+ari'hari selanjutnya, ketika hendak merebahkan tubuh di lantai di bagian manapun
rumahku aku selalu memperhatikan apakah aku menghambat dan menghalangi langkah atau
jalan makhluk lainnya untuk mendapatkan ri#ki. 1ngin rasanya aku hantarkan sepotong makanan
setiap tiga kali sehari ke lubang'lubang tempat tinggal semut'semut itu. "api kupikir, lebih baik
aku memberinya jalan atau bahkan mempermudahnya agar ia dapat memperoleh dengan
keringatnya sendiri ri#ki tersebut, karena itu jauh lebih baik bagi mereka.
0enumbuhkan empati anak
Oleh Kurnia Wahyudi
Ada sebuah fenomena yang sering terjadi, yaitu orang tua yang begitu mengekang
kebebasan anak, !alaupun memang di mata kita, para orang tua, adalah baik maksudnya. "api
96
apakah anak'anak dapat menangkap pesan atau maksud baik tersebut) $isa jadi mereka masih
teramat ke%il untuk dapat mengerti.
Dontoh sederhana, kita sering mendapati anak berlari ke sana ke mari hingga kurang
memerdulikan keselamatan mereka sendiri. Kita sebagai orang tua akan merasa CngeriC kalau'
kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti jatuh, menabrak benda keras, dan lain
sebagainya, yang dapat membahayakan keselamatan sang anak. Melihat kondisi anak seperti itu
7suka berlari'lari8, biasanya kita sebagai orang tua akan langsung menasehatinya, atau
melarangnya, bahkan memarahinya.
Andaikan akhirnya anak Anda yang sedang berlari'lari tersebut jatuh, padahal
sebelumnya sudah berbusa mulut Anda menasehatinya agar jangan berlari'larian, apa yang akan
Anda lakukan)
Menurut pengalaman saya pribadi ada dua perlakuan yang umum dilakukan oleh para
orang tua.
Pertama, respon refleks umumnya orang tua adalah langsung memarahi anak akibat
tidak mau mendengar perkataan mereka. Kalau pun tidak memarahinya, mereka melakukannya
dengan %ara lain yakni mengingatkannya dengan nada tinggi. Mungkin kira'kira begini,
C"uh kan apa 1buHAyah bilang, /angan lari'lari...jadi jatuh, kan, Anak bandel, tidak mau
mendengar kata'kata orang tua, +uh,C
Kondisi yang lebih ekstrem yang lain adalah berkata atau membentak dan terkadang
dibarengi dengan kekerasan tangan 7memukulnya8, hingga anak pun menangis karenanya.
Kemungkinan besar sang anak menangis bukan akibat dari jatuhnya, melainkan karena bentakan
atau pukulan orang tua.
Kedua, berusaha untuk tampil empati tapi tetap memarahi atau membentaknya.
Misalnya dengan perkataan sebagai berikut,
CAduh adik jatuh, ya, Sakit) Makanya apa MamaHPapa bilang. .ggak mau dengar sih
perkataan MamaHPapa. /adi begini akibatnya, Makanya lain kali dengar kata'kata Mama, ya,C
dengan suara yang %enderung datar tanpa intonasi tinggi.
&ngkapan kondisi pertama adalah bentuk %ontoh CjudgementC 7penghukuman8.
Artinya, anak langsung diberi hukuman akan tindakan pelanggaran yang dilakukannya 7karena
tidak mendengar perkataan orang tuanya8. Sedangkan, ungkapan kondisi kedua adalah bentuk
%ontoh Csemi judgement dan empatiC. Kondisi ini agak lebih baik, tapi tetap dapat meninggalkan
kesan kejadian berulang pada anak. Maksudnya adalah anak kemungkinan besar akan
melakukan perlakuan yang sama yang dilakukan oleh orang tua kepada dirinya, terhadap situasi
serupa yang dihadapinya dengan orang lain.
Sekarang %oba Anda bayangkan 7dari hasil perlakuan kondisi pertama dan kedua di
atas8 bila sang anak memiliki seorang adik, dan ternyata adiknya melakukan tindakan yang
persis dilakukannya, yakni berlari'larian. Sang anak akan mengingatkan si adik untuk jangan
berlari'larian, dengan %ara persis seperti yang dilakukan orang tua terhadap dirinya. Kira'kira
berdasarkan pengalaman sebelumnya, perlakuan apa yang akan dilakukan sang kakak terhadap
adiknya)
Seorang anak adalah perekam yang sangat kuat. 1nak memiliki kemampuan
photo-memory yang sangat tinggi. )ila kita mengharapkan seorang anak yang memiliki
si,at dan sikap empati yang tinggi, maka seyogyanya dilatih sejak dini. /adi, bila kita
berharap sang anak bersikap empati apabila melihat adiknya terjatuh, maka kita diharapkan
untuk bertindak serupa terhadap dirinya.
Kisah di atas akan lain %eritanya bila sang ayah atau ibu bersikap empati terlebih
dahulu ketika mendapati anaknya terjatuh, bukan langsung melakukan CjudgementC terhadap
dirinya. Dontohnya adalah dengan mengatakan, CAduh ... adik jatuh ya, Sakit) Mana yang
sakit) Sini ayahHibu obati,C sambil memberikan perhatian terhadap lukanya, jikalau perlu
mengobatinya. $aru kemudian setelah selesai mengobati kita dapat menasehatinya, CMakanya,
lain kali lebih hati'hati ya, "olong dengarkan apa kata ayahHibu ... Adik mau janji)C
9A
0anusia yang #idak Pernah 0ati
Oleh 4handra Kurnia%an
Salah satu kesenangan saya adalah memba%a buku'buku sejarah. Dari sejarah, saya
memperoleh banyak pelajaran, yang dengannya membuat saya berhati'hati dalam melangkah.
Saya semakin menyadari akan satu hal, bah!a jalan di dunia ini tidak selamanya mulus dan
indah. Ada kalanya berlubang, bergelombang, penuh onak dan duri. Dari sanalah saya
mengetahui mengapa seseorang dapat sukses, dan mengapa yang lain tidak.
Saya mengagumi ulama'ulama besar seperti 1mam al'2ha#ali, 1mam 1bnu al'/au#y,
1mam 1bnu "aimiyah dan 1mam +asan al'$anna karena ilmu yang mereka miliki, ketekunan
mereka dalam beribadah, keluhuran akhlak mereka dan penghargaan mereka terhadap !aktu.
1mam +asan al'$anna pernah mengatakan, ke!ajiban yang ada lebih banyak daripada !aktu
yang tersedia. Pernyataan ini bukan pernyataan yang main'main, melainkan sebuah pernyataan
yang keluar dari mulut seorang insan yang (bergelut* dengan !aktunya dan sadar akan
pentingnya !aktu.
Dabang'%abang ilmu pengetahuan mulai dari fikih, ushul fikih, tafsir, hadits, tarikh,
tasa!uf, filsafat, sastra Arab, hingga ilmu kedokteran, mereka kuasai dengan baik. $ahkan
mereka ahli pada semua bidang itu. "ak heran jika seorang :oger 2araudy sangat mengagumi
ilmu yang dimiliki para ulama 1slam, yang sangat banyak itu, yang tidak dimiliki ilmu!an'
ilmu!an $arat. Kekagumannya itu membuatnya masuk 1slam. Ya, ini sungguh luar biasa.
Siapapun orangnya, yang tentu saja masih berakal sehat, pasti akan menyadari hal ini.
$agaimana mereka menguasai banyak ilmu pengetahuan dalam usia mereka yang tergolong
pendek) 1nilah pertanyaan yang mesti di ja!ab di sini.
Saya berpikir, semua itu terjadi karena mereka sangat menghargai !aktu. Sedetik pun
!aktu tidak pernah mereka sia'siakan. Kalaupun ada !aktu yang terbuang per%uma, mereka
akan menyesal dan berusaha dikemudian hari hal itu tidak terulang lagi. Setiap hari, mereka
melakukan kegiatan'kegiatan yang bermanfaat untuk ji!a, raga, dan pikiran mereka. Ada
seorang ulama yang menunggu kedatangan gurunya dalam sebuah majelis, lantas kemudian ia
isi !aktu luang itu dengan shalat sunah.
1mam 1bnu al'/au#y pernah kedatangan tamu yang membi%arakan hal'hal yang tak
berguna. Dia meladeni mereka sembari menyerut pensil untuk menulis buku. Siang dan malam
beliau tidak henti'hentinya berpikir, menulis, mengajar dan memba%a. 1mam 1bnu al'/au#y
pernah berkata, (Dari tanganku lahir dua ribu jilid buku dan di tanganku juga telah bertaubat
seratus ribu orang, dua puluh ribu orang di antaranya masuk 1slam.* Di antara karya'karyanya,
*urratul 5kliil G jilid, 6adhail al-#rab, al-#mstaal al-$anfaat fi $adzahib al-#rbaah 4 jilid,
al-$ukhtar min al-#syar 95 jilid, at-Tabshirah B jilid, 1uus al-,a%ariir 4 jilid, "haidul
Khathir, Kitab al-7uqat 7ilmu kedokteran8 4 jilid, dan sebagainya.
1mam 1bnu "aimiyah adalah seorang ulama yang !aktunya tidak pernah luput dari
berbuat kebaikan. +ingga dipenjara sekalipun, ia tetap berusaha menulis, ber%eramah kepada
para napi, dan lain sebagainya. $eliau pernah berkata, (Apakah yang akan diperbuat musuh'
musuh terhadapku) /ika aku dipenjara, penjaraku adalah khal%ah. /ika aku diasingkan,
pengasinganku adalah tamasya. Dan jika aku dibunuh, kematianku adalah syahadah.* Sekalipun
pena'penanya disingkirkan oleh pemerintah tirani, dia tetap saja menulis !alaupun dengan
arang.
/ika diberi umur yang panjang, nis%aya mereka akan terus menuntut ilmu sebanyak'
banyaknya. .amun kenyataan tidaklah terjadi demikian. Karena ilmu di dunia ini sangatlah
banyak dan tak mungkin umur manusia yang pendek, dapat menguasai semuanya, para ulama
akhirnya membuat pengurutan ilmu'ilmu apa saja yang (!ajib* dikuasai oleh kaum muslimin.
1mam 1bnu udamah dalam bukunya berjudul $ukhtashar $inha(ul ,ashidin mengomentari
hadits yang berbunyi, (Men%ari ilmu itu !ajib atas setiap orang muslim,* dengan mengatakan
bah!a yang dimaksud ilmu !ajib di sini adalah ilmu muamalah hamba terhadap "uhannya.
Muamalah yang dibebankan di sini meliputi tiga ma%am: Keyakinan, perbuatan dan apa yang
harus ditinggalkan.
9?
Saya kemudian merenung tentang diri saya sendiri dan kebanyakan orang pada
umumnya, betapa banyak !aktu yang telah kita buang per%uma. Mungkin satu atau dua jam
!aktu luang yang terbuang dalam sehari tidak akan kita rasakan dampak negatifnya. .amun
jika dikumpulkan dalam setahun atau bahkan dalam seumur hidup, akan sangat terasa, betapa
kita telah melalui banyak momen dengan hal yang tidak berguna. >aktu'!aktu itu begitu %epat
berlalu dan tak dapat kembali lagi. Sedetikpun ia tak mau. Pada akhirnya semua itu
membuahkan penyesalan yang berkepanjangan. Kita hanya memba!a amal yang sedikit
kehadapan'.ya.
Seorang ulama shalih bernama "aubah bin ash'Shimmah biasa mengintrospeksi
dirinya sendiri. Suatu hari dia menghitung'hitung, selagi sudah berumur enam puluh tahun. Dia
menghitung'hitung hari'hari yang pernah dile!atinya, yaitu sebanyak sebelas ribu hari lebih
lima ratus hari. "iba'tiba saja dia tersentak dan berkata, (Aduhai %elaka aku, Apakah aku harus
bertemu Allah dengan memba!a sebelas ribu limaratus dosa)* Setelah itu dia langsung pingsan
dan seketika itu pula dia meninggal dunia. Pada saat itu orang'orang mendengar suara, (Dia
sedang meniti ke surga Qirdaus.* 73ihat Kitab $ukhtashar $inha(ul ,ashidin8
Sebagian orang terlalu banyak berharap dengan amal yang sedikit, mudah'mudahan
dapat masuk surga. Mereka menga%u pada hadits =udsi yang berbunyi, (Aku berada dalam
sangkaan hamba'Ku terhadap'Ku. Karena itu hendaklah dia menyangka terhadap'Ku menurut
kehendaknya.* Mengomentari hadits ini, 1mam 1bnu al'ayyim dalam kitabnya, ad-*aa %ad-
*a%aa, mengemukakan, memang Allah akan melaksanakan sangkaan hambanya. .amun tidak
dapat diragukan bah!a baik sangka hanya terjadi jika ada kebaikan. Frang yang berbuat
kebaikan adalah orang yang berbaik sangka kepada Allah, bah!a Dia akan membalas
kebaikannya dan tidak akan mengingkari janji'.ya serta akan menerima taubatnya.
Adapun ke#haliman, kedurhakaan dan hal'hal haram yang dilakukan orang yang buruk
dan intens dalam melakukan dosa'dosa besar, menghalanginya untuk berbaik sangka terhadap
Allah. Yang demikian dapat dilihat dalam kehidupan sehari'hari. Seorang budak yang melarikan
diri dan tidak lagi taat kepada tuannya, tentu tidak berbaik sangka kepadanya. Dia tidak bisa
memadukan tindakan yang tidak baik dengan baik sangka. Frang yang buruk tentu merasa tidak
respek, tergantung dari keburukannya. Maka orang yang paling berbaik sangka terhadap Allah
ialah yang paling taat. 1mam +asan al'$ashri pernah berkata, (Sesungguhnya orang mukmin
adalah orang yang berbaik sangka terhadap "uhannya dan yang baik amalnya. Sedangkan orang
keji ialah yang berburuk sangka terhadap "uhannya dan buruk pula amalnya.*
$agi mereka yang menyadari sangat dekatnya kematian, nis%aya akan sangat
menghargai !aktu. >aktu kita yang berlalu dengan sia'sia, hendaklah menjadi %ambuk, agar
kelak, dikemudian hari, tidak melakukan hal yang serupa. Kita bertekad kuat untuk mengisi
hari'hari dengan amal yang berkualitas guna memperoleh pahala dan ganjaran yang abadi. $agi
seorang yang kaya harta, maka ia akan berusaha untuk me!akafkan kekayaannya dan
mendarmabaktikan dirinya untuk dak!ah dan jihad fi sabilillah. Sedangkan bagi seorang
penulis, ia akan menulis buku yang bisa diba%a oleh setiap orang setelahnya dan senantiasa
beramal dengan pelbagai kebaikan. Dari karya'karyanya, banyak orang yang dapat mengikuti
jejak amalnya. 1tulah manusia yang tidak pernah mati. $etapa banyaknya manusia yang mati,
namun pada hakikatnya mereka selalu hidup.
1khirnya, ia mati seperti keledai
Kisah ini terjadi di &ni@ersitas EAin Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah
yang amat masyhur dan dieksposs oleh berbagai media massa setempat dan sudah menjadi buah
bibir orang'orang di sana.
Pada tahun 65'an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas di negara Arab
7Mesir'red.,8, berdiri seorang mahasis!a sembari memegang jamnya dan membelalakkan mata
ke arahnya, lalu berteriak lantang, C/ika memang Allah ada, maka silahkan Dia men%abut nya!a
saya satu jam dari sekarang,.C
1ni merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasis!a dan
dosen di kampus tersebut. Menit demi menitpun berjalan dengan %epat hingga tibalah menit
keenampuluh alias satu jam dari u%apan sang mahasis!a tersebut. Mengetahui belum ada gejala
apa'apa dari u%apannya, sang mahasis!a ini berka%ak pinggang, penuh dengan kesombongan
9O
dan tantangan sembari berkata kepada rekan'rekannya, C$agaimana pendapat kalian, bukankah
jika memang Allah ada, sudah pasti Dia men%abut nya!a saya).C
Para mahasis!apun pulang ke rumah masing'masing. Diantara mereka ada yang
tergoda bisikan syaithan sehingga beranggapan, CSesunguhnya Allah hanya menundanya karena
hikmah'.ya di balik itu.C Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng'gelengkan
kepala dan mengejeknya.
Sementara si mahasis!a yang lan%ang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh
ke%eriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan dalil Ea=ly yang belum
pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bah!a Allah benar tidak ada dan bah!a manusia
di%iptakan se%ara serampangan; tidak mengenal :abb, tidak ada hari kebangkitan dan hari
+isab. Dia masuk rumah dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya
sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan. Karenanya, sang
anak ini bergegas sebentar ke E>astapelE di dapur. Dia berdiri di situ sembari men%u%i muka dan
tangannya, kemudian mengelapnya dengan tissue. "atkala sedang dalam kondisi demikian, tiba'
tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak'gerak lagi untuk selama'lamanya.
Yah0dia benar'benar sudah tidak bernya!a lagi. "ernyata, dari hasil pemeriksaan
dokter diketahui bah!a sebab kematiannya hanyalah karena ada air yang masuk ke telinganya,,.
Mengenai hal ini, Dr.EAbdur :a##a= .a!fal 'rahimahullah' berkata, +1llah hanya
menghendaki dia mati seperti keledai'.+
Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bah!a bila air masuk ke telinga
keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati ),,,.
Sumber: Majalah Cal'MajallahC, @olume bulan Shafar 9G4B +. Di nukil oleh 1brahim
bin EAbdullah al'+T#imiy dalam bukunya C.ihTyah a#h'LhTlimUnC, Seri ke'P, h.?B'?G8
Pantaskah berharap =annah
Sholat dhuha %uma dua rakaat, =iyamullail 7tahajjud8 juga hanya dua rakaat, itu pun
sambil terkantuk'kantuk. Sholat lima !aktu) Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang
pendek'pendek saja agar lekas selesai. "anpa doa, dan segala ma%am puji untuk Allah,
terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. 3upa pula dengan sholat ra!atib sebelum
maupun sesudah shalat !ajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk %atatan: CKalau tidak
terlambatC atau CAsal nggak bangun kesianganC. Dengan sholat model begini, apa pantas
mengaku ahli ibadah )
Padahal :asulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam'malamnya dengan
derai tangis memohon ampunan kepada Allah. "ak jarang kaki'kaki mereka bengkak oleh
karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat'kalimat pujian dan pinta tersusun indah
seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika ad#an
berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua akti@itas menuju sumber panggilan,
kemudian !aktu demi !aktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah'sajadah penuh
tetesan air mata.
$a%a urEan sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi
meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat'ayat yang mengalir dari lidah ini tak
sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda'tanda orang beriman itu adalah ketika
diba%akan ayat'ayat Allah maka tergetarlah hatinya. +anya satu dua lembar ayat yang sempat
diba%a sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku
beriman )
"idak sedikit dari sahabat :asulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam
getar yang menderu saat memba%a ayat'ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan
ba%aannya ketika men%oba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja
diba%anya. "ak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes
yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bah!a mereka jatuh karena lidah'lidah indah yang
melafa#kan ayat'ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi.
$ersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terke%il yang
ada di dompet. Syukur'syukur kalau ada re%eh. $erbuat baik terhadap sesama juga jarang,
paling'paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung'hitung ikut meramaikan. Sudah
9P
lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya
senyum) Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah )
:asulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur
lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah,
Aisyah, dan istri'istri beliau yang lain. /uga bukan semata teruntuk Qatimah dan anak'anak
:asulullah lainnya. 1a senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya,
bahkan kepada musuhnya sekali pun. 1a juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal
shaleh, berbuat kebaikan sebanyak'banyaknya dan sebaik'baiknya.
Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri.
Seringkali masalahnya %uma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung
berhari'hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. >aktu demi !aktu dihabiskan untuk
menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel
setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain %elaka atau mendapatkan
ben%ana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini) Adakah pantas hati
yang seperti ini bertemu dengan Allah dan :asulullah kelak )
>ajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang'orang beriman
yang masuk ke dalam surga Allah kelak. "entu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para
pemilik !ajah indah pula. "ak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang di%intai Allah itu )
3alu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri )
Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. "erhadap orang tua kurang ajar,
sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin
tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak'anak
yang telah mereka besarkan dengan segenap %inta. Dinta yang berhias peluh, air mata, juga
darah. Frang'orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah )
Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut'sebut
tempat kita merengkuh surga. $ukankah :asulullah yang sejak ke%il tak beribu memerintahkan
untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama
Ayah) $ukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut
untuk dike%up, kaki mulia tempat bersimpuh, dan !ajah teduh yang teramat hangat dan
menyejukkan) Karena begitu banyak orang'orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu.
Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang'orang terkasih itu hingga kita baru merasa
benar'benar membutuhkan kehadiran mereka) /angan tunggu penyesalan.
1stagh,irullaah ... 1stagh,irullaah ...1llohummagh,ir
Nikmat...begitu banyak yang telah terle(atkan tanpa mensyukurinya
Oleh Bunda Shafiya
Saat itu kami; aku, bapak dan Shafiya sedang berada dalam perjalanan pulang ke
rumah. Kami baru saja pulang dari menikmati semangkuk Soto 3amongan Dak +ar KslruupK
yang terkenal itu. "epat di traffic light menuju ke arah Margorejo, mobil berhenti karena traffic
light menunjukkan !arna merah. Aku melayangkan pandangan ke seberang jalan. .ampak
olehku sosok ibu pengemis dan anaknya yang sedang mesra bersenda gurau. Si anak rupanya
haus dan alhamdulillah saat itu sang ibu ada re#eki untuk membelikan sekantung plastik es teh
bagi si anak.
Dengan penuh rasa kasih sayang kantung plastik es teh itu dibuka dari ikatannya dan
diminumkan ke si anak dengan menggunakan sedotan. "ampak si anak sangat menikmatinya,
kehausan barangkali. Setelah si anak puas, ibu itu pun men%i%ipi es teh itu sedikit dan ternyata
!alaupun es teh itu hanya bersisa sangat sedikit, mungkin hanya satu tegukan lagi sisanya, sang
ibu itu tetap menyimpan sisa itu dengan hati'hati dengan mengikat kembali kantung plastik es
teh itu.. Subhanallah, $etapa orang seperti mereka sangat menghargai dan mensyukuri nikmat
Allah yang diberikan kepada mereka serta menjaganya dengan sangat hati'hati.
Dadaku terasa sesak, bersamaan dengan itu air mata mulai menetes.. "eringat akan
per%akapanku dengan Shafiya di depot soto itu, C.ak, udah deh, ice tea'nya nggak usah
dihabiskan. Ayo.. %epetan, $apak sudah menunggu di mobil.C $etapa bodohnya aku yang malah
45
mengajarkan anakku untuk berbuat suatu hal yang muba#ir yang men%erminkan rasa tidak
bersyukur pada.ya. Astagfirullah.
$agi orang lain, peristi!a ini mungkin bukan sesuatu yang menarik untuk di%eritakan.
"api saya memaknainya lain. Alhamdulillah.Allah memberi saya petunjuk untuk selalu
mensyukuri nikmat.ya dalam ketaatan kepada.ya. Syukur Alhamdulillah. 1bu pengemis itu
telah mengajarkan kepada saya %ara untuk menghargai nikmat.ya.
6abiayyi aalaa rabbikumaa tukadzdzibaan) Maka nikmat "uhan kamu manakah yang
engkau dustakan) Pertanyaan retoris ini membuat saya tertunduk malu tiap kali mendengarnya.
$etapa tidak, saya sering kali iri dengan nikmat yang ada pada orang lain. Saya memang tidak
pernah sampai dalam tahap merasa dengki dan menginginkan agar nikmat orang lain itu hilang.
2audzubillah min *zalik.. "api rasa iri saya memba!a saya menjadi orang yang kufur nikmat.
Padahal Allah selalu baik kepada saya. Dalam studi dan karir insya Allah saya selalu lan%ar.
Ketika saya berdoa agar mendapat pendamping hidup yang sholeh, Allah dengan %epat
mengabulkan permintaan saya. Ketika saya berdoa agar dikarunai anak yang menyejukkan
pandangan orang tuanya, Allah dengan berbaik hati mengabulkan permohonan saya itu..
.amun.dari banyak nikmat yang ada, sedikit sekali saya mampu menyentuhkan dahi bersujud
pada Allah untuk menyampaikan rasa terima kasih saya.
.ikmat.. begitu banyak yang saya le!atkan tanpa mensyukurinya. Ya Allah..
janganlah golongkan saya menjadi orang'orang yang merugi karena kufur terhadap nikmatMu...
7"uhan8 yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al'uran. Dia men%iptakan manusia,
mengajarnya pandai berbi%ara. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. Dan tumbuh'
tumbuhan dan pohon'pohonan keduanya tunduk kepada.ya. Dan Allah meninggikan langit dan
Dia melektakkan nera%a keadilan. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang nera%a itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan jangan kamu mengurangi nera%a itu. Dan Allah telah
meratakan bumi untuk makhluknya, di bumi itu ada buah'buahan dan pohon kurma yang
mempunyai kelopak mayang.Dan biji'bijian yang berkulit dan bunga'bungaan yang harum
baunya.
0aka nikmat #uhan kamu manakah yang kamu dustakan ;
7Surat Ar :ahman: 9'9B8
Nabi 1yub pun #ersenyum
Oleh Bayu Gawtama
Allah men%intai hamba'hamba'.ya dengan %ara yang unik dan berbeda'beda. Semakin
tinggi ketak!aan seorang hamba, semakin unik %ara Dia men%intainya. Salah satunya adalah
.abi Ayub. 3elaki yang diamanahkan Allah untuk mengemban misi ketuhanannya itu di%intai
Allah dengan penyakit yang sangat parah. "ak tanggung'tanggung, karena penyakitnya itu,
Ayub alaihi salam dijauhi sahabat dan kerabatnya. Mereka tak tahan berdekatan lantaran aroma
tak sedap dan takut tertular.
Maha su%i Allah yang telah men%iptakan manusia semulia Ayub. 1a tak pernah
memben%i Allah dengan takdirnya, tak pula ia merasa bah!a "uhan yang di%intainya itu tak adil
terhadapnya. Semakin berat sakit yang dirasa, semakin %inta Ayub kepada Allah. Dan mulianya
Ayub, semakin parah penyakitnya semakin ia tersenyum. Allah dan para malaikat pun kan
tersenyum oleh kesabaran lelaki mengagumkan itu.
Memang takkan sebanding jika sekarang saya mengajukan sebuah nama untuk
menyandingkannya dengan .abi Allah itu. .amun teramat banyak saya harus belajar tentang
arti kesabaran dan %inta kepada Allah dari sahabat yang satu ini. +esti, alias "iti yang lima belas
tahun menderita radang sendi sehingga ia kini hanya bisa tergolek tak berdaya di kamar
tidurnya. .amun ia tetap terlihat %eria dan bersemangat menjalani hidupnya. CSaya ingin terlihat
tetap bersyukur, dan saya ingin tersenyum saat harus menghadap'.ya,C ujar gadis itu.
Kemarin saat bertelepon dengannya, saya bertanya satu hal yang paling tidak ingin
saya tanyakan kepadanya karena kha!atir menyinggung perasaannya. CMbak, tak inginkah
mbak "iti sembuh)C
49
Saya tak pernah menyangka ja!abannya. C"idak, sebaiknya saya tetap seperti ini
sambil Allah memberikan kehendaknya.C
"iti pun menja!ab penasaran saya yang seolah bertanya, Ckenapa.C Menurutnya, ia
amat bersyukur Allah menimpakan penyakit ini kepadanya, meski sudah sangat lama ia
menjalani hari'harinya di kamar tidur. +idup dengan bantuan orang lain, bahkan untuk ke kamar
ke%il sekali pun. :adang sendi yang dideritanya membuat seluruh persendiannya sakit tak
berdaya. 1a membutuhkan bantuan orang lain untuk seluruh akti@itasnya.
"api "iti tetap tersenyum. +/alau saya sembuh, saya tidak yakin akan tetap
sedekat ini dengan 1llah. Saya tak pernah yakin akan tetap khusuk beribadah, akan
menangis di setiap sujud panjang saya jika saya bisa berdiri dan sehat. )oleh jadi saya
akan menjauh dari-Nya, hidup dalam kesenangan yang membuat saya lupa akan
kematian,+ tuturnya. C/adi, mbak tidak ingin sembuh)C tambah saya yang semakin termangu
oleh kata'kata ajaibnya.
C$iarlah saya tetap seperti ini. Saya yakin Allah sedang men%intai saya dengan
takdirnya. /ujur, saya tak ingin sembuh karena saya takut Allah tak lagi men%intai saya.C Duh,
"iti rasanya tak ada alasan Allah tak men%intaimu. Sungguh saya iri kepada "iti, karena saya
yakin .abi Ayub akan pun tersenyum melihat "iti. "ubhanalloh.
0ultile>el /ebaikan
?leh @ )ayu 4autama
Ada teman yang pernah bertanya, Capa sih yang membuat kamu senang membantu
orang lain)C Saya berikan dia dua ja!aban, pertama, karena Allah senang dengan orang'orang
yang suka membantu saudaranya. Allah akan memberikan kemudahan bagi orang yang
memudahkan orang lain. /edua, saya berjanji kepada seseorang untuk terus berbuat baik
membantu orang lain. CSeseorang ...)C teman saya makin bingung.
$aiklah, saya akan perjelas. $eberapa tahun lalu saya pernah berada dalam kesulitan
keuangan. Kuliah saya teran%am berantakan karena saya tak mampu mengumpulkan uang
kuliah dari sisa'sisa gaji saya yang memang ke%il. Saya nyaris putus asa dan berpikir akan
mengakhiri kuliah saya dan berhenti di tingkat dua saja. $iarlah tinggal mimpi, pikir saya.
Disaat kebingungan dan putus asa melanda itulah, ada seorang sahabat yang datang menanyakan
kabar saya dan juga studi saya. Karena kami biasa berterus terang tentang segala hal, saya
katakan kondisi saya baik'baik saja. "api kuliah saya yang teran%am gagal. Mendengar
pengakuan saya, sahabat tersebut kemudian mena!arkan bantuan sejumlah uang untuk
membayar uang kuliah saya yang tertunggak.
"anpa basa'basi, saya langsung menerima ta!aran tersebut tanpa berpikir terlebih dulu
bagaimana nanti menggantinya. Di akhir semester empat, saya sempat bertanya kepadanya
perihal bantuan yang diberikan kepada saya. Ada yang membuat saya heran dengan
ja!abannya, CSaya hanya berjanji kepada seseorang untuk senantiasa berbuat baik membantu
orang lainC
Kemudian ia memperjelas, 1a pernah mendapati ibunya yang sakit keras dan harus
segera diba!a ke rumah sakit. .amun tak sepeser pun uang yang ia dan anggota keluarga
lainnya miliki saat itu. demi kesembuhan ibunya, ia nekat menghubungi satu persatu orang yang
dikenalnya yang mungkin bisa membantu biaya pengobatan. +ingga akhirnya, ada seorang
sahabat lamanya yang dengan %uma'%uma membiayai seluruh biaya yang dibutuhkan untuk
kesembuhan sang ibu.
"erheran sahabat itu bertanya, CKenapa kamu mau membantu saya)C
/a!abnya, CKarena saya telah berjanji kepada seseorang untuk senantiasa berbuat baik
membantu orang lainC
Menurut %erita sahabat saya, sahabat lamanya itu pernah pula mendapati kesulitan
dalam hidupnya. 1a hampir tak tahu kemana lagi meminta bantuan hingga ia bertemu dengan
seseorang yang tak dikenal sebelumnya. Setelah berterus terang, orang tak dikenal itu pun
memberikan apa yang dibutuhkan sahabat lama itu. kepada orang itu ia bertanya, CAnda
sebelumnya tidak mengenal saya, kenapa Anda mau membantu saya)C
44
Anda sudah bisa menduga ja!abnya bukan) "api ada pertanyaan kedua dari sahabat
lama sahabat saya itu, C$agaimana saya mengganti kebaikan Anda ini)C
Frang tak dikenal itu menja!ab, C$erjanjilah untuk melakukan banyak hal untuk
membantu kesulitan orang lain. 1tu lebih baik nilainya daripada mengganti apa yang telah saya
berikanC
$egitulah seterusnya hingga saya tak pernah tahu siapa yang pertama kali menyulam jaringan
amal kebaikan ini. Sungguh, saya tak pernah tahu. +anya saja yang pasti akan saya lakukan
setiap kali memberikan bantuan kepada orang lain, saya akan berkata, +)erjanjilah untuk
melakukan kebaikan yang sama terhadap orang lain yang membutuhkan+.
0ereka yang #elah 0emberi .nspirasi
Oleh Rubina Qurratu'ain Zalfa'
$elakangan ini, saya banyak merenungkan seberapa banyak !aktu yang telah saya sia'
siakan hanya untuk melakukan akti@itas yang sifatnya dunia!i dan mengesampingkan akti@itas
yang bisa menjadi bekal saya di akherat nanti. Salah satunya, belajar ilmu agama, yang sejak
lahir saya anut hingga saat ini ketika usia saya sudah mele!ati kepala tiga.
Dari hasil perenungan itu, saya tersadar betapa minimnya pengetahuan agama saya,
meski selama ini saya selalu melaksanakan ke!ajiban sholat lima !aktu dan ibadah !ajib
lainnya, dan sesekali beramal dengan sedikit harta yang saya punya. "api entah kenapa, selama
itu pula saya tidak pernah merasa tergerak untuk memperdalam ilmu agama. Saya lebih getol
mengejar belajar ilmu umum yang saya minati, saya lebih tertarik memba%a no@el atau buku
lainnya yang tidak bernafaskan agama. &ntuk mengaji pun malas sekali. "idak ada !aktu dan
lelah bekerja sepanjang hari, kerap menjadi alasan saya.
Meski Muslim sejak lahir, saya berfikir menjalankan ibadah yang !ajib saja sudah
%ukup dan belajar agama, termasuk didalamnya belajar atau memba%a Al'uran, tidak terlalu
penting. CYang penting kenal huruf dan bisa ba%a sedikit'sedikit,C kataku !aktu itu.
"etapi pemikiran saya itu berubah total setelah hampir dua tahun ini saya mulai
mengikuti pengajian'pengajian. "ernyata, belajar memba%a Al'uran dengan benar itu sangat
menyenangkan, belum lagi mengkaji kandungan'kandungannya. "ernyata, dari %eramah'
%eramah para ustad# dan ustad#ah di pengajian yang saya ikuti, saya mendapati bah!a belajar
agama 1slam itu mengasyikkan karena meliputi semua aspek kehidupan.
Dan sekarang, situasinya pun jadi berbalik. Saya mulai banyak membeli buku'buku
keagamaan, mulai betah mendengarkan %eramah agama di tele@isi atau radio, dan rasa
keingintahuan saya tentang 1slam seolah tak pernah habis.
Perubahan itu tidak datang begitu saja. Perubahan itu terjadi karena saya menjumpai
beberapa orang yang telah memberi inspirasi dan moti@asi bagi saya untuk belajar dan menggali
pengetahuan lebih banyak tentang agama saya.
Seorang mualaf, sebut saja namanya 3ia, yang sekarang menjadi sahabat karib saya,
adalah satu inspirasi besar bagi perubahan itu. Ketika mengenalnya, saya sudah kagum dengan
semangatnya belajar memba%a Al'uran dan menggali ilmu agama 1slam dengan banyak
bertanya dan memba%a buku. Saya sempat malu hati, ketika tahu bah!a 3ia yang baru dua
tahun menjadi mualaf, sudah banyak memahami tentang 1slam, bahkan isi Al'uran. Sementara
saya, yang Muslim sejak ke%il, sampai saat itu malah belum paham benar apa sebenarnya rukun
1slam dan rukun iman'meski saya hapal urutannya'apa keutamaan sholat tahajud, bagaimana
ber!udhu yang benar, sampai hal'hal ke%il yang jika saya tahu ilmunya, bisa menjadi tambahan
amaliyah saya di dunia. Ketika itu saya hanya membatin,CDuh betapa meruginya saya.C
Suatu saat, saya berkesempatan berkunjung ke tempat kos 3ia. Di pintu lemari
pakaiannya, saya melihat se%ara kerta yang ditempel berisi daftar surat'surat dalam /u# Amma.
$eberapa surat mulai dari Al'Qatihah, terlihat ditandai dengan %ontrengan ke%il. Aku bertanya,
C1ni apa 3i, ko= dikasih tanda)C
CFh, itu daftar surat yang sudah aku hapal,C katanya sambil tersenyum.
4B
+apal ) tanyaku dalam hati. 1ku hitung surat-surat yang sudah ditandai,
jumlahnya 5A surat. "agi-lagi aku malu hati. "ia yang baru mengenal .slam, sudah hapal
5A surat. Sementara saya, selama puluhan menjadi 0uslim -uma hapal kurang dari lima
surat dan tidak pernah punya keinginan untuk berusaha menghapal surat-surat 1l-Buran
yang lain. 0alu rasanya.........
Sejak itu, diam'diam aku memperhatikan akti@itas 3ia sehari'hari. Sampai aku tahu
bah!a ia selalu menyempatkan diri memba%a Al'uran setiap hari meski %uma beberapa menit
saja, termasuk menjalankan sholat dan puasa sunnah. Ah, 3ia, selama ini ternyata aku sudah
jauh tertinggal.....
Sejak itu, saya mulai men%ontoh kebiasaan 3ia. Pelan'pelan aku mulai menambah
hapalan surat'surat Al'uran, mulai belajar menjalankan ibadah sholat dan puasa sunnah, mulai
memba%a Al'uran dengan rutin. $erat memang, kadang rasa malas amat menggoda.
Setelah 3ia, aku banyak sekali bertemu dengan orang'orang yang mema%u semangatku
untuk mendalami 1slam. Salah satunya adalah tetanggaku sendiri, aku biasa memanggilnya Kak
3ili. Dia juga mualaf, ketika hendak menikah beberapa puluh tahu silam. Meski ketiga anak'
anaknya sudah besar'besar dan usianya tidak lagi muda, ia selalu bersemangat mengikuti
pengajian di mana'mana. Men%atat apa yang ia dapat di pengajian dalam buku khusus.
Pengetahuannya tentang 1slam dan sejarah 1slam, sempat membuatku terperangah. 3agi'lagi
saya malu hati. Saya tidak ada apa'apanya dibanding Kak 3ili.
Selanjutnya, suatu kali dalam perjalanan menuju kantor, di bis yang aku tumpangi.
Aku melihat bapak tua yang sedang memba%a /u# Amma. Dari gerak'geriknya aku tahu ia
sedang berusaha menghapal salah satu suratnya. Sayapun tersentuh melihat si $apak tua tadi.
Semangat belajarku terpompa kembali, CSaya belum terlambat untuk mulai belajar,C gumamku
dalam hati.
Kadang, saya merasa seperti seorang mualaf, karena banyak sekali hal yang belum
saya ketahui dan harus saya pelajari. .amun saya bersyukur, karena Allah s!t memberikan
lingkungan dan teman'teman yang senantiasa menjadi penyemangat saya dalam belajar.
$enarlah apa kata pepatah, tidak kenal maka tidak sayang. Makin banyak saya mengenal 1slam,
makin bertambah %inta saya pada 1slam. $elakangan, saya benar'benar merasakan kebahagiaan
karena terlahir sebagai Muslim. Semoga Allah s!t selalu memberikan keteguhan iman dan
kekuatan bagi kita untuk tetap isti=omah di jalan.ya.
0en-intai :asulullah
Oleh Rubina Qurratu'ain
Satu, satu, aku sayang 1lloh
&ua, dua, sayang :asulullah
#iga, tiga, sayang Umi, 1bi
Satu dua tiga sayang semuanya......
3agu itu dinyanyikan dengan riang oleh dua anak, yang aku pikir masih usia "K. Dua
anak bersama ibunya itu duduk persis di bangku sebelahku, di bis Patas AD yang aku tumpangi.
Keduanya nampak menikmati perjalanan sambil terus mengulang'ulang lagu yang dulu biasa
saya nyanyikan dengan syair; satu'satu aku sayang ibu, dua'dua aku sayang ayah.....
Aku tersenyum mendengar syair lagu yang diganti dengan kata aku sayang Alloh dan
sayang :asulullah. CKreatif juga orang yang mengubah syair lagu itu. Maksudnya mungkin
untuk menanamkan rasa %inta pada Alloh dan :asulullah sejak dini. Ah, aku juga ingin
mengajarkan lagu ini nanti pada ponakan'ponakanku di rumah,C kataku dalam hati, supaya
tertanama rasa sayang dan %inta pada Alloh S!t dan :asulullah sejak mereka ke%il.
Mendengar lagu itu, tiba'tiba saja aku jadi teringat peristi!a yang belakangan
membuat heboh seluruh dunia. &mat 1slam seolah dibangunkan dari tidurnya, akibat pembuatan
dan publikasi kartun .abi Muhammad Sa!. Mereka berunjuk rasa, memprotes, bahkan
melakukan boikot atas kartun'kartun yang menghinakan .abi Muhammad Sa!. Meski patut
disayangkan, sejumlah aksi unjuk rasa berakhir anarkis, bahkan sampai menelan korban ji!a.
4G
&jung'ujungnya, mereka yang memben%i 1slam, semakin memojokkan 1slam dan umat 1slam
sebagai umat yang menyenangi kekerasan.
Kemarahan mereka memang bisa dipahami, karena gambar'gambar kartun itu sungguh
melukai hati umat 1slam. $etapa tidak, .abi Muhammad Sa! yang dikenal sebagai sosok yang
penuh kasih sayang dan lembut hati, digambarkan seperti seorang teroris yang kejam dengan
lilitan bom yang siap meledak di kepalanya. Sungguh sebuah penghinaan yang menyakitkan.
Sekarang, aksi'aksi protes itu memang sudah mereda. "api, apakah peristi!a ini
meninggalkan bekas di hati kita, untuk lebih men%intai :asulullah dan menghayati ajaran'
ajarannya) Selama ini, kita mengenal sosok :asulullah dari kisah'kisah seputar dirinya, sebagai
sosok manusia istime!a, pemimpin umat, suami, ayah, kakek, bahkan pengusaha yang sungguh
berakhlak mulia. "etapi, sudahkah kita berusaha mengamalkan dan men%ontoh sikap'sikapnya
yang sangat terpuji, sehingga %inta kita pada :asulullah bukan sekedar %inta buta, tapi %inta
yang melahirkan ketaatan pada Allah S!t dan sikap mulia dalam kehidupan kita sehari'hari)
Mengingat ini, aku jadi malu sendiri. Selama ini aku merasa sudah sangat men%intai
:asulullah. Salam dan shola!at selalu aku panjatkan untuknya. $ahkan hatiku terasa teriris dan
meneteskan air mata, ketika aku melihat gambar'gambar kartun itu. .amun semuanya itu, tiba'
tiba menyentak kesadaranku, bah!a ke%intaanku padanya selama ini belum banyak yang aku
!ujudkan dalam menjalani kehidupan sehari'hari.
1ku merenung, pantaskah aku mengatakan men-intai :asulullah kalau dalam
keseharianku, aku sering melanggar nasehat'nasehatnya ) Kadang karena pekerjaan yang
menumpuk, aku sengaja mengulur'ulur !aktu sholat, kadang aku malas banyak memba%a Al'
uran dan sholat malam seperti yang dianjurkannya, malas diajak bersilatuhrahmi, malas
berpuasa sunnah seperti yang diamalkannya, belum lagi sifatnya yang !elas asih bahkan
terhadap musuhnya, sabar, pemaaf, sederhana, jujur, amanah, adil dan gemar bersedekah meski
dalam keadaan sulit sekalipun dan masih banyak hal'hal yang kelihatannya sepele tapi
sebenarnya merefleksikan sejauh mana aku mengenal dan men%intai :asulullah.
Aku kembali teringat sebuah buku yang pernah aku ba%a tentang keagungan
:asulullah. Dalam buku itu disebutkan bah!a ke%intaan pada :asulullah adalah %erminan
ke%intaan pada Alloh. Dan Alloh memperkuatnya dalam firman'firmannya;
"#pa yang diberikan 1asul kepadamu maka terimalah dia. *an apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah... "7al'+asyr: ?8
"8arang siapa yang menaati 1asul itu sesungguhnya ia telah menaati #llah. *an
barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu maka kami tidak mengutusmu untuk men(adi
pemelihara bagi mereka." 7an'.isaa: O58
""esungguhnya pada 1asulullah terdapat suri teladan yang baik bagimu bagi orang-
orang yang mengharapkan pertemuan dengan #llah dan hari akhirnya serta mengingat #llah
sebanyak-banyaknya." 7al'Ah#ab: 498
Ah... ternyata ke%intaanku pada :asulullah selama ini %uma di permukaannya saja, tapi
aku masih belum mampu memahami makna %inta itu. Aku belum bisa mengamalkan dan
men%ontoh perilakunya yang sangat mulia dalam kehidupan keseharianku. Ya... Alloh,
ampunilah hambamu yang lemah dan hina ini. $eri hamba hidayah dan kemudahan untuk
menjadi umatmu yang berakhlak mulia, semulia manusia pilihamu Muhammad Sa!.
$is patas AD yang aku tumpangi terus melaju di jalan tol yang li%in. 2erimis ke%il
membasahi ka%a jendela dan aku merasakan udara semakin dingin. .amun hatiku bersenandung
ke%il..... ungkapan %inta penyair "aufik 1smail terhadap :asulullah Muhammad Sa!;
:indu kami padamu ya :asul
:indu tiada terperi,
$erabad jarak darimu ya :asul
Serasa engkau di sini
Dinta ikhlasmu pada manusia
$agai %ahaya suarga
Dapatkah hamba membalas %intamu
Se%ara bersahaja.....
46
0engapa /ita #ak Pandai )ersyukur;
Pagi hari, seperti biasa aku menga!ali kegiatan dengan bebenah rumah. Du%i piring,
menyapu lantai, %u%i pakaian dan setumpuk pekerjaan rutin lainnya. &ntuk menemaniku
bekerja, kuambil sekeping kaset nasyid anak'anak, kumasukkan ke dalam tape re%order yang
sudah butut, dan... klik:
#(arilah aku ya #llah
$engenali karunia-$u
8egitu banyak yang Kau beri
8egitu sedikit yang kusadari
#(arilah aku ya #llah
8erterima kasih pada-$u
"upaya aku dapat slalu
$ensyukuri nikmat-$u
Sayup'sayup kudengar alunan sebuah lagu, mengalun merdu dari bibir'bibir mungil
anak'anak yang kira'kira masih berusia balita. +atikupun bergetar, air mata menetes membasahi
pipi, menyadari betapa pelitnya diri ini mengu%ap syukur atas segala karunia yang telah
dilimpahkan oleh'.ya. Serta'merta, bibir ini beru%ap, Castaghfirullahal Ead#iimC seraya
menghapus air mata.
Sejurus kemudian hati ini berbi%ara, men%oba mengurai satu'persatu nikmat yang
telah terke%ap. Di pagi yang %erah, ketika sinar mentari menghangati tubuh, sungguh ada
sebuah nikmat yang begitu indah terasa. 3alu, ketika kupandangi tubuh ini satu demi satu masih
tetap utuh seperti sedia kala, mata yang mampu melihat dengan sempurna, tangan yang mampu
memegang dan mengerjakan berbagai akti@itas, kaki yang bisa melangkah, kulit yang mampu
merasakan sentuhan angin yang lembut, dan hidung yang mampu menghirup udara segar.
Sungguh, inipun merupakan nikmat yang begitu besar.
Semakin lama ku%oba mengurainya, semakin banyak nikmat yang kurasa. Demikian
banyak, dan teramat banyak hingga aku tak mampu menghitung satu persatu, karena memang
tak terhingga jumlahnya. Persis seperti yang Allah kabarkan dalam firman'.ya: CDan Dia telah
memberikan kepadamu 7keperluanmu8 dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari 7nikmat Allah8 7S. 1brahim:B98C.
Astaghfirullahal Ead#iim, lidahkupun menjadi kelu, tak sanggup lebih banyak beru%ap.
Segalanya Allah anugerahkan kepada diri ini dengan %uma'%uma. "ak serupiahpun
Allah menetapkan tarifnya, tak se%uilpun Allah mengharap imbalannya. .amun mengapakah
aku tak pandai bersyukur) Padahal Allah S>" berjanji : C...la in syakartum la a#iidannakum,
!ala in kafartum inna Ead#aabi lasyadiid 7Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah 7nikmat8 kepadamu, dan jika kamu mengingkari 7nikmat'Ku8, maka sesungguhnya
a#ab'Ku sangat pedih8C. Dan janji Allah selalu benar adanya, tak pernah salah dan tak pernah
lupa.KKK
Akupun men%oba merenung, apakah gerangan yang membuat diri ini tak pandai
bersyukur) Dalam pandangan masyarakat umum yang kufahami selama ini, segala sesuatu
dianggap sebuah nikmat adalah ketika kita memperoleh sesuatu yang menyenangkan. +arta
yang banyak, rumah yang indah, teman yang selalu setuju dan menyokong pendapat kita,
sehingga kita dapat memenuhi segala keinginan yang ada dengan segala fasilitas yang mudah
didapat tanpa harus bersusah payah bekerja.
Seringkali pula kita tidak menyadari bah!a, mata yang mampu melihat se%ara
sempurna ini adalah nikmat, tangan yang mampu memegang dan melakukan segala akti@itas
adalah nikmat, kaki yang mampu melangkah adalah nikmat, kesehatan kita adalah nikmat,
oksigen yang melimpah ruah dan bebas kita hirup adalah nikmat, hidayah 1slam yang mengalir
dalam diri kita ini adalah nikmat yang teramat mahal harganya, kasih sayang orang tua yang
mampu mengalahkan segalanya demi membimbing dan membesarkan kita adalah nikmat, dan
entah berapa banyak kenikmatan yang lain yang tidak kita sadari. Padahal, kenikmatan yang
Allah karuniakan kepada kita tak terhingga banyaknya. Masya Allah, astaghfirullahal Ead#iim,
4A
semoga Allah berkenan mengampuni kita dan membimbing kita menjadi hamba'hamba yang
pandai bersyukur.
$erikutnya, seringkali kita merasa iri dengan kesenanganHkenikmatan yang dimiliki
oleh orang lain. Ketika kita melihat orang lain bahagia, bukannya kita ikut bersyukur atas
kebahagiaannya. Sebaliknya, kita justru men%ibirkan bibir dan menuduh yang tidak'tidak.
Membuat berbagai analisa, darimanakah gerangan mereka memperoleh kesenangan.
$erprasangka buruk dan menyebarkan berma%am berita, sehingga perilaku tersebut.
Menjauhkan diri kita dari rasa syukur kepada Allah. Astaghfirullah !a naEud#ubillahi min
d#aalik.
"ak jarang pula, dalam diri kita terjangkit penyakit C!ahn 7terlalu %inta dunia, dan
takut mati8C, hanya kesenangan dan kesenangan yang ingin kita raih, tak sedikitpun ingin
merasakan sebuah penderitaan. Sehingga ketika Allah berkenan memberikan sebuah %obaan,
diri kita tak sanggup menanggung. Merasa diri menjadi orang yang paling sengsara di dunia,
dan bahkan ada yang sampai berani menghujat dan menghakimi Allah sebagai penguasa yang
tidak adil. .aEud#ubillaahi min d#aalik, astaghfirullahalEad#iim.
Disisi lain, Allah jua yang berkenan men%iptakan kita sebagai makhluk yang senang
berkeluh kesah. CSesungguhnya manusia di%iptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. 7S. Al
Maariij: 9P'498. $ila sifat ini tidak kita kelola dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan
bila pada akhirnya diri ini tumbuh menjadi makhluk yang tak pernah mampu bersyukur.KKK
Karenanya, amat baiklah sekiranya kita mampu melatih diri, mensyukuri apa saja yang
ada pada diri kita. Apapun yang Allah berikan kepada kita, haruslah kita yakini bah!a itulah
pilihan terbaik yang Allah kehendaki. "ak perlu iri dan dengki terhadap nikmat orang lain,
hingga kita mampu menjadi seorang muEmin seperti yang digambarkan oleh :asulullah
Muhammad SA>: CAmat mengherankan terhadap urusan muEmin, seandainya baik hal itu tidak
terdapat ke%uali pada orang muEmin. $ila ditimpa musibah ia bersabar, dan bila diberi nikmat ia
bersyukurC 7+:. Muslim8.
"erakhir, marilah senantiasa mengamalkan doEa .abi Sulaiman as. dalam kehidupan
kita. Agar kita senantiasa terbimbing, memperoleh ilham dari Allah S>", sehingga kita menjadi
makhluk yang pandai bersyukur pada'.ya. C:obbi a!#iEnii an asykuroo niEmatakallatii anEamta
Ealayya !aEalaa !aalidayya !a an aEmala shoolihan tardhoohu !a ad khilnaa birohmatika fii
EibaadikashshoolihiinC.
9a 1obb kami berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-$u yang telah
:ngkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk menger(akan
amal shaleh yang :ngkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-$u ke dalam golongan
hamba-hamba-$u yang shaleh. 7S. An .aml : 9P8. Aamiin.
/etika empati mati
eramuslim - Seorang anak penyapu gerbong berusia tak lebih dari sembilan tahun
sempat membuat dua mahasis!i berteriak hingga mengalihkan perhatian hampir seluruh
penumpang di gerbong tersebut. Mahasis!i itu merasa kaget karena anak itu manarik'narik
bagian ba!ah %elana jeans'nya untuk meminta uang. Serta merta seorang pria de!asa berbadan
kekar yang tak jauh dari dua mahasis!i itu melayangkan punggung tangannya tepat di bagian
belakang kepala anak itu. "idak hanya sekali, tapi beberapa kali.
CKeluar kamu, kurang ajar,C tangannya terus melayang hinggap di kepala anak
tersebut. "idak %ukup di situ, ditambah tendangan keras ke bagian tubuh anak yang tubuhnya
hanya sebesar paha si penendang. Saya yang melihat kejadian itu langsung berteriak dan
meminta pria itu menghentikan aksi kekerasannya.
CDia ini kurang ajar pak, dari gerbong sebelah sudah kurang ajar.C 1a membenarkan
aksinya.
C"api dia juga kan manusia, apa pantas diperlakukan seperti itu)C tanya saya. CDan apa tindakan
bapak itu sebanding dengan kesalahannya) "ak perlu berlebihan seperti itu lah...C
-pisode berakhir dengan turunnya anak tersebut di stasiun selanjutnya. Sementara pria berbadan
4?
tegap itu berdiri dekat pintu gerbong sambil berbin%ang dengan beberapa penumpang lainnya,
lagi'lagi men%oba membenarkan tindakannya.
"iga tahun lalu di Stasiun Kalibata, /akarta, seorang pria setengah baya babak belur
dihajar massa hingga koma. Kondisinya mengenaskan, !ajahnya han%ur, satu tangannya patah.
Di sisa'sisa nafasnya yang tersengal satu persatu, saya menangkap rintihannya, CSaya bukan
%opet...C
Pria tersebut dijadikan tersangka pen%opetan ketika seorang mahasis!i se%ara refleks
berteriak C%opetC saat tasnya tersenggol pria yang sudah nyaris mati tersebut. Se%ara serempak,
dibarengi emosi yang tinggi puluhan pria langsung menggerebek dan mendaratkan kepalan
tangan, juga ayunan kakinya berpuluh'puluh kali kepada pria tersebut. Padahal di belakang
kerumunan tersebut, mahasis!i yang tadi refleks berteriak itu meminta orang'orang yang sudah
terlanjur beringas itu menghentikan aksinya, karena ternyata, ia tak kehilangan satu apa pun dari
dalam tasnya. "ak satu kata pun bisa keluar dari mulut saya menyaksikan peristi!a itu.
$agaimana dengan mereka yang telah terlanjur memukul )
Frang bersalah memang harus dihukum, tapi terlalu sering seseorang mendapatkan
hukuman yang tak setimpal. Kasus %opet'%opet yang dibakar misalnya, sebagian orang mudah
saja berkata C$akar saja, atau lempar dari kereta yang melaju %epat, biar jadi pelajaran bagi
%opet yang lain...C
Satu pertanyaan saja, bagaimana jika %opet itu adik, kakak atau saudara Anda) Kalimat
itu juga kah yang akan keluar dari mulut Anda) Atau bahkan bila %opet itu Anda sendiri) Anda
pasti meminta orang'orang menghukum Anda se!ajarnya bukan) Anda bisa begitu mudah
bertindak berlebihan menghukum atau memberikan balasan atas kesalahan orang lain.
$agaimana jika Anda yang berada pada posisi si bersalah) :elakah jika orang lain
memperlakukan Anda se%ara tidak adil) Ya, begitu pula dengan orang'orang itu. Saya setuju
mereka diberi hukuman atas kesalahannya, tapi memberikan hukuman lebih dari tingkat
kesalahannya, jelas saya tidak setuju.
Seperti kejadian di kereta itu, saya harus berdebat dengan pria berbadan tegap itu
dengan mengatakan bah!a tindakan kasarnya 'menempeleng dan menendang' sangat tidak
sebanding dengan kesalahan yang dilakukan anak itu. Saya juga tak mengerti kenapa nyaris
semua orang di gerbong itu terdiam menyaksikan ketidakadilan berlaku di depan mata mereka)
Sebagian besar orang yang ada di depan gerbong itu para karya!an, mahasis!a, orang'orang
berpendidikan, tapi mengapa mereka hanya menutup mata) $ahkan seorang bapak di samping
saya sempat berkata, CAnak itu juga seharusnya jangan kurang ajar...C
Saya katakan, %ara anak itu meminta uang kepada penumpang 7mungkin8 memang
salah. "api itu hanya tindakan ke%il yang tak pantas dibalas dengan tempelengan dan tendangan
keras berkali'kali ke tubuhnya. Kepada mereka yang terdiam dan tak berusaha melarang pria
tegap itu melakukan aksi kekerasan, akankah Anda diam jika anak itu adalah anak, adik,
keponakan, atau bahkan diri Anda sendiri )
Dontoh sederhana, kita sering berharap orang lain memberikan tempat duduknya untuk
isteri kita yang tengah mengandung atau menggendong si ke%il. "api nyaris setiap hari kita tak
pernah tergerak untuk berdiri dan merelakan tempat duduk kita untuk mereka yang lebih berhak,
kemudian berpura'pura tidur. Adilkah ) Mungkin empati sudah mati.KKK
/ekerdilan yang bermakna
Ketakutan memberi arti lain pada suasana ji!a. Mena!arkan pilihan yang dilematis.
Memilih dalam %engkraman rasa seperti ini bukanlah sesuatu yang mudah. Dilema inilah yang
dialami Abdullah, !iras!asta dan kontraktor yang tinggal di Perumahan Ajun, A%eh $esar.
Ketika gelombang "sunami menghantam, ia tengah bersama orang'orang yang di%intainya, istri
dan lima anaknya. Anaknya yang masih ke%il berusaha dinaikkan ke atas kap mobil, menyusul
yang lainnya. .amun malang bagi Kiki, ketika sang ayah berusaha menariknya ke atas mobil,
sebatang kayu yang hanyut terba!a arus menghempas dan menjepitnya. Kiki meronta menahan
sakit di antara pintu mobil dan kayu.
Melihat kedaan anaknya, nuraninya sebagai seorang ayah tersentak di tengah
kepanikan dan derasnya gelombang yang mengamuk. .amun apa daya, genggamannya pada
4O
Kiki tiba'tiba terlepas. Sementara kakaknya masih terpegang oleh Abdullah. Kiki terdengar
menjerit, +1yah, kenapa saya dilepas;+ Perihnya terasa dalam di lubuk hati sang ayah. 1a
berupaya keras menarik Kiki, namun tiba'tiba air bah yang lebih kuat menghantamnya,
memaksanya ber%erai'berai dengan semua anaknya. Pusaran air menyeret, menenggelamkan
mereka satu'per satu. Di benak Abdullah hanya terlintas ke%emasan, apakah istri dan semua
anaknya tidak mampu bertahan.
Semuanya hilang bersama derasnya air ber%ampur lumpur. $egitu tersadar, perasaan
Abdullah terus berke%amuk. Sedih dan marah menjadi satu. CSaya serasa mau bunuh diri, karena
tidak ada harapan, semuanya hilang.C .amun begitulah Allah yang punya sifat :ahman atas
hamba'.ya. CKalau saya bunuh diri siapa yang akan mendoEakan mereka,C kesadaran ini
menguatkan Abdullah. +ingga akhirnya ia berhasil meraih sepotong kayu sepanjang empat
meter. $erpegangan di kayu, ia terhantam air yang tiba'tiba menderas lagi. $adannya terseret
hingga ke pagar mesjid, yang jaraknya sekitar B55 meter dari rumahnya. 1a hanya bisa pasrah.
"idak lama di pagar, karena beban yang menekan terlalu banyak, pagar ini pun jebol.
Kayu yang menahan tubuh Abdullah ikut roboh dan terhempas bersamaan dengan tubuhnya.
CSaya men%oba melongokkan kepala, yang teringat hanya istri dan anak saya.C Perasaan ingin
mati pun menyeruak kembali. /ika anak dan istrinya sudah te!as, untuk apa lagi ia hidup. C"api,
lagi'lagi terpikir, siapa lagi yang akan mendoEakan mereka, agar amal mereka diterima dan dosa'
dosanya terampuni. Dengan itu semangat hidup saya kembali lagi,C ujar Abdullah terbata'bata.
Dengan sisa tenaga yang ada, dikumpulkannya kayu ke%il yang berserakan di kiri'kanannya,
dijadikan pelampung. +ingga setelah beberapa jauh, ia pindah ke sebuah kusen besar dan kuat
yang terombang'ambing.
Sejurus kemudian, tiba'tiba seorang ibu menjerit di dekatnya, C.ak, tolong .ak, bagi
kayunya satu, kami akan tenggelam,C sambil berenang ibu ini berusaha menangkap kaki
Abdullah. Perempuan yang lain juga meraih kakinya. Karena tidak tega, kayu yang sebenarnya
menjadi harapannya ia berikan pada mereka. Dengan tenaga yang ada Abdullah berusaha
menepi dan meraih tembok. Di luar dugaannya, ia bisa memanjat tembok itu. 1a sedikit merasa
lega. .amun setelah dilihat dari atas ternyata yang memegangnya tadi bukan hanya dua orang.
Mereka berlima. Di kanan kiri sudah tidak ada lagi kayu. Ketika itu, sekali lagi Allah
memperlihatkan kuasa'.ya. Se%ara tidak sengaja selang air lima meter terjulur mengambang
dari sebuah rumah. Dengan selang air ini Abdullah menolong ketiga orang itu, seorang bapak
bersama tiga anak gadisnya.
Setelah air berangsur surut, Abdullah turun dari tembok. Meski air masih sebatas
badan, ia bergerak berusaha men%ari mobil, dengan harapan bisa men%ari istri, anak dan
tetangganya. Paling tidak kalau pun mereka semuanya sudah meninggal, ia berharap bisa
menemukan jasad mereka. Sambil berjalan, air matanya tek henti jatuh. CMengapa saya bisa
menyelamatkan orang lain, tapi tak bisa menyelamatkan keluarga,C pikiran ini mengganggunya.
+Saya marah pada diri saya, sama #uhan. %a 1llah, maa,kan saya.+
Abdullah terus berjalan. Mobil sedan yang ditumpangi keluarga dan tetangganya
ternyata sudah tidak ada. Yang ditemuinya justru seseorang yang juga sedang men%ari
keluarganya. CSaya habis Pak, keluarga saya lima orang meninggal di dalam mobil,C katanya
menangis pada Abdullah. Mendengar ini, pikirannya kembali menera!ang. "erbayang !ajah
istrinya yang begitu panik ketakutan. >ajah ke%il anaknya yang menangis minta jangan dilepas.
Kiki yang terjepit meronta untuk diselamatkan.
Setelah berputar'putar selama satu jam, Abdullah menemukan mobilnya yang
terlempar sampai beranda mesjid. Ketika ia membuka pintunya, matanya mesti menyaksikan
pemandangan memilukan, istri dan anaknya berpelukan, kaku tanpa nya!a. Abdullah menarik
dan meletakkan orang'orang yang di%intainya ini di atas rakit seadanya, yang dibuatnya dari
drum. /ena#ah'jena#ah ini diba!anya ke mesjid.
Melihat mayat yang kebanyakan anak'anak, pikirannya menera!ang kembali pada
!ajah polos anaknya. Sambil ikut menge@akuasi mayat'mayat ke mesjid, ia terus men%ari dua
anaknya yang hilang. 1a kembali ke jalan'jalan, men%ari di antara tumpukan jasad.
Kakinya letih, seletih hatinya yang menangis tanpa suara. 1a terus men%ari, semua
sudut jalan dan gang tidak terle!atkan. /ika pun anaknya sudah te!as, ia ingin menyatukannya
dengan jasad istrinya. Di tengah kegalauan, !ajah istri dan anaknya yang sudah kaku
memaksanya kembali ke mesjid. $arang kali orang lain sudah menemukan anaknya. Sesampai
di mesjid, mayat'mayat makin banyak menumpuk, bahkan mayat istri dan anaknya yang ia
4P
tinggalkan tidak ia temukan. Yang ada hanya kabar terakhir, istri dan anaknya beserta mayat'
mayat yang lain sudah di ba!a ke 3ambaro, .amun begitu di%ari dan ditanyakan, semuanya
menja!ab, C"idak ada. Semuanya akan dikuburkan di kuburan massal.C
Sambil terus berharap, Abdullah bersama penduduk tidur di mesjid, ditemani mayat'
mayat yang terus bertambah hingga beberapa hari. +ingga akhirnya ia ingat, lantai atas
rumahnya tidak terkena banjir. +ari itu juga ia putuskan untuk kembali ke rumah. Ketika naik,
kakinya tertahan. Dilihatnya halaman yang berubah menjadi bubur lumpur ber%ampur onggokan
sampah. Di halaman itulah terlukis beribu kisah tentang anak dan istri ter%intanya. CSaya hanya
bisa menangis menelan ludah membasahi kerongkongan,C lirih Abdullah.
1a naik ke atas. 2agang pintu serasa ringan dan kosong saat dibuka. Di dalam rumah
tak urung hatinya meratap. Semuanya sepi, hanya tampak baju anak'anaknya yang masih
tergantung rapi di sisi pintu. CSaya tak tahan, saya seperti orang gila, keluar masuk kamar
sambil berpura'pura %erita kepada istri saya,C kenangnya. $egitu juga saat melongok le!at
jendela, anak'anaknya seolah'olah berhamburan, lari minta digendong. +!ajah mereka
terbayang terus, mata saya tak bisa dipejamkan, apalagi gempa datang terus,C ujarnya.
Malam pertama di rumah bisunya diisi dengan sholat tahajud dan d#ikir. $erharap
mukji#at, berharap anaknya bisa ditemukan esok atau lusa. Mengembalikan semuanya kepada
Allah, hanya itu bisa dilakukan sebagai pena!ar hati. Ketakutan yang menderanya saat
dihempas gelombang, membuka hati Abdullah tentang kekerdilan seorang manusia. Sia'sialah
manusia jika bersombong diri. Segala kesuksesan sebagai pengusaha ternyata menjadi tidak
bernilai apa'apa. Kesadaran amat tinggi berdiam hatinya, mengakui kekerdilan di hadapan Allah
yang maha Segalanya. +Saya betul-betul sadar sekarang, tak perlu ada yang
disombongkan. /etika segalanya telah ditakdirkan maka tak ada yang bisa mengelak.
/apan saja, di mana saja. /ita tak ada artinya sama sekali, jangan sampai lagi kita
bersombong diri.+
Manusia hanya mampu mengulang perkataan saat musibah menimpa, C7yaitu8 orang'
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengu%apkan 1nnaa lillahi !a innaa ilaihi raajiEuun
7sesungguhnya dari Allah kita datang, kepada'.yalah kita kembali8C 7S. Al $a=arah : 96A8.
Kata'kata itu sesungguhnya adalah obat. Pena!ar bagi kegalauan ji!a yang kehilangan
belahannya. Maka, kembalikanlah semuanya kepada Yang Memilikinya.
0ajalah #arba(i, $disi 5CC #h. DE&ulhijjah 596< 3E 6C =anuari 6CC< 0
/alimat :omantis
Oleh Sus Woyo
Setelah berbulan'bulan tak ada kabar yang jelas. Setelah sekian !aktu jad!al
kepulangan saya ke tanah air belum bisa dipastikan, maka suatu malam saya dipanggil sang
majikan untuk berbi%ara empat mata. Saat pertemuan itu ada kalimat terindah yang pernah saya
dengar dari mulutnya. Kalimat itu adalah, CAkhir bulan ini kamu pulang ke 1ndonesia.C
Saya terdiam. "api saya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang bergejolak di
dada ini. Pulang, Sebuah kata yang sangat indah di telinga saya. Setelah dua tahun lebih saya
meninggalkan orang'orang yang saya %intai: isteri, anak, keluarga yang lain, teman dan siapa
saja orang'orang yang dekat dengan saya sebelum berangkat merantau ke negeri seberang.
"erlintas dalam pikiran saya, tentang masa lalu. "entang sepenggal dari episode
kehidupan saya pada masa duduk di sekolah menengah. >aktu di mana saya harus
meninggalkan kampung halaman yang amat sangat saya %intai.
Selepas tamat sekolah dasar, orang tua saya mengirim saya untuk meneruskan
pendidikan di kota. Karena kampung saya jauh dari kota, maka saya harus kost. 1tu saya jalani
dari SMP sampai tamat SMA. Dan saya selalu teringat saat yang paling indah, saat yang paling
menyenangkan, yaitu saat datang hari Sabtu. Sebab di akhir pekan itu saya pulang kampung.
Saking gembiranya kalau datang hari Sabtu, saya sering menyebutnya CPulang ke pinggir
sorga.C Sebab akan bertemu dengan orang tua. Dan biasanya ibu saya sudah menyediakan
makanan'makanan kesukaan saya. Yang tentunya sangat jarang saya temui di rumah kost.
B5
.ah, saat mendengar kalimat dari majikan saya itu, hati saya sama persis seperti ketika
mau pulang kampung di masa'masa menempuh pendidikan di kota saya, beberapa tahun yang
lalu.
Sejak itu, hari'hari saya diliputi kegembiraan. >alaupun pekerjan yang saya tangani
sebenarnya sangat banyak. F%ehan'o%ehan dari majikan yang bersifat memarahipun tak begitu
saya pedulikan. Artinya, apa yang ia omongkan hanya saya masukan telinga kanan dan saya
keluarkan le!at telinga kiri. $ahkan terkadang, hati dan pikiran saya seolah sudah di kampung
sendiri, padahal jasad saya masih bermandi keringat di negeri orang.
Suatu hari seorang teman menangkap perangai saya. Dan teman saya itu berkomentar.
CDuh, gembiranya mau pulang kampung, ya....C Saya senyum'senyum saja mendengar itu.
Memang itulah adanya.
.amun, di siang bolong yang terik mataharinya men%apai titik kulminasi, saat saya
merebahkan badan untuk melepas lelah, tiba'tiba saya berpikir keras. Sambil melihat langit'
langit kamar, saya bergumam sendiri. CApakah kegembiraan ini bisa bertahan lama, atau
setidaknya sampai ke 1ndonesia nanti)E
Saya tak bisa menja!ab pertanyaan saya sendiri itu. $ahkan tiba'tiba pikiran saya
melayang terlalu jauh ke depan. +0ampukah saya segembira ini jika nanti 1llah juga
memberikan kalimat itu kepada saya;+
Ya, setelah merantau, pasti saya akan pulang. Sama juga setelah saya diberi
kesempatan hidup di dunia, pasti juga akan dipanggil pulang. Dan kepulangan yang terahir ini
jelas tidak mungkin bisa dita!ar'ta!ar lagi. Depat atau lambat, Allah akan menyapa juga
dengan kalimat yang tak beda jauh dengan kalimat majikan saya, !alau dengan nuansa yang
berbeda, tentunya.
Kalau pertemuan saya dengan semua keluarga nanti di tanah air mampu memberikan
kegembiraan yang luar biasa pada saya, mampukah saya juga berperasaan yang sama tatkala
saya nanti akan berjumpa dengan Sang Pen%ipta)
Saya tertunduk lama. 3ama sekali. $ahkan tak terasa air mata ini memberontak ingin
keluar. Seolah memerintahkan saya untuk %epat'%epat berintrospeksi diri, tentang apa yang telah
saya perbuat di CrantauC ini.
$ekal saya belum seberapa. -ntah dalam tingkatan yang mana derajat keimanan saya.
Komitmen saya terhadap aturan.ya belum bisa saya jadikan barometer untuk menjadikan saya
tersenyum di hadapan.ya. Apalagi merasa gembira.
.amun, !alaupun demikian, mudah'mudahan kepulangan saya ke tanah air ter%inta
akan menjadi pelajaran besar untuk menyongsong kepulangan saya yang sebenarnya, yaitu
pulang ke pangkuan.ya. Sehingga ketika kalimat terindah dari Allah, yang diba!a malaikat
penyabut nya!a,datang menyapa saya, mudah'mudahan saya bisa menyambutnya dengan
senyum kegembiraan. Seperti senyumnya para kekasih Allah ketika dipanggil pulang menuju
kampung abadi, kampung akhirat.
&uhai .striku, 1ku bangga kepadamu*
(Lakat penghasilan bulan ini sudah dikeluarkan, bang. Pasti belum dikeluarkan sama
Abang kan)* Sebuah pesan pendek masuk ke telepon selular saya pagi ini. $iasa, isteri yang
senantiasa mengingatkan urusan #akat penghasilan. Sejak menikah, saya yang tak pernah
menutup'nutupi jumlah penghasilan sempat dibuat jengkel gara'gara isteri kerap menanyakan
adakah penghasilan lain selain yang didapat setiap akhir bulan. A!alnya saya menganggap dia
tak per%aya dan %uriga saya tak memberitahu penghasilan saya yang lain, padahal penghasilan
saya memang %uma segitu'gitunya.
Setelah ia jelaskan maksudnya, barulah diri ini tersenyum sekaligus malu. 1a teramat
perhatian untuk mengeluarkan #akat yang duasetengah persen dari setiap penghasilan yang kami
terima, baik itu penghasilan bulanan maupun penghasilan dari hasil lainnya. $eruntunglah saya
karena ada yang rajin mengingatkan.
B9
(Diberikan ke siapa #akat kita dik,* tanya saya sekembalinya dari mengantar anak saya
ke sekolah. ($aru separuhnya ke tukang sampah langganan, separuhnya lagi terserah Abang
besok deh mau diberikan kemana,* jelasnya.
Derita pun mengalir, tukang sampah langganan yang setiap 4 V sepekan mengangkut
sampah di lingkungan tempat kami tinggal usai mengangkut sampah dari depan rumah. 1steri
saya pun memanggilnya dan mena!arkan dua buah sepeda bekas anak'anak saya yang mereka
sudah enggan memakainya karena sudah ada yang baru. "entu saja ia tak menampik ta!aran
isteri saya dan diangkutlah dua sepeda ke%il itu. (Dijual harganya nggak seberapa, lebih baik
diberikan kepada yang membutuhkan. Semoga lebih ada nilainya,* timbang isteri saya.
$elum beranjak tukang sampah itu dari rumah, isteri saya pun teringat bah!a kami belum
mengeluarkan #akat penghasilan bulan ini. Maka ia pun memberikan sebagian dari yang
seharusnya kami keluarkan kepada tukang sampah itu. 3aru dan nyaris tak sanggup
membendung bulir air yang siap tumpah dari pelupuk mata ketika isteri saya mendengar
ungkapannya saat menerima uang buat sebagian orang itu tak seberapa nilainya,
1lhamdulillah, makan anak dan isteri dua jumat ke depan terjamin nih bu, terima
kasih.
"ak hanya isteri, saya yang tak mendengar langsung dari mulutnya pun merasakan
getaran yang mengharukan. $etapa ke%ilnya uang yang kami berikan bisa membuat ia merasa
ada jaminan makan selama dua jumat ke depan, lalu bagaimana dengan hari'hari sebelumnya )
Dan bagaimana dengan pekan'pekan yang akan dating )
=umFat yang berkah buat saya, semoga hari ini keberkahan juga ter-urahkan
atas ibu sekeluarga, tak lupa ia meninggalkan doa untuk keluarga kami. 3ega lah sudah,
sebagian re#eki yang Allah titipkan sudah diberikan kepada yang berhak. Diam'diam isteri saya
mengamini doa bapak tukang sampah, agar Sang Pemberi re#eki pun memberkahi setiap
pemasukan dan pengeluaran kami. KK
Sore harinya saya pergi ke Anjungan "unai Mandiri 7A"M8 untuk mengambil sedikit
dari tabungan kami guna keperluan belanja. Maha Su%i Allah, puji syukur saya yang tiada
bandingannya, ketika melihat saldo tabungan saya bertambah hampir enam kali dari yang pagi
tadi dikeluarkan isteri saya. :upanya /umMat hari ini tidak hanya berkah bagi bapak tukang
sampah itu, tapi juga bagi kami. (Mungkinkah Allah menja!ab doa tukang sampah itu untuk
kami) +anya Allah yang tahu*.
Ketika saya men%eritakan perihal ini kepada isteri, tak %ukup kalimat syukur yang
keluar dari mulutnya, tapi saya sudah bisa menebak apa yang ada di kepalanya. Saya yakin ia
tengah menghitung lagi dua setengah persen yang harus dikeluarkan. Aih0
G.N#1 N1).
Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon %emara, tumbuh
tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua %abangnya mengarah ke atas.
Sedangkan semua pohonnya yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan %abang'%abang
mereka mengembang ke samping.
:asulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala
kebajikan dan keutamaan orang'orang dahulu kala dan orang'orang sekarang, dia seperti sebuah
pohon yang berbuah. Menurut sebuah ri!ayat, beliau bersabda, (Aku diperintahkan untuk
menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. "idak
ada .abi yang sedemikian diperlakukan dengan se!enang'!enang oleh manusia selain aku.*
Kita tahu bah!a beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah
karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. $eliau di
hina, dan di siksa dengan keji.
Saat beliau berdak!ah di "haif, tak ada yang didapatkannya ke%uali hinaan dan
pengusiran yang keji. Ketika :asulullah menyadari usaha dak!ahnya itu tidak berhasil, beliau
memutuskan untuk meninggalkan "haif. "etapi penduduk "haif tidak membiarkan beliau keluar
dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata'kata penuh
ejekan. 3emparan batu yang mengenai .abi demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran
darah.
B4
Dalam perjalanan pulang, :asulullah Sa!. menjumpai suatu tempat yang dirasa aman
dari gangguan orang'orang jahat tersebut. Di sana beliau berdoa begitu mengharukan dan
menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan .abi, sehingga Allah mengutus
malaikat /ibril untuk menemuinya. Setibanya di hadapan .abi, /ibril memberi salam seraya
berkata, (Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang'orang ini. Allah telah
memerintahkan malaikat di gunung'gunung untuk menaati perintahmu.* Sambil berkata
demikian, /ibril memperlihatkan para malaikat itu kepada :asulullah Sa!.
Kata malaikat itu, (>ahai :asulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. /ika tuan
mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang
ada di kedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau
inginkan, kami siap melaksanakannya.*
Mendengar ta!aran malaikat, :asulullah Sa!. Dengan penuh kasih sayang berkata,
!alaupun mereka menolak ajaran .slam, saya berharap dengan kehendak 1llah,
keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah 1llah dan beribadah kepada-
Nya.
Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang'orang yang pernah
menyiksanya, ($agaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu)*
Mereka menangis dan berkata, (-ngkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia.*
.abi Sa!. bersabda, (Pergilah kalian, Kalian adalah orang'orang yang dibebaskan. Semoga
Allah mengampuni kalian.* 7+:. "habari, $aiha=i, 1bnu +ibban, dan SyafiMi8.
Abu Sufyan bin +arits, sepupu beliau, lari dengan memba!a semua anak'anaknya
karena pernah menyakiti :asul Sa!., maka Ali bin Abi "halib :a. bertanya kepadanya, (+ai
Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu)* 1a menja!ab, (Aku akan keluar ke padang
sahara. $iarlah aku dan anak'anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian.*
Ali bertanya, (Mengapa kamu lakukan itu)* 1a menja!ab, (/ika Muhammad
menangkapku, nis%aya dia akan men%in%angku dengan pedang menjadi potongan'potongan
ke%il.* Ali berkata, (Kembalilah kamu kepadanya dan u%apkan salam kepadanya dengan
mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh
saudara'saudara Yusuf kepada Yusuf, 0.Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan
kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang'orang yang bersalah 7berdosa8. 7S.
Yusuf I94J: P98.
Abu Sufyan pun kembali kepada .abi Sa!. dan berdiri di dekat kepalanya, lalu
mengu%apkan salam kepada beliau seraya berkata, >ahai :asulullah, demi Allah, sesungguhnya
Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang'orang yang
bersalah 7berdosa8. 7S. Yusuf I94J: P98.
:asulullah Sa!. pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi
pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya. :asulullah menja!ab dengan menyitir
firman'.ya, 0Pada hari ini tidak ada %er%aan terhadap kamu. Mudah'mudahan Allah
mengampuni 7kamu8 dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. 7S. Yusuf
I94J: P48.
1mam $ukhari meri!ayatkan hadits dari Abdullah bin MasMud bah!a :asulullah Sa!.
bersabda kepadanya, ($a%akan al'uran kepadaku.* 1bnu MasMud berkata, ($agaimana aku
memba%akannya kepada -ngkau, sementara al'uran itu sendiri diturunkan kepada -ngkau)*
(Aku ingin mendengarnya dari orang lain,* ja!ab beliau. 3alu 1bnu MasMud memba%a
surat an'.isa hingga firman'.ya, Maka bagaimanakah 7halnya orang kafir nanti8 apabila Kami
mendatangkan kamu 7Muhammad8 sebagai saksi atas mereka itu 7sebagai umatmu8. 7S. an'
.isT IGJ: G98. $egitu ba%aan tiba pada ayat ini, beliau bersabda, (Dukup.*
1bnu MasMud melihat ke arah beliau, dan terlihatlah olehnya bah!a beliau sedang menangis.
Dalam kisah ini kita memperoleh pelajaran berharga, bah!a :asulullah Sa!. sangat
men%intai umat manusia. $eliau sangat mengharapkan agar orang'orang kafir itu beriman.
Karena balasan kekafiran adalah neraka yang menyala'nyala. :asulullah sendiri pernah melihat
neraka. Dia melihat sungguh mengerikan neraka itu. +ingga ketika menyadari hal itu,
mengalirlah airmatanya dengan deras.
Abu D#ar :a. meri!ayatkan dari .abi Sa!., bah!a beliau mendirikan shalat malam,
sambil menangis dengan memba%a satu ayat yang diulang'ulangi, yaitu, /ika -ngkau menyiksa
BB
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba'hamba -ngkau juga. 7S. al'Maidah I6J:
99O8.
Dan diri!ayatkan saat hari kiamat tiba, beliaulah orang yang pertama kali
dibangkitkan. Yang diu%apkannya pertama kali adalah, (Mana umatku) Mana umatku) Mana
umatku)* $eliau ingin masuk surga bersama'sama umatnya. $eliau ku%urkan syafaat kepada
umatnya sebagai tanda ke%intaan beliau terhadap mereka. $eliau juga sering berdoa,
Allahumma salimna ummati. Ya Allah selamatkan umatku.
Keadaan diri .abi Muhammad Sa!. digambarkan Allah S!t. dalam firman'.ya,
"ungguh telah datang kepadamu seorang 1asul dari kaummu sendiri berat terasa olehnya
penderitaanmu sangat menginginkan +keimanan dan keselamatan0 bagimu amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. 7S. at'"aubah IPJ: 94P8.
Alangkah buruknya akhlak kita bila tak men%intai .abi, sebagaimana .abi men%intai
kita, berkorban untuk kita, dan meneteskan airmatanya untuk kita. Di sini, apakah kita hanya
berdiam diri saat .abi dihina, seolah kita bukan lagi umatnya. Apakah kita rela .abi berdak!ah
seorang diri dan kemudian dilempari batu hingga berdarah'darah, sementara umatnya yang
begitu banyak hanya bisa berdiam diri) "angisan sang .abi hendaknya menjadi pengingat kita,
untuk lebih men%intainya, membelanya, bahkan berkorban nya!a untuknya, sebagaimana ia
telah berkorban nya!a untuk kita agar kita selamat dari siksa neraka.
Gurhat
Suatu saat, ketika saya bersilaturahmi dengan guru ngaji saya, nun jauh di kampung,
beliau berpesan. Dan pesan beliau adalah, C/ika kamu sedang punya masalah, janganlah kau
diamkan sendiri. Durahkanlah perasaan hatimu dengan orang yang paling dekat denganmu.
Mungkin orang tuamu, ka!anmu, saudaramu atau siapa saja. /ika semua itu meragukanmu atau
kau kurang berani mengatakan sejujurnya, dengan guru ngajimu pun tidak apa'apa. Sebab
dengan E%urhatE, tidak jarang akan menemukan jalan keluar. Dan tentu saja itu akan melegakan
kamu.C
Pesan guru ngaji saya itu sering saya praktekan. Karena terus terang saja, sebagai
manusia biasa, saya ini sering sekali mengalami kesukaran'kesukaran dalam menghadapi
sesuatu hal atau masalah.
Maka beberapa !aktu lalu, ketika himpitan masalah bertubi'tubi datang kepada saya,
pada saat saya sedang merenda hari'hari di negeri orang, saya pun tak ragu'ragu untuk
men%urahkan perasaan saya kepada sahabat'sahabat saya. Saya men%oba menuliskan
permasalahan saya, dan saya kirimkan ke sebuah redaksi situs 1slam. Dan beberapa hari
kemudian redaksi situs tersebut memuatnya. Sejak itu, banyak nasehat, petuah, doa, saran,
berdatangan di mailboV saya.
Ada yang mendoakan semoga saya tabah. Dan apa yang sedang menimpa saya
menjadi jalan untuk mengugurkan dosa'dosa saya. Ada juga yang mendoakan, !alaupun banyak
masalah tapi isti=amah'lah dalam menjalankan syariat'.ya. Ada juga yang mengingatkan agar
saya banyak'banyak mengingat Allah. Ada juga yang memberi saran, agar saya pulang saja ke
1ndonesia, !alau bagaimanapun 1ndoneia masih menjajikan untuk para pen%ari re#eki.
Dan ada seorang yang sedang punya nasib sama dengan saya, yaitu seorang pekerja di
+ongkong, memberi nasehat panjang lebar kepada saya dengan %ara menuliskan perjalanan
hidupnya. Perempuan muda asal $litar, /a!a "imur itu menulis:
Saya memang sangat menikmati pekerjaan di +ongkong ini, Mas. Majikan saya sangat baik.
Kalau pekerjaan saya sudah selesai, saya bisa melakanakan kegiatan apa saja. $isa ba%a buku,
bro!sing internet di rumah dan juga diberi keleluasaan beribadah, !alaupun majikan saya
sendiri tidak beragama.
"api, tahukah kamu dengan perjalanan hidup saya) Saya akan men%oba men%eritakan
padamu.
Saya asal $litar, /a!a "imur. $apak saya seorang buruh nelayan, yang tidak punya perahu
sendiri. Ketika SD, guru'guru saya memuji bah!a saya adalah anak pandai di sekolah. Saya
selalu menduduki ranking atas. Sehingga saya punya obsesi untuk melanjutkan sekolah setelah
BG
tamat SD. "api rupanya obsesi saya tidak seimbang dengan kemampuan orang tua saya. Saya
baru merasa bah!a sekolah butuh biaya banyak.
Sambil bekerja di sebuah peternakan saya masuk SMP. .amun hanya bertahan
setahun, karena kekurangan biaya. Memasuki kelas dua, saya keluar. &mur saya !aktu itu
empat belas tahun. Keluar dari sekolah, saya men%oba merantau ke Singapura. Sayang, di sana
saya menemui majikan yang sangat tidak baik. /angankan berhubungan dengan ka!an,
menerima surat dari 1ndonesia pun saya tidak boleh. >alaupun begitu, saya kuatkan sampai
habis kontrak, yaitu selama dua tahun.
Setelah merantau ke Singapura, sebenarnya saya tidak ingin merantau ke luar negeri
lagi. Kapok rasanya kerja di luar negeri. "api apa hendak dikata, saya tidak tahan melihat
keadaan orang tua. Ahirnya saya memutuskan untuk merantau lagi. Kal ini saya men%oba
merantau ke +ongkong.
Alhamdulillah proses ke sana agak mudah. Dan saya menemui majikan yang lain
dengan yang di Singapura. "ahun pertama saya bisa membantu menyekolahkan adik saya
sambil mondok di /ember. Dan saya juga bisa membelikan perahu sendiri untuk ayah.
Alhamdulillah agak ada sedikit peningkatan dalam kehidupan keluarga saya.
.amun kesenangan saya tidak berumur lama. "iba'tiba sebuah kejadian menimpa saya
lagi. A!alnya saya menolong seorang teman yang sama'sama kerja di +ongkong. Dia butuh
uang banyak. Karena saya tidak mempunyai uang sebanyak yang ia minta, ahirnya saya relakan
dokumen paspor saya untuk meminjam uang di bank. .amun baru dua kali angsuran, dia
dipulangkan dari +ongkong. "erpaksa sayalah yang harus mengangsur utang ka!an saya
tersebut. Padahal !aktu itu saya sedang membantu orang tua saya dalam usaha pertanian.
Akhirnya usaha tersebut menjadi ko%ar'ka%ir.
Dobaan dari Allah tidak hanya sampai di situ. "iba'tiba di saat kekalutan belum pulih,
orang tua saya mengabarkan bah!a, $litar dilanda banjir besar. :umah orang tua saya ikut
terkena musibah itu. Sekarang hanya tinggal rumah kosong dan seonggok sampah yang diba!a
banjir. Kesedihan saya terus bertambah. .amun saya akan meneruskan bekerja di +ongkong.
$agaimanapun juga saya harus melanjutkan usaha ini. Mas, sekarang saya sudah memasuki
kontrak yang ke empat.
Saya diam sejenak memba%a kisah sahabat saya ini. Saya men%oba mengulas
perjalanan hidup saya sendiri. Dan men%oba membandingkannya dengan dia. Akhirnya tak
terasa terlontar rintihan dari dalam diri saya. "ernyata saya tidak sendiri dalam menghadapi
kesulitan hidup ini.
Kisah sahabat saya mengajari agar saya lebih banyak untuk menunduk. Menunduk
dalam arti banyak'banyak memandang ke ba!ah. "ernyata pada saat kami mengalami masalah
berat, ada ka!an atau sahabat kita yang sedang mengalami yang lebih berat dari kami. /adi,
sebagai hamba Allah, memang tidak ada alasan apapun bagi kita untuk tidak bersyukur pada'
.ya. Sebab nikmat Allah tidak harus seonggok rupiah, masih diberi kesempatan untuk hidup
pun adalah nikmat terbesar yang Dia berikan pada kami.
Mungkin saya tidak akan menemui Emutiara kehidupanE ini, seandainya saya tidak
men%urahkan isi hati saya kepada orang lain. Mungkin saya akan selalu dalam kedaan beku
pikiran dan larut dalam gelombang kesedihan. Dan benarlah kata guru ngaji saya, bah!a E%urhatE
bisa menjembatani kami untuk mendobrak berbagai ma%am permasalahan.
&13S%1#N%1 energi .)1&13
oleh Sus Woyo
"Om min dotter skulle ha dott skulle (ag nog inte be som han g(orde tankte (ag"
+"aya fikir (ika anak saya harus meninggal mungkin saya tidak akan beribadah
sebagaimana ibadah yang dia lakukan0
eramuslim - :abu malam tanggal 9O .opember lalu, masyarakat S!edia dikejutkan
dengan berita kematian atlit kebanggaan mereka, Mikael 3jungberg. Mikael 3jungberg, pegulat
berusia BG tahun, peraih mendali emas di Flimpiade dunia di Sydney tahun 4555 yang lalu telah
B6
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di rumah sakit Molndal 7di luar kota 2othenburg8
tempat dia menjalani terapi depresi.
"idak begitu jelas hal apa yang mendorongnya melakukan bunuh diri. $erbagai
peristi!a sedih memang mendera sang jagoan olimpiade ini termasuk kematian ibunya dan
per%eraian dengan istrinya. Sungguh disayangkan, Mikael 3jungberg, pria yang pernah dijuluki
manusia terkuat di dunia 7karena telah berkali'kali meraih berbagai mendali pada olah raga gulat
pada berbagai kejuaraan tingkat dunia8, pria yang pernah menaklukkan seluruh pegulat'pegulat
terbaik di dunia, ternyata tidak mampu menaklukkan dirinya sendiri.
$egitulah episode akhir dari jagon olimpiade yang telah kehilangan energi kehidupan.
Sebagaimana yang ditulis Ana!ati beberapa !aktu yang lalu di eramuslim tentang -nergi
Ambang, semua yang hidup, segala sesuatu yang bergerak, memerlukan energi. $ila energi
terus menipis dan kemudian habis, benda yang tadinya bergerak, perlahan berhenti hingga
akhirnya stop sama sekali. -nergi yang paling hakiki bagi seorang manusia adalah moti@asi
hidupnya. $ila moti@asi hilang, maka hilanglah pegangan hidup, lenyaplah energi dan
berhentilah kehidupan itu sendiri.
Moti@asi hidup seorang manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. 1badah inilah
yang menjadi sumber energi bagi kehidupan, demikian hal yang pernah diungkap di salah satu
edisi Majalah "arba!i. Karena itulah kehidupan yang ditopang semata'mata oleh teori
humanisme belaka, seperti laiknya masyarakat barat, hanya melahirkan sosok'sosok yang rentan
dan labil, yang tidak mampu menahan badai kehidupan. /adi jangan heran, orang'orang barat
yang tubuhnya segar bugar, prianya tampan'tampan dan !anitanya %antik'%antik, ternyata
kebanyakan mereka tidak ubahnya sosok'sosok lemah tanpa daya yang begitu mudah
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Misalnya di S!edia, manurut harian pagi terkemuka 2oteborgs Posten, diantara
jumlah penduduk S!edia yang hanya P juta orang itu, setiap enam jam ada satu orang yang
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. $ahkan bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar
bagi golongan usia 96'GG tahun, usia muda dimana seseorang seharusnya mempunyai energi
yang prima untuk berkarya.
.badah kepada 1llah, adalah sumber energi kehidupan yang utama dan pertama.
$nergi sangat diperlukan, terlebih-lebih pada saat-saat krisis. $ah!a kehidupan di dunia
tidaklah selalu di!arnai dengan bunga, pujian dan sanjungan. $ah!a onak dan duri kerap
ditemukan dalam jalan kehidupan yang panjang ini. $ah!a badai, ombak dan gelombang bisa
saja datang se%ara tiba'tiba, yang bila kita tidak mempunyai persediaan energi yang prima untuk
berenang ke tepian, bisa saja gelombang tadi menyeret dan menenggelamkan kita ke dasar
lautan, ke lembah neraka jahanam karena kita mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
""esunggunya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. #pabila ia ditimpa kesusahan
ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang
menger(akan sholat yang mereka itu tetap menger(akan sholatnya" +,ur&an surah #l-
$a&aari()-<-=>0.
Di sinilah sholat, sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah, mampu membentuk
pribadi'pribadi tangguh, yang selalu mempunyai energi kehidupan sehingga tidak berkeluh
kesah apalagi menyerah terhadap berbagai kesusahan dan kesedihan. Apalagi Allah telah
menjanjikan bah!a sholat yang benar akan mampu men%egah manusia dari perbuatan keji dan
mungkan termasuk bunuh diri.
Saya jadi teringat kisah 7redrik &ahlberg, pemuda asli S!edia kelahiran tahun 9P?G,
yang kemudian menjadi muslim di tahun 9PPA. 1strinya, gadis asal Peran%is, juga menjadi
muslim pada tahun yang sama. 1llahu 1kbar. Sebelum mereka menjadi muslim, mereka
pernah berkunjung ke Yaman. Suatu ketika mereka tidak menemukan hotel untuk bermalam
hingga akhirnya datang seorang Yaman mena!ari mereka bermalam di tempat tinggalnya.
Selain Qredrik dan istrinya, ada juga tiga orang Yaman lainnya, yang ketika itu tidak
mempunyai tempat bermalam, juga dita!ari bermalam di tempat tinggal orang tadi.
3elaki Yaman tadi begitu ramah dan positif, tidak tampak raut kesedihan sama sekali,
padahal anak gadis ter%intanya yang berumur 9 tahun baru saja meninggal dunia sebulan yang
lalu. .amun lelaki Yaman ini tetap memuliakan para tamunya 7termasuk Qredrik dan istrinya8
sebagaimana yang diperintahkan dalam 1slam. Setelah semuanya selesai, malam itu laki'laki
Yaman tadi bersama tiga orang Yaman lainya menunaikan sholat berjamaah. Menyaksikan laki'
BA
laki Yaman tadi begitu khusyuk dalam sholatnya 7padahal anaknya baru saja meninggal dunia8,
Qredrik menulis dalam buku memoarnya, "Om min dotter skulle ha dott skulle (ag nog inte be
som han g(orde tankte (ag" artinya ""aya fikir (ika anak saya harus meninggal mungkin saya
tidak akan beribadah sebagaimana ibadah yang dia +laki-laki 9aman itu0 lakukan".
3ebih lanjut Qredrik menulis mengomentari pria Yaman tadi "#tt ?ara positif och be
till @ud..." ""elalu bersikap positif dan beribadah pada #llah..." Sikap pria tadi yang begitu
tegar dalam menghadapi musibah dan senantiasa berprasangka positif kepada Allah,
memberikan kesan yang begitu kuat dan mendalam bagi Qredrik dan istrinya. Peristi!a ini
adalah satu dari beberapa peristi!a lainnya, yang membuat Qredrik dan istrinya sangat kagum
terhadap muslim hingga akhirnya mereka tertarik mempelajari 1slam dan kemudian menjadi
muslim.
Pria Yaman tadi adalah orang yang sangat sederhana, bukan orang ternama seperti
Mikael 3jungberg. Pria Yaman ini juga bukanlah orang seperkasa Mikael 3jungberg yang
mampu mengalahkan pegulat'pegulat kelas dunia. .amun Pria Yaman ini memiliki energi
kehidupan yang tidak pernah habis, sebuah energi yang tidak dimiliki oleh Mikael 3jungberg.
Mungkin inilah rahasia mengapa ibadah kepada Allah harus terus dilakukan dimana dan kapan
saja serta dalam keadaan bagaimana pun juga, karena melalui ibadahlah kita mendapatkan
energi kehidupan. $ila ibadah terhenti, energi menjadi lenyap, tubuh menjadi kaku maka di
sinilah terminal kehidupan dunia kita berakhir 7 menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi 8.
$ntrepeneur "angit
#pakah #nda "ungguh 5ngin $en(adi 'engusaha dan Kaya 1ayaA #da (erih payah
untuk mendapatkan kekayaan ribuan kehati-hatian untuk mempertahankannya dan ribuan
kesedihan (ika kehilangan - Thomas *raBe
Sebuah sub judul pada halaman a!al sebuah buku pegangan bagi %alon pengusaha
sukses di tanganku. CMmm ... pengusaha dan kaya raya, sebuah dua sisi mata uang, selalu
berhubungan,C pikirku. Sejak ke%il impian untuk menjadi seorang pengusaha selalu terngiang.
Aku masih teringat se!aktu di sekolah dasar di era O5'an, seringkali aku memba!a sebuah
kartu nama ayahku yang tertulis sebagai President Dire%tor di salah satu perusahaan. Sering
kuba!a kartu nama itu, sesekali kupamerkan kepada rekan'rekanku di sekolah. Dulu, aku begitu
bangga dengan kartu nama tersebut.
Atau kadangkala aku buat sendiri sebuah kartu nama dari guntingan kertas karton yang
kuberi logo dan !arna sesuka hatiku, dan tak lupa menuliskan jabatan president dire%tor di
ba!ah namaku dengan spidolku. -hm ... senang hatiku melihatnya, dan sering pula kutunjukan
pada kedua orang tuaku, atau siapa pun yang ingin aku pamerkan. Kartu itu kerap menghiasi
dompet mungilku, dan aku berharap mudah'mudahan de!asa kelak bisa menjadi pengusaha
sungguhan. Mimpiku.
1tu masa ke%ilku ... Ya, pengusaha. Yang dibayangkan oleh kebanyakan orang,
menjadi pengusaha tentulah selalu dikelilingi oleh berbagai kekayaan dan kesenangan. Mudah
untuk meraup uang, kepuasan materil ter%ukupi, dikelilingi keme!ahan dan kenyamanan.
Menjadi pengusaha yang kaya menjadi impian banyak orang. Kekayaan selalu menjadi tujuan
utamanya. Ya, sekali lagi, kaya telah menjadi sesembahan baru di #aman ini.
Sungguh mengagetkan pendapat :obert ". Kiyosaki dalam menanggapi definisi
Cbagaimana men%apai le@el kayaC. Dia mengatakan bah!a alasan kenapa banyak orang tidak
bisa kaya adalah karena mereka tidak %ukup atau kurang memberi kepada sesamanya. Atau
dengan kalimat yang lebih sederhana adalah seseorang yang mempunyai manfaat atau nilai
tambah bagi orang banyak, maka orang tersebut akan menjadi kaya raya. Aku pikir itu adalah
prinsip yang sungguh 1slami.
Aku teringat sebuah dialog dengan rekan seorang pengusaha yang sungguh menarik
sekaligus memperkuat penjelasan di atas. Pada saat kutanya bagaimana %aranya membangun
bisnisnya, beliau mengatakan, CYang terpenting dalam targetku adalah aku berbuat bisnis seperti
ini bukan karena ingin memupuk kekayaan, sungguh sekali'kali tidak, Yang kuingin adalah aku
punya sekumpulan pega!ai laiknya kumpulan umat di ba!ah !ilayah perusahaanku. Aku
berharap dengan di ba!ah kepemimpinanku, tidak ada teriakan kata lapar lagi dari para pega!ai
maupun anak'anak mereka. Aku ingin menjadikan kantorku sebagai tempat perlindungan
B?
sekumpulan umat ke%ilku itu, aku sayang mereka, dan semakin sayang kepada mereka, dan juga
kepada anak'anak mereka. "idak pernah terpikir olehku berapa besar biaya yang akan
dikeluarkan untuk merealisasikan hal ini. Aku bina perusahaan tersebut dengan landasan %inta
dan kasih sayang laiknya seorang ayah. Aku berusaha keras sekuat tenagaku untuk menahkodai
kapal bisnis ini untuk sampai di pantai kebahagiaan kelak se%ara bersama'sama. Dan selalu
kulibatkan kehadiran Allah dalam setiap langkah kami. Kuingin suasana perjuangan selalu
hadir, agar hati kami selalu hidup dan umatku merasa bahagia, dan aku berkeyakinan hal itu
akan menjadi persembahan kami dalam meraih keberkahan dan akan menjadi bekal di akhirat
kelak ..., Kami yakin pasti Allah akan selalu menolong kami.C
"ak terasa mataku berka%a ka%a dan keharuanku mengalir bersama dengan uraiannya.
3ain lagi $ob 2al@in, ber%erita tentang ayahnya, pendiri Motorola. Se!aktu dia mengamati
deretan pekerja !anita dan dia termenung, +0ereka semua mirip dengan ibuku, mereka
semua punya anak yang harus di-ukupkan, rumah yang harus dira(at, dan orang-orang
yang masih memerlukan mereka yang berada diba(ah tanggungan mereka.+ +al itulah,
ujar 2al@in, yang membuat ayahnya selalu termoti@asi untuk bekerja lebih keras lagi agar
ter%ipta kehidupan yang lebih baik bagi mereka karena ayahnya melihat sosok ibunya dalam diri
semua pekerja itu. C$egitulah bisnis kami semuanya dimulai dengan rasa hormat yang
mendalam,C katanya.
$ahkan salah satu sosok kaum beriman, &mar bin Abdul A#is, karena rasa belas kasih
dan rasa %intanya, dia selalu memberikan upah kepada pega!ainya lebih besar dari apa yang ia
terima. CAllahu akbar,C gumamku, dan aku yakin bila hal ini kusampaikan kepada para
pega!aiku, mereka semua akan tersenyum lebar dan berharap hal itu menjadi kenyataan setelah
memba%a ini.
Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat nabi juga telah mempraktekkan tentang
bagaimana menggunakan kekayaanya. Dia seorang pengusaha yang sukses. "etapi dia
memandang kekayaannya hanyalah sebagai fasilitas untuk beramal saleh. Dia men%ontohkan
dalam kisahnya yang telah mensedekahkan separuh harta miliknya sebanyak G5.555 dinar pada
:asulullah sa!, kemudian dia mensedekahkan lagi hartanya sebanyak G5.555 dinar, dan
kembali bersedekah sebanyak G5.555 dinar. Semuanya itu berlangsung dalam jangka !aktu
yang berdekatan. 3alu dia menanggung 655 kuda untuk kepentingan fi sabillillah, dan setelah
itu kembali menanggung 9.655 unta untuk kepentingan fi sabilillah. Sebagian besar harta milik
Abdurrahman tersebut adalah yang dia peroleh murni dari hasil berbisnis.
Mereka melakukan semua itu, tidak lain karena mereka tidak menjadikan kekayaan
sebagai hasil akhir yang ingin di%apai, melainkan mereka menggunakan kekayaan yang
dimilikinya untuk meraih janji "uhannya dengan mendapatkan ganjaran yang luar biasa yaitu
surga'.ya.
Sesungguhnya Allah membeli dari orang orang mukmin, baik diri maupun harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka, maka bergembiralah dengan jual beli yang
telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.C 7At "aubah:9998
Said .ursi, ulama dari "urki, mengomentari ayat tersebut dan berkata, CSeandainya
saya memiliki seribu nya!a, dengan senang hati saya akan mengorbankan semuanya demi
kejayaan 1slam. $agaimana tidak) Karena sesungguhnya saya kini sedang menunggu di alam
$ar#akh 7alam antara kematian dan kebangkitan8, kereta yang akan memba!a saya ke akhirat.
Saya sudah ikhlas dan siap melakukan perjalanan ke dunia lain untuk bergabung bersama di
tiang gantungan. Saya ingin sekali dan sudah tidak sabar untuk melihat akhirat. Dobalah Anda
bayangkan keadaan pikiran seorang anak kampung dari sebuah dusun yang seumur hidupnya
belum pernah melihat sebuah kota besar dengan berbagai kesenangan, keme!ahan dan
kemegahan. Maka anda akan tahu bagaimana ketidaksabaran saya untuk men%apai hari akhir
itu.C
Akhirnya, sudah siapkah kita menjadi enterpreuner langit seperti itu )
)era(al &ari 0impi
Kenyataan hari ini adalah impian hari kemarin
+5mam #sy "yahid !asan #l 8anna0
BO
Sahabatku0
/ika engkau mau memba%a sejarah biografi tokoh'tokoh ternama. Maka engkau akan temukan
bah!a apa yang telah mereka %iptakan bera!al dari mimpi.
Ketika aku men%ari nama orang yang bisa mengenali dan menghidupkan impiannya,
saya berpikir tentang @isioner dan pioner mobil +enry Qord. Dia menyatakan, (Semua rahasia
hidup yang berhasil adalah menemukan apa yang ditentukan nasib pada kita, dan kemudian
melakukannya.*
Frang'orang lainnya berani bermimpi dan mereka sukses. $eetho@en menyadarkan
dunia akan kemampuan hebatnya dalam musik ketika dia membuat sejumlah simfoni, dan ini
terjadi setelah dia kehilangan pendengarannya. Dharles Di%kens dulunya bermimpi untuk
menjadi seorang penulis dan akhirnya dia menjadi no@elis yang bukunya paling banyak diba%a
orang di 1nggris pada #aman Si%toria ' meskipun dia dilahirkan di keluarga miskin.
"homas -dison melamunkan sebuah lampu yang bisa dihidupkan dengan listrik,
memulai dari tempat ia berdiri untuk mengubah impiannya menjadi tindakan. Dan !alaupun dia
menemui lebih dari sepuluh ribu kegagalan, dia tetap memegang teguh impiannya sampai dia
menjadikannya sebuah kenyataan fisik. Pemimpi praktis pantang menyerah,
>right bersaudara memimpikan sebuah mesin yang bisa terbang di udara. Sekarang
setiap orang bisa melihat bukti di seluruh dunia bah!a impian mereka menjadi kenyataan.
Mar%oni memimpikan satu sistem untuk mengendalikan kekuatan ether yang tidak
kelihatan. $ukti bah!a impiannya tidak sia'sia bisa ditemukan pada setiap pesa!at radio dan
tele@isi di seluruh dunia. Mungkin Anda tertarik untuk mengetahui bah!a (teman'teman*
Mar%oni menyuruh agar dia di kurung dan di periksa di sebuah rumah sakit ji!a ketika ia
mengumumkan bah!a dia telah menemukan prinsip yang bisa digunakan untuk mengirim berita
melalui udara tanpa bantuan kabel atau sarana fisik komunikasi langsung lainnya.
Menurut /hon D. MaV!ell sebuah impian bisa melakukan banyak hal kepada kita:
Pertama, impian menunjukkan arah kepada kita. 1a bisa berperan sebagai kompas,
memberitahu kita arah mana yang harus ditempuh. +ingga kita mengenali arah yang benar itu,
kita tidak akan pernah mengetahui apakah langkah kita benar'benar merupakan kemajuan.
3angkah kita mungkin memba!a kita ke belakang dan bukan ke depan. /ika engkau bergerak ke
sembarang arah selain menuju impianmu, engkau akan kehilangan kesempatan'kesempatan
yang diperlukan untuk men%apai kesuksesan.
/edua, impian meningkatkan kekuatan kita. "anpa impian, kita mungkin harus berjuang keras
untuk melihat kekuatan yang ada dalam diri kita karena kita tidak bisa melihat situasi di luar
keadaan kita saat ini. Akan tetapi dengan impian, kita mulai memandang diri kita dalam %ahaya
baru, karena mempunyai kekuatan yang lebih besar dan mampu merentangkan dan berkembang
untuk men%apainya. Setiap kesempatan yang kita temui, setiap sumber yang kita dapatkan,
setiap talenta yang kita kembangkan, menjadi bagian kekuatan kita untuk tumbuh ke arah
impian itu. Semakin besar impian, semakin besar pula kekuatannya.
/etiga, impian membantu kita menentukan prioritas. 1mpian memberi kita harapan untuk masa
depan, dan ia juga memberi kita kekuasaan di saat ini. 1mpian membuat kita memprioritaskan
segala sesuatu yang kita lakukan. Seseorang yang memiliki impian mengetahui apa yang akan
atau harus dikorbankannya agar bisa maju. Dia mampu mengukur segala sesuatu yang
dikerjakannya apakah membantu atau menghambat impian itu, memusatkan perhatiannya pada
hal'hal yang memba!anya lebih dekat pada impian itu dan memberi sedikit perhatian pada hal'
hal sebaliknya.
/eempat, impian menambah nilai pada pekerjaan kita. impian menempatkan segala yang kita
lakukan ke dalam perspektif. $ahkan tugas'tugas yang tidak menyenangkan menambah nilai
saat kita mengetahui hal itu memberi kontribusi pada pemenuhan impian. Setiap akti@itas
menjadi bagian penting di dalam gambar yang lebih besar itu.
/elima, impian meramal masa depan kita. ketika kita mempunyai impian, kita bukan hanya
penonton yang duduk di belakang dan mengharapkan segala sesuatu berubah membaik. Kita
harus aktif ikut serta dalam membentuk tujuan dan arti hidup kita. Angin perubahan tidak begitu
saja meniup ke sini dan ke sana. 1mpian kita, ketika dilanjutkan, mungkin sekali merupakan
peramal masa depan kita.
BP
Sahabatku0
Ada perbedaan antara mengangankan suatu benda dan siap menerimanya. "idak ada seorang
pun siap untuk sesuatu sampai dia yakin akan memperolehnya. Keadaan pikiran harus penuh
keyakinan bukan hanya berharap atau mengangankan. Keadaan pikiran yang terbuka sangat
penting untuk keyakinan. Pikiran yang tertutup tidak mengilhamkan keyakinan keberanian, atau
keper%ayaan.

)erat "angkah Si #ukang Siomay
Oleh Bayu Gawtama
Kepulangan ke rumah harus tertunda, ketika pimpinan kantor meminta seluruh tim
rapat mendadak. $erbagai ben%ana yang terjadi di negeri ini, juga gejolak yang tengah
bergemuruh di Palestina meski disikapi se%ara %epat. Sebagai sebuah lembaga kemanusiaan
yang memseriusi programnya dalam penanganan ben%ana, menjadi keharusan tersendiri untuk
merespon se%ara %epat setiap ben%ana yang terjadi.
.amun bukan pentingnya rapat ini yang ingin saya %eritakan, bukan pula isi dan
serunya rapat yang memakan !aktu %ukup lama hingga larut. Adalah sepuluh menit menjelang
rapat dimulai, saat saya memesan sepiring siomay kepada tukang siomay langganan di depan
kantor. Sesaat menjelang rapat, perut ini terasa berdendang minta diisi. Makanan ringan itulah
yang menjadi pilihan, satu porsi pun terpesan.
Panggilan pun datang, rapat dimulai. :apat dilanjutkan usai sholat Maghrib, dan terus
berlangsung. Ada yang resah di ba!ah, ada yang bolak'balik masuk ruang kantor. 1anya hanya
menemukan piring kosong di ba!ah meja saya. Setiap lima menit kembali balik ke dalam
kantor berharap orang yang tadi memesan siomaynya sudah ada di tempat. "ernyata yang
ditunggu masih di atas, terlupa oleh riuh rendah suasana rapat yang bersemangat.
>aktu terus bertambah, hingga seorang teman yang baru saja dari lantai dasar
berbisik, CSudah bayar siomay belum)C astaghfirullah...
"ak menunggu rapat selesai, a%ung tangan langsung bergegas ke ba!ah. "erhenti
nafas ini tak mendapatkan orang yang di%ari; si tukang siomay. Melirik sedikit ke ba!ah meja,
piring kosongnya sudah tak ada. Mungkin ia pulang, tapi saya tak bisa berkata apa'apa sambil
terus menggenggam empat lembar ribuan di tangan.
Duma empat ribu memang. "api ia sebegitu pentingnya untuk bolak'balik ke dalam
kantor berharap saya akan membayarnya. "erbayang saya betapa berat langkah si tukang
siomay mendorong gerobaknya. $erpikir ia tentang uang belanja yang dinanti sang isteri, resah
hatinya tak memba!a mainan yang dipesan anak ter%intanya. Mungkin semua karena empat
ribu yang belum saya bayarkan. Dan boleh jadi, empat ribu itulah keuntungan hasil jualannya
setelah disisihkan untuk setoran.
$erat langkah si tukang siomay. 1tu terus tergambar dalam benak saya, sambil terus
menggenggam empat lembar ribuan dan sesekali melirik ke ba!ah meja tempat piring bekas
makan. "erbayang sedihnya sang isteri lantaran suaminya tak memba!a uang belanja untuk
esok, (Mau makan apa besok, pak)* "erlintas tangisan si anak yang mendapati bapaknya tak
memba!a serta mobil mainan plastik yang dipesannya. $agaimana jika besok ia tak bisa
berdagang karena uang setorannya kurang malam itu) "uhan, berdosa lah hamba0
"ak lebih dari setengah jam, seseorang masuk ke dalam kantor. Senyumnya yang khas
menyapa lembut. Saya tahu yang dinantinya. Sudah semalam ini, duhC ternyata betapa
pentingnya empat lembar ribuan itu baginya. (Maafkan saya mas,* nyaris bibir ini tak mampu
beru%ap apa pun.
)elajar 0enjadi +)apak+
Oleh Sus Woyo
Saya sedang mengalami EepisodeE kehidupan yang %ukup menarik. Paling tidak
menarik bagi diri saya sendiri. Dan saya per%aya belum tentu menarik bagi orang lain. Sebuah
G5
kisah yang runtut, dengan alur %erita yang tidak melon%aat'lon%at. Dan alhamdulillah diahiri
juga dengan EendingE yang tak kalah menariknya.
Saya ingin sekali men%eritakannya kepada orang lain. Atau lebih tepatnya ingin
berbagi %erita dengan siapa saja seperti saudara'saudara saya, handai taulan, sahabat, tetangga
dan lain sebagainya. "ak ada maksud apapun, ke%uali berangkat dari sebuah keyakinan, bah!a
setiap jejak langkah manusia, baik yang mengandung tangis atau ta!a, manis atau getir, selalu
menyimpan hikmah. >alaupun hikmah itu hanya sebesar biji sa!i.
A!alnya, beberapa hari menjelang lebaran 9G4A +, seorang sahabat di /akarta,
mengirim artikel pendek kepada saya. Artikel itu mengisahkan tentang salah satu %ara
:asulullah berlebaran. Ditulis oleh $ayu 2a!tama, sorang penulis yang tulisannya sering saya
ba%a di sebuah situs 1slam. Dalam artikel itu ada dialog yang sangat menyentuh antara seorang
anak gadis dengan :asulullah .
CApakah gerangan yang membuatmu menangis, anakku)C "anya .abi. :asulullah
mendekap anak gadis itu. "ernyata ia menangis karena tidak ada yang membelikan baju baru
untuk berlebaran. CAyahku mati syahid dalam peperangan bersama :asulullah.C katanya.
CMaukah kamu jika :asulullah menjadi bapakmu, Aisyah menjadi ibumu, Qatimah sebagai
bibimu, Ali menjadi pamanmu serta +asan dan +usain menjadi saudaramu)C &jar :asulullah
.
Anak gadis itu mendongak. Dan ia baru tahu bah!a yang mendekapnya ternyata
adalah :asulullah , bapaknya anak yatim.
Setelah memba%a dialog itu saya jadi berpikir. Seandainya yang menemukan anak
gadis itu adalah saya, sanggupkah saya dengan serta'merta dan spontanitas bertindak seperti
:asulullah ) Yang mena!arkan diri untuk menjadi bapaknya) $erhari'hari saya berpikir tentang
itu semua.
Masih ada kemiripan dengan %erita tadi, tapi dalam nuansa yang berbeda. $eberapa
hari setelah lebaran, ketika saya mau berangkat tidur, tiba'tiba seorang ka!an memanggil'
manggil saya. Katanya, ada sinetron bagus produksi 1ndonesia yang ditayangkan "S $runei.
Saya bergegas untuk ikut menontonnya. "ernyata, %erita sinetron itu diambil dari no@el EPada'
Mu Aku $ersimpuhE karya 2ola 2ong. Penulis yang pernah melahirkan no@el berseri E$allada Si
:oyE yang populer di tahun P5'an.
Dalam tayangan sinetron yang diproduksi tahun 4559 itu, ada juga sesuatu yang
membuat saya sempat tidak bisa melupakannya. Yaitu tentang komentar + . $udiman, tokoh
dalam %erita itu, terhadap anak pungutnya yang bernama Ana. Kata +. $udiman, +.ni adalah
anugrah yang di kirim 1llah kepada saya. Saya harus menjalankan amanah ini baik-
baik.+
Saya terus mengikuti sinetron yang ditayangkan setiap malam /umEat itu. Dan saya
menangkap dengan gamblang, bah!a +. $udiman telah membuktikan kata'katanya. 1a telah
bertanggung ja!ab betul'betul kepada anak pungutnya itu. Mendidik, mengarahkan dan juga
memberi fasilitas ke jalan lurus berdasarkan syariat'.ya. Dan ia tak pernah membedakan antara
anak pungut dengan anak yang dilahirkannya sendiri.
Masih dalam bulan Sya!al, juga masih berkisah tentang seorang bapak, tepatnya pada
tanggal 9?, saya selalu ingat a%ara rutin tahunan yang selalu diselenggarakan oleh pesantren
tempat dulu saya Enumpang tidurE beberapa lama. A%ara tahunan itu berlabel Etasyakur lil
ikhtitamE. Sebuah a%ara syukuran atas berhasilnya para santri menempuh pelajaran dalam !aktu
satu tahun. $iasanya kami berkumpul bersama. $aik yang masih menempuh pelajaran di
pesanten itu, maupun yang sudah jadi alumni.
Saya, biasanya menyempatkan diri untuk datang dalam a%ara tersebut, ke%uali saat ini,
sebab saya sedang merantau di luar negri. $ertemu kembali dengan guru, usta# sekaligus kyai
saya, $apak Abil Abbas. Sosok agama!an yang maih muda. Yang tak pernah mau disebut guru,
ustad# maupun kyai. $eliau hanya mau disebut $apak. "ak lebih dari itu. Sehingga kami para
santri, tak pernah satu kalipun memanggil beliau dengan sebutan Kyai. 1ni memang tak la#im.
Sebab di pesantren'pesantren tradisional lainnya, guru mereka pasti di panggil Kyai, atau
bahkan :omo Kyai. sebuah sebutan yang sudah tidak asing lagi dalam komunitas 1slam
tradisional di pulau /a!a.
G9
Pada a!alnya saya juga heran, kepada guru kami itu. .amun pada masa berikutnya
saya menemukan ja!aban. )ah(a, katanya, hubungan antara bapak dan anak itu,
sepanjang masa, bahkan sampai akhirat. Sedang hubungan antara guru dan murid atau santri,
pada suatu saat bisa saja terputus ketika kita sudah tidak belajar lagi di tempat yang
bersangkutan. Dan ini ter%ermin pada sikap pak Abil Abbas kepada kami para santrinya. $eliau
menganggap kami sebagai anak. Maka kamipun menganggap beliau sebagai bapak kami.
+ubungan itupun ahirnya sangat mesra dan erat.
Dan suatu malam, setelah menyaksikan tayangan CPada'Mu Aku $ersimpuhC di "S
$runei itu, saya menjadi ingat Sang $apak, di pesantren Al'+ikmah, $aturraden, Pur!okerto.
Sebuah kenangan yang telah menjadi EprasastiE di kalbu saya.KKK K K K KKK
Di ahir bulan Sya!al, istri saya di kampung memberi kabar kepada saya. $ah!a ia
baru saja menyaksikan seorang bayi laki'laki yang baru lahir dari sepasang keluarga muda. 1stri
saya sangat iba karena si ibu bayi itu nampak sangat kerepotan dalam mengurusnya, karena
kakak bayi itu belum genap satu tahun dan suaminya bekerja sebagai buruh pabrik di /akarta.
3agi pula bayi itu memang tidak dikehendaki lahir oleh orang tuanya, namun Allah bertindak
lain. Kata ibu si bayi, program K$ yang ia ikuti tidak berhasil, sehingga terjadi hamil lagi. Dan
lahirlah bayi itu.
Ahirnya suatu hari istri saya memberi ta!aran, C$agaimana jika anak itu kita ambil
dan kita jadikan anak kami untuk menemani Damar)C Katanya kepada saya le!at SMS'nya.
Saya tertegun sejenak memba%a pesan singkat istri saya itu. "api berbekal referensi
dari :asulullah yang di%eritakan dalam tulisan $ayu 2a!tama, dan keseriusan +aji $udiman,
yang dikisahkan dalam no@el 2ola 2ong, serta pengalaman hidup dengan EbapakE saya di
pesantren Al'+ikmah, dengan mantap saya menyetujui usul istri saya.
Maka mulai hari itu, saya bertekad untuk belajar menjadi seorang EbapakE. $apak
dalam arti sangat luas. Yang tidak hanya memberi pendidikan, arahan dan fasilitas bagi anak
yang lahir se%ara Egeneti%alE dari rahim istri saya saja, tapi bagi anak siapa saja yang karena
sesuatu hal tidak bisa dipelihara langsung oleh kedua orang tuanya, atau malah memang tidak
dikehendaki lahir oleh ibu bapaknya.
Dan ternyata sekarang ini tidak sedikit anak'anak yang bernasib seperti itu di
sekeliling kita. Yang amat sangat membutuhkan uluran tangan serius dari sosok seorang EbapakE.
Apalagi jika kita mau meluangkan !aktu untuk berlama'lama di stasiun, terminal atau tempat'
tempat kumuh di kota kita masing'masing. Maka kita akan banyak bertemu dengan anak'anak
yang bernasib kurang beruntung. Yang tentunya menunggu sentuhan mesra seorang
EbapakE.KKKK
D Terima kasih kepada $bak #zimah 1ahayu $as 8ayu @a%tama $as @ola @ong
dan "ang &8apak& di pesantren #l-!ikmah 8aturraden 'ur%okerto.D
)elajar dari =ogja
Oleh Ummu Nabilah
E#lhamdulillah 2duk 5bu tidak apa-apa 4uma genting-genting rumah kita sa(a ada
beberapa yang ber(atuhanF begitu ja!ab 1bu ketika saya menanyakan kabar beliau.
Pagi itu saya langsung menelepon ke kampung halaman ketika dikagetkan dengan
kabar bah!a gempa dengan kekuatan 6,P skala :i%hter baru saja terjadi di Yogyakarta dan
!ilayah sekitarnya di /a!a "engah. "api berkali'kali saya telepon, tak juga ada yang
mengangkat. Di antara perasaan %emas, alhamdulillah saya bisa mendapatkan kabar dari
tetangga bah!a !arga kampung itu semua selamat. Akhirnya selepas Ashar,saya bisa
menghubungi 1bu, setelah menunggu kira'kira P jam. :upanya 1bu tak berani masuk rumah
karena kha!atir akan terjadi gempa susulan.
Saya sempat mengkha!atirkan keselamatan 1bu yang tinggal sebatang kara di rumah
itu. Apalagi tayangan di tele@isi memberitakan bah!a Kabupaten Klaten adalah salah satu
daerah yang mengalami kerusakan parah dan banyak korban ji!a berjatuhan. $elakangan saya
mengetahui bah!a di seluruh ke%amatan tempat 1bu tinggal 'yang letaknya di !ilayah utara
G4
Kabupaten Klaten dan berbatasan dengan Kabupaten $oyolali' relatif tidak terjadi kerusakan
parah dan tidak terdapat korban ji!a.
Melihat berbagai peristi!a di muka bumi yang menyayat'nyayat hati, seolah'olah saya
kembali diingatkan oleh Sang Maha Kuasa akan ketidakberdayaan kita di hadapan'.ya. Sekaya
apapun, sepintar apapun, sesehat apapun, dan sekuat apapun, kita tak akan kuasa menandingi'
.ya. Sungguh, ketika Allah menghendaki segala sesuatu tinggal berkata, (kun fayakuunF maka
terjadilah apa yang dikehendaki Sang Pemilik /agad :aya.
Kehendak'.ya tak bisa ditunda. Kehendak'.ya bisa membuat manusia terta!a riang
atau menangis pilu. .amun yang pasti, kita harus bersikap positip terhadap segala kejadian itu.
:asulullah SA> bersabda,* #ku mengagumi seorang mukmin. 8ila memperoleh kebaikan ia
memu(i #llah dan bersyukur. bila ditimba musibah ia memu(i #llah dan bersabarCF 7+:
1mam Ahmad8.
Semua peristi!a ada hikmahnya. Dengannya, Allah mengingatkan manusia agar tak
bersikap ujub dan takabur. Dengannya, Allah mengingatkan manusia untuk senantiasa bersiap'
siap menanti ajalnya. Dengannya pula, Allah mengingatkan manusia untuk senantiasa
menyiapkan bekal yang harus diba!a menghadap'.ya. Wallaahu &a&lam bishsho%aab.
1mal Pembayar
Ketika permasalahan hidup membelit dan kebingungan serta kegalauan mendera rasa
hati. Ketika gelisah ji!a menghempas'hempas. Ketika semua pintu solusi terlihat buntu. Dan
kepala serasa hendak meledak: tak mengerti apalagi yang mesti dilakukan. "ak tahu lagi jalan
mana yang harus ditempuh. +ingga dunia terasa begitu sempit dan menyesakkan.
Ketika kepedihan merujit'rujit hati. Ketika kabut kesedihan meruyak, menelusup ke
dalam sanubari. Atas musibah'musibah yang beruntun mendera diri. Apalagi yang dapat
dilakukan untuk meringankan beban perasaan) Apalagi yang dapat dikerjakan untuk melepas
keke%e!aan)
Ketika kesalahan tak sengaja dilakukan. Ketika beban dosa terasa menghimpit badan.
Ketika rasa bersalah mengalir ke seluruh pembuluh darah. Ketika penyesalan menenggelamkan
diri dalam airmata kesedihan. Apa yang dapat dilakukan untuk meringankan beban ji!a ini)
Allah berfirman, C$arangsiapa bertak!a kepada'.ya, nis%aya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.C :asulullah bersabda, C1kutilah kesalahan dengan amal baik, nis%aya ia
akan menghapus dosa'dosamu.C
Seperti 1bnul /au#i bilang, Caku pernah dihimpit permasalahan yang membuatku
gelisah dan galau berlarut'larut. Kupikirkan dan ku%ari solusi dengan segala %ara dan usaha.
"api aku tidak menemukan satu jalan pun untuk keluar darinya, hingga kutemukan ayat itu.
Maka kusadari, bah!a jalan satu'satunya keluar dari segala kegalauan adalah ketak!aan. Dan
ketika jalan ketak!aan itu kutempuh, tiba'tiba Allah sudah lebih dulu menurunkan
penyelesaian. Maha su%i AllahC.KK
Dengan keyakinan, ku %oba jalankan titah.ya. "ertatih, ku%oba mengikuti sunnah
Sang .abi. Saat diri berhadapan dengan permasalahan yang memepatkan rasa, hingga tak
terlihat jalan keluarnya, ku%oba lebihkan amal'amal dari yang biasa. $erinfa= lebih banyak.
"ersenyum lebih banyak. Memaafkan lebih banyak. Menolong orang lebih banyak.
Menambah ibadah harian lebih banyak. Dengan semua itu akan memberikan energi positif bagi
kondisi fisik dan psikologis, hingga ketenangan pun ter%ipta dan pikiran jernih pun terasa.
Pada gilirannya, jalan keluar mulai tampak ujungnya. Dan Allah menurunkan
kemantapan hati dalam memilih langkah penyelesaian. Saat kesedihan menyelimuti dan rasa
bersalah menyesaki, ku%oba ikuti sunnah nabi dengan disertai doa: Semoga Allah
mengampunkan segala dosa.
Silaturahmi. Ya, silaturahmi lah yang saya lakukan. Sebuah tindakan paling realistis
yang saya temukan saat itu. Saya mengunjungi semua kerabat, ka!an dan handai taulan,
saudara'saudara, orang'orang saleh, para guru, tetangga sekitar dan lain'lain yang selama ini
saya terlupakan oleh kesibukan. Dan ketenangan pun sedikit demi sedikit ter%ipta. Meredakan
gelisah ji!a. Membersihkan noda'noda dalam dada. Sesudahnya, kutemukan jalan menuju
taubat dan kutemukan kafarat pembayar dosa dan duka.
GB
1""13 #.&1/ #.&U:
Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. "elah le!at pukul 99 malam.
Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan
saat itu. "erlebih, setelah beberapa saat berjalan, !arna langit tampak memerah. :intik hujan
mulai turun. 3engkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan Ca%araC kehujanan.
Setengah berlari saya men%ari tempat berlindung. &ntunglah, penjual nasi goreng yang
mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. 3umayan, pikir saya. Segera saya
berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang
masih menyala.
Dia menyilahkan saya duduk. CDisini saja dik, daripada kehujanan...,C begitu katanya
saat saya meminta ijin berteduh.
$enar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat.
Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, Ctolong
bikin mie goreng pak, di makan disini saja.
Sang $apak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk.
$umbu dan penggorengan pun telah siap untuk di ra%ik. "ampaklah pertunjukkan sebuah
pengalaman yang tak dapat diraih dalam !aktu sebentar.
"angannya %ekatan sekali meraih botol ke%ap dan segenap bumbu. Segera saja, mie
goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula %anggung mulai hilang. $asa'basi
saya bertanya, C>ah hujannya tambah deras nih, orang'orang makin jarang yang keluar ya
Pak)C $apak itu menoleh kearah saya, dan berkata, C1ya dik, jadi sepi nih dagangan saya..C
katanya sambil menghisap rokok dalam'dalam.
CKalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak)C kata saya, C>ah, re#ekinya jadi
berkurang dong ya)C Duh. Pertanyaan yang bodoh. "entu saja tak banyak yang membeli kalau
hujan begini. "entu, pertanyaan itu hanya akan membuat $apak itu tambah sedih. .amun,
agaknya saya keliru...
C2usti Allah, ora sare dik, 7Allah itu tidak pernah istirahat8, begitu katanya. C:e#eki
saya ada dimana'mana. Saya malah senang kalau hujan begini. 1stri sama anak saya di kampung
pasti dapat air buat sa!ah. Yah, !alaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya.C $apak itu
melanjutkan, CAnak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan.....C.
Degh. Dduh, hati saya tergetar. $apak itu benar, +4usti 1llah ora sare+. Allah
Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba'hamba'.ya. Saya rupanya telah
keliru memaknai hidup. Qilsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan
perkataan sederhana itu. Makna nya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan
menyadari kekerdilan saya di hadapan "uhan.
Saya selalu berpikiran, bah!a hujan adalah ben%ana, adalah petaka bagi banyak hal.
Saya selalu berpendapat, bah!a re#eki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa
digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bah!a saat ada ujian yang menimpa,
maka itu artinya saya %uma harus bersabar. .amun saya keliru. +ujan, memang bisa menjadi
ben%ana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah
berkah bagi sa!ah'sa!ah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun
derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau
mendorong mobil yang mogok.
+mm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. $eribu pikiran
tampak seperti lintasan'lintasan %ahaya yang bergerak di benak saya. CYa Allah, -ngkau
Memang "ak Pernah $eristirahatC &ntunglah, hujan telah reda, dan sayapun telah selesai
makan.
Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, 2usti Allah Fra Sare..... 2usti
Allah Fra Sare...
$egitulah, saya sering takjub pada hal'hal ke%il yang ada di depan saya. Allah memang
selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan %ara yang tak terduga. Selalu saja,
GG
Dia memberikan Dinta kepada saya le!at hal'hal yang sederhana. Dan hal'hal itu, kerap
membuat saya menjadi semakin banyak belajar.
Dulu, saya berharap, bisa mele!ati tahun ini dengan hal'hal besar, dengan sesuatu
yang istime!a. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya
lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan.
.amun, rupanya tahun ini Allah punya ren%ana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering
teru%ap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun
tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, !alaupun bukan
dengan hal'hal besar dan istime!a.
1ir 0ata :asulullah
"iba'tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengu%apkan salam.
C$olehkah saya masuk)C tanyanya. "api Qatimah tidak mengi#inkannya masuk, CMaafkanlah,
ayahku sedang demam,C kata Qatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Qatimah, CSiapakah itu !ahai anakku)C C"ak tahulah ayahku, orang sepertinya
baru sekali ini aku melihatnya,C tutur Qatimah lembut.
lalu, :asulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah'
olah bahagian demi bahagian !ajah anaknya itu hendak dikenang. CKetahuilah, dialah yang
menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut,C kata :asulullah, Qatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut
datang menghampiri, tapi :asulullah menanyakan kenapa /ibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah /ibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. C/ibril, jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah)C "anya :asululllah dengan suara yang amat lemah. CPintu'pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti
kedatanganmu,C kata /ibril. "api itu ternyata tidak membuatkan :asulullah lega, matanya masih
penuh ke%emasan.
C-ngkau tidak senang mendengar khabar ini)C "anya /ibril lagi. CKhabarkan kepadaku
bagaimana nasib umatku kelak)C C/angan kha!atir, !ahai :asul Allah, aku pernah mendengar
Allah berfirman kepadaku: EKuharamkan syurga bagi siapa saja, ke%uali umat Muhammad telah
berada di dalamnya,C kata /ibril.
Detik'detik semakin dekat, saatnya 1#rail melakukan tugas. Perlahan ruh :asulullah
ditarik. .ampak seluruh tubuh :asulullah bersimbah peluh, urat'urat lehernya menegang.
C/ibril, betapa sakit sakaratul maut ini.C
Perlahan :asulullah mengaduh. Qatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk
semakin dalam dan /ibril memalingkan muka. C/ijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan
!ajahmu /ibril)C "anya :asulullah pada Malaikat pengantar !ahyu itu.
CSiapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,C kata /ibril. Sebentar
kemudian terdengar :asulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
CYa Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada
umatku. C$adan :asulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. $ibirnya
bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. C&ushiikum
bis shalati, !a maa malakat aimanukum 'peliharalah shalat dan peliharalah orang'orang lemah
di antaramu.C Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Qatimah menutupkan tangan di !ajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir
:asulullah yang mulai kebiruan. +Ummatii, ummatii, ummatiii;+-+Umatku, umatku,
umatku+
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita
men%intai sepertinya) Allahumma sholli Eala Muhammad !a baarik alaaa !a salim Ealaihi
$etapa %intanya :asulullah kepada kita.
N)@
/irimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk
men-intai 1llah dan :asulNya, seperti 1llah dan :asulnya men-intai kita.
G6
/arena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah ,ana belaka. 1min... Usah
gelisah apabila diben-i manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia tapi
gelisahlah apabila diben-i 1llah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.
1/U .N4.N S$P$:#.0U S?)1#
Di tempat ku tinggal aku mempunyai sahabat yang bernama :ahmad, ia sangat supel
dan rahun dalam membantu tetangga di kampung kami, ia juga yang mengurus Masjid di
kampung ini.
Setiap pagi ia membantu orang tuanya ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari'
harinya dan kebutuhan !arung milik ibunya yang terletak di depan rumahnya. Aktifitas %o!ok
berusia 4G tahun ini banyak sekali, ia termasuk kategori orang yang tak bisa diam, selalu bekerja
dan beraktifitas, siang hari ia berkumpul di organisasi rohis kampusnya dulu, meskipun ia telah
menyelesaikan kuliahnya 4 bulan yang lalu, tapi :ahmad masih saja aktif dalam kegiatan :ohis
kampusnya. Sore hari ia berada di Masjid untuk mengajar ngaji, :ahmad diper%aya menjadi
Kepala Sekolah anak "PA Al'uran di kampung kami.
Saya memang iri dengan rahmad karena ia sejak pertama kuliah tidak pernah meminta
uang untuk membiayai kuliahnya bahkan untuk uang belanjapun ia tidak meminta ke ortunya, ia
mendapat beasis!a dari !alikota sebagai mahasis!a berprestasi bukan beasis!a mahasis!a tak
mampu. Dengan uang itulah ia membayar uang kuliahnya, sedangkan untuk belanja sehari'
harinya ia dapatkan dari bekerja membayarkan rekening listrik dan air !arga di kampung ini,
ada sekitar 65 rumah yang mendaftar ke :ahmad untuk di bayarkan rekening listrik dan airnya,
dari setiap rumah :ahmad mendapat imbalan 4555 rupiah, jadi !arga dikampung ini tidak perlu
lagi antri membayar rekening listrik dan air karena sudah ada :ahmad yang membayarkannya.
Dengan uang 955 :ibu dan ditambah gaji mengajar ngaji anak'anak dikampung ini
sebesar 46 :ibu perbulannya ia men%ukupi kebutuhan sehari'harinya, bahkan sering saya
melihat setiap ia mendapat uang hasil membayarkan rekening listrik dan air !arga ia infa=kan
ke Masjid setengahnya, Subhanallah sungguh terpuji Sifatmu teman.
:ahmad dulu sering tidur di kostku, hampir setiap malam ia tidur di kostku karena
letaknya tidak jauh dari rumahnya hanya berjarak 65 M dari rumahnya, tapi kini semenjak aku
pindah dan mengontrak rumah sederhana bersama istriku :ahmad tidak pernah lagi menginap,
ia malu, katanya entar mengganggu pengantin baru saja.
Saya sedih melihat :ahmad karena susah sekali mendapatkan pekerjaan, semenjak ia
lulus ia sudah banyak melamar di kantor dan perusahaan tapi belum ada yang menerimanya,
saya men%oba membantu men%arikan pekerjaan di $ontang le!at Ayah saya tapi di daerah
$ontang lapangan pekerjaan untuknya tidak ada, $ontang merupakan kota industri minyak
bumu dan Pupuk sedangkan ia lulusan Sarjana Perikanan. Minggu lalu ia memasukkan lamaran
di sebuah Perusahaan asing sebut saja namanya "otal $angun Persada, setelah menjalani tes dan
inter@ie! ia menunggu ja!aban, seminggu kemudian ada surat tiba, dengan hati'hati :ahmad
membuka surat itu dan memba%a isinya yang kurang lebih isinya (Maaf untuk sementara anda
belum dapat kami terima untuk menduduki pekerjaan yang kami butuhkan* tampak rasa ke%e!a
di !ajahnya. 1a menghela nafas panjang (Aku stressss0., mengapa susah sekali men%ari
pekerjaan, nggak kaya kamu enak bisa kerja di kantoran* u%apnya padaku.
Dimana ya pohon %abe yang tinggi, aku ingin gantung diri saja, hehehe ia terta!a
untuk menghilangkan kesedihannya, aku turut terta!a mendengat lelu%onnya, mana ada orang
gantung diri di pohon %abe yang lemah, yang ada orang gantung diri di pohon duren atau kelapa.
Mad, kamu sabar aja mungkin Allah belum memberi pekerjaan baru karena belum ada
yang mampu menggantikan tugasmu di kampung ini, siapa yang mengajar anak'anak ngaji,
GA
!aktumu akan tersita banyak. :ahmad tersenyum ke%il, bekerja kan hanya sampai jam G atau
setengah lima, setelah itu aku tetap bisa mengajar ngaji anak'anak.
Aku tak menyahut, begitu mulia dan kerasnya pendirian sobatku ini. Aku hanya bisa
berdoa semoga ia diberikan pekerjaan yang terbaik oleh A33A+, semua ini adalah :ahasia'
.ya, pasti ada hikma dibalik semua ini. Aku masih terdiam dan berfikir ($anyaknya tabungan
yang kupunya tidak sebanding dengan tabungan akhirat yang kau miliki* aku ingin seperti mu
teman0.
1jaibnya /ata-/ata
Oleh on's R!"olta
Saat saya masih duduk di bangku SM&, guru kimia saya pernah berkata (Kamu nggak
bakalan keterima &MP".*. Kata'kata itu diu%apkannya setelah saya gagal mengerjakan soal
kimia di depan kelas. "entu saja, saya malu pada teman'teman !aktu itu. Saya menyadari, saya
memang tidak terlalu pintar dalam pelajaran kimia, tapi ketika mendengar guru berkata begitu,
tetap saja membuat sakit hati, saya merasa dile%ehkan.
Setelah pulang sekolah, kata'kata itu terus terngiang'ngiang dalam pikiran. Saya
lempar tas ransel dan langsung merebahkan tubuh ke tempat tidur. 1ngin istirahat tapi mata tak
mau terpejam. +anya menera!ang di langit'langit kamar. Saya tarik nafas panjang'panjang,
kemudian dalam hati saya bertekad Saya harus bisa buktikan nanti lulus U0P#N dan
masuk perguruan tinggi negeri. Dan, perjuangan itu dimulai...
Kata'kata guru saya seolah menjadi %ambuk penyemangat dalam belajar. Setiap hari
berkutat dengan soal'soal &MP". yang rumit itu. Kadang sering putus asa juga ketika tidak
bisa menyelesaikan soal'soal di hadapan saya. "api, bagaimanapun juga, kendala'kendala itu
harus bisa teratasi, berjuang terus untuk bisa menja!ab soal, biasanya saya berlatih dengan
bahan soal tahun'tahun sebelumnya. Kalau memang sudah mentok, melirik kun%i ja!aban
menjadi alternatif terakhir. $egitulah saya mele!ati hari'hari melelahkan itu....
$era!al dari kata'kata yang menyakitkan itu, saya bangkit dan berjuang. Saya per%aya
bah!a ketika berbuat maksimal, hasil yang akan diperolah pasti akan sebanding dengan usaha
tadi. Dan, benar juga, pada akhirnya saya bisa me!ujudkan salah satu impian saya, bisa masuk
perguruan tinggi negeri dengan mengambil jurusan yang lumayan fa@orit, 1lmu Komunikasi.
Kata'kata..ya, bera!al dari kata'kata...
/ata-kata memang ajaib. &ia bisa melemahkan dan juga bisa menguatkan,
tergantung dari -ara kita mensikapinya. 1ndai saja saya mensikapi kata-kata guru kimia
saya itu dengan negati,, tentu saja hanya menyakitkan dan membuat kesal. #api ketika
bisa merenungi dan mengubahnya menjadi energi positi,. alhamdulillah, ternyata bisa
menjadi spirit, penggugah dan penyemangat belajar sehingga pada akhirnya bisa menikmati
kuliah di kampus negeri.
Kadang kita kerap masih ingat dengan kata'kata teman atau siapapun yang begitu
menyakitkan kita. $ahkan sampai bertahun'tahun lamanya kata'kata itu tidak bisa lepas dari
ingatan. &ntuk itulah, kita harus mesti berhati'hati dengan kata'kata yang kita keluarkan, baik
se%ara lisan maupun tulisan. +anya ada dua pilihan, kata'kata yang baik atau yang buruk.
Saya sendiri pernah mendapat kata'kata yang %ukup bagus dari seorang teman kuliah,
dia pernah menulis di buku harian saya, bunyinya begini;
Sobat..., Dunia ini hanya digerakkan oleh gagasan beberapa orang saja dan aku
berharap, kamu adalah salah satunya
Dari kata'kata itu, kemudian bisa menginspirasi saya terjun serius ke dunia
kepenulisan dan perbukuan. Kata'kata itu memang singkat dan sederhana, tapi maknanya begitu
dalam bagi saya. $isa menjadi penyemangat untuk berkarya dan berkarya lagi.
&ntuk itulah, berhati'hati dengan kata'kata itu perlu karena dia begitu ajaib, bisa
menyenangkan dan menyakitkan. Kalau dihadapkan pada pilihan sadar, tentu kita akan
G?
menggunakan kata'kata itu untuk memberikan semangat orang, memberikan pen%erahan bahkan
bisa menjadikannya semakin dekat dengan "uhan. Semoga saja begitu, pertanyaannya sekarang,
sudahkah kita melakukannya...)
)ersihkan 0ushola )erhadiah 4ratis Sekolah
/angan kaget atau heran, kalau suatu hari Anda melihat seorang gadis belia tengah
membersihkan mushola di ka!asan Depok, /a!a $arat. Anda hanya perlu mendekat dan
tanyakan kepadanya perihal yang dikerjakannya. CSaya membersihkan mushola agar bisa gratis
sekolah,C ujar :ani tanpa malu'malu.
Ya, :ani memang tak pernah malu untuk mengerjakan hal itu. $aginya, membersihkan
mushola adalah pekerjaan mulia. Selain, 1nsya Allah, mendapatkan pahala, :ani juga
mendapatkan apa yang selama ini menjadi rintangan terbesar dirinya untuk mengenyam
pendidikan. Dengan pekerjaan itulah :ani mendapatkan imbalan yang membuatnya sering
bersyukur, ia dibebaskan dari ke!ajiban membayar uang sekolah. Karena mushola tersebut
adalah mushola milik sekolah tempat ia belajar.
:ani, 9A tahun, gadis ke%il yang mampu menyingkirkan rasa malunya dari teman'
teman sekolahnya lantaran menjadi pembersih mushola sekolah. $erbeda dengan teman'
temannya yang masih mendapat sokongan dari orangtuanya baik uang sekolah maupun uang
saku untuk jajan, :ani tak pernah men%i%ipinya. :ani sadar betul, orangtuanya tergolong tak
mampu, maka untuk tetap bersekolah, ia harus melakukan sesuatu. A!alnya :ani tak tahu,
sampai akhirnya pihak sekolah mena!arkan satu pekerjaan dengan imbalan gratis biaya
sekolah. /adilah :ani sang pembersih mushola. Dan ia senang melakukannya.
/angan pernah tanya berapa uang saku :ani untuk jajan di sekolah. Karena untuk
ongkos pulang pergi ke sekolah yang berjarak 6 km dari rumahnya pun :ani tak punya. 1a harus
berangkat lebih a!al agar tak terlambat berjalan kaki ke sekolahnya. Alhasil, tidak jarang
pakaian seragamnya basah oleh peluh setibanya di sekolah. Pulang ke rumah pun demikian.
Setelah membersihkan mushola, ia kembali ke rumah tetap dengan berjalan kaki.
:ani tak pernah bersedih, apalagi menyesali nasibnya. 1a merasa harus tetap berjuang.
Mungkin :ani tak pernah tahu, bah!a jalan yang tengah ditempuhnya kini adalah jalan yang
pernah dilalui orang'orang sukses terdahulu. "ak pernah ada orang sukses tanpa mengarungi
derasnya ombak kehidupan, dan tak satupun orang meraih sukses tanpa peluh.
Kelak, jika :ani menuai kesuksesannya. Pastilah sulit baginya melupakan terminal'
terminal perjalanan hidupnya. Mushola dan sepanjang jalan menuju sekolahnya, juga baju
seragam yang sering bersimbah peluh itu, akan senantiasa menjadi kenangan terindah yang tak
mungkin terhapus.KKK
)elajar dari 0ujahidah Senja
Oleh #iftahul $annah
Gika gelap datang tiba-tiba Ketika kita telah begitu terbiasa dengan cahaya terang-
benderang "ebi(ak apakah kita menyikapinyaA
Saya sebenarnya tidak terlalu mengenalnya dengan baik, ya... tidak sebelum dia benar'
benar menginspirasi saya. Dia adalah kakak angkatan saya. "idak banyak akti@itas bersama
yang pernah kami kerjakan. Sekedar bah!a kami sama'sama kuliah di satu uni@ersitas, satu
fakultas, satu jurusan, dan melibatkan diri di sebuah komunitas muslim fakultas, namun juga di
bidang yang berbeda.
Sampai suatu hari saya dikejutkan dengan berita bah!a beliau mengalami sakit yang
berefek terhadap penglihatannya. Di hari yang sama ketika saya mendengar berita seorang adik
angkatan meninggal dunia, juga teman seangkatan saya yang mengalami ke%elakaan yang
menyebabkan patah tulang kaki dan tangannya. Ya Allah, saya patut bersyukur dengan
ke%elakaan ke%il yang saya alami sore harinya karena emosi saya benar'benar teraduk'aduk
dengan berita'berita duka yang saya dengar sepanjang pagi hingga siang hari itu.
GO
Sayangnya, itupun tidak membuat saya menyegerakan diri silaturrahim ke
kediamannya untuk menjenguk atau sekedar menghiburnya. Yah, terlalu banyak alasan'alasan
tak bermutu untuk diungkapkan jika ditanya mengapa. +ingga suatu hari saya melihat
keramaian di taman fakultas, ada seseorang yang sedang dikelilingi di sana. Saya mendekat,
ingin tahu siapa orang yang dikelilingi. ternyata beliau, kakak angkatan saya itu. Subhanallah, ia
tandai saya dengan suara ta!a saya. Ketika itu saya berjanji untuk memba%akannya sesuatu,
karena diba%akan sesuatu 7buku, majalah, atau buletin8 telah menjadi akti@itas barunya pas%a
tidak lagi bisa melihat.
.amun lagi'lagi saya belum bisa menepati janji, hingga dua hari lalu saya
berkesempatan mele!ati sore yang berbalur hujan dengannya. Saya bersyukur sore itu
mengurungkan niat untuk kembali ke kos dan memilih mendekam sementara di sekretariat SK1.
Ketika saya masuk ke sekretariat ternyata ada beliau di sana, duduk di sudut sekretariat. Posisi
yang aman baginya. Danda'%anda ringan tak lepas dari bibir beliau. Kepada seorang rekan
beliau minta diba%akan edisi terbaru buletin mingguan SK1 kami yang terbit hari itu. (Saya tak
pernah mele!atkan -mbun*, katanya pada saya. Setelah rekan saya selesai memba%akan
-mbun, saya minta i#in memba%akan dua buah tulisan untuknya, teringat janji yang belum saya
tepati. "ulisan yang saya ba%a bukan hanya sekedar didengar, beliau senantiasa melontarkan
sekedar komentar bahkan menganalisis jika pernyataan tulisan yang saya ba%akan menarik begi
beliau untuk dianalisis.
"epat ketika saya selesai memba%akan tulisan kedua, a#an Ashar berkumandang. Saya
mengajaknya berangkat shalat. Perjuangan beliau berjalan dari posisi duduknya menuju
musholla, memakai sendal, mengambil !udhu, memperbaiki jilbabnya, memakai peralatan
shalat, memosisikan diri untuk shalat, melipat kembali alat shalatnya setelah selesai shalat,
berjalan kembali ke sekretarian SK1, sungguh menjadi pelajaran tersendiri bagi saya. "ak ada
keluhan, bahkan beberapa kali beliau menolak untuk saya tuntun, sebisa mungkin beliau
usahakan untuk mengerjakannya sendiri. Misalnya ketika saya hendak membantunya
memperbaiki jilbab sehabis !udhu, a!alnya ia menolak, meski kemudian ia i#inkan saya
membantunya karena baginya jilbabnya terasa tetap belum rapi.
(Di rumah kalau pakai jilbab dipakaikan siapa, Mbak)* tanya saya.
(Pakai sendiri dong* ja!abnya tetap dengan senyum.
$egitupun ketika saya berusaha menuntunnya berjalan, ia menolak. (.ggak usah
dipegangin, sendiri bisa kok* 1a lepaskan tangannya dari tangan saya dan berjalan sendirian,
meski harus menyeret tapak kakinya untuk meraba undakan, bahkan tersandung sapu berkali'
kali.
Selepas Ashar saya tak kuasa menepis keinginan untuk bertanya padanya, keinginan
yang sejak lama saya urungkan karena kha!atir pertanyaan saya akan menyakiti hatinya.
Pertanyaan klise, pasti sudah banyak yang menanyakan, dan saya tak berani memastikan ia mau
ber%erita. $isa jadi ia sudah bosan dengan pertanyaan itu'itu saja. .amun betapa stabilnya
keadaannya dalam pandangan saya, membuat saya benar'benar ingin mengambil hikmah
darinya. Siapakah yang siap mengalami kebutaan setelah hidup lebih dari dua puluh tahun
dengan penglihatan normal)
(Saya juga manusia, sejak pagi sampai siang saya menangis. >ajar kan)*
1tulah ja!abannya ketika saya tanya reaksi pertamanya begitu mengetahui bah!a ia telah benar'
benar tidak bisa melihat. (>aktu itu saya baru bangun. Saya tanya ibu kenapa gelap semua.
$eberapa !aktu sebelumnya pernah terjadi hal yang sama, ternyata lampu kamar memang
dimatikan. "api kini karena mata saya benar'benar tidak bisa melihat lagi.*
#api kemudian saya saya sadar, tidak ada yang sia-sia dari semua ini, 1llah
ambil penglihatan saya karena 1llah ingin menutup satu pintu ina untuk saya.
Subhanallah, itulah dia. /a!aban itu adalah kun%i utama bagi reaksi'reaksinya yang menyusul
kemudian atas apa yang ia alami. (Saya memang kehilangan satu, tapi saya dapat lebih banyak.
Memori saya jadi lebih kuat, pendengaran saya jadi lebih tajam, hati saya jadi lebih peka.*
Sungguh benar, bukan apanya dari ujian yang dialaminya yang menjadi pemikiran tapi
bagaimana ia menyikapi ujian itu yang memesona saya. (Fptimis*, kata itulah yang saat ini ia
patrikan dalam dirinya.
EGika #77#! mencintai seorang hamba *ia mengu(inya. Gika ia bersabar maka
#77#! memilihnya dan (ika ia rela maka #77#! mengutamakannya di sisi-2ya.F +#l-!adits0
GP
/etabahan seorang .bu
Oleh #iftahul $annah
Satu hal yang paling bisa membuat saya menangis hari ini <masa di mana saya sudah
beranjak de!asa dan harus berpisah dengan keluarga< adalah saat saya teringat ibu. 1ngat akan
!ajah lembutnya, senyum manisnya, kelembutan tuturnya, dan segenap nasihatnya selalu
mampu menjadi penentu setiap keputusan saya. Seolah ada reminder ajaib dari ibu. Sehingga
setiap saya ingin berbuat sesuatu, selalu ibu yang terbayang lebih dahulu.
Apakah yang akan saya lakukan disukai ibu atau apakah ini akan membuat ibu senang
selalu menjadi pertimbangan bagi saya. Di lain kesempatan, jika saya memperoleh sesuatu yang
menyenangkan, maka saya akan berkata (1ni saya persembahkan untuk ibu*. Saya meyakini
perasaan ini tidak hanya saya yang merasakannya.
Setiap anak tentu tidak akan memungkiri betapa peran ibu mempunyai porsi terbesar
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. $agaimana tidak) :uh seorang anak dititipkan
Allah melalui rahim ibu. Sembilan bulan sepuluh hari ia berbagi makanan, %airan, dan suplemen
tubuh lainnya dengan ibu. $ahkan setiap apa yang dikonsumsi ibu saat hamil bisa dipastikan
adalah untuk janin di rahimnya. Pada masa itu banyak penderitaan yang dialami ibu. Sulit
makan di a!al'a!al kehamilan, memben%i sesuatu yang paling disukai saat tidak hamil, sulit
bergerak, belum lagi maturational crisis 7krisis pada masa hamil 8 yang harus dialami.
Saat melahirkan sang bayi, ibu bahkan harus mempertaruhkan nya!anya. "idak sedikit
ibu yang meninggal saat melahirkan. Kemudian dimulailah masa'masa radikal dalam kehidupan
anak. Saat anak hanya mampu berkomunikasi dengan tangisan, o%ehan'o%ehan yang mungkin
hanya ibu yang memahaminya, gerakan tangan, tendangan kaki, dan genggaman jari. $egitu
lambatnya pertumbuhan kita namun begitu sabarnya ibu mengurus kita. Makan melalui mulut,
berbi%ara, berjalan, semuanya harus dipelajari. $ukankah ibu yang mempunyai peran terbesar
dalam tahapan itu)
Kita tumbuh menjadi anak'anak yang lin%ah dan %enderung nakal. Aktif dan selalu
ingin bermain. 1bu dengan sabarnya menemani kita kendati harus letih mengejar kita, melompat,
dan memanjat bersama kita. 1a dampingi tahapan'tahapan penting dalam pertumbuhan kita
dengan senyum dan harapan indah akan masa depan %erah kita. 1bu tanamkan a=idah dan
akhla=. Apa yang saat de!asa kita anggap benar, laik dan sesuai norma, bukankan kebanyakan
merupakan apa yang ibu tanamkan ketika ke%il)
/etika kita sakit, ibu adalah orang yang paling panik. /etika kita nakal, ibu
adalah orang yang paling sedih. /etika kita berhasil, ibu adalah orang yang paling
bahagia. %akinilah itu '
Saat kita beranjak remaja, masa yang penuh dengan kelabilan dan gejolak itu menjadi
aman dengan ibu di sisi kita. 1bu mampu menjadi teman %erita yang begitu setia. 1bu bisa
menjadi solusi dari persolan rumit akibat keegoan dunia remaja kita.
Seorang ibu tidak akan pernah menuntut balas semua pemberiannya kepada anak'
anaknya. +anya saja, apakah kemudian anak'anak juga tidak menyadari peranan ibu tersebut )
Setelah de!asa anak'anak mulai sibuk dengan dirinya sendiri. $erjuang sekuat tenaga
untuk mengembangkan karir dan mengukir kesuksesan. Sementara itu, ada ibu yang beranjak
tua dan mulai lemah.
>ahai kita, para anak. 3aikkah jika kemudian ibu kita tempatkan di panti !reda )
Menghabiskan sisa'sisa kehidupannya dan menanti mautnya dalam kesendirian ) Membiarkan
mimpi'mimpi untuk melihat anaknya berhasil, menyaksikan dan membersamainya, pupus dan
harus terkikis habis di panti jompo lantaran anak'anak sibuk dan tidak sempat mengurusnya.
Setelah begitu panjang dan beratnya perjuangan ibu mengurus kita saat ke%il dulu ) Padahal,
diri!ayatkan seorang laki'laki datang kepada .abi sa! seraya bertanya tentang orang yang
paling laik ditemani. :asulullah menja!ab, (1bumu.* 3aki'laki itu bertanya lagi, (3alu siapa
lagi)* (1bumu,* ja!ab .abi. (Kemudian siapa lagi)* tanya lelaki itu. (1bumu,* ja!ab .abi.
(Kemudian siapa lagi)* :asul menja!ab, (Kemudian ayahmu.*
Sungguh... 1bu pun butuh %inta dari kita, anak'anaknya. Wallahualam.
&ntuk para nenek di panti >reda Pakem, semoga senantiasa dalam perlindungan A33A+.
65
/asih sayang .bu
Oleh #iftahul Khair
Siang itu, aku berada dalam bis ekonomi jurusan $ekasi'$ogor yang sesak oleh
penumpang. $au keringat menusuk hidung, ber%ampur %ua%a panas dan kepulan asap rokok
disana'sini. Meski aku berdiri dekat @entilasi udara, tetap saja tak bisa mengurangi rasa gerah.
Panas sekali.
.amun di ujung sana, di atas kap mesin bis yang kutumpangi, seorang ibu menarik
perhatianku. Sepertinya ia tidak memedulikan panas ruangan di sekitarnya. Dengan tenang
digendongnya sang anak yang masih balita. Sambil menyusui anaknya le!at botol susu, sesekali
ia mengajak sang anak bergurau dan ber%anda. >alaupun mungkin anak seusianya belum
mampu merespon senda'gurau itu.
Melihat pemandangan itu, sejenak pikiran ini menera!ang jauh, Subhanallah, begitu
dahsyatnya kasih sayang orang tua kepada anaknya. "erutama kasih sayang seorang ibu.
KKK
Setiap kita tak akan bisa menghitung, berapa banyak kesusahan yang telah kita timpakan
kepada orang tua dari mulai kita berada dalam kandungan sampai saat ini. Sembilan
bulan kita berada dalam rahim ibu, diba(a, dira(atnya janin kita yang tak berdaya itu
dimanapun ia berada. #ak ada kata istirahat buat .bu. Saat tidurnyapun kita ini masih
begitu menyusahkan. =angankan tengkurap, tidur telentang saja dirasakan ibu begitu
berat./etika detik-detik kelahiran kian dekat, perjuangan .bupun semakin berat,
dihadapkan pada dua pilihan antara hidup atau mati. )ersimbah peluh, berlumur darah
untuk melahirkan anak kesayangan yang telah lama dinanti-nantikan.
Setelah kita lahir, kesusahan yang kita timpakan kepada duanya semakin bertambah
pula. Kita minum air susunya kapanpun kita mau. Ditengah kere!elan kita, segala ma%am
kebutuhan dan keinginan kita dengan sabar dilayaninya. >aktu istirahat 1bupun sering kita
Crampas.C Siang hari kita enak tidur, namun malam hari, saat 1bu atau $apak membutuhkan
istirahat, tangisan kita malah santer membuat mereka terjaga dan sulit terlelap kembali.
3alu apakah kesusahan yang kita timpakan kepada ibu selesai sampai di situ) "entu
tidak. /ustru semakin bertambah usia kita semakin bertambah pula kesulitan yang
ditanggungkan 1bu. Saat sekolah, misalnya, tak jarang kita yang menjalani ujian, namun justru
ibu kita yang lebih banyak berdoa dan lebih kha!atir. "akut tidak bisa'lah, takut tidak lulus'lah,
dan ke%emasan lain, yang kita sendiri kurang peduli.
Setelah kita bekerja atau berkeluarga, berkurangkah kasih sayang mereka) "idak sama
sekali. $iarpun diri kita telah dianggap mandiri, tetap saja 1bu mengkha!atirkan keadaan kita.
Seperti saat kita sakit misalnya.
Setelah kita berkeluarga, kasih sayang 1bu tetap tak berujung. >alaupun se%ara kasat
tampaknya lebih banyak di%urahkan kepada sang %u%u, "oh, tetap saja itu termasuk salah satu
!ujud kasih sayangnya kepada kita.
Maka, jika keduanya masih ada, bersikap santunlah kepada ibu dan bapak. $erbuatlah
yang terbaik bagi mereka. Simak Qirman Allah S>" dalam Al urEan surat Al E1sra, ayat 4B :
CDan "uhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik'baiknya. /ika salah seorang
diantara keduanya atau kedua'duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali'kali janganlah kamu mengatakan perkataan CahC, dan janganlah kamu membentak
mereka. Dan u%apkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.C
Andaikan orang tua kita telah dipanggil Allah S>", doakanlah mereka. Karena beliau
begitu merindukan doa'doa kita. Semoga saja kita tergolong sebagi anak'anak yang
shaleh.Aamiin.
0aa,kan ibu, bidadari ke-ilku
69
Malam belum seberapa tua, mata anak sulungku belum juga bisa dipejamkan.
$eberapa buku telah habis kuba%akan hingga aku merasa semakin lelah. CKamu tidur donk Dila,
1bu %apek nih ba%a buku terus, kamunya nggak tidur'tidur,C pintaku.
Ditatapnya dalam !ajahku, lalu kedua tangannya yang lembut membelai pipiku. Dan,
oh Subhanallah, kehangatan terasa merasuki tubuhku ketika tanpa berkata'kata di%iumnya kedua
pipiku. "ak lama, ia minta diantarkan pipis dan gosok gigi. 1a tertidur kemudian, sebelumnya
diu%apkannya salam dan maafnya untukku. CMaafin kakak ya $u. Selamat tidur,C ujarnya
lembut. Kebiasaan itulah yang berlaku dikeluarga kami sebelum tidur. Aku menghela nafas
panjang sambil kuperhatikan si sulung yang kini telah beranjak sembilan tahun. 1tu artinya telah
sepuluh tahun usia pernikahan kami.
Dentang !aktu didinding telah beranjak menuju tengah malam. Setengah duabelas
le!at lima ketika terdengar dua ketukan di pintu. 1tu %iri khas suamiku. Seperti katanya barusan
ditelepon, bah!a ia pulang terlambat karena ada urusan penting yang tak bisa ditunda besok.
Suamiku terkasih sudah dimuka pintu. Depat kubukakan pintu setelah sebelumnya
menja!ab salam. CAnak'anak sudah tidur)C Pertanyaan itu yang terlontar setelah ia bersih'
bersih dan menghirup air hangat yang aku suguhkan. CSudah,C ja!abku singkat.
CKamu %apek sekali kelihatannya. Dila baik'baik saja)C Aku menggangguk. CAku
memang %apek. "api aku bahagia sekali, bahkan aku pingin seperti ini seterusnya.C 3elaki
berusia tiga puluh lima tahun itu menatapku dengan sedikit bingung. CAkan selalu ada doEa
untukmu, karena keikhlasanmu mengurus anak'anak dan suami tentunya. Dan aku akan minta
pada Allah untuk memberimu pahala yang banyak,C hiburnya kemudian.
Aku tahu betapa ia penasaran ingin tahu apa yang hendak aku katakan, tapi ia tak mau
memaksaku untuk ber%erita. "ak sanggup aku menahan gejolak perasaan dalam dada yang
sepertinya hendak meledak. Kurangkul erat tubuhnya. CMaafkan aku mas,C bisikku dalam hati.
Pagi ini udara begitu %erah. Dila, sulungku yang semalam tidur paling akhir menjadi
anak yang lebih dulu bangun pagi. $ahkan ia membangunkan kami untuk sholat subuh bersama.
Mandi pagipun tanpa dikomandoi lagi. Dibantunya sang adik, +elmi, memakai %elana. Dila
memang telah trampil membantuku mengurus adiknya. "ak hanya itu, menyapu halamanpun ia
lakukan. "api itu dengan %atatan, kalau ia sedang benar'benar ingin melakukannya. Kalau
CangotC nya datang, !ah, !ah, !ah.
1nilah yang ingin aku %eritakan. Dila kerap marah berlebihan tanpa sebab yang jelas,
sampai membanting benda'benda didekatnya, menggulingkan badan dilantai dan memaki
dengan kata'kata kotor.
Memang aku pernah melakukan suatu kesalahan saat aku kesal menghadapi ulahnya.
Saking tak tertahannya kesalku, aku membanting pintu dan itu dilihatnya. >ajar saja kalau
akhirnya Dila meniru perbuatanku itu. Penuh rasa sesal saat itu, aku berjanji untuk tidak
melakukan hal itu kembali. Kuberikan penjelasan pada Dila bah!a aku salah dan hal itu tak
boleh ia lakukan. -ntah ia mengerti atau tidak.
+ari itu Dila bangun agak siang karena kebetulan hari Minggu, pakaiannya basah kena
ompol. Padahal ia tak biasanya begitu. Segera saja kusuruhnya mandi. "api Dila menolak,
dengan alasan mau minum susu. C$oleh, tapi setelah minum susu, kakak segera mandi ya karena
baju kakak basah kena ompolC Dila menyetujui perjanjian itu. "api belum lagi lima menit
setelah habis susu segelas, ia berhambur keluar karena didengarnya teman'temannya sedang
main. Mandipun urung dikerjakan. Aku masih mentolelir. "api tak lama berselang CKak Dila.
mandi dulu,C aku setengah berteriak memanggilnya karena ia sudah berada diantara kerumunan
anak yang sedang main lompat tali. CSebentar lagi $u. Kakak mau lihat .isa dulu,C begitu
ja!abnya.
Aku masih belum bereaksi. Kutinggal ia sebentar karena +elmi merengek minta susu.
Setelah membuatkan susu untuknya, aku keluar rumah lagi. Kali ini menghampiri Dila.
C>aktumu sudah habis, sekarang kamu mandiC, bisikku pelan ditelinganya. Dila bereaksi
menamparku keras, C.anti dulu,C aku tersentak, mendadak emosiku membludak. Aku balas
menampar Dila hingga meninggalkan bekas merah di pipi kanannya. "anpa berkata'kata lagi,
kuseret tangannya sekuat tenaga. Dila terus meronta. Kakiku digigitnya. Aku dengan balas
men%ubit. 3aiknya sebuah pertarungan besar kami saling memukul dan meninggikan suara.
Setibanya dikamar mandi Dila kuguyur berulang'ulang, kugosok badanya dengan keras, kuberi
sabun dan kuguyur lagi hingga ia tampak gelagapan. Aku benar'benar kalap. Selang beberapa
64
menit kemudian, kukurung Dila dikamar mandi dalam keadaan masih tidak berpakaian. 1a
menggedor'gedor pintu minta dibukakan. $erulang kali ia memaki dan mengatakan akan
mengadukan kepada ayah.
"ak berapa lama kemudian suara Dila melemah, hanya terdengar isak tangisnya. Aku
membukakan pintu dengan mengomel. CMakanya, kalau disuruh mandi jangan menolak, 1bu
sampe %apek, dari tadi kamu menolak mandi terus. A!as ya kalau seperti ini lagi. 1bu akan
kun%i kamu lebih lama lagi. Paham,C, entah ia mengerti atau tidak. Dila hanya menangis meski
tidak lagi meraung.
Setelah rapih berpakaian, menyisir rambut dan makan. Dila seolah melupakan kejadian
itu. 1apun asyik kembali main dengan teman'temannya. Peristi!a itu tidak hanya satu dua kali
terjadi. "idak hanya pada saya ibunya tapi juga pada ayahnya. "api, %ara suamiku
memperlakukan Dila sangat berbeda. $arangkali memang dasarnya aku yang tidak sabar
menghadapi anak re!el. "iap kali itu terjadi, %ara itulah yang aku lakukan untuk mengatasinya.
$ahkan mungkin ada yang lebih keras lagi dari itu.
"api apa yang dilakukan Dila pada saya, Subhanalloh, &ila tak pernah
men-eritakan perlakuanku terhadapnya kepada siapapun. Seolah ia pendam sendiri dan
tak ingin diketahui orang lain. Akupun tak pernah men%eritakan kepada suami, kha!atir kalau
ia marah.
Padahal Dila itu anak kandungku, anak yang keluar dari rahimku sendiri. Aku kadang
memben%inya, tidak memperlakukan dia laiknya aku memperlakukan +elmi adiknya. Dila anak
yang %erdas. Selalu %eria, gemar menghibur teman'temannya dengan memba%akan mereka buku
yang tersedia dirumah. $ahkan teman'temannya merasa kehilangan ketika Dila menginap di
rumah neneknya diluar kota, yang %uma dua malam.
$elaian lembut tangan suamiku menyadarkan aku. Kulepas pelukanku perlahan. "ak
sadar air mata menyelinap keluar membasahi pipi. CSudahlah, malam semakin larut. Ayo kita
tidur,C ajaknya lembut. Aku berusaha menenangkan gemuruh dibatinku. Astaghfirullah, aku
beristighfar berulang kali. CAku mau tidur dekat Dila ya)C pintaku. 3agi'lagi kearifan suamiku
membuatku semakin merasa bersalah. Kuhampiri Dila yang tampak pulas memeluk guling
kesayangannya. Sis!i kelas tiga SD itu begitu baik hati. Aku malu menjadi ibunya yang kerap
memukul, berkata'kata dengan suara keras dan...oh Dila maafkan 1bu.
Disisi Dila bidadari ke%ilku, aku bersujud di tengah malam. CYa Allah, melalui Dila,
-ngkau didik hambamu ini untuk menjadi ibu yang baik. Aku bermohon ampunan kepada'Mu
atas apa yang telah kulakukan pada keluargaku, pada Dila. $eri hamba kesempatan
memperbaiki kesalahan dan ingatkan hamba untuk tidak mengulanginya lagi. &ila, maa,kan
.bu nak, kamu banyak memberi pelajaran buat .bu.+
Sebuah renungan untuk para ibu 7termasuk saya didalamnya8. Semoga kita semakin
menyayangi anak'anak dan memperlakukan mereka dengan baik. Sebagaimana diingatkan
dalam sebuah hadits .abi SA> agar manusia menyayangi anak'anaknya. Ketika A=raE bin
+abis At "amimi mengatakan bah!a ia memiliki sepuluh anak tapi tak pernah men%ium salah
seorang diantara mereka, :asululloh SA> bersabda Cbarangsiapa yang tidak menyayangi maka
dia tidak disayangiC 7+:. $ukhari dan "irmi#i8
Penjaja /uepun )erumroh, Subhanalloh*
Satu kenangan spesial yang tidak pernah dilupakan oleh salah seorang rekan saya asal
"renggalek, ketika berkunjung ke tempat saya beberapa tahun lalu, adalah suara seorang penjaja
kue. Dua hari selama tamu saya ada di rumah, dua kali itu pula dia mendengarnya:
C/ajaaannnn00 /ajaaaannnnnn00C
-ntah berapa tahun sudah suara pedagang ini EberkumandangE, berkeliling setiap hari di
perkampungan kami. Khas sekali suaranya. Perempuan itu dikenal masyarakat sebagai penjual
jajan keliling. Satu keranjang ke%il, ditaruh di atas kepalanya, pia!ai sekali. Mengenakan
pakaian khas /a!a sederhana dengan kepala dililit kerudung, tiada sore terle!atkan tanpa
kehadiran suara pedagang ini. +ujan pun bukan penghalang baginya. Pisang goreng misalnya,
salah satu jajanan yang dita!arkan, menjadi fa@orit kami.
Sesekali, se%ara bergantian tangan kanan dan kirinya menahan keranjangnya, agar
tidak jatuh. Menyusuri lorong'lorong perkampungan ke%il, menghampiri rumah demi rumah
6B
pelanggan yang biasa membutuhkan sna%k sore, menemani minuman teh mereka. Aroma aneka
jajanan yang dita!arkan, membuat orang tidak pernah mele!atkan. 3epas sholat ashar, tanpa
diundang, kue'kue hangat ini ibarat free deli@ery. Sang pedagang sepertinya sudah memiliki
jad!al paten siapa gilirannya dan jam berapa mendapatkannya.
CMbak "in penjual kueC, begitu kami memanggilnya. Dia telusuri hari'harinya,
bersaing dengan pedagang'pedagang keliling lainnya. Ada yang menjajakan bakso, nasi goreng,
rujak, bakpao, pangsit mie, soto ayam, dan pedagang lain yang menarik gerobak. $erbeda
dengan Mbak "in, pedagang'pedagang keliling ini rata'rata berasal dari luar perkampungan
kami.
Mbak "in tinggal di gubug reyot di pojokan kampung kami. Saya yakin, kalaupun
pemerintah kota mengetahuinya di pinggir jalan, gubug ini jadi salah satu prioritas penggusuran
karena EmenggangguE pemandangan. Mbak "in tinggal bersama seorang anak laki'lakinya.
Adalah di luar pengetahuan saya tentang kapan dia ditinggal pergi oleh sang suami. Sejak
tinggal di gubug tersebut, hanya mereka berdua yang kelihatan.
Alhamdulillah dagangannya selalu laris. Sebelum ad#an maghrib tiba, ia sudah
kembali ke rumahnya. CMbak "in...,C teriakku sore itu sekitar jam empat tiga puluh. Dia pun
menoleh, men%ari tahu dari mana arah suara tadi. CMasih ada pisang gorengnya, Mbak)C
tanyaku, kepada orang yang usia sebenarnya tidak terpaut jauh dengan 1buku. "api karena
orang'orang semua memanggilnya Mbak "in; jangankan saya, anak'anak "K saja
memanggilnya dengan sebutan EMbakE. CMaaf Mas, sudah habis. Singkong gorengnya masih,C
ta!arnya. C1ya deh,C ja!abku.
Mbak "in terkenal ramah. Frang'orang senang sekali kepadanya. "erkadang kualitas
sebuah produk menjadi prioritas kedua seorang %ustomer. Sebaliknya, pelayanan yang baik dan
ramah menduduki posisi satu tingkat di atasnya. 1tu semua diajarkan dalam 1slam. $ah!a
bukankah u%apan salam dan senyuman juga ibadah yang memba!a berkah) 1tulah rumus yang
diaplikasikan oleh Mak "in, seorang ibu sederhana penjual jajan yang tidak pernah melupakan
salam dan hamdalah dalam keseharian bisnis ke%ilnya.
Sebenarnya, bukan karena keramahan dan kesupelannya saja yang mendorong orang'
orang di kampung kami untuk membeli dagangannya. Kelebihan lain yang dimiliki ibu satu
anak ini adalah keterampilan mengajari Al'urEan. Dibandingkan dengan kami, orang'orang
kebanyakan, Mbak "in beruntung dalam masalah ini. Makanya orang'orang di kampung
memper%ayakan anak'anak mereka untuk diajar memba%a Al'urEan oleh Mbak "in.
Setiap sore, lepas maghrib, Mbak "in mengajari anak'anak memba%a ayat'ayat su%i
Al'urEan. Kadang di surau, tidak jarang di rumahnya sendiri. Dengan fasilitas bentangan tikar
yang sudah kusam, anak'anak duduk di lantai, mendengarkan: Alif, ba, ta, tsa0 begitulah
seterusnya. Proses belajar mengajar di EforumE yang jauh dari sentuhan konsep para ahli
pendidikan maupun sarana teknologi %anggih ini berlangsung terus'menerus.
$uahnya, kita tidak pernah menyangka, bah!a perubahan moral kerohanian yang
dihasilkan dari sumbangsih perempuan penjual jajan ini bisa saja lebih besar ketimbang itu
semua. Anak'anak kampung yang kini sudah besar dan EbertebaranE di bumi Allah, se%ara tidak
langsung telah menikmati dan mengamalkan sebagian EajarannyaE. Karena jasa Mbak "in
mereka pandai memba%a Al'urEan, sekalipun kini ada yang duduk di 1A1..
Sementara banyak anak didiknya yang tinggal di rumah'rumah yang laik, guru
EmadarasahE ke%il ini tetap isti=omah di gubug yang sudah hampir ambruk.
Selama bertahun'tahun, Mbak "in telah memanfaatkan EmadarasahE ala kadarnya guna
melestarikan EKalam 1lahiE dalam benak %alon'%alon generasi mendatang. Selama itu pula,
sayangnya, orang'orang di perkampungan kami tidak ada yang tergerak untuk memberikan
uluran tangannya guna memperbaiki EmadarasahE nya. +ingga suatu hari, atas inisiatifnya
sendiri, Mbak "in berkunjung ke rumah Pak Ahmad, seorang pedagang barang'barang
bangunan di sudut jalan yang dikenal sebagai satu'satunya orang pemelihara masjid di
lingkungan kami.
CPak +aji,C katanya. C1ni saya serahkan uang tabungan saya bertahun'tahun, sepuluh
juta rupiah, saya minta bantuan $apak untuk menggunakan uang ini buat memperbaiki rumah
saya yang sudah reyot,C Mendengar permohonannya, Pak +aji Ahmad baru tersentuh. Sadar
bah!a selama ini beliau merasa kurang perhatian terhadap kebutuhan 2uru Mengaji ini.
6G
C$aiklah,C ja!ab Pak Ahmad. +ari itu juga, Pak Ahmad memulai kalkulasi bahan'
bahan bangunan yang dibutuhkan. Permintaan Mbak "in yang semula hanya memperbaiki
bagian rumah yang rusak, oleh Pak +aji bangunan dirobohkan se%ara keseluruhan. Kemudian
dibangunnya rumah baru. Kelebihan dana yang dikeluarkan untuk mendirikan bangunan baru
tersebut seluruhnya dipikul oleh Pak +aji. Subhanallah. :umah Mbak "in yang semula terjelek
di perkampungan itu, kini nampak %antik sekali. $ahkan paling baik kondisinya dibandingkan
rumah'rumah di sebelahnya.
CMbak "in tidak usah memikirkan berapa sisa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
bangunan ini. Saya ikhlas,C Kata Pak Ahmad suatu hari ketika Mbak "in menanyakan jumlah
uang yang dikeluarkan untuk memperbaiki rumahnya. Mbak "in sadar, bah!a uang yang
diserahkan Pak Ahmad, jauh dari %ukup untuk merampungkannya.
"idak haya sampai di situ kebahagiaan yang dialami Mbak "in. Selama bertahun'tahun
mengajar anak'anak mengaji, ternyata ada pula seseorang yang memperhatikan dari EjauhE.
Seorang derma!an yag ingin agar ustad#ah ini berkesempatan melihat $aitullah dari dekat.
:umah Allah. "empat ibadah yang didambakan semua umat 1slam.
$etapa bersyukurnya Mbak "in mendengar berita ini. Mungkin ia berpikir, mana
mungkin seorang penjual jajan pasar mampu membiayai perjalanan ke Masjidil +aram. Seumur
hidup pun kalau dia mau menabung, di jaman sekarang ini, tidak bakal tertutupi biayanya.
Apalagi kebutuhan terhadap kondisi rumahnya juga membutuhkan penanganan segera.
.amun di tengah segala kesulitan yang dialaminya, rupanya Allah S>" memberikan
kemudahan. "idak ada orang yang akan pernah menyangka bah!a Mbak "in bakal berkunjung
ke Mekah. Melaksanakan ibadah umroh.
+ari ini, tanggal dua puluh enam April, tahun dua ribu lima, 2uru Mengaji di
kampung kami, Mbak "in, berkemas'kemas menuju bandara. Puluhan orang, termasuk bekas
anak'anak didiknya, memadati rumahnya. Sebagian besar mereka meneteskan air mata, terharu
mengingat besarnya jasa perempuan penjaja pisang goreng itu selama ini. Mengingat betapa
Allah Mahabijaksana, memberangkatkan kaum papa seperti dia. $ertahun'tahun sudah dia
baktikan hidupnya untuk sebuah kepentingan yang jarang dilirik orang sebagai suatu prestasi.
Apalagi sebuah karir , +ari ini, Allah S>" telah melengkapi kebahagianya. Selamat menempuh
perjalanan ke $aitullah Mbak "in ,
Perempuan-perempuan #eguh
Oleh Adi $un%unan #ustafa
Kebanyakan kita tidak hidup di suasana perang, seperti pada generasi kakek'nenek kita
yang melalui masa'masa perang kemerdekaan, seperti masa'masa perjuangan di Afghanistan,
seperti suasana di Palestina hingga saat ini, dan seperti suasana di masa :asulullah sa! dan para
sahabatnya hidup.
Dalam satu buku sirah yang memenangkan satu lomba penulisan Sirah .abi
Muhammad sa! yang diadakan :abithah EAlam 1slamiy, dipaparkan bah!a dalam kurang lebih
95 tahun masa kehidupan .abi di Madinah, tidak kurang terjadi OB kali peperangan dan
ekspedisi pasukan. Artinya setiap tahun rata'rata terjadi delapan kali peperangan atau ekspedisi
atau setiap satu setengah bulan sekali.
$ayangkan bagaimana kekuatan ji!a para shahabiyyah dalam menghadapi suasana
seperti itu. Setiap kali melepaskan suami atau anak laki'laki mereka, para istri dan para ibu itu
siap untuk menerima kepergian orang yang di%intainya untuk selamanya. Setidaknya begitulah
kesiapan yang mereka miliki dalam dimensi kehidupan dunia. $egitu ji!a'ji!a para perempuan
Palestina begitu teguh melepaskan suami dan anak'anak mereka berjuang merebut kemerdekaan
negerinya.
Allah s!t. telah melebihkan mereka dengan momentum !aktu yang membuat ji!a
mereka teguh. Dita'%ita mendapatkan suami atau anak'anak yang pejuang dan menjadi syuhada,
pahla!an yang gugur di jalan Allah adalah %ita'%ita yang nyata bagi mereka. Dinta mereka
kepada suami dan anak'anak tidaklah dibatasi pada sentuhan fisik semata. Mereka telah
melambungkan %intanya ke kehidupan yang lain, yang kekal abadi. Mereka telah membingkai
%intanya dalam fikrah yang tinggi, ideologi yang menghantarkannya pada pun%ak kemanusiaan.
66
Qikrah yang diserap dari taujih :abbani, pengajaran dan pengarahan dari Allah Yang
Maha "inggi dan Maha $ijaksana Pada medan perjuangan bangsa Afghan saat mengusir agresor
:usia, seorang istri pejuang pernah ditanya !arta!an, CApakah 1bu tidak takut, jika suami 1bu
meninggal. $agaimana 1bu akan hidup dan menghidupi anak'anak kelak)C Si 1bu hanya
tersenyum. "api dari sorot matanya terpan%ar keyakinan yang dalam. 1a menja!ab, CSuami saya
hanyalah seorang pemakan ri#ki dan bukan Pemberi :i#ki,C
Dalam buku C2hirahC, $uya +amka pernah berkisah. Salah satu perkampungan di
"anah Minang diserbu $elanda. Pasukan mendapatkan seorang perempuan sedang menumbuk
padi di depan sebuah rumah gadang. Seorang tentara $elanda menghardiknya dan menanyakan
apakah di rumah ada orang laki'laki. Dengan tegas si perempuan menja!ab,C"idak ada,C "oh
pasukan memeriksa rumah itu dan ternyata didapati ada seorang lelaki bersembunyi di dalam
rumah. Perempuan itu pun dihardik lagi oleh tentara $elanda, CKamu sudah berdusta ya... "adi
kamu bilang tidak ada orang laki'laki, ternyata ada,C Perempuan itu tidak menunjukkan !ajah
gentar sedikitpun. Dia malah menja!ab lantang, +%ang kalian temukan itu bukan lelaki,
sebab para lelaki adalah mereka yang berjuang di hutan-hutan. )ukan penge-ut yang
bersembunyi di rumah'+
$apak saya ber%erita, bagaimana kondisi desanya di Kuningan sana saat dikabari akan
ada serangan dari $elanda Ientah berapa kali $apak men%eritakan kisah iniJ. Suara letusan dan
desing peluru mulai terdengar, pertanda tengah terjadi pertarungan seru antara para pejuang
mela!an penjajah $elanda tidak jauh dari desa. "api kekuatan pasukan pejuang tak mampu
menahan serbuan, hingga beberapa utusan pejuang datang ke desa dan memerintahkan para
perempuan dan anak'anak untuk meninggalkan desa. Saat itu terlihat bagaimana -nin
Ipanggilan saya untuk nenek yang tak pernah saya jumpai, karena !afat saat $apak masih
remajaJ begitu tenang dan teguh mengurus anak'anaknya yang masih ke%il'ke%il untuk pergi
mengungsi. $apak saya adalah anak terbesar. &sianya baru sekitar 9B'9G tahunan. 1a mesti
membantu -nin dengan sekuat tenaga. Di mana -ngki, kakek saya) Saat itu ia tak ada di tengah
keluarga, karena tengah bergerilya di hutan'hutan. -nin telah berusaha mempersiapkan
segalanya. "ak ada !aktu santai. Semua persiapan mesti dilakukan serba %epat. Serempak
bersama anak'anaknya, termasuk $apak saya, -nin berjalan dan berlari meninggalkan desa.
Ketika telah beberapa kilometer meninggalkan desa, -nin tiba'tiba berteriak, CAstagfirul3aah...
&jang, si Ftong tertinggal,C $apak saya, si &jang yang dipanggil -nin, segera diperintahkan
-nin untuk kembali ke desa, mengambil si Ftong, yang tak lain adik bungsunya. Paman saya
+arits alias si Ftong, alhamdulil3ah, bisa temukan dan diselamatkan. Meskipun $apak
men%eritakan dengan sedih, bah!a seorang bapak di kampung yang menemaninya saat hendak
keluar desa lagi, di tengah jalan tertembak peluru $elanda yang meninggal. $apak melihat
langsung kejadian ini.
Saya tidak bisa membayangkan betapa teguhnya perempuan'perempuan segenerasi
-nin. Dalam kondisi berat ditinggal suaminya yang lebih banyak bergerilya, ia tak pernah
terlihat mengeluh kepada -ngki. 2ambaran khidmat'nya pada suami digambarkan $apak saya
dalam kalimat, C-ngki itu tak pernah makan ikan, ke%uali duri'durinya sudah -nin pisahkan...C
Saya membayangkan, jika perempuan'perempuan teguh seperti para shahabiyyah,
seperti isteri para pejuang di Palestina atau Afghanistan, seperti perempuan penumbuk padi di
"anah Minang, seperti generasi -nin hadir di masa ini, maka mereka akan menjadi penyejuk
dan penyemangat para suami yang tengah berjuang.
Medan perjuangan saat ini memang bukan di tengah desingan peluru. Ada desingan'
desingan lain yang tak kalah dashyatnya, yaitu desingan peluru yang meluluhlantahkan
moralitas. Peluru dusta dan peluru penghianatan kepada kebenaran dan kepada orang banyak.
Peluru yang membuat orang rakus dan lupa kepada mereka yang papa. "antangan yang dihadapi
saat ini, bukanlah medan perang gerilya di hutan'hutan. Medan perjuangan saat ini ada di dunia
birokrasi, ada di dunia bisnis dan ada di tengah'tengah masyarakat. Atau bahkan medan
perjuangan itu ada dalam diri sendiri; Mela!an segala nafsu jahat yang setiap saat terus dihasut
syaitan. Pada medan juang yang berbeda ini tetap dibutuhkan perempuan'perempuan teguh.
Mereka pandai memaknai medan juang kontemporer, sehingga ji!anya disiapkan untuk
berjuang. Mereka tak akan rela suaminya hanya menjadi pe%undang peradaban materialisme.
Mereka akan dukung perjuangan suaminya, meskipun kehidupan yang dihadapi menjadi berat.
Mereka akan besarkan anak'anaknya untuk menghadapi tantangan #aman. Mereka harus %erdas,
sekaligus sabar dan memiliki ji!a kasih sayang yang besar. KKK
6A
*ipersembahkan secara khusus untuk para istri yang mesti terpisah (auh dari suami
mereka yang tengah merantau untuk satu misi mulia bersabarlah. "emoga #llah mencatat
kondisi ini sebagai kondisi per(uangan.
.bunda Perkasa dari #anah &uka
Oleh #iftahul $annah
Di antara puing'puing luka dan penderitaan para korban gempa di Yogyakarta dan
/a!a "engah, ada banyak keperihan yang tersingkap, ada banyak duka yang terkuak, namun ada
pula kekaguman yang tersibak. Kekaguman yang semakin menguatkan keyakinan pada diri
saya, bah!a seorang ibu memanglah sosok yang amat mulia.
.amanya ibu "uminem. Saya bertemu dengannya dihari ke'enam gempa yang
menimpa Yogya dan /a!a "engah. 1bu bertubuh ke%il itu datang ke posko Masjid Mardliyyah
'tempat saya berkati@itas sebagai rela!an' dengan menggendong bayinya. >ajahnya sendu dan
tampak amat letih. 1a terduduk di tangga masjid, menangis sambil tak putus mengu%ap istighfar.
:ekan saya sesama rela!an mendekati beliau, mengusap punggungnya dan
membiarkan hingga tangisnya reda. Saya menyusul mendekati dan menghibur bayinya yang
juga mulai menangis.
($agaimana, $u)* Pertanyaan itu seolah telah terekam dan selalu menjadi pertanyaan
pertama bagi kami tim psikologis untuk bisa mendapatkan aliran %erita dari para korban demi
mereka bisa mengungkapkan apapun yang mereka rasakan.
1bu "uminem menghapus air matanya dan sekali lagi melafalkan istighfar.
(Saya men%ari anak saya, Mbak. Sudah enam hari saya tidak bertemu dengan anak saya. Saya
sudah tiga hari men%arinya ke semua rumah sakit, tapi nggak ketemu'ketemu* ujarnya
tersendat'sendat karena dibarengi tangisan. (Keluarga yang lain bagaimana, 1bu)* tanya saya
lagi. (Suami saya meninggal...* kalimatnya terputus dan ia mulai menangis lagi, lalu kembali
menghapus air matanya dan melafalkan istighfar. (Saya ngurusin jena#ah suami saya sampai
dimakamkan dulu baru men%ari anak saya* tambahnya. >aktu kejadian bagaimana, 1bu)*
(>aktu gempa saya udah keluar rumah, belanja ke !arung. 1bu mertua saya %u%i piring, suami
dan anak saya yang kedua masih tidur. Anak saya yang pertama udah main ke luar. Suami dan
anak saya yang kedua ketimpa reruntuhan. "api anak saya yang pertama nggak tahu entah
kemana* ujarnya tetap berurai air mata.
5nnalillaahi, sungguh Allah berkuasa atas segala sesuatu. Derita bu "uminem ibarat
sinetron bagi saya, kehilangan suami dan terpisah dari darah daging sendiri.
(Saya harus ketemu anak saya, Mbak. Kasihan dia, sudah enam hari tidak bertemu
ibunya. Saya tidak tahu harus men%ari kemana lagi. Saya %uma berharap dia diantar ke
Magelang* tambahnya. 1a mulai menangis lagi. (Putera yang kedua bagaimana, $u)* (Ada,
Mbak. Dira!at di Panti :apih, tangannya patah.*
(Di sana ada yang jagain)* (Ada budenya. Dia lagi ulang tahun, merengek'rengek
terus minta dibelikan kue ulang tahun. Saya nggak tahan, saya nggak punya apa'apa lagi. >aktu
gempa itu saya %uma ngantongin uang dua puluh lima ribu, itupun udah terlanjur saya
belanjakan sayur. Sisanya habis untuk ongkos nyari'nyari anak saya. Makanya saya kesini,
sambil nyari anak sulung saya ke Sarjito. Saya menjanjikan kue ulang tahun pada anak saya...*
bu "uminem mulai menangis lagi.
$asya #llah... seorang anak tetaplah seorang anak, ia ingin hari ulang tahunnya lebih
berarti dengan kue ulang tahun. "ak peduli kakaknya entah di mana, ayahnya telah tiada, dan
ibunya telah menjadi papa. Sedang ibu tetaplah ibu, tak kan kuasa seorang ibu memupus
harapan anaknya, !alau tak tahu dengan apa dia mendapatkan kue ulang tahun itu, tetap saja ia
janjikan pada anaknya.(Putera yang ulang tahun namanya siapa, $u)* tanya saya (Sena, Mbak*
(1ni ulang tahun yang ke berapa )* ("ujuh tahun, kenapa Mbak)* bu "uminem
bertanya balik. (.ggak apa'apa, $u. Sekarang ibu makan dulu saja, kalau ibu nggak makan
6?
kasihan anak'anak. Apalagi yang bungsu masih menyusu. Kalau ibu sakit kan lebih repot*
dengan sedikit memaksa kami meminta bu "uminem untuk makan, sudah sehari lebih beliau tak
makan. Sedang bungsunya kami berikan susu, karena sudah berhari'hari pula dotnya hanya
berisi air teh dingin.
Saya dan dua rekan rela!an memutuskan untuk me!arnai ulang tahun Sena dengan
sebuah kue ulang tahun. Selepas membeli kue ulang tahun kami mengantar bu "uminem ke
Panti :apih dengan motor. "ubhanallah, sesampainya di rumah sakit kami tak bisa menemukan
Sena, karena lokasi tempat ia dira!at pagi harinya telah bersih dari korban gempa yang dira!at.
$u "uminem mulai panik lagi.
(Kok nggak ada ya, Mbak) "adi pagi masih di sana pakai tenda* tunjuknya pada
taman di barat rumah sakit. (Mungkin udah dipindah, $u. Kita tanya saja* saya men%oba
menenangkannya. Pasien'pasien di :S Sarjito tempat saya berakti@itas sudah sejak dua hari
yang lalu dipindah ke areal parkir rumah sakit, pasti di rumah sakit ini demikian juga, batin
saya.
3antas kami menemui petugas keamanan. Fleh beliau kami ditunjukkan beberapa
tempat yang mungkin menjadi lokasi baru pera!atan putera bu "uminem. "ernyata di tempat'
tempat itu tidak ada pasien dengan nama Sena :amadhani, nama putera bu "uminem.
-ntah bagaimana kemudian terbersit pikiran bah!a putera bu "uminem telah diba!a
pulang keluarga ke Magelang. Selepas dhuhur bu "uminem memang beren%ana melanjutkan
pen%arian putera sulungnya ke Magelang, ke tempat orang tuanya. Pikiran itu diperkuat dengan
pernyataan tetangga bu "uminem yang kebetulan berpapasan di rumah sakit dan baru datang
dari Magelang. $ahkan kata beliau putera sulungnya juga ada di sana.
$u "uminem langsung berhamdalah, bahkan hampir menyungkurkan dirinya ke lantai
untuk bersujud. .amun saya dan rekan'rekan merasa tetap memerlukan data bah!a putera
kedua beliau memang telah diba!a pulang. "ernyata benar, di data pasien pulang ada nama
yang dikenali bu "uminem, yaitu ibu Dariyem. Pantas saja kami tidak menemukan nama Sena,
karena nama yang di%antumkan di data adalah nama budenya. (:asanya ibu seperti disiram air
dingin, .ak* kata bu "uminem pada puteri bungsu di gendongannya.
(#lhamdulillah, ya $u* kami turut berbahagia dengan kebahagiaannya. Kami hanya
bisa mengantarnya hingga ke terminal menuju Magelang seraya berharap ia bisa berkumpul lagi
dengan anak'anaknya di sana.
"ubhanallah, pasti ada banyak bu "uminem lain selepas gempa tektonik lalu. Saya
berdoMa semoga beliau mampu menjalani hidupnya ke depan dengan teguh sebagaimana
keteguhannya men%ari putera sulungnya, dan semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih
sayang padanya sebagaimana kasih sayang'.ya mengumpulkan kembali si ibu dengan anak'
anaknya.
0andikan aku, mom*
:ani, sebut saja begitu namanya. Ka!an kuliah ini berotak %emerlang dan memiliki
idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang
terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. EE>hy not the best,EE katanya
selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.
Ketika &ni@ersitas mengirim mahasis!a untuk studi +ukum 1nternasional di
&ni@ersiteit &tre%ht, $elanda, :ani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan
pendidikan kedokteran. $erikutnya, :ani mendapat pendamping yang EEsele@elEE; sama'sama
berprestasi, meski berbeda profesi.
Alifya, buah %inta mereka, lahir ketika :ani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan
dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. 3engkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera
mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah EEalifEE dan huruf terakhir EEyaEE, jadilah nama yang
enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai
anak yang pertama dan terakhir.
Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia A bulan, kesibukan :ani semakin
menggila. $ak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara
ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, EE"idakkah si Alif terlalu ke%il untuk ditinggal'
tinggal)EE Dengan sigap :ani menja!ab, EEFh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya.
-@erything is FK,EE
6O
&%apannya itu betul'betul ia buktikan. Pera!atan dan perhatian anaknya, ditangani
se%ara profesional oleh baby sitter mahal. :ani tinggal mengontrol jadual Alif le!at telepon.
Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lin%ah, %erdas dan gampang mengerti. Kakek'neneknya
selalu memompakan kebanggaan kepada %u%u semata !ayang itu, tentang kehebatan ibu'
bapaknya. "entang gelar dan nama besar, tentang naik pesa!at terbang, dan uang yang banyak.
EEDontohlah ayah'bunda Alif, kalau Alif besar nanti.EE $egitu selalu nenek Alif, ibunya
:ani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Alif berusia B tahun, :ani ber%erita kalau dia minta adik. "erkejut dengan
permintaan tak terduga itu, :ani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan
mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. 3agi'lagi bo%ah
ke%il ini EEmemahamiEE orang tuanya. $uktinya, kata :ani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif,
tampaknya me!arisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap
pulang larut, ia jarang sekali ngambek. $ahkan, tutur :ani, Alif selalu menyambut
kedatangannya dengan penuh %eria. Maka, :ani menyapanya EEmalaikat ke%ilkuEE.
Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk,
Alif tetap tumbuh penuh %inta. Diam'diam, saya iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang :ani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak
dimandikan baby sitter. EEAlif ingin $unda mandikan,EE ujarnya penuh harap. Karuan saja :ani,
yang detik ke detik !aktunya sangat diperhitungkan, gusar. 1a menampik permintaan Alif
sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut
membujuk Alif agar mau mandi dengan "ante Mien, baby sitter'nya. 3agi'lagi, Alif dengan
pengertian menurut, meski !ajahnya %emberut. Peristi!a ini berulang sampai hampir sepekan.
EE$unda, mandikan aku ,EE kian lama suara Alif penuh tekanan. "oh, :ani dan suaminya
berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra'sekolah, jadinya agak lebih minta
perhatian. Setelah dibujuk'bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga. Sampai suatu sore, saya
dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. EE$u dokter, Alif demam dan kejang'kejang.
Sekarang di -mergen%y.EE
Setengah terbang, saya ngebut ke &2D. $ut it !as too late. Allah s!t sudah punya
ren%ana lain. Alif, si malaikat ke%il, keburu dipanggil pulang oleh'.ya. :ani, ketika diberi tahu
soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. 1a sho%k berat. Setibanya di rumah, satu'satunya
keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, :ani
memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.
Dan siang itu, janji :ani ter!ujud, meski setelah; tubuh si ke%il terbaring kaku. EE1ni
$unda 3if, $unda mandikan Alif,EE u%apnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu
rekan :ani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si ke%il, kami masih berdiri mematung di sisi
pusara. $erkali'kali :ani, sahabatku yang tegar itu, berkata, EE1ni sudah takdir, ya kan. Sama
saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan)EE
Saya diam saja. :asanya :ani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung
seperti tak bernya!a. >ajahnya pias, tatapannya kosong. EE1ni konsekuensi sebuah pilihan,EE
lanjut :ani, tetap men%oba tegar dan kuat. +ening sejenak.
Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja. "iba'tiba :ani berlutut. EEAku
ibunyaaa,EE serunya histeris, lantas tergugu hebat. :asanya baru kali ini saya menyaksikan :ani
menangis, lebih'lebih tangisan yang meledak. 22)angunlah "i,, )unda mau mandikan 1li,.
)eri kesempatan )unda sekali saja "i,. Sekali saja, 1liii,..22 :ani merintih mengiba'iba.
Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri
tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua. .asi sudah menjadi bubur, sesal
tidak lagi menolong.
+al yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat
sangat. Sering kali orang sibuk Edi luaranE, asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak
mengabaikan orang4 di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada !aktu EnantiE buat mereka
jadi abaikan saja dulu. Sering kali orang takabur dan merasa yakin bah!a pengertian dan kasih
sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka
menyayanginya dan tetap akan ada.
6P
=anda #ua di 4ubuk #ak )erjendela
/ika di antara Anda ada yang sulit menangis, tak bisa menitikkan air mata, dan sudah
terlalu lama kelopak mata Anda kering tak terbasahi air mata sendiri, datanglah ke Kampung
Pugur, Desa 3engkong Kulon, Ke%amatan Pagedangan, Kabupaten "angerang. Darilah rumah
1bu 3aeni, janda berusia AG tahun yang tinggal di sebuah gubuk berdinding bilik seluas 6V?
meter. $angunan beralas tanah tak berpenerangan itu memiliki jendela, namun tak ada penutup
jendela sehingga angin maupun %ipratan air hujan leluasa masuk ke dalamnya.
Di dalam gubuk tersebut, tinggallah 1bu 3aeni, seorang janda tua yang ditemani dua
anak gadisnya, .eneng dan /umriah. .eneng, sang kakak berusia 4A tahun, belum menikah dan
tak bekerja. .eneng menderita gi#i buruk sejak ke%il, sedangkan /umriah sang adik menjanda
justru setelah memiliki 4 7dua8 putra. /adi, terdapat 4 janda dan seorang pesakitan di rumah
tersebut, ditambah 4 anak ke%il yang belum mengerti apa'apa.
Sehari'hari, 1bu 3aeni, .eneng, dan /umriah beserta 4 anaknya hanya berharap belas
kasihan para tetangganya untuk bisa mendapatkan makan. $ila malam tiba, kadang mereka
harus menjalani sepanjang malam tak berpenerangan, beruntung bila ada tetangga yang datang
memba!a setitik lilin yang hanya mampu bertahan tak lebih dari satu jam. Selebihnya, seisi
gubuk pun kembali gulita.
.eneng yang menderita gi#i buruk sering sakit'sakitan. &ntuk !anita seusianya,
seharusnya berpera!akan besar dan tinggi, namun ia lebih mirip remaja baru tumbuh yang
terhambat pertumbuhannya. Kemiskinan yang dialami keluarganya, membuat .eneng semakin
menderita. "ernyata, tak hanya balita yang menderita gi#i buruk, bahkan !anita de!asa seperti
.eneng pun mengalaminya. Sang adik, /umriah tak kalah menderita. -ntah apa kesalahan yang
dibuatnya sehingga sang suami tega meninggalkan ia bersama dua buah hatinya. Padahal, dua
anak hasil pernikahannya itu sangat membutuhkan kasih sayang, perhatian dan perlindungan
seorang Ayah. Sang suami yang diharapkan menjadi tulang punggung menghilang tanpa jejak.
/umriah pun tak pernah sanggup menja!ab pertanyaan dua anaknya, CMana bapak, bu...)C
3aeni tak pernah berharap hidup semenderita saat ini, ia pun tak pernah meminta
diberikan umur panjang jika harus terus menjadi beban orang lain. "api ia masih punya iman
untuk tak mengakhiri hidupnya dengan jalannya sendiri, selain itu !anita tua itu tak pernah tega
meninggalkan dua anak dan dua %u%unya yang tak kalah menderitanya. $aginya, anak'anak dan
%u%unya adalah harta berharga yang masih dimilikinya.
2ubuk berdinding yang sebagian atapnya rusak itu, di musim hujan air leluasa masuk,
disaat terik matahari bebas menerobos. "ak ada barang berharga di dalamnya, hanya kompor
dekil yang sering tak terpakai lantaran tak ada bahan makanan yang dimasak. Mereka
menyebutnya rumah, tapi siapapun yang pernah melihatnya, menyebut gubuk pun masih jauh
dari pantas. "etapi di dalamnya, ada dua janda, satu pesakitan, dan dua anak ke%il yang terus
menerus menunggu belas kasihan.

4ratis )anget*
Pada suatu sore, seorang anak menghampiri 1bunya di dapur, yang sedang menyiapkan
makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai ditulisinya.
Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan %elemek, ia memba%anya dan inilah
tulisan si anak:
' &ntuk memotong rumput minggu ini :p. ?.655,55
' &ntuk membersihkan kamar minggu ini :p. 6.555,55
' &ntuk pergi ke toko menggantikan mama :p. 95.555,55
' &ntuk menjaga adik !aktu mama belanja :p. 96.555,55
' &ntuk membuang sampah setiap hari :p. 6.555,55
A5
' &ntuk rapor yang bagus :p. 46.555,55
' &ntuk membersihkan dan menyapu halaman :p. 94.655,55
/umlah utang :p. O5.555,55
Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai
kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil bolpen, membalikkan
kertasnya, dan menulis:
&ntuk sembilan bulan ketika mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam
perut mama, 4:1#.S.
&ntuk semua malam ketika mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan
kamu, 4:1#.S.
&ntuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini,
4:1#.S.
&ntuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa %emas di !aktu yang akan datang,
4:1#.S.
&ntuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, 4:1#.S,
Anakku.
Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga %inta sejati mama adalah 4:1#.S.
Setelah selesai memba%a apa yang ditulis ibunya, ia menatap !ajah ibunya dan berkata: EMa,
aku sayang sekali pada MamaE.
Dan kemudian ia mengambil bolpen dan menulis dengan huruf besar'besar:
+"UN1S+.
''oo5oo''
Apakah menurutmu ini %erita yang indah ) jika ya biarkan semua orang memba%a juga %erita ini
dan mereka dapat lebih menghargai orang'orang yang telah berjasa pada mereka...
Perempuan &engan 3ati Seluas Samudera
Oleh Hayati Rahmah
Perempuan itu sama sekali tidak berbeda dari perempuan lain. 1a hanya seorang anak
bungsu dari keluarga yang sederhana. Sejak ke%il, seringkali ia harus bekerja keras dan
terkadang mendapat perlakuan tidak enak dari saudara'saudaranya. Pendidikannya pun tidak
terlalu tinggi. Meski sempat menge%ap bangku SMA, tapi ia tidak sampai menamatkannya.
Seorang laki'laki baik melamarnya ketika usianya 44 tahun. 1a pun setuju ketika harus
pindah dan meninggalkan kota kelahirannya mengikuti suami yang bekerja di kota lain.
Perjalanan !aktu mengajarkannya untuk bisa menjalankan peran sosial dengan sangat baik. /ika
di a!al'a!al pernikahan ia sering menangis karena jauh dari keluarganya, pada tahun'tahun
berikutnya ia sudah terampil mera!at rumah, berbelanja ke pasar, mengasuh anak, dan lain
sebagainya.
Meski ia %uma seorang istri dan ibu rumah tangga, tapi perempuan ini bisa
menjalankan perannya dengan sempurna. Semua kebutuhan suami selalu ia penuhi. 1a seorang
istri yang serba bisa. Suaminya tak pernah pergi ke tukang %ukur, karena dialah yang selalu
menggunting rambut suaminya. Selalu ada makanan %emilan di rumah, karena ia pintar
membuat kue. 1a pandai mengirit uang belanja dan seringkali ia menggunakan keterampilannya
menjahit untuk membuat gorden, sarung bantal, seprei dari hasil jahitannya. Semua anak'
anaknya pun pernah merasakan pakaian yang dijahit oleh tangannya.
Perempuan itu melahirkan lima orang anak dari rahimnya. $uah hati yang selalu
membuatnya bersemangat melakukan semua kegiatan rumah tangga dengan penuh rasa %inta.
A9
Mulai dari bangun pagi, mempersiapkan sarapan, men%u%i, menyeterika, dan membereskan
rumah. Semua dikerjakan sendiri karena kondisi hidup yang pas'pasan. Ketika usianya B5 tahun,
saat ketiga anak laki'lakinya masih ke%il, suaminya mengajaknya untuk bertemu lebih dekat
dengan sang Khali=, menuju $aitullah Makkah. Sepulang dari haji, pakaian muslimah
membalut tubuhnya. Perempuan itu semakin matang menapaki kehidupan.
Semakin tahun, kondisi ekonomi keluarganya semakin membaik. Perempuan itu punya
kebiasaan baru. 1a rajin sekali bersedekah. Menjelang bulan :amadhan, ia akan memborong
sarung, membeli bahan kain berpuluh'puluh meter. Semuanya ia jahit dengan tangan dibantu
mesin jahit tuanya. 1a mulai menjahit kain itu menjadi mukena. Setelah semua selesai, ia akan
mendatangi rumah kerabat, tetangga, dan saudara untuk membagikan mukena hasil jahitannya.
($iarlah mereka memakai mukena buatanku, mudah'mudahan menjadi pahala0*
&ang belanja yang berlebih selalu ia simpan rapi. /ika ada kesempatan, ia akan
membeli barang'barang dalam jumlah banyak. Mulai dari sarung, bahan baju, mangkok, gelas,
sapu, baskom, seprei, dan lain'lain. Semua ia kumpulkan dengan baik. "api barang'barang itu
tidak pernah bertahan lama di rumah. Setiap kali ada saudara berkunjung, tetangga datang,
sahabat bersilaturahmi, mereka tak pernah pulang dengan tangan kosong. Selalu saja ada yang
disedekahkan perempuan itu. $ahkan jika tidak ada sesuatu yang bisa diberi, ia akan menguras
dapurnya. Ada'ada saja yang ia beri. Kerupuk, jeruk nipis, pisang, ubi, kelapa atau apa saja yang
saat itu ada di rumah.
Setiap kali ia membuat kue atau memasak sesuatu, ia akan menyuruh anaknya untuk
mengantar semangkuk makanan ke rumah tetangganya. $ahkan jika ada orang yang
memberinya sesuatu, ia seringkali memberikannya untuk orang lain tanpa sempat ia sisakan
untuk keluarganya.
/ika tiba saat pulang kampung, ia menjadi perempuan yang paling sibuk. 1a akan
berbelanja segala ma%am sayuran seperti bun%is, %abe, atau !ortel, buah'buahan seperti apel,
jeruk, dan salak. "ak lupa juga ia sempatkan membuat rendang 7ia paling jago membuat
makanan yang satu ini8. Semuanya ia bagikan kepada keluarga di kampung, baik keluarganya
maupun keluarga suaminya. $ahkan tak jarang beberapa lembar uang ia selipkan untuk
kerabatnya.
1a begitu rajin bersilaturahim, baik terhadap keluarga, tetangga, atau sahabatnya.
Per%ayalah, setiap kali berkunjung, selalu saja ada yang diba!anya. -ntah itu gulai ikan, kue,
kelapa, pisang, atau %uma sebungkus kerupuk. "angannya tak pernah kosong dan selalu
memberi.
Di sisi lain, ia selalu mempertahankan ibadahnya. 1a hampir tak pernah meninggalkan
shalat dhuha dan tahajud setiap harinya. "erkadang jika hatinya sedang tidak enak, ia bisa
begitu lama duduk di atas sajadahnya sambil menangis. Mulutnya pun tak pernah berhenti
berd#ikir. Dalam tasnya selalu ada tasbih, yang selalu ia pegang ketika berd#ikir dalam
perjalanan. 1a selalu salat berjamaah bersama suaminya. Seringkali ia rela menunggu suaminya
pulang kantor karena hanya ingin mendapat pahala berjamaah. Selesai salat berjamaah, ia
bergegas menyiapkan makanan untuk suaminya.
Perempuan ini juga begitu rajin mengunjungi orang sakit. Setiap kali mendengar ada
orang yang sakit, ia akan bergegas mengunjunginya, bahkan mengunjungi orang yang sama
berkali'kali. Satu yang khas dari dirinya, selalu saja ada yang diba!anya ketika mengunjungi
orang lain. Kadang ia mengaji di samping orang yang sakit dan menangis.
Sudah beberapa tahun ini, perempuan itu jarang sekali membeli baju baru, atau
perhiasan baru. Semua uangnya disisihkan untuk bersedekah atau menambah uang jajan bagi
anaknya. 1a begitu sederhana dan apa adanya.
Perempuan itu selalu membuat saya menangis bila mengingat kebaikannya.
Sungguh, saya begitu men-intainya. Perempuan itu adalah ibu saya, seseorang dengan
hati seluas samudera. HHH
0ereka yang #elah 0emberi .nspirasi
A4
Oleh Rubina Qurratu'ain Zalfa'
$elakangan ini, saya banyak merenungkan seberapa banyak !aktu yang telah saya sia'siakan
hanya untuk melakukan akti@itas yang sifatnya dunia!i dan mengesampingkan akti@itas yang
bisa menjadi bekal saya di akherat nanti. Salah satunya, belajar ilmu agama, yang sejak lahir
saya anut hingga saat ini ketika usia saya sudah mele!ati kepala tiga.
Dari hasil perenungan itu, saya tersadar betapa minimnya pengetahuan agama saya, meski
selama ini saya selalu melaksanakan ke!ajiban sholat lima !aktu dan ibadah !ajib lainnya,
dan sesekali beramal dengan sedikit harta yang saya punya. "api entah kenapa, selama itu pula
saya tidak pernah merasa tergerak untuk memperdalam ilmu agama. Saya lebih getol mengejar
belajar ilmu umum yang saya minati, saya lebih tertarik memba%a no@el atau buku lainnya
yang tidak bernafaskan agama. &ntuk mengaji pun malas sekali. "idak ada !aktu dan lelah
bekerja sepanjang hari, kerap menjadi alasan saya.
Meski Muslim sejak lahir, saya berfikir menjalankan ibadah yang !ajib saja sudah %ukup dan
belajar agama, termasuk didalamnya belajar atau memba%a Al'uran, tidak terlalu penting.
CYang penting kenal huruf dan bisa ba%a sedikit'sedikit,C kataku !aktu itu.
"etapi pemikiran saya itu berubah total setelah hampir dua tahun ini saya mulai mengikuti
pengajian'pengajian. "ernyata, belajar memba%a Al'uran dengan benar itu sangat
menyenangkan, belum lagi mengkaji kandungan'kandungannya. "ernyata, dari %eramah'
%eramah para ustad# dan ustad#ah di pengajian yang saya ikuti, saya mendapati bah!a belajar
agama 1slam itu mengasyikkan karena meliputi semua aspek kehidupan.
Dan sekarang, situasinya pun jadi berbalik. Saya mulai banyak membeli buku'buku
keagamaan, mulai betah mendengarkan %eramah agama di tele@isi atau radio, dan rasa
keingintahuan saya tentang 1slam seolah tak pernah habis.
Perubahan itu tidak datang begitu saja. Perubahan itu terjadi karena saya menjumpai beberapa
orang yang telah memberi inspirasi dan moti@asi bagi saya untuk belajar dan menggali
pengetahuan lebih banyak tentang agama saya.
Seorang mualaf, sebut saja namanya 3ia, yang sekarang menjadi sahabat karib saya, adalah
satu inspirasi besar bagi perubahan itu. Ketika mengenalnya, saya sudah kagum dengan
semangatnya belajar memba%a Al'uran dan menggali ilmu agama 1slam dengan banyak
bertanya dan memba%a buku. Saya sempat malu hati, ketika tahu bah!a 3ia yang baru dua
tahun menjadi mualaf, sudah banyak memahami tentang 1slam, bahkan isi Al'uran.
Sementara saya, yang Muslim sejak ke%il, sampai saat itu malah belum paham benar apa
sebenarnya rukun 1slam dan rukun iman'meski saya hapal urutannya'apa keutamaan sholat
tahajud, bagaimana ber!udhu yang benar, sampai hal'hal ke%il yang jika saya tahu ilmunya,
bisa menjadi tambahan amaliyah saya di dunia. Ketika itu saya hanya membatin,CDuh betapa
meruginya saya.C
Suatu saat, saya berkesempatan berkunjung ke tempat kos 3ia. Di pintu lemari pakaiannya,
saya melihat se%ara kerta yang ditempel berisi daftar surat'surat dalam /u# Amma. $eberapa
surat mulai dari Al'Qatihah, terlihat ditandai dengan %ontrengan ke%il. Aku bertanya, C1ni apa
3i, ko= dikasih tanda)C
CFh, itu daftar surat yang sudah aku hapal,C katanya sambil tersenyum.
+apal) tanyaku dalam hati. Aku hitung surat'surat yang sudah ditandai, jumlahnya 9O surat.
3agi'lagi aku malu hati. 3ia yang baru mengenal 1slam, sudah hapal 9O surat. Sementara saya,
selama puluhan menjadi Muslim %uma hapal kurang dari lima surat dan tidak pernah punya
keinginan untuk berusaha menghapal surat'surat Al'uran yang lain. Malu rasanya.........
Sejak itu, diam'diam aku memperhatikan akti@itas 3ia sehari'hari. Sampai aku tahu bah!a ia
selalu menyempatkan diri memba%a Al'uran setiap hari meski %uma beberapa menit saja,
AB
termasuk menjalankan sholat dan puasa sunnah. Ah, 3ia, selama ini ternyata aku sudah jauh
tertinggal.....
Sejak itu, saya mulai men%ontoh kebiasaan 3ia. Pelan'pelan aku mulai menambah hapalan
surat'surat Al'uran, mulai belajar menjalankan ibadah sholat dan puasa sunnah, mulai
memba%a Al'uran dengan rutin. $erat memang, kadang rasa malas amat menggoda.
Setelah 3ia, aku banyak sekali bertemu dengan orang'orang yang mema%u semangatku untuk
mendalami 1slam. Salah satunya adalah tetanggaku sendiri, aku biasa memanggilnya Kak 3ili.
Dia juga mualaf, ketika hendak menikah beberapa puluh tahu silam. Meski ketiga anak'
anaknya sudah besar'besar dan usianya tidak lagi muda, ia selalu bersemangat mengikuti
pengajian di mana'mana. Men%atat apa yang ia dapat di pengajian dalam buku khusus.
Pengetahuannya tentang 1slam dan sejarah 1slam, sempat membuatku terperangah. 3agi'lagi
saya malu hati. Saya tidak ada apa'apanya dibanding Kak 3ili.
Selanjutnya, suatu kali dalam perjalanan menuju kantor, di bis yang aku tumpangi. Aku
melihat bapak tua yang sedang memba%a /u# Amma. Dari gerak'geriknya aku tahu ia sedang
berusaha menghapal salah satu suratnya. Sayapun tersentuh melihat si $apak tua tadi.
Semangat belajarku terpompa kembali, CSaya belum terlambat untuk mulai belajar,C gumamku
dalam hati.
Kadang, saya merasa seperti seorang mualaf, karena banyak sekali hal yang belum saya
ketahui dan harus saya pelajari. .amun saya bersyukur, karena Allah s!t memberikan
lingkungan dan teman'teman yang senantiasa menjadi penyemangat saya dalam belajar.
$enarlah apa kata pepatah, tidak kenal maka tidak sayang. Makin banyak saya mengenal
1slam, makin bertambah %inta saya pada 1slam. $elakangan, saya benar'benar merasakan
kebahagiaan karena terlahir sebagai Muslim. Semoga Allah s!t selalu memberikan keteguhan
iman dan kekuatan bagi kita untuk tetap isti=omah di jalan.ya.
7Sebuah %atatan ke%il untuk orang'orang yang telah memberi inspirasi8
)ersedekah di /ala "apang dan Sempit
Oleh Rubina Qurratu 'ain Zalfa
+ati saya bergetar melihat ribuan manusia memenuhi jalan utama di ibukota. Puluhan ribu umat
1slam di /akarta dan sekitarnya melakukan aksi damai dan penggalangan dana untuk !arga
Palestina yang teran%am kelaparan, diisolasi dan dihentikannya bantuan internasional oleh
-ropa dan AS. Subhanallah... %uma kata'kata itu yang teru%ap dalam hati saya melihat perhatian
yang besar Muslim di 1ndonesia terhadap penderitaan saudara'saudara mereka yang did#olimi di
Palestina.
Apa yang membuat hati saya tersentuh adalah, saat ini, kondisi rakyat 1ndonesia sebenarnya
juga dalam keadaan yang sangat sulit. Krisis ekonomi masih melilit kehidupan sebagian rakyat
1ndonesia yang mayoritas Muslim, sehingga masih banyak di antara mereka yang hidup di
ba!ah garis kemiskinan. "ak heran kalau banyak juga orang yang men%ibir aksi penggalangan
dana untuk rakyat Palestina itu. Mereka menganggap aksi sosial ini tidak realistis, buat apa
membantu orang yang sedang kesusahan di negeri yang beribu'ribu mil jauhnya dari 1ndonesia,
sementara di negeri sendiri banyak orang yang kelaparan. Alasan seperti ini memang tidak
salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Apalagi saudara'saudara Muslim kita di Palestina menderita
karena perlakuan tidak adil negara'negara kuat, negara'negara yang selama ini mengaku
menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia.
Sungguh, melihat aksi damai kemarin hati saya tergugah bah!a dalam kondisi yang sulit seperti
sekarang ini, Muslim 1ndonesia tidak melupakan saudara'saudara mereka yang menderita di
negeri lain. mereka tidak kehilangan semangat untuk memberikan sedikit harta yang mereka
punya. $ukankah 1slam mengajarkan kita untuk tetap bersedekah di !aktu lapang maupun di
AG
!aktu sempit) Seperti firman Allah s!t. dalam Surat Ali'1mran: 9BB'9BA. "*an bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertak%a. +9aitu0 orang-orang yag menafkahkan
+hartanya0 baik di %aktu lapang maupun di %aktu sempit dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan +kesalahan0 orang #llah menyukai orang-orang yang berbuat
baik... $ereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di
ba%ahnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah sebaik-baik pahala
orang yang beramal ."
Anjuran mulai dari Allah s!t ini bermakna, bah!a dalam kondisi sesulit apapun, manusia masih
bisa memberikan sesuatu di jalan Allah. Meski %uma sedikit, yang terpenting adalah pemberian
itu diberikan dengan keikhlasan dan hanya mengharap ridho ilahi. .amun terkadang, kita sangat
sulit memberikan sedikit apa yang kita punya dalam kondisi lapang, apalagi dalam kondisi
sempit dengan berbagai pertimbangan.
Pernahkah kita mengalami pada suatu saat dimintai sumbangan untuk keperluan umat, dan pada
saat itu kita hanya memberikan uang ala kadarnya, yang penting sudah nyumbang. Padahal uang
yang dikeluarkan untuk sedekah itu tidak seberapa jumlahnya dibandingkan uang yang kita
keluarkan untuk hura'hura, kumpul dengan teman makan di restoran, beli baju me!ah di mall
ekslusif, beli sepatu bermerk dari luar negeri, beli parfum dengan harga ratusan ribu rupiah.
Pernahkan kita merenungkan hal ini) $etapa beratnya kita mengeluarkan uang banyak untuk
bersedekah dan betapa ringannya kita menghambur'hamburkan uang hanya untuk hal'hal yang
sifatnya komsumtif dan dunia!i.
Padahal anjuran dan perintah Allah s!t berinfa= pada !aktu lapang tujuannya untuk
menghilangkan perasaan sombong, serakah dan %inta yang berlebihan terhadap harta.
Sedangkan bersedekah di !aktu sulit dianjurkan agar sifat manusia yang lebih suka diberi dari
pada memberi bisa berubah menjadi suka memberi daripada diberi. "angan di atas lebih baik
daripada tangan di ba!ah.
:asulullah sa! pun mengingatkan kita untuk jangan segan bersedekah, meski hanya dengan
sebutir kurma. "Gauhkanlah dirimu dari api neraka %alaupun dengan +bersedekah0 sebutir
kurma." 7+: Muttafa= alaih8.
Semoga kita menjadi umat yang senantiasa selalu ingat bersedekah baik dalam kondisi lapang
maupun sulit. /ikapun kita sudah tidak memiliki apapun untuk diberikan, bersedekahlah dengan
doa. Sesungguhnya Allah s!t senantiasa memberi kemudahan bagi kita untuk beramal shalih
dengan keikhalasan dan hanya berharap ridho darinya. :ubina urratu Eain LalfaE
rubinaW#alfaXyahoo.%om
0aa,kan .bu, )idadari /e-ilku
4esang Utari
Malam belum seberapa tua, mata anak sulungku belum juga bisa dipejamkan. $eberapa buku
telah habis kuba%akan hingga aku merasa semakin lelah. CKamu tidur donk Dila, 1bu %apek nih
ba%a buku terus, kamunya nggak tidur'tidur,C pintaku.
Ditatapnya dalam !ajahku, lalu kedua tangannya yang lembut membelai pipiku. Dan, oh
Subhanallah, kehangatan terasa merasuki tubuhku ketika tanpa berkata'kata di%iumnya kedua
pipiku. "ak lama, ia minta diantarkan pipis dan gosok gigi. 1a tertidur kemudian, sebelumnya
diu%apkannya salam dan maafnya untukku. CMaafin kakak ya $u. Selamat tidur,C ujarnya
lembut. Kebiasaan itulah yang berlaku dikeluarga kami sebelum tidur. Aku menghela nafas
panjang sambil kuperhatikan si sulung yang kini telah beranjak sembilan tahun. 1tu artinya telah
sepuluh tahun usia pernikahan kami.
A6
Dentang !aktu didinding telah beranjak menuju tengah malam. Setengah duabelas le!at lima
ketika terdengar dua ketukan di pintu. 1tu %iri khas suamiku. Seperti katanya barusan ditelepon,
bah!a ia pulang terlambat karena ada urusan penting yang tak bisa ditunda besok.
Suamiku terkasih sudah dimuka pintu. Depat kubukakan pintu setelah sebelumnya menja!ab
salam. CAnak'anak sudah tidur)C Pertanyaan itu yang terlontar setelah ia bersih'bersih dan
menghirup air hangat yang aku suguhkan. CSudah,C ja!abku singkat.
CKamu %apek sekali kelihatannya. Dila baik'baik saja)C Aku menggangguk. CAku memang
%apek. "api aku bahagia sekali, bahkan aku pingin seperti ini seterusnya.C 3elaki berusia tiga
puluh lima tahun itu menatapku dengan sedikit bingung. CAkan selalu ada doEa untukmu, karena
keikhlasanmu mengurus anak'anak dan suami tentunya. Dan aku akan minta pada Allah untuk
memberimu pahala yang banyak,C hiburnya kemudian.
Aku tahu betapa ia penasaran ingin tahu apa yang hendak aku katakan, tapi ia tak mau
memaksaku untuk ber%erita. "ak sanggup aku menahan gejolak perasaan dalam dada yang
sepertinya hendak meledak. Kurangkul erat tubuhnya. CMaafkan aku mas,C bisikku dalam hati.
Pagi ini udara begitu %erah. Dila, sulungku yang semalam tidur paling akhir menjadi anak yang
lebih dulu bangun pagi. $ahkan ia membangunkan kami untuk sholat subuh bersama. Mandi
pagipun tanpa dikomandoi lagi. Dibantunya sang adik, +elmi, memakai %elana. Dila memang
telah trampil membantuku mengurus adiknya. "ak hanya itu, menyapu halamanpun ia lakukan.
"api itu dengan %atatan, kalau ia sedang benar'benar ingin melakukannya. Kalau CangotC nya
datang, !ah, !ah, !ah.
1nilah yang ingin aku %eritakan. Dila kerap marah berlebihan tanpa sebab yang jelas, sampai
membanting benda'benda didekatnya, menggulingkan badan dilantai dan memaki dengan kata'
kata kotor.
Memang aku pernah melakukan suatu kesalahan saat aku kesal menghadapi ulahnya. Saking tak
tertahannya kesalku, aku membanting pintu dan itu dilihatnya. >ajar saja kalau akhirnya Dila
meniru perbuatanku itu. Penuh rasa sesal saat itu, aku berjanji untuk tidak melakukan hal itu
kembali. Kuberikan penjelasan pada Dila bah!a aku salah dan hal itu tak boleh ia lakukan.
-ntah ia mengerti atau tidak.
+ari itu Dila bangun agak siang karena kebetulan hari Minggu, pakaiannya basah kena ompol.
Padahal ia tak biasanya begitu. Segera saja kusuruhnya mandi. "api Dila menolak, dengan
alasan mau minum susu. C$oleh, tapi setelah minum susu, kakak segera mandi ya karena baju
kakak basah kena ompolC Dila menyetujui perjanjian itu. "api belum lagi lima menit setelah
habis susu segelas, ia berhambur keluar karena didengarnya teman'temannya sedang main.
Mandipun urung dikerjakan. Aku masih mentolelir. "api tak lama berselang CKak Dila. mandi
dulu,C aku setengah berteriak memanggilnya karena ia sudah berada diantara kerumunan anak
yang sedang main lompat tali. CSebentar lagi $u. Kakak mau lihat .isa dulu,C begitu ja!abnya.
Aku masih belum bereaksi. Kutinggal ia sebentar karena +elmi merengek minta susu. Setelah
membuatkan susu untuknya, aku keluar rumah lagi. Kali ini menghampiri Dila. C>aktumu
sudah habis, sekarang kamu mandiC, bisikku pelan ditelinganya. Dila bereaksi menamparku
keras, C.anti dulu,C aku tersentak, mendadak emosiku membludak. Aku balas menampar Dila
hingga meninggalkan bekas merah di pipi kanannya. "anpa berkata'kata lagi, kuseret tangannya
sekuat tenaga. Dila terus meronta. Kakiku digigitnya. Aku dengan balas men%ubit. 3ayaknya
sebuah pertarungan besar kami saling memukul dan meninggikan suara. Setibanya dikamar
mandi Dila kuguyur berulang'ulang, kugosok badanya dengan keras, kuberi sabun dan kuguyur
lagi hingga ia tampak gelagapan. Aku benar'benar kalap. Selang beberapa menit kemudian,
kukurung Dila dikamar mandi dalam keadaan masih tidak berpakaian. 1a menggedor'gedor pintu
minta dibukakan. $erulang kali ia memaki dan mengatakan akan mengadukan kepada ayah.
"ak berapa lama kemudian suara Dila melemah, hanya terdengar isak tangisnya. Aku
membukakan pintu dengan mengomel. CMakanya, kalau disuruh mandi jangan menolak, 1bu
sampe %apek, dari tadi kamu menolak mandi terus. A!as ya kalau seperti ini lagi. 1bu akan
AA
kun%i kamu lebih lama lagi. Paham,C, entah ia mengerti atau tidak. Dila hanya menangis meski
tidak lagi meraung.
Setelah rapih berpakaian, menyisir rambut dan makan. Dila seolah melupakan kejadian itu.
1apun asyik kembali main dengan teman'temannya. Peristi!a itu tidak hanya satu dua kali
terjadi. "idak hanya pada saya ibunya tapi juga pada ayahnya. "api, %ara suamiku
memperlakukan Dila sangat berbeda. $arangkali memang dasarnya aku yang tidak sabar
menghadapi anak re!el. "iap kali itu terjadi, %ara itulah yang aku lakukan untuk mengatasinya.
$ahkan mungkin ada yang lebih keras lagi dari itu.
"api apa yang dilakukan Dila pada saya, Subhanallah, Dila tak pernah men%eritakan
perlakuanku terhadapnya kepada siapapun. Seolah ia pendam sendiri dan tak ingin diketahui
orang lain. Akupun tak pernah men%eritakan kepada suami, kha!atir kalau ia marah.
Padahal Dila itu anak kandungku, anak yang keluar dari rahimku sendiri. Aku kadang
memben%inya, tidak memperlakukan dia layaknya aku memperlakukan +elmi adiknya. Dila
anak yang %erdas. Selalu %eria, gemar menghibur teman'temannya dengan memba%akan mereka
buku yang tersedia dirumah. $ahkan teman'temannya merasa kehilangan ketika Dila menginap
di rumah neneknya diluar kota, yang %uma dua malam.
$elaian lembut tangan suamiku menyadarkan aku. Kulepas pelukanku perlahan. "ak sadar air
mata menyelinap keluar membasahi pipi. CSudahlah, malam semakin larut. Ayo kita tidur,C
ajaknya lembut. Aku berusaha menenangkan gemuruh dibatinku. Astaghfirullah, aku
beristighfar berulang kali. CAku mau tidur dekat Dila ya)C pintaku. 3agi'lagi kearifan suamiku
membuatku semakin merasa bersalah. Kuhampiri Dila yang tampak pulas memeluk guling
kesayangannya. Sis!i kelas tiga SD itu begitu baik hati. Aku malu menjadi ibunya yang kerap
memukul, berkata'kata dengan suara keras dan...oh Dila maafkan 1bu.
Disisi Dila bidadari ke%ilku, aku bersujud di tengah malam. CYa Allah, melalui Dila, -ngkau
didik hambamu ini untuk menjadi ibu yang baik. Aku bermohon ampunan kepada'Mu atas apa
yang telah kulakukan pada keluargaku, pada Dila. $eri hamba kesempatan memperbaiki
kesalahan dan ingatkan hamba untuk tidak mengulanginya lagi. Dila, maafkan 1bu nak, kamu
banyak memberi pelajaran buat 1bu.C
Sebuah renungan untuk para ibu 7termasuk saya didalamnya8. Semoga kita semakin menyayangi
anak'anak dan memperlakukan mereka dengan baik. Sebagaimana diingatkan dalam sebuah
hadits .abi SA> agar manusia menyayangi anak'anaknya. Ketika A=raE bin +abis At "amimi
mengatakan bah!a ia memiliki sepuluh anak tapi tak pernah men%ium salah seorang diantara
mereka, :asululloh SA> bersabda Cbarangsiapa yang tidak menyayangi maka dia tidak
disayangiC 7+:. $ukhari dan "irmi#i8.
.bu*, Ujang sayang .bu
/a,emuslimah.-om - Setiap liburan SD aku sering menghabiskannya di kampung kalijati.
Kalijati itu sebuah desa yang dekat dengan subang, ja!a barat.
3iburan pertama kali di sana, aku sering menangis karena jarang jauh dari orang tua. .amun,
liburan yang ke dua kali aku mulai kerasan di sana. Soalnya asyik banget kalau ke desa itu.
Penduduknya ramah, bahasanya halus, dan masih kelihatan gotong royongnya. .ggak kayak di
jakarta yang loe loe gue gue. Aku kalau liburan menginap di rumah bibiku. Di sana aku
berkenalan dengan sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan lima anak.
Ke lima anaknya laki'laki semua dan ke lima'limanya menjadi tentara. Kalau rambutku sudah
panjang, sering anak sulung ibu itu tanpa segan men%ukur rambutku. Aku sering main ke sana
karena dulu ku punya %ita'%ita jadi tentara.
Setiap ke sana aku selalu memandangi lambang di@isi sili!angi. Sering ku elus'elus lambang
itu, seakan ada getaran semangat mengalir di dadaku. "api sayang ku tak berhasil men%apai %ita'
%ita itu. "ak apa. Mungkin ada ren%ana Allah yang lain untukku.
A?
Dari berkenalan dengan tetangga bibiku, aku sering bertanya mengenai perihal tetangga itu.
2imana sih kok kulihat ke lima anaknya rukun sekali dan sayang pada ibunya itu. 3alu bibiku
men%eritakan perihal tetangganya.
$egini %eritanya 0
Saat ke lima anak itu masih ke%il, ayah mereka telah di panggil Allah S>". Si ibu itu akhirnya
menjadi janda dalam usia muda. Seperti halnya janda muda lainnya, banyak lelaki iseng yang
mengajukan lamaran padanya. 1bu itu selalu menampik semua lamaran karena takut lelaki itu
hanya %inta pada dirinya bukan pada anaknya. Ada pula yang meneror ibu itu tiap malam
dengan mengetuk pintu. 1bu itu meminta bantuan bibiku dan pamanku untuk melindunginya dari
teror lelaki hidung belang. &ntuk biaya hidup keluarganya, ibu itu menjual kebun yang ia punya
kepada bibiku. Dari menjual kebun itu, ia gunakan sebagai modal berdagang makanan ke%il.
Dari hasil usahanya berjualan ia pergunakan untuk membiayai sekolah anak'anaknya.
Ke lima anaknya pun sangat sayang pada ibunya. Mereka selalu membantu ibunya membuat
makanan ke%il dan jika pulang sekolah mereka ikut menemani ibunya berjualan. Si anak sulung
sering berkata pada ibunya kala beristirahat di malam hari,
C1bu0ibuku sayang0kalau ujang nanti sudah besar, ujang akan bekerja. 1bu di rumah saja
yah0 biar ujang yang urus ibu dan adik'adik. 1bu nggak perlu jualan lagi. &jang juga akan jaga
ibu dari lelaki hidung belangC 1bu itu tersenyum mendengar perkataan anaknya. Sambil
membelai rambut anaknya dengan sayang, ibu itu berkata,
CSelama ibu masih kuat, ibu akan bekerja jang, buat biayai sekolah kalian. Kalau kamu sudah
besar dan menjadi orang, ibu hanya berharap kamu bisa membantu adik'adikmu. /angan
pikirkan ibu. 1bu sudah senang kalau melihat kamu sudah bisa mandiri0C. Si ujang
mendengarkan perkataan ibunya sambil menangis terisak'isak.
C"api ujang akan bantu ibu kalau sudah bekerja ,C
C1ya jang0iya ,C ja!ab ibunya sambil tersenyum,
CSudah sana tidur.$esok bisa terlambat sekolah kalau tak tidur sekarang.C
Singkat %erita, ujang lulus sma. 3alu ia mengikuti ujian masuk sekolah tentara, SM& "aruna.
Alhamdulillah ia lulus dan mengikuti pendidikan di sekolah itu. Suatu ketika ada latihan terjun
payung. Sebagai peserta didik di sekolah itu, ujang pun mengikuti latihan itu. Dari pesa!at yang
terbang tinggi, satu persatu peserta melakukan terjun payung. "iba giliran si ujang.
3on%at0
Ketika sedang melayang di udara, tiba'tiba di matanya ia seperti melihat ibunya sedang
memasak di dapur yang atapnya masih rusak dan sering bo%or kala hujan. Air mata menetes
tanpa sadar dan ujang terlupa untuk menarik tali pembuka parasut. $aru tinggal beberapa meter
dari tanah, ujang menarik tali itu. &jang terjatuh ke tanah. Segera teman'temannya memba!a
ujang ke rumah sakit militer.
Alhamdulillah berkat lindungan Allah dan doa ibu, ujang hanya %edera ringan saja dan hanya di
ra!at beberapa hari saja di sana. "eman'temannya saat menemani ujang menjenguk ibunya
men%eritakan pada hal itu padanya.
CAduh ibu0ujang tiap malam selalu mengigau. Kami sering mendengar ia sering berteriak
dapur ibuku0dapur ibuku0C %erita salah seorang teman ujang pada ibu ujang.
C Aih0aih ujang0ujang. Ku naon mikirkeun kitu...C, ibu ujang berkata sambil linangan air
matanya membasahi pipinya,Cbagja ujang dunia akhirat0semoga ujang jadi anak sholeh0C
&jang akhirnya lulus sekolah tentara dan menjalankan dinasnya di di@isi Sili!angi bandung.
Dari gajinya, ia bisa melaksanakan %ita' %itanya membantu ibunya menyekolahkan adik'adiknya
dan memperbaiki dapur ibunya. Ke empat adiknya pun mengikuti jejak kakaknya menjadi
tentara.
AO
Setiap lebaran, ke lima anaknya selalu menjenguk ibunya. &jang sering membuat malu ibunya
di depan tetangga yang berkunjung. Ketika datang, ia peluk ibunya erat'erat, ia %iumi, sambil
terus berkata di telinga ibunya,
C&jang sayang ibu0ujang sayang ibu0ujang sayang ibu0/anganlah ibu menangis, ujang ingin
selalu melihat ibu tersenyumC. Pelukannya tak ia lepas'lepas sampai si ujang merasa puas
menyampaikan rasa sayang dan rindunya pada sang ibu. Ke empat adiknya pun lalu larut dalam
suasana itu. Saling mengerubungi ibunya yang sudah mulai tua. $erisak'isaklah ibu bersama
lima anaknya. Para tetangga hanya bisa melihat sambil berlinang air mata. Mungkin di hati
mereka juga berharap, anakku suatu ketika bisa seperti mereka, yang selalu sayang pada ibunya.
Selalu rukun sebagai saudara0
&jang selalu sayang ibu.
.Yrnberg, 4B.94.455G
:induku pada ibu dan adikku di sana0
Kunaon mikirkeun kitu ) kenapa memikirkan hal itu
8ag(a u(ang dunia akhirat ) se(ahtera u(ang dunia akhirat
AP

You might also like