You are on page 1of 17

1

A. Pendahuluan
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar pernikahan
adalah nikah. Menurut kamus bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul
atau bersatu. Pernikahan adalah suatu lembaga kehidupan yang disyariatkan
dalam agama Islam. Pernikahan merupakan suatu ikatan yang menghalalkan
pergaulan laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang
bahagia dlan mendapatkan keturunan yang sah. Nikah adalah fitrah yang
berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warahmah, serta bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam usaha meleburkan suatu bentuk hukum dalam dunia hukum
Islam Indonesia. Tentunya kita ingin mengetahui lebih dalam darimana asal
konsep hukum yang diadopsi oleh Departemen Agama RI tersebut yang
kemudian menjadi produk hukum yang lazim disebut Kompilasi Hukum
Islam di Indonesia, dan diantara materi bahasannya adalah rukun dan syarat
perkawinan yang akan coba kita pelajari perbandingannya dengan fikih
munakahat.
Terpenuhinya syarat dan rukun suatu perkawinan, mengakibatkan
diakuinya keabsahan perkawinan tersebut baik menurut hukum agama/fiqih
munakahat atau pemerintah (Kompilasi Hukum Islam).Bila salah satu syarat
atau rukun tersebut tidak terpenuhi maka mengakibatkan tidak sahnya
perkawinan menurut fikih munakahat atau Kompilasi Hukum Islam, menurut
syarat dan rukun yang telah ditentukan salah satunya.
Berawal dari garis perbandingan antara kedua produk hukum tersebut,
pemakalah mencoba membahas perbandingan antara keduanya sehingga
dapat diketahui lebih dalam hubungan antara keduanya.

B. Pengertian Mahram
Kata Mahram berasal dari bahasa Arab yaitu Mahram, Mahram
memiliki arti sesuatu yang dilarang. Dalam fiqih istilah mahram ini
2

digunakan untuk menyebut wanita yang haram dinikahi oleh pria.1
Sedangkan mahram dimasyarakat lebih dikenal dengan istilah khusus yaitu
haram dinikahi karena masih termasuk keluarga dan dalam mazhab Syafii
dengan tambahan tidak membatalkan wudhu bila disentuh. Dan selanjutnya
sebagai penunjang penjelasan pengertian mahram lebih banyak lagi maka
dibawah ini akan dijelaskan beberapa pendapat para mujtahid sebagai berikut:
a. Imam Ibnu Atsir rahimahullah berkata , Mahram adalah orang-
orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya seperti bapak,
anak, saudara, paman, dan lain-lain (definisi diatas adalah
mahram dalam pengertian umum).
b. Menurut Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, Mahram adalah
semua orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya karena
sebab nasab, persusuan dan pernikahan.
c. Menurtut Syaikh Sholeh Al-Fauzan, Mahram wanita adalah
suaminya dan semua orang yang haram dinikahi selama-lamanya
karena sebab nasab seperti bapak, anak, dan saudaranya, atau dari
sebab-sebab mubah yang lain seperti saudara sepersusuannya,
ayah atau pun anak tirinya.2
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
mahram adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya
seperti bapak, anak, saudara, paman (sebab nasab), sepersusuan, dan
pernikahan. Masalah tentang Mahram disinggung didalam Al-Quran seperti
dalam surah an-Nisa ayat 23 :


Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara

1 Abdurrahman,Ghazali.Fiqh Munakahat,(Bogor: Prenada Media,2003).hlm.124
2 Sahrani, Sohari, Sahrani.Fikih Munakahat.(Jakarta: Raja Wali Pers,2009),hlm.98

3

bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu
yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika
kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.3

Dari ayat ini dapat kita rinci ada beberapa kriteria orang yang haram
dinikahi.Dan sekaligus juga menjadi orang yang boleh melihat bagian aurat
tertentu dari wanita. Mereka adalah :4

1. Ibu kandung
2. Anak-anakmu yang perempuan
3. Saudara-saudaramu yang perempuan,
4. Saudara-saudara bapakmu yang perempuan
5. Saudara-saudara ibumu yang perempuan
6. Anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki
7. Anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan
8. Ibu-ibumu yang menyusui kamu
9. Saudara perempuan sepersusuan
10. Ibu-ibu isterimu
11. Anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang
telah kamu campuri,
12. Isteri-isteri anak kandungmu

3 Al-Quran dan Hadits Digital:Hadits&QuranWeb3
4 Sahrani, Sohari, Sahrani.Op.Cit. hlm.99
4

C. Macam-macam Mahram
Secara garis besar larangan-larangan perkawinan dalam Syara itu
dibagi dua, yaitu; Keharaman yang bersifat Abadi (Tahrim Muabbad), dan
keharaman yang bersifat sementara (Tahrim Muaqqat).
Di antara halangan-halangan abadi ada yang telah disepakati dan ada
pula yang masih diperselisihkan. Yang telah disepakati ada tiga yaitu:
1.hubungan keturunan atau nasab
2.hubungan kekeluargaan karena tali pernikahan atau besanan
3.hubungan persusuan.
Sedangkan yang diperselisihkan ada dua yaitu:
1.Zina
2.Lian
Imam SyafiI dan Imam Malik bependapat bahwa zina dengan seorang
wanita tidak menyebabkan haramnya menikahi ibu wanita tersebut atau anak
wanitanya.Sedangkan menurut Abu Hanifah, Tsauri, dan AuzaI berpendapat
bahwa zina menyebabkan keharaman.
Keharaman yang bersifat Sementara yaitu karena bilangan,
mengumpulkan, kafir, ihram, sakit, iddah, perceraian tiga kali bagi suami
yang menceraikan, dan halangan peristrian.5 Di makalah ini akan dijelaskan
masing-masing macam perbedaan pendapat-pendapat para ijtihad, sebagai
berikut:
a. Tahrim Muabbad (Keharaman yang Bersifat Abadi)6
a.1 Larangan menikah karena nasab
Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan
darah atau hubungan keluarga. Allah Taala berfirman dalam surat An-Nur
ayat 31


5 Abdurrahman,Ghazali.Op.Cit, hlm.124
6 Slamet, Abidin,Fiqih Munakahat,(Bandung: CV.Pustaka Setia,1999),hlm.98
5


Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau
putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.7
Para ulama tafsir menjelaskan, Sesungguhnya lelaki yang merupakan
mahram bagi wanita adalah yang disebutkan dalam ayat diatas, adalah:8
1. Ayah Termasuk dalam kategori bapak yang merupakan mahram bagi
wanita adalah kakek, baik kakek dari bapak maupun dari ibu. Juga bapak-
bapak mereka ke atas. Adapun bapak angkat, maka dia tak termasuk
mahram bagi wanita. Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT, yang
artinya, Dan Allah tak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak
kandungmu. (Qs. Al-Ahzab: 4)
2. Anak laki-laki termasuk dalam kategori anak laki-laki bagi wanita adalah
cucu, baik cucu dari anak laki-laki maupun anak perempuan dan keturunan
mereka. Adapun anak angkat, maka dia tak termasuk mahram berdasarkan
pada keterangan di atas.

7 Al-Quran dan Hadits Digital:Hadits&QuranWeb3
8 Slamet, Abidin,Op.Cit, hlm.98
6

3. Saudara laki-laki, baik saudara laki-laki kandung maupun saudara sebapak
ataupun seibu saja.Saudara laki-laki tiri yang merupakan anak kandung
dari bapak saja atau dari ibu saja termasuk dalam kategori mahram bagi
wanita.
4. Keponakan, baik keponakan dari saudara laki-laki maupun perempuan &
anak keturunan mereka.Kedudukan keponakan dari saudara kandung
maupun saudara tiri sama halnya dgn kedudukan anak dari keturunan
sendiri.
5. Paman, baik paman dari bapak ataupun paman dari ibu.Syaikh Abdul
Karim Zaidan mengatakan dlm Al-Mufashal Fi Ahkamil Marah Tidak
disebutkan bahwa paman termasuk mahram dalam ayat ini (QS. An-Nur:
31) karena kedudukan paman sama seperti kedudukan kedua orang tua,
bahkan kadang-kadang paman juga disebut sebagai bapak.Allah Taala
berfirman didalam surat Al-Baqarah ayat 133 yang artinya: Adakah kamu
hadir ketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya, Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka
menjawab, Kami akan menyembah Tuhanmu & Tuhan bapak-bapakmu
Ibrahim, Ismail & Ishaq. Sedangkan Ismail adalah paman dari putra-
putra Yaqub. Dan bahwasanya paman termasuk mahram adalah pendapat
jumhur ulama.
Berdasarkan ayat diatas wanita yang haram dinikahi karena nasab
adalah:
1. Ibu dan garis keturunannya keatas
2. Anak dan urutannya kebawah, seperti cucu perempuan. Adapun anak
wanita dari hasil berzina, menurut pendapat yang shahih boleh dinikahi
ayahnya, namun hukumnya makruh.
3. Saudara Perempuan seibu seayah, atau seayah saja, atau seibu saja.
4. Bibi (saudara perempuan ayah)
5. Bibi (saudara perempuan ibu)
6. Keponakan dari saudara perempuan
7. Keponakan dari saudara laki-laki.
7

Mereka adalah tujuh orang wanita yang haram dinikahi oleh laki-laki
yang memiliki hubungan dengannya secara abadi.
a.2 Larangan Menikah karena Hubungan Sepersusuan9
Ar-radhaah atau sepersusuan adalah masuknya air susu seorang
wanita kepada anak kecil dengan syarat-syarat tertentu. Larangan menikah
karena hubungan sepersusuan berdasarkan pada lanjutan surat An-Nisa: 23
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu yang menyusui
kamu; saudara perempuan sepersusuan.
Sedangkan sepersusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahram
adalah sebanyak lima kali persusuan, berdasar pada hadits dari `Aisyah
radhiyallahu `anha, beliau berkata, Termasuk yang di turunkan dlm Al
Quran bahwa sepuluh kali persusuan dapat mengharamkan (pernikahan)
kemudian dihapus dengan lima kali persusuan. (HR. Muslim)
Hubungan mahram yang berasal dari persusuan telah disebutkan oleh
Allah SWT dalam firman-Nya tentang wanita-wanita yang haram untuk
dinikahi, yang artinya, Juga ibu-ibu yang menyusui kalian serta saudara-
saudara kalian dari persusuan. (Qs. An-Nisa: 23)
Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa mahram bagi wanita
dari sebab persusuan adalah seperti mahram dari nasab, yaitu:
1. Bapak persusuan (suami ibu susu), termasuk mahram juga kakek
persusuan yaitu bapak dari bapak atau ibu persusuan, juga bapak-bapak
mereka ke atas. Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata,
Sesungguhnya Aflah saudara laki-laki Abi Quais meminta izin utk
menemuiku setelah turun ayat hijab, maka saya berkata, Demi Allah, saya
tak akan memberi izin kepadamu sebelum saya minta izin kepada
Rasulullah, karena yang menyusuiku bukan saudara Abi Quais, akan
tetapi yang menyusuiku adalah istri Abi Quais. Maka tatkala Rasulullah
datang, saya berkata,Wahai Rasulullah, sesungguhnya lelaki tersebut
bukanlah yang menyusuiku, akan tetapi yang menyusuiku adalah saudara

9 Ibid, hlm. 100
8

istrinya. Maka Rasulullah bersabda, Izinkan baginya, karena dia adalah
pamanmu. (HR. Bukhari)
2. Anak laki-laki dari ibu susu, termasuk anak susu adalah cucu dari anak
susu baik laki-laki maupun perempuan. Juga anak keturunan mereka.
3. Saudara laki-laki sepersusuan, baik dia saudara susu kandung, sebapak
maupun cuma seibu.
4. Keponakan persusuan (anak saudara persusuan), baik anak saudara
persusuan laki-laki maupun perempuan, juga keturunan mereka.
5. Paman persusuan (saudara laki-laki bapak atau ibu susu)
Beberapa macam pokok masalah tentang mahram sepersusuan.10
1.Mengenai kadar air susu yang menyebabkan keharaman.
Imam Hanafi dan Imam Malik berpendapat, tidak ada ketentuan
mengenai kadarnya, berapapun kadarnya menyebabkan keharaman.
Sedangkan Imam Syafii berpendapat yang menyebabkan keharaman adalah
lima kali susuan.
2.Keadaan orang yang menyusui
Ada beda pendapat dalam hal ini, apabila seorang anak tidak
membutuhkan lagi susu sebelum usia dua tahun, lalu disapih, kemudian
disusui lagi oleh wanita lain.
Imam Malik berpendapat bahwa penyusuan tersebut tidak
mengharamkan.Sedangkan Imam Hanafi dan Imam Syafii berpendapat
bahwa penyusuan tersebut menyebabkan keharaman.
3.Kesaksian atas susuan.
Imam Malik berpendapat, bahwa persaksian tersebut hanya bisa diterima
dengan kesaksian dua orang wanita.Imam Syafii berpendapat, persaksian
tersebut hanya bisa diterima dengan kesaksian empat orang wanita.Imam
Hanafi berpendapat bahwa boleh kesaksian satu orang wanita.
4.Sifat wanita yang menyusui

10 Sidi, Gazalba, Menghadapi Soal-soal Perkawinan,(Jakarta: Pustaka
Antara,1995),hlm.57
9

Fuqaha sependapat bahwa air susu semua orang wanita itu menyebabkan
keharaman, baik yang masih haid atau tidak haid lagi, baik mempunyai suami
atau tidak, hamil atau tidak.
a.3 Larangan Menikahi Wanita Yang Diharamkan karena Hubungan
Pernikahan (Mushaharah)11
Mushaharah berasal dari kata ash-Shihr.Imam Ibnu Atsir rahimahullah
berkata, Shihr adalah mahram karena pernikahan. Contohnya, mahram
yang disebabkan oleh mushaharah bagi ibu tiri adalah anak suaminya dari
istri yang lain (anak tirinya) & mahram mushaharah bagi menantu perempuan
adalah bapak suaminya (bapak mertua), sedangkan bagi ibu istri (ibu mertua)
adalah suami putrinya (menantu laki-laki).
Hubungan mahram yang berasal dari pernikahan ini disebutkan oleh
Allah SWT dalam tiga ayat firman-Nya,yaitu:
1.Qs. An-Nur: 31
Artinya, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali
kepada suami mereka,atau ayah mereka,atau ayah suami mereka, atau putra-
putra mereka, atau putra-putra suami mereka.
2.Qs. An-Nisa: 22
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh
ayahmu (ibu tiri).
3.Qs. An-Nisa: 23
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibu istrimu (mertua), anak-
anak istrimu (anak tiri) yang dlm pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu
campuri, tetapi jika kamu belum campur dgn istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tak berdosa kamu mengawininya, & istri-istri anak
kandungmu (menantu).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa orang-orang
yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab mushaharah adalah:
1. Ayah mertua (ayah suami)

11 Slamet, Abidin,Fiqih Munakahat, hlm. 101
10

Mencakup ayah suami atau bapak dari ayah & ibu suami juga bapak-
bapak mereka keatas
2. Anak tiri (anak suami dari istri lain)
Termasuk anak tiri adalah cucu tiri baik cucu dari anak tiri laki-laki
maupun perempuan, begitu juga keturunan mereka
3. Ayah tiri (suami ibu tapi bukan bapak kandungnya)
Haramnya pernikahan dengan ayah tiri ini berlaku ketika ibunya telah
jima dengan ayah tirinya sebelum bercerai. Namun, jika belum terjadi jima,
maka diperbolehkan.Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata,
Seluruh wanita yang pernah dinikahi oleh bapak maupun anakmu, maka dia
haram bagimu.
4. Menantu laki-Laki (suami putri kandung)
kemahraman ini terjadi sekedar putrinya di akadkan kepada suaminya.
b.Tahrim Muaqqat (keharaman yang bersifat sementara) dan Jenis-
jenisnya12
Kemahraman ini bersifat sementara, bila terjadi sesuatu, laki-laki yang
tadinya menikahi seorang wanita, menjadi boleh menikahinya. Diantara para
wanita yang termasuk ke dalam kelompok haram dinikahi secara sementara
waktu saja adalah :
a. Istri orang lain, tidak boleh dinikahi tapi bila sudah diceraikan oleh
suaminya, maka boleh dinikahi.
b. Saudara ipar, atau saudara wanita dari istri. Tidak boleh dinikahi tapi juga
tidak boleh khalwat atau melihat sebagian auratnya. Hal yang sama juga
berlaku bagi bibi dari istri. Namun bila hubungan suami istri dengan
saudara dari ipar itu sudah selesai, baik karena meninggal atau pun karena
cerai, maka ipar yang tadinya haram dinikahi menjadi boleh
dinikahi.Demikian juga dengan bibi dari istri.
c. Wanita yang masih dalam masa Iddah, yaitu masa menunggu akibat
dicerai suaminya atau ditinggal mati. Begitu selesai masa iddahnya, maka
wanita itu halal dinikahi.

12 Ahmad, Beni Saebani.Fiqh Munakahat.(Bandung: CV.Pustaka Setia,2003),hlm.127
11

2. Istri yang telah ditalak tiga, untuk sementara haram dinikahi kembali.
Tetapi seandainya atas kehendak Allah dia menikah lagi dengan laki-laki
lain dan kemudian diceraikan suami barunya itu, maka halal dinikahi
kembali asalkan telah selesai iddahnya dan posisi suaminya bukan sebagai
muhallil belaka.
3. Menikah dalam keadaan Ihram, seorang yang sedang dalam keadaan
berihram baik untuk haji atau umrah, dilarang menikah atau menikahkan
orang lain. Begitu ibadah ihramnya selesai, maka boleh dinikahi.
4. Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi wanita merdeka. Namun
ketika tidak mampu menikahi wanita merdeka, boleh menikahi budak.
5. Menikahi wanita pezina,Dalam hal ini selama wanita itu masih aktif
melakukan zina.Sebaliknya, ketika wanita itu sudah bertaubat dengan
taubat nashuha, umumnya ulama membolehkannya.
6. Menikahi istri yang telah dili`an, yaitu yang telah dicerai dengan cara
dilaknat.
7. Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah atau wanita
musyrikah. Namun begitu wanita itu masuk Islam atau masuk agama ahli
kitab, dihalalkan bagi laki-laki muslim untuk menikahinya.
Bentuk kemahraman yang ini semata-mata mengharamkan pernikahan
saja, tapi tidak membuat seseorang boleh melihat aurat, berkhalwat dan
bepergian bersama.Yaitu mahram yang bersifat muaqqat atau sementara.Yang
membolehkan semua itu hanyalah bila wanita itu mahram yang bersifat abadi.

D. Wanita Yang Haram Dinikahi Untuk Selamanya (Ghairu Muabbadah)
Wanita-wanita yang haram dinikahi tidak untuk selamanya (bersifat
sementara) adalah sebagai berikut:
1. Dua perempuan bersaudara haram dikawini oleh seorang laki-laki
dalam waktu yang bersmaan, maksudnya mereka haram dimadu dalam waktu
yang bersamaan
Apabila mengawini mereka berganti-ganti , seperti seorang laki-laki
mengawini seorang wanita, kemudian wanita tersebut meninggal atau dicerai,
12

maka laki-laki itu tidak haram mengawini adik atau kakak perempuan dari
wanita yang telah meniggal dunia.
Keharaman mengumpulkan wanita dalam satu waktu perkawinan itu
disebutkn dalam lanjutan surat An-Nisaa ayat 23:
br & ur (#qyJfs? t/ tGzW ${
Artinnya : . dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan
yang bersaudara
Keharaman mengumpulkan dua wanita dalam satu perkawinan, ini juga
diberlakukan terhadap dua orang yang mempunyai hubungan keluarga bibi
dan kemenakan. Larangan ini diterangkan dalam sebuah hadis Nabi riwayat
Bukhari Muslim dari Abu Hurairah:

. ) (
Artinya : sesungguhnya Rasulullah SAW melarang mengumpulkan
(sebagai istri) antara seorang wanita dengan ammah atau khalah
(bibinya)
1. Wanita yang terikat perkawinan dengan laki-laki lain, haram
dinikahi oleh seorang laki-laki, keharaman ini disebutkan dalam surat An-
Nisaa ayat 24
* MoY|sJ9$#ur z`B !$|iY9$# ..
Artinya : dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang
bersuami
1. wanita yang sedang dalam iddah, baik iddah secara cerai maupun iddah
ditinggal mati berdasarkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 228 dan
234
2. Wanita yang ditalak 3, haram kawin lagi dengan bekas suaminya, kecuali
kalau sudah kawin lagi dengan orang lain yang telah berhubungan kelmin
serta dicerai oleh suami terakhir itu dan telah habis masa iddahnya.
Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 229-230
13

3. Wanita yang sedang melakukan ihram, baik ihram umrah maupun ihram
haji, tidak boleh dikawini. Hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh imam Muslim dan Usman Bin Affan:
( . )
Artinya : orang yang sedang ihram tidak boleh menikah, tidak boleh
menikahkan, dan tidak boleh pula meminang.

1. Wanita musyrik, haram dinikahi yang dimaksud wanita musyrik
ialah yang menyembah selain Allah. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 24, adapun wanita ahli kitab yakni wanita
nasrani dan wanita yahudi boleh dinikahi, berdasarkan firman Allah dalam
surat Al-Maidah ayat 513
Dalam kompilasi hukum islam, larangan kawin seperti telah diuraikan
diatas, dijelaskan pula secara rinci dalam Bab IV, sebagai berikut
Pasal 39
Diharamkan melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan
seorang wanita disebabkan:
1. Karena pertalian nasab
a. Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang
menurunkannya atau keturunannya
b. Dengan seorang wanita keturunan ayah
c. Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya
d. Karena pertalian kerabat semenda
I. Dengan seorang wanita yang melahirkan istrinya atau bekas
istrinya
II. Dengan seorang wanita bekas istri orang yang
menurunkannya
III. Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya,
kecuali putusnya hubungan perkawinan dan bekas istrinya
itu qabla al-dukhul

13 Abu Malik Kamal, Shahih Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pustaka Azzam: 2007) Hal.114
14

IV. Dengan seorang wanita bekas istri keturunnya
V. Karena pertalian sesusuan
a. Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya
menurut garis lurus ke atas
b. Dengan seorang wanita susuan dan seterusnya
menurut garis lurus ke bawah
c. Dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan
kemenakan sesusuan ke atas
d. Dengan seorang wanita bibi sesususn dan njenek
bibi sesusuan ke atas
e. Dengan anak yang disusui oleh istrinya dan
keturunannya
Pasal 40
Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dan seorang
wanita karena keadaan tertentu:
a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan
pria lain
b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain
c. Seorang wanita yang tidak beragama islam
Pasal 41
1. Seorang pria dilarang memadu istrinya dengan seorang wanita
yang mempunyai hubungan pertalian nasab atau sesusuan dengan istrinya:
a.saudara kandung seayah atau seibu serta keturunnya
b. wanita dengan bibinya atau kemenakannya
1. larangan tersebut pada ayat (I) tetap berlaku meskipun istri-istrinya
telah ditalak rajI, tetapi masih dalam masa iddah
Pasal 42
Seorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan
seorang wanita apabila pria tersebut sedang mempunyai empat orang istri,
yang keempat-empatnya masih terikat tali perkawinan atau masih dalam
15

iddah talak rajI ataupun salah seorang diantara mereka masih terikat tali
perkawinan sedangkan yang lainnya dalam masa iddah talak raji
Pasal 43
1. dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria:
a.dengan seorang wanita bekas istrinya yang ditalak 3 kali
b. dengan seorang wanita bekas istrinya yang di lian
1. larangan tersebut pada ayat (I) huruf a gugur kalau bekas istri tadi
telah kawin dengan pria lain kemudian perkawinan tersebut putus bada
dukhul dan habis masa iddahnya.
Pasal 44
Seorang wanita islam dilarang melasungkan perkawinan dengan seorang
pria yang tidak beragama islam.14
1. Tentang Sepersusuan
Maka tatkala Rasulullah datang, saya berkata,Wahai Rasulullah,
sesungguhnya lelaki tersebut bukanlah yang menyusuiku, akan tetapi yang
menyusuiku adalah saudara istrinya. Maka Rasulullah bersabda, Izinkan
baginya, karena dia adalah pamanmu. (HR. Bukhari)














14 M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Islam,(Jakarta, Bulan Bintang, 1975) hal 103
16

E. Kesimpulan
Mahram adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya
seperti bapak, anak, saudara, paman (sebab nasab), sepersusuan, dan
pernikahan.
Secara garis besar larangan-larangan perkawinan dalam Syara itu
dibagi dua, yaitu; Keharaman yang bersifat Abadi (Tahrim Muabbad), dan
keharaman yang bersifat sementara (Tahrim Muaqqat).
Keharaman yang bersifat Abadi ada yang disepakati dan ada juga yang
masih diperselisikan, yang disepakati ada tiga yaitu:
1.Hubungan keturunan atau nasab
2.Hubungan kekeluargaan karena tali pernikahan atau besanan
3.Hubungan persusuan.
Keharaman yang bersifat Sementara yaitu karena bilangan,
mengumpulkan, kafir, ihram, sakit, iddah, perceraian tiga kali bagi suami
yang menceraikan, dan halangan peristrian. Sedangkan yang diperselisikan
ialah zina dan lian.Imam SyafiI dan Imam Malik bependapat bahwa zina
dengan seorang wanita tidak menyebabkan haramnya menikahi ibu wanita
tersebut atau anak wanitanya.Sedangkan menurut Abu Hanifah, Tsauri, dan
AuzaI berpendapat bahwa zina menyebabkan keharaman.
Wanita yang haram dinikahi selamanya yaitu: Ibu, Anak perempuan,
Saudara perempuan, Bibi dari pihak ayah (saudara perempuan ayah), Bibi
dari pihak ibu (saudara perempuan ibu) , Anak perempuan saudara laki-laki
(keponakan), Anak perempuan saudara perempuan, Ibu istri (ibu mertua),
Anak perempuan dari isteri yang sudah didukhul (dikumpul), menantu
perempuan,ibu tiri,saudara sepersusuan.
Wanita yang haram dinikahi sementara yaitu: Mengumpulkan dua
perempuan yang bersaudara , Mengumpulkan seorang isteri dengan bibinya
dari pihak ayah ataupun dari pihak ibunya. Isteri orang lain dan wanita yang
menjalani masa iddah.


17

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. Fiqih Munakahat.Bandung: CV.Pustaka Setia1999.
Abu Malik Kamal, Shahih Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pustaka Azzam: 2007)
Ahmad, Beni Saebani. Fiqh Munakahat. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2001.
Al-Quran dan Hadits Digital:Hadits&QuranWeb3
Gazalba, Sidi. Menghadapi Soal-soal Perkawinan,Jakarta: Pustaka
Antara1995.
Ghazali, Abdurrahman.Fiqh Munakahat. Bogor: Prenada Media,2003
M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Islam,(Jakarta, Bulan Bintang, 1975)
Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat. Jakarta: Raja Wali Pers. 2009.

You might also like