You are on page 1of 15

1

BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Superkonduktivitas adalah suatu fenomena dimana hambatan listrik sama dengan
nol dan terjadinya tolakan medan magnet yang terjadi ketika suatu bahan didinginkan
dibawah temperature tertentu (suhu kritis). Penemuan lainnya yang berkaitan dengan
superkonduktor terjadi pada tahun 1933. Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld
menemukan bahwa suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana
diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi
akan mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam
generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan
dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material
superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet tersebut ditolak. Fenomena
ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal dengan efek
Meissner. Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet tidak boleh terlalu besar, apabila
medan magnetnya terlalu besar maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan
kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
Kelistrikan dan kemagnetan mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam
kelistrikan dikenal muatan positif dan muatan negatif, sedangkan dalam kemagnetan
dikenal kutub utara dan kutub selatan magnet. Dalam kelistrikan, muatan sejenis saling
tolak dan muatan berlawanan jenis saling menarik. Demikian pula dalam kemagnetan,
kutub sejenis akan saling tolak, kutub berlawanan akan saling menarik.
Perbedaan penting antara magnet dan listrik adalah bahwa dalam kemagnetan,
kedua kutub selalu berpasangan. Tak pernah ada magnet dengan hanya kutub utara atau
kutub selatan saja. Hal ini berbeda dengan kelistrikan dimana dimungkinkan adanya
muatan tunggal, positif saja atau negatif saja, tak harus selalu berpasangan (Purwoko &
Fendi, 2010).
Sama halnya dengan muatan listrik yang menimbulkan medan listrik, kutub utara
dan kutub selatan magnet akan menghasilkan medan magnet akan menghasilkan medan
magnet disekitarnya. Jika garis-garis medan listrik berawal dari muatan positif dan
berakhir pada muatan negatif, garis-garis medan magnet berupa satu lintasan tertutup dari
2
kutub utara ke kutub selatan magnet dan kembali lagi ke kutub utara magnet. Pada
magnet batang, misalnya, garis-garis medan magnet berawal dari kutub utara menuju
kutub selatan di luar medan magnet. Sedangkan di dalam magnet, garis-garis medan
berawal dari kutub selatan ke kutub utara magnet.
Medan magnet dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan
menggerakkan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya dimuatan
listrik yang bergerak lainnya. Medan magnet juga dapat diartikan sebagai suatu ruang
disekitar magnet dimana tempat benda-benda tertentu mengalami gaya magnet. Hans
Christian Oersted (1777-1851) merupakan orang pertama yang menemukan adanya medan
magnet disekitar arus listrik.
Konsep medan magnet dan bahan superkonduktivitas dapat diterapkan dalam
bidang transportasi. Salah satu aplikasinya adalah kereta Maglev. Maglev adalah
singkatan dari Magnetically Levitated trains yang terjemahan bebasnya adalah kereta
api yang mengambang secara magnetis. Sering juga disebut kereta api magnet. Seperti
namanya, prinsip dari kereta api ini adalah memanfaatkan gaya angkat magnetik pada
relnya sehingga terangkat sedikit ke atas, kemudian gaya dorong dihasilkan oleh motor
induksi. Kereta ini mampu melaju dengan kecepatan sampai 650 km/jam (404 mpj) jauh
lebih cepat dari kereta biasa. Beberapa negara yang telah menggunakan kereta api jenis ini
adalah Jepang, Perancis, Amerika, dan Jerman. Berdasarkan pemaparan tersebut maka
dalam makalah ini akan lebih rinci dibahas mengenai aplikasi konsep medan magnet dan
superkonduktivitas pada teknologi kereta Maglev.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana membuat bahan superkonduktor?

2) Apakah yang dimaksud dengan teori medan magnet?

3) Bagaimanakah aplikasi konsep medan magnet dan bahan superkonduktivitas pada
teknologi kereta Maglev?


1.3 Tujuan Penulisan

Dengan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui cara membuat bahan superkonduktor.
3
2) Untuk mengetahui teori medan magnet.

3) Untuk mengetahui aplikasi konsep medan magnet pada teknologi Magnetic

Resonance Imaging (MRI)



1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat
menambah wawasan penulis dan pembaca dalam bidang fisika khususnya terkait dengan
penerapan medan magnet dan bahan superkondukivitas dalam teknologi kereta Maglev.
4
BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Bahan Superkonduktor

Pada tahun 1911, Kamerligh Onnes mengukur perubahan tahanan listrik yang
disebabkan oleh perubahan suhu Hg dalam helium cair. Dia menemukan bahwa tahanan
listrik tiba-tiba hilang pada suhu 4,153K. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 24
unsur hantaran super dan lebih banyak lagi paduan dan senyawa yang menunjukkan sifat-
sifat hantaran super. Temperatur kritisnya berkisar antara 1 samapai 19 Kelvin. Bahan-
bahan lead (timah), tin (timah patri), alumunium, dan mercury, pada suhu mendekati 0K
mempunyai resistivitas nol.
Penerapan sifat bahan/material superkonduktor dalam dunia teknologi adalah
dengan dikembangkannya kereta api supercepat di Jepang yang diberi nama The
Yamanashi MLX01 MagLev train yang melayang diatas magnet superkonduktor.
Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike
Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Superkonduktivitas adalah
suatu fenomena dimana hambatan listrik sama dengan nol dan terjadinya tolakan medan
magnet yang terjadi ketika suatu bahan didinginkan dibawah temperature tertentu (suhu
kritis).

Penemuan lainnya yang berkaitan dengan superkonduktor terjadi pada tahun 1933.
Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan
menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan
dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip
inilah yang kemudian diterapkan dalam generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus
yang dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak
dapat menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet
tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini
kemudian dikenal dengan efek Meissner.
Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang
karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet tidak boleh terlalu besar, apabila
medan magnetnya terlalu besar maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan
kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
5


Gambar 1. Efek Meissner



2.2 Teori Medan Magnet

Untuk menerangkan berbagai hal tentang magnet, Weber menyusun hipotesisnya
sebagai berikut :
a). Semua magnet terdiri dari atom-atom magnetik yang dinamakan magnet-magnet
molekuler atau magnet elementer.
b). Pada benda yang bersifat magnet, magnet-magnet elementer diarahkan sedemikian
sehingga kutub-kutub utaranya mengarah ke suatu arah yang sama dan demikian
sebaliknya untuk kutub-kutub selatan.
c). Pada benda yang tidak bersifat magnet kedudukan magnet-magnet elementer tidak
teratur, tetapi sebagian besar membentuk lingkaran-lingkaran tertutup dimana
kutub utara berhadapan dengan kutub selatan sehingga mengadakan keadaan yang
seimbang.
Sebuah magnet besar tersusun atas magnet-magnet kecil yang disebut magnet
elementer. Pada besi atau baja magnet, magnet-magnet elementernya tersusun secara
beraturan. Pada besi atau baja yang bukan magnet, magnet-magnet elementernya memiliki
arah yang acak. Jadi, besi atau baja bukan magnet dapat dibuat menjadi magnet dengan
cara menyearahkan magnet-magnet elementernya sehingga teratur dan menunjuk pada
satu arah. Magnet dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan cara menggosok,
mengalirkan arus listrik, dan induksi.
Magnet memiliki daerah dimana terdapat pengaruh kemagnetan yang disebut
medan magnet. Secara sederhana medan magnet dapat diperlihatkan dengan menabur
serbuk besi diatas selembar kertas yang dibawahnya ditaruh batang magnet sehingga
tampak garis-garis dengan arah tertentu yang dibentuk oleh serbuk besi tersebut.
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu
keluar dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub selatan magnet. Sementara di dalam
6
magnet, garis-garis gaya magnet memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub utara
magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling berpotongan. Kerapatan garis-garis gaya
magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.




Gambar 2. Medan Magnet



Garis-garis ini disebut garis magnet atau garis magnitisme. Garis magnitisme
disebut juga garis induksi. Michael Faraday menggambarkan medan magnet sebagai garis-
garis gaya medan. Seberkas garis gaya yang dilingkupi oleh luas daerah tertentu disebut
fluks garis medan. Oleh karena satu berkas dapat diambil untuk sembarang luas tertentu,
besarnya suatu bergantung pada luas berkas yang diambil.
Induksi magnetik B dinyatakan sebagai kerapatan garis medan. Kerapatan garis
medan didefinisikan sebagai banyaknya garis yang menembus suatu bidang tegak lurus
per satuan luas. Dengan menggunakan ungkapan kerapatan garis medan, nilai B pada
sebuah titik tertentu dapat dinyatakan sebagai berikut.

B=

B = induksi magnetik (Weber/m
2
)

= fluks magnet (Weber)
A = luas area (m
2
)


Pada 1819, seorang ahli Fisika Denmark, Hans Christian Oersted menemukan
bahwa di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Medan magnet ini dapat
mempengaruhi magnet lain. Magnet jarum kompas dapat menyimpang dari posisi
normalnya jika dipengaruhi oleh medan magnet.
7
Dari hasil pengamatannya, Oersted mendapatkan bahwa arah penyimpangan kutub
utara magnet jarum sesuai dengan arah ibu jari tangan kanan dan arah arus listrik pada
kawat sesuai dengan arah jari-jari lainnya. Arah medan magnet yang terdapat di sekitar
kawat berarus sesuai dengan kaidah tangan kanan.
Medan magnet dapat timbul pada sekitar kawat berbentuk lurus maupun
melingkar. Sebuah selonoida adalah kawat penghantar listrik yang digulung menjadi
sebuah kumparan panjang. Medan magnet yang ditimbulkan oleh suatu kumparan yang
dialiri listrik lebih kuat daripada medan magnet yang ditimbulkan oleh sebuah lingkaran
saja. Bila didalam kumparan itu ditempatkan inti besi lunak, maka kemagnetannya jauh
lebih besar lagi. Susunan kumparan dari inti besi lunak itu disebut elektromagnet.
Keuntungan elektromagnet adalah:
a). Dengan mengambil jumlah lilitan yang banyak dan arus yang kuat dapat diperoleh
kemagnetan yang sangat kuat.
b). Bila arus diputus, sifat kemagnetan akan hilang.

c). Kekuatan magnetnya dapat diubah-ubah dengan mengubah kuat arusnya.

d). Cara menyimpannya tidak memerlukan persyaratan seperti halnya dengan magnet
permanen.
e). Kedua kutubnya dapat ditukar.

Pada 1820, setahun setelah Oersted mencetuskan teorinya, dua orang ilmuan
Prancis, bernama Jean Baptiste Biot (1774 1862) dan Felix Savart (1791 1841),
mengemukakan perhitungan lebih lanjut tentang induksi magnetik oleh elemen arus.
1. Medan magnet di sekitar kawat lurus berarus listrik dapat dihitung dengan persamaan:

B =

B = induksi magnetik di titik yang diamati (Wbm
-2
)

0
= 4 x 10
-7
WbA
-1
m
-1


i = kuat arus listrik (A)

a = jarak titik dari kawat (m)

2. Medan magnet di sekitar kawat melingkar berarus listrik dapat dihitung dengan
persamaan:

B
p
=

B
p
= induksi magnetik pada sebuah titik di sumbu lingkaran
a = jari-jari lingkaran
8
= sumbu pusat lingkaran
Jika P digeser sehingga menjadi titik pusat lingkaran, r = a dan = 90
o
. Induksi
magnetik di titik pusat lingkaran menjadi

B = =


B =

Untuk suatu kumparan tipis dengan N buah lilitan, induksi magnetik di titik pusat
lingkaran menjadi

B =

N = jumlah lilitan

3. Medan magnet solenoida

Kumparan panjang yang terdiri atas banyak lilitan kawat penghantar menyerupai
sebuah lilitan pegas disebut solenoida. Medan magnet pada solenoida dapat kita hitung
dengan menggunakan rumus

B =
0
ni atau B =

B = induksi magnetik (Wbm
-2
)

0
= 4 x 10
-7
WbA
-1
m
-1


i = kuat arus listrik (A)

n = jumlah lilitan setiap satuan panjang n =

N = jumlah lilitan

l = panjang solenoida



Hubungan antara kuat medan magnet H dengan induksi magnetik B yang
ditimbulkan oleh penghantar berarus listrik memenuhi persamaan
H =

Untuk medan magnet di tengah solenoida (yang berada di udara)

B =
o
ni =
o



H = = => H =
9
Ditinjau secara mikroskopik, sifat-sifat kemagnetan suatu bahan dapat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu diamagnetic, paramagnetic, dan ferromagnetic. Bahan-bahan
yang memiliki sifat diamagnetic, tidak dapat ditarik oleh magnet, contohnya seng, emas,
dan bismut. Aluminium dan platina yang berada di dalam medan magnet yang cukup kuat
dapat ditarik, tetapi dengan gaya yang lemah. Bahan-bahan ini bersifat paramagnetic.
Nikel, besi, dan kobalt menunjukkan sifat kemagnetan yang sangat kuat. Bahan ini disebut
bahan ferromagnetic.



2.3 Aplikasi Konsep Medan Magnet dan Bahan Superkonduktor pada Teknologi

Kereta Maglev

Kereta Maglev adalah singkatan dari Magnetically Levitated (levitasi magnetik),
yang berarti bahwa kereta ini akan mengapung/mengambang di atas relnya (tidak
menyentuh rel) dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kemagnetan. Kita tahu bahwa
dua buah magnet apabila didekatkan akan terjadi interaksi pada keduanya (masing-masing
mendapatkan gaya magnet), kutub magnet yang berbeda jika didekatkan akan tarik
menarik dan kutub magnet yang sejenis akan tolak menolak, konsep inilah yang
merupakan prinsip dasar di balik mengapung dan bergeraknya kereta Maglev. Magnet
yang digunakan pada proses kerja kereta Maglev ialah elektromagnet sehingga sifat
kemagnetan, polarisasi kemagnetan dan medan magnet yang dihasilkannya dapat diatur
sesuai dengan keinginan. Ada tiga komponen yang dibutuhkan untuk sistem kereta seperti
ini, yaitu: 1). Sumber daya listrik yang besar, 2). Kumparan logam pada lintasan rel, dan
3). Elektromagnet yang cukup kuat pada bagian bawah kereta. Masing-masing komponen
ini memiliki nilai yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.



Gambar 3. Kereta Maglev The Yamanashi MLX01
10
Ada dua cara kerja kereta maglev ini, yang biasa membuat mengambang yang
pertama adalah EMS (electromagnetic supension). Menggunakan tenaga magnet listrik
biasa dari rel, agar kereta dapat terangkat 10 milimeter. Namun, cara ini tidak stabil.
Akibatnya, jarak mengambang harus selalu dikontrol. Ketika daya magnet berkurang,
kereta bisa turun dan menabrak rel. Cara ini pertama kali dikembangkan di jerman.
Cara yang kedua adalah EDS (electrondynamic supension). Menggunakan tenaga
magnet superkonduktor. Tenaga ini mampu mengangkat kereta sejauh 100 hingga 150
milimeter. Cara ini jauh lebih stabil ketimbang cara yang pertama. Daya angkat yang
dihasilkan tidak hanya melalui guideway saja, tetapi juga dari kereta itu sendiri. Magnet
superkonduktor ini harus selalu didinginkan dengan alat pendingin pada kereta maglev
agar tidak mudah rusak.
Komponen penting yang lain dalam sistem kereta maglev adalah jalurnya (rel
keretanya). Sepanjang jalur kereta Maglev dilengkapi dengan logam
yang termagnetisasi yang disebut guideway. Guideway ini berfungsi untuk membuat
kereta Maglev yang ada diatasnya mengapung dengan cara memberikan gaya magnet yang
cukup besar pada badan kereta yang telah dilengkapi dengan elektromagnet yang
memungkinkan kereta untuk naik antara 0,39 sampai 3,93 inci (1 sampai 10 cm) di
atas guideway tersebut. Karena kereta maglev mengapung diatas relnya (tidak menyentuh
rel), maka tidak ada gaya gesekan antara kereta dengan rel yang dapat menghambat
pergerakan kereta, sehingga kereta maglev dapat bergerak dengan sangat cepat yaitu bisa
mencapai lebih dari 310 mil/jam atau sekitar 500 km/jam (138,8 m/s). Sebagai
perbandingan, pesawat Boeing-777 yang digunakan sebagai pesawat komersial untuk
penerbangan jarak jauh dapat mencapai kecepatan tertinggi sekitar 562 mil/jam atau
sekitar 905 km/jam (251,3 m/s).



Gambar 4. Guideway pada Kereta Maglev Yamanashi di Jepang
11
Kecepatan kereta Maglev yang sangat besar ini didukung oleh sistem penggerak
yang cukup unik, tidak seperti kereta lain yang memanfaatkan motor listrik atau
pambakaran bahan bakar, kereta Maglev memanfaatkan medan magnet yang diciptakan
oleh kumparan listrik (elektromagnet) di dinding guideway untuk menggerakan kereta.
Ketika kereta mengapung, listrik dipasok ke kumparan pada dinding guideway untuk
menciptakan sebuah sistem medan magnet yang unik yang dapat menarik dan mendorong
kereta sepanjang guideway.



Gambar 5. Bagian-bagian rel kereta Maglev



Polaritas arus listrik yang dialirkan ke kumparan pada dinding guideway terus
bergantian dengan tujuan untuk mengubah polaritas kumparan magnet pada guideway.
Perubahan polaritas ini diatur sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan
kumparan guideway yang terdapat di depan kereta menarik kereta ke depan, sementara
medan magnet yang dihasilkan kumparan guideway yang terdapat di belakang kereta
mendorong kereta ke depan. Peristiwa ini dapat dengan jelas kita lihat dari ilustrasi
gambar 6, dimana polaritas elektromagnet guideway yang terdapat di depan kereta selalu
berlawanan dengan polaritas elektromagnet yang terdapat pada bagian depan kereta
sehingga kereta ditarik kedepan, sedangkan polaritas elektromagnet guideway yang
terdapat di belakang kereta selalu sama dengan polaritas elektromagnet yang terdapat pada
bagian belakang kereta sehingga kereta didorong kedepan. Sistem penggerak seperti inilah
yang menggerakan kereta maglev.
12


Gambar 6. Cara Kerja Kereta Maglev Untuk Melayang dan Bergerak Maju



Kereta Maglev memiliki rel (lintasan) kereta yang berbeda dengan rel kereta yang
sudah kita kenal selama ini. Pada kedua sisi lintasan Rel kereta terbang ini terdapat
dinding-dinding yang dilengkapi dengan kumparan-kumparan kawat. Oleh prinsip induksi
elektromagnet, kumparan-kumparan kawat ini dapat menjadi magnet. Kereta bisa bergerak
maju karena adanya interaksi antara magnet-magnet pada dinding-dinding itu dengan
magnet-magnet pada kereta.
Pada Gambar 6-A kita bisa melihat jajaran magnet di sepanjang dinding dan di
sepanjang kereta (huruf-huruf U menunjukkan kutub Utara, dan S menunjukkan kutub
Selatan). Jajaran magnet di sepanjang dinding ini dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik
dari stasiun-stasiun terdekat. Kutub Utara (U) di gerbong kereta paling depan ditarik oleh
kutub Selatan dan ditolak oleh kutub Utara dinding lintasan. Hal yang sama terjadi pada
sisi kereta yang lain. Pada gambar, panah berwarna hijau menunjukkan gaya tarik antara
kutub Utara dan Selatan yang menarik maju kereta. Panah kecil berwarna biru
menunjukkan gaya tolak antar kutub sejenis (Utara dengan Utara, Selatan dengan Selatan).
Gaya tarik dan gaya tolak yang bekerja bersamaan ini membuat kereta bergerak maju
dengan mulus.
Pada Gambar 6-B kita melihat adanya magnet pada dinding lintasan. Magnet ini
dihasilkan oleh induksi elektromagnet akibat gerakan kereta. Ketika posisi kereta beberapa
sentimeter dibawah pusat magnet dinding ini, maka kutub Selatan dinding akan menarik
kereta ke atas dan kutub Utaranya akan mendorong kereta juga ke atas. Gaya tarik dan
gaya dorong ini membuat kereta melayang , tidak menyentuh rel sama sekali.
Dinding yang memagari lintasan kereta ini tidak hanya berfungsi untuk menarik
dan mendorong kereta supaya bergerak maju dan mengangkat kereta sehingga bisa
13
melayang. Ada satu fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya, yaitu sebagai pengendali
arah laju kereta (guidance). Maksudnya adalah supaya kereta tidak pernah keluar jalur dan
tetap berada di tengah-tengah lintasan setiap saat. Prinsip magnet kembali digunakan
sebagai pengendali. Ketika kereta oleng ke kiri, gerakan kereta ini mengakibatkan
kumparan kawat dinding kiri dan kanan menjadi magnet. Magnet pada dinding kiri dan
dinding kanan diusahakan memiliki kutub yang sama, misalnya kutub Utara. Misalnya
gerbong kereta yang berhadapan dengan dinding di sisi kiri memiliki kutub Utara juga,
dan gerbong kereta yang berhadapan dengan dinding di sisi kanan memiliki kutub Selatan.
Pada sisi kiri akan terjadi tolak-menolak antara kutub Utara dari dinding dan kutub Utara
gerbong kereta. Pada sisi kanan terjadi tarik-menarik antara kutub Utara dinding dan kutub
Selatan kereta. Gaya-gaya ini akan mengembalikan kereta pada posisi sebelum oleng.
Demikian juga jika kereta oleng ke kanan, kereta akan dikembalikan ke posisi semula oleh
gaya magnet ini. Jadi gaya magnet ini akan mempertahankan kereta supaya tetap berada di
lintasannya (stabil di tengah-tengah lintasan), tidak akan keluar jalur.
Kelebihan utama dari kereta ini adalah kemampuannya yang bisa melayang di atas
rel, sehingga tidak menimbulkan gesekan. Konsekuensinya, secara teoritis tidak akan ada
penggantian rel atau roda kereta karena tidak akan ada yang aus sehingga dapat
menghemat biaya. Keuntungan sampingan lainnya adalah tidak ada gaya resistansi akibat
gesekan. Gaya resistansi udara tentunya masih ada. Untuk itu dikembangkan lagi Kereta
Maglev yang lebih aerodinamis.
14
BAB III
PENUTUP


3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu
sebagai berikut.
1) Superkonduktivitas adalah suatu fenomena dimana hambatan listrik sama dengan
nol dan terjadinya tolakan medan magnet yang terjadi ketika suatu bahan
didinginkan dibawah temperature tertentu (suhu kritis).
2) Magnet memiliki daerah dimana terdapat pengaruh kemagnetan yang disebut
medan magnet. Medan magnet dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet
yang selalu keluar dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub selatan magnet.
Sementara di dalam magnet, garis-garis gaya magnet memiliki arah dari kutub
selatan magnet ke kutub utara magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling
berpotongan. Kerapatan garis-garis gaya magnet menunjukkan kekuatan medan
magnet.
3) Kereta maglev, merupakan kereta yang menggunakan magnet sebagai alat bantu
dalam bergerak, Maglev adalah singkatan dari Magnetically Levitated trains.
Seperti namanya, prinsip dari kereta api ini adalah memanfaatkan gaya angkat
magnetik pada relnya sehingga terangkat sedikit ke atas, kemudian gaya dorong
dihasilkan oleh motor induksi. Kereta ini mampu melaju dengan kecepatan sampai
650 km/jam (404 mpj) jauh lebih cepat dari kereta biasa.



3.2 Saran

Salah satu aplikasi medan magnet dan bahan superkonduktor yang cukup mutakhir
adalah teknologi kereta Maglev yang digunakan untuk alat transportasi yang
kemampuannya bisa melayang di atas rel, sehingga tidak menimbulkan gesekan. Untuk
kedepannya, masih ada beberapa aplikasi teori medan magnet dan bahan superkonduktor
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya alat-alat kesehatan dari magnet atau terapi magnet
yang dapat dikaji lebih lanjut.






15
DAFTAR PUSTAKA



Bonsor, Kevin. 2011. How Maglev Trains Work. Artikel. Tersedia pada
http://science.howstuffworks.com/transport/engines-equipment/maglev-train.htm
diakses pada tanggal 20 Januari 2014.

Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Purwoko dan Fendi. 2010. Physics for Senior High School Year XII. Bogor: Yudhistira.

Tejonugroho, Dimas Prabu. 2012. Prinsip Kerja Kereta Magnet. Artikel. Tersedia pada
http://prinsipkereta.webatu.com/keretamagnet.html#keretamagnet diakses pada
tanggal 20 Januari 2014

Trefil, James and Hazen, M. Robert. 2007. The Science an Integrated Approach. USA:
George Mason University.

Wikipedia. 2013. Kereta Maglev. Artikel. Tersedia pada
http://id.wikipedia.org/wiki/Keretamaglev diakses pada tanggal 20 Januari 2014.

You might also like