You are on page 1of 28

M

a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 1 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
P U T U S A N
No. 04 K/PID.HAM AD HOC/2005
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara pidana Hak Asasi Manusia dalam tingkat kasasi telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :
nama : Brigadir Jendral TNI MOHAMAD NOER
MUIS ;
tempat lahir : Kuala Simpang, Aceh ;
umur / tanggal lahir : 49 tahun/22 Agustus 1953 ;
jenis kelamin : Lakilaki ;
kebangsaan : Indonesia ;
tempat tinggal : Jalan Mampang Prapatan 4/57, Jakarta
Selatan ;
agama : Islam ;
pekerjaan : anggota TNIAD, Mantan Dan Rem
164/Wira Dharma Dili TimorTimur,
sekarang Wagub Akmil Magelang ;
Termohon Kasasi berada di luar tahanan :
yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena didakwa :
KESATU :
Bahwa ia terdakwa M. Noer Muis, selaku Komandan Resort Militer 164
Wira Dharma Timor Timur, pada kurun waktu antara tanggal 13 Agustus 1999
sampai dengan tanggal 30 Maret 2000 dan membawahi 13 (tiga belas) Kodim
yaitu :
1. Kodim Los Palos dengan Dandim : Letkol. Inf. Sudrajat.
2. Kodim Baucau dengan Dandim : Letkol. Inf. Richard Hutajulu
3. Kodim Viquwquw dengan Dandim : Letkol. Inf. Gustaf Heru
4. Kodim Manatuto dengan Dandim : Letkol. Inf. Lexi Pontoh
5. Kodim Dili dengan Dandim : Letkol. Inf. Sujarwo
6. Kodim Aileu dengan Dandim : Letkol. Inf. Maman Rahman
7. Kodim Same dengan Dandim : Letkol. Inf. Suwondo
8. Kodim Liquisa dengan Dandim : Letkol. Inf. Asep Kuswani
9. Kodim Ermera dengan Dandim : Letkol. Inf. Muhamad Nur
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 1
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 2 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
10. Kodim Maliana dengan Dandim : Letkol. Kav. Siagian kemudian diganti oleh
Letkol. Inf. B. Supriatno
11. Kodim Ainaro dengan Dandim : Letkol. Inf. Gatot Rusdiyanto
12. Kodim Suai dengan Dandim : Letkol. Inf. Ahmad Mas Agus diganti oleh
Letkol. Czi. Lilik Kushardianto
13. Kodim Ambeno dengan Dandim : Letkol. Art. B. Sungesti
Serta mempunyai tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab yaitu membina
potensi geografi, demografi dan kondisi sosial di wilayah untuk menjadi ruang,
alat dan kondisi juang sehingga mampu mendukung sistem pertahanan di
wilayah dalam rangka mendukung system pertahanan Kodam. Khusus di Timor
Timur pada pelaksanaan jajak pendapat adalah mensukseskan jajak pendapat
tahun 1999, dapat berkoordinasi dengan unsurunsur keamanan, unsurunsur
Pemda dan unsurunsur lainnya baik dari pemerintah Indonesia maupun
institusi internasional lainnya yang ada di Timor Timur (UNAMET, UMNO,
UNHCR, ICRC) dalam rangka mensukseskan Jajak Pendapat 1999 dan
bertanggung jawab kepada Pangdam IX / Udayana selaku Pangkoops dalam
rangka mensukseskan pelaksanaan jajak pendapat dengan rincian tugas yang
diberikan, akan tetapi tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab tersebut
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya yatiu pada hari Mingu tanggal 5
Septermber 1999 sekira pukul 14.30 WITA dan hari Senin tanggal 6 September
1999 sekira pukul 09.15 WITA serta hari Senin tanggal 6 September sekira
pukul 13.30 WITA atau setidaktidaknya pada waktu lain dalam bulan
September 1999, bertempat di Diosis Dili dan rumah kediaman saksi Mgr.
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) di Dili serta di Gereja Ave Maria Suai
atau setidaktidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Dili, Timor Timur, namun berdasarkan Pasal 2
Keppres RI No.96 Tahun 2001 tanggal 1 Agustus 2001 tentang Perubahan atas
Keppres No.53 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa
dan memutus perkara ini, Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort
Militer 164 Wira Dharma Timor Timur atau yang secara efektif bertindak sebagai
Komandan Militer dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana yang
berada di dalam yurisdiksi Pengadilan HAM, yang dilakukan oleh pasukan yang
berada di bawah komando dan pengendaliannya yang efektif karena Terdakwa
selaku atasan yang membawahi Kodim Dili dan Kodim Suai berikut jajarannya,
atau di bawah kekuasaan dan pengendaliannya yang efektif dan tindak pidana
tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan pengendalian pasukan secara
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 2
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 3 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
patut yaitu Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort Militer 164 Wira
Dharma Timor Timur, mengetahui atas dasar keadaan saat itu seharusnya
mengetahui bahwa pasukan tersebut sedang melakukan atau baru saja
melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yaitu kejahatan terhadap
kemanusiaan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas dan
sistematik yang diketahui oleh Terdakwa bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan dan Terdakwa
tidak melakukan tindakan yang layak dan diperlukan dalam ruang lingkup
kekuasaannya baik untuk mencegah atau menghentikan perbuatan tersebut
sehingga terjadi penyerangan ke Diosis Dili yang mengakibatkan jatuh korban
penduduk sipil setidaktidaknya 3 (tiga) orang atau lebih meninggal dunia dan
pengrusakan serta pembakaran rumah kediaman rumah kediaman saksi Mgr.
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) yang menimbulkan korban penduduk
sipil setidaktidaknya 10 (sepuluh) orang atau lebih meninggal dunia maupun
penyerangan ke komplek Gereja Katolik Ave Maria Suai yang menimbulkan
korban penduduk sipil setidaktidaknya 26 (dua puluh enam) orang atau lebih
meninggal dunia, atau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang
berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, perbuatan
Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort Militer 164 Wira Dharma
Timor Timur tersebut dilakukan dengan caracara antara lain sebagai berikut :
Bahwa bermula setelah adanya pengumuman hasil jajak pendapat pada
tanggal 4 September 1999 bagi warga Timor Timur untuk memilih tetap
berintegrasi dengan Pemerintah, bangsa dan Negara Indonesia atau
menyatakan diri ikut sebagai warga Negara dari pemerintah yang berdiri sendiri,
yang ternyata dimenangkan oleh kelompok anti integrasi (pro kemerdekaan)
sehingga timbul situasi memanas dan tejadi ketegangan antara kelompok yang
menyatakan diri pro kemerdekaan (anti integrasi) dengan kelompok pro
integrasi;
Bahwa dari situasi yang memanas setelah adanya jajak pendapat
tersebut kemudian pada hari Minggu pada tanggal 5 September 1999 sekira
pukul 14.30 WITA setelah pengumuman hasil jajak pendapat masa kelompok
pro integrasi yang mengalami kekalahan dalam pemungutan suara menduga
adanya kecurangan yang dilakukan pihak UNAMET beserta kelompok pro
kemerdekaan dalam perhitungan pemungutan suara. Keberatan yang diajukan
massa kelompok pro integrasi yang tidak ditanggapi pihak UNAMET telah
menimbulkan ketidakpuasan massa kelompok pro integrasi dan sebagai
pelampiasan ketidakpuasan tersebut terjadi penyerangan ke Diosis Dili, yang
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 3
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 4 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
dilakukan oleh Anggota Milisi, pasukan TNI dan anggota Polri terhadap
kelompok pro kemerdekaan yang mengungsi dan berlindung di Diosis Dili
dengan cara menembak menggunakan senjata api, senjata api rakitan,
melakukan penusukan dan pembacokan dengan menggunakan pedang dan
samurai terhadap para pengungsi dari kelompok pro kemerdekaan yang sedang
berlindung di kantor Diosis Dili. Bahwa penyerangan ini telah dilaporkan oleh
Dandim Dili maupun Anggota Kodim Dili yang bertugas di lapangan kepada
Terdakwa M. Noer Muis selaku Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur, namun
pihak Danrem dan aparat lainnya tidak melakukan tindakan lokalisir bahkan
tidak melakukan tindakan pencegahan maupun tindakan penghentian atas
serangan yang dilakukan oleh Anggota Milisi, pasukan TNI dan anggota Polri
terhadap kelompok pro kemerdekaan atau setidaktidaknya pihak Korem 164
Wira Dharma Timor Timur atau aparat lainnya tidak berusaha melakukan
tindakan perampasan atau pelucutan atas sejata tajam maupun senjata api
rakitan yang dibawa oleh kelompok penyerang sehingga akibat kejadian
tersebut telah jatuh korban penduduk sipil setidaktidaknya 3 (tiga) orang atau
lebih meninggal dunia yang masingmasing bernama :
1. Jose Malton da Costa ;
2. Fransisco ;
3. Engino da Costa ;
Dan kantor Diosis Dilli dirusak serta dibakar ;
Bahwa pada hari Senin tanggal 6 September 1999 sekira pukul 09.15
WITA massa kelompok pro integrasi, anggota milisi, pasukan TNI dan anggota
Polisi dengan dilengkapi senjata tajam, senjata api dan senjata api rakitan
melakukan aksi ketidakpuasan mereka terhadap hasil jajak pendapat dan
bergerak menuju tempat kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo
(Uskup Belo) di Dilli yang mereka ketahui sebagai tempat mengungsi dan
berlindung massa kelompok pro kemerdekaan yang terdiri dari penduduk sipil.
Setibanya di tempat kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup
Belo) lalu mereka memaksa pengungsi dari kelompok pro kemerdekaan yang
sedang berlindung di rumah saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo)
untuk keluar dan berkumpul di taman Bunda Maria di depan rumah saksi Mgr.
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) tidak lama kemudian terdengar suara
teriakan serang lalu kelompok pro integrasi, anggota milisi, pasukan TNI dan
anggota Polri melakukan penyerangan dengan cara menembaki para pengungsi
dari kelompok pro kemerdekaan, mengakibatkan korban penduduk sipil setidak
tidaknya 10 (sepuluh) orang atau lebih meninggal dunia dimana salah seorang
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 5 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
diantaranya bernama Nunu disamping itu mereka juga melakukan pengrusakan
serta membakar rumah saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo).
Bahwa sebelum kejadian penyerangan tersebut saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) pada tanggal 5 September 1999 pagi hari
memanggil saksi Manuel Saores Abrantes untuk bersamasama ke Korem,
setibanya di Korem saksi Manuel Saores Abrantes dan saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) menuju ke ruang tunggu di lantai dasar, tidak
berapa lama Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur yaitu Terdakwa M. Noer
Muis turun dari lantai II untuk menerima kedatangan mereka, lalu saksi Mgr.
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) mengatakan kepada Danrem bahwa
kedatangan kami Bapak Komandan karena situasi keamanan di Kota Dilli
sangat mencekam karena tembakan dan sudah banyak pengungsi datang ke
rumah Uskup, jadi bagaimana bisa menghentikan tembakantembakan itu, bisa
kembali menjadi aman, normal kemudian Terdakwa M. Noer Muis selaku
Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur mengatakan yang mulia Bapak Uskup
kita ke lapangan saja sekaligus menyampaikan kepada Bapak Pangab /
Menhankam yang akan datang dari Jakarta, kemudian merekapun ikut ke
lapangan terbang Comoro untuk menyambut tamutamu penting dari Jakarta
yang antara lain Pangab / Menhankam Jenderal Wiranto ;
Setelah saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) menyampaikan
pertanyaan kepada Jenderal Wiranto Apakah Bapak bisa memulihkan situasi
keamanan dan memerintahkan Milisi untuk dikeluarkan rintanganrintangan
(halanganhalangan) yang banyak di jalan berupa kayu dan juga para Milisi itu
sendiri yang mengambil alih keamanan di jalanjalan serta memeriksa setiap
orang yang lewat jalan itu kalau ada pro kemerdekaan yang lewat ;
Jenderal Wiranto sambil menunjuk ke arah Terdakwa M. Noer Muis selaku
Danrem164 Wira Dharma Timor Timur berkata Pak Danrem ini perintah untuk
anda, keluarkan Milisi itu dan kembalikan keadaan normal, Kapolda Timor
Timur ada di belakang saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo)
waktu itu, disampingnya ada Wakapolda dan beberapa Polisi berpangkat
Kolonel, selanjutnya saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) untuk
kedua kalinya berbicara agar Pak Jenderal memulihkan situasi keamanan di
Timor Timur khususnya di Dilli, agar milisi dikendalikan rintanganrintangan
yang ada di jalan dilepaskan, Jenderal Wiranto menjawab Ya Uskup sehingga
dengan demikian Terdakwa selaku Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur
mengetahui adanya konsentrasi penduduk sipil yang mengungsi di rumah
kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 5
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 6 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Bahwa sebelum terjadi penyerangan tersebut saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) pada tanggal 6 September 1999 sesudah makan
pagi sebelum terjadi penyerangan menelpon ke Kapolda Timor Timur (Timbul
Silaen) minta truck untuk mengevakuasi pengungsi dari Dilli ke Bau Cau,
kemudian Kapolda Timor Timur Timbul Silaen bilang lebih baik Uskup telpon
langsung Danrem. Lalu saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo)
menelpon ke Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort Militer 164 Wira
Dharma Timor Timur dan minta truck serta perlindungan, tapi Terdakwa M. Noer
Muis selaku Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur hanya menjawab tidak ada
kendaraan, namun permintaan saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup
Belo) tidak dipenuhi oleh Terdakwa M. Noer selaku Danrem 164 Wira Dharma
Timor Timur ;
Bahwa pada hari Senin tanggal 6 September 1999 sekira pukul 13.30
WITA massa kelompok masyarakat pro integrasi yaitu antara lain Izedio Manek,
Olivio Mendoza Moruk alias Olivia Mou, Martinus Bere Motornus dan Vasco da
Cruz yang tergabung dalam Milisi Laksaur di bawah pimpinan Olivio Moruk,
pasukan TNI dan anggota Polri melakukan tindakan penyerangan terhadap
penduduk sipil termasuk para Biarawati yang mengungsi dan berada di dalam
komplek gereja Ave Maria Suai dengan menggunakan senjata api antara lain
jenis laras panjang (sejenis M16) maupun senjata api rakitan serta dengan
menggunakan senjata tajam tanpa adanya suatu tindakan pencegahan ataupun
tindakan penghentian dari aparat keamanan khususnya Kodim
Suai dan Korem 164 Wira Dharma Timor Timur di bawah Komando Terdakwa
M. Noer Muis sehingga akibat kejadian tersebut jatuh korban penduduk sipil
setidaktidaknya 26 (dua puluh enam) orang atau lebih meninggal dunia yang
terdiri dari 17 (tujuh belas) orang lakilaki dan 9 (sembilan) orang perempuan,
antara lain :
1. Romo Tarsisius Dewanto, sesuai Visum et Repertum
No.001/T.T.3002/SK.II/1999 tanggal 30 Nopember 1999 yang dibuat oleh dr.
Budi Sampurna, SH., Spf., Dr. Herkutanto, SH., Spf dan dr. Agung
Widjajanto, Tim Dokter Forensik dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUP Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo Jl. Salemba Raya 6, Jakarta Pusat ;
2. Romo Hilario Maderia, sesuai Visum et Repertum
No.002/T.T.3002/SK.II/1999 tanggal 30 Nopember 1999 yang dibuat oleh dr.
Budi Sampurna, SH., Spf., Dr. Herkutanto, SH., Spf dan dr. Agung
Widjajanto, Tim Dokter Forensik dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 6
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 7 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUP Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo Jl. Salemba Raya 6, Jakarta Pusat ;
3. Romo Fransisco Saores, sesuai Visum et Repertum
No.003/T.T.3002/SK.II/1999 tanggal 30 Nopember 1999 yang dibuat oleh dr.
Budi Sampurna, SH., Spf., Dr. Herkutanto, SH., Spf dan dr. Agung
Widjajanto, Tim Dokter Forensik dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUP Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo Jl. Salemba Raya 6, Jakarta Pusat dan korban
meninggal lainnya sesuai Visum et Repertum No.004/T.T.3002/SK.II/1999
tanggal 30 Nopember 1999 sampai dengan No.026/T.T.3002/SK.II/XI/1999
tanggal 30 Nopember 1999 yang terhimpun di dalam Laporan Penggalian
Kuburan dan Pemeriksaan Jenazah No.T.T.3002/SK.II/XI/1999 ;
Bahwa Terdakwa mengetahui atau atas dasar keadaan pada waktu itu
seharusnya mengetahui selaku Komandan Resort Militer 164 Wira Dharma
Timor Timur sedang adanya serangan atau baru saja terjadi serangan yang
merupakan pelanggaran Hak Azasi Manusia yang berat yang meluas atau
sistematik terhadap penduduk sipil yang mengungsi ke Kantor Diosis Dilli, dan di
rumah kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) serta di
Gereja Ave Maria Suai, namun Terdakwa tidak mengambil tindakan layak dan
diperlukan dalam ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau
menghentikan perbuatan tersebut dan Terdakwa M. Noer Muis selaku
Komandan Resort Militer 164 Wira Dharma Timor Timur tidak menyerahkan
pelaku yang melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil yang mengungsi
ke Kantor Diosis Dilli, dan di rumah kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes
Belo (Uskup Belo) di Dilli serta di Gereja Ave Maria Suai kepada pejabat yang
berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan ;
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 42 ayat 1
huruf a dan b jo. Pasal 7 huruf b jo. Pasal 9 huruf a jo. Pasal 37 Undang
Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia ;
KEDUA
Bahwa ia terdakwa M. Noer Muis, selaku Komandan Resort Militer 164
Wira Dharma Timor Timur, yang menjabat sejak tanggal 13 Agustus 1999 sampai
dengan tanggal 30 Maret 2000 dan membawahi 13 (tiga belas) Kodim yaitu :
1. Kodim Los Palos dengan Dandim : Letkol. Inf. Sudrajat.
2. Kodim Baucau dengan Dandim : Letkol. Inf. Richard Hutajulu
3. Kodim Viquwquw dengan Dandim : Letkol. Inf. Gustaf Heru
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 7
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 8 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
4. Kodim Manatuto dengan Dandim : Letkol. Inf. Lexi Pontoh
5. Kodim Dili dengan Dandim : Letkol. Inf. Sujarwo
6. Kodim Aileu dengan Dandim : Letkol. Inf. Maman Rahman
7. Kodim Same dengan Dandim : Letkol. Inf. Suwondo
8. Kodim Liquisa dengan Dandim : Letkol. Inf. Asep Kuswani
9. Kodim Ermera dengan Dandim : Letkol. Inf. Muhamad Nur
10. Kodim Maliana dengan Dandim : Letkol. Kav. Siagian kemudian diganti oleh
Letkol. Inf. B. Supriatno
11. Kodim Ainaro dengan Dandim : Letkol. Inf. Gatot Rusdiyanto
12. Kodim Suai dengan Dandim : Letkol. Inf. Ahmad Mas Agus diganti oleh
Letkol. Czi. Lilik Kushardianto
13. Kodim Ambeno dengan Dandim : Letkol. Art. B. Sungesti
Serta mempunyai tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab yaitu membina
potensi geografi, demografi dan kondisi sosial di wilayah untuk menjadi ruang,
alat dan kondisi juang sehingga mampu mendukung system pertahanan di
wilayah dalam rangka mendukung sistem pertahanan Kodam. Khusus di Timor
Timur pada pelaksanaan jajak pendapat adalah mensukseskan jajak pendapat
tahun 1999, dapat berkoordinasi dengan unsurunsur keamanan, unsurunsur
Pamda dan unsurunsur lainnya baik dari pemerintah Indonesia maupun
institusi internasional lainnya yang ada di Timor Timur (UNAMET, UMNO,
UNHCR, ICRC) dalam rangka mensukseskan Jajak Pendapat 1999 dan
bertanggung jawab kepada Pangdam IX / Udayana selaku Pangkoops dalam
rangka mensukseskan pelaksanaan jajak pendapat dengan rincian tugas yang
diberikan, akan tetapi tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab tersebut
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya yatiu pada hari Mingu tanggal 5
Septermber 1999 sekira pukul 14.30 WITA dan hari Senin tanggal 6 September
1999 sekira pukul 09.15 WITA serta hari Senin tanggal 6 September sekira
pukul 13.30 WITA atau setidaktidaknya pada waktu lain dalam bulan
September 1999, bertempat di Diosis Dili dan rumah kediaman saksi Mgr.
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) di Dili serta di Gereja Ave Maria Suai
atau setidaktidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Dili, Timor Timur, namun berdasarkan Pasal 2
Keppres RI No.96 Tahun 2001 tanggal 1 Agustus 2001 tentang Perubahan atas
Keppres No.53 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa
dan memutus perkara ini, Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort
Militer 164 Wira Dharma Timor Timur atau yang secara efektif bertindak sebagai
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 8
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 9 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Komandan Militer dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana yang
berada di dalam yurisdiksi Pengadilan HAM, yang dilakukan oleh pasukan yang
berada di bawah komando dan pengendaliannya yang efektif karena Terdakwa
selaku atasan yang membawahi Kodim Dili dan Kodim Suai berikut jajarannya,
atau di bawah kekuasaan dan pengendaliannya yang efektif dan tindak pidana
tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan pengendalian pasukan secara
patut yaitu Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort Militer 164 Wira
Dharma Timor Timur, mengetahui atas dasar keadaan saat itu seharusnya
mengetahui bahwa pasukan tersebut sedang melakukan atau baru saja
melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yaitu kejahatan terhadap
kemanusiaan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas dan
sistematik yang diketahui oleh Terdakwa bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan dan Terdakwa
tidak melakukan tindakan yang layak dan diperlukan dalam ruang lingkup
kekuasaannya baik untuk mencegah atau menghentikan perbuatan tersebut
sehingga terjadi penyerangan ke Diosis Dili yang mengakibatkan jatuh korban
penduduk sipil setidaktidaknya 4 (empat) orang atau lebih menderita lukaluka
dan pengrusakan serta pembakaran rumah kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) yang menimbulkan korban penduduk sipil setidak
tidaknya 1 (satu) orang atau lebih menderita lukaluka atau menyerahkan
pelakunya kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan, perbuatan Terdakwa M. Noer Muis selaku
Komandan Resort Militer 164 Wira Dharma Timor Timur tersebut dilakukan
dengan caracara antara lain sebagai berikut :
Bahwa bermula setelah adanya pengumuman hasil jajak pendapat pada
tanggal 4 September 1999 bagi warga Timor Timur untuk memilih tetap
berintegrasi dengan Pemerintah, bangsa dan Negara Indonesia atau
menyatakan diri ikut sebagai warga Negara dari pemerintah yang berdiri sendiri,
yang ternyata dimenangkan oleh kelompok anti integrasi (pro kemerdekaan)
sehingga timbul situasi memanas dan tejadi ketegangan antara kelompok yang
menyatakan diri pro kemerdekaan (anti integrasi) dengan kelompok pro
integrasi;
Bahwa dari situasi yang memanas setelah adanya jajak pendapat
tersebut kemudian pada hari Minggu pada tanggal 5 September 1999 sekira
pukul 14.30 WITA setelah pengumuman hasil jajak pendapat masa kelompok
pro integrasi yang mengalami kekalahan dalam pemungutan suara menduga
adanya kecurangan yang dilakukan pihak UNAMET beserta kelompok pro
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 9
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 10 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
kemerdekaan dalam perhitungan pemungutan suara. Keberatan yang diajukan
massa kelompok pro integrasi yang tidak ditanggapi pihak UNAMET telah
menimbulkan ketidakpuasan massa kelompok pro integrasi dan sebagai
pelampiasan ketidakpuasan tersebut terjadi penyerangan ke Diosis Dili, yang
dilakukan oleh Anggota Milisi, pasukan TNI dan anggota Polri terhadap
kelompok pro kemerdekaan yang mengungsi dan berlindung di Diosis Dili
dengan cara menembak menggunakan senjata api, senjata api rakitan,
melakukan penusukan dan pembacokan dengan menggunakan pedang dan
samurai terhadap para pengungsi dari kelompok pro kemerdekaan yang sedang
berlindung di kantor Diosis Dili. Bahwa penyerangan ini telah dilaporkan oleh
Dandim Dili maupun Anggota Kodim Dili yang bertugas di lapangan kepada
Terdakwa M. Noer Muis selaku Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur, namun
pihak Danrem dan aparat lainnya tidak melakukan tindakan lokalisir bahkan
tidak melakukan tindakan pencegahan maupun tindakan penghentian atas
serangan yang dilakukan oleh Anggota Milisi, pasukan TNI dan anggota Polri
terhadap kelompok pro kemerdekaan atau setidaktidaknya pihak Korem 164
Wira Dharma Timor Timur atau aparat lainnya tidak berusaha melakukan
tindakan perampasan atau pelucutan atas sejata tajam maupun senjata api
rakitan yang dibawa oleh kelompok penyerang sehingga akibat kejadian
tersebut telah jatuh korban penduduk sipil setidaktidaknya 4 (empat) orang
atau lebih menderita lukaluka yaitu :
1. Nello Mosquito da Costa Rego.
2. Nonato Saores.
3. Joso Bernadino Saores.
4. Vivicente A.G. Sousa
Dan kantor Diosis Dili dirusak serta dibakar.
Bahwa pada hari Senin tanggal 6 September 1999 sekira pukul 09.15
WITA massa kelompok pro integrasi, anggota milisi, pasukan TNI dan anggota
Polisi dengan dilengkapi senjata tajam, senjata api dan senjata api rakitan
melakukan aksi ketidakpuasan mereka terhadap hasil jajak pendapat dan
bergerak menuju tempat kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo
(Uskup Belo) di Dilli yang mereka ketahui sebagai tempat mengungsi dan
berlindung massa kelompok pro kemerdekaan yang terdiri dari penduduk sipil.
Setibanya di tempat kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup
Belo) lalu mereka memaksa pengungsi dari kelompok pro kemerdekaan yang
sedang berlindung di rumah saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo)
untuk keluar dan berkumpul di taman Bunda Maria di depan rumah saksi Mgr.
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 10
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 11 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) tidak lama kemudian terdengar suara
teriakan serang lalu kelompok pro integrasi, anggota milisi, pasukan TNI dan
anggota Polri melakukan penyerangan dengan cara menembaki para pengungsi
dari kelompok pro kemerdekaan, mengakibatkan korban penduduk sipil
setidaktidaknya 10 (sepuluh) orang atau lebih meninggal dunia dimana salah
seorang diantaranya bernama Nunu disamping itu mereka juga melakukan
pengrusakan serta membakar rumah saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo
(Uskup Belo).
Bahwa sebelum kejadian penyerangan tersebut saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) pada tanggal 5 September 1999 pagi hari
memanggil saksi Manuel Saores Abrantes untuk bersamasama ke Korem,
setibanya di Korem saksi Manuel Saores Abrantes dan saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) menuju ke ruang tunggu di lantai dasar, tidak
berapa lama Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur yaitu Terdakwa M. Noer
Muis turun dari lantai II untuk menerima kedatangan mereka, lalu saksi Mgr.
Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) mengatakan kepada Danrem bahwa
kedatangan kami Bapak Komandan karena situasi keamanan di Kota Dilli
sangat mencekam karena tembakan dan sudah banyak pengungsi datang ke
rumah Uskup, jadi bagaimana bisa menghentikan tembakantembakan itu, bisa
kembali menjadi aman, normal kemudian Terdakwa M. Noer Muis selaku
Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur mengatakan yang mulia Bapak Uskup
kita ke lapangan saja sekaligus menyampaikan kepada Bapak Pangab /
Menhankam yang akan datang dari Jakarta, kemudian merekapun ikut ke
lapangan terbang Comoro untuk menyambut tamutamu penting dari Jakarta
yang antara lain Pangab / Menhankam Jenderal Wiranto ;
Setelah itu saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) menyampaikan
pertanyaan kepada Jenderal Wiranto Apakah Bapak bisa memulihkan situasi
keamanan dan memerintahkan Milisi untuk dikeluarkan rintanganrintangan
(halanganhalangan) yang banyak di jalan berupa kayu dan juga para Milisi itu
sendiri yang mengambil alih keamanan di jalanjalan serta memeriksa setiap
orang yang lewat jalan itu kalau ada pro kemerdekaan yang lewat ;
Jenderal Wiranto sambil menunjuk kearah Terdakwa M. Noer Muis selaku
Danrem164 Wira Dharma Timor Timur berkata Pak Danrem ini perintah untuk
anda, keluarkan Milisi itu dan kembalikan keadaan normal, Kapolda Timor
Timur ada di belakang saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo)
waktu itu, disampingnya ada Wakapolda dan beberapa Polisi berpangkat
Kolonel, selanjutnya saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) untuk
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 11
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 12 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
kedua kalinya berbicara agar Pak Jenderal memulihkan situasi keamanan di
Timor Timur khususnya di Dilli, agar milisi dikendalikan rintanganrintangan
yang ada di jalan dilepaskan, Jenderal Wiranto menjawab Ya Uskup sehingga
dengan demikian Terdakwa selaku Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur
mengetahui adanya konsentrasi penduduk sipil yang mengungsi di rumah
kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) ;
Bahwa sebelum terjadi penyerangan tersebut saksi Mgr. Carlos Filipe
Ximenes Belo (Uskup Belo) pada tanggal 6 September 1999 sesudah makan
pagi sebelum terjadi penyerangan menelpon ke Kapolda Timor Timur (Timbul
Silaen) minta truck untuk mengevakuasi pengungsi dari Dilli ke Bau Cau,
kemudian Kapolda Timor Timur Timbul Silaen bilang lebih baik Uskup telpon
langsung Danrem. Lalu saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo)
menelpon ke Terdakwa M. Noer Muis selaku Komandan Resort Militer 164 Wira
Dharma Timor Timur dan minta truck serta perlindungan, tapi Terdakwa M. Noer
Muis selaku Danrem 164 Wira Dharma Timor Timur hanya menjawab tidak ada
kendaraan, namun permintaan saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup
Belo) tidak dipenuhi oleh Terdakwa M. Noer selaku Danrem 164 Wira Dharma
Timor Timur ;
Bahwa Terdakwa mengetahui atau atas dasar keadaan pada waktu itu
seharusnya mengetahui selaku Komandan Resort Militer 164 Wira Dharma
Timor Timur sedang adanya serangan atau baru saja terjadi serangan yang
merupakan pelanggaran Hak Azasi Manusia yang berat yang meluas atau
sistematik terhadap penduduk sipil yang mengungsi ke Kantor Diosis Dilli, dan di
rumah kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo (Uskup Belo) serta di
Gereja Ave Maria Suai, namun Terdakwa tidak mengambil tindakan layak dan
diperlukan dalam ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau
menghentikan perbuatan tersebut dan Terdakwa M. Noer Muis selaku
Komandan Resort Militer 164 Wira Dharma Timor Timur tidak menyerahkan
pelaku yang melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil yang mengungsi
ke Kantor Diosis Dilli, dan di rumah kediaman saksi Mgr. Carlos Filipe Ximenes
Belo (Uskup Belo) di Dilli serta di Gereja Ave Maria Suai kepada pejabat yang
berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan ;
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 42 ayat 1
huruf a dan b jo. Pasal 7 huruf b jo. Pasal 9 huruf h jo. Pasal 40 Undang
Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 12
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 13 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Agung
Republik Indonesia tanggal 29 Juni 2004 sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa Brigjen Noer Muis terbukti secara sah dan
meyakinkan sebagimana termaktub dalam Pasal 42 ayat (1) jis. Pasal 9
huruf a, Pasal 37 UndangUndang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM dan Pasal 42 ayat (1) huruf a dan huruf b jis Pasal 7 huruf b, jis Pasal
9 huruf h jis Pasal 40 UndangUndang No.26 Tahun 2000 sesuai dengan
Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua dari Surat Dakwaan Penuntut Umum
Ad Hoc ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Brigjen Mohamad Noer Muis,
dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun ;
3. Menyatakan barang bukti berupa suratsurat tetap terlampir dalam berkas
perkara untuk dipergunakan dalam perkara lain ;
4. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- ;
Membaca putusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 12/PID.HAM/AD.HOC/2002/PN.JKT.PST.
tanggal 12 Maret 2003 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
1. Menyatakan bahwa Terdakwa Brigadir Jenderal Mohamad Noer Muis,
tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana :
Kesatu : Terdakwa sebagai seorang komandan militer telah gagal
melakukan pencegahan terhadap pembiaran yang dilakukan oleh
bawahannya sehingga terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dalam
bentuk pembunuhan ; dan
Kedua, Terdakwa sebagai seorang komandan militer telah gagal melakukan
pencegahan terhadap pembiaran yang telah dilakukan oleh bawahannya
sehingga terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dalam bentuk
penganiayaan ;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa tersebut dengan
pidana penjara selama 5 (lima) tahun ;
3. Memerintahkan barangbarang bukti sebagaimana tercantum dalam daftar
barang bukti dikembalikan kepada Kejaksaan Agung RI untuk dapat
dijadikan sebagai barang bukti dalam perkara lain ;
4. Menghukum Terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp.5.000,-
(lima ribu rupiah) ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 13
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 14 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada
Pengadilan Tinggi Jakarta No.03/PID.HAM/AD.HOC/2003/PT.DKI. tanggal 29
Juli 2004 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
- Menerima permohonan banding dari Penuntut Umum Ad Hoc dan Terdakwa
Brigadir Jenderal TNI Mohamad Noer Muis tersebut ;
- Membatalkan putusan Pengadilan Hak Azasi Manusia Ad Hoc pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 12 Maret 2003
No.12/PID.HAM/AD.HOC/2002/PN.JKT.PST. yang dimohonkan banding
tersebut ;
Dengan Mengadili Sendiri :
1. Menyatakan bahwa Terdakwa Brigadir Jenderal Mohamad Noer Muis
tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat yang
didakwakan kepadanya dalam Dakwaan Kesatu dan Kedua ;
2. Membebaskan Terdakwa tersebut dari dakwaandakwaan tersebut
(vrijspraak) ;
3. Memulihkan hak Tedakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan
martabatnya ;
4. Menyatakan bahwa barangbarang bukti sebagaimana tercantum dalam
daftar barang bukti tetap berada dalam berkas perkara ini ;
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara ;
Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No.04/Akta
Pid/2005/PN.JKT.PST yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang menerangkan, bahwa pada tanggal 28 Februari 2005 Jaksa/
Penuntut Umum Ad. Hoc. pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia telah
mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggii
tersebut ;
Memperhatikan memori kasasi bertanggal 6 Maret 2005 dari Jaksa/
Penuntut Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 8 Maret 2005 ;
Membaca suratsurat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri tersebut telah
dibertahukan kepada Pemohon Kasasi Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc pada
tanggal 21 Pebruari 2004 dan Pemohon Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum
mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 28 Pebruari 2004 serta memori
kasasinya telah diterima Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
tanggal 8 Maret 2004, dengan demikian permohonan kasasi beserta alasan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 14
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 15 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut
undangundang ;
Menimbang, bahwa pasal 244 KUHAP (Kitab UndangUndang Hukum
Acara Pidana) menentukan bahwa terhadap putusan perkara pidana yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain, selain daripada Mahkamah
Agung, Terdakwa atau Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan kasasi
kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas ;
Menimbang, bahwa akan tetapi Mahkamah Agung berpendapat bahwa
selaku badan Peradilan Tertinggi yang mempunyai tugas untuk membina dan
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah Negara
diterapkan secara tepat dan adil, Mahkamah Agung wajib memeriksa apabila
ada pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan
bawahannya yang membebaskan Terdakwa, yaitu guna menentukan sudah
tepat dan adilkah putusan pengadilan bawahannya itu ;
Menimbang, bahwa namun demikian sesuai yurisprudensi yang sudah
ada apabila ternyata putusan pengadilan yang membebaskan Terdakwa itu
merupakan pembebasan yang murni sifatnya, maka sesuai ketentuan Pasal 244
KUHAP ( Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ) tersebut, permohonan
kasasi tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima ;
Menimbang, bahwa sebaliknya apabila pembebasan itu didasarkan pada
penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang dimuat dalam surat
dakwaan dan bukan didasarkan pada tidak terbuktinya suatu unsur perbuatan
yang didakwakan, atau apabila pembebasan itu sebenarnya adalah merupakan
putusan lepas dari segala tuntutan hukum, atau apabila dalam menjatuhkan
putusan itu pengadilan telah melampaui batas kewenangannya (meskipun hal
ini tidak diajukan sebagai alasan kasasi), Mahkamah Agung atas dasar
pendapatnya bahwa pembebasan itu bukan merupakan pembebasan yang
murni harus menerima permohonan kasasi tersebut ;
Menimbang, bahwa alasanalasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
/Jaksa/Penuntut Umum pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Pengadilan Tinggi HAM Ad Hoc pada Pengadilan Tinggi Jakarta
telah salah menerapkan hukum berupa salah menafsirkan perumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada Terdakwa, sehingga putusan tersebut
bukan ptusan bebas murni (vrijspraak) akan tetapi merupakan putusan
bebas tidak murni. Kesalahan atau kekeliruan dalam menafsirkan pengertian
istilah pasukan yang berada di bawah komando dan pengendalian yang
efektif dikaitkan dengan berlangsungnya pelanggaran HAM yang berat yang
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 15
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 16 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
dilakukan sebagaimana menjadi salah satu unsure pasal 42 ayat 1 Undang
undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Majelis Hakim
menafsirkan arti pasukan hanya secara formil sama dengan pengertian
umum bagi daerah lain yang normal dan sedang tidak berlangsung konflik
horizontal yang terus menerus. Dalam pengertian formal tersebut
disyaratkan antara lain harus adanya unsur perintah dari atasan / komandan
kepada pasukan untuk melakukan perbuatan jahat, yang tidak
menggambarkan secara riil kondisi Timor Timur pada saat konflik
berlangsung. Fakta di lapangan menunjukkan karena adanya pengaruh
kebijaksanaan politik lama yaitu mendukung tetap bergabungnya Timor
Timur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka terdapat
persamaan pandangan antara pasukan TNI serta aparat pemerintah yang
lain dengan pihak pro integrasi sehingga di lapangan tidak mustahil terdapat
saling kedekatan. Berdasarkan kondisi khusus demikian keberadaan
TNI/Polri diantara dua pihak yang saling bermusuhan tidak mudah bersikap
netral dan bertindak tegas ;
2. Bahwa Majelis Hakim yang memeriksa peninjauan kembali perkara HAM
dengan terpidana Abilio Jose Osario Soares yaitu Hakim Anggota Artidjo
Alkostar, SH., LLM dalam pertimbangannya berpendapat bahwa halhal
yang dikemukakan Terdakwa Abilio justru memperkuat dakwaan jaksa,
karena Abilio menyatakan bahwa selama 24 tahun penguasa Indonesia
pemegang kendali di Timor Timur adalah ABRI dan pembentukan kamp
milisi pun dilakukan oleh ABRI dan berada di bawah komando langsung
instansi militer organik SGI dan yang lebih bertanggung jawab dan berperan
sebagai pemegang kendali kekuasaan di Timor Timur adalah ABRI,
sehingga dari pendapat demikian kondisi hubungan kedekatan yang
demikian, sulit menggambarkan adanya suatu pasukan yang terlibat dalam
pelanggaran HAM yang berat yang semata harus dalam bentuk keterlibatan
dalam suatu serangan yang aktif ofensif dengan disertai perintah dari
seorang komandan. Pengertian serangan sesuai pasal 9 Undangundang
No.26 Tahun 2000 dengan mengacu pada Protocol Additional of The
Geneva Convention 12 Agustus 1949 and Relating to Protection of Victims of
International yaitu attack means act of violence against the adversary
wether offence or in defence. Berdasarkan pengertian di atas, bila terjadi
serangan ofensif yang dilakukan oleh kelompok pendudukan seperti pada
waktu bentrokan dan anggota pasukan yang ada ternyata justru hanya
bertahan dapat dikwalifikasi sebagai unit melakukan serangan ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 16
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 17 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
3. Bahwa tidak digambarkan dalam persidangan adanya pencegahan yang
maksimal mengingat tidak adanya korban dari pihak pro integrasi padahal
penyerangan oleh pro integrasi dengan massa yang emosional serta
persenjataan yang terbatas berhadapan dengan aparat pencegah dengan
pasukan yang professional serta persenjataan memadai beresiko timbulnya
korban dari pihak pro integrasi. Pembuktian adanya tanggung jawab pidana
yang dilakukan Terdakwa tidak perlu menunggu proses pembuktian yuridis
yang dilakukan pelaku di lapangan, cukup didasarkan indikator dan
pendapat umum yang luas serta dikaitkan dengan pelaksanaan tugas.
Kedua peristiwa masingmasing berdiri sendiri dan pembuktiannya tidak
harus terkait ;
4. Bahwa secara de facto angkatan perang dan pasukan yang bersifat
kemiliteran adalah di bawah pengawasan dan kewenangan dari otoritas
komandan dan sebagai bukti formal dari suatu otoritas. Seorang yang
berkedudukan sebagai Komandan, di Indonesia seperti Komandan Resimen
Militer (KOREM) kewenangannya lebih luas dari pada seorang komandan
pasukan yang tidak mempunyai wilayah territorial seperti Komandan
Batalyon dan Komandan Kompi ;
5. Bahwa Majelis Hakim keliru dan salah menerapkan hukum pembuktian yang
diatur dalam pasal 184 dan 185 KUHAP :
5.1. Bahwa ukuran ada tidaknya tanggung jawab pidana bagi Terdakwa
tidak mungkin didasarkan pada ada tidaknya kebijaksanaan atau
perintah yang pernah dikeluarkan Terdakwa kepada bawahannya atau
pasukan di bawah kendalinya. Yang didakwakan terhadap Terdakwa
adalah crime by commission yaitu sebagai seorang komandan militer
tidak dapat melakukan pengendalian dan pencegahan padahal saat itu
Terdakwa memiliki kewenangan untuk itu. Rumusan harus ada perintah
dari Terdakwa tidak sesuai dengan rumusan dan makna pasal 42 ayat
1 Undangundang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM ;
5.2. Bahwa status Timor Timur sebagai daerah normal dan dengan
demikian sesuai dengan Undangundang No.28 tahun 1977 tentang
Kepolisian Republik Indonesia tugas dan tanggung jawab memelihara
keamanan dalam negeri berada di tangan kepolisian tidak menjadikan
hapusnya pertanggungjawaban pidana bagi Terdakwa sebagai seorang
komandan militer terhadap semua peristiwa yang terjadi terutama yang
berhubungan dengan pembinaan territorial, pertahanan dan keamanan;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 17
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 18 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
5.3. Bahwa meskipun berstatus normal Timor Timur kenyataannya sangat
berbeda dengan daerah normal lain di wilayah Indonesia, masalah
utamanya adalah pertentangan dan bentrokan yang ada tidak hanya
bersifat kriminal tetapi sudah dalam bentuk perlawanan bersenjata yang
mengancam keselamatan dan keutuhan Negara ;
5.4. Bahwa memahami keadaan yang demikian maka diputuskan oleh
pemerintah untuk meningkatkan peran TNI antara lain dengan
memperat TNI dan milisi/pamswakarsa yang berkedudukan di Timor
Timur dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi
pertahanan dan keamanan di Timor Timur. Untuk pelaksanaannya
terhadap wilayah Dili Timor Timur diberikan personil dan kelengkapan
yang berbeda dengan wilayah lain. Kelengkapan operasional yang lebih
lengkap dan pasukan pilihan ;
5.5. Bahwa dalam rangka menghadapi gerakan bersenjata dan separatisme
diadakan operasi territorial (operasi Tatoli) yang pelaksanaannya
didukung oleh operasi intelijen, operasi tempur dan operasi kamtibmas
yang dilakukan oleh Polri ;
5.6. Bahwa dengan demikian baik karena tugas dan peranan TNI maupun
kondisi rawan di berbagai daerah maka pelaksanaan tugas kepolisian
harus menyesuaikan dengan pelaksanaan operasi pertahanan dan
keamanan yang menjadi tanggung jawab TNI, maka disinilah letak
tanggung jawab Terdakwa sebagai komandan militer yaitu sebagai Dan
Rem 164/Wira Dharma Dilli Timor Timur. Dengan jabatan tersebut
Terdakwa dengan kewenangan yang ada setidaknya dapat aktif
berkoordinasi untuk mengambil langkah pencegahan baik disaat kritis
maupun secara dini, baik secara langsung maupun dengan perintah
Terdakwa kepada staff ;
5.7. Bahwa keadaan Timor Timur yang rawan konflik baik sebelum opsi II
maupun setelahnya justru makin meningkatkan dan memperbesar
tanggung jawab Terdakwa sebagai seorang komandan militer ;
Menimbang, bahwa pendapat Pembaca I, Dr. H. Eddy Djunaedi
Karnasudirdja, SH., M.C.CJ., Pembaca II, H.T. Boestomi, SH., dan Pembaca III,
H. Dirwoto, SH. sebagaimana dimaksud dalam pertimbangan tersebut di atas,
masingmasing berdasarkan alasanalasan sebagai berikut :
Pendapat Pembaca I, Dr. H. Eddy Djunaedi Karnasudirdja, SH., M.C.CJ. :
- Bahwa pertimbangan Pengadilan Tinggi HAM telah tepat dan benar dan
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 18
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 19 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
- Bahwa para pelaku yang terbukti di persidangan ialah mereka dari kelompok
prointegrasi dan bukan bawahan Terdakwa yang berada dalam
pengendalian efektif. Berdasarkan International Humanitarian Law chain of
command haruslah jelas untuk mempersalahkan seorang atasan,
pengangkatan de jure seorang atasan tidak dengan sendirinya menimbulkan
tanggung jawab terhadap perbuatan pelaku yang tidak berada dalam
pengendalian efektif, kecuali dapat dibuktikan bahwa atasan itu telah
memerintahkan bawahan itu untuk melakukan kejahatan ;
- Prof. Ilias Bantekas dalam Contemporary Law of Superior Responsibility,
American Journal of International Law, v. 93, 199 antara lain mengatakan:
Since a chain of command is a prerequisite for the exercise of superior
authority, it follows that one cannot be termed a superior without
corresponding subordinates. That is why staff officers, who, irrespective of
their rank, do not command troops, are only responsible when their
participation in the delivery and execution of criminal orders is proven. ;
- Sesuai dengan precedents yang diputus oleh ICTR dan ICTY hubungan
atasan dan bawahan yang berada dalam pengendalian efektif itu haruslah
dibuktikan.
Dalam kasus Kunarac, Kovac dan Vukovic yang diputus Trial
Chamber ICTY tanggal 22 Februari 2001, par.141 dipertimbangkan
bahwa : A superiorsubordinate relationship must exist for the
recognition of command responsibility ;
Dalam kasus Bagilishema yang diputus Trial Chamber ICTR tanggal 7
Juni 2001 ditegaskan bahwa ada 3 unsur utama harus dibuktikan
untuk mempertanggungjawabkan seorang atasan terhadap perbuatan
bawahannya, yaitu
i) the existence of a superior subordinate relationship of effective
control between the accused and the perpetrator of the crime; and,
ii) the knowledge, or constructive knowledge of the accused that the
crime was about to be, was being, or had been committed; and
iii) the failure of the accused to take the necessary and reasonable
measures to prevent or stop the crime, or to punish the
perpetrator. (Paragrap 38) ;
- Bahwa agar bawahan (para pelaku) dapat dinyatakan berada dalam
pengendalian efektif, antara lain,harus ada rantai komando dari atasan ke
bawahan yang jelas (chain of command), rincian tugas, dan adanya
perintahperintah dari atasan yang dipatuhi bawahannya, dan kekhawatiran
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 19
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 20 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
bahwa pembangkangan atas perintah atasan akan mengakibatkan sanksi
hukuman (lihat antara lain putusan Trial Chamber ICTR tanggal 7 Juni 2002,
paragraph 42 43 dalam kasus Terdakwa Bagilishema ;
- Bahwa persyaratanpersyaratan itu tidak dapat dibuktikan oleh
Jaksa/Penuntut Umum ;
- Bahwa seandainyapun para pelaku dari kelompok prointegrasi adalah
bawahan Terdakwa yang berada dalam pengendalian efektif, yang dalam
kasus ini tidak terbukti, quad non, usahausaha Terdakwa dengan sarana
(material ability) yang sangat terbatas untuk menghentikan bentrokan masal
dalam suasana chaos dan emosi yang labil, yang meliputi ribuan masa yang
menghadapi masa depan yang tidak jelas, yang disebabkan adanya
provokasi dan ketidakpuasan atas hasil jajak pendapat yang dirasakan
curang, dan kemudian mengamankan lokasi, Uskup Belo dan lainnya
dengan tidak memandang dari kelompok mana, selanjutnya membawa yang
lukaluka untuk dirawat, sehingga jatuhnya korban yang lebih banyak dapat
dihindari, sudah memadai untuk membebaskan dia dari tanggungjawab
sebagai seorang atasan. Dalam keadaan seperti itu tidak diharapkan dari
seorang atasan untuk melakukan halhal yang mustahil (impossible) ;
- Berdasarkan pertimbanganpertimbangan di atas, putusan PT HAM telah
benar oleh karena Terdakwa tidak terbukti mempunyai hubungan atasan
bawahan yang berada dalam pengendalian efektif terhadap para pelaku dari
kelompok prointegrasi, oleh karenanya putusan PT HAM yang menyatakan
Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan
perbuatan yang didakwakan dalam dakwaan kesatu dan kedua merupakan
putusan bebas murni (vrijspraak), dengan demikian permohonan kasasi
Jaksa/Penuntut Umum harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Pendapat Pembaca II, H.T. Boestomi, SH. :
- Bahwa putusan Majelis Hakim PT HAM Ad Hoc pada Pengadilan Tinggi
Jakarta sudah tepat dan benar. Sesuai ketentuan pasal 244 KUHAP pada
prinsipnya Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc tidak dibenarkan untuk
mengajukan permohonan kasasi terhadap perkara yang telah diputus bebas
murni (vrijspraak), oleh karena itu permohonan kasasi Jaksa Penuntut
Umum Ad Hoc haruslah ditolak, tidak diterima atau dikesampingkan ;
- Bahwa kesimpulan Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc yang menyatakan
terdapat persamaan pandangan antara pasukan TNI serta aparat
pemerintah yang lain dengan pihak pro integrasi sehingga di lapangan tidak
mustahil terdapat saling kedekatan, adalah pendapat yang berdasarkan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 20
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 21 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
asumsi Sdr. Jaksa Penunut Umum Ad Hoc yang tidak terungkap di
persidangan. Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan tidak terbukti
adanya pembiayaan, pendanaan ataupun persetujuan TNI dalam pembinaan
dan pelatihan pamswakarsa ataupun organisasiorganisasi yang terkait
dengan kelompok pejuang pro integrasi. Terkumpulnya senjata rakitan dari
kelompok pro integrasi saat diadakan sweeping oleh POLRI dan TNI adalah
atas kemauan dan kesadaran kelompok pro integrasi untuk mentaati aparat
penegak hukum, tidak sebagai wujud kedekatan TNI/POLRI dengan
kelompok pro integrasi ;
- Bahwa keterangan Sdr. Abilio Osario Soares tidak relevan dan tidak ada
sangkut pautnya dengan perkara a quo, karena tidak pernah memberikan
keterangan atau menjadi saksi dalam perkara a quo ;
- Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi HAM Ad Hoc telah tepat dan benar
dalam menafsirkan istilah pasukan yang berada di bawah komando dan
pengendalian yang efektif. Peristiwa bentrokan yang terjadi pada tanggal 5
September 1999 di Diosis Dilli dan tanggal 6 September 1999 dirumah
Uskup Bello merupakan bentrokan yang sifatnya spontan, tidak ada
informasi atau ancaman sebelumnya baik yang diterima oleh Terdakwa
maupun bawahan Terdakwa. Berdasarkan keterangan saksi AKBP Drs.
Hulman Gultom, Briptu Pol. Makaraw, Letkol. Inf. Soedjarwo, Mayor Inf.
Salman Manafe, Mayor Inf. Hartono dan Terdakwa, setelah mendengar
adanya bentrokan, Terdakwa segera memerintahkan Dandim Dilli Letkol. Inf.
Soedjarwo mengerahkan pasukannya untuk mencegah dan menghentikan
bentrokan dan memberikan bantuan/evakuasi terhadap korban sehingga
bentrokan cepat dapat dicegah dan jatuhnya korban lebih lanjut dapat
dihindarkan ;
- Bahwa pendapat Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc yang menyatakan untuk
meningkatkan peran TNI antara lain dengan memperat TNI dan
milisi/pamswakarsa yang berkedudukan di Timor Timur, adalah pendapat
yang mengadaada dan tidak pernah terungkap di persidangan.
Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan dari keterangan para
saksi tidak ada kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan peran TNI dengan
milisi/pamswakarsa dengan cara memperalat TNI dan milisi/pamswakarsa
dalam melaksanakan pertahanan dan keamanan untuk menegakkan dan
menjaga kedaulatan Negara di Timor Timur, tidak ada hubungan apapun
antara TNI/Polri dengan milisi/pamswakarsa baik secara structural maupun
organisasi, tidak ada kelompok pamswakarsa/milisi di Timor Timur, yang ada
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 21
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 22 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
adalah kelompok pro integrasi dan kelompok pro kemerdekaan yang
dibentuk oleh masyarakat itu sendiri yang tidak ada hubungan dengan
TNI/POLRI ;
- Oleh karena itu permohonan kasasi Jaksa Penuntut Umum Ad Hoc haruslah
ditolak, tidak diterima atau dikesampingkan ;
Pendapat Pembaca III, H. Dirwoto, SH. :
- Bahwa alasan dari Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan, karena judex
fati Pengadilan Tinggi HAM Ad Hoc tidak salah dalam menerapkan hukum.
Putusan bebas murni (vrijsrpraak) telah tepat dan benar. Pada saat
Terdakwa mendapat laporan terjadinya bentrokan antara kelompok pro
integrasi dengan kelompok pro kemerdekaan di Diosis Dilli dan di rumah
uskup Bello, segera mendatangi tempat kejadian dan menghentikan
terjadinya bentrokan serta memberikan pertolongan kepada para korban
bentrokan tanpa membedakan apakah korban tersebut dari kelompok pro
kemerdekaan atau pro integrasi. Pasukan POLRI dan pasukan TNI bawahan
Terdakwa dapat menghentikan bentrokan sehingga jatuhnya korban lebih
lanjut dapat dihindarkan. Jadi tidak benar tuduhan Jaksa Penunt Umum yang
menyatakan Terdakwa membiarkan bentrokan/kerusuhan tersebut ;
- Dengan demikian permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum HAM Ad
Hoc harus dinyatakan tidak dapat diterima ;
Menimbang, bahwa Ketua Majelis, H. Parman Soeparman, SH., MH. dan
Pembaca IV, Prof. Dr. Sumaryo Suryokusumo, SH., LLM. yang berbeda
(dissenting opinion) dari pendapat Pembaca I, II, III dan pada pokoknya
berpendapat Jaksa Penuntut Umum HAM Ad Hoc telah berhasil membuktikan
bahwa putusan pembebasan Pengadilan Tinggi HAM Ad Hoc bukan pem-
bebasan yang murni sifatnya, berdasarkan alasanalasan sebagai berikut :
- Bahwa berdasarkan fakta yang di persidangan, Terdakwa menjabat sebagai
Komandan Korem 164/Wiradarma merupakan komando territorial di Dili,
Timor Timur dari tanggal 18 Agustus 1999 sampai dengan tanggal 30 Maret
2000, langsung di bawah Kodam IX Udayana, membawahi 13 Dandim dan 2
batalyon infanteri 744 dan batalyon 745 yang masingmasing dipimpin oleh
Danyon ;
- Bahwa Terdakwa sebagai Danrem yang tugasnya membina potensi
geografi, demografi dan kondisi sosial dan bertanggung jawab terhadap
keamanan dan sesuai dengan Persetujuan New York 5 Mei 1999 Danrem
mensukseskan jajak pendapat di wilayah Timor Timur ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 22
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 23 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
- Bahwa Terdakwa sebagai komandan militer dapat memberikan komando
terhadap 13 Dandim dan mempunyai kekuasaan untuk mengeluarkan
perintah langsung kepada bawahannya yang keseluruhannya membentuk
rantai komando (chain of command) termasuk komandan batalyon 744 dan
745 ;
- Bahwa sesuai dengan UU No.20 tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan
Negara, Terdakwa dalam jabatannya sebagai Danrem 164/Wira Dharma
bertugas antara lain membina potensi geografis, demografis dan kondisi
social di wilayah Timor Timur dan sesuai dengan Persetujuan New York
tanggal 5 Mei 1999 tugas Danrem adalah untuk mensukseskan Jajak
Pendapat 1999 di Timor Timur ;
- Bahwa dengan demikian Terdakwa merupakan seorang yang secara efektif
kedudukannya sebagai komandan militer mempunyai tanggung jawab
sepenuhnya terhadap tindakantindakan yang dilakukan oleh bawahannya
(tanggung jawab komando) ;
- Bahwa yang dimaksud dengan serangan meluas (widespread) adalah
serangan yang bisa menyebabkan adanya banyak korban dan konsup
meluas ini meliputi tindakantindakan yang sifatnya missal, berkalikali
dilakukan dalam lingkup yang luas dan dilakukan secara bersamasama dan
dengan sungguhsungguh dapat dipertimbangkan (condiserable
seriousness), sedangkan sistematik terkandung adanya rencana yang
mempunyai cara dan pola yang disiapkan secara teratur dan mengikuti suatu
pola yang bersifat reguler.
(lihat keputusan terhadap Tadic, supra note 14 para 646 dan 648, juga
keputusan Akayesu, supra note 14 para 580) ;
- Bahwa yang dimaksudkan dengan penduduk sipil adalah mencakup semua
orang yang tidak ikut secara aktif dalam pertikaian, atau tidak lagi tidak ikut
serta dalam pertikaian tersebut termasuk anggotaanggota bekas pasukan
bersenjata yang telah menyerah dan orangorang yang mengalami
penderitaan (hors de combat) karena sakit, lukaluka, tahanan atau alasan
alasan lainnya ;
- Bahwa oleh karena itu serangan yang dilakukan dengan senjata api, senjata
api rakitan dan senjata tajam lainnya dan pembacokan dengan
menggunakan parang dan samurai serta perusakan dan pembakaran di
Diosis Dilli, rumah kediaman Uskup Bello dan kompleks Gereja Ave Maria
Suai, Kabupatan Kovalima secara massal bersamasama dalam skala yang
besar oleh kelompok pro integrasi dan ditujukan kepada kelompok pro
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 23
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 24 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
kemerdekaan termasuk biarawan yang mengungsi dan berlindug di tempat
tempat tersebut dan tidak ikut serta secara aktif dalam pertikaian (penduduk
sipil) masingmasing tanggal 6 September 1999 dan jam 09.15 dan jam
13.30 yang menelan korban 30 (tiga puluh) orang meninggal dunia dan 5
(lima) orang menderita lukaluka, jelas merupakan ssalah satu perbuatan
yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistimatik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil ;
- Bahwa Terdakwa yang kedudukannya secara efektif sebagai komandan bisa
mencakup orangorang yang bertanggung jawabf untuk kesatuankesatuan
paramiliter yang bahkan tidak tergabung dalam pasukan TNI dan dapat
melakukan pengendalian (pengawasan) secara efektif terhadap satuan
satuan paramiliter tersebut ;
- Bahwa dalam situasi tertentu komandan dapat melakukan pengendaliannya
terhadap pasukanpasukan yang justru tidak ditempatkan di bawah mereka
dalam suatu rantai komando (chain of command) secara langsung ;
- Bahwa karena itu Terdakwa sebagai komandan disamping bertanggung
jawab secara operasional mempunyai kekuasaan yang efektif sebagai
komendan wilayah territorial Timor Timur dan seharusnya dapat memberikan
perintah kepada semua kesatuankesatuan yang bersenjata termasuk
massa kelompok pro integrasi dalam lingkungan wilayah Timor Timur
khususnya dalam masalahmasalah yang berkaitan dengan keamanan dan
ketertiban di lingkungan wilayah Timor Timur ;
[Lihat kasus perkara Yamashita, 4 Law Repots of Trials of War Criminals 1
(1946). The High Command Case, 11 Trials of War Criminals 462 (1948) dan
The Hostage Case, 11 Trials of War Criminals 1230 (1948)] ;
- Bahwa pasukan bersenjata yang berada di bawah komando dan
pengendalian yang efektif adalah pasukan yang berada di bawah
komandonya baik secara de facto maupun de jure dalam suatu rantai
komando dimana komandan dapat memberikan perintah yang harus
disampaikan secara langsung atau melalui perantara yaitu komandan di
bawahnya ;
- Bahwa dengan demikian benar seranganserangan yang terjadi sekali pada
tanggal 5 September 1999 dan dua kali pada tanggal 6 September 1999
yang dilakukan oleh kelompok pro integrasi dengan senjata api, senjata
rakitan dan senjata tajam lainnya secara missal dan bersamasama dalam
skala yang besar dan ditujukan terhadap pengungsi telah menewaskan 30
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 24
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 25 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
(tiga puluh) orang dan 5 (lima) orang lukaluka berada di bawah komando
dan pengendalian secara efektif dari Terdakwa ;
- Bahwa memang benar seorang komandan tidak secara otomatis mempunyai
tanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan oleh bawahannya,
namun ia bisa mempunyai tanggung jawab dalam keadaan tertentu karena
ia seharusnya sudah mengetahui bahwa pasukannya pada waktu itu sedang
melakukan atau baru akan melakukan pelanggaranpelanggaran, bahkan
jika diperkirakan bahwa komandan pada waktu itu tidak mengetahuinya di
dalam waktu yang tepat. Komandan mempunyai tugas untuk mengumpulkan
informasi yang berkaitan dan membuat evaluasinya. Jika komandan tidak
dapat memperoleh atau dengan sembarangan mengabaikan informasi yang
bersifat umum dalam lingkungan kewenangannya yang layak yang dapat
menunjukkan adanya kemungkinan tindakan kejahatan yang sebenarnya
dari bawahannya, maka komandan sudah dapat dianggap memenuhi
ukuran seharusnya sudah mengetahui ;
- Bahwa untuk tujuan tersebut beberapa petunjuk dapat ditetapkan apakah
seorang komandan mempunyai pengetahuan mengenai : berapa kali terjadi
pelanggaran dan dimana lokasi terjadinya pelanggaran tersebut secara
meluas, berapa jumlah pasukan dan jenisnya yang terlibat, dimana
keberadaan komandan tatkala terjadi peristiwa pelanggaran tersebut dan
apakah ada staf dan petugas yang terlibat dalam pelanggaran tersebut dan
sebagainya ;
- Bahwa jika pelanggaran itu belum terjadi, seorang komandan dalam rantai
komando (chain of command) harus mengeluarkan perintah untuk menjamin
bahwa pelanggaran itu tidak terjadi dan menjamin bahwa perintah itu
dilaksanakan ;
- Bahwa komandan mempunyai tugas untuk mengambil langkahlangkah
penting yang layak untuk mencegah terjadinya perbuatan pelanggaran.
Namun jika pelanggaran itu terjadi, komandan mempunyai tanggung jawab
untuk mengambil langkahlangkah penting yang layak dalam
kewenangannya agara pelanggaran yang terjadi itu diselidiki dan para
pelaku pelanggaran itu diadili secara hukum ;
- Bahwa Terdakwa sebagai komandan mempunyai tugas untuk
mengumpulkan informasi dan mendapatkan laporan yang disampaikan
kepadanya dan membuat evaluasi. Namun ia telah gagal untuk memperoleh
pengetahuan tentang isi informasi tersebut dan oleh karena itu Terdakwa
dapat dinyatakan telah mengabaikan informasi secara sadar ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 25
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 26 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
- Bahwa Terdakwa sebagai komandan Korem 164 Wira Dharma juga
mempunyai tanggung jawab atas keamanan di wilayah resort militer Timor
Timur dan sudah selayaknya juga ia memiliki pengetahuan tentang potensi
konflik antara kelompok pro integrasi dan kelompok pro kemerdekaan yang
sudah berlangsung sejak tahun 1976 di wilayah tersebut ;
- Bahwa tatkala terjadinya penyeranganpenyerangan yang dilakukan oleh
kelompok pro integrasi terhadap kelompok pro kemerdekaan pada tanggal 5
September 1999 dan 6 September 1999 yang mengakibatkan terbunuhnya
30 (tiga puluh) orang dan 5 (lima) lukaluka, Terdakwa sebagai komandan
tidak mengambil langkahlangkah seperlunya yang layak terhadap
bawahannya Dandim Dili dan meminta pertanggungjawabannya untuk
menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang berwenang guna melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan ;
- Penyeranganpenyerangan yang terjadi di kediaman Uskup Belo di Dili dan
kompleks gereja Ave Maria Suai Kabupaten Kovalima pada hakekatnya
merupakan serangan lanjutan dari serangan yang dilakukan tanggal 5
September 1999 di Diosis, Dili. Seharusnya Terdakwa selaku Danrem dapat
mencegah atau mengantisipasi agar kelanjutan penyerangan bisa dicegah
dan dihindarkan yaitu dengan cara mengerahkan aparat keamanannya (TNI,
POLRI dan aparat keamanan lainnya) yang sudah berada di lokasilokasi
tersebut ;
- Bahwa setelah memeriksa perkara HAM berat yang dimohonkan kasasi oleh
Jaksa Penuntut Umum terhadap putusan Majelis Hakim Pengadilan HAM
pada Pengadilan Tinggi No.03/Pid/Ham.Ad Hoc/2003/PT.DKI tanggal 29 Juli
2004 :
a. Dapat mengabulkan permintaan kasasi yang diajukan kepada Mahkamah
Agung ;
b. Menyetujui untuk membatalkan putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
HAM Ad Hoc tersebut ;
c. Menyatakan Terdakwa Brigjen (Purn) TNI Muhamad Noer Muis tetap
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pelanggaran Hak Asasi Manusia berat sebagaimana didakwakan bukan
saja terhadap pasal 42 ayat (1) huruf a dan b jis. Pasal 7 huruf b jis pasal
9 huruf a jis pasal 37 Undangundang No.26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia, tetapi juga terhadap pasal 42 ayat (1)
huruf a dan b jis. Pasal 7 huruf b jis. Pasal 9 huruf h jis. Pasal 40
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 26
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 27 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
Undangundang No.26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia ;
d. Menyatakan pula bahwa putusan Pengadilan HAM Ad Hoc pada
Pengadilan HAM Jakarta Pusat No.12/Pid HAM/Ad Hoc/2002/PN.Jkt.Pst.
tanggal 12 Maret 2003 terhadap Terdakwa dengan menghukum
Terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun harus dilakukan,
karena dengan segala alasan dan pertimbangan hukumnya yang menjadi
dasar putusannya sudah dianggap tepat dan benar ;
Menimbang, bahwa oleh karena di antara anggota Majelis terdapat
perbedaan pendapat dan walaupun telah diusahakan dengan sungguh
sungguh tetapi tidak tercapai permufakatan, maka sesuai dengan pasal 182
ayat (6) KUHAP, Majelis setelah bermusyawarah telah mengambil suara
terbanyak, yaitu suara yang berpendapat bahwa putusan PT. HAM.AD Hoc
tersebut adalah merupakan putusan bebas yang murni sifatnya ;
Menimbang, bahwa disamping itu berdasarkan pendapat suara terbanyak
tersebut, Mahkamah Agung berdasarkan wewenang pengawasannya pula juga
tidak melihat bahwa putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Tinggi HAM Ad
Hoc telah melampaui batas wewenangnya, oleh karena itu permohonan kasasi
Jaksa Penuntut Umum berdasarkan pasal 244 Undangundang No.8 tahun
1981 (KUHAP) harus dinyatakan tidak dapat diterima ;
Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi Jaksa/Penuntut Umum
dinyatakan tidak dapat diterima dan Terdakwa tetap dibebaskan, maka biaya
perkara dalam semua tingkat peradilan dibebankan kepada Negara ;
Memperhatikan pasal 42 ayat (1) huruf a dan b, pasal 9 huruf h, pasal 37
dan pasal 40 Undangundang No.26 tahun 2000, pasalpasal dari Undang
undang No.8 tahun 1981, Undang-Undang No.39 tahun 1999 dan Undang
undang No.5 tahun 2004 yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I
Menyatakan tidak dapat diterima permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum Ad. Hoc. pada Kejaksaan Agung Republik
Indonesia tersebut ;
Membebankan biaya perkara ini dalam semua tingkat peradilan kepada
Negara;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Rabu tanggal 8 Maret 2006 oleh H. PARMAN SOEPARMAN,
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 27
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id

Hal. 28 dari 28 hal. Put. No.04 K/Pid.HAM.Ad.Hoc/2005
SH., MH., Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua
Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. EDDY DJUNAEDI KARNA
SUDIRDJA, SH., MCJ., H. TOMMY BOESTOMI, SH., H. DIRWOTO, SH. dan
Prof. Dr. SUMARYO SURYOKUSUMO, SH., LLM. Hakim-Hakim Agung
sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari
Senin tanggal 13 Maret 2006 oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim anggota
tersebut, dan dibantu oleh Josephine Rotua Situmorang, SH., MH., Panitera
Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon kasasi : Jaksa/Penuntut Umum dan
Terdakwa.

Anggota Anggota : Ketua :
ttd./ ttd./
Dr. H. EDDY DJUNAEDI K., SH., MCJ. H. PARMAN SOEPARMAN, SH., MH.
ttd./
H. TOMMY BOESTOMI, SH.
ttd./
H. DIRWOTO, SH.
ttd./
Prof. Dr. SUMARYO SURYOKUSUMO, SH., LLM

Panitera Pengganti :
ttd./
JOSEPHINE ROTUA SITUMORANG, SH., MH.


Untuk Salinan
Mahkamah agung RI.
a.n. Panitera
Plt. Kepala Direktorat Pidana




(SUPARNO, SH.)
Nip. 04009543
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 28

You might also like