You are on page 1of 40

MANFAAT KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK BERBICRA YANG TEPAT


UNTUK MURID XI IPA SMAN 6 BANDUNG
(Deskriptif-analitif terhadap Siswa kelas XI IPA SMAN 6 Bandung
Tahun ajaran 2012/2013)
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas bahasa Indonesia semester II

disusun oleh
Adhi Yeremia Jordan
Fakhri Albaihaqi Sofyan
M Andre Prassetia
M Fauzi Rahman
Mujaahid Abdul Hafiizh
Tajiman Al-Isra

XI IPA 3
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG
SMA NEGERI 6 BANDUNG
JALAN PASIRKALIKI NO. 51 TLP. 6011309 BANDUNG 40172
2012 / 2013
i













KESUKSESAN ADALAH SATU PERSEN INSPIRASI, SEMBILAN PULUH
SEMBILAN PERSEN PERSPIRASI .
-kelompok 7-






ii

MANFAAT KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK BERBICRA YANG TEPAT
UNTUK MURID XI IPA SMAN 6 BANDUNG
(Deskriptif-analitif terhadap Siswa kelas XI IPA SMAN 6 Bandung
Tahun ajaran 2012/2013)

Tim Penulis

ABSTRAK

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa inggris communication ), menurut
asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada
kata communis. Kata communis memiliki makna berbagi atau menjadi milik bersama
yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi
dalam arti luas merujuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain
yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat bantu agar orang lain dapat
memberikan tanggapan atau respon tertentu. Dilihat dari segi kuantitas, siswa-siswi
SMAN 6 Bandung kelas XI IPA memiliki nilai dan kemampuan yang terbilang baik.
Namun dalam segi kualitas beberapa murid XI IPA memiliki kekurangan dalam
berkomunikasi dalam arti luas. Contohnya ketika sedang dilakukannya pemberian
sambutan pada diskusi kelas. Rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah:
Apa itu komunikasi efektif; Mengapa kita harus berkomunikasi secara efektif; Bagaimana
menggunakan teknik berbicara yang tepat; Apa saja manfaat berkomunikasi secara efektif
bagi pelajar IPA.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan apa
manfaat dari berkomunikasi efektif dengan teknik berbicara yang tepat bagi siswa dalam
bidang studi IPA sekaligus bagaimana cara penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah deskriptif-analitik,
sedangkan teknik penelitian dalam penyusunan karya tulis ini adalah studi literatur berupa
pengisian angket dan survei informasi dari buku.
iii

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa masih adanya
murid XI IPA SMA Negeri 6 Bandung yang belum memahami konsep dasar komunikasi
efektif. Oleh karena itu disarankan untuk guru-guru memberikan materi tentang
berkomunikasi secara efektif. Murid kelas XI IPA mempelajari teknik komunikasi efektif
ini, agar ketika berbicara dengan orang lain ataupun sedang berpidato dan aktivitas
komunikasi lainnya lebih lancar.


iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
berkat-Nya kita bisa menjalani kehidupan di dunia ini sebagaimana yang dikehendaki-
Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
segenap keluarga, para sahabat, dan kita umatnya.
Penulis amat bersyukur kepada Allah SWT. atas terselesaikannya makalah ini
dengan baik karena ini merupakan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan.
Makalah ini berjudul MANFAAT KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK BERBICARA YANG TEPAT UNTUK MURID 11 IPA
SMAN 6 BANDUNG karena ada orang-orang termasuk dalam hal ini murid 11 IPA
SMAN 6 Bandung yang tidak menggunakan komunikasi efektif, disebabkan belum
mengetahui komunikasi efektif. Terutama dalam bermasyarakat kita dituntut untuk bisa
berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi yang efektif.
Dari makalah ini penulis bermaksud untuk menyampaikan manfaat
berkomunikasi efektif dengan menggunakan teknik berbicara yang tepat untuk murid
SMAN 6 Bandung 11 IPA sebagai tambahan ilmu dan wawasan untuk bisa diterapkan
dalam keseharian pembaca khususnya kita semua umumnya. Dengan begitu pembaca
dapat menggunakan komunikasi efektif dalam hal positif.
Karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ade Suryaman, S.Pd.M.M. selaku kepala SMAN 6 Bandung yang telah
memotivasi penulis untuk berkarya dan berprestasi.
2. Ibu Neneng Hasanah, M.M. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyelesaian makalah ini.
3. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dengan penuh
keikhlasan kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
4. Teman-teman penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang setia membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

v

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih terdapat
kekurangan, seperti kata pepatah bahwa tidak ada gading yang tak retak. Sebagaimana
manusia itu sempurna, pasti mempunyai kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna penyempurnaan karya tulis ini. penulis berharap karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, April 2013


Tim Penulis






vi

LEMBAR PENGESAHAN
MANFAAT KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK BERBICRA YANG TEPAT
UNTUK MURID 11 IPA SMAN 6 BANDUNG

TANGGAL : 08-04-2013

KETUA KELOMPOK




Fakhri Albaihaqi Sofyan
NIS. 1112.10.111


MENGETAHUI DAN MENYETUJUI


Wali Kelas Guru
MataPelajaran




Pelajaran


GURU PEMBIMBING




Dra. Neneng Hasanah, M.M
NIP : 19540405.197812.2.001

WALI KELAS




Dra. Neneng Hasanah, M.M
NIP : 19540405.197812.2.001

vii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Diagram 3.1, BAB III
Grafik 3.1, BAB III
Tabel 3.1, BAB III
Diagram 4.1, BAB IV
Diagram 4.2, BAB IV
Diagram 4.3, BAB IV
Diagram 4.4, BAB IV
Diagram 4.5, BAB IV
Grafik 4.1, BAB IV
Tabel 4.1, BAB IV





1

DAFTAR ISI
MOTTO HIDUP.................................................................................................................. .i
ABSTRAKSI.................................................................................................................... ...ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................vi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK....................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.2.1 Tujuan Penelitian............................................................................................... 4
1.2.2 Manfaat Penelitian............................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.4 Pembatasan Masalah ................................................................................................ 5
1.5 Metode penulisan dan teknik penelitian ................................................................... 5
1.6 Anggapan Dasar ....................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
2.1 Definisi Komunikasi Efektif .................................................................................... 7
2.2 Gangguan dan rintangan Komunikasi ...................................................................... 7
2.2.1 Ganggguan Teknis .................................................................................. 8
2.2.2 Gangguan Semantik dan Psikologis........................................................ 8
2.2.3 Rintangan Fisik....................................................................................... 9
2.2.4 Rintangan Status ..................................................................................... 9
2.2.5 Rintangan Kerangka Berfikir .................................................................. 9
2.2.6 Rintangan Budaya ................................................................................ 10
2.3 Kekuatan Dalam Kata-Kata .................................................................................... 10
2.3.1 Bisa atau Tidak Bisa ............................................................................. 11
2.4 Kendalikan Kekuatan Kata-Kata ............................................................................ 12
2.4.1 Bicara Positif ............................................................................................... 12
2.4.2 Dengar Positif .............................................................................................. 12
2.4.3 Baca Positif ................................................................................................. 13
2

2.4.4 Pikir Positif.................................................................................................. 13
BAB III ............................................................................................................................ 15
3.1 Metodologi Penelitian ............................................................................................ 15
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................................ 15
3.3 Populasi dan Sempel Penelitian.............................................................................. 15
3.3.1 Definisi Populasi ............................................................................................. 15
3.3.2 Definisi Sampel ............................................................................................... 16
3.4 Sumber Data ........................................................................................................... 16
BAB IV ............................................................................................................................ 19
4.1 Dekripsi Data ......................................................................................................... 19
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ................................................................................ 19
4.1.2 Pengolahan Kuisioner...................................................................................... 19
4.2 Pengujian Hipotesis ............................................................................................... 23
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................. 24
BAB V ............................................................................................................................. 26
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 26
5.2 Saran ...................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 27
LAMPIRAN..................................................................................................................... 28
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................................... 30
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Suatu saat seorang pelajar berada di sebuah upacara penting penyerahan jabatan
OSIS. Dipodium berdiri salah seorang pelajar untuk memberikan sambutan. Dia tampil
rapih dalam balutan baju seragam, sikapnya sangat bersemangat dan wajahnya nampak
sumringah.
Penampilan dirinya memang memancarkan kharisma yang cukup kuat. Guru
beserta pelajar lainnya menantikan pidato sambutan dari pelajar yang memiliki pengaruh
penting tersebut. Akan tetapi, pada saat dia mulai berbicara, kata-katanya sangat kaku dan
perhatiannya pun lebih tertuju pada kertas catatan pidato yang tergenggam di tangan.
Semua yang disampaikan terasa datar dan sama sekali tidak membangkitkan
minat orang untuk mendengarkan. Sebagian besar guru dan pelajar ternyata sudah
mengalihkan perhatiannya dengan mengobrol satu sama lain, membaca majalah atau
bahkan sibuk berbicara di telepon genggam.
Hanya karena sebuah cara berbicara, kharisma penampilan pelajar tersebut tidak
lagi mendapat tanggapan yang positif di benak dan pikiran semua orang.
Pada saat yang lain, usai lelah mengajar seharian seorang guru masuk ke kelas
terakhir yang beliau ajar, dan mendapati murid kelas tersebut begitu gaduh. Murid guru
tersebut ternyata tengah bermain ria seakan tak ada guru dan menghiraukan guru tersebut.
Tawa riuh murid tersebut sangat mengganggu ketenangan yang sekiranya sangat beliau
butuhkan.
Guru tersebut mendatangi muridnya untuk memberi tahu mengenai
ketidaknyamanan yang beliau rasakan namun mereka mengacuhkannya. Wajah guru
tersebut terlihat masam dan penuh emosi. Namun kata-kata guru tersebut, istilahnya,
hanya "masuk-kuping-kanan-keluar-kuping-kiri". Hanya karena sebuah cara berbicara,
4

kredibilitas seorang guru tidak lagi mendapat tanggapan yang positif di benak dan pikiran
muridnya.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Apa yang salah dengan diri kita?
Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses
yang cukup kompleks, bukan hanya berkutat pada apa yang bisa disampaikan pada lawan
bicara tapi juga bagaimana proses penyampaian itu dapat berlangsung efektif. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai bagaimana caranya berkomunikasi efektif
dengan menggunakan teknik berbicra yang tepat.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana dan apa manfaat dari berkomunikasi efektif dengan
teknik berbicara yang tepat bagi siswa dalam bidang studi IPA sekaligus bagaimana cara
penerapan dan pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.2 Manfaat Penelitian
Dalam makalah ini, manfaat yang dapat diraih oleh pihak yang terkait, yaitu :
1. Mengetahui manfaat dari berkomunikasi efektif dengan teknik berbicara yang
tepat bagi siswa dalam bidang studi IPA
2. Mengetahui cara penerapan dan pengimplementasian berkomunikasi efektif
dengan teknik berbicara yang tepat dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif ?
2. Mengapa kita harus berkomunikasi secara efektif ?
3. Bagaimana menggunakan teknik berbicara yang tepat ?
4. Apa saja manfaat berkomunikasi secara efektif bagi pelajar IPA ?
5

1.4 Pembatasan Masalah
Untuk menjawab persoalan yang ada pada rumusan masalah diperlukan pengkajian
beberapa hal, yaitu :
1. Mengidentifikasi pengertian, manfaat dan teknik komunikasi efektif.
2. Mengidentifikasi pemahaman siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandung
megenai teknik berkomunikasi efektif.

1.5 Metode penulisan dan teknik penelitian
Metode penulisan dalam karya tulis ini adalah deskriptif-analitik, sedangkan
teknik penelitian dalam penyusunan karya tulis ini adalah studi literatur berupa survei
informasi dari buku dan kuisioner berupa pengisian angket.

1.6 Anggapan Dasar
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator menyandi
(encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambing (bahasa) yang diperkirakan
akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian, komunikan menterjemahkan (decode) pesan
dari komunikator. Ini berarti komunikan menafsirkan lambing yang mengandung
perasaan dan pikiran komunikator.
Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh
komunikan. Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan
lancara apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang pengalaman
komunikan. Sebagai contoh: si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
6

tentunya akan sangat mudah dan lancarapabila pembicaraan mengenai hal tersebut
dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A membicarakan
hal tersebut dengan si C yang seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses
komunikasi tidak akan berjalan lancar.

1.7 Hipotesis
Jika seseorang tidak diperhatikan ketika sedang melaksanakan komunikasi
dengan lawan bicaranya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa seseorang tersebut
kurang begitu paham dengan konsep komunikasi efektif. Dikarenakan, pada dasarnya
hanya sedikit orang yang berkomunikasi secara efektif. Bahkan ada pula yang tidak tahu
sama sekali apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif. Sebagian orang menganggap
komunikasi secara efektif hanya berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar saja. Tentunya jika seseorang tersebut memahami konsep komunikasi
efektif tentunya dia akan diperhatikan bahkan menjadi pembicara yang bisa dikatakan
baik oleh lawan berbicaranya.



7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Komunikasi Efektif
Menurut pengertian umum komunikasiialah proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat bantu
agar orang lain memberikan tanggapan atau respon tertentu, sedangkan yang dimaksud
dengan Efektifmenurut Kamus Induk Istilah Ilmiah berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil, sedangkan definisinya ialah suatu
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian
alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Jadi, Komunikasi efektif merupakan suatu proses dua-cara yang memerlukan
usaha dan keterampilan oleh pengirim dan penerima.

2.2 Gangguan dan rintangan Komunikasi
Jika kita melihat hakikat Komunikasi sebagai suatu sistem gangguan komunikasi
dapat terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi menurut Shannon dan Weaver (1949)
gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen
komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif.
Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat
proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan
penerima.
Meski gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan, tetapi sebenarnya
rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena adanya gangguan. Gangguan
atau rintang komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas enam macam, yaknisebagai
berikut.
8

2.2.1 Gangguan Teknis
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi
mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi mengalami kerusakan
(channel noise). Misalnya, gangguan pada stasiun radio atau TV, gangguan jaringan
telepon, rusakknya pesawat radio sehingga terjadi suara bising dan semacamnya.
2.2.2 Gangguan Semantik dan Psikologis
Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena
kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake,1979). Ganggguan semantik sering terjadi
karena:
a. Kata-kata yang digunakan terklalu banyak menggunakan jargon bahasa asing
sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu .
b. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh
penerima.
c. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagai mestinya, sehingga
membingungkan penerima.
d. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol
bahasa yang digunakan.
Seperti halnya dengan gangguan teknnis, maka gangguan semantik merupakan suatu
hal yang sangat peka dalam komunikasi. Banyak kecelakaan transportasi udara yang
terjadi adalah kesalahan semantik. Misalnya bulan Januari 1990 pesawat Aviance dengan
nomor penerbangan 52, telah mengalami kecelakaan pendaratan di Kennedy International
Airport New York(AS).
Kecelakaan ini terjadi karena kesalahan pengertian bahasa. Pilot yang mengawaki
pesawat Aviance menyampaikan kepada pengetur lalu lintas udara dibandara 45 menit
sebelum pesawat mendarat bahwa, we need a priority, we are low on fuel (kami
memerlukan prioritas dalam keadaan bahan bakar terbatas). Karena kata priority
ditafsirkan lain oleh petugas bandara, bukan emergency (dalam keadaan darurat), dan
masih tersedia bahan bakar yang cukup meski dalam keadaan terbatas, maka pesawat
tidak diberi kesempatan mendarat lebih awal. Akibatnya, pesawat meledak diudara dan
73 orang tewas dalam peristiwa tragis ini. Ketika diselidiki oleh Dewan Keamanan
Transportasi udara Amerika Serikat yang dipimpin langsung oleh Lee Diikinson
9

ditemuakan bahwa pilot dalam kehidupan sehari-harinya memakai bahasa Spanyol. Oleh
karena itu, bahasa Inggris yang digunakannya dinilai tidak dalam keadaan darurat,
sekalipun dikatakan memerlukan prioritas.
Disini kita melihat bahwa gangguan semantik telah menimbulkan persepsi yang
keliru sehingga menimbulkan tanggapan yang salah. Persepsi adalah proses internal
dalam diri seseorang yang menerima informasi untuyk membuat praduga sementara
(kesimpulan sementara) terhadap stimuli yang diterima oleh salah satu pancaindera,
sebelum dinyatakan dalam bentuk pendapat atau tanggapan.
Selain rintangan semantik, juga terdapat rintangan psikologis. Rintangan psikologis
terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri
individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena
gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
2.2.3 Rintangan Fisik
Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis,
misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, Kantor
telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia, rintangan
fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah
satu pancaindera pada penerima.
2.2.4 Rintangan Status
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial diantara
peserta komunikasi. Misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan
bawahan,perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu
memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni
bawahan cemderung hormat terhadap atasannya atau rakyat pada raja yang
memimpinnya.
2.2.5 Rintangan Kerangka Berfikir
Rintangan kerangka berfikir ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan
persepsi antara komunikator dan khlayak terhadap pesan yang digunkan dalam
berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang
berbeda. Dalam studi yang pernah dilakukan oleh William (1974) Tentang efektivitas.
10

Pembaharuan program KKN dipedesaan, ditemukan bahwa mahasiswa KKN cenderung
menggunakan kerangka berpikir teoritis, sementara penduduk desa berfikir pada hal-hal
bersifat praktis. William lebih jauh menyatakan, rintangan yang sulit diatasi pada
hakikatnya berada diantara pikiran seseorang dengan orang lain.
2.2.6 Rintangan Budaya
Rintangan budaya ialah rintangan yang disebabkan karena adanya perbedaan
norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima
informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahas,
agama, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.

2.3 Kekuatan Dalam Kata-Kata
Manusia hidup pasti melakukan berbagai kegiatan: berbicara, bekerja,
mendengar, menulis, membaca, dan juga berpikir. Semua kegiatan ini tidak bisa terlepas
dari kata-kata. Tanpa kata-kata, tak ada yang bisa kita bicarakan.
Tanpa baca. Tanpa kata-kata, tak ada yang bisa kita mengerti. Tanpa kata-kata,
tak bisa kita berkarya. Kata-kata memiliki kekuatan yang dahsyat, karena tanpa kata-kata,
kita layaknya seperti orang mati saja.
Kekuatan kata-kata layaknya seperti pedang bermata dua. Jika digunakan dengan
tidak tepat, akan membawa bencana. Sebaliknya, jika digunakan dengan tepat, dapat
memberikan manfaat optimal bagi keuntungan kita.

Sebagai contoh, jika seorang dokter mengatakan kepada pasien A bahwa penyakit
sang pasien tidak bisa disembuhkan lagi, maka pasien A kemungkinan besar akan percaya
pada kata-kata sang dokter. Akibatnya, ia tentunya akan menjadi sedih, depresi, dan
kemudian putus asa. Ia juga mungkin tidak akan berupaya lagi untuk mencari pengobatan
lain untuk menyembuhkan penyakitnya. Berbagai riset medis membuktikan bahwa
semangat yang patah, dan perasaan yang hancur akan memperburuk kesehatan seseorang.
Inilah yang kemungkinan besar akan terjadi pada pasien A.
11

Tetapi jika pada pasien B yang memiliki penyakit yang serupa dengan kategori stadium
yang serupa pula, sang dokter mengatakan bahwa penyakit pasien B memang pada tahap
ini cukup serius namun masih ada harapan untuk disembuhkan; jika sang dokter juga
menceritakan tentang berbagai kasus sukses pasien yang berhasil sembuh, apa yang akan
terjadi pada pasien B? Kemungkinan pasien B tetap memiliki semangat juang untuk
sembuh dan ia akan berupaya dengan berbagai cara untuk meraih kesembuhan tersebut.
Semangat yang tinggi untuk sembuh, disertai upaya yang serius dan tekun akan
memberikan kemungkinan yang jauh lebih besar bagi pasien B untuk sembuh.

2.3.1 Bisa atau Tidak Bisa
Kata-kata juga bisa menentukan apakah kita bisa sukses atau gagal. Jika kita
mengatakan pada diri kita sendiri bahwa kita tidak bisa melakukan suatu pekerjaan, maka
bisa dipastikan kita memang tidak akan bisa melakukan pekerjaan tersebut. Kata-kata
TIDAK BISA yang kita ucapkan, yang kita dengar, ataupun yang kita pikirkan akan
menutup semua kemungkinan untuk melakukan pekerjaan yang sudah divonis tidak bisa
kita laksanakan. Dengan ungkapan TIDAK BISA ini, semua kemungkinan tidak dicoba
lagi, dan semuausaha dihentikan.

Tapi, sebaliknya, jika kita mengatakan pada diri kita sendiri atau pada anggota
tim kita bahwa suatu pekerjaan BISA kita laksanakan walaupun harus melalui berbagai
tantangan. Ungkapan BISA ini memiliki kekuatan yang dahsyat untuk mewujudkan
keberhasilan. Ungkapan BISA memacu kreativitas untuk mendapatkan berbagai alternatif
strategi, memompa semangat untuk mencoba terus walaupun pada awalnya terlihat sulit,
dan mendorong kita melakukan berbagai upaya untuk mengatasi rintangan yang kita
hadapi. Akibatnya? Kita memang akan bisa berhasil menyelesaikan perkerjaan yang kita
tekuni.





12

2.4 Kendalikan Kekuatan Kata-Kata
Setelah kita mengetahui bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang dahsyat,
tentunya kita ingin memanfaatkan kekuatan ini secara optimal agar membawa kebaikan
bagi kita. Ada lima strategi yang perlu kita perhatikan dalam mengendalikan kekuatan
kata-kata agar memberikan pengaruh yang positif bagi kita.


2.4.1 Bicara Positif
Ilustrasi berikut dapat menggambarkan bagaimana kata-kata positif yang
diucapkan seseorang dapat melepaskannya dari masalah. Pada suatu malam, seorang Raja
bermimpi aneh. Dalam mimpi ini gigi sang Raja tanggal semuanya. Keesokan harinya ia
memanggil orang pintar yang dapat menginterpretasikan mimpi tersebut. Orang pintar
pertama yang dipanggil berkata kepada Raja, Paduka Raja, mimpi Paduka berarti bahwa
seluruh keluarga dan kerabat dekat Paduka akan meninggal dunia. Mendengar kabar
yang buruk ini, emosi sang Raja meluap karena marah. Sang Raja memerintahkan pada
pengawalnya untuk memenjarakan orang pintar pertama tersebut.
Kemudian Raja memanggil orang kedua untuk mengartikan mimpi aneh sang Raja.
Orang kedua ini mengatakan pada Raja, Wahai Paduka Raja, mimpi Paduka bertanda
baik bagi Paduka. Mimpi ini berarti bahwa Paduka Raja akan dianugerahi umur panjang,
bahkan lebih panjang dari keluarga dan handai taulan terdekat Paduka. Mendengar berita
baik yang disampaikan, sang Raja pun merasa senang. Kemudian Raja menyuruh
pengawalnya untuk memberikan sekotak emas kepada orang pintar kedua ini. Cerita ini
menunjukkan bahwa pada dasarnya kedua peramal tersebut menyampaikan hal yang
sama yang dikemas dengan pilihan kata-kata yang berbeda. Dari ilustrasi ini kita bisa
belajar untuk berhati-hati dalam berbicara, yaitu untuk memilih kata-kata positif dalam
berbicara.

2.4.2 Dengar Positif
Seorang anak kerap kali mendengar orang tuanya berkata, Kamu memang anak
bodoh, anak bandel, dan tidak tau diuntung. Kamu pasti tidak akan berhasil karena kamu
memang bodoh, bandel, dan sering menyusahkan orang tua. Lambat laun, jika kata-kata
13

ini sering diulang-ulang, maka sang anak akan benar-benar percaya bahwa ia bodoh,
bandel, dan sering menyusahkan orang tua. Ia pun akan terdorong untuk malas belajar,
dan melakukan hal-hal yang dianggap bandel dan menyusahkan orang tua seperti yang
kata-kata yang didengarnya.
Hal ini tidak hanya terjadi pada anak-anak. Orang dewasa pun bisa terpengaruh
pada apa yang mereka dengar. Jadi, apa yang harus dilakukan agar kita mendapat
pengaruh positif? Jika kita sulit mempengaruhi orang-orang di sekitar kita untuk
berbicara positif, maka yang bisa kita lakukan adalah berteman dengan orang-orang yang
suka berbicara positif. Dengan berteman dengan orang-orang seperti ini, maka kita
terpacu untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif, yang akhirnya akan
mempengaruhi sikap, tindakan, dan keputusan yang kita lakukan dalam hidup kita ini.

2.4.3 Baca Positif
Bacaan adalah salah satu sumber makanan bagi pikiran kita. Jika kita banyak
mengkonsumsi bacaan yang positif (misalnya: bacaan mengenai cara hidup sehat,
biografi orang-orang sukses, ataupun strategi atau inovasi terbaru diberbagai bidang),
maka pengetahuan kita terhadap topik yang kita baca bertambah. Pengetahuan ini
seringkali membangkitkan keingin-tahuan kita untuk mencobanya. Misalnya kita baru
membaca tentang cara hemat berpromosi, wajar saja jika kita segera ingin
mempraktikkan apa yang kita baca. Atau kita baru selesai membaca strategi baru
memenangkan persaingan di masa krisis, tentunya jika kita memang menghadapi kondisi
persaingan di masa krisis dan dituntut untuk menang, kita akan mencoba strategi tersebut.
Jadi, untuk mengendalikan kekuatan kata-kata, kita perlu juga berhati-hati dalam memilih
buku-buku, artikel yang kita baca.

2.4.4 Pikir Positif
Pernahkan Anda menyanyikan sebuah lagu lama di kepala Anda, kemudian Anda
mendengar lagu tersebut dinyanyikan di radio atau televisi? Pernahkah Anda berpikir
serius untuk bertemu dengan seorang teman lama, kemudian Anda akhirnya memang
berbicara dengan orang tersebut di telepon? Pernahkah Anda berpikir untuk membaca
sebuah buku, kemudian seseorang meminjamkan buku tersebut pada Anda? Pernahkah
14

Anda berpikir untuk memakan kue kesayangan Anda, beberapa hari kemudian ada orang
yang membelikan atau membawakan kue tersebut untuk Anda? Jika memang Anda
pernah mengalami beberapa dari kejadian tersebut di atas atau mengalami kejadian
serupa, mungkin Anda mengira semua ini adalah kebetulan saja.
Andrew Matthews dalam bukunya Being Happy mengungkapkan bahwa pikiran kita
seringkali bertindak sebagai magnet yang ampuh untuk mengundang segala sesuatu yang
kita pikirkan untuk terwujud. Pikiran kita ini akan menggerakkan seluruh bagian dari kita
(fisik, emosi, dan semangat) untuk bergerak ke arah yang kita pikirkan. Jika kita
memusatkan pikiran kita pada kegagalan pasti kita akan mengundang datangnya
kegagalan. Sebaliknya, jika kita memusatkan pikiran kita untuk meraih sukses, pasti
sukseslah yang akan kita temui. Jadi, jika kita ingin sukses, ingin sehat, ingin senang,
mengapa tidak kita coba memusatkan pikiran kita untuk meraih hal-hal positif yang kita
pikirkan?
Kehidupan manusia tidak terlepas dari kata-kata yang memiliki kekuatan yang
dahsyat. Kekuatan ini dapat kita kendalikan untuk memberikan manfaat bagi kita dengan
berbicara, mendengar, membaca, dan berpikir positif. Jadi, selamat memilih dan
menggunakan kata-kata positif agar meraih manfaat positif dari kekuatan kata-kata
tersebut.

15

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif-
analitik, sedangkan teknik penelitian dalam penyusunan karya tulis ini adalah
studi literatur berupa survei informasi dari buku dan kuisioner berupa pengisian
angket. Metode ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah
ditetapkan oleh penulis.
Penulis menggunakan metode deskriptif-analitik secara objektif untuk
mendapatkan hasil yang valid sesuai dengan realita.

3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 6 Bandung dan skala pengambilan dari variabel tersebut adalah 1 : 6
dari total keseluruhan variabel yaitu 240 siswa.
3.3 Populasi dan Sempel Penelitian
3.3.1 Definisi Populasi
Populasi adalah seluruh kumpulan dari variabel yang penulis tentukan.
Jumlah populasi yang penulis tentukan sebanyak 240 siswa.


16

3.3.2 Definisi Sampel
Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang akan diuji oleh penulis
untuk mendapatkan data yang akan dijadikan hasil penelitian, sampel yang
digunakan penulis sebanyak 40 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandung.

3.4 Sumber Data
Sumber data yang penulis dapatkan diperoleh dari hasil
penyebarankuisioner berupa pengisian angket danstudi literatur berupa survei
informasi dari buku.













17

Tabel 3.1
No Pertanyaan & Jawaban Jumlah (%)
1.
Menurut pendapat anda, apakah yang dimakasud dengan komunikasi
efektif?
A Pembicaraan yang mengandung unsur positif
B Pembicaraan yang mengandung kalimat pilihan
C Pembicaraan yang mengandung kalimat tanya
2.
Menurut pendapat anda apakah komunikasi efektif dengan
menggunakan teknik berbicara yang tepat bermanfaat bagi pelajar
A Ya
B Tidak
3. Apakah berbicara efektif itu deperlukan?
A Ya
B Tidak
C Terkadang
4.
Kapan saja waktu yang tepat untuk menggunakan komunikasi yang
efektif
A Setiap saat
B Ketika diskusi
C Bertemu guru
5.
Menurut anda, anpakah yang menjadi poin penting dalam
berkomunikasi efektif?
A Pemilihan kata
B Memfokuskan pembahasan
C Pemilihan topik pembicaraan
A&B Pemilihan kata dan memfokuskan pembahasan
B&C Memfokuskan pembahasan dan pemilihan topik pembicaraan
A&C Pemilihan kata dan pemilihan topik pembicaraan
D A, B, dan C benar
18

Grafik 3.1

Diagram 3.1

0
2
4
6
8
10
12
Mengetahui Tidak
Mengetahui
Grafik Perbandingan Pemahaman Siswa
Mengeai Komunikasi Efektif
Jumlah Siswa
Grafik Kuisioner
A
B
C
D
19

BAB IV
ANALISIS DATA PENGOLAHAN
4.1 Dekripsi Data
Peda penelitian ini, penulis memiliki beberapa data. Untuk mendapatkan data,
kami melakukan penelitian tersebut menggunakan penyebaran kuisioner. Data kuisioner
ini memberikan informasi kepada penulis untuk menguji hipotesis yeng telah penulis
kemukakan.
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian
Pada penelitian ini, data diperoleh dari studi literatur berupa survei informasi
dari buku dan kuisioner berupa pengisian angket. Kuisioner yang penulis sebarkan
berupa lima buah pilihan ganda tanpa essai. Hasil penyebaran kuisioner ini
diperoleh dari pengujian sampel kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandung sebanyak
40 orang.
Analitis data menggunakan penyebaran kuisioner dapat mengetahui berapa
persen siswa XI IPA SMA Negeri 6 Bandung yang menerapkan cara
berkomunikasi efektif. Adapun hasil data dari penyebaran kuisioner yang penulis
sebarkan.
4.1.2 Pengolahan Kuisioner
Sebelumnya penulis sudah menuliskan bahwa, metode kuisioner ini
membantu penulis untuk memperoleh informasi dari sempel yang diuji dan
membuktikan hipotesis yang penulis kemukakan.
Sebelum penulis mengemukakan hasil dari pengolahan kuisioner, penulis
memakai rumus untuk mendapatkan perolehan data. Rumusnya sebagai berikut.
D =

100%

Keterangan :
D : Data yang diperoleh
S: Jumlah data yang dipilih
J : Jumlah data keseluruhan.
20

Tabel 4.1
No Pertanyaan & Jawaban Jumlah (%)
1.
Menurut pendapat anda, apakah yang dimakasud dengan komunikasi
efektif?
A Pembicaraan yang mengandung unsur positif 46%
B Pembicaraan yang mengandung kalimat pilihan 49%
C Pembicaraan yang mengandung kalimat tanya 5%
2.
Menurut pendapat anda apakah komunikasi efektif dengan
menggunakan teknik berbicara yang tepat bermanfaat bagi pelajar
A Ya 97%
B Tidak 3%
3. Apakah berbicara efektif itu deperlukan?
A Ya 69%
B Tidak 0%
C Terkadang 31%
4.
Kapan saja waktu yang tepat untuk menggunakan komunikasi yang
efektif
A Setiap saat 57%
B Ketika diskusi 33%
C Bertemu guru 10%
5.
Menurut anda, anpakah yang menjadi poin penting dalam
berkomunikasi efektif?
A Pemilihan kata 3%
B Memfokuskan pembahasan 8%
C Pemilihan topik pembicaraan 5%
A&B Pemilihan kata dan memfokuskan pembahasan 5%
B&C Memfokuskan pembahasan dan pemilihan topik pembicaraan 0%
A&C Pemilihan kata dan pemilihan topik pembicaraan 5%
D A, B, dan C benar 74%


21

Dari tabel di atas dapat diketahui sebagai berikut.
1. Sebanyak 18 siswa (46%) memilih jawaban A (jawaban pertama). Sebanyak 19
siswa (49%) memilih jawaban B(jawaban kedua), sedangkan 2 siswa
(5%)memilih jawaban C (jawaban ketiga).
Diagram 4.1


2. Sebanyak 38 siswa (97%) memilih jawaban Ya (jawaban pertama),
sedangkansebanyak 1 siswa (3%) memilih jawaban Tidak (jawaban kedua).
Diagram 4.2


Diagram Kuisioner
A
B
C
Diagram Kuisioner
Ya
Tidak
22


3. Sebanyak 27 siswa (69%) memilih jawaban Ya (jawaban pertama). Sebanyak 0
siswa (0%) memilih jawaban Tidak (jawaban kedua), sedangkan 12 siswa (31%)
memilih jawaban Terkadang (jawaban ketiga).
Diagram 4.3


4. Sebanyak 22 siswa (57%) memilih jawaban A (jawaban pertama). Sebanyak 13
siswa (33%) memilih jawaban B (jawaban kedua), sedangkan 4 siswa (10%)
memilih jawaban C (jawaban ketiga).
Diagram 4.4



Diagram Kuisioner
Ya
Tidak
Terkadang
Diagram Kuisioner
A
B
C
23

5. Sebanyak 1 siswa (3%) memilih jawaban A (jawaban pertama). Sebanyak 3
siswa (8%) memilih jawaban B (jawaban kedua). Sebanyak2 siswa (5%) memilih
jawaban C (jawaban ketiga). Sebanyak2 siswa (5%) memilih jawaban A&B.
Sebanyak2 siswa (5%) memilih jawaban A&C. Sebanyak0 siswa (0%) memilih
jawaban B&C, sedangkan sebanyak 29 siswa (74%) memilih jawaban D
(jawaban keempat).
Diagram 4.5


4.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yaitu kesimpulan yang dikemukakan oleh penulis yang belum
diketahui kebenarannya. Berdasarkan hipotesis yang penulis kemukakan adalah Jika
seseorang tidak diperhatikan ketika sedang melaksanakan komunikasi dengan lawan
bicaranya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa seseorang tersebut kurang begitu
paham dengan konsep komunikasi efektif. Dikarenakan, pada dasarnya hanya sedikit
orang yang berkomunikasi secara efektif. Bahkan ada pula yang tidak tahu sama sekali
apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif. Sebagian orang menganggap komunikasi
secara efektif hanya berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
saja. Tentunya jika seseorang tersebut memahami konsep komunikasi efektif tentunya dia
akan diperhatikan bahkan menjadi pembicara yang bisa dikatakan baik oleh lawan
berbicaranya.
Diagram Kuisioner
A
B
C
A&B
A&C
B&C
D
24

Hasil pengujian yang penulis peroleh bahwa mayoritas siswa telah paham
mengenai komunikasi efektif, namun ada beberapa siswa yang masih belum paham
mengenai komunikasi efektif. Dari kuisioner diatas pula, diperoleh bahwa 97% siswa
telah paham mengenai manfaat komunikasi efektif, sedangkan 3% siswa tidak paham
mengenai manfaat komunikasi efektif, sebanyak 74% siswa memahami konsep dasar
komunikasi efektif sedangkan 26% siswa tidak memahami konsep dasar komunikasi
efektif.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil data yang telah penulis dapatkan dari penyebaran kuisioner adalah sebagai berikut.
Grafik 4.1

Dari hasil grafik tersebut persentase akhir yang didapatkan dari sampel yang diuji
bahwa persentase yang mengerti betul komunikasi efektif sebanyak 74% siswa,
sedangkan yangkurang mengerti sebanyak 26%.
Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh
0
5
10
15
20
25
30
35
Mengerti betul Kurang mengerti
Grafik Perbandingan Pemahaman Siswa
Mengeai Komunikasi Efektif
Jumlah Siswa
25

komunikan. Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan
lancara apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang pengalaman
komunikan.
Sebagai contoh: si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
tentunya akan sangat mudah dan lancaraapabila pembicaraan mengenai hal tersebut
dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahsiswa. Seandainya si A membicarakan
hal tersebut dengan si C yang seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses
komunikasi tidak akan berjalan lancar. Melalui penelitian ini terbukti bahwa kominikasi
efektif diperlukan dalam pembelajaran murid XI IPA SMA Negeri 6 Bandung agar
memperlancar pembelajaran dan diperlukan pula pembelajaran konsep dasar komunikasi
efektif dikarenakan masih adanya murid XI IPA SMA Negeri 6 Bandung yang belum
paham mengenai konsep dasar komunikasi efektif.

26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei di atas, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Komunikasi efektif adalah suatu proses dua-cara yang memerlukan usaha dan
keterampilan oleh pengirim dan penerima.
2. Agarkita bisa berkomunikasi secara efektif maka kita harus mengetahui dan
memahami rintangan dalam berkomunikasi dan mengatasinya dengan melakukan
langkah-langkah berikut: berbicara positif,dengar positif, baca positif , pikir
positif, sertamengendalikan kekuatan kata-kata.
3. Manfaat berkomunikasi efektif yang dapat diambil untuk siswa kelas XI IPA
yaituketika siswa mempresentasikan sebuah laporan, berdiskusidan melakukan
kegiatan berkomunikasi lainnya, siswa dapat berkomunikasi dengan lancar dan
mudah dipahami.Pada intinya siswa dapat berkomunikasitanpa terjadi
kesalahpahaman antara pembicara dan pendengar.
5.2 Saran
Berdasarkan survei ini, penulis memiliki beberapa saran kepada beberapa pihak terkait.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang hampir tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.
Tanpa adanya komunikasikita tidak akan memahami maksud dan tujuan dari seseorang.
Sebaiknya murid kelas XI IPA mempelajari teknik komunikasi efektif ini, agar ketika
berbicara dengan orang lain ataupun sedang berpidato dan aktivitas komunikasi lainnya
lebih lancar. Disarankan untuk guru-guru memberikan materi tentang berkomunikasi
secara efektif dikarenakan masih adanya murid XI IPA SMA Negeri 6 Bandung yang
belum memahami konsep dasar komunikasi efektif.

27

DAFTAR PUSTAKA
Giblin, Les. (1988). Cara Memiliki Keyakinan dan Kekuasaan dalam Berurusan dengan
Orang Lain, Tejemahan oleh Anton Adiwiyoto. 1995, Jakarta: SPEKTRUM.
King, Larry. (1994). Seni Berbicara kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja,
Tejemahan oleh Marcus Prihminto Widodo. 2010, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Cangara, Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi.Edisi Revisi II, Cetakan
keketigabelas, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
M. Dahlan Y. Al-Barry, L.Lya Sofyan Yacub. (2003).Kamus Induk Istilah Ilmiah. Seri
Intelektual,Surabaya: Target Press.


28

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Pemahaman Siswa Terhadap Komunikasi Efektif
Angket
Nama :
Kelas :

1. Menurut pendapat anda, apakah yang dimaksud dengan komunikasi efektif ?
o Pembicaraan yang mengandung unsur-unsur positif .
o Pembicaraan yang mengandung kalimat-kalimat pilihan.
o Pembicaraan yang mengandung kalimat tanya.
2. Menurut pendapat anda apakah komunikasi efektif denganmenggunakan teknik
berbicra yang tepat bermanfaat bagi pelajar ?
o Ya
o Tidak
3. Apakah berbicara efektif itu diperlukan ?
o Ya
o Tidak
o Terkadang
4. Kapan saja waktu yang tepat untuk menggunakan komunikasi yang efektif?
o Setiap saat
o Ketika diskusi
o Bertemu guru
5. Menurut anda, apakah yang menjadi poin penting dalam berkomunikasi efektif ?
(Pilihan boleh lebih dari satu)
o Pemilihan kata
o Memfokuskan pembahasan
o Pemilihan topik pembicaraan
o Semuanya benar



Tanda Tangan

29


Lampiran 2. Dokumentasi Penulis

30

RIWAYAT HIDUP
Adhi Jeremia Jordan dilahirkan di Bandung pada tanggal 29
Januari 1996. Anak kandung dari pasangan Ronald R. D.
Rajagukguk, S.H. dan Nurmauli Banjarnah. Ia memulai
pendidikan awalnya di SDK Baptis Bandung. Lalu, ia
melanjutkan pendidikannya di SMPK Baptis Bandung.




Fakhri AlbaihaqiSofyan dilahirkan di Bandung pada
tanggal 8 Juli 1995. Anak kandung dari pasangan H.
Asep Sopyan, S.E. M.Si. dan Hj. Siti Fatimah. Anak
pertama dari lima bersaudara. Bertempat tinggal di
Komplek Puncak Sariwangi Ari Blok D 2-3 Jalan
Mekarwangi. Dia memulai pendidikan di TK Lab School lalu ia melanjutkan
pendidikannya di SDN Isola 1 Bandung dan melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi di SMPN 12 Bandung kemudian ia bersekolah di SMAN 6
Bandung jurusan IPA. Ia memiliki cita-cita menjadi seorang PNS dan mengabdi
pada masyarakat. Motto hidup yang ia ambil adalah Hidup Adalah Sebuah
Proses


31






Mochamad Andre Prassetia Pratama dilahirkan di
Bandung pada tanggal 29 Januari 1996. Anak kandung
dari pasangan Asep Setiawan dan Ida Jubaedah. Tinggal
di Jalan Kopo gang sukaleueur dalam 1 No. 13 RT. 01.
Dia memulai di taman kanak-kanak islamiyah lalu ia
melanjutkan sekolah dasar di SDN Moh. Toha Bandung
dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi SMPN 3 Bandung
kemudian ia bersekolah di SMAN 6 Bandung. Motto hidupnya adalah Except
nothing, do something, hard work, and be the best




Muhamad Fauzi Rahman dilahirkan di Bandung pada
tanggal 5 Mei 1996. Anak kandung dari pasangan
Sucipto dan Dra.Irawaty. Tinggal di jalan kaktus No.06
Blok 7 RT.02 Bumi Rancaekek Kencana. Dia memulai
pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pelopor Al-
32

Munawar dan melanjutkan pendidikannya di SD Plus Arafah, Lalu dia
melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih lanjut di SMP Negeri 3
Rancaekek. Pendidikan selanjutnya di SMA Negeri 6 Bandung, dengan bidang
studi IPA. Motto hidupnya adalah I can do this, Be the best not beasa.

Mujaahid Abdul Hafiizhdilahirkan di Bandung pada
tanggal 2 Agustus 1996. Anak kandung dari pasangan
Suherman, S.Ag. dan Yayah. Bertempat tinggal di Jalan
Embah Malim No. 237 RT.07 RW.18 Bandung. Dia
memulai pendidikan dasar di MI At-Taqwa Ujung
Berung, lalu melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri
2 Bandung. Saat ini dia sedang mengenyam pendidikan di SMA Negeri 6
Bandung dengan bidang studi IPA. Motto hidup yang dijadikan pegangan adalah
Hidup bagaikan air yang dialirkan

Tajiman Al-Isra dilahirkandi Bandung pada tanggal 20
Desember 1995. Anak kandung dari pasangan Suhartana
dan Mastika. Tinggal di jalan Jln. Darmakusumah
No.53. Dia memulai pendidikan awalnya di Taman
Kanak-kanak Indria Bogor, lalu ia melanjutkan
pendidikannya di SDN Polisi 4 Bogor dan SDN Margahayu Raya blok i, lalu ia
melanjutkan pendidikan ke SMPN 28 Bandung, dan akhirnya ia melanjutkan
pendidikannya di SMAN 17 Bandung dan pindah ke SMAN 6 Bandung.

You might also like