You are on page 1of 4

NAMA: MUJAAHID A.

HAFIIZH KELAS: XII IPA 3 MAPEL: PAI


Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Sejarah awal agama islam masuk ke tanah jawa
Jauh sebelum Islam masuk ke daerah tanah Jawa, mayoritas masyasarakat di tanah jawa
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat
Jawa juga sudah dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha yang berasal dari India.
Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemudian Islam mulai masuk ke Jawa melalui Gujarat dan
Persia. Ada yang berpendapat dibawa langsung oleh orang Arab, terutama pedagang dari timur
tengah.
Islam masuk ke tanah jawa
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam
Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Gresik. Ditinjau dari namanya, diperkirakan Fatimah merupakan keturunan
Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Selain itu, di Gresik ditemukan pula makam Maulana Malik
Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Di
daerah lebih dalam, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kuburan Islam kuno. Makam tertua
berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.

Peranan wali songo dan metode pendekatannya

Era Wali Songo merupakan berakhirnya dominasi Hindu-
Budha dalam budaya Nusantara dan digantikan oleh
kebudayaan Islam. Wali Songo (9 wali) merupakan simbol
penyebaran Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa
peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan
Islam. Wali sendiri adalah orang yang sudah mencapai
tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini juga dekat dengan kalangan
istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka
juga adalah seorang penasihat sultan. Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi
gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Salah satu cara penyebaran agama Islam yang
dilakukan oleh para Wali tersebut ialah dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah
ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan
jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini
juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam. Kesembilan wali tersebut
adalah sebagai berikut:

NAMA: MUJAAHID A. HAFIIZH KELAS: XII IPA 3 MAPEL: PAI
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah
wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-
13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur. Beliau
diperkirakan lahir di Samarkand, daerah Asia
Tengah, pada awal abad ke-14. Babad Tanah
Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyebarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau
juga merupakan perancang pembangunan Masjid Demak. Sunan Ampel umumnya dianggap
sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya,
dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan
Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja
dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Makam Sunan Ampel
teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.


3. Sunan Drajat (Syarifudin). Beliau adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang
sunan yang sangat berjiwa sosial. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat
kebanyakan dengan menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran
masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara
mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan.
Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok
peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat
diperkirakan wafat wafat pada 1522.

4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Beliau adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng
Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan
Rembang. Beliau merupakan Sunan yang sangat bijaksana. Sunan Bonang banyak berdakwah
melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan
sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan
NAMA: MUJAAHID A. HAFIIZH KELAS: XII IPA 3 MAPEL: PAI
orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang,
yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya
sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J.
Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan
Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.

5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said / Jaka Said). Merupakan murid Sunan Bonang.
Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan
agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat. Sunan Kalijaga adalah putra
adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad
bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan
kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit
dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap
sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi
Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu
Kano Kediri binti Raja Kediri.


6. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura, Bawean,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain. Sunan Giri adalah
putra Maulana Ishaq. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang
selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur,
bahkan sampai ke kepulauan Maluku.

7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni
bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus
memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima
perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak
berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi
muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang
Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang
arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada
tahun 1550.


NAMA: MUJAAHID A. HAFIIZH KELAS: XII IPA 3 MAPEL: PAI
8. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara
Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata. Beliau adalah putra dari
Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria
menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari
Sunan Kudus.

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar. Beliau merupakan putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia
masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga
Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon
sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang
sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon.
Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil
mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam
di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal
berdirinya Kesultanan Banten.


Islam di jawa paska wali songo
Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan
dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh nilai-nilai
Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu besar manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa menerima ajaran Islam. Dari sini
derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada awalnya tertindas oleh para penguasa kerajaan.
Islam berkembang sangat luas sampai ke pelosok desa setelah para Wali berhasil mendidik murid-
muridnya. Salah satu generasi yang meneruskan perjuangan para Wali sampai Islam tersebar ke
pelosok desa adalah Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling menonjol setelah perjuangan para Wali
songo adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai Islam, salah satu diantaranya adalah tradisi
Wayang Kulit.

You might also like