Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi) Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ) Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi Steroid urin Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme IVP Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi H. PENATALAKSANAAN Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh c. Penurunan berat badan d. Penurunan asupan etanol e. Menghentikan merokok b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi : Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator Step 3 Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain Step 4 Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian secara Umum 1. Identitas Pasien Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi. 2. Riwayat atau adanya factor resiko Riwayat garis keluarga tentang hipertensi Penggunaan obat yang memicu hipertensi 3. Aktivitas / istirahat Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton. Frekuensi jantung meningkat Perubahan irama jantung Takipnea 4. Integritas ego Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan). 5. Makanan dan cairan Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung) Nyeri hilang timbul pada tungkai. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen. Pengkajian Persistem 1. \Sirkulasi Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler. Episode palpitasi,perspirasi. 2. Eleminasi Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu. 3. Neurosensori Keluhan pusing. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). 4. Pernapasan Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok
B. DIAGNOSA 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi 4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic 5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat 6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif
C. Intervensi Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral 1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi 2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi. Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya 3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan. Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. 2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan. Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. DX 3 : Curah Jantung, resiki tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi 1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat. Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic 1. Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan. Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh. 2. Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi. Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis dan kegemukan yang merupakan predesposisi untuk hipertensi dan komplikasinya misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat 1. Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari 2. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor 3. Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik 4. Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif 1. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan. 2. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat 3. Intervensi : Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi 4. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress. Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal. D. Evaluasi Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
DAFTAR PUSRAKA
Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta Marifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
Read more: Asuhan Keperawatan : Hipertensi pada Lansia http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan- keperawatan-hipertensi-pada.html#ixzz3170gs7bj Under Creative Commons License: Attribution Follow us: nHandar on Facebook