You are on page 1of 21

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY D Dengan KISTA OVARI SYNISTRA


Di POLI OBSGYN RSUD Dr.R.KOESMA TUBAN
Tanggal 26 September 08 Oktober 2011









SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI D-III KEBIDANAN
Jl. P. Diponegoro No. 17 Telp. (0356) 321287 Tuban
2011




LEMBAR PENGESAHAN


Asuhan Kebidanan pada Ny D dengan Kista Ovari Synistra telah disetujui dan
disahkan oleh Pembimbing Praktek dan Pembimbing Akademik pada tanggal Oktober
2011.






Mengetahui,


Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
STIKES NU Tuban RSUD Dr.R.Koesma Tuban







BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kista Ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang berbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Replubika Online, Zubairi Djoerban).
Saat ini jumlah perempuan yang terkena kista semakin meningkat dari hari ke hari,
sebenarnya peningkatan jumlah perempuan terkena kista saat ini lebih dikarenakan
meningkatnya pengetahuan serta kesadaran mereka untuk memeriksakan diri. Sekitar 50-65 %
perempuan di Indonesia ini mengidap penyakit kista ovarium.
Pada dasarnya semua perempuan mempunyai kista, tetapi umumnya bersifat fisiologis
lazim terjadi dan itu normal-normal saja, kista fisiologis tidak perlu penanganan yang serius.
Sehingga penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan
pelaporan penyakit kista kurang baik. Tetapi bila kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga
kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi. Angka kematian merupakan penyebab kematian yang tinggi karena penyakit ini pada
awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis,
sehingga 60-70 % pasien sudah stadium lanjut.
Untuk menghindari ke komplikasi yang lanjut. Sebaiknya dilakukan skrining dini yaitu
wanita bila merasakan ada kelainan pada tubuhnya segera memeriksakan diri ke petugas
kesehatan. Sebagai langkah awal penatalaksanaan yaitu dengan memeriksa USG. Dengan USG
dapat dilihat besarnya kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu, mengerti, memahami dan dapat melaksanakan asuhan
kebidanan pada Ny D dengan kista ovari synistra.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
- Melakukan pengkajian data secara subjektif dan obyektif pada Ny D dengan kista ovari
synistra.
- Mengidentifikasi masalah atau diagnosa kebidanan pada Ny D dengan kista ovari synistra.
- Mengantisipasi masalah potensial pada Ny D dengan kista ovari synistra.
- Mengindetifikasi kebutuhan tindakan segera pada Ny D dengan kista ovari synistra.
- Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny D dengan kista ovari synistra.
- Melaksanakan rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny D

dengan kista ovari synistra.
- Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada Ny D dengan kista ovari synistra.

1.3 Ruang Lingkup
Dalam mengingat keterbatasan waktu yang disediakan dan juga keterbatasan
pengetahuan dari penulis, maka asuhan ini hanya pada Ny D dengan kista ovari synistra di Poli
Obsgyn RSUD Dr.R KOESMA TUBAN.

1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Praktek Lapangan
Metode yang digunakan berdasarkan studi kasus yang ditemukan pada praktek di
lapangan
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara adalah pembicaraan langsung dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data
secara langsung serta menggali masalah yang sedang dihadapi
b. Observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap
subyek masalah yang dihadapi
c. Pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik secara langsung terhadap klien
d. Mempelajari dokumen pasien
Sumber Data :
Data primer adalah data yang diperoleh oleh keluarga, petugas kesehatan, dokumentasi medis
dan hasil pemeriksaan penunjang.

1.4.3 Tinjauan Pustaka
Yaitu mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan judul asuhan kebidanan ini dan
masalah yang dibahas

1.5 Pelaksanaan
Praktek lapangan ini dilaksanakan di Poli Obsgyn RSUD Dr.R KOESMA Tuban pada
tanggal 26 September 08 Oktober 2011.

1.6 Sistematika Penulisan
Bab 1 : Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan dan
sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Membahas tentang konsep dasar teori dan manajemen asuhan kebidanan.
Bab 3 : Tinjauan Kasus
Terdiri dari sistematika penulisan manajemen kebidanan 7 langkah menurut varney yaitu
pengkajian data, identifikasi diagnosa masalah, antisipasi diagnosa atau masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi dari pelaksanaan asuhan
kebidanan.
Bab 4 : Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka



BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kista Ovarium
2.1.1 Definisi
Kista Ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang berbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Republika Online, Zubain Djaerban)
Kista Ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cairan yang
tumbuh dalam indung telur (ovarium) (http://harrymenulis,blogsport. com,hariyanowinarto)
Kista Ovarium adalah suatu tumor yang terbungkus selaput semacam jaringan yang
terpisah dengan jaringan normal disekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
(Media Indonesia Online)
2.1.2 Etiologi
Penyebab Kista Ovarium secara pasti masih belum diketahui. Tetapi ada penyebab yang
mendorong tumbuhnya kista antara lain :
1. Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak, konsumsi makanan mengandung :
zat-zat sintetik, merokok,
2. Polusi udara,
3. Stres,
4. Virus,
5. Faktor genetik
6. Gagalnya sel telur berovulasi.
2.1.3 Faktor Risiko
Faktor risiko wanita akan mengalami kista ovarium bahkan terjadi kanker ovarium antara
lain :
1. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat
2. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
3. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
4. Wanita penderita kanker payudara dan kolon
5. Wanita ber KB oral yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi
2.1.4 Gejala Kista Ovarium
1. Gangguan haid
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
3. Rasa sakit berhubungan seksual
4. Perdarahan rahim yang abnormal
5. Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil (sering BAK)
2.1.5 Diagnosa
Sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu kista maka apabila seorang
wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kista menjadi ganas
biasanya dalam keadaan :
1. Kista cepat membesar
2. Kista pada usia remaja atau pasca menopause
3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4. Kista dengan bagian padat
5. Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas maka upaya yang dilakukan dengan
pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
1. Pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium
lainnya
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah
3. Pemeriksaan pertanda tumor (tumor marker)
4. Pemeriksaan CT-Scan/ MRI bila dianggap perlu
2.1.6 Jenis-jenis Kista Ovarium
a. Kista Nonneoplastik
1. Kista Folikel
Kista berasal dari Folikel De Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi
kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia, melainkan membesar menjadi kista. Bagian dalam
dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan
didalam kista, terjadi artrofi pada lapisan ini, cairan dalam kista jernih dan sering mengandung
estrogen. Oleh karena itu kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel
lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan. Umumnya diameter kista tidak lebih dari 5
cm.
2. Kista Korpus Luteum
Korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albican kista terbentuk karena terjadi
perdarahan didalamnya. Kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat. Dinding kista terdiri
atas lapisan kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Gejalanya kista
korpus luteum antara lain gangguan haid (Amenorhea) diikuti perdarahan tidak teratur, rasa berat
dibagian perut bawah.
3. Kista Teka Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut,
ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar
tinju. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma ovarium mengecil spontan.
4. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium, diameter kista jarang melebihi diameter 1 cm. Kista terletak dibawah
permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan
isinya cairan jernih dan serus.
5. Kista Stein-Lavental
Kista Stein Lavental disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal umumnya pada
penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen,
hiperplasma endometri sering ditemukan
b. Kista Neoplastik
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar.
Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding
kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium
akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui
apakah ada keganasan.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai kadang-kadang dapat terjadi torsi yang
menggambarkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista
dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum,
usus-usus dan peritoneum pariatele. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan,
pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatih, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung pencampurannya dengan darah
Dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel. Terdapat diantaranya
sel-sel yang membundar karena terisi lendir (globet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu
lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar. Kelenjar-kelenjar tersebut
menjadi kista-kista baru yang menyebabkan kista menjadi multikoler.
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor, bila cukup besar biasanya dilakukan pengangkatan
ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi) tidak dipungsi dahulu untuk mencegah timbulnya
psedomiksoma peritonei karena tercemanya isi kista. Setelah kista diangkat dilakukan
pemeriksaan histologik ditempat-tempat yang dicurigai keganasan dan tidak lupa ovarium yang
lain diperiksa pula.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista berbentuk multikoler meski lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan ciri
khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar
pada permukaan kista sebesar 5% isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena campur
darah. Tetapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum dan bila perlu diperiksa
sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi untuk menentukan tindakan
selanjutnya pada waktu operasi
4. Kista Endometroid
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-
sel yang menyerupai lapisan endometrium
5. Kista Dermoid
Kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektodermoidnya
dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebesar
berwarna putih kuning menyerupai lemak tampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen
entoderm dan mesoderm. Dinding kista berwarna putih keabu-abuan dan agak tipis.
Elemen-elem ektodermal, mesodermal dan entrodermal, dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar
sebasea, gigi (ekstodermal), tulang rawan, serat otot, jaringan ikat (mesodermal) dan mukora
traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernafasan dan jaringan tiroid (entodermal) terapi pada
kista dermoid terdiri atas pengangkatan biasanya dengan seluruh ovarium.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan langkah penatalaksanaan kista
ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain
sebagainya. Bila dilakukan pengangkatan kista dengan cara operasi kemudian tumor, jaringan
atau bagian yang diambil atau diangkat, selalu diperiksa dilaboratorium patologi anatomi.
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui golongan tumor tersebut jinak atau ganas dan berperan
dalam menentukan stadiumnya yang berguna untuk menentukan terapi selanjutnya.
Dilakukan juga pemeriksaan petanda tumor (tumor markers) biasanya pemeriksaan
merupakan pemeriksaan darah untuk mengetahui misalnya kadar tumor marker CA 125 (yang
merupakan pemeriksaan rutin untuk memperkirakan derajat keganasannya). Lalu juga
merupakan pemeriksaan untuk follow up efek terapi pada kista ovarium. Bila perlu pemeriksaan
CT-Scan/ MRS.
2.1.8 Penanganan
Kista dengan diameter dari 5 cm kemungkinan besar kista tersebut adalah kista
nonneoplastik (kista folikel atau kista korpus luteum). Tidak jarang kista-kista tersebut
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang. Sikap yang hendak diambil menunggu 2
sampai 3 bulan untuk dilakukan pemeriksaan ginekologik berulang. Bila terjadi peningkatan
dalam pertumbuhan kista tersebut, kemungkinan besar kista bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan satu pengobatan operatif. Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang
tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista.
Kista dengan diameter lebih dari 5 cm atau ada komplikasi, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi).
Pada saat operasi kedua ovarium harus di periksa untuk mengetahui apakah kista ditemukan pada
satu atau pada dua ovarium. Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka,
untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu
operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli
patologi anatomik untuk mendapat kepastian pakah kista ganas atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-
ooforektomibilateral. Akan tetapi, pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan
dengan tingkat keganasan kista yang rendah dapat dipertanggung jawabkan untuk mengambil
risiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
Tindakan bedah (operasi) yang dilakukan dapat bervariasi mulai dari ooforektomi
uniteral (dextra atau sinistra) saja sampai pada tindakan histerektomi totalis, salpingo-
ooforektomi bilateral dan omentektomi. Beberapa pertimbangan untuk melakukan pembedahan
konservatif pada kista ganas ovarium antara lain :
1. Usia muda dan fungsi reproduksi masih diperlukan
2. Stadium 14 tidak ada asites, tidak ada pelekatan, tidak pecah, unilateral, tidak ada pertumbuhan
papiler pada permukaan kista
3. Penilaian patologi yang memadai/ adekuat
Bila fungsi reproduksi telah terpenuhi/ terlampaui, dianjurkan untuk dilanjutkan dengan
histerektomi dan mengangkat sisa ovarium pada kasus-kasus yang telah dilakukan pembedahan
konservatif.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan ketrampilan rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada pasien (Varney, 1997)
Proses manajemen asuhan kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah dimana setiap
langkah ini disempurnakan secara periodik, ketujuh langkah manajemen kebutuhan varney
adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang lengkap untuk mengevaluasi pasien dan data ini
mencakup biodata pasien, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Riwayat penyakit
diderita, riwayat ginekologi, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial budaya.
A. Data Subyektif
1. Identitas
Data diambil dari pasien yang didapat dari anamnesa antara petugas kesehatan dengan pasien
antara lain :
a. Nama : Untuk identifikasi pasien
b. Umur : Untuk menentukan faktor risiko usia > 35 tahun
c. Suku/ Bangsa : Untuk mengetahui pola kehidupan pasien
d. Agama : Dilanjutkan agar bila dalam keadaan darurat segera dapat diketahui
e. Pendidikan : Berkenaan dengan motivasi yang diberikan petugas dapat diterima dengan
sesuai tingkat pengetahuannya
f. Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan ekonominya
g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menjaga kemungkinan bila ada
pasien yang namanya sama
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga dapat menentukan diagnosa yang sesuai
kebutuhan dan masalahnya
Gangguan Haid
Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
Rasa sakit berhubungan seksual
Perdarahan rahim yang abnormal
Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil (sering BAK)
3. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui faal sistem reproduksi (gangguan haid, disminorhoe)
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui suami keberapa, umur kehamilan, jenis persalinan penolong, adakah kelainan,
berat badan anak, jenis kelamin lama meneteki dan KB
5. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Apakah pasien pernah menderita penyakit menular, menahun atau menurun
6. Riwayat Ginekologi
Apakah pasien pernah atau menderita penyakit kandungan tumor, kista, kanker sebelumnya
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit menurun, menahun dan menular, kista, tumor dan kanker

8. Riwayat Sosial Budaya
Adakah kebiasaan keluarga yang merokok, berganti-ganti pasangan, kebiasaan hidup

B. Data Obyektif
Data ini diambil dari hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain
juga catatan medik lain, data objektif meliputi :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : untuk menilai kesadaran kesehatan secara menyeluruh
TTV : apakah TTV dalam keadaan normal
2. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi(terlihat benjolan),palpasi(Teraba massa), perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki
3. Pemeriksaan Penunjang
Mengetahui pemeriksaan laboratorium, radiology, konsultasi dari dokter spesialis atau lain
sebagainya.
2.2.2 Interprestasi Data
Yaitu menentukan diagnosa/ masalah yang ditemukan dari hasil pengkajian data dan
kemudian mengidentifikasi kebutuhan pasien.

2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi yaitu
merupakan kegiatan antisipasi pencegah jika memungkinkan menunggu, waspada dan persiapan
untuk segala sesuatu yang dapat terjadi.

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak hanya pada pemberian
pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodik. Data baru tetap diperoleh dari
evaluasi beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi, dimana bidan harus bertindak
segera disamping menunggu tindakan dokter.

2.2.5 Intervensi
Berisi tenaga asuhan yang telah diberikan kepada pasien sesuai diagnosa/ masalah awal
yang ada sesuai dengan protap yang ada.

2.2.6 Implementasi
Berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada pasien berdasarkan rencana yang telah
disusun sebelumnya untuk menangani masalah/ diagnosa yang telah terindentifikasi.

2.2.7 Evaluasi
Langkah akhir untuk menilai dari awal hingga akhir kepada pasien apakah sudah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pasien atau belum.
Mencakup
S (data subyektif) : Data yang diambil dari anamnesa/ wawancara dengan pasien atau
keluarga
O (data obyektif) : Data yang diambil dari pemeriksaan fisik
A (assesment) : Diagnosa yang diambil dari data subyektif dan obyektif
P (planning) : Rencana kedepan/ selanjutnya yang akan kita berikan untuk pasien
sesuai kebutuhan atau masalahnya



BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal : 27 September 2011 Jam : 10.00 WIB Oleh : Riea Endarma
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Ny D Nama Suami : Tn G
Umur : 27 tahun Umur : 27 tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
No. Register : - Alamat : Sukolilo
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak 3 hari yang lalu, disertai
amenorhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak berbau.
3. Riwayat Menstruasi
Siklus haid : 35 hari menarche : 14 tahun
Lama haid : 10 hari dismenorhea : jarang
Warna : merah HPHT : 1,5 bulan yang lalu
Bau : anyir
Fluor Albus : ya (sebelum dan sesudah menstruasi)
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
No Suami UK Penol Penyul BB/PB Seks H/M Menyusui KB

1



5. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak pernah atau menderita penyakit menahun, menurun dan menular seperti
hipertensi, jantung, TBC, paru-paru dan penyakit kelamin.
6. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan mengetahui dirinya mempunyai penyakit kista pada saat melakukan USG.
7. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit kista maupun penyakit yang
lainnya.
8. Riwayat Sosial Budaya
Ibu mengatakan tidak ada masalah dengan keluarga bahkan sangat mendukung ibu untuk
dilakukan operasi.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
o Keadaan umum : Baik
o Kesadaran : Composmentis
o TD/N/S/RR : 120/80 mmHg, 80x/mnt, 36,5
0
C, 20x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala/ rambut : rambut bersih, hitam, tidak rontok
b. Muka : tidak pucat, tidak ada flek-flek hitam
c. Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera putih
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jogularis
e. Dada : simetris
f. Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal
g. Abdomen : teraba benjolan keras bagian sinistra, setinggi pusat
h. Genetalia : fluxus sudah tidak aktif
3. Pemeriksaan dalam / ginekologis
Pemeriksaan penunjang :
Hasil laboratorium
Hb : - gr%
Hasil USG (tanggal : 27 September 2011)
Hepar : besar normal, intensitas acho parencym tidak meningkat, tepi tajam, permukaan
rata, tidak tampak nodule / kista.
Kandung Empedu : pancreas dan lien dalam normsl
Kedua Ginjal : besar normal, intensitas echo cortex tidak meningkat, batas
cortex dan sinus tajam, tidak tampak batu / kista.
Buli-buli : besar normal, batu (-)
Uterus : tidak membesar, massa (-), tampak masa multi cystic supra pubic
diluar buli dan uterus, ukuran 80mm, cairan bebas (-)
Kesimpulan : Cystoma Ovari Synistra

3.2 Interprestasi Data
Dx : Kista Ovarium
Ds : Ibu mengatakan merasakan nyeri perut sebelah kiri bawah sejak 3 hari yang lalu, disertai
amenorhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak berbau.
Do :
- Tidak ada keluaran pervaginam
- Terdapat benjolan keras dan pasien mengeluh nyeri tekan.
- Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG (tanggal : 27 September 2011)
Uterus : tidak membesar, massa (-), tampak masa multi cystic supra pubic diluar buli dan uterus, ukuran
80mm, cairan bebas (-)
Kesimpulan : Cystoma Ovari Synistra

3.3 Diagnosa / Masalah Potensial
Kista Torsi
3.4 Kebutuhan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan Dokter Obsgyn dalam pemberian therapy :
- Pro Laparotomi

3.5 Intervensi
Tanggal : 27 September 2011 Jam : 10.20 WIB
Diagnose : Kista Ovari
Tujuan : setelah diberikan asuhan kebidanan selama 20 menit diharapkan pasien kooperatif dengan
tindakan atau pemberian terapi yang diberikan oleh dokter atau bidan.
Kriteria : - Pasien mengerti dan memahami penjelasan dari petugas kesehatan
- Pasien dapat mengambil keputusan yang tepat setelah diberikan penjelasan oleh petugas
kesehatan
- Pasien tidak cemas
- Pasien siap untuk dilakukan tindakan medik
No Intervensi Rasional
1

2
3
4

Jalin komunikasi terapeutik
dengan pasien
Jelaskan hasil pemeriksaan
Berikan informed consent
Kolaborasi dengan dokter
Spesialis Obsgyn
- Px lebih kooperatif

- Px mengetahui kondisinya
- Persetujuan tindakan medic
- Melakukan tindakan selanjutnya

3.6 Implementasi
Tanggal Implementasi
27 September
2011
10.35










1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan pasien agar lebih
kooperatif dengan petugas kesehatan
2. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
- KU : baik
- TD/N/S/Rr : 120/80mmhg/80x/m/36,5C/20x/m
- Memberitahu ibu bahwa terdapat kista dikandungan ibu dari
hasil USG tampak adanya kista ovarium.
- Menjelaskan pada ibu bahwa penyakit kista tersebut dianjurkan
untuk dilakukan pengangkatan kista melalui tindakan operasi
dengan tujuan agar tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
- Menjelaskan bahwa kista ovarium adalah suatu kumpulan cairan
yang dibungkus kantong didalam organ reproduksi wanita
- Memberi dukungan dan membantu mengurangi kecemasan ibu








3. Kolaborasi dengan dokter Obsgyn untuk dilakukan tindakan
selanjutnya : - asam mefenamat (bila nyeri)
- Pro Laparotomi
4. Melakukan informed consent atas tindakan medik dari ibu untuk
siap dilakukan operasi dari suami/keluarga.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 27 September 2011 Jam : 10.45 WIB
S : Ibu mengatakan sudah paham dan mengerti tentang penjelasan petugas kesehatan
O : Ibu dapat mengulangi penjelasan petugas kesehatan dan bersedia dilakukan operasi
A : Ny. D dengan Kista Ovarium
P :
- Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Obsgyn
- Pro Laparotomi
- Pemeriksaan USG ulang
- Pemeriksaan thorax
- Pemeriksaan laboratorium
- Terapi oral : Asam Mefenamat 3x1 (bila nyeri)
- Follow up 1 bulan lagi/ jika ada keluhan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang berbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Replubika Online, Zubair Djoerban). Penyebab kista ovarium
belum diketahui secara pasti. Untuk memastikan adanya kista pada organ reproduksi dapat
dilakukan pemeriksaan meliputi.
1. Pemeriksaan kllinis ginerkologik
2. Pemeriksaan ultrasonografi
3. Pemeriksaan pertanda tumor (tumor marker)
4. Pemeriksaan CT-Scan/ MRI bila dianggap perlu
Penanganan kista ovarium bila diameter kurang dari scan hanya dilakukan menunggu 2
sampai 3 bulan untuk pemeriksaan ginekologik berulang. Bila kista dengan diameter lebih dari 5
cm atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium bisanya diserta dengan
pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang tepat adalah
histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan pembuatan Asuhan Kebidanan ini bias meningkatan pengetahuan dan
juga menambah pengalaman bagi mahasiswa
4.2.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dengan dibuatnya Asuhan Kebidanan ini agar mutu pelayanan dapat lebih
maju maka perlu kiranya memfungsikan sarana dan prasarana yang tersedia di tempat pelayanan
4.2.3 Bagi Pendidikan
Diharapkan pengadaan buku-buku protap agar lebih mudah dan menambah litratur di
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, crhisdiono. 1996. Tumor-tumor Ovarium Bordeline. Klaten : Cermin Dunia
Kedokteran.
Djoerban, Zubairi. 2008. Kista Ovarium. Jakarta : Republika Online.
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat
Kesuburan yang Rendah. www.kista ovarium.com.
Nasdaly. 2008. Jenis-jenis Kista Ovarium. Jakarta : Staf Medic Fungsional
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.
Winarto, Hariyono. 2008. Bagaimana Mengetahui Kista Ovarium Jinak atau Ganas. Jakarta.
htpp:///harymenulis.blogspot.com./
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsi Obstetri Jilid 1
Sastrawinata Sulaeman.1984. Obstetri Patologi
Wiknjosastro Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan

You might also like