You are on page 1of 22

I.

PENDAHULUAN
Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari
yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari
yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama
kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan
seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah.
1
Menurut WHO, setiap tahunnya 1! juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan 4
juta lainnya meninggal dalam usia "! hari. #ebanyak ",$ juta %"&' dari 1! juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. #ebanyak () & dari
kematian bayi terjadi di negara*negara yang sedang berkembang. +ematian bayi sangat
memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena ,". Penyebab kematian neonatal
utama asfiksia neonatorum %-&' setelah %(&'.
1
Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun !!-, tiga penyebab utama kematian
perinatal di .ndonesia adalah gangguan pernapasan,respiratory disorders %"/,(&',
prematuritas %",4&' dan sepsis neonatorum %1.!&'.
1
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O dan dalam menghilangkan 0O . Perubahan pertukaran gas dan
transport oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel1
sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. 2angguan ini
dapat berlangsung se3ara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau se3ara
mendadak karena hal*hal yang diderita ibu dalam persalinan. 2angguan menahun
dalam kehamilan dapat berupa gi4i ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia,
hipertensi, penyakit jantung, dan lain*lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh
terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian 4at*
4at makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta.
1,"
Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang seperti 3erebral palsy, retardasi mental dan
1
gangguan belajar. 5sfiksia neonatorum adalah kega6at daruratan bayi baru lahir
berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai
komplikasi.
1,
II. TINJAUAN PUSTAKA
ASFIKSIA NEONATORUM BERAT
2
2.1 Definisi
5sfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak bernafas se3ara
spontan, teratur, dan adekuat. 5sfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi
multiorgan, kejang dan ensefalopati hipoksik*iskemik, serta asidosis metabolik. 7ayi
yang mengalami episode hipoksia*iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko
disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.
",4
7eberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda
/
8
.katan Dokter 5nak .ndonesia8 5sfiksia neonatorum adalah kegagalan napas
se3ara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir
yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis.
WHO8 5sfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas se3ara spontan dan
teratur segera setelah lahir.
50O2 dan 55P8 #eorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi
sebagai berikut8
9ilai 5pgar menit kelima !*"
5danya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat %pH:-.!'
2angguan neurologis %misalnya8 kejang, hipotonia atau koma'
5danya gangguan sistem multiorgan %misalnya8 gangguan kardio;askular,
gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal'.
5tas dasar pengalaman klinis, 5sfiksia 9eonatorum dapat dibagi dalam

8
Vigorous baby8 skor 5P25< -*1!, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istime6a.
Mild-moderate asphyxia %asfiksia sedang'8 skor 5P25< 4*$ pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOO=,menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, iritabilitas tidak ada
5sfiksia berat8 skor 5P25< !*". Pada pemeriksaan fisis ditemukan> frekuensi
jantung kurang dari l!!=,menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang*
3
kadang pu3at, reflek iritabilitas tidak ada
5sfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan

8
1. 7unyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 1! menit sebelum lahir lengkap.
. 7unyi jantung bayi menghilang post partum.
2.2 Etiologi
5sfiksia neonatorum akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau
pengangkutan O dari ibu ke janin. 2angguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia pada bayi baru lahir
merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan
persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup
yang sempurna tanpa gejala sisa.
",$
5sfiksia neonatorum dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
,$
8
?aktor neonatus8 @anjutan asfiksia intra partumA aspirasi 3airan amnion, darah,
me3onium, dan muntahanA imaturitas paruA kelainan jantung ba6aan pada paruA
anemia pada fetusA retardasi pertumbuhan intra uterinA kehamilan le6at 6aktuA
infeksi fetus.
?aktor ibu8 hipoksia ibu karena anemia berat, penyakit paru kronisA
menurunnya aliran darah dari ibu ke fetus pada hipotensi karena perdarahan,
preeklamsia, eklamsia, diabetes militusA obat anastesi yang berlebih pada ibu.
?aktor plasenta8 Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .5sfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain*lain.
2. P!tofisiologi
Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir;
#ebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin
dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen %pO' parsial rendah. Hampir
4
seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi
pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan
lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
#etelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru*paru sebagai sumber utama
oksigen. 0airan yang mengisi al;eoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan
al;eoli akan berisi udara. Pengisian al;eoli oleh udara akan memungkinkan oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar al;eoli
1
.
5rteri dan ;ena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. 5kibat tekanan udara
dan peningkatan kadar oksigen di al;eoli, pembuluh darah paru akan mengalami
relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang
1
.
+eadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan
tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga
aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun.
Oksigen yang diabsorbsi di al;eoli oleh pembuluh darah di ;ena pulmonalis dan
darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian
dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara
menyediakan oksigen %1&' untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru.
Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus
arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus
sekarang melalui paru*paru, akan mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke
seluruh jaringan tubuh
1
.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru*
parunya untuk mendapatkan oksigen. Bangisan pertama dan tarikan napas yang
dalam akan mendorong 3airan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru
merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk
adekuat dalam pembuluh darah, 6arna kulit bayi akan berubah dari abu*abu,biru
menjadi kemerahan
1
.
+esulitan yang dialami bayi selama masa transisi
5
7ayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah lahir.
+esulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama persalinan,
biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta atau tali pusat.
Banda klinis a6al dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin. Masalah yang
dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan nafas dan atau paru*
paru, misalnya sulit menyingkirkan 3airan atau benda asing seperti mekonium dari
al;eolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke dalam paru mengakibatkan
hipoksia. 7radikardia akibat hipoksia dan iskemia akan menghambat peningkatan
tekanan darah %hipotensi sistemik'
1
.
#elain itu kekurangan oksigen atau kegagalan peningkatan tekanan udara di paru*
paru akan mengakibatkan arteriol di paru*paru tetap konstriksi sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke paru*paru dan pasokan oksigen ke jaringan. Pada
beberapa kasus, arteriol di paru*paru gagal untuk berelaksasi 6alaupun paru*paru
sudah terisi dengan udara atau oksigen %Persisten Pulmonary Hypertension
Newborn, disingkat menjadi PPHN'
1
.
<eaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal A
7ayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru*
parunya yang mengakibatkan 3airan paru keluar dari al;eoli ke jaringan insterstitial
di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan
arteriol berelaksasi. Cika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap
kontriksi, al;eoli tetap terisi 3airan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak
mendapat oksigen
1
.
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ
seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak
tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian
distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ*organ ;ital.
Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan 3urah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang.
6
#ebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irre;ersible, kerusakan organ tubuh lain,
atau kematian. +eadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau
lebih tanda*tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada
otak, otot dan organ lainA depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigenA
bradikardia %penurunan frekuensi jantung' karena kekurangan oksigen pada otot
jantung atau sel otakA tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum dan selama proses persalinan, takipnu %pernapasan 3epat' karena kegagalan
absorbsi 3airan paru*paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah
1
.
Mekanisme yang terjadi pada bayi baru lahir mengalami gangguan di dalam
kandungan atau pada masa perinatal
Penelitian laboratorium menunjukkan bah6a pernapasan adalah tanda ;ital pertama
yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. #etelah periode a6al
pernapasan yang 3epat maka periode selanjutnya disebut apnu primer %gambar 1'
1
.
<angsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan
pernapasan. Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi
akan melakukan beberapa usaha bernapas megap*megap dan kemudian terjadi apnu
sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi
baru lahir. 7antuan pernapasan harus diberikan untuk mengatasi masalah akibat
kekurangan oksigen
1
.
?rekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer. Bekanan
darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar di ba6ah ini %ke3uali jika terjadi kehilangan darah pada
saat memasuki periode hipotensi'. 7ayi dapat berada pada fase antara apnu primer
dan apnu dan seringkali keadaan yang membahayakan ini dimulai sebelum atau
selama persalinan. 5kibatnya saat lahir, sulit untuk menilai berapa lama bayi telah
berada dalam keadaan membahayakan. Pemeriksaan fisik tidak dapat membedakan
7
antara apnu primer dan sekunder, namun respon pernapasan yang ditunjukkan akan
dapat memperkirakan kapan mulai terjadi keadaan yang membahayakan itu
1
.
2ambar 1. Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama apnu.
1
Cika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu adalah apnu
primer. Cika tidak menunjukkan perbaikan apa*apa, ia dalam keadaan apnu sekunder.
#ebagai gambaran umum, semakin lama seorang bayi dalam keadaan apnu
sekunder, semakin lama pula dia bereaksi untuk dapat memulai pernapasan. Walau
demikian, segera setelah ;entilasi yang adekuat, hampir sebagian besar bayi baru
lahir akan memperlihatkan gambaran reaksi yang sangat 3epat dalam hal
peningkatan frekuensi jantung.
1
Cika setelah pemberian ;entilasi tekanan positif yang adekuat, ternyata tidak
memberikan respons peningkatan frekuensi jantung maka keadaan yang
membahayakan ini seperti gangguan fungsi miokardium dan tekanan darah, telah
jatuh pada keadaan kritis. Pada keadaan seperti ini, pemberian kompresi dada dan
obat*obatan mungkin diperlukan untuk resusitasi.
1
2." #!$%!&!n Klinis
"
#e3ara klinis, bayi baru lahir yang mengalami asfiksia akan menunjukkan gejala8
Pernafasan terganggu %distress pernafasan'
7radikardi
<efle= lemah
Bonus otot menurun
8
Warna kulit biru atau pu3at
2.' Di!gnosis
Penegakan diagnosis dapat ditegakkan melalui beberapa 3ara, yaitu8
5namnesis
5namnesis diarahkan untuk men3ari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum, baik faktor neonates, faktor ibu, dan faktor plasenta. 5namnesis yang kuat
dan menunjukkan tanda*tanda asfiksia neonatus ini dapat membantu menegakkan
diagnosis.
1,-
Pemeriksaan fisis
5sfiksia dapat terjadi selama periode intrauterine atau antepartum, durante partum
maupun post partum. 7ila bayi mengalami asfiksia intrauterine berarti ia mengalami
kejadian ga6at janin atau fetal distress. Penegakan diagnosis asfiksia durante atau
postpartum dapat ditegakkan dengan menentukan nilai 5P25< s3ore pada menit 1, /,
1!, dan 1/.
)
0ara menentukan skor 5P25<
)
8
1. 7ayi baru lahir diletakkan di ba6ah radiant heater
. Pemeriksaan dilakukan pada menit pertama dan kelima setelah lahir
". 7ila penilaian menit ke*/ :-, penilaian dilanjutkan setiap / menit sampai menit
ke*!
4. Penilaian 5P25< meliputi / kriteria %Babel 1'
+linis ! 1
Detak jantung Bidak ada : 1!! =,menit D1!!=,menit
Pernafasan Bidak ada Bak teratur Bangis kuat
<efleks saat jalan nafas
dibersihkan
Bidak ada Menyeringai 7atuk,bersin
Bonus otot @unglai ?leksi ekstrimitas
%lemah'
?leksi kuat gerak
aktif
Warna kulit 7iru pu3at Bubuh merah Merah seluruh
9
ekstrimitas biru tubuh
Babel 1. #kor 5P25<
)
9ilai !*" 8 5sfiksia berat
9ilai 4*$ 8 5sfiksia sedang
9ilai -*1! 8 9ormal
9ilai 5P25< diperhatikan pada menit ke*1 dan menit ke*/. bila nilai 5P25< / menit
masih kurang dari -, penilaian dilanjutkan tiap / menit sampai skor men3apai -. 9ilai
5P25< berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai "! detik setelah
lahir bila bayi tidak menangis.
)
Pemeriksaan penunjang
*@aboratorium
1,4
8
Hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali
pusat8
PaO : /! mm HO
Pa0O D // mm H
pH : -,"!
*7ila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang
diarahkan pada ke3urigaan atas komplikasi, berupa
4
8
Darah perifer lengkap
5nalisa gas darah sesudah lahir
2ula darah se6aktu
Elektrolit darah %kalsium, 9atrium, +alium'
7F9,#0
@aktat
10
Pemeriksaan thora= foto dan 7O? tiga posisi
Pemeriksaan F#2 kepala
Pemeriksaan EE2
0B s3an kepala
2.( T!t!l!)s!n!
Prinsip tatalaksana bayi baru lahir yang mengalami asfiksia meliputi
4
8
#egera dilakukan sesudah bayi lahir
.nter;ensi harus 3epat, tepat, jangan sampai terlambat %jangan menunggu hasil
penilaian 5P25< menit 1'
Pada dasarnya pada setiap bayi baru lahir kita harus melakukan penilaian
terhadap / hal 8 5pakah air ketuban tanpa me3oniumG 5pakah bayi bernapas
atau menangisG 5pakah tonus otot baikG 5pakah 6arna kulit merah mudaG
5pakah bayi 3ukup bulanG
7ila semua ja6aban HyaH maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur
pera6atan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. 7ayi dikeringkan, diletakkan di dada
ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. 7ila terdapat
ja6aban HtidakH dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau
beberapa tindakan resusitasi berikut ini se3ara berurutan
1
8
%1' @angkah a6al dalam stabilisasi
%a' Memberikan kehangatan
7ayi diletakkan diba6ah alat peman3ar panas %radiant warmer' dalam keadaan
telanjang agar panas dapat men3apai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi
seluruh tubuh
1,(
.
7ayi dengan 77@< memiliki ke3enderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus
mendapat perlakuan khusus." 7eberapa kepustakaan merekomendasikan
pemberian teknik penghangatan tambahan seperti penggunaan plastik pembungkus
dan meletakkan bayi diba6ah peman3ar panas pada bayi kurang bulan dan 77@<.
5lat lain yang bisa digunakan adalah alas penghangat
1,(
.
11
%b' Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
7ayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu
agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan
mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan
;entilasi dengan balon dan sungkup dan,atau untuk pemasangan pipa endotrakeal.
1
%3' Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
5spirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia
aspirasi.1$ #alah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk men3egah
aspirasi adalah dengan melakukan penghisapan mekoneum sebelum lahirnya bahu
%intrapartum sutioning', namun bukti penelitian dari beberapa senter menunjukkan
bah6a 3ara ini tidak menunjukkan efek yang bermakna dalam men3egah aspirasi
mekonium.
1

0ara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada keaktifan
bayi dan ada,tidaknya mekonium. 7ila terdapat mekoneum dalam 3airan amnion
dan bayi tidak bugar %bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot kurang dan
frekuensi jantung kurang dari 1!!=,menit' segera dilakukan penghisapan trakea
sebelum timbul pernapasan untuk men3egah sindrom aspirasi mekonium.
Penghisapan trakea meliputi langkah*langkah pemasangan laringoskop dan selang
endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan
pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis. 7ila terdapat
mekoneum dalam 3airan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret
dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.
1
%d' Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang
benar
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan akan
memberi rangsang yang 3ukup pada bayi untuk memulai pernapasan. 7ila setelah
posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas
12
adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau
menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas
bayi.
1

7ayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua rangsangan,
sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak akan
menimbulkan reaksi pernapasan. +arenanya 3ukup satu atau dua tepukan pada
telapak kaki atau gosokan pada punggung. Cangan membuang 6aktu yang berharga
dengan terus menerus memberikan rangsangan taktil.
1

%' Ientilasi tekanan positif
%"' +ompresi dada
%4' Pemberian epinefrin dan atau pengembang ;olume %;olume e=pander'
+eputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan
dengan penilaian " tanda ;ital se3ara simultan %pernapasan, frekuensi jantung dan
6arna kulit'. Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar "! detik, lalu nilai kembali,
dan putuskan untuk melanjutkan ke langkah berikutnya %bagan.'.
4
13
7agan . Diagram alur resusitasi neonatus
%/' Penilaian
Penilaian dilakukan setelah "! detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi
lanjutan. Banda ;ital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut8
%1' Pernapasan
14
<esusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan
dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang
megap*megap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan inter;ensi
lanjutan.
1,1!
%' ?rekuensi jantung
?rekuensi jantung harus diatas 1!!=,menit. Penghitungan bunyi jantung
dilakukan dengan stetoskop selama $ detik kemudian dikalikan 1! sehingga
akan dapat diketahui frekuensi jantung permenit.
1,4

%"' Warna kulit
7ayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. #etelah
frekuensi jantung normal dan ;entilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral
yang menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang berubah dari biru
menjadi kemerahan adalah petanda yang paling 3epat akan adanya pernapasan
dan sirkulasi yang adekuat. #ianosis akral tanpa sianosis sentral belum tentu
menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi
oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan inter;ensi.
1,1!
Berapi medikamentosa
4,-
8
Epinefrin 8
.ndikasi 8
* Denyut jantung bayi : $! =,m setelah paling tidak "! detik dilakukan
;entilasi adekuat dan pemijatan dada
* 5sistolik
Dosis 8
- !,1*!," ml,kg 77 dalam larutan 1 8 1!.!!! %!,!1 mg*!,!" mg,kg 77'
0ara 8
- .I atau endotrakeal
- Dapat diulang setiap "*/ menit bila perlu
15
.
Iolume ekspander 8
.ndikasi 8
* 7ayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipo;olemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi
* Hipo;olemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. +linis
ditandai adanya pu3at, perfusi buruk, nadi ke3il,lemah, dan pada
resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat
Cenis 3airan 8
- @arutan kristaloid yang isotonis %9a0l !,(&, <inger @aktat'
- Bransfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak
Dosis 8
- Dosis a6al 1! ml,kg 77 . .I pelan selama /*1! menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klini
- 7ikarbonat 8
.ndikasi 8
- 5sidosis metabolik, bayi*bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ;entilasi dan sirkulasi sudah baik
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimia6i
Dosis +
- 1* mEJ,kg 77 atau ml,+g 77 %4,&' atau 1 ml,kg bb %),4&'
0ara 8
- Dien3erkan dengan aJuabides atau dekstrose /& sama banyak
diberikan se3araintra;ena dengan ke3epatan minimal menit
Efek samping 8
16
- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan 0O dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak
.
- 9alokson 8
9alokson hidro3hlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan
depresi pernafasan. #ebelum diberikan nalakson ;entilasi harus adekuat dan
stabil
.ndikasi 8
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan Cangan diberikan
pada bayi baru lahir yang ibunya baru di3urigai sebagai pemakaiobat
narkotika sebab akan menyebabkan tanda 6ith dra6l tiba*tiba pada
sebagian bayi
Dosis 8
- !,1 mg,kg 77 %!,4 mg,ml atau 1 mg,ml'
0ara 8
- .ntra;ena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan im atau
s3
5ntibiotika
- Diberikan pada asfiksia berat, yaitu golongan ampisilin atau
aminoglikosid'
2., Ko$-li)!si
Penyulit terpenting pada asfiksia neonatorum adalah
4,)
8
Perdarahan dan oedema otak
Hipoksik iskemik ensefalopati%H.E'
9E0
225
17
Hiperbilirubinemia
Pato!isiologi komplikasi pasa hipoksia
+elainan yang terjadi akibat hipoksia dapat timbul pada stadium akut dan dapat pula
terlihat beberapa 6aktu setelah hipoksia berlangsung. Pada keadaan hipoksia akut akan
terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ ;ital seperti otak, jantung, dan kelenjar
adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak dibandingkan organ lain seperti
kulit, jaringan muskuloskeletal serta organ*organ rongga abdomen dan rongga toraks
lainnya seperti paru, hati, ginjal, dan traktus gastrointestinal.
1
Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan resistensi ;askular
pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya resistensi ;askular di perifer. Hal
ini dapat terlihat dalam penelitian lain oleh 5kinbi dkk.%1((4' yang melaporkan bah6a
pada pemeriksaan ultrasonografi Doppler ditemukan kaitan yang erat antara beratnya
hipoksia dengan menurunnya ;elositas aliran darah serta meningkatnya resistensi
jaringan di ginjal dan arteri mesenterika superior. Perubahan ini dapat menetap sampai
hari ke*" neonatus. Perubahan resistensi ;askular inilah yang dianggap menjadi
penyebab utama redistribusi 3urah jantung pada penderita, hipoksia dan iskemia
neonatus. ?aktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi ;askular antara
lain timbulnya rangsangan ;asodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai akumulasi
karbon dioksida, meningkatnya akti;itas saraf simpatis dan adanya akti;itas
kemoreseptor yang diikuti pelepasan ;asopresin. <edistribusi aliran darah pada
penderita hipoksia tidak hanya terlihat pada aliran sistemik tetapi juga terjadi saat darah
men3apai suatu organ tertentu. Hal ini dapat terlihat pada aliran darah otak yang
ditemukan lebih banyak mengalir ke batang otak dan berkurang ke serebrum, pleksus
khoroid, dan masa putih.1 Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen
untuk menghasilkan energi bagi metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya proses
glikolisis anerobik. Produk sampingan proses tersebut %asam laktat dan piru;at'
menimbulkan peningkatan asam organik tubuh yang berakibat menurunnya pH darah
sehingga terjadilah asidosis metabolik. Perubahan sirkulasi dan metabolisme ini se3ara
bersama*sama akan menyebabkan kerusakan sel baik sementara ataupun menetap
1
.
18
Pada bayi kurang bulan, proses hipoksia yang terjadi akan lebih berat dibandingkan
dengan bayi 3ukup bulan akibat kurang optimalnya faktor redistribusi aliran darah
terutama aliran darah otak, sehingga risiko terjadinya gangguan hipoksik iskemik dan
perdarahan peri;entrikular lebih tinggi. Demikian pula disfungsi jantung akibat proses
hipoksik iskemik ini sering berakhir dengan payah jantung. +arena itu tidaklah
mengherankan apabila pada hipoksia berat, angka kernatian bayi kurang bulan,
terutama bayi berat lahir sangat rendah yang mengalami hipoksia berat dapat men3apai
4"*/)&
1
.
"is!ungsi multi organ pada hipoksia#iskemia
2ambaran klinik yang terlihat pada berbagai organ tubuh tersebut sangat ber;ariasi
tergantung pada beratnya hipoksia, selang 6aktu antara pemeriksaan keadaan hipoksia
akut terjadi, masa gestasi bayi, ri6ayat pera6atan perinatal, serta faktor lingkungan
penderita termasuk faktor sosial ekonomi. 7eberapa penelitian melaporkan, organ yang
paling sering mengalami gangguan adalah susunan saraf pusat. Pada asfiksia neonatus,
gangguan fungsi susunan saraf pusat hampir selalu disertai dengan gangguan fungsi
beberapa organ lain %multiorgan failure'. +elainan susunan saraf pusat yang tidak
disertai gangguan fungsi organ lain, hampir pasti penyebabnya bukan asfiksia
perinatal
1
.
#istem #usunan #araf Pusat
Pada keadaan hipoksia aliran darah ke otak dan jantung lebih dipertahankan dari
pada ke organ tubuh lainnya, namun terjadi perubahan hemodinamik di otak dan
penurunan oksigenisasi sel otak tertentu yang selanjutnya mengakibatkan
kerusakan sel otak. Penelitian Ku, menyebutkan )*1-& bayi penderita serebral
palsi disertai dengan ri6ayat perinatal hipoksia. #alah satu gangguan akibat
hipoksia otak yang paling sering ditemukan pada masa perinatal adalah ensefalopati
hipoksik iskemik %EH.'. Pada bayi 3ukup bulan keadaan ini timbul saat terjadinya
hipoksia akut, sedangkan pada bayi kurang bulan kelainan lebih sering timbul
sekunder pas3a hipoksia dan iskemia akut. Manifestasi gambaran klinik ber;ariasi
tergantung pada lokasi bagian otak yang terkena proses hipoksia dan iskemianya
1
.
19
Pada saat timbulnya hipoksia akut atau saat pemulihan pas3a hipoksia terjadi dua
proses yang saling berkaitan sebagai penyebab perdarahan peri,intra;entrikular.
Pada proses pertama, hipoksia akut yang terjadi menimbulkan ;asodilatasi serebral
dan peninggian aliran darah serebral. +eadaan tersebut menimbulkan peninggian
tekanan darah arterial yang bersifat sementara dan proses ini ditemukan pula pada
sirkulasi kapiler di daerah matriks germinal yang mengakibatkan perdarahan.
#elanjutnya keadaan iskemia dapat pula terjadi akibat perdarahan ataupun renjatan
pas3a perdarahan yang akan memperberat keadaan penderita. Pada proses kedua,
perdarahan dapat terjadi pada fase pemulihan pas3a hipoksia akibat adanya proses
reperfusi dan hipotensi sehingga menimbulkan iskemia di daerah mikrosirkulasi
peri;entrikular yang berakhir dengan perdarahan. Proses yang mana yang lebih
berperan dalam terjadinya perdarahan tersebut belum dapat ditetapkan se3ara pasti,
tetapi gangguan sirkulasi yang terjadi pada kedua proses tersebut telah disepakati
mempunyai peran yang menentukan dalarn perdarahan tersebut.
1
#istem Pernapasan
Penyebab terjadinya gangguan pernapasan pada bayi penderita asfiksia neonatus
masih belum dapat diketahui se3ara pasti. 7eberapa teori mengemukakan bah6a
hal ini merupakan akibat langsung hipoksia dan iskemianya atau dapat pula terjadi
karena adanya disfungsi ;entrikel kiri, gangguan koagulasi, terjadinya radikal bebas
oksigen ataupun penggunaan ;entilasi mekanik dan timbulnya aspirasi mekonium
1
.
Martin*5n3el %1((/' dalam penelitiannya terhadap - penderita asfiksia, 1( bayi
%$&' di antaranya menderita kelainan pernapasan dan 14 bayi mernerlukan
tindakan ;entilasi mekanik. Cenis kelainan pernapasan yang ditemukan pada
penilitiannya adalah sindroma aspirasi mekonium %$ penderita', hipertensi
pulmonal %" penderita', perdarahan paru %4 penderita', dan sisanya menderita
transient respiratory distress of the ne6born
1
.
#istem kardio;askuler
20
7ayi yang mengalami hipoksia berat dapat menderita disfungsi miokardium yang
berakhir dengan payah jantung. Disfungsi miokardium terjadi karena menurunnya
perfusi yang disertai dengan kerusakan sel miokard terutama di daerah
subendokardial dan otot papilaris kedua bilik jantung. Pada penelitian terhadap -
penderita asfiksia hanya (& bayi yang menderita kelainan jantung. +elainan yang
ditemukan bersifat ringan berupa bising jantung akibat insufisiensi katup
atrio;entrikuler dan kelainan ekokardiografi khas yang menunjukkan iskernia
miokardium. +elainan jantung lain yang mungkin ditemukan pada penderita
asfiksia berat antara lain gangguan konduksi jantung, aritmia, blok atrio;entrikuler
dan fi=ed heart rate.
1
#istem urogenital
Pada sistem urogenital, hipoksia bayi dapat menimbulkan gangguan perfusi dan
dilusi ginjal serta kelainan filtrasi glomerulus. 5liran darah yang kurang
menyebabkan nekrosis tubulus dan perdarahan medula. Dalam penelitian terhadap
"! penderita asfiksia neonatus Cayashree 2, dkk.%1((1' menemukan disfungsi
ginjal pada 4" & bayi dengan gejala oliguria disertai urea darah D4! mg& dan
kadar kreatinin darah D1 mg&."4 #edangkan Martin*5n3el, dkk. menemukan 4&
dari - bayi penderita asfiksia menderita berbagai gangguan fungsi ginjal yang
ter3ermin dari pemeriksaan klinik dan laboratorium penunjang.
1
#istem gastrointestinal
+elainan saluran 3erna ini terjadi karena radikal bebas oksigen yang terbentuk pada
penderita hipoksia beserta faktor lain seperti gangguan koagulasi dan hipotensi,
menimbulkan kerusakan epitel dinding usus. 2angguan fungsi yang terjadi dapat
berupa kelainan ringan yang bersifat sementara seperti muntah berulang, gangguan
intoleransi makanan atau adanya darah dalam residu lambung sampai kelainan
perforasi saluran 3erna, enterokolitis nekrotikans kolestasis dan nekrosis hepar
1
.
#istem audio;isual
21
2angguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran dapat terjadi se3ara langsung
karena proses hipoksia dan iskemia, ataupun tidak langsung akibat hipoksia
iskernia susunan saraf pusat atau jaras*jaras yang terkait yang menimbulkan
kerusakan pada pusat pendengaran dan penglihatan. Cohns ,dkk. pada penelitian
terhadap $ bayi prematur yang menderita kelainan jantung ba6aan sianotik, " bayi
di antaranya menderita retinopati. <etinopati yang ditemukan ternyata tidak hanya
karena peninggian tekanan oksigen arterial tetapi pada beberapa penderita
disebabkan oleh hipoksemia yang menetap. #elain retinopati, kelainan perdarahan
retina dilaporkan pula pada bayi penderita perinatal hipoksia. Penelitian @una
%1((/' yang memeriksa se3ara berkala %antara usia 1 sampai "$ bulan' ketajaman
dan lapangan penglihatan $$ bayi penderita asfiksia, menemukan bah6a nilai
ketajaman serta luas lapangan penglihatan bayi prematur lebih rendah dan lebih
sempit bila dibandingkan dengan bayi 3ukup bulan normal. 2angguan ketajaman
dan lapangan penglihatan tersebut semakin nyata apabila bayi juga menderita
kelainan susunan saraf pusat seperti perdarahan intra;entrikuler atau leukomalasi
peri;entrikuler. Penelitian jangka panjang dengan alat brainstem auditory e;oked
responses yang dilakukan pada bayi dengan ri6ayat asfiksia, menemukan gangguan
fungsi pendengaran pada sejumlah bayi. #elanjutnya dari penelitian tersebut
dilaporkan bah6a kelainan pendengaran ditemukan pada 1-,1& bayi pas3a asfiksia
yang disertai gangguan perkembangan otak, dan $,"& pada penderita tanpa
gangguan perkembangan otak
1
.
2.. P&ognosis
Bergantung pada apakah komplikasi metabolik, kardiopulmonal
%hipoksia,hipoglikemia,syok' dapat diobati, umur kehamilan bayi %paling jelek
preterm', tingkat keparahan en3efalopati hipoksik iskemik, 5pgar s3ore rendah pada
menit ke*!, tidak ada respirasi spontan pada usia ! menit, menetapnya tanda*tanda kelainan
neurologis pada usia minggu dapat menyebabkan kematian atau defisit kognitif dan motorik yang
berat
4,-
.
22

You might also like