You are on page 1of 19

1

A 40 years old patient visit a dentist complaining the pain and


uncomfortable feeling on his upper denture prothesis. Based on the
anamnesis, it is noted that the patient ordered the denture prothesis to a
tooth maker one year ago. The clinical examination showed that the
prothesis was glued to both teeth adjacent to it. After the prothesis is
taken off from the attachment, small white spots were observed on the
entire tissue surface under the upper prothesa on the palatum. The
mucosa looks more bright reddish and the consistency is more elastic.

Pasien usia 40 tahun mengunjungi dokter gigi yang mengeluh rasa sakit
dan perasaan yang tidak nyaman pada prothesis gigi palsu nya.
Berdasarkan anamnesis, perlu dicatat bahwa pasien memerintahkan
prothesis gigi untuk pembuat gigi satu tahun yang lalu. Pemeriksaan klinis
menunjukkan bahwa prothesis menempel ke kedua gigi sebelahnya.
Setelah prothesis adalah diambil dari lampiran, bintik-bintik putih kecil
yang diamati pada permukaan seluruh jaringan di bawah prothesa atas
pada palatum. Mukosa terlihat lebih cerah kemerahan dan konsistensi
lebih elastis.

Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabkan
oleh jamur candida. Candida adalah suatu spesies yang paling umum ditemukan di
rongga mulut dan merupakan flora normal. Spesies candida mencapai 40 60 %
dari seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies
candida, yaitu candida albicana, candida tropikalis, candida glabarata, candida
krusel, dan candida parapsilosis. Dari kelima candida tersebut candida albicana
merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga mulut.

Jamur seperti Candida, ditemukan hingga 90% pada orang dengan denture related
stomatitis namun tetap ada 66% pada orang yang memakai gigi tiruan.
Organisme yang ada dengan frekuensi paling banyak adalah Candida albicans.
Jika spesies Candida terlibat dalam denture related stomatitis, maka lebih dikenal
dengan istilah Candidaassociated denture stomatitis, denture-induced
candidiasis atau chronic atrophic candidiasis.
Denture-related stomatitis tidak hanya berhubungan dengan Candida tetapi
kadang ada faktor lain seperti infeksi bakteri atau proliferasi atau respon
degeneratif terhadap pengurangan keratinisasi dan ephitelium lebih tipis.
Bagaimanapun, tidak jelas mengapa hanya beberapa pemakai gigi tiruan yang
mengalami denture stomatitis, karena kebanyakan pasien terlihat sehat dan hanya
sedikit penelitian dilakukan tentang itu. Pasien dengan denture-related stomatitis
tidak memiliki serious cell-mediated immune defects, tapi kekurangan pada
migration-inhibition factor (MIF) dan adanya suppressor sel T yang over aktif atau
limfosit T atau kerusakan fagosit.

Lesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali merupakan infeksi
asimtomatis yang disebabkan oleh candida. Mikroorganisme ini ditemukan pada
mukosa dan jaringan gigi tiruan. Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada
mukosa pendukung gigi tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.
Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus sepanjang siang
dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga mendukung terjadinya lesi ini.
2
Hipersensitif terhadap salah satu komponen dari bahan gigi tiruan dengan reaksi
alergiknya juga merupakan salah satu factor penyebab.
Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik kronis.
Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan yang bersinggungan
dengan mukosa pengukung penting bagi perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini
biasanya hilang dengan pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam
gigi tiruan dalam larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti
amfoterisin, mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di aplikasikan
ke permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke dalam mulut.
Kebanyakan pasien tidak menyadari adanya kelainan ini, karena biasanya tanpa
gejala. Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang biasanya
dirasakan pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas peradangan
berbeda-beda, kadang terbatas pada daerah tertentu atau bisa pula mengenai
seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Kelainan ini cenderung terjadi pada rahang
atas daripada rahang bawah. Kadang terlihat peradangan palatal tipe granular.

Struktur candida albicana terdiri dari dinding sel, sitoplasma nucleus, membrane
golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan
dibentuk oleh mannoprotein, gulkan, gulkan ohitin. Candida albicana dapat tumbuh
pada media yang mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen
biasanya digunakan ammonium atau nitrat, kadang-kadang memerlukan biotin.
Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau
sebagai elemen fillamen hyfa atau pseudohyfa ( sel ragi yang memanjang ) dan
suatu masa filament hyfa disbeut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperature
20- 40 derajat celcius.

2. Etiologi dan Patogenesis

Kandidiasis terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama pada pasien
pengguna protesa, xerostomia ( Sjorgen syndrome ), penggunaan radio theraphy,
obat-obatan sitotoksis, konsentrasi gula dalam darah ( diabetes ), penggunaan
antibiotic atau kortikosteroid, penyakit keganasan (neoplasma) , kehamilan,
defisisnesi nutrisi, penyakit kelainan darah, dan penderita immunosupresi ( AIDS ).

Penggunaan protesa menyebabkan kurangnya pembersihan oleh saliva dan
pengelupasan epitel, hal ini mengakibatkan perubahan pada mukosa. Penggunaan
antibiotic dan kortikosteroid akan menghambat pertumbuhan bakteri komersial
sehingga mengakibatkan pertumbuhan candida yang lebih banyak, dan
menurunkan daya tahan tubuh, karena kortikosteroid mengakibatkan penekanan
sel mediated immune.
Terjadinya kandidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan
candida untuk melekat pada mukosa mulut. Hal ini yang menyebabkan awal
terjadinya infeksi. Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme
pembersihan oleh saliva, pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung
berjalan normal. Perlekatan jamur pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi,
kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi.

Bahan-bahan polimerik ekstra seluler ( mannoprotein ) yang menutupi permukaan
candida albicana merupakan komponen penting untuk perlekatan pada mukosa
3
mulut. Candida albicana menghasilkan proteinase yang dapat mengdegradasi
protein saliva termasuk sekretori immunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin
juga sitotoksis terhadap sel host. Batas-batas hidrolisis dapat terjadi pada pH
3,0/3,5-6,0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan
di hasilkan pada pH 3,5-6,0. Enzim ini menghancurkan membrane sel selanjutnya
akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hyfa mampu tumbuh meluas
pada permukaan sel host

3. Klasifikasi dan Gambaran Klinis

Gambaran klinis kandidiasi oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan
interaksi organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral
dikelompokkan atas tiga, yaitu :

A. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama
sekali dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus,
bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa
jamur, dapat dihapus meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada umumnya
dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini
dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis seperti ini sering
diderita oleh pasien dengan system imun rendah, seperti HIV/AIDS, pada pasien
yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnose dapat
ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan
mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.

2. Kandidiasis Atropik Akut

Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan
tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. Imfeksi ini terjadi karena
pemakaian antibiotic spectrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus Acidophilus
dan Candida Albicans. Antibiotic yang dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi
Lactobacillus dan memungkinkan candida tumbuh subur. Pasien yang menderita
candidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti terbakar.



B. Kronik, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

Kandidiasis Atropik Kronik
Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum maupun
mandibular yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini
dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi candida. Kandidiasis ini hampir 60 %
diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai
gigi tiruan selagi tidur.

4
2. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-bintik
putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini
dapat berkembang menjadi dysplasia berat atau keganasan, dan kadang disebut
sebagai candida leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus,
sehingga diagnose harus ditentukan dengan biopsy. Kandidiasis ini paling sering
diderita oleh perokok.

3. Median Rhomboid Glossitis

Median rhomboid glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke papilla
sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior
lidah. Gejala penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila.

C. Keilitis Angularis

Keilitis angularis merupakan infeksi candida albican pada sudut mulut, dapat
bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan
pecah-pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat
terjadi pada penderita defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi



4. Pengobatan

Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat daerah
bukal dan lidah dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi
tiruan harus direndam dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih
efektif dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan
yang tidak rata dan porus menyebabkan candida mudah melekat, dan jika hanya
menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya.

Beberapa golongan antijamur yang efektif untuk kasus-kasus pada rongga mulut,
sering digunakan antara lain :

Amfotericine B, dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini
yaitu dengan cara merusak membrane sel jamur. Efek samping terhadap ginjal
seringkali menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml) dapat
digunakan sebanyak 4x/hari.
Nystatin, dihasilkan oleh Streptomyces noursei, mekanisme kerja obat ini dengan
cara merusak membrane sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas membrane sel.
Sediaan berupa suspense oral 100.000 U/5ml dan bentuk cream 100.000 U/g,
digunakan untuk kasus denture stomatitis.
Miconazole, Clotrimazole, mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim
cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan
sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidaknormalan membrane sel. Sediaan
dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4x/hari setengah sendok makan,
ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.
5
Clotrimazole, mekanismenya kerja sama dengan miconazole, bentuk sediaannya
berupa troche 10mg, sehari 3-4x.
Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan
cara menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan
permeabilits membrane sel, obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya
berupa mual/ muntah, sakit kepala, parastesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk
tablet 200mg dosis 1x/hari dikonsumsi pada waktu makan.
Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita
immunocompromised. Sediaan dalam bentuk tablet, dosis 200mg/hari selama 3
hari. Bentuk suspense (100-200 mg) / hari, selama 2 minggu. Efek samping obat
berupa gatal-gatal, pusing, sakit kepala, sakit dibagian perut (abdomen), dan
hypokalemi.
Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasis termasuk pada
penderita immunosipresiv. Efek samping mual, sakit dibagian perut, sakit kepala,
eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi cytochrome
P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membrane sel. Absorpsi tidak
dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg,
dan 200mg single dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan
menyusui.

Walaupun denture stomatitis hanya didapatkan pada penderita pemakai gigi tiruan
lepasan, bukan berarti bahwa gigi tiruan tersebut merupakan satu-satunya
penyebab. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat
disebabkan oleh beberapa macam factor yaitu :
Trauma
Adanya ketidaktepatan serta ketidakstabilan gigi tiruan lepasan, dapat
mengakibatkan trauma mekanis serta dapat mengiritasi jaringan penyangganya,
yang akhirnya dapat menimbulkan luka atau yang sering disebut Stomatitis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Phelan dan Levin, bahwa iritasi mekanis karena gigi tiruan
yang kurang tepat merupakan factor penting penyebab terjadinya denture
stomatitis.
Selain itu juga telah dibuktikan oleh beberapa peneliti mengenai adanya korelasi
yang nyata antara trauma, membrane mukosa, dan denture stomatitis. Dengan
mengetahui penyebab denture stomatitis yang hanya disebabkan oleh factor utama
tersebut, menghilangkan ketidakstabilan gigi tiruan lepasan akan tampak adanya
penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyquist yang menyatakan adanya
penyembuhan setelah perbaikan ketidakstabilan gigi tiruan.
- Infeksi
Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu factor penyebab keberadaan C.
albicans didalam rongga mulut, kecuali itu juga dapat menyebabkan prevalensi C.
Albicans di dalam rongga mulut. C albicans disamping merupakan flora normal
dengan pravelansi sekitar 45% ternyata pravelansi tersebut dilaporkan meningkat
pada pemakai gigi tiruan dengan keadaan rongga mulut sehat yaitu 47,5% sampai
55,6%.
Penderita yang memakai gigi tiruan lepasan harus benar-benar menjaga
kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi tiruan merupakan tempat yang baik
bagi berkumpulnya mikroorganisme termasik C.albicans. Peningkatan jumlah
C.albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast
6
menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi kedalam jaringan
sehingga dapat menimbulkan denture stomatitis.
Penanganan karena adanya C.albicans pada denture stomatitis ditekankan pada
kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan. Untuk kandidosis yang terjadi seperti
Acute pseudomembranous Candidosis dan Acute erytematus Candodisis
pengobatannya dilakukan dengan pemberian Nystatin, amphotericin, miconazole
atau chlorhexidine secara topical. Gigi tiruannya didisinfeksi dengan menggunakan
chlorhexidine untuk mencegah pelekatan antara C. Albicans dengan gigi tiruan
lepasan yang terus menerus. Pada penderita yang memakai gigi tiruan lepasan,
sehingga dari mukosa mulutnya tertutup oleh basis gigi tiruan lepasan, sebagian
dapat mengurangi efek air ludah, karena gangguan kelenjar ludah pada mukosa.
Gigi tiruan ini menimbulkan trauma ringan yang terus menerus pada membrane
mukosa. Keadaan ini memudahkan invasi antigen C.albicans ke dalam jaringan.
Efek ini akan diperberat bila disertai dengan obstruksi kelenjar ludah dan rusaknya
epitel akibat jelas yang ditimbulkan gigi tiruan.
Selain itu sIgA (Secretory IgA) yang terdapat di dalam saliva dan merupakan salah
satu mekanisme pertahanan terhadap kandisosis rongga mulut tidak bias mencapai
mukosa karena terhalang gigi tiruan, sehingga penderita yang memakai gigi tiruan
terus menerus mudah mengalami denture stomatitis. Karena itu, pemakai gigi
tiruan disarankan melepas gigi tiruannya pada waktu istirahat, terutama pada
malam hari.
- Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi pertumbuhan
mikroorganisme, karena pada kebersihan rongga mulut yang jelek bias terjadi
perubahan pH saliva, sehingga meningkatkan jumlah/kepaduan dan vurulensi
jamur C.albicans. hal ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa pada ibu
hamil yang kebersihan rongga mulutnya jelek dilaporkan sebanyak52 dari 55
penderita (94,5%) menderita kandidosis. Selain itu kebersihan rongga mulut yang
jelek dilaporkan merupakan salah satu factor predisposisi local untuk terjadinya
denture stomatitis. Yang terpenting dilakukan dalam hal ini adalah menghilangkan
predisposisi local tersebut menjaga kebersihan rongga mulut.
- Alergi
Bahan basisi tiruan lepasan umumnya terbuat dari resin akrilik. Salah satu unsure
resin akrilik yang menimbulkan reaksi alergi adalah metal-meta krilat. Biasanya
reaksi alergi terjadi segera setelah kontak dengan gigi palsu. Tetapi denture
stomatitis, radang terjadi pada penderita dengan gigi palsu yang sudah lama atau
tidak baik. Akibatnya factor reaksi alergi ini sudah banyak diabaikan.
- Gangguan Faktor sistematik
Beberapa factor sistemik memudahkan terjadinya infeksi yang disebabkan oleh
C.albicans, yaitu : diabetes mellitus, malnutrisi, dan pemakaian obat-obatan dalam
waktu lama, misalnya kortikosteroid dan antibiotika. Penderita dengan gangguan
factor sistemik akan mudah mengalami denture stomatitis, terutama bila tidak
memperhatikan factor predisposisi local, antara lain : lama pemakaian gigi tiruan
lepasan, kebersihan rongga mulut, kebersihan gigi tiruan lepasan.

Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur
ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang
umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang
berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis, sementara jika terjadi di
7
mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis.
Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan
suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa.



2. Klasifikasi Candidasis
Thrush
Candidasis ini mempunyai ciri yaitu terdapat plak yang permukaan mukosa rongga
mulut. Plak ini dapat dibersihkan dengan cara dikerok dan meninggalkan bekas
berupa jaringan yang berwarna merah atau terjadi pendarahan pada mukosa
rongga mulut. Lesi yang terjadi ditandai dengan dengan lesi bervariasi yaitu, lunak,
gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti bludru yang dapat dihapus atau
diangkat.

Kronis Hiperplastik Candidasis
Infeksi Kamur terdapat pada daerah bukal atau tepi lidah dan bibir. Keadaan
tersebut beruapa bintik-bintik putih yang dapat berkembang menjadi displasia
berat atau keganasan. Candidasis seperti ini tidak dapat dikerok, gambaran ini
disebut juga Candidasis leukoplakia tipe homogen (Greenberg, 2003). Keadaan ini
diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga
mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. Kandidiasis ini
paling sering diderita oleh perokok.

Kronis Atrofik Kandidasis
Mukosa palatum maupun mandibula akan tertutup basis gigi tiruan yang akan
menjadi merah. Kondisis ini dikategorikan menjadi infeksi Candidasis. Secara klinis
kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :

1) Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran
eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan gigi tiruan baik
sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi
papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg, 2003).

2) Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis
permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau
rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke
tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada
umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).

3) Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan
dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam
ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi,
hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak
kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit
sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).

3. Etiologi
8
Penyebab dari Candidasis adalah jamur yang terdapat pada rongga mulut. Jamur
jenis ini adalah jamur yang normal atau secara umum terdapat disekitar kita dan
tidak berbahaya pada orang yang mempunyai sistem imun yang kuat. Candida akan
menyebabkan masalah apabila orang tersebut mempunyai daya tubuh yang lemah,
misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan bayi
yang belum mempunyai sistem imun yang kompleks.

Jamur Candida adalah jamur yang ada disekitar kita, bahkan didalam vagina ibu
terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapat jamur Candida ini dari alat-alat
seperti Dot dan Kempong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari Vagina ibu
ketika persalinan. Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan
mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan
sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat.

Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :

Bayi (daya tahan tubuh belum optimal)
Oral hygiene yang tidak adekuat
1) Tidak rajin sikat gigi

2) Pemakaian protesa (gigi palsu)

Penurunan imunitas
1) HIV / AIDS

2) Malignancy

3) Penggunaan kortikosteroid jangka panjang

4) Kemoterapi / radioterapi

Merokok
Diabetes Mellitus
Mempunyai riwayat candidiasis vaginal atau bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi candida


4. Manifestasi Klinis
Bercak putih pada bukal, lidah, gusi
Jika tergores bisa berdarah
Tidak nyaman: perih atau bahkan panas seperti terbakar
Gangguan pengecapan (disgeusia)
Pada bayi: rewel atau tidak mau menyusu
Hipertermi akibat proses infeksi
Diare jika jamur tertelan dan berkembang dalam usus.


5. Patofisiologi
9
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh
candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang
terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan
keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan
sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan
berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga
mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida
albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan
bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena
penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-
obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun
seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena
gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan
tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan
normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak
terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan
penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.



6. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan
pemberian flukonazol.
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur.
Diagnosa pasti dengan biopsi


7. Komplikasi
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus
besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.



8. Pencegahan
Pada bayi biasakan mencuci bersih dan mensterilkan botol/dot/pacifier yang
digunakan dan menyimpan pada tempat yang bersih dan kering.
Biasakan berkumur setelah memakai kortikosteroid inhaler
Rajin berkumur dan menggosok gigi
Rajin membersihkan gigi tiruan atau kawat gigi
Rajin mengkonsumsi yogurt yang mengandung lactobacilus acidopilus
Mengurangi konsumsi gula untuk mengurangi pertumbuhan candida
Berhenti merokok

Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidens
kolonisasi dan infeksi kandida adalah :1,3,11,12
10
1. Faktor mekanis : trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab dan atau
maserasi, gigi palsu, bebat tertutup atau pakaian, kegemukan
2. Faktor nutrisi : avitaminosis, defisiensi besi (Kandidiasis mukokutaneus
kronis)3, defisiensi folat, Vit B1213, malnutrisi generalis
3. Perubahan fisiologis : umur ekstrim (sangat muda/sangat tua), kehamilan, KVV
terjadi pada 50% wanita hamil terutama pada trimester terakhir12, menstruasi.
4. Penyakit sistemik : Downs Syndrome, Akrodermatitis enteropatika, penyakit
endokrin (Diabetes mellitus, penyakit Cushing, hipoadrenalisme, hipotiroidisme,
hipoparatiroidisme), uremia, keganasan terutama hematologi (leukemia akut,
agranulositosis13), timoma, Imunodefisiensi (Sindroma AID, Sindroma
imunodefisiensi kombinasi berat, defisiensi Myelo peroksidase, Sindroma Chediak
Higashi, Sindroma Hiper immunoglobinemia E, penyakit granulomatosus kronis,
Sindroma Di George, Sindroma Nezelof),
5. Penyebab iatrogenik : pemasangan kateter, dan pemberian IV, radiasi sinar-X
(Xerostomia13), obat-obatan (oral parenteral topikal - aerosol), antara lain :
kortikosteroid dan imunosupresi lain, antibiotik spektrum luas, metronidazol,
trankuilaiser, kontrasepsi oral (estrogen), kolkhisin, fenilbutason, histamine 2-
blocker.
Faktor penting lainnya adalah perbedaan virulensi di antara spesies
Candida. Juga dalam mulainya infeksi kandida termasuk perlekatan Candida
dengan sel epitel dan invasi berikutnya. Mekanisme invasi masih tidak jelas tetapi
mungkin menyangkut kerja enzim keratinolitik, fosfolipase atau enzim proteolitik
galur spesifik. Pseudohifa dapat menembus intraselular kedalam korneosit.3 Ruang
terang terlihat di sekitar Candida, menandakan suatu proses lisis jaringan kulit
epitel yang sedang berlangsung3. Bentuk hifa maupun ragi (yeast) keduanya dapat
menembus aringan pejamu dan ke 2 bentuk menunjukkan virulensi yang potensial
dan berperanan infeksi pada manusia.9 Bentuk hifa mempercepat kemampuan
Candida invasi jaringan.

GEJALA KLINIS
1. Kandidiasisoral(KO)
Kandidiasis oral ada 5 bentuk : 2,3,11 1.1. Kandidiasis pseudomembran akut 1.2.
Kandidiasis atrofi akut
1.3. Kandidiasis atrofi kronis
1.4. Kandidiasis hiperplastik kronis 1.5. Kheilosis kandida
1.1. Kandidiasis pseudomembran akut
Disebut juga oral thrush,2,3,11 kandidosis pseudomembran akut.2
Tampak plak/pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai mukosa bukal,
lidah dan permukaan oral lainnya.3,6 Pseudomembran tersebut terdiri atas
kumpulan hifa dan sel ragi, sel radang, bakteri, sel epitel, debris makanan dan
jaringan nekrolitik. 2,3 Bila plak diangkat tampak dasar mukosa eritematosa atau
mungkin berdarah dan terasa nyeri sekali. 2,3,11
4
1.2. Kandidiasis atrofi akut
Disebut juga midline glossitis,11 kandidosis antibiotik,3 glossodynia,1 antibiotic
tongue,1 kandidosis eritematosa akut.2
Mungkin merupakan kelanjutan kandidiasis pseudomembran akut akibat
menumpuknya pseudomembran.11 Daerah yang terkena tampak khas sebagai lesi
eritematosa, simetris, tepi berbatas tidak teratur pada permukaan dorsal tengah
11
lidah, sering hilangnya papila lidah11 dengan pembentukan pseudomembran
minimal dan ada rasa nyeri.2 Sering berhubungan dengan pemberian antibiotik
spektrum luas,2,3 kortikosteroid sistemik, inhalasi maupun topikal.3
1.3. Kandidiasis atrofi kronis
Disebut juga denture stomatitis.2,3,11 denture-sore mouth.2
Bentuk tersering pada pemakai gigi palsu (1 di antara 4 pemakai) dan 60% di atas
usia 65 tahun, serta wanita lebih sering terkena.3 Gambaran khas berupa eritema
kronis dan edema di sebagian palatum di bawah prostesis maksilaris.3,11 Ada 3
stadium11 yang berawal dari lesi bintik-bintik (pinpoint) yang hiperemia, terbatas
pada asal duktus kelenjar mukosa palatum. Kemudian dapat meluas sampai
hiperemia generalisata dan peradangan seluruh area yang menggunakan gigi palsu.
Bila tidak diobati pada tahap selanjutnya terjadi hiperplasia papilar granularis.
Kandidiasis atrofi kronis sering disertai kheilosis kandida,3 tidak menunjukkan
gejala atau hanya gejala ringan. C.albicans lebih sering ditemukan pada permukaan
gigi palsu daripada di permukaan mukosa.3 Bila ada gejala, umumnya pada pasien
dengan peradangan granular atau generalisata, keluhan dapat berupa rasa
terbakar, pruritus dan nyeri ringan sampai berat.11
1.4. Kandidiasis hiperplastik kronis Disebut juga leukoplakia kandida2,3,11
Gejala bervariasi dari bercak putih, yang hampir tidak teraba sampai plak kasar
yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa bukal.3,11 Keluhan umumnya
rasa kasar atau pedih di
daerah yang terkena.2 Tidak seperti pada kandidiasis pseudomembran, plak disini
tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia oral oleh sebab lain yang
sering dihubungkan dengan rokok sigaret dan keganasan.2,11 Terbanyak pada
pria, umumnya di atas usia 30 tahun dan perokok.2
1.5. Kheilosis kandida
Sinonim perleche,1,3 angular cheilitis,2 angular stomatitis.2
Khas ditandai eritema, fisura, maserasi dan pedih pada sudut mulut.2,3 Biasanya
pada mereka yang mempunyai kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien usia
lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut.3 Juga karena hilangnya
dimensi vertikal pada 1/3 bawah muka karena hilangnya susunan gigi atau
pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah. Biasanya dihubungkan
dengan kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian gigi palsu.3
Klasifikasi Kandidiasis Oral (KO) lainnya yaitu13 : 1. Kandidiasis oral primer
1.1. Bentuk akut
1.1.1. Pseudomembranous (Kandidiasis pseudomembranous) 1.1.2. Eritematous
(Kandidiasis atrofi akut)
5

1.2. Bentuk Kronis
1.2.1. Hiperplastik : a. Nodular, b. Plak 1.2.2. Eritematous
1.3. Lesi berhubungan Candida
1.3.1. Denture Stomatitis (Kandidiasis atrofi kronis) 1.3.2. Angular Cheilitis
(Kheilosis Kandida)
1.3.3. Glositis romboid median
1.3.4. Linear gingival erythema
2. Kandidiasis oral sekunder
Manifestasi oral Kandidiasis mukokutaneous sistemik sebagai akibat penyakit
seperti aplasia thymus dan sindroma endokrinopati Kandidiasis
12
Glositis romboid median :
Merupakan bentuk lanjutan atau varian kandidiasis hiperplastik kronis.2 Pada
bagian tengah permukaan dorsal lidah terjadi atrofi papila. 2,3
Linear gingival erythema13 :
- Bentuk terbaru dijumpai pada pasien HIV
- Lesinya berupa garis merah minimal 2 mm meluas antara papilla
gingiva yang berdekatan/ mengitari tepi gingiva.
- Dapat lokalisata pada tepi gingiva satu atau dua gigi atau
generalisata
- Ini dapat karena infeksi campuran bakteri dan jamur karena
dasarnya defisiensi imun generalisata.

PENGOBATAN
1. Kandidiasis oral
1.1. Umum
- Mengurangidanmengobatifaktorpredisposisi1,3,17
- Bila karena gigi palsu, perlu melepas gigi palsu setiap malam dan
mencuci dengan antiseptik seperti khlorheksidin,12 atau larutan
hipokhlorit 0,1% untuk mengurangi jumlah Candida. 3
1.2. Obat topikal
1.2.1. Nistatin suspensi oral3,17
1.2.2. Solusio gentian violet 1-2%1,3
- Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak
menarik. Dapat dipertimbangkan untuk kasus sulit dan
kambuhan.
- Dioleskan 2x/hari selama 3 hari.1
1.2.3. Mikonazol jel oral:17
- Dewasa : 10 ml (2 sendok teh= 250 mg) 4x/hari - Anak-anak : > 6 tahun 4 x 5
ml/hari
2-6 tahun 2 x 5 ml/hari
< 2 tahun 2 x 2,5 ml/hari
Dibiarkan di dalam mulut selama mungkin, dan pengobatan
harus diteruskan sampai 2 hari sesudah gejala tidak tampak.15 1.2.4. Kheilosis
kandida : terapi topikal anti jamur kombinasi dengan
steroid dan mungkin dengan anti bakteri.17
1.3. Obat sistemik
1.3.1. Ketokonazol 200 mg 400 mg / hari selama 2-4 minggu. Untuk
infeksi kronis perlu 3-5 minggu.12
1.3.2. Itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2 minggu,3
1.3.3. Flukonazol 100 mg/hari selama 5-14 hari3,9 atau 200 mg dosis
sekali.3
1.3.4. Vorikonazole2
Alternatif untuk kasus KO kronis dan tidak sembuh-sembuh dengan obat oral
lainnya.2
Indikasi pengobatan sistemik:
- Risiko tinggi terjadinya diseminasi (kandidiasis sistemik) yaitu pada:
pasien granulositopenia/imunokompromais, dan pasien yang
mendapat terapi imunosupresif. 2,13
- Dengan terapi topikal tidak berhasil atau tidak sembuh. 2,13
13
- Bila terjadi reinfeksi. 3
- Pada pasien AIDS2 : terbaik dengan kapsul Flukonazol dari pada
kapsul Itrakonazol.2 Sebaiknya tablet ketokonazol tidak digunakan13 oleh karena
pasien AIDS kurang-sampai aklorhidria sedangkan ketokonazol perlu
hiperkhlorhidria hingga minumnya harus bersama makanan, sehingga absorbsinya
meningkat.16

Definisi
Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa
rongga mulut, terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi
akibat kontak langsung dengan basis gigitiruan lepasan. Hal ini
ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan
biasanya ditemukan pada kedua rahang, sedangkan mukosa
rahang bawah jarang terlibat karena pada rahang bawah aliran
saliva sangat baik. Prevalensi berkisar antara 25-67%, lebih sering
pada wanita, dan prevalensinya meningkat sesuai dengan
pertambahan umur.51-55
2.4.2 Gambaran Klinis
Denture stomatitis memiliki gambaran klinis berupa eritema difus
dan pembengkakan mukosa pada permukaan mukosa yang
berkontak dengan gigitiruan.
Tanda dan gejala pada denture stomatitis disertai dengan
perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis,
perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis
berhubungan dengan angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis
pseudomembran akut, dan kandidiasis hiperplastik kronis.52-54
Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan
klasifikasi Newton, yaitu :
52-55

1. Tipe 1 : tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang
terlokalisir atau tersebar pada mukosa palatum yang berkontak
dengan gigitiruan
2. Tipe 2 : terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah
mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan (tipe yang paling sering
terjadi) (Gambar 5)
14
3. Tipe 3 : hiperplasia papila dengan eritema difus (Gambar 6).
Newton tipe 3 lima kali lipat lebih sering terjadi pada gigitiruan
basis akrilik dari pada gigitiruan kerangka logam
Mekanisme Terjadinya Denture Stomatitis Akibat Plak
Gigitiruan
Denture stomatitis merupakan proses inflamasi yang umumnya
melibatkan mukosa pada bagian palatal karena tertutup oleh
gigitiruan penuh atau sebagian.51 Etiologi denture stomatitis
adalah multifaktoral, terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama
dan faktor predisposisi.
Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya denture
stomatitis
adalah :50,53,55

1. Faktor gigitiruan
Denture stomatitis tidak akan terjadi tanpa adanya gigitiruan.
Denture stomatitis disebabkan oleh gigitiruan yang tidak retentif,
tidak stabil, trauma akibat gigitiruan, dan pemeliharaan gigitiruan
yang tidak baik.
2. Faktor infeksi
Infeksi diakibatkan oleh akumulasi bakteri dan jamur yang dapat
mengganggu keseimbangan bakteri normal dalam rongga mulut.
Jamur patogen oportunistik Candida albicans merupakan faktor
etiologi denture stomatitis yang paling penting.
Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya
denture stomatitis adalah :50,53,55
1. Faktor sistemik
Faktor sistemik penyebab denture stomatitis yaitu fisiologi (usia
tua), disfungsi endokrin, defisiensi nutrisi, neoplasma,
immunosupresi, dan antibiotik spektrum luas.
2. Faktor lokal
15
Faktor lokal penyebab denture stomatitis yaitu antimikroba dan
topikal maupun kortikosteroid inhalasi, diet tinggi karbohidrat,
konsumsi tembakau dan alkohol, hiposalivasi, oral hygiene yang
buruk, serta pemakaian gigitiruan khususnya pada malam hari.
Permukaan gigitiruan yang mempunyai porositas memungkinkan
terjadinya perlekatan mikroorganisme dengan cara menembus
gigitiruan dan perlekatan kimia terjadi pada permukaan yang tidak
rata. Pada permukaan yang tidak dipolis yang kontak dengan
mukosa merupakan tempat proliferasi bagi Candida albicans yang
akan menyebabkan terbentuknya plak.54
Plak pada gigitiruan mengandung lebih dari 1011 organisme per
gram berat basah. Penelitian dengan menggunakan sinar dan
mikroskop elektron menunjukkan bahwa plak gigitiruan memiliki
struktur yang sama dengan plak gigi. Flora mikrobial dasar pada
plak gigitiruan mirip dengan plak gigi, tetapi pada plak gigitiruan
memiliki jumlah Candida albicans lebih banyak.16
Plak gigi mulai terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi
mikroorganisme pada permukaan enamel dalam 3-4 jam sesudah
gigi dibersihkan dan mencapai ketebalan maksimal pada hari ke
tiga puluh. Pada awal pembentukan plak, jenis kokus gram positif,
terutama Streptococcus sp paling banyak dijumpai. Kolonisasi
pertama terdiri dari Steptococcus sanguis, Steptococcus mitis,
Streptococcus salivarius dan beberapa strain lainnya. Setelah itu,
berbagai jenis mikroorganisme lainnya memasuki plak gigi.56
Penelitian melaporkan bahwa, Candida albicans tidak akan
melekat pada resin akrilik tanpa adanya kolonisasi Streptococcus
sanguis dan Streptococcus salivarius terlebih dahulu.50 Peristiwa
masuknya mikroorganisme lainnya setelah kolonisasi pertama
oleh Streptococcus sp disebut Phenomena of Cession.50,56
Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan produk metabolisme
yang dapat menyebabkan peradangan jaringan mukosa mulut yang
disebut denture stomatitis.53,54,56-58 Marinka, Lada, dan Ivana
(2000) melaporkan bahwa kebersihan rongga mulut dan gigitiruan
merupakan faktor lokal pertama dalam perkembangan denture
stomatitis, dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti jumlah
16
saliva, umur, dan umur gigitiruan.51 Pada denture stomatitis
proporsi Candida albicans pada plak gigitiruan akan meningkat
sampai di atas 100x lipat, namun jumlah khamir yang dapat
dikultur dari gigitiruan kurang dari 1%.53
Infeksi yang disebabkan oleh jamur (candida albicans) pada daerah mukosa mulut dan
lidah

dengan cara menghalangi bakteri patogen yang akan berkembang di daerah mulut dan
vagina.
mengalami candidiasis oral berulang cenderung memiliki pH saliva yang asam (normal
6.0 7.4) dan kadar salivary histatin (protein yang dihasilkan oleh saliva yang dapat
membunuh bakteri) yang tinggi.
Factor predisposisi
Bayi (daya tahan tubuh belum optimal)


Penurunan imunitas





candida
treatment / pengobatan :
Anti fungal seperti :Nystatin (mycostatin) lozenge / oral suspension / cream,
Fluconazole (diflucan) atau amfotericin B untuk pasien dengan penurunan imunitas
(misal: HIV/AIDS)


17
ter rinses (1/2 sdt garam dalam 1 cangkir air hangat)
normal dalam tubuh.
berinvasi ke puting. Pengobatan harus diberikan pada kedua belah pihak.
Dalam rongga mulut spesies Candida yang paling dominan adalah Candida albicans, di
dalam rongga mulut yang sehat dilaporkan berkisar antara 30 70 %. Pada pemakai
gigi-tiruan ditemukan jumlah Candida albicans sekitar 65 % (Takuya dkk., 2007).
Candida albicans
12

merupakan mikroorganisme opertunistik pada tubuh manusia karena pada keadaan
tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan.
Infeksi Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah, bengkak
dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut, lesi ini dikenal
dengan denture stomatitis (Shulman dkk., 2005; Park dkk., 2008).
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh
dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan
bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi
(blastospora) berbentuk bulat, agak lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6 hingga 2-5,5
x 5-28 , berwarna putih yang menghasilkan pseudomyelium. Disebut juga Oidium
albicans, kemudian nama Oidium berubah menjadi Monila karena dianggap sesuai
dengan spora-spora jamur yang tampak seperti kalung atau monila (Webb dkk., 1998).
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok
blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Jamur ini bersifat saprofit
tetapi dapat berubah menjadi patogen bila terdapat faktor faktor predisposisi.
Faktor predisposisi tersebut antara lain, kebersihan mulut yang buruk, penyakit sistemik
yang kronis, kebiasaan merokok, memakai gigi-tiruan lepasan yang kurang terawat ,
pemakaian obat-obat antibiotika, steroid dan sitostatika atau sedang menjalani terapi
radiasi. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan pertumbuhan
pada flora normal mulut yang dapat menyebabkan Candida albicans tumbuh dengan
lebih cepat dan bertambah banyak kemudian menginfeksi jaringan hospesnya (Park
dkk., 2009).
Permukaan resin akrilik yang menghadap mukosa adalah permukaan yang tidak dipoles,
permukaan resin akrilik yang berhubungan dengan substrat pelikel menjadi lebih luas,
dengan demikian perlekatan pelikel
menjadi semakin banyak, sehingga Candida albicans yang melekat pada permukaan ini
semakin banyak pula (Hidzana dkk., 2006).
18
Pemakaian gigi-tiruan yang terus-menerus dan tidak bersih dapat menimbulkan
beberapa reaksi terhadap jaringan yaitu stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis,
hiperplasia mukosa mulut dan denture stomatitis. Pemakaian gigi-tiruan menyebabkan
mukosa di bawah gigi- tiruan akan tertutup dalam jangka waktu yang lama, sehingga
menghalangi pembersihan permukaan mukosa maupun gigi-tiruan oleh lidah dan saliva.
Akibatnya pada permukaan gigi-tiruan akan terbentuk plak. Plak inilah yang merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme termasuk Candida albicans
(Cevanti dkk., 2007). Trauma karena pemakaian gigi-tiruan juga mempermudah
terjadinya infeksi Candida. Candida albicans merupakan jamur yang berperan dalam
terjadinya denture stomatittis (Hidzana dkk., 2006; Gantini, 2009).
Denture stomatitis adalah peradangan kronis pada mukosa pendukung
20
gigi-tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh. Jaringan yang meradang
akibat denture stomatitis berupa erythema, odem, dan berwarna lebih merah
dibandingkan jaringan sekitarnya yang tidak tertutup oleh plat
gigi-tiruan (Zarb dkk., 2002).
Menurut Silva dkk. (2009) gigi-tiruan resin akrilik dapat menjadi
tempat pengumpulan stain, tar dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan
menyerap air, sehingga mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman dimana
akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan mulut pemakai gigi-tiruan tersebut.
Permukaan gigi-tiruan yang tidak dilakukan
pemolesan mempermudah penempelan plak dan merupakan tempat yang baik untuk
berkembang biaknya kuman-kuman sehingga sering ditemukan
adanya keradangan.
Keradangan dapat terjadi lebih hebat jika gigi-tiruan tersebut kotor
Penderita yang memakai gigi-tiruan lepasan harus benar- benar menjaga kebersihan,
karena adanya plak pada basis gigi-tiruan merupakan tempat yang baik bagi
berkumpulnya mikroorganisme termasuk Candida albicans (Hidzana dkk., 2006).
Peningkatan jumlah Candida albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi parasit,
yaitu dari bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi ke
dalam jaringan sehingga dapat menimbulkan denture stomatitis. Candida albicans
bersifat patogen oportunistik, karena memanfaatkan situasi yang menguntungkan untuk
berkembang sebagai faktor predisposisi. Umumnya penyakit sistemik
21

menjadi faktor predisposisi patogenesis infeksi Candida albicans, pada pemakai gigi-
tiruan disebut denture stomatitis. Pada penyakit sistemik terjadi perubahan respon imun,
khusus di permukaan mukosa tidak dapat mencegah perlekatan Candida albicans
19
sehingga terjadi infeksi di rongga mulut (Gantini, 2009; Silva dkk., 2009).
Candidosis superficial ditemukan adanya mycelial dan hyphae pada epitel. Sedangkan
denture stomatitis pada pemakai gigi-tiruan disebabkan oleh karena adanya proliferasi
Candida albicans dalam plak yang terdapat pada basis gigi-tiruan lepasan, dijumpai
jumlah hyphae yang sangat banyak, tetapi invasi intra epitel tidak terlihat. Adanya
blastospore dan germ tube form dari Candida albicans ini yang memungkinkan sel
melekat pada mukosa dan mengadakan pelepasan dinding sel yang kemudian
berpenetrasi pada epitel untuk memulai keradangan (Dowd dkk., 2008)..
Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi-tiruan tergantung dari lama dan
kebiasaan pemakaian. Bila gigi-tiruan dipakai terus menerus termasuk tidak dilepas pada
malam hari maka mukosa akan tertutup sehingga menghalangi pembersihan oleh lidah
dan saliva sehingga jumlah Candida albicans akan meningkat dan cenderung
mengakibatkan terjadinya denture stomatitis (Ellepola dkk., 2005; Sudiono dkk., 2006)

You might also like