You are on page 1of 20

1

KARYA TULIS ILMIAH




ANARKISME AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA MAKASSAR ;
REKAYASA GERAKAN ANTARA IDEALISME DAN PRAGMATISME


Oleh :
NURAMIN SALEH.S.Psi






UNIVERSITAS 45 MAKASSAR
KOTA MAKASSAR
TAHUN 2013
2

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH


1. Judul : Anarkisme Aksi Demonstrasi Mahasiswa Makassar
; Rekayasa Gerakan Antara Idealisme dan
Pragmatisme
2. Bidang : Aksi Demostrasi Mahasiswa Makassar
3. Penulis
a. Nama Lengkap : Nuramin
b. N I M : 4509091011
c. Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas 45 Makassar
e. Alamat Rumah : Jl. Belibis No.37/43
f. No. Telp/Hp : +6285241116046
g. Alamat Email : nuraminsaleh@gmail.com
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Musawwir, Psi
b. NIDN : 09 2712 8501
c. Alamat Rumah : Jalan. Goa Ria No.30, Sudiang
d. No. Telp./Hp : +6281355002640

Makassar, 22 November 2013
Menyetujui.

Ketua Jurusan / Program Studi




Istiana Tajuddin, S.Psi.,M.Psi.,Psi
NIDN : 09 1109 8402
Penulis




Nuramin
NIM : 4509091011


Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan




Musawwir, S.Psi
NIDN : 09 2712 8501





Dosen Pembimbing




Musawwir, S.Psi
NIDN : 09 2712 8501



3

ANARKISME AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA MAKASSAR ;
REKAYASA GERAKAN ANTARA IDEALISME DAN PRAGMATISME

Nuramin
4509091011
Mahasiswa Strata 1 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas 45 Makassar

ABSTRACT
This study aims to describe the phenomenon that occurs in anarchism student
demonstration in Makassar and its association with the movement of pragmatic
motives. Vigilante actions undertaken by students in several universities in
Makassar in the demonstration is a sight familiar to the public. Submission
aspirations of students through demonstration is considered a very effective
medium. However, demonstration always end up with anarchy. Methods of
collecting data through observation and collection of data from existing studies
and are relevant to the theme of this research, demonstration activities, both
inside and outside the college; observation of movement pragmatic motives;
discussions with motion and movement patterns.
Key words: anarchism, Students, Pragmatic, Demonstrations, Makassar.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fenomena anarkisme yang terjadi pada
demonstrasi mahasiswa di Makassar dan keterkaitannya dengan motif gerakan
pragmatis. Tindakan anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa di beberapa
perguruan tinggi di Makassar dalam aksi demonstrasi merupakan sebuah
pemandangan yang tidak asing bagi publik. Penyampaian aspirasi mahasiswa
melalui demonstrasi dianggap media yang sangat efektif. Namun, demonstrasi
yang dilakukan selalu berakhir dengan tindakan anarkis. Metode pengumpulan
data melalui observasi dan dari pengumpulan data penelitian yang telah ada dan
sifatnya relevan dengan tema penelitian ini, aktivitas demonstrasi, baik di dalam
maupun di luar perguruan tinggi; observasi terhadap motif gerakan pragmatis ;
diskusi dengan kelompok gerakan dan motif gerakannya .
Kata kunci: Anarkisme, Mahasiswa, Pragmatis, Demonstrasi, Makassar.
4

KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wbr
Syukur Alhamndulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan hidayah-Nya, kita masih diberi kekuatan untuk melaksanakan aktifitas
kemanusiaan kita di permukaan bumi ini, salah satunya adalah dengan selesaianya
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Dan tidak lupa pula kita kirimkan shalawat dan
salam kepada Junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW, beserta kelaurga dan
para sahabat-sahabatnya yang telah mengangakat derajat ummat manusia dari
sebuah peradaban yang penuh dengan kebodohan ke peradaban yang tercerahkan
yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan.
Karya tulis ilmiah merupakan salah satu sarana aktualisasi intelektual berupa
karya ilmiah untuk menanggapi fenomena yang terjadi di era kekinian.
Berdasarkan wacana yang berkembang pada tatanan kemahasiswaan, sehingga
penulis mencoba mengangkat tema Anarkisme dalam aksi demonstrasi mahasiswa
Makassar ; Sebuah rekayasa gerakan antara idealisme dengan pragmatisme.
Anarkisme dalam aksi demonstrasi seakan telah menjadi konsumsi keseharian
masyarakat dengan melihat aktivitas mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi,
ketertarikan penulis mengangkat tema diatas karena penulis mencoba
mengungkap hubungan anarkisme dengan motif gerakan pragmatisme yang
merupakan salah satu minstream dalam gerakan mahasiswa Makassar di era
kekinian.
penulis sadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran yang objektif dan membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan kearah yang lebih baik. .
Billahi Taufiq Walhidayah
Makassar, 23 November 2013

Penulis
5

DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
E. Metode Penelitian ............................................................................. 4
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 5
A. Mahasiswa dan Anarkisme dalam Aksi Demonstrasi ....................... 5
B. Faktor-faktor perilaku agresif (Anarkis) dalam aksi Demonstrasi ... 8
C. Motif Gerakan Mahasiswa ................................................................ 9
D. Sebuah rekayasa gerakan ; antara anarkisme dan pragmatism ......... 11
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... v

6

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Eksistensi Indonesia sebagai Negara penganut sistem pemerintahan yang
demokratis telah banyak mendapat kritikan-kritikan keras dari berbagai
kalangan karena dianggap sistem demokrasi yang dijalankan tidak sistemis dan
telah bermuara pada suatu ambang kebablasan. Hal ini terbukti dengan tidak
adanya lagi kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan serta
terhadap pelaksana kebijakan yaitu pemerintah. Berangkat dari sebuah
skeptisme masyarakat terhadap pemerintah inilah yang menghantarkan pada
kritikan-kritikan berupa tindakan aksi demonstrasi yang tiada henti di teriakkan
oleh kelompok masyarakat terkhusus oleh para mahasiswa yang sadar akan
perannya sebagai social of control.
Aksi demonstrasi merupakan salah satu wujud nyata kepedulian masyarakat
khususnya mahasiswa terhadap perkembangan dan nasib bangsa ini.
Demonstrasi juga menjadi pertanda bahwa masih ada aspirasi masyarakat yang
tidak tersampaikan yang menjadi janji pemerintah sebagai penjalan kebijakan.
Berawal dari sebuah legitimasi Undang-Undang nomor 9 Tahun 1998 yang
menyatakan bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum
adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang Undang Dasar 1945,
sehingga aksi demonstrasi menjadi hal yang sah bagi mahasiswa dalam
menyampaikan sebuah aspirasi karena aksi demonstrasi bisa menjadi kontrol
terhadap kekuasaan, yakni alat penyeimbang agar tidak terjadi ketimpangan
yang destruktif.
Namun, di era kekinian tidaklah sedikit aksi demonstrasi mahasiswa yang
terkesan berlebihan dan telah keluar dari koridor peran mahasiswa sebagai
agen of change dan moral of force. Hal ini berkenaan seperti fenomena yang
dikatakan Joko Siswanto (2006), telah menjadi hal yang lumrah kita melihat
1

7

dan menyaksikan banyaknya kelompok-kelompok mahasiswa terkhusus
kelompok-kelompok mahasiswa makassar yang melakukan aksi demonstrasi
dengan cara melakukan pemblokiran jalan-jalan protokol yang menjadi jalur
utama, membakar ban dan menyandera mobil-mobil dinas yang merupakan
milik Negara sebagai salah satu metodologi aksi dalam menyampaikan
aspirasi. Bahkan ironis lagi, aksi demonstrasi mahasiswa sering berakhir
dengan tindakan anarkis seperti dengan terjadinya bentrokan dengan aparat
keamanan.
Menurut Hasse.J (2012), aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan selama ini
menunjukkan sebuah ketidakdewasaan dalam menyampaikan aspirasi, di mana
aksi-aksi mereka justru cenderung melanggar hukum dan melenceng dari etika
dan moralitas. Aksi atau demonstrasi tidak jarang merugikan dan menciptakan
suasana kurang kondusif di kota makassar. Tindakan anarkisme dalam aksi
demonstrasi mahasiswa yang sering terjadi memicu sikap masyarakat yang
tidak simpatik lagi dengan terlihat banyaknya spanduk-spanduk maupun
baligho-baligho masyarakat kota makassar yang mengecam dan penolakan
mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa anarkis. Bahkan, dukungan
masyarakat yang awalnya menilai gerakan mahasiswa pro rakyat serta-merta
hilang akibat ulah segelintir oknum atau kelompok mahasiswa yang tidak
memperlihatkan kedewasaannya dalam menyampaikan aspirasi dihadapan
umum.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apa faktor penyebab terjadinya tindakan anarkis mahasiswa
Makassar dalam aksi demonstrasi ?
b. Apakah anarkisme dalam aksi demonstrasi mahasiswa makassar
merupakan sebuah rekayasa gerakan pragmatis ?

8

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk dapat membantu berupa
memberi informasi dari hasil data-data penelitian kepada Pemerintah
khususnya Pemerintah Daerah Sulsel dan Polda Sulselbar tentang faktor-
faktor penyebab perilaku agresif mahasiswa makassar dalam melakukan
aksi demonstrasi sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan resolusi
dalam meretas perilaku agresif mahasiswa dalam melakukan aksi
demonstrasi.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui konsep diri objektif mahasiswa makassar secara fundamental
yang menjadi akar masalah terjadinya perilaku agresif dalam setiap
melakukan aksi demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian
1. Praktis
Sebagai pengetahuan baru bagi masyarakat tentang faktor
penyebab/akar masalah sehingga terjadi aksi demonstrasi anarkis dan
Sebagai sumbangan pemikiran dalam menyikapi fenomena sosial yang
terjadi dalam gerakan aksi demonstrasi mahasiswa makassar.
2. Teoritis
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam bahan referensi
bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan aksi demonstrasi
mahasiswa makassar.
Diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran untuk dunia ilmu
Psikologi khususnya psikologi sosial.
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Polda Sulselbar dan
Pemerintah Daerah Sulsel tentang faktor penyebab perilaku agresif
mahasiswa dalam aksi demonstrasi sehingga dapat melakukan reformulasi
gerakan bagi Polda Sulselber dalam menghadapi aksi demonstrasi dan
Pemerintah Daerah Sulsel mampu memberikan resolusi hingga perilaku
9

agresif mahasiswa makassar dalam aksi demonstrasi tidak lagi terjadi.

E. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di kota Makassar yang dimana peneliti lebih
memfokuskan diri pada 5 universitas yang dianggap memiliki potensial
anarkisme dalam melakukan aksi demonstrasi. Universitas Muslim Indonesia
dan Universitas 45 Makassar yang terletak pada jalan Urip Sumoharjo yang
dimana kampusnya sangat stategis karena berada pada jalan poros utama yang
menghubungkan kota Makassar dengan beberapa kota lain di Sulawesi selatan
sama halnya Universitas Negeri Makassar yang terletak di Jalan Andi
Pettarani, UIN Alauddin yang terletak di Samata dan Unismuh Makassar yang
terletak di jalan Sultan Alauddin. Objek penelitian ini adalah demonstrasi
mahasiswa Makassar dengan mengambil sampel dari lima universitas diatas.
Pilihan tema ini berangkat dari fakta dan data kepolisian bahwa kebanyakan
demonstrasi mahasiswa di Makassar khususnya lima universitas diatas selalu
berujung tindakan anarkis.
Pemilihan lima universitas diatas sebagai lokasi penelitian didasarkan pada
fakta bahwa saat ini demonstrasi mahasiswa lima universitas diatas
menunjukkan tren kekerasan yang paling cepat. Publik Makassar telah
memberikan stigma tersendiri bagi lima universitas diatas sebagai pendemo
yang cinta kekerasan atau yang selalu di identikkan dengan istilah anarkis.
Data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah data-data penelitian
yang telah ada dan sifatnya relevan dengan tema penelitian saat ini seperti
penelitian yang dilakukan oleh penelitian Jumadi (2009) terkait Tawuran
Mahasiswa: Konflik Sosial di Makassar dan penelitian oleh Hasse.J (2012)
terkait anarkisme demonstrasi mahasiswa : studi kasus pada universitas
islam negeri alauddin Makassar dan pengambilan lima universitas diatas
yang dijadikan sampel general oleh peneliti berdasarkan arahan dari
polrestabes Makassar.
10

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mahasiswa dan Anarkisme dalam Aksi Demonstrasi
Ada beberapa pandangan dalam melihat gerakan mahasiswa dalam konteks
regional Makassar (Jumadi, 2009). Pertama, gerakan mahasiswa Makassar
umumnya bersifat militan dan puritan. Pandangan ini didasarkan pada
intensitas gerakan mahasiswa yang terus mengalami tren meningkat. Sisi
militansi tergambar dari pemandangan yang mengiringi demonstrasi seperti
penyanderaan mobil-mobil tangki sebagai protes terhadap kenaikan BBM.
Pendudukan terhadap bandara dan pembajakan juga dilakukan oleh
mahasiswa untuk menuntut agar rekan-rekan mereka diberangkatkan ke Jakarta
untuk bergabung dengan mahasiswa lain yang sedang berjuang di sana.
Demikian pula pengepungan KODAM VII Wirabuana yang menuntut agar
oknum-oknum yang terlibat dalam penyerbuan kampus UMI pada tahun 1996
diusut tuntas.
Kedua, gerakan mahasiswa secara umun identik dengan sifat keras-radikal,
bahkan cenderung berpaham anarkis. Sisi heroism yang berlebihan
diidentikkan dengan anarkisme atau tindakan kekerasan sehingga dalam setiap
melakukan demonstrasi, tanpa kekerasan aksi sepertinya tidak afdhal.
Ketiga, gerakan mahasiswa secara umum identik dengan sisi ideologis dan
spiritualis yang kental. Pandangan ini melihat ada tiga poros gerakan
mahasiswa; poros Jakarta yang sangat kental dengan nuansa politiknya; poros
Yogyakarta yang sarat dengan sisi intelektual keilmuannya; dan poros
Makassar yang sangat kental dengan nuansa ideologis dan spiritual.
Keempat, gerakan mahasiswa secara umum bersifat eksklusif sehingga
gerakannya terkesan kaku dan parsial. Hal ini dapat dilihat pada aksi yang
dilakukan berdasarkan keinginan kampus sendiri. Koordinasi dengan
11

perguruan tinggi lain kurang sehingga kesamaan misi dan visi aksi tidak
tampak.
Terkait dengan persoalan demonstrasi mahasiswa di Makassar yang berakhir
dengan kekerasan, penulis berupaya menempatkan persoalan pada posisi yang
berimbang. Tidak dapat dipungkiri bahwa memang ada demonstrasi mahasiswa
yang berakhir dengan bentrokan/anarkis. Namun, tidak bisa dilupakan juga
bahwa terdapat demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang tidak
demikian dan berhasil menyampaikan aspirasi dengan damai. Di sini patut
dipertanyakan, mengapa demonstrasi mahasiswa yang telah mendapat
pengawalan dari pihak berwenang masih saja ada celah untuk terjadinya
kekerasan.
Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dalam sejarahnya tidak pernah
kering untuk dibahas karena ia merupakan bagian dari perjalanan bangsa.
Peran mahasiswa dalam mengkritik sebuah rezim merupakan gerakan yang
terjadi secara spontan dan terus menerus. Meskipun gerakan-gerakan yang
dilakukan sering diberangus oleh penguasa, mahasiswa tetap saja melakukan
gerakan dengan berbagai karakter tergantung jaman atau rezim yang dihadapi.
Soewarsono (1999) menyebutkan bahwa gerakan mahasiswa memiliki empat
moment penting, yakni 1908, 1928, 1945, dan 1966. Keempat momen penting
ini memiliki karakter masing-masing dengan spirit yang sama, menuntut
sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Soewarsono lebih jauh
menyebutkan bahwa generasi mutakhir yang paling berpengaruh tidak hanya
pada pergantian politik kekuasaan tetapi juga pada proses demokratisasi di
Indonesia adalah angkatan 1998. Gerakan mahasiswa pada periode ini berhasil
menjatuhkan rezim Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selain itu,
gerakan mahasiswa memiliki andil penting yang mempengaruhi munculnya
wacana demokratisasi dan civil society.
Dalam perkembangannya, demonstrasi mahasiswa di Makassar telah akrab
dengan kekerasan. Hampir semua demonstrasi mahasiswa selalu ada
12

bentrokan. Pada 24 April 1996 misalnya, terjadi bentrokan antara mahasiswa
Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan polisi. Polisi melakukan penyerbuan
ke dalam kampus yang menyebabkan tiga mahasiswa meninggal dan beberapa
polisi luka-luka. Demonstrasi mahasiswa merupakan penolakan terhadap
kenaikan tarif angkutan kota yang dinilai memberatkan. Peristiwa ini kemudian
dikenal dengan Amarah (April Makassar Berdarah) yang diperingati setiap
tahun. Pada 1998, hampir sepanjang tahun demonstrasi mahasiswa berakhir
bentrok dengan polisi.
Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di Makassar menuntut Presiden
Soeharto turun. Arus demonstrasi yang semakin kuat mendapat pengawalan
ketat pihak kepolisian dan militer. Mahasiswa dan pihak keamanan terlibat
bentrokan khususnya pada saat tuntutan Soeharto turun dari pucuk pimpinan
negara. Demonstrasi terjadi di seluruh kota, tuntutan utamanya sama, turunkan
Soeharto. Pada September 2000, mahasiswa UMI bentrok dengan aparat
kepolisian di gedung DPRD Sulawesi Selatan. Tuntutan demonstran adalah
penolakan masuknya beras impor ke Sulawesi Selatan. Pada Juni 2001,
mahasiswa bentrok di depan DPRD Sulawesi Selatan ketika menuntut
penghapusan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya.
Pada 18 Februari 2004, mahasiswa bentrok dengan petugas kepolisian ketika
memprotes Mahkamah Agung yang memvonis bebas Akbar Tandjung. Pada 1
Mei 2004, bentrokan terjadi di kampus UMI. Polisi melakukan penyerbuan ke
dalam kampus yang mengakibatkan puluhan mahasiswa luka-luka.
Hingga di era kekinian, aksi demonstrasi anarkis mahasiswa Makassar telah
menjadi sebuah fenomena di setiap tahunnya, apalagi disaat hari anti korupsi
sedunia yang diperingati setiap tanggal 9 desember. Bahkan hal ini seperti telah
menjadi sebuah hajatan tahunan mahasiswa Makassar untuk melakukan
tindakan anarkis dalam aksi demonstrasinya.

13

B. Faktor-faktor perilaku agresif (Anarkis) dalam aksi demonstrasi
Banyak teori agresi yang mengatakan sebab utama yang menyebabkan
munculnya perilaku agresif adalah frustrasi (Hanurawan,2005). Dijelaskan di
sini, perilaku agresif muncul karena terhalangnya seseorang dalam mencapai
tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Watson,
Kulik dan Brown ( dalam Soedardjo dan Helmi,1998) lebih jauh menyatakan
bahwa frustrasi yang muncul disebabkan adanya faktor dari luar yang begitu
kuat menekan sehingga muncul perilaku agresif.
Bandura (dalam Baron dan Byrne. 1994) menyatakan bahwa perilaku agresif
merupakan hasil dari proses belajar sosial melalui pengamatan terhadap dunia
sosial, Media, baik cetak maupun elektronika tidak kalah penting dalam
mendukung terbentuknya perilaku agresif. Media yang menyuguhkan adegan
kekerasan dalam aksi demonstrasi. Tayangan ini akan menimbulkan
rangsangan dan memungkinkan mahasiswa yang melihatnya, terlebih mereka
yang berusia muda, meniru model kekerasan seperti itu dalam melakukan aksi
demonstrasi.
Situasi yang setiap hari menampilkan kekerasan yang beraneka ragam sedikit
demi sedikit akan memberikan penguatan bahwa hal itu merupakan hal yang
menyenangkan atau hal yang biasa dilakukan (Davidof,1991). Dengan
menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadilah proses belajar dari model
yang melakukan kekerasan sehingga akan memunculkan perilaku agresif. Bila
perilaku seseorang membuat orang lain marah dan kemarahan itu mempunyai
intensitas yang tinggi, maka hal itu merupakan bibit munculnya tidak hanya
perilaku agresif pada dirinya namun juga perilaku agresif orang lain.
Menurut Fisher (dalam Sarlito, 1992), Ada penularan perilaku yang disebabkan
seringnya seseorang melihat tayangan perilaku agresif melalui televisi atau
membaca surat kabar yang memuat hasil perilaku agresif, seperti pembunuhan,
tawuran masal, aksi demonstrasi anarkis dan penganiayaan.
14

Banyaknya doktrin-doktrin yang berkembang secara struktural maupun cultural
menjadikan mahasiswa khususnya mahasiswa kota makassar menjadi lebih
kritis sehingga pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal
ini bisa terjadi karena individu di didik dengan cara yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan
dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang
tepat (Calhoun dan Acocella, 2011). Jika penyimpangan terjadi, akan terjadi
sebuah ketidakteraturan dan dapat menyebabkan terjadinya tindakan agresi
sebagai bentuk proses protes terhadap penyimpangan tersebut.
C. Motif Gerakan Mahasiswa
Muridan S. Widjojo (1999) telah merumuskan gerakan mahasiswa dalam dua
bentuk gerakan yaitu gerakan moral dan gerakan politik. Pembatasan ini
mengacu pada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 lalu. Gerakan moral
mengacu pada wacana yang dikembangkan oleh gerakan mahasiswa yang
mengkritisi kebijakan Orde Baru yang disebutnya dengan Gerakan Kritik Orde
Baru (GKOB). Sedangkan gerakan politik mengacu pada wacana untuk
meruntuhkan rezim Orde Baru yang disebutkan Gerakan Anti Orde Baru
(GAOB).
Gerakan moral mendasarkan diri pada pandangan bahwa perubahan politik
dapat dilakukan dengan cara menghimbau atau mengingatkan kepada elite
politik. Berbeda dengan gerakan moral yang tidak secara tegas menekankan
keinginan untuk mengganti suatu rezim. Gerakan moral mahasiswa
menekankan suara atau gagasan sebagai inti gerakan. Ini artinya, kapasitas
operasi yang diharapkan oleh gerakan ini adalah sebatas menghimbau atau
mengingatkan saja. Penganut paham ini percaya bahwa suatu rezim bisa diubah
dengan cara dihimbau atau diingatkan (Widjojo, 1999).
Gerakan moral relatif sama dengan gerakan sosial. Gerakan sosial adalah
perilaku dari sebagian anggota masyarakat untuk mengoreksi kondisi yang
15

banyak menimbulkan problem atau tidak menentu, serta memunculkan
kehidupan baru yang lebih baik (DiRenzo, 1990). Rhys H. Williams dalam
Marty dan Appleby (1994) juga mendefinisikan gerakan sosial. Menurutnya,
Social movements are socially shared activities and beliefs directed toward the
demand for change in some aspects of the social order. To the narrow, a social
movement is a formally organized group that acts continuously and with some
continuity to promote or resist change through collective action.
Ini menjelaskan bahwa sebuah gerakan selalu dibarengi dengan keinginan
untuk melakukan sebuah perubahan meskipun bentuk perubahan yang
diinginkan sangat bervariasi. Sebuah gerakan memiliki organisasi yang
didesain untuk melakukan perlawanan terhadap rezim atau kekuasaan.
Adapun gerakan politik memiliki penekanan yang sangat berbeda dari segi
gerakan yang dilakukan mahasiswa. Gerakan ini menekankan pada keingingan
untuk mengganti sebuah rezim yang berkuasa. Dengan memposisikan gerakan
mahasiswa sebagai sebuah gerakan politik, maka cakupan atau jangkauan
semakin luas. Dalam konteks ini, mahasiswa berjuang tidak sendiri lagi
melainkan berjuang bersama dengan rakyat. Konsekuensi bagi sebuah gerakan
politik menurut Widjojo (1999) adalah menyatunya berbagai kekuatan ke
dalam sebuah wadah atau media yang menjadi saluran aspirasi. Kelompok ini
secara jelas menginginkan keterlibatan kelompok luar kampus untuk masuk
menyatu dalam gerakan yang dilakukan, meskipun wacana ini mendapat
penolakan dari kalangan tertentu di internal kampus.
Sulit dipungkiri bahwa keterlibatan mahasiswa dalam mengoreksi bahkan
mengubah rezim sangat besar. Pada kondisi seperti ini, mahasiswa berada pada
posisi pejuang rakyat yang tertindas. Demonstrasi mahasiswa mencerminkan
kepedulian mereka terhadap kondisi rakyat yang tidak menguntungkan tetapi
memarginalkan kepentingan rakyat sendiri. Pemerintah tidak lagi berpihak
kepada rakyat, melainkan hanya kepada kalangan tertentu yang tidak pro-
rakyat. Pemerintah telah berkolaborasi dengan penguasa modal untuk
16

mengerok kekayaan yang ada melalui berbagai kebijakan dan regulasi yang
dibuat. Pada sisi ini, kritikan mahasiswa mendapat acungan jempol karena
masih sensitive terhadap kondisi rakyat. Rakyat tidak mampu melakukan
gerakan seperti mahasiswa. Sehingga, mahasiswalah yang menjadi tumpuan
harapan untuk melakukan kritik dan perubahan.
Terlepas dari kedua motif gerakan diatas, di era kekinian pula sangat
berkembang motif gerakan baru yang berdasarkan kepentingan atau yang lebih
dikenal dengan gerakan pragmatis. Motif gerakan pragmatis ini telah menjadi
virus terhadap idealism gerakan tetapi tidaklah sedikit mahasiswa yang sengaja
ataupun tidak telah menjerumuskan dirinya pada identitas pragmatis.
Perkembangan peradaban dunia ketiga yang merupakan efek dari globalisasi
yang menjadi salah satu penyebab motif pragmatis itu hadir dalam gerakan
mahasiswa.
D. Sebuah rekayasa gerakan ; antara anarkisme dan pragmatisme
Gerakan mahasiswa adalah gerakan mempersoalkan ketimpangan dan
kesenjangan menentang realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan
realitas subjektif. Gerakan mahasiswa memperjuangkan nilai-nilai yang
menyangkut dengan kehidupan orang banyak yang termanifestasi dalam bentuk
aksi-aksi yang bersifat lunak maupun aksi-aksi yang radikal. Namun, dalam
konteks kekinian di era pasca reformasi gerakan mahasiswa seakan-akan
kehilangan nilai perjuangannya dan mengalami perubahan paradigma. Gerakan
mahasiswa tergerus dan larut dalam budaya hedonisme dan terombang-ambing
dalam pergulatan politik pragmatisme.
Gerakan mahasiswa Makassar yang terlihat hari ini hampir menuju kearah
pragmatisme itu sehingga kita tidak menemukan lagi sebuah gerakan
mahasiswa yang memang benar-benar murni dan dilatarbelakangi semangat
yang mulia untuk menciptakan sebuah perubahan. Gerakan mahasiswa
Makassar hari ini seolah-oleh telah berada di persimpangan jalan dan mereka
17

bingung untuk menjelaskan identitas gerakannya antara Gerakan idealisme atau
menjadi gerakan pragmatisme.
Perkembangan gerakan pragmatis seakan-akan telah menjadi hal yang lumrah
terjadi meskipun masih bersifat laten, dari tahun ke tahun intensitas gerakan
mahasiswa Makassar semakin banyak dan tidaklah sedikit yang berakhir pada
tindakan anakis dalam gerakan mahasiswa yang dilakukan. Hal ini telah
menjadi warna dinamika negative dalam demokratisasi di bangsa Indonesia.
Semakin rapuhnya gerakan idealisme dan semakin kokohnya gerakan
pragmatisme dalam tatanan pergerakan mahasiswa menghantarkan pada
kebuntuan penyelesaian masalah yang di aspirasikan bagi para mahasiswa
Makassar. Bahkan perubahan paradigma gerakan di era kontemporer ini seakan
istilah suara rakyat adalah suara tuhan sebagai prinsip perjuangan mahasiswa
yang telah berubah menjadi suara rakyat adalah suara uang.
Realitas kekinian memperjelas kekeroposan idealisme gerakan mahasiswa
Makassar, terjadinya tindakan anarkis dalam gerakan mahasiswa Makassar
tidak semerta merta persoalan aspirasi yang tidak disikapi oleh pemerintah.
Tetapi, tidaklah sedikit gerakan mahasiswa yang berujung pada tindakan
anarkis adalah sebuah skenario yang dilakukan oleh para aktor-aktor politik
yang memanfaatkan moment yang ada dan bekerja sama dengan para aktivis-
aktivis gerakan karena dengan terjadinya tindakan anarkis dapat berpengaruh
terhadap stabilitas perekonomian dan pemerintahan sehingga upaya keliru yang
kerap dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas tersebut dengan cara
mengkondisikan gerakan seperti istilah win-win solution. Artinya, gerakan
dapat dikondisikan jika terjadi kesepakatan antara pimpinan kelompok gerakan
dengan pemerintah terkait. Sehingga sekali lagi memperjelas perubahan
paradigma perjuangan mahasiswa Makassar telah menuju pada ambang krisis
idealisme.

18

BAB IV
KESIMPULAN
Aksi demonstrasi sebagai mindstream control terhadap pemerintah seakan
tidak lagi dapat menjadi pelopor social of control terhadap masyarakat karena
di era kekinian, telah terjadinya perubahan paradigma dalam sebuah gerakan
adalah sebuah efek negative globalisasi terhadap Negara-negara dunia ketiga
terkhusus Negara Indonesia.
Anarkisme seakan telah menjadi sebuah trend tersendiri dalam mindset aksi
demonstrasi mahasiswa terkhusus mahasiswa makassar. Anarkisme dalam
gerakan tidak lagi menjadi hal yang tabu karena kerap menjadi liputan hangat
media-media nasional maupun regional terkait anarkisme mahasiswa dalam
gerakan mahasiswa. Sehingga, telah menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat
Indonesia melihat fenomena anarkis mahasiswa yang terjadi.
Berangkat dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan dalam
pembahasan, sehingga penulis mencoba membagi dalam beberapa hal
fenomena yang berkembang dalam anarkisme demonstrasi mahasiswa
makassar.
a. Di era kekinian, telah terjadi perubahan paradigma dalam gerakan
mahasiswa Makassar yang dimana tidak hanya gerakan moral dan gerakan
politik sebagai motif gerakan mahasiswa tetapi memasuki era kontemporer
globalisasi ini, telah berkembang motif gerakan baru yang dikenal dengan
istilah gerakan pragmatis.
b. Anarkisme dalam gerakan mahasiswa Makassar tidak semerta-merta terjadi
dari motif gerakan moral ataupun politik tetapi motif gerakan pragmatis
telah menjadi salah satu pemicu terjadinya tindakan anarkis, semakin
terbukanya ruang-ruang kepentingan antara kelompok-kelompok gerakan
dengan pemerintah menjadikan gerakan mahasiswa dengan mudah dapat
dikondisikan.
19

Penjelasan dan pemaparan diatas sekiranya telah menggambarkan sebuah
pergeseran paradigma berpikir mahasiswa makassar dalam mindstream
gerakannya dan hal ini tidaklah hanya mempengaruhi minstream gerakan
mahasiswa Makassar tetapi telah terjadi pula degradasi intelektual yang dimana
perubahan dinamika-dinamika intelektual kampus telah terkikis pasca
globalisasi merambah masuk didalam segala sendi-sendi kehidupan
masyarakat. Hal ini terbukti dengan telah berkurangnya ruang-ruang diskusi
intelektual mahasiswa, bedah buku dan kajian-kajian teoritis.
Sehingga, mahasiswa perlu melakukan reorientasi mindset gerakan mahasiswa
guna mengembalikan roh perjuangan yang dicita-citakan oleh segenap rakyat
Indonesia dan untuk PTN/PTS haruslah mampu menciptakan sistem
pendidikan yang benar-bersifat dinamis dan bermanfaat terhadap mahasiswa
agar mahasiswa dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.

20

DAFTAR PUSTAKA

Din Syamsuddin. 2000. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani.
Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.
Gurr, Ted Robert. 1970. Why Men Rebel. Princeton: Princeton University
Press.
Hufron M.N, Risnawati, R. 2011. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Joko Siswanto. 2006. Reaksi Intelektualis Untuk Demokrasi. Palembang :
Yayasan Bakti Nusantara.
Jumadi. 2009. Tawuran Mahasiswa: Konflik Sosial di Makassar. Makassar:
Rayhan Intermedia.
Saifudin al Mughniy. 2010. Pembangkangan Civil Society. Makassar : Kalam
Nusantara.
Santoso, Thomas. 2002. Kekerasan Agama tanpa Agama. Jakarta: Pustaka
Utan Kayu.
Walgito. 1994. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Walgito. 2001. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andy offset.
Widjojo, Muridan S. 1999. Penakluk Rezim, Gerakan Mahasiswa 98. Jakarta:
Sinar Harapan.
Zainuddin Ali. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika.

You might also like