A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi / Pengertian Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau le bih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan p lasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam (Ida Bagus Gde Manuaba, 2008) Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarah an yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabil a sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian ke cil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas. Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio placenta memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan penderita yang kurang . Oleh karena itu sebaiknya penanganan kala III pada persalinan mengikuti prosed ur tetap yang berlaku. 2. Epidemiologi / Insiden Kasus Retensio plasenta terjadi pada 3% kelahiran per vagina. 15 % retensio plasenta a dalah ibu yang pernah mengalami retensi plasenta (AAFP, 2000/2001). 3. Etiologi / Penyebab Penyebab terjadinya retensio plasenta diantaranya yaitu : a. Fungsional 8 His kurang kuat 8 Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena : tempatnya : insersi di sudut tuba bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis ukurannya : plasenta yang sangat kecil 8 Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan b. Patolog Anatomis Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas seba gian terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta : o Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk mel epaskan plasenta (plasenta adhessiva), o Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi khorialis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah pe ritoneum (plasenta akreta-perkreta) o Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus ya ng tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat menyebabkan kont raksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya juga dap at menyebabkan serviks kontraksi (pembentukan constriction ring) dan menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). 4. Faktor Predisposisi Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah : a. Grandemultipara b. Kehamilan Ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas. c. Kasus inferilitas, karena lapisan endometriumnya tipis d. Plasenta previa, karena di bagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam. e. Bekas operasi pada uterus. 5. Patofisiologi Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetap i progresif uterus mengecil yag disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi me nyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban b elum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang. 6. Pathway Terlampir 7. Klasifikasi Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain: a. Plasenta Adhesiva Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan keg agalan mekanisme separasi fisiologis. Tipis sampai hilangnya lapisan jaringan ik at Nitabush, sebagian atau seluruhnya sehingga menyulitkan lepasnya plaenta saat terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus. b. Plasenta Akreta Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miorne trium. Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabush sehingga plasenta sebagi an atau seluruhnya mencapai lapisan desidua basalis. Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi atau retraksi otot uterus, dapat terjadi tidak di ikuti perdarahan karena sulitnya plasenta lepas. Plasenta manual sering tidak l engkap sehingga perlu diikuti dengan kuretase. c. Plasenta Inkreta Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum. Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus sehingga, tidak mungkin l epas sendiri. Perlu dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan har us diikuti (kuretase tajam dan dalam, histeroktomi). d. Plasenta Perkreta Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga menca pai lapisan serosa dinding uterus. Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan sam pai lapisan peritoneum kavum abdominalis. Retensio plasenta tidak diikuti perdar ahan, plasenta manual sangat sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan sul it dihentikan, atau perforasi. Tindakan definitif : hanya histeroktomi. e. Plaserita Inkarserata Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteu ni uteri. Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi tertahan oleh karena k ontraksi SBR. Tabel : Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta Gejala Separasi / akreta parsial Plasenta inkarserata Plasenta akreta Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya Syok Sering Jarang Jarang sekali 8. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang Untuk memperkuat adanya dugaan retensio plasenta maka dilakukanlah pemeriksaan p enunjang yang meliputi : a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hema tokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaa n yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clott ing Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdaraha n yang disebabkan oleh faktor lain. 9. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi meliputi : a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penu runan perfusi organ. c. Sepsis. d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki ana k selanjutnya. 10. Penatalaksanaan a. Penanganan Umum 8 Jika placenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika anda d apat merasakan placenta dalam vagina, keluarkan placenta tersebut. 8 Pastikan kandung kemih sudah kosong. 8 Jika placenta belum keluar, berikan oksitoksin 10 unit i.m. Jika belum dilaku kan pada penanganan aktif kala III. 8 Jika uterus berkontraksi, lakukan PTT. 8 Jika PTT belum berhasil cobalah untuk melakukan pengeluaran placenta secara m anual. b. Penanganan Khusus Retensio placenta dengan separasi parsial : - Tentukan jenis retensio yang terjadi. - Regangan tali pusat dan minta klien untuk mengedan, bila ekspulsi pla centa tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat. - Pasang infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml cairan dengan 40 tetes/m enit. - Bila traksi terkontrol gagal, lakukan manual placenta. - Transfusi jika perlu. - Beri antibiotik dan atasi komplikasi. Placenta inkaserata : - Tentukan diagnosa kerja - Siapkan alat dan bahan untuk menghilangkan konstriksi serviks dan mel ahirkan plasenta. - Siapkan anastesi serta infus oksitoksin 20 ui dalam 500 ml dengan 40 tetes/menit. - Pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, TFU, perdarahan pasca tinda kan. Placenta akreta : - Tentukan diagnosis - Stabilitas pasien - Rujuk klien ke RS karena tindakan kasus ini perlu dioperasi. Placenta manual : - Kaji ulang indikasi dan persetujuan tindakan. - Kaji ulang prinsip perawatan dan pasang infus. - Berikan sedativa, analgetik, dan antibiotik dengan dosis tunggal. - Pasang sarung tangan DTT. - Jepit tali pusat, tegangkan sejajar lantai. - Masukan tangan secara obstetrik menelusuri tali pusat dan tangan lain menahan fundus uteri. - Cari insersi pinggir placenta dengan bagian lateral jari-jari tangan. - Buka tangan obstetrik seperti memberi salam dan jari-jari dirapatkan, untuk menentukan tempat implantasi. - Gerakan tangan secara perlahan bergeser kekranial sehingga semua perm ukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. - Jika tidak terlepas kemungkinan akreta. Siapkan untuk laparatomi. - Pegang plasenta, keluarkan tangan beserta plasenta secara pelahan. - Pindahkan tangan luar kesupra simphisis untuk menahan uterus saat pla centa dikeluarkan, dan periksa placenta. - Berikan oksitoksin 10 iu dalam 500 ml cairan dengan 60 tts/menit. - Periksa dan perbaiki robekan jalan lahir. - Pantau tanda vital dan kontrol kontraksi uterus dan TFU. - Teruskan infus dan transfusi jika perlu. Penanganan Retensio Plasenta 1. Resusitasi, pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotoni c atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung , nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Tranfusi darah apabila diperlukan y ang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. 2. Drips Oksitosin ( oxytocin drips ) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer l aktat atau NaCl 0,9% ( normal saline ) sampai uterus berkontraksi. 3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutka n dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. 4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indi kasi manual plasenta adalah perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 40 0 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan y ang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. 5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikel uarkan dengan tang ( cunam ) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumn ya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati hati karena dinding rahim relative tipis dibandingka n dengan kuretase pada abortus. 6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. 7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda tanda infeksi dan untuk penceg ahan infeksi sekunder. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut : Identitas klien Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, r iwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut : 1) Sirkulasi : Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah b ermakna) Pelambatan pengisian kapiler Pucat, kulit dingin/lembab Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah. 2) Eliminasi : Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina 3) Nyeri/Ketidaknyamanan : Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placen ta tertahan) dan nyeri uterus lateral. 4) Keamanan : Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayor a/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ek stensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks. 5) Seksualitas : Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan) Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihi dramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (i nspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%) 2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vasku ler yang berlebihan b. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia e. Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan f. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperole h 3. Rencana Tindakan Keperawatan a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vasku ler yang berlebihan. Setelah diberika asuhan keperawatan diharapkan volume cairan adekuat dengan krit eria hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal - Pengisian kapiler cepat (kurang dari 3 detik) - Sensorium tepat - Input dan output cairan seimbang Intervensi : Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan faktor-fak tor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen pla senta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi jan in mati selama lebih dari 5 minggu) Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan ke sempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, s impan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat. Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-be kuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase pe nonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpis is pubis. Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Pening katan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan sa tu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masa se. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosi s dasar kuku, membran mukosa dan bibir. Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun samp ai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji art eri pulmonal bila ada. Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutu han penggantian. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal . Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Peng ubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan dar ah keotak dan organ vital lainnya lebih besar. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/a tau rectal Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau peri neal atau hematoma terjadi. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan ba lik pada laserasi labial atau perineal. Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laseras i jalan lahir. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan j aringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta terhadap tanda-tanda KID (koagulas i intravascular diseminata). Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara ma nual yang dapat mengakibatkan koagulopati. Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter 18 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (pla sma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah u ntuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa. Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atonia. Magnesium sulfat Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MgSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual. Terapi Antibiotik. Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau m ungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada subin volusi uterus atau hemoragi. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht. Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0 ,5 mgHb. b. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. Setelah diberikan asuhan keperawatan infeksi tidak terjadi. Dengan kriteria hasi l : - Bebas dari tanda-tanda infeksi Intervensi : Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulan g cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misa lnya pembalut, tissue, dan balutan. Rasional : Mencegah kontaminasi silang/penyebaran organinisme infeksious. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP. Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 F (38C) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan p erpindahan kekiri menandakan infeksi. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri p elvis. Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menim bulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nye ri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, ny eri). Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi. Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak s istem imun c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeriberkurang. Dengan kriteria hasil : - nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol. - Tampak rileks/tenang Intervensi : Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nye ri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyer i tekan abdomen. Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketida knyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat da ri atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan. Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang mempe rberat persepsi ketidaknyamanan. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau lam pu pemanas pada penyembungan episiotomi. Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sens asi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi. d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perfusi jaringan kembali normal dengan kriteria hasil: - TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal - pengisian kapiler cepat - fungsi hormonal normal menunjukkan dengan suplai ASI adekuat untuk la ktasi dan mengalami kembali menstruasi normal. Intervensi : Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tin ggi dan berat badan. Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan oksigen. Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik. Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan d urasi hipotensi. Penigkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk me ngatasi asidosis metabolik. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku. Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis, ta nda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit. Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada p embuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit ding in. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi kejaringa n. Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi. Rasional : Memudahkan pemberian oksigen. e. Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan. Setelah diberika asuhan keperawatan diharapkan ansietas berkurang Intervensi : Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasc a partum. Klarifikasi kesalahan konsep. Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang k ejadian mungkin menyimpang, akan memperberat ancietasnya. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, ta chipnea, gelisah atau iritabilitas. Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung. Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansieta s antar pribadi. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas, berikan kesempatan pada k lien untuk mengungkapkan perasaan. Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, mempe rbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecaha n masalah. Beritahu kepada klien tujuan dari setiap tindakan yang akan dilakukan Rasional : Kecemasan klien akan berkurang bila sebelum sebuah tindakan dilakukan oleh perawat. f. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperole h. Setelah diberika asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga p asien meningkat Intervensi : Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyeba b hemoragi. Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan menga tasi situasi. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Den garkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau m ateri. Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat pembelanjaran, dan me mberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman. Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum, seperti perlamba tan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu melakukan pe rawatan terhadap diri dan bayinya segera sesuai keinginannya). Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untu k melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan bayi. Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum dengan tepat, misalny a resiko hemoragi pasca partum pada kehamilan selanjutnya, ataonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakuk an. Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan m ulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang. 4. Implementasi Implementasi disesuaikan dengan intervensi 5. Evaluasi a) volume cairan adekuat, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Pengisian k apiler cepat (kurang dari 3 detik), Sensorium tepat, Input dan output cairan sei mbang b) Infeksi tidak terjadi, Bebas dari tanda-tanda infeksi c) Nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, Tampak rileks/tenang d) Perfusi jaringan kembali normal; TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal ; pengisian kapiler cepat. e) ansietas berkurang f) pengetahuan pasien dan keluarga pasien meningkat DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marilynn. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC Harry, Oxorn. 1990. Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Lab or and Birth : Yayasan Essentia Medica Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. Mary Hamilton. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika. Muliyati, 2005. Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas. Makassar Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal d an Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka