You are on page 1of 19

A.

Analisis Makro Ekonomi


Tahun 2013 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri farmasi dan
bahan kimia, khususnya di Indonesia. Ditandai dengan penurunan ekonomi di semester
kedua, yang memicu fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada penutupan
tahun, di angka Rp12.189, selain itu juga adanya pengetatan peraturan terhadap
lingkungan. Indikator makroekonomi lainnya juga melambat seperti terlihat pada Produk
Domestik Bruto (PDB) yang menurut Bank Indonesia berada di posisi 5,7%, sedikit lebih
rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,2%. Akan tetapi, kondisi ini masih
terbilang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya dengan
perkiraan rata-rata sekitar 3,6%. Bila dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
hingga triwulan III tahun 2013 tumbuh sebesar 5,83% bila dibandingkan dengan periode
yang sama di tahun 2012. Dari segi impor barang, Kemendag memperhitungkan bahwa
Indonesia memang mengalami penurunan sekitar 3% hingga 4%.
Sebagai pemain utama dalam industri farmasi dan bahan kimia, Perseroan
berupaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan menerapkan strategi
baru serta melanjutkan program "Fit for 2018, melalui upaya-upaya yang signifikan
untuk merestrukturisasi dan membentuk bisnis dalam rangka meningkatkan daya saing
jangka panjang.
Manajemen Perseroan telah berhasil mengatasi tekanan tersebut dan memenuhi
kebutuhan pelanggan. Dengan demikian serangkaian langkah strategis telah membantu
Perseroan sepenuhnya dalam memanfaatkan perubahan yang terjadi dalam industri
farmasi dan bahan kimia sekaligus menyeimbangkan risiko untuk mempercepat
pertumbuhan, sehingga menghasilkan kinerja yang kuat sesuai dengan strategi dan
target yang ditetapkan untuk tahun 2013 dengan membukukan peningkatan penjualan
sebesar 28% menjadi Rp1.194 miliar pada akhir tahun 2013 dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar Rp930 miliar. Laba komprehensif naik menjadi Rp175 miliar,
meningkat 62% dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2012 sebesar Rp108
miliar. Akibatnya, Laba per Saham tumbuh dari Rp4.813 ke Rp7.832.
Kinerja memuaskan pada tahun 2013 tersebut menghasilkan berbagai
penghargaan bagi Perseroan, antara lain: Divisi Obat Resep Merck Serono menerima
APAC Oncology Franchise value award for Erbitux dalam Regional Medico-Marketing
Meeting (RMM) Erbitux di Bangkok (9-11 April 2013) sebagai bentuk apresiasi atas
nilai-nilai tanggung jawab, keberanian dan pencapaian Perseroan. Ini merupakan bentuk
pengakuan bagi Indonesia untuk menjamin penggantian ASKES yang telah menjadi
pendorong pertumbuhan penting Erbitux pada tahun 2012. Divisi Obat Resep Merck
Serono juga dianugerahi "PR of the Year" untuk kategori "Best Marketing PR" dari
Majalah Mix, anggota dari Grup Penerbitan SWA. Selain itu, Divisi Kesehatan
Konsumen kami melalui produk-produknya, Sangobion dan Neurobion memenangkan
"Best Brand Award" untuk kategori Most Valuable of Blood Supplement dan Most
Valuable Brand of Muscle Stiffness Multivitamin oleh SWA dan MARS.

B. Analisis Sektor Industri
1. Gambaran Umum Perusahaan
Didirikan pada tahun 1668, Merck adalah perusahaan global dengan fokus utama
pada farmasi global, kimia dan life science, yang memiliki sekitar 40.000 karyawan di 67
negara yang tersebar di seluruh dunia.
Operasional bisnis Merck dikelola di bawah perusahaan induk, Merck KgaA, yang
berkantor pusat di Darmstadt, Jerman. Keluarga Merck memiliki lebih dari 70% saham
melalui mitranya E. Merck KG, sedangkan sisanya sebesar 30% saham diperdagangkan
secara publik.
Sejak tahun 1917, bekas kantor cabang Perseroan di Amerika Serikat, yaitu Merck &
Co, telah menjadi perusahaan yang terpisah dari Grup Merck.
Sebagai afiliasi dari Merck KGaA di Darmstadt, Jerman, di Indonesia, Perseroan
berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl. TB Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta
Timur, didirikan sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA) berdasarkan
Undang- Undang No. 1 tahun 1967 jo. Undang-Undang No. 11 tahun 1970, dengan akte
notaris Eliza Pondaag SH tanggal 14 Oktober 1970 No. 29. Akte ini disetujui oleh Menteri
Kehakiman dengan No. J.A.5/173/6 tanggal 28 Desember 1970, dan diumumkan dalam
tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 tanggal 27 April 1971. Pada tahun 1981,
Perseroan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengumumkan statusnya sebagai
perusahaan terbuka. Dari 22.400.000 saham Perseroan, 74% dikuasai Merck Holding
GmbH dari Darmstadt, Jerman, dan 26% dikuasai masyarakat lain.

2. Gambaran Industri
Di Indonesia, PT Merck Tbk adalah pemain utama dalam industri farmasi dan
bahan kimia. Dalam bisnis farmasi, Perseroan memasarkan prosuk-prosuk obat
bebas (tanpa resep) melalui Divisi Kesehatan konsumen dan obat-obat peresepan
melalui Divisi Obat Resep Merek Serono. Merek-merek yang dipasarkan Perseroan
di Indonesia merupakan produk yang telah diterima dan mendapatkan kepercayaan
diri konsumen dan praktisi medis, seperti Sangobion dan Neurobion. Perseroan juga
merupakan pemimpin pasar di bidang produk terapi yang berhubungan dengan
kesuburan, diabetes, neurolois dan kardiologis.
Pada tanggal 8 Mei 2013, Tim Neuroline dan produk-produknya secara resmi
bergabung dengan Divisi Kesehatan Konsumen, setelah sebelumnya menjadi bagian
dari Divisi Obat Resep Merek Serono.
Melalui Performance Material, Divisi Bahan Kimia Perseroan memasarkan
bahan dengan teknologi tinggiuntuk aplikasi di bidang-bidang seperti bahan pelapis,
pigmen, dan kosmetik serta kemasan dan industri pengamanan. Sementara itu,
melalui Merck Millipore, Divisi Bahan Kimia juga menawarkan berbagai instrumen
kimia dan produk kimia yang mutakhir untuk bio-riset, bio-produksi dan segmen-
segmen terkait.
a. Komposisi Kepemilikan Saham
Komposisi Kepemilikan Saham Perseroan per 31 Desember 2013 adalah
sebagai berikut:
1) Merck Holding GmbH : 16.574.150 saham
2) Emedia Export Company mbH : 2.835.596 saham
3) Citybank New York S/A Rainbow Fund, LP : 837.200 saham
4) BP2S Singapore/Fully Taxable : 271.500 saham
5) Robert alexander Stone : 216.000 saham
6) TH Setyowati uroso : 183.900 saham
7) BBH Boston S/A Aberdeen Indonesia Fund Inc : 125.000 saham
8) Caceis Bank France Non-Treaty A/C : 121.000 saham
9) Parulian Simanjuntak (Komisaris Independen) : 250 saham
10) Masyarakat Lainnya : 1.235.404 saham

b. Kinerja Usaha
1) Kinerja Operasional dan Bisnis
a) Produksi
Merck menawarkan berbagai produk yang dikenal dan diproduksi di
seluruh dunia. Produk Merck dimulai dari obat-obatan inovatif baik kimia
dan biologi serta produk Over-The-Counter (OTC), sampai kristal cair
untuk LCD dan pigmen Merck untuk bahan pelapis, plastik dan industri
percetakan, serta produk dan jasa untuk penelitian farmasi dan
bioteknologi melalui Divisi Kesehatan Konsumen dan peresepan obat
melalui Divisi Obat dan Resep Merck Serono.
(1) Divisi Bahan Kimia
Divisi Bahan Kimia menawarkan berbagai macam bahan kimia
untuk segmen industri dan lainnya yang spesifik kebutuhan seperti
produk mikrobiologi, pelarut dan reagen, produk bioscience serta
bahan baku kimia untuk farmasi serta industri makanan dan minuman.
Divisi Bahan Kimia juga memiliki serangkaian portofolio produk
termasuk peralatan dan instrumen untuk penggunaan laboratorium,
pigmen untuk produksi plastik, bahan pelapis, dan keperluan lainnya.
Perekonomian Indonesia berkembang dengan cepat, lebih dari
6,2% per tahun di saat perekonomian negara lain di seluruh dunia
stagnan ataupun bergejolak. Hal ini mendorong adanya peningkatan
dalam permintaan untuk manufaktur, termasuk bahan kimia, di
sejumlah sektor, termasuk makanan, obat-obatan, minyak kelapa
sawit, pertambangan, petro-kimia, dan masih banyak lainnya.
Perkembangan ini pada akhirnya mendorong kenaikan permintaan
untuk produk bahan kimia Perseroan.
Merck Millipore
Merck Millipore menawarkan produk dan jasa untuk industri
life science, yang digunakan oleh pelanggan yang bekerja dalam
penelitian dan laboratorium analitis serta di bidang manufaktur
farmasi. Permintaan untuk produk Merck Millipore meningkat sebesar
29% dalam setahun, menunjukkan bahwa akuisisi dan integrasi dari
Millipore dengan Divisi Bahan Kimia memiliki dampak yang signifikan
terhadap pendapatan Perseroan.
Performance Materials
Performance Materials menawarkan bahan dengan teknologi
tinggi untuk aplikasi di bidang-bidang seperti bahan pelapis, pigmen,
dan kosmetik serta kemasan dan industri pengamanan. Di sebagian
besar segmen industri kita adalah pemimpin pasar dan mendominasi
produk-produk inovatif berkualitas tinggi, dengan pangsa pasar sekitar
28%. Pada tahun 2013, unit ini mencapai pertumbuhan sekitar 16%,
lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan rata-rata terkait industri pasar
sebesar 9%. Peningkatan volume penjualan ini disebabkan karena
meningkatnya permintaan dan volume produksi, baik kendaraan
bermotor roda dua ataupun empat, yang telah mendorong permintaan
untuk pelapisan dan produk pigmen. Demikian pula, meningkatnya
daya beli konsumen telah menghasilkan kenaikan permintaan produk
kosmetik serta industri kemasan.



(2) Divisi Farmasi
(a) Divisi Kesehatan Konsumen
Divisi Kesehatan Konsumen bertanggung jawab untuk produksi,
pemasaran dan distribusi obat-obatan Over-TheCounter (OTC)
yang tersedia untuk konsumen tanpa resep, dan fokus pada
berbagai merek terkenal yang terutama mengatasi masalah
kesehatan seperti anemia, kelelahan, kesehatan anak-anak dan
perempuan, batuk dan demam. Seperti disebutkan sebelumnya,
sebagai bagian dari program Merck Global "Fit For 2018" dan
sebagai respon terhadap kondisi pasar lokal, Divisi Kesehatan
Konsumen menjalani fase konsolidasi pada tahun 2012, dan telah
menyelesaikan restrukturisasi operasi dalam rangka meningkatkan
profitabilitas operasional di 2013.
(3) Divisi Produksi Farma
Divisi Produksi Farma ini telah berhasil menerapkan program
"Be Safe" untuk membangun kesadaran akan pentingnya
keselamatan kerja bagi semua karyawan yang ditunjukkan dengan
rekor nol kecelakaan kerja selama empat tahun terakhir. Selain itu,
prestasi ini diakui dengan pemberian "Safety Excellence Award" oleh
kantor pusat Merck untuk periode 2009-2012.
Sebagai hasil dari pelaksanaan program transformasi
"TURBO, Divisi Produksi Farma telah mencapai peningkatan
produktivitas serta proses lebih ramping dengan menggunakan
metode Lean Six Sigma. Program ini merupakan bagian dari program
Merck Global, yaitu "Fit for 2018" yang terdiri dari empat komponen
penting: Operational Excellence (OE), Portofolio Penyederhanaan
("Cut Complexity"), End-to-End Supply Chain ("X -Road 25") dan
peningkatan efisiensi riset dan pengembangan.
Secara demografis, Perseroan adalah satu-satunya anggota
dari Grup Merck yang memiliki fasilitas manufaktur di Asia Tenggara.
Sehingga memberi peluang untuk menjadi pusat produksi di wilayah
Asia Tenggara dengan total ekspor sebesar 30% dari total volume
produksi. Di masa depan, Perseroan memiliki komitmen yang kuat
untuk memperluas jangkauan dan pangsa pasar regional.



b) Pemasaran dan Distribusi

(1) Divisi Bahan Kimia
Pada tahun 2013, pendapatan dari penjualan bahan kimia
meningkat menjadi Rp458 miliar, dibandingkan dengan Rp359 miliar
pada 2012, merepresentasikan kenaikan 28%. Divisi ini memberikan
kontribusi 38% dari total pendapatan Perseroan untuk tahun 2013.
Dalam rangka memperkenalkan keberadaannya sebagai
bagian dari Divisi Bahan Kimia, Merck Millipore dan Performance
Materials mengadakan beberapa seminar di kota-kota besar seluruh
Indonesia seperti: Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan
Makassar.
Sampai dengan akhir tahun 2013, Divisi Bahan Kimia, Merck
Millipore dan Performance Material, memiliki jaringan 20 distributor
yang mencakup kota-kota besar di seluruh Indonesia, termasuk
Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.


(2) Divisi Farmasi
(a) Divisi Kesehatan Konsumen
Sebagai hasil dari proses konsolidasi, Divisi Kesehatan
Konsumen meraih total pendapatan sebesar Rp186 miliar
dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp166 miliar. Divisi ini
mengkontribusikan sekitar 16% dari total pendapatan Perseroan
pada tahun 2013. Untuk mencapai marjin profitabilitas yang lebih
tinggi, Divisi ini memfokuskan diri untuk lebih intensif pada merek
utama, termasuk Sangobion, Neurobion, dan Seven Seas. Semua
merek utama ini telah diterima dengan sangat baik oleh konsumen
di seluruh Indonesia dan menjadi yang terdepan di kategori
masing-masing.
Pada 2013, Divisi Kesehatan Konsumen melakukan sejumlah
edukasi dan sosialisasi untuk lebih memperkenalkan produk-
produk mereka, seperti acara edukasi tentang anemia dan
neuropati di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
Bandung, Pekanbaru dan Yogyakarta yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan anemia dan untuk
menjaga kesehatan saraf dan mencegah kerusakannya.
Pada tahun 2013 Divisi Kesehatan Konsumen memperluas
posisinya di pasar dengan meluncurkan varian baru dari keluarga
Sangobion disebut Sangobion Femine, suplemen zat besi yang
mengandung metafolin, vitamin dan mineral untuk mengganti sel-
sel darah merah saat menstruasi. Sangobion adalah salah satu
merek besar di Divisi Kesehatan Konsumen pada tahun 2013,
bersama Neurobion, yang memenangkan "Best Brand Award"
dari SWA dan MARS untuk kategori Most Valuable Brand of
Muscle Stiffness Multivitamin.
Selain itu, Divisi Kesehatan Konsumen melakukan usaha yang
cukup besar dalam upayanya kepercayaan dan kemitraan serta
menjaga hubungan baik dengan distributor dan membangun
sistem yang lebih fokus pemasaran dan distribusi.
(b) Divisi Obat Resep Merck Serono
Divisi Obat Resep Merck Serono bertanggung jawab untuk
pemasaran obat peresepan, yang digunakan hanya di bawah
pengawasan dokter. Pada tahun 2013, total penjualan Divisi Obat
Resep Merck Serono sebesar Rp550 miliar, meningkat 36%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp405 miliar,
dan memberikan kontribusi 46% terhadap total penjualan
Perseroan. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan
penjualan organik. Kelompok Neurobion, produk Diabetes dan
produk Kardiovaskular tetap menjadi kontributor utama penjualan
Divisi Obat Resep Merck Serono.






2) Sumber Daya Manusia
Per 31 Desember 2013, Perseroan mempekerjakan total 812 orang
yang terdiri dari 209 Orang di bagian fasilitas produksi, 46 orang di bagian
administrasi, 104 orang di divisi Kimia, dan 453 orang di Divisi Farmasi.

C. Analisis Fundamental Perusahaan
Laba Rugi Tahun 2012

Laba Rugi Tahun 2013


1. Trend Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Kotor
Per 31 Desember 2013, jumlah penjualan bersih Merck tercatat sebesar
Rp1,19 triliun, meningkat dari tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp929 miliar,
peningkatan itu meningkat sebesr 28% akibat adanya peningkatan penjualan di
beberapa sektor.
Per 31 Desember 2013, Laba Kotor Merck tercatat sebesar Rp545 miliar,
mengalami kenaikan sebesar Rp121 miliar atau meningkat sebesar 28%
dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp424 miliar. Cost of good
sold tahun 2013 juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari Rp505
miliar di tahun 2012 menjadi Rp648 miliar.

2. Kondisi laba usahan dan laba bersih
Net income Merck tahun 2012 tecatat sebesar Rp107 miliar. Namun, tahun
2013 Merck mengalami keuntungan sebesar Rp68 miliar menjadi Rp175 miliar
dengan peningkatan penjualan yang cukup signifikan sehingga menutup
pengeluaran biaya yang terjadi sepanjang tahun 2013.

Equity Balanve Sheet 2012






Equity Balance Sheet 2013


3. Perbandingan hutang terhadap ekuitas perusahaan
Solvabilitas menunjukkan kemampuan Merck dalam membayar liabilitasnya. Merck
menentukan solvabilitas dengan cara membandingkan jumlah liabilitas dengan
jumlah aset (Debt to Asset Ratio/DAR) dan membandingkan jumlah liabilitas dengan
jumlah ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER). Rasio solvabilitas DER Merck per 31
Desember 2013 dan 2012 masing-masing adalah 26,50% dan 26,81%. Rasio
solvabilitas DAR perusahaan per tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-
masing adalah 36,06% dan 36,64%. Kemampuan membayar hutang perusahaan
relatif meningkat yang ditunjukkan degan penurunan rasio solvabilitas.

4. Beban produksi, operasional, dan keuangan
Secara keseluruhan, beban Merck di tahun 2013 meningkat mulai dari beban pokok
penjualan, beban penjualan, hingga beban umum dan administrasi. Beban pokok
penjualan meningkat dari Rp505,43 miliar di tahun 2012 menjadi Rp648,47 miliar di
tahun 2013, diakibatkan karena adanya peningkatan penjualan.
Beban penjualan meningkat 7,76% dari Rp234,34 di tahun 2012 miliar menjadi
Rp254,07 miliar di tahun 2013. Beban umum dan administrasi juga meningkat
30,91%.



Analisis Rasio Keuangan
1. Rasio likuiditas (liquidity ratios):
Indikasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (<1
tahun)
Net working capital = current assets current liabilities
2012:
Rp463.883.090.000 Rp119.827.938.000 = Rp344.055.152.000
2013:
Rp588.237.590.000 Rp147.818.253.000 = Rp404.419.337.000
Networking capital meningkat sebesar Rp60.364.185.000 disebabkan karena
peningkatan jumlah aset lancar yang cukup signifikan dari tahun 2012 ke tahun
2013.

Current ratio = current assets/current liabilities
2012:
Rp463.883.090.000 / Rp119.827.938.000 = Rp3.871,24
2013:
Rp588.237.590.000 / Rp147.818.253.000 = Rp3.979,46
Current Ratio meningkat dari Rp3.871,24 di tahun 2012 menjadi Rp3.979,46 di
tahun 2013.

Quick ratio = (current assets inventory)/current liabilities
2012:
(Rp463.883.090.000 Rp237.577.457.000) / Rp119.827.938.000 = Rp1.888,59
2013:
(Rp588.237.590.000 Rp249.318.913.000) / Rp147.818.253.000 = Rp2.292,80
Quick ratio meningkat sebesar Rp404,21 dari tahun 2012 ke tahun 2013
disebabkan selain peningkatan aset lancar dan liabilitas jangka pendek juga
karena adanya peningkatan persediaan.

2. Rasio pengelolaan aset (asset management ratios)
Indikasi perusahaan dalam menggunakan asetnya secara efisien
Days sales outstanding = account receivables / (sales/365)
2012:
Rp1.240.413.000 / (Rp929.876.824.000/365) = 2,7

2013:
Rp1.347.948.000 / (Rp1.193.952.302.000/365) = 4,2
Days sales outstanding mengalami peningkatan dari 2,7 di tahun 2012 menjadi
4,2 di tahun 2013 disebabkan karena adanya peningkatan piutang dan
peningkatan penjualan yang terjjadi dalam satu tahun.

Inventory turnover = cost of good sold (cogs) / inventory
2012:
Rp505.434.526.000 / Rp237.577.457.000 = 21,2
2013:
Rp648.472.675.000 / Rp249.318.913.000 = 26,0
Adanya peningkatan pada inventory turnover dari tahun 2012 ke tahun 2013
disebabkan karena peningkatan beban pokok penjalan yang juga diimbangi
dengan peningkatan pada persediaan.

Long term asset turnover = sales/long term asset
2012:
Rp929.876.824.000 / Rp105.547.861.000 = 881,0
2013:
Rp1.193.952.302.000 / Rp108.708.728.000 = 1.098,3
Peningkatan juga terjadi di long term asset turnover dari tahun 2012 ke tahun
2013 disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dan peningkatan aset
jangka panjang.

Total asset turnover = sales/total asset
2012:
Rp929.876.824.000 / Rp569.430.951.000 = 163,3
2013:
Rp1.193.952.302.000 / Rp696.946.318.000 = 171,3
Total asset turnover mengalami peningkatan sebesar 163,3 di tahun 2012
menjadi 171,3 di tahun 2013 disebabkan karena peningkatan penjualan dan
peninhkatan total aset perusahaan.




3. Rasio pengelolaan hutang (debt management ratios)
Indikasi kemampuan perusahaan dalam mengelola hutang dengan struktur modal
yang dimiliki serta kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang.
Debt ratio = total liabilities/total asset
2012:
Rp152.689.086.000 / Rp569.430.951.000 = 26,8
2013:
Rp184.727.696.000 / Rp696.946.318.000 = 26,5
Debt ratio Merck mengalami penurunan sebesar 0,3 dari tahun 2012 ke tahun
2013 disebabkan total liabilitas yang meningkat diimbangi dengan peningkatan
jumlah aset.

Debt equity ratio = interest bearing debt/stakeholders equity
2012 dan 2013:
Dividend earning ratio dari tahun 2012 dan 2013 tidak mengalami peningkatan
ataupun penurunan sebesar 0,4. Dibandingkan dengan perusahaan lain di
industri sejenis Tempo Scan juga tidak mengalami perubahan sebesar 0,4. Yang
mengalami peningkatan adalah Kalbe Farma sebesar 0,3 tahun 2012 menjadi
0,3 di tahun 2013, Kimia Farma sebesar 0,4 tahun 2012 menjadi 0,5 di tahun
2013, dan pyridam Farma sebesar 0,5 tahun 2012 menjadi 0,9 di tahun 2013.

Times interest earned = earning before interest & tax (EBIT)/interest
repayment
2012:
Rp141.247.744.000 / Rp4.810.349.000 = 29,36
2013:
Rp228.222.463.000 / Rp4.603.531.000 = 49,57
Times interest earned mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2012
sebesar 29,36 menjadi 49,57 di tahun 2013.

Fixed charges = (EBIT + lease expenses)/(interest + lease expenses)
2012:
(Rp141.247.744.000 + Rp284.404.584.000) / (Rp4.810.439.000 +
Rp284.404.584.000 ) = Rp425.652.328.000 / Rp289.215.023.000 = 1.47

2013:
(Rp228.222.463.000 + Rp316.677.247.000) / (Rp4.603.531.000 +
Rp316.677.247.000) = Rp544.899.710 + Rp321.280.760.000 = 1,69
Peingkatan fixed charges sebesar 1,47 di tahun 2012 menjadi 1,69 di tahun 2013
disebabkan peningkatan nilai pada EBIT dan lease expense namun interestnya
turun.

4. Rasio keuntungan (profitability ratios)
Indikasi kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan secara efisien dari
pengelolaan usaha dan pengembalian investasi
Gross profit margin = gross profit/sales
2012:
Rp424.442.298.000 / Rp929.876.824.000 = 46,6
2013:
Rp545.479.627.000 / Rp1.193.952.302.000 = 45,7
Kenaikan gross profit margin tidak begitu signifikan disebabkan karena
peningkatan laba kotor diimbangi dengan peningkatan penjualan yang cukup
besar dari tahun 2012 ke tahun 2013.

Operating profit margin = operating profit/sales
2012:
Rp141.247.744.000 / Rp929.876.824.000 = 15,2
2013:
Rp230.025.511.000 / Rp1.193.952.302.000 = 19,2
Marjin laba operasi meningkat dari 15,2 di tahun 2012 menjadi 19,2 di tahun
2013 disebabkan peningkatan yang cukup signifikan pada operating profit yang
diimbangi dengan peningkatan penjualan.

Net profit margin = net profit/sales
2012:
Rp107.808.155.000 / Rp929.876.824.000 = 11,6
2013:
Rp175.444.757.000 / Rp1.193.952.302.000 = 14,7
Peningkatan laba bersih di tahun 2013 ke tahun 2013 yang diikuti dengan
kenaikan penjualan menyebabkan peningkatan net profit margin sebesar 11,6 di
tahun 2012 menjadi 14,7 di tahun 2013.

Return on equity (ROE) = net profit / stakeholders equity (total equity)
2012:
Rp107.808.155.000 / Rp416.247.703.000 = 25,9
2013:
Rp175.444.757.000 / Rp511.500.743.000 = 34,3
Return on equity mengalami peningkatan sebesar 25,9 di tahun 2012 menjadi
34,3 di tahun 2013 disebabkan adanya peningkatan laba bersih dan peningkatan
ekuitas total.

Return on total assets (ROA) = net profit/total asset
2012:
Rp107.808.155.000 / Rp569.430.951.000 = 18,9
2013:
Rp175.444.757.000 / Rp696.946.318.000 = 25,2
Return on total asset mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 18,9
menjadi 25,2 di tahun 2013 dikarenakan peningkatan yang terjadi pada laba
bersih dan aset total perusahaan.

Equity Cash Flow Tahun 2012:

Equity Cash Flow Tahun 2013:


Tahun 2012:







Tahun 2013:

5. Rasio harga pasar (market ratios)
Menjelaskan hubungan harga pasar saham relatif terhadap kinerja perusahaan
Earning per share (EPS) = (net profit preferred dividend) /common shares
outstanding
2012:
Earning per share untuk Merck sebesar 4.813, jika dibandingkan dengan
perusahaan lain di industri sejenis ini cukup besar, Kalbe Farma sebesar 36 per
lembar, Tempo Scan 140, kimia Farma 36, dan Pyridam Farma sebesar 9.
2013:
Earning per share untuk Merck tahun 2013 meningkat signifikan dari tahun
sebelumnya menjadi sebesar 7.832, jika dibandingkan dengan perusahaan lain
di industri sejenis ini dari tahun sebelumnya yang kurang meningkat signifikan,
Kalbe Farma sebesar 46 per lembar, Tempo Scan 141, kimia Farma 38, dan
Pyridam Farma sebesar 11
.
Price earning ratio (PER) = market price per share/EPS
2012:
Price earning ratio Merck tahun 2012 sebesar 31,6, masih cukup besar
dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama misalnya Kalbe
Farma 28,6, Tempo Scan 26,6, kimia Farma 28,7, dan pyridam Farma sebesar
17,8.

2013:
Price earning ratio Merck menurun dari tahun sebelumnya menjadi 24,1
dikarenakan EPS tahun 2013 meningkat cukup besar di tahun ini. Dibandingkan
perusahaan dengan industri sejenis, yang mengalami peningkatan hanya pada
Kalbe Farma, dan perusahaan lain mengalami penurunan seperti Tempo Scan
sebesar 23,0, Kimia Farma 15,3, dan Pyridam Farma 12,7.

Price book value (PBV) = market price per share/BVS
2012:
Price book value Merck sebesar 8,2, jika dibandingkan dengan perusahaan lain
di industri sejenis masih cukup tinggi, Kalbe Farma sebesar 7, Tempo Scan
sebesar 5, Kimia Farma sebesar 4,1, dan Pyridam Farma sebesar 1,1.
2013:
Price book value Merck tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,1 menjadi
8,3 dari tahun 2012. Masih cukup tinggi dibanding dengan perusahaan lain di
industri yang sama yaitu 7,2 untuk Kalbe Farma, 3,8 untuk Tempo Scan, 2,0
pada Kimia Farma, dan 0,8 untuk Pyridam Farma.

You might also like