Terdapat tiga istilah yang sering berhubungan dengan evaluasi, dan seringkali tertukar di dalam memaknai dan menerapkannya. Agar guru (pendidik) dapat memahami dengan baik, sebelum tertuju pada batasan evaluasi pembelajaran PAUD yang definitif, ada baiknnya istilah-istilah kunci yang berhubungan dengan makna evaluasi tersebut dipahami sebaik- baiknya, istilah-istilah tersebut yaitu tes, pengukuran, dan penilaian (test, measurement, and assessment). Pertama Tes. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 1999: 2). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi. Kedua Pengukuran. Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which information about the attributes or characteristics of thing are determinied and differentiated (Oriondo,1998: 2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of rules (Griffin & Nix, 1991: 3). Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapanangka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaanindividu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memilikikonsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpamenggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperolehinformasi dalam bentuk kuantitatif. Ketiga Penilaian. Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi.The Task Group on Assessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan asesmen sebagai semuacara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (Griffin & Nix, 1991: 3).Popham (1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usahasecara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentinganpendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasitentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatuyang berkaitan dengan sistem institusi. processes that provide information about individualstudents, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions(Stark & Thomas,1994: 46). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwaassessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran. Keempat Evaluasi. Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuranmaupun tes. Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa : Evaluation is theprocess of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information aboutthe worth and merit of some objects goals, design, implementation, and impact in order to guidedecision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involvedphenomena. Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa: Evaluation is the process of ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and collecting and analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting among alternatives. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Selanjutnya Griffin & Nix (1991 : 3) menyatakan: Measurement, assessment and evaluation are hierarchial. The comparison of observation with the criteria is a measurement, the interpretation and description of the evidence is an assessment and the judgement of the value or implication of the behavior is an evaluation. Kesimpulan. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.
2. Tujuan Evaluasi PAUD Tujuan dilaksanakan kegiatan evaluasi PAUD antara lain adalah: a. Untuk memantau perkembangan anak, baik perkembangan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. b. Untuk mengetahui kesulitan belajar anak. Melalui kegiatan ini dapat diketahui dalam aspek-aspek apa saja anak mengalami kesulitan belajar, sehingga dengan cepat dapat diketahui cara penyelesaiannya. c. Untuk melakukan penempatan, yaitu dengan mengetahui bakat, minat dan kemampuan anak. Hasil dari penilaian itu, pendidik dapat menentukan dalam kelompok mana anak tersebut ditempatkan. d. Sebagai pertanggungjawaban pendidik, baik pertanggungjawaban terhadap profesi pendidik maupun kepada orang tua anak. Prinsip-prinsip Evaluasi PAUD Berikut adalah beberapa prinsip dalam kegiatan evaluasi pendidikan anak usia dini, antara lain: a. Menyangkut semua aspek perkembangan, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. b. Dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus c. Mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat diketahui mana tujuan yang tercapai mana tujuan yang kurang tercapai. d. Penilaian dilakukan secara objektif dan tidak berat sebelah. e. Memberi makna bagi anak. Penilaian dilakukan untuk memberi makna yang positif bagi anak, tidak menghakimi tetapi mampu mendorong agar anak dapat berkembang lebih baik. f. Mendidik, artinya penilaian dilakukan dalam koridor pendidikan dan berdampak positif bagi perkembangan anak 3. Teknik Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini Terdapat beberapa teknik evaluasi pembelajaran anak usia dini, di antaranya adalah: a. Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang penilaiannya berdasarkan pengamatan langsung maupun tidak langsung pendidik terhadap sikap dan perilaku anak dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat beberapa prinsip dasar teknik observasi, yaitu: 1. Observasi harus dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Harus direncanakan terlebih dahulu secara sistematis 3. Hasil observasi dicatat dan dipilih sesuai tujuan pembelajaran 4. Data observasi harus valid, realibel, dan teliti. 5. Observasi harus dapat dikuantifikasikan. b. Catatan Anekdot Catatan anekdot adalah kumpulan catatan mengenai sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu di dalam maupun di luar kelas, baik yang bersifat positif maupun negatif. Jenis evaluasi ini biasanya digunakan untuk menilai hal-hal yang sifatnya non-akademis dan didasari oleh latar belakang informasi tertentu yang telah diketahui oleh pendidik. Kegunaan catatan enekdot adalah: 1. Mengetahui bahwa anak merupakan individu 2. Mengetahui sebab suatu tingkah laku yang ditunjuk oleh anak 3. Mengembangkan cara menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dalam kegiatan belajarnya.
II MEDIA PEMBELAJARAN 1. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Alat Pembelajaran adalah Sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorongterciptanya proses belajar pada diri peserta didikdalam lingkup yang lebih sempit. Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi atau penjelasan, berupa definisi, teori, konsep, dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran... Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar semakin berkembang, seiring dengan terjadinya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi dan kreativitas manusia. Sumber bekajar yang bukan manusia, melainkan peralatan yang dibuat manusia yang selanjutnya menjadi penyambung lidah keinginan manusia biasanya disebut media .
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 2. Pentingnya media pembelajaran yaitu : a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: - Objek yang terlalu besar (bisa digantikan dengan realita, gambar, film, film bingkai, atau model) - Objek yang kecil (dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar) - Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; - Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, maupun secara verbal; - Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan - Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. III KOMPUTER 1. Pada usia dini semua pembelajaran sangat tepat diperkenalkan pada anak, termasuk komputer. Di usia dinilah saat yang tepat untuk mengenalkannya pada anak apalagi untuk saat ini. Zaman yang memang menuntut manusia untuk menguasai teknologi. Hal ini sangat didukung dengan penemuan dari seorang pakar yaitu Dr. Glenn Doman dalam bukunya berjudul How to Multiply Your Childs Intelligence yang menyatakan bahwa : Semua bayi dalam perkembangan berikutnya akan ditentukan pada usia enam tahun pertama dalam hidupnya. Dalam penelitiannya menemukan bahwa sebagian besar anak belajar diantara usia 1-6 tahun dengan menyerap segala sesuatu yang diajarkan kepadanya. Pengajaran yang diperoleh anak pada usia ini akan menentukan nilai-nilai atau keterampilan yang akan mereka miliki di masa mendatang. Waktu yang paling tepat memperkenalkan komputer pada anak adalah saat anak berusia 2-4 tahun, dimana pad usia ini anak sedang dalam pengembangan pemikiran logis dan tingkat kecerdasan tertentu, anak disini bias melakukan aktifitas dalam dirinya. Melalui computer anak dapat bereksperimen dan menggabungkan dengan hal yang telah mereka pelajari. Untuk menghindari generasi yang gaptek(gagap teknologi), pendidik memiliki kewajiban memperkenalkan teknologi tersebut kepada anak semenjak dini. Dalam memperkenalkannya pendidik dapat memulai dengan permainan permainan edukatif yang ada dalam computer dan juga mewarnai suatu objek didalam computer yang sangat disenangi anak-anak. 3. Faktor yang tidak mendukung diberlakukannya pembelajaran teknologi pada usia dini. Selain manfaat, bukan tidak mungkin komputer sebagai media pembelajaran anak memiliki dampak yang negatif. Salah satu dari dampak negatif tersebut adalah, kemungkinan besar anak mengonsumsi permainan yang menonjolkan unsur-unsur kekerasan tanpa sepengetahuan orang tua. Disamping itu, anak akan kehilangan waktu bermain dengan teman seusianya yang akan menjadikan kurangnya keseimbangan kehidupan sosial anak tersebut. Anak juga menjadi malas belajar karena banyak waktu yang dihabiskan di depan komputer, sehingga mengakibatkan prestasi akademiknya menurun. Akses internet juga akan berdampak negatif walaupun sesungguhnya, mampu mengakses internet adalah awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Anak akan terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet. Karena melalui internet, berbagai materi yang bermuatan seks, kekerasan, dan lain sebagainya, dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Selain dampak-dampak yang telah disebutkan diatas, dampak lain yang datang dari bidang kesehatan juga banyak dialami oleh para pengguna komputer. Contohnya : repetitive stress atau strain injury, kelelahan mata dan sakit kepala, sakit punggung dan leher, dan lain sebagainya. Tentunya kita tidak mau jikalau anak kita yang masih dalam masa perkembangan sudah mengalami gangguan kesehatan yang telah disebut diatas.