You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara
nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber
masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam, terutama menelaah
gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok,
lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses, perubahan
dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala-gejala tersebut
berlangsung secara normal sebagaimana dikehendaki masyarakat bersangkutan.
Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau
gejalapatologis. Hal itu disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan kekecewaan dan
penderitaan. Masalah-masalah tersebut berbeda dengan problema-problema lain
dalam masyarakat, karena masalah-masalah tersebut berhubungan erat dengan
nilai-nilai dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Hal ini dinamakan masalah
karena bersangkut paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan
dalam masyarakat. Dengan demikian, masalah-masalah menyangkut nilai-nilai
yang mencangkup pula segi moral, karena untuk dapat mengklasifikasikan
suatu persoalan sebagai masalah harus digunakan penilaian sebagai
pengukurannya. Apabila suatu masyarakat menganggap sakit jiwa, bunuh diri,
perceraian, penyalahgunaan obat bius (narcotics addiction) sebagai masalah,
maka masyarakat tersebut tidak semata-mata menunjuk pada tata kelakuan yang
menyimpang. Akan tetapi sekaligus juga mencerminkan ukuran-ukuran umum
mengenai segi moral. Setiap masyarakat tentunya mempunyai ukuran yang
berbeda mengenai hal ini seperti minsalnya soal gelandangan merupakan
masalah nyata menghadapi kota-kota besar di Indonesia. Tetapi belum tentu
masalah tadi dianggap sebagai masalah di tempat lainnya. Hal ini juga
tergantung dari faktor waktu. Mungkin pada waktu-waktu lampau permainan
judi dianggap sebagai masalah yang penting akan tetapi dewasa ini tidak. Selain
itu juga ada masalah-masalah yang tidak bersumber pada penyimpangan norma-
norma masyarakat, tetapi lebih banyak mengenai susunannya, seperti masalah
penduduk, pengangguran dan disorganisasi keluarga serta desa. Sudah tentu
sosiologi juga dapat mempunyai manfaat bagi bidang-bidang lain seperti
pemerintahan, pendidikan, industri dan lain sebagainya.

B. Perumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang diats, maka penulis
mengambil suatu permasalahan sebagai beriktu :
1. Apa pengertian masalah sosial ?
2. Contoh masalah sosial dan analisis dalam pandangan sosiologi ?





BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

1. Pengertian Masalah Sosial
Menurut Robert, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral.
Masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang
immoral, berlawanan dengan hokum dan bersifat merusak. Oleh sebab itu,
masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan
ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu
menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya.
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Atau menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga kelompok sosial
tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
Di samping kebutuhan-kebutuhan tersebut, atas dasar unsur biologis,
berkembang pula kebutuhan lain yang timbul karena pergaulan dalam
masyarakat, yaitu kedudukan sosial, peranan sosial dan sebagainya. Apabila
individu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis serta kebutuhan-
kebutuhan biologis. Dan dia akan merasa kehidupan ini tak banyak gunanya.
Untuk merumuskan apa yang dinamakan dengan masalah sosial tidak
begitu sukar, dari pada usaha-usaha untuk membuat suatu indeks yang memberi
petunjuk akan adanya masalah sosial tersebut. Banyak yang mengusahakan
adanya indeks tersebut seperti minsalnya indeks simple ratesi yaitu angka laju
gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, angka-angka bunuh diri, perceraian
dan sebgainya. Sering juga diusahakan system composite indice yaitu gabungan
indeks-indeks dari bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan satu dengan
lainnya.

2. Contoh Masalah Sosial Dan Analisis Dalam Pandangan Sosiologi
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia
atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor :
a. Ekonomis, misalnya : kemiskinan dan pengangguran,dll
b. Biologis, misalnya : penyakit,dll
c. Biopsikologis, misalnya : penyakit syaraf, bunuh diri, aliran sesat dll
d. Kebudayaan, misalnya : perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik
sosial dan keagamaan,dll
Setiap masyarakat mempunyai norma-norma yang bersangkut paut
dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta
penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Problema problema yang
berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan, pengangguran dan
sebagainya. Penyakit, minsalnya bersumber pada faktor biologis. Dari faktor
psikologis timbul persoalan seperti penyakit syaraf (neurosis), bunuh diri,
disorganisasi jiwa dan seterusnya.
Kepincangan-kepincangan mana yang dianggap sebagai masalah sosial
oleh masyarakat tergantung dari sistem nilai sosial masyarakat tersebut. Akan
tetapi ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat pada
umumnya sama yaitu misalnya :
1. Kemiskinan
Kemiskinan dari sudut pandang sosiologi berdasarkan teori menurut
para ahli, secara sosiologis, kemiskian merupakan salah satu problem sosial
yang paling serius dialami oleh negara-negara berkembang. Secara umum
kajian tentang kemiskinan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu: (1)
perspektif kultural (cultural perspective); dan (2) perspektif struktural atau
situasional (situational perspective). Kedua perspektif tersebut mempunyai
asumsi, metode dan pendekatan yang berbeda dalam menganalisis tentang
kemiskinan.
Pertama, perspektif kultural. Konsep kemiskinan dalam perspektif kultural
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan analisis, yaitu: (1) tingkatan individu,
hal ini berarti kemiskinan karena mentalitas individu yang malas, apatis,
fatalistik, pasrah, boros, dan tergantung (mentalitas negatif); (2) tingkatan
keluarga, hal ini berarti kemiskinan karena jumlah anak dalam keluarga sangat
besar, dengan pola budaya keluarga yang tidak produktif; dan (3) tingkatan
masyarakat, hal ini berarti kemiskinan kerena tidak terintegrasinya kaum
miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif.
Kedua, perspektif struktural. Konsep kemiskinan dalam perspektif struktural
adalah kemiskinan yang terjadi karena dampak dari faktor-faktor struktur
masyarakat (faktor eksternal), yaitu terjadinya kemiskinan karena: (1) program
atau perencanaan pembangunan yang tidak tepat; (2) pelaksanaan kekuasan
pemerintahan (birokrasi pemerintah) yang korup; (3) kehidupan sosial-politik
yang tidak demokratis atau otoriter; (4) sistem ekonomi liberalistik atau
kapitalistik; (5) berkembangnya teknologi modern atau industrialisasi yang
mekanistik disemua aspek; (6) kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat
sangat tinggi; (7) globalisasi ekonomi dan pasar bebas. Jadi, menurut
perspektif struktural kemiskinan itu terjadi karena faktor ekternal, sedangkan
menurut perspektif kultural kemiskinan itu terjadi karena mentalitas individu
atau kelompok (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).
Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menanggulangi
kemiskinan antara lain: (1) menyusun perencanaan pembangunan yang tepat
dan integral; (2) melaksanakan program pembangunan di segala bidang, yang
berbasis kerakyatan; (3) meningkatkan kualitas layanan pendidikan secara
maksimal sesuai dengan amanat UUD 1945; (4) reformasi birokrasi
(transparansi, efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan sumber daya
pembangunan); (5) menegakkan kepastian hukum dan berkeadilan; dan (6)
meningkatkan peran serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media
massa dalam proses pembangunan (Dwipayana, Ari (Ed). 2003;
Tjokrowinoto, W. 2004).
2. Kejahatan
Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena kondisi-
kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-
perilaku sosial lainnya. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat
denga bentuk-bentuk dan organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi.
Para sosiologi berusaha untuk menentukan proses-proses yang menyebabkan
seseorang menjadi penjahat. Analisis ini bersifat sosial psikologis. Beberapa
orang ahli menekankan pada beberapa bentuk proses seperti imitasi,
identifikasi, konsep diri pribadi dan kekecewaan yang agresif sebagai proses
yang menyebabkan seseoran menjadi penjahat.
Untuk mengatasi masalah itu, kecuali tindakan preventif, dapat pula
diadakan tindakan-tindakan represif antara lain dengan teknik rehabilitasi.
Menurut Gressey ada dua faktor konsepsi mengenai teknik rehabilitasi
tersebut. Yang pertama menciptakan sistem dan program-program yang
bertujuan untuk menghukum orang jahat tersebut. Sistem serta program-
program tersebut bersifat reformatif, minsalnya hukuman bersyarat,
diusahakan mencari pekerjaan bagi si terhukum dan diberi konsultasi
psikologis. Minsalkan kepada narapidana di lembaga permasyarakatan
diberikan pendidikan serta latihan untuk menguasai bidang tertentu, supaya
kelak setelah masa hukuman selesai punya modal untuk mencari pekerjaan di
masyarakat.
Suatu gejala lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah apa yang
disebut sebagai white-collar crime, suatu gejala yang timbul pada abad
modern ini. Banyak ahli beranggapan, bahwa tipe kejahatan ini merupakan
ekses dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat. Karena itu pada
mulanya gejala ini disebut business crime atau economic criminality. Memang
white-collar crime merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau
para pejabat didalam menjalankan peranan fungsinya. Keadaan keuangannya
yang relative kuat mungkin mereka untuk melakukan perbuatan yang oleh
hukum dan masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan. Golongan
tersebut menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana-sarana
pengendaliannya dengan kuat. Sukar sekali untuk memidana mereka, sehingga
dengan tepat dikatakan bahwa kekuatan penjahat white-collar terletak pada
kelemahan korban-korbannya.
3. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang
berlawanan, yakni keinginan untuk melawan (minsalnya dalam bentuk
redikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis. Sikap
melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan
hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang. Sedangkan sikap apatis
biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi muda
biasannya menghadapi masalah sosial dan biologis. Untuk meminimalkan
terjadinya kenakalan remaja antara lain: (1) menciptakan kehidupan rumah
tangga yang beragama (menunjung tinggi nilai spiritual); (2) menciptakan
kehidupan keluarga yang harmonis (hubungan antara ayah, ibu dan anak
terjalin dengan baik); (3) mewujudkan kesamaan nilai, norma yang dipegang
antara ayah dan ibu dalam mendidik anak; (4) memberikan kasih sayang
secara wajar atau proporsional (tidak memanjakan anak); (5) memberikan
perhatian secara proporsional terhadap beragam kebutuhan anak; (6)
memberikan pengawasan secara wajar atau proporsional terhadap pergaulan
anak di lingkungan masyarakat atau teman bermainnya; dan (7) memberikan
contoh tauladan yang terbaik pada anak, dan setiap pemberian layanan pada
aak diarahkan pada upaya membentuk karakter atau mentalitas positif
(Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984; Wilis,S. 1994).
4. Peperangan
Perperangan mungkin merupakan masalah sosial paling sulit dipecahkan
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Sehingga memerlukan kerjasama
internasional yang hingga kini belum berkembang dengan baik.
Perkembangan teknologi yang pesat semakin memoderilisasikan cara-cara
berperang dan menyebabkan pula kerusakan-kerusakan yang lebih hebat
ketimbang masa lampau.
5. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
a. Pelacuran
Sebab terjadinya pelacuran haruslah dilihat pada factor endogen dan
eksogen. Diantara factor endogen dapat disebutkan nafsu kelamin yang
besar, sifat malas dan keinginan yang besar untuk hidup mewah. Diantara
faktor tersebut yang utama adalah factor ekonomis, urbanisasi yang tak
teratur. Sebab utama adalah konflik mental, situasi hidup yang tidak
dewasa ditambah dengan intelligentsia yang rendah.
Usaha untuk mencegahnya ialah dengan jalan meneliti gejala-gejala
yang terjadi jauh sebelum adanya gangguan mental, minsalnya gejala
insekuritas pada anak-anak wanita, gejala membolos, mencuri kecil-
kecilkan dan sebagainya. Hal itu semuanya dapat dicegah dengan usaha
pembinaan sekuritas dan kasih sayang yang stabil.
b. Delinkuensi Anak-anak.
Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah
cross boys dan cross girl yang merupakan sebutan bagi anak-anak muda
yang tergabung dalam suatu ikatan /organisasi formal atau semi formal dan
mempunyai tingkah laku yang kurang/tidak disukai oleh masyarakat pada
umumnya.
c. Alkoholisme
Masalah alkoholisme dan pemabuk pada kebanyakan masyarakat
pada umumnya tidak berkisar pada apakah alcohol boleh atau dilarang
digunakan. Persoalan pokoknya adalah siapa yang boleh menggunakannya,
dimana, bilamana dan dalam kondisi yang bagaimana. Umumnya orang
awam berpendapat bahwa alkohol merupakan suatu system syaraf.
Akibatnya, seorang pemabuk semakin kurang kemampuannya untuk
mengendalikan diri. Pembicaraan alkoholisme mengenai aspek hukum
hanya akan dibatasi pada perundang-undangan. Perundang-undangan
merupakan segala keputusan resmi secara tertulis yang dibuat penguasa,
yang meningkat. Dengan demikian perundang-undangan merupakan satu
segi saja dari aspek hukum, karena disamping perundang-undangan, ada
hukum adat, hukum yurisprudensi, dan seterusnya.
d. Homoseksualitas
Homoseksual adalah seseorang yang cendrung mengutamakan orang
yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Homoseksual merupakan
sikap atau tindakan pola perilaku para homoseksual. Pria yang melakukan
sikap-tindak demikian disebut homoseksual, sedangkan lesbian merupakan
sebutan bagi wanita yang berbuat demikian.
6. Masalah Lingkungan Hidup
Menurut Eitzen, dalam Soetomo (1995), ada beberapa faktor kekuatan
sosial (perilaku manusia) yang menyebabkan terjadinya penceran dan
ancaman kelestarian lingkungan, antara lain: (1) pertumbuhan penduduk yang
pesat dan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan makanan, energi dan
beberapa kebutuhan lainnya; (2) konsentrasi penduduk di daerah perkotaan
(urbanisasi) menyebabkan munculnya beragam limbah yang dapat merusak
ekosistem; (3) proses pembangunan dan modernisasi yang meningkatkan
pengunaan tekbologi modern yang bersifat konsumerisme dan mengabaikan
keselamatan lingkungan; dan (4) aktivitas dan mekanisme pasar, bekerja tanpa
pertimbangan keselamatan atau kelestarian lingkungan hidup.
Ada beberapa langkah strategis dalam menangani masalah pencemaran
lingkungan hidup, yaitu: (1) menerapkan sistem hukum secara tegas dan
berkeadilan terhadap setiap pelaku penceramaran lingkungan; (2) melakukan
gerakan perlawanan terhadap pencemaran lingkungan hidup pada semua
lapiran masyarakat, misalnya gerakan reboisasi, menjalankan konservasi, dan
melakukan daur ulang; (3) melakukan kontrol dan pengendalian terhadap
pertumbuhan penduduk; (4) melakukan inovasi teknologi, yaitu teknologi
yang ramah lingkungan; (5) membudayakan gaya hidup masyarakat yang
konsumeris dan mekanis (orientasi kekinian) berubah pada orientasi hidup
pada kelangsungan generasi mendatang (orientasi masa depan); dan (6)
mengembangkan pendidikan kelestarian lingkungan di setiap jenjang
pendidikan (Soetomo, 1996, Usman, S. 1998)

7. Pemecahan Masalah Sosial
Dewasa ini ditemukan cara-cara analisis yang lebih efektif, walaupun
metode-metode lama yang terbukti tidak efektif, belum dapat dihilangkan
begitu saja. Hal ini disebabkan ilmu sosial pada umumnya belum sanggup
untuk menetapkan secara mutlak dan pasti apa yang merupakan masalah
sosial pokok. Lagi pula pengaruh pemecahan masalah sosial tidak dirasakan
dengan segera, tetapi setelah jangka waktu yang cukup lama. Akhirnya perlu
dicatat bahwa pasti ada reaksi terhadap masalah sosial menyangkut nilai-nilai
dan perasaan sosial. Akan tetapi walaupun ada kekurangan, namun penelitian
terhadap masalah sosial berkembang terus. Metode yang digunakan ada yang
bersifat preventif dan represif. Metode yang preventif jelas lebih sulit
dilaksanakan, karena harus didasarka pada penelitian yang mendalam
terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial. Metode represif lebih
banyak digunakan, artinya setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai
masalah sosial, baru diambil tindakan-tindakan untuk mengatasainya. Di
dalam mengatasi masalah sosial tidaklah perlu semata-mata melihat aspek
sosiologisnya, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Sehingga, diperlukan suatu
kerja sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk
memecahkan masalah sosial yang dihadapi.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah merupakan bagian sosiologi, sebenarnya masalah merupakan
hasil dari proses perkembangan masyarakat. Artinya problema tadi memang
sewajarnya timbul, apabila tidak diinginkan adanya hambatan-hambatan terhadap
penemuan-penemuan baru dan gagasan baru. Dalam jangka waktu masyarakat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan, timbullah maslah sosial,
sampai unsur-unsur masyarakat berada dalam keadaan stabil lagi. Masalah sosial
merupakan akibat dari interaksi sosial antara individu, antara individu dengan
kelompok, atau antar kelompok. Interaksi sosial berkisar pada ukuran nilai adat-
istiadat, tradisi dan ideology ditandai dengan suatu proses sosial yang disosiatif.
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Atau menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga kelompok sosial
tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia
atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor :
1. Ekonomis, misalnya : kemiskinan dan pengangguran,dll
2. Biologis, misalnya : penyakit,dll
3. Biopsikologis, misalnya : penyakit syaraf, bunuh diri, aliran sesat dll
4. Kebudayaan, misalnya : perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik
sosial dan keagamaan,dll
Pengetahuan sosiologi telah diterapkan secara umum. Banyak sosiolog
yang dipeker-jakan dalam instansi-instansi negara maupun menjadi konsultan
berbagai perencanaan pembangunan. Dalam hal ini tentunya peran sosiolog
sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan penelitian, pengolahan data
dan perencanaaan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Kegunaan sosiologi bagi masyarakat adalah :
1. Untuk pembangunan.
2. Untuk penelitian.

B. Saran
1. Sebagai masyarakat yang bersosial kita seharusnya berpartisipasi dalam
membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan
sekitar kita
2. Saya berharap dengan adanya tugas makalah ini pembaca dapat lebih
memahami mengenai masalah sosial dan manfaat sosiologi
3. Apabila dalam pembuatan makalah ini ada yang kurang berkenan Mohon
kiranya kritik dan sarannya yang dapat membangun pembuatan makalah
berikutnya agar dapat lebih baik lagi.






DAFTAR PUSTAKA

Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984. Social Problems, Second edition. Harper &
Row Publishers. New York. (ilaieka.blogspot.com/2010/08/interaksi-
sosial.html)

Dwipayana, Ari (Ed). 2003. Membangun Good Governance di Desa, Institue for
Research and Empowerment (IRE). Yogyakarta.
(ilaieka.blogspot.com/2010/08/interaksi-sosial.html)

Robert A. Nisbet. 1970.The Study of Social Problems dalam Contemporary Social
Problems and Introduction to the Sociology of Deviant Behavior and Social
Disorganization,(New York-Chicago-Burliname).

Soetomo, 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Pustaka Jaya. Jakarta.
(ilaieka.blogspot.com/2010/08/interaksi-sosial.html)

Usman, S. 1998. Pembangunan dan Pemberdayan Masyarakat. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. (ilaieka.blogspot.com/2010/08/interaksi-sosial.html)

Wilis,S. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya. Penerbit Angkasa.
Bandung(ilaieka.blogspot.com/2010/08/interaksi-sosial.html)






















TUGAS MAKALAH SOSIOLOGI

MASALAH-MASALAH SOSIOLOGI DIANALISIS DARI
JUDUL PANDANGAN SOSIOLOGI













Nama : Revika Suci Setiawati
NIM : D1B112089
Tugas : Pengantar Sosiologi



UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
BANJARMASIN
2012

You might also like