You are on page 1of 5

Uji Kompetensi: Konsep Sikap dan Perilaku

Empati serta Penyesuaian Diri Peserta Didik












Pembimbing: Dra. Chadidjah Husain A. M.Pd.

Tujuan


Laporan ini disusun sebagai Uji Kompetensi (UK) IV dan guna mengembangkan kemampuan
dibidang akademis mata kuliah Perkembangan Peserta Didik


Disusun Oleh FKIP PMIPA Fisika 2013; Kelas A Semester II:


Azhar Umam
K2313012



Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2014
Tugas A

1. Pola hubungan antara 3 komponen sikap (kognitif, afektif, dan konatif) dengan
perilaku adalah sebagai berikut:
Secara garis besar komponen sikap kognitif yang berupa komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yang berkaitan dengan bagaimana orang
mempersepsikan objek sikap ini sangat berpengaruh atau menjadi dasar terhadap komponen
afektif atau komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan
rasa tidak senang merupakan hal yang negative. Kemudian sikap tersebut diaplikasikan dalam
bentuk perilaku atau action component (komponen konatif). Komponen ini menunjukan
intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
2. Alasan individu bersikap:
Individu bersikap karena adanya minat terhadap suatu objek yang belum diketahui sehingga
individu mengalami proses pembelajaran yang akan menjadi dasar motivasi untuk mencari
tahu dan akhirnya individu tersebut dapat menentukan sikap terhadap objek tersebut. Selain
itu individu mengambil sikap (bersikap) tertentu terhadap objek sebagai:
a. Alat untuk mencapai tujuan
b. Pertahanan ego
c. Ekspresi nilai
d. Fungsi pengetahuan
3. Fungsi sikap terhadap keberhasilan kehidupan individu dan contohnya:
Sikap itu sangat penting, sikap dapat memperkuat ciri kepribadian atau meminimalkan
bahkan meniadakan karakteristik yang seyogyanya menarik. Sehingga sikap sangat
berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Para ahli memprediksi kesuksesan atau keberhasilan
seseorang 80% ditentukan oleh sikap dan 20% bakat. Sikap yang menentukan itu adalah
sikap mental yang positif yang memperkaya kehidupan pribadi seseorang, seperti hubungan
individu dengan kariernya karena sikap positiflah yang membuat individu tersebut
menampilkan kepribadian yang sebaik-baiknya. Dengan mempertahankan sikap mental yang
positif akan memberi kekuatan untuk melakukan hal-hal yang penting dalam hidup. Tiada
seseorang pemenang disepanjang waktu. Tapi jika individu memiliki pandangan positif
terhadap kehidupannya kemungkinan dirinya akan menjadi lebih bahagia, sehat dan lebih
sukses.
Contoh sikap positif yang mempengaruhi keberhasilan individu:
Jika anda pergi menemui dosen dan dalam diri anda berkata,Dosen saya tidak akan pernah
memberi saya nilai A, karena saya tidak belajar keras seperti pada semester lalu. Maka anda
kemungkinan tidak akan mendapat nilai A. Di sisi lain jika anda percaya diri kemudian
menghadap dosen dengan berpikir,saya telah belajar giat selama tiga bulan terakhir, maka
aku pantas mendapat nilai A. maka kesempatan anda mendapat nilai A yang anda harapkan
akan jauh lebih baik.
4. Tabel pikiran positif dan negative terhadap aktifitas akademik
No
Pemikiran Aktifitas Akademik
Positif Negatif
1
Antusias apabila berkumpul, bekerja sama
dan berdiskusi dengan teman-teman
Malas, ingin tidur terus karena mudah
capek akibat perjalanan jauh
2
Senang dan berkeinginan mendapat nilai
bagus pada mata kuliah yang
menggunakan hitungan numeric
Sering berprasangka buruk terhadap
teman atau dosen
3
Cocok dengan rasa kekerabatan dan
kekeluargaan di dalam lingkungan fisika
Benci menunggu dan egois terhadap
pendapatnya sendiri
4
Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
dan senang waktu praktikum dan
mengetahui hal-hal baru lewat percobaan
Kurangnya rasa peduli dan bersikap
acuh terhadap lingkungan
5
Antusias terhadap tugas analitik dan
pembuatan alat peraga sederhana tentang
konsep-konsep fisika
Tidak memanfaatkan waktu dengan baik
6
Senang terhadap dosen yang memberi
motivasi hidup dan filsafat tentang
keindahan hukum abadi alam
Kurang antusias terhadap MKU yang
teoritis dengan dosen yang terlalu
idealis yang berakibat susahnya
mendapat nilai A
7
Ingin menguasai bahasa asing terutama
Bahasa Inggris
Tidak menyukai hapalan dan membaca
buku-buku berat
8
Ingin lulus S1 (under graduated) 3,5 tahun
dengan predikat cumlaude
Sangat membenci tugas membuat
makalah yang ditulis tangan
9 Mempertahankan IP 3,5 semester ini
Kesal terhadap dosen yang tidak
menghargai kerja keras mahasiswanya
10
Ingin menjadi tenaga pengajar (guru atau
dosen) yang berkualitas
Tidak suka lingkungan yang sangat
dibatasi oleh idealism atau keyakinan
yang berlebihan
5. Sikap negative yang pling mengganggu sikap positif
a. Malas terutama malas membaca dan ingin tidur terus (mudah capek)
b. Egois ingin menang sendiri dan bersikap acuh terhadap lingkungan
c. Tidak bisa memanfaatkan dan mengelola waktu dengan baik
d. Kurangnya kepedulian terhadap orang lain
e. Krisis kepercayaan
Tugas B
1. Unsur-unsur yang penting dalam pengertian empati:
a. Rasa kepedulian terhadap orang lain
b. Keinginan untuk membantu orang lain
c. Mengalami emosi sesuai dengan emosi orang lain
d. Mengetahui apa yang orang lain pikirkan atau rasakan
e. Mengaburkan batas antara dirinya dengan orang lain
Element utama dalam berempati
Pertama, komponen kognitif yaitu memahami perasaan orang lain dan kemampuan
untuk mengambil perspektif mereka.
Kedua, komponen afektif empati yang merupakan tanggapan emosional yang tepat
bagi orang lain yang dalam keadaan emosional
2. Perkembangan empati tumbuh pada diri anak sebagai berikut:
Kemampuan berempati berkembang sejak anak usia dini dan terus berkembang melalui
proses pembelajaran. Anak pada usia 2 tahun biasanya mulai menunjukkan dasar perilaku
empati dan menunjukkan respons emosionalnya dalam berhubungan dengan orang lain,
merasa nyaman bersama orang lain dan menunjukkan kepeduliannya kepada orang lain,
bahkan sebelum usia satu tahun mengerti tindakan dan tujuan orang lain sebagaimana
tindakan mereka. Meskipun anak-anak usia 18 bulan hingga 2 tahun mampu menunjukkan
tanda-tanda empati seperti tindakan berusaha menghibur seorang bayi yang menangis
menurut teori pikiran sebagian besar mereka tidak menunjukkan secara penuh sebagaimana
anak usia sekitar 4 tahun.
Tahap perkembangan empati anak berlangsung sekitar usia satu sampai dua tahun. Pada usia
ini anak sudah mulai menyadari kesusahan orang lain, namun mereka mereaksi mereka
sendiri. Oatley menyatakan selama tahun kedua kehidupan anak semakin tampak mereka
membedakan antara dirinya dan orang lain.
Tahap perkembangan Empati :
Empatik global
Empatik egosentris
Empatik kognitif
Empatik abstrak
Pertumbuhan usia anak semakin mendorong perkembangan empati mereka terhadap orang
lain. Anak usia sekolah dasar tidak mamu memahami perasaan dan memikirkan orang lain.
Semua anak sekolah dasr remaja memiliki kemampuan perspektif yang memberi kesempatan
kepada mereka suatu respon empatik tidak hanya terhadap kesusahan orang laindengan
segera tetapi terhadap kondisi umum ang lainnya.
3. Empati anak-anak yang mengalami perilaku menyimpang seperti agresif dan autis:
Bagi individu yang berperilaku menyimpang seperti agresif dan autis, kemampuan empati
mereka tidak sebaik individu normal. Bagi anak-anak yang mengalami penyimpangan
perilaku dengan menunjukkan perilaku mengganggunya saat di tes fMRI hasilnya remaja
atau anak-anak tersebut menunjukkan aktivitas amigdala dan ventral striatum yang sangat
kuat dan spesifik, yaitu sambil mengamati rasa sakit yang diakibatkan orang lain, mereka
senang melihat rasa sakit tersebut. Sedangkan untuk para penderita Autism Spectrum
Disorder tidak hanya menunjukkan ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi secara
verbal, namun secara khusus juga menunjukkkan adanya ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi keadaan emosional dalam dirinya sendiri maupun orang lain, tetapi
memperlihatkan empati yang sama ketika mereka menyadari keadaan pikiran orang lain.
4.

You might also like