Tahun 2013 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri farmasi dan bahan kimia, khususnya di Indonesia. Ditandai dengan penurunan ekonomi di semester kedua, yang memicu fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada penutupan tahun, di angka Rp12.189, selain itu juga adanya pengetatan peraturan terhadap lingkungan. Indikator makroekonomi lainnya juga melambat seperti terlihat pada Produk Domestik Bruto (PDB) yang menurut Bank Indonesia berada di posisi 5,7%, sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,2%. Akan tetapi, kondisi ini masih terbilang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya dengan perkiraan rata-rata sekitar 3,6%. Bila dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga triwulan III tahun 2013 tumbuh sebesar 5,83% bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2012. Dari segi impor barang, Kemendag memperhitungkan bahwa Indonesia memang mengalami penurunan sekitar 3% hingga 4%. Sebagai pemain utama dalam industri farmasi dan bahan kimia, Perseroan berupaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan menerapkan strategi baru serta melanjutkan program "Fit for 2018, melalui upaya-upaya yang signifikan untuk merestrukturisasi dan membentuk bisnis dalam rangka meningkatkan daya saing jangka panjang. Manajemen Perseroan telah berhasil mengatasi tekanan tersebut dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan demikian serangkaian langkah strategis telah membantu Perseroan sepenuhnya dalam memanfaatkan perubahan yang terjadi dalam industri farmasi dan bahan kimia sekaligus menyeimbangkan risiko untuk mempercepat pertumbuhan, sehingga menghasilkan kinerja yang kuat sesuai dengan strategi dan target yang ditetapkan untuk tahun 2013 dengan membukukan peningkatan penjualan sebesar 28% menjadi Rp1.194 miliar pada akhir tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp930 miliar. Laba komprehensif naik menjadi Rp175 miliar, meningkat 62% dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2012 sebesar Rp108 miliar. Akibatnya, Laba per Saham tumbuh dari Rp4.813 ke Rp7.832. Kinerja memuaskan pada tahun 2013 tersebut menghasilkan berbagai penghargaan bagi Perseroan, antara lain: Divisi Obat Resep Merck Serono menerima APAC Oncology Franchise value award for Erbitux dalam Regional Medico-Marketing Meeting (RMM) Erbitux di Bangkok (9-11 April 2013) sebagai bentuk apresiasi atas nilai-nilai tanggung jawab, keberanian dan pencapaian Perseroan. Ini merupakan bentuk pengakuan bagi Indonesia untuk menjamin penggantian ASKES yang telah menjadi pendorong pertumbuhan penting Erbitux pada tahun 2012. Divisi Obat Resep Merck Serono juga dianugerahi "PR of the Year" untuk kategori "Best Marketing PR" dari Majalah Mix, anggota dari Grup Penerbitan SWA. Selain itu, Divisi Kesehatan Konsumen kami melalui produk-produknya, Sangobion dan Neurobion memenangkan "Best Brand Award" untuk kategori Most Valuable of Blood Supplement dan Most Valuable Brand of Muscle Stiffness Multivitamin oleh SWA dan MARS.
B. Analisis Sektor Industri 1. Gambaran Umum Perusahaan Didirikan pada tahun 1668, Merck adalah perusahaan global dengan fokus utama pada farmasi global, kimia dan life science, yang memiliki sekitar 40.000 karyawan di 67 negara yang tersebar di seluruh dunia. Operasional bisnis Merck dikelola di bawah perusahaan induk, Merck KgaA, yang berkantor pusat di Darmstadt, Jerman. Keluarga Merck memiliki lebih dari 70% saham melalui mitranya E. Merck KG, sedangkan sisanya sebesar 30% saham diperdagangkan secara publik. Sejak tahun 1917, bekas kantor cabang Perseroan di Amerika Serikat, yaitu Merck & Co, telah menjadi perusahaan yang terpisah dari Grup Merck. Sebagai afiliasi dari Merck KGaA di Darmstadt, Jerman, di Indonesia, Perseroan berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl. TB Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur, didirikan sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA) berdasarkan Undang- Undang No. 1 tahun 1967 jo. Undang-Undang No. 11 tahun 1970, dengan akte notaris Eliza Pondaag SH tanggal 14 Oktober 1970 No. 29. Akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A.5/173/6 tanggal 28 Desember 1970, dan diumumkan dalam tambahan No. 202 pada Berita Negara No. 34 tanggal 27 April 1971. Pada tahun 1981, Perseroan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengumumkan statusnya sebagai perusahaan terbuka. Dari 22.400.000 saham Perseroan, 74% dikuasai Merck Holding GmbH dari Darmstadt, Jerman, dan 26% dikuasai masyarakat lain.
2. Gambaran Industri Di Indonesia, PT Merck Tbk adalah pemain utama dalam industri farmasi dan bahan kimia. Dalam bisnis farmasi, Perseroan memasarkan prosuk-prosuk obat bebas (tanpa resep) melalui Divisi Kesehatan konsumen dan obat-obat peresepan melalui Divisi Obat Resep Merek Serono. Merek-merek yang dipasarkan Perseroan di Indonesia merupakan produk yang telah diterima dan mendapatkan kepercayaan diri konsumen dan praktisi medis, seperti Sangobion dan Neurobion. Perseroan juga merupakan pemimpin pasar di bidang produk terapi yang berhubungan dengan kesuburan, diabetes, neurolois dan kardiologis. Pada tanggal 8 Mei 2013, Tim Neuroline dan produk-produknya secara resmi bergabung dengan Divisi Kesehatan Konsumen, setelah sebelumnya menjadi bagian dari Divisi Obat Resep Merek Serono. Melalui Performance Material, Divisi Bahan Kimia Perseroan memasarkan bahan dengan teknologi tinggiuntuk aplikasi di bidang-bidang seperti bahan pelapis, pigmen, dan kosmetik serta kemasan dan industri pengamanan. Sementara itu, melalui Merck Millipore, Divisi Bahan Kimia juga menawarkan berbagai instrumen kimia dan produk kimia yang mutakhir untuk bio-riset, bio-produksi dan segmen- segmen terkait. a. Komposisi Kepemilikan Saham Komposisi Kepemilikan Saham Perseroan per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut: 1) Merck Holding GmbH : 16.574.150 saham 2) Emedia Export Company mbH : 2.835.596 saham 3) Citybank New York S/A Rainbow Fund, LP : 837.200 saham 4) BP2S Singapore/Fully Taxable : 271.500 saham 5) Robert alexander Stone : 216.000 saham 6) TH Setyowati uroso : 183.900 saham 7) BBH Boston S/A Aberdeen Indonesia Fund Inc : 125.000 saham 8) Caceis Bank France Non-Treaty A/C : 121.000 saham 9) Parulian Simanjuntak (Komisaris Independen) : 250 saham 10) Masyarakat Lainnya : 1.235.404 saham
b. Kinerja Usaha 1) Kinerja Operasional dan Bisnis a) Produksi Merck menawarkan berbagai produk yang dikenal dan diproduksi di seluruh dunia. Produk Merck dimulai dari obat-obatan inovatif baik kimia dan biologi serta produk Over-The-Counter (OTC), sampai kristal cair untuk LCD dan pigmen Merck untuk bahan pelapis, plastik dan industri percetakan, serta produk dan jasa untuk penelitian farmasi dan bioteknologi melalui Divisi Kesehatan Konsumen dan peresepan obat melalui Divisi Obat dan Resep Merck Serono. (1) Divisi Bahan Kimia Divisi Bahan Kimia menawarkan berbagai macam bahan kimia untuk segmen industri dan lainnya yang spesifik kebutuhan seperti produk mikrobiologi, pelarut dan reagen, produk bioscience serta bahan baku kimia untuk farmasi serta industri makanan dan minuman. Divisi Bahan Kimia juga memiliki serangkaian portofolio produk termasuk peralatan dan instrumen untuk penggunaan laboratorium, pigmen untuk produksi plastik, bahan pelapis, dan keperluan lainnya. Perekonomian Indonesia berkembang dengan cepat, lebih dari 6,2% per tahun di saat perekonomian negara lain di seluruh dunia stagnan ataupun bergejolak. Hal ini mendorong adanya peningkatan dalam permintaan untuk manufaktur, termasuk bahan kimia, di sejumlah sektor, termasuk makanan, obat-obatan, minyak kelapa sawit, pertambangan, petro-kimia, dan masih banyak lainnya. Perkembangan ini pada akhirnya mendorong kenaikan permintaan untuk produk bahan kimia Perseroan. Merck Millipore Merck Millipore menawarkan produk dan jasa untuk industri life science, yang digunakan oleh pelanggan yang bekerja dalam penelitian dan laboratorium analitis serta di bidang manufaktur farmasi. Permintaan untuk produk Merck Millipore meningkat sebesar 29% dalam setahun, menunjukkan bahwa akuisisi dan integrasi dari Millipore dengan Divisi Bahan Kimia memiliki dampak yang signifikan terhadap pendapatan Perseroan. Performance Materials Performance Materials menawarkan bahan dengan teknologi tinggi untuk aplikasi di bidang-bidang seperti bahan pelapis, pigmen, dan kosmetik serta kemasan dan industri pengamanan. Di sebagian besar segmen industri kita adalah pemimpin pasar dan mendominasi produk-produk inovatif berkualitas tinggi, dengan pangsa pasar sekitar 28%. Pada tahun 2013, unit ini mencapai pertumbuhan sekitar 16%, lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan rata-rata terkait industri pasar sebesar 9%. Peningkatan volume penjualan ini disebabkan karena meningkatnya permintaan dan volume produksi, baik kendaraan bermotor roda dua ataupun empat, yang telah mendorong permintaan untuk pelapisan dan produk pigmen. Demikian pula, meningkatnya daya beli konsumen telah menghasilkan kenaikan permintaan produk kosmetik serta industri kemasan.
(2) Divisi Farmasi (a) Divisi Kesehatan Konsumen Divisi Kesehatan Konsumen bertanggung jawab untuk produksi, pemasaran dan distribusi obat-obatan Over-TheCounter (OTC) yang tersedia untuk konsumen tanpa resep, dan fokus pada berbagai merek terkenal yang terutama mengatasi masalah kesehatan seperti anemia, kelelahan, kesehatan anak-anak dan perempuan, batuk dan demam. Seperti disebutkan sebelumnya, sebagai bagian dari program Merck Global "Fit For 2018" dan sebagai respon terhadap kondisi pasar lokal, Divisi Kesehatan Konsumen menjalani fase konsolidasi pada tahun 2012, dan telah menyelesaikan restrukturisasi operasi dalam rangka meningkatkan profitabilitas operasional di 2013. (3) Divisi Produksi Farma Divisi Produksi Farma ini telah berhasil menerapkan program "Be Safe" untuk membangun kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja bagi semua karyawan yang ditunjukkan dengan rekor nol kecelakaan kerja selama empat tahun terakhir. Selain itu, prestasi ini diakui dengan pemberian "Safety Excellence Award" oleh kantor pusat Merck untuk periode 2009-2012. Sebagai hasil dari pelaksanaan program transformasi "TURBO, Divisi Produksi Farma telah mencapai peningkatan produktivitas serta proses lebih ramping dengan menggunakan metode Lean Six Sigma. Program ini merupakan bagian dari program Merck Global, yaitu "Fit for 2018" yang terdiri dari empat komponen penting: Operational Excellence (OE), Portofolio Penyederhanaan ("Cut Complexity"), End-to-End Supply Chain ("X -Road 25") dan peningkatan efisiensi riset dan pengembangan. Secara demografis, Perseroan adalah satu-satunya anggota dari Grup Merck yang memiliki fasilitas manufaktur di Asia Tenggara. Sehingga memberi peluang untuk menjadi pusat produksi di wilayah Asia Tenggara dengan total ekspor sebesar 30% dari total volume produksi. Di masa depan, Perseroan memiliki komitmen yang kuat untuk memperluas jangkauan dan pangsa pasar regional.
b) Pemasaran dan Distribusi
(1) Divisi Bahan Kimia Pada tahun 2013, pendapatan dari penjualan bahan kimia meningkat menjadi Rp458 miliar, dibandingkan dengan Rp359 miliar pada 2012, merepresentasikan kenaikan 28%. Divisi ini memberikan kontribusi 38% dari total pendapatan Perseroan untuk tahun 2013. Dalam rangka memperkenalkan keberadaannya sebagai bagian dari Divisi Bahan Kimia, Merck Millipore dan Performance Materials mengadakan beberapa seminar di kota-kota besar seluruh Indonesia seperti: Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Sampai dengan akhir tahun 2013, Divisi Bahan Kimia, Merck Millipore dan Performance Material, memiliki jaringan 20 distributor yang mencakup kota-kota besar di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.
(2) Divisi Farmasi (a) Divisi Kesehatan Konsumen Sebagai hasil dari proses konsolidasi, Divisi Kesehatan Konsumen meraih total pendapatan sebesar Rp186 miliar dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp166 miliar. Divisi ini mengkontribusikan sekitar 16% dari total pendapatan Perseroan pada tahun 2013. Untuk mencapai marjin profitabilitas yang lebih tinggi, Divisi ini memfokuskan diri untuk lebih intensif pada merek utama, termasuk Sangobion, Neurobion, dan Seven Seas. Semua merek utama ini telah diterima dengan sangat baik oleh konsumen di seluruh Indonesia dan menjadi yang terdepan di kategori masing-masing. Pada 2013, Divisi Kesehatan Konsumen melakukan sejumlah edukasi dan sosialisasi untuk lebih memperkenalkan produk- produk mereka, seperti acara edukasi tentang anemia dan neuropati di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru dan Yogyakarta yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan anemia dan untuk menjaga kesehatan saraf dan mencegah kerusakannya. Pada tahun 2013 Divisi Kesehatan Konsumen memperluas posisinya di pasar dengan meluncurkan varian baru dari keluarga Sangobion disebut Sangobion Femine, suplemen zat besi yang mengandung metafolin, vitamin dan mineral untuk mengganti sel- sel darah merah saat menstruasi. Sangobion adalah salah satu merek besar di Divisi Kesehatan Konsumen pada tahun 2013, bersama Neurobion, yang memenangkan "Best Brand Award" dari SWA dan MARS untuk kategori Most Valuable Brand of Muscle Stiffness Multivitamin. Selain itu, Divisi Kesehatan Konsumen melakukan usaha yang cukup besar dalam upayanya kepercayaan dan kemitraan serta menjaga hubungan baik dengan distributor dan membangun sistem yang lebih fokus pemasaran dan distribusi. (b) Divisi Obat Resep Merck Serono Divisi Obat Resep Merck Serono bertanggung jawab untuk pemasaran obat peresepan, yang digunakan hanya di bawah pengawasan dokter. Pada tahun 2013, total penjualan Divisi Obat Resep Merck Serono sebesar Rp550 miliar, meningkat 36% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp405 miliar, dan memberikan kontribusi 46% terhadap total penjualan Perseroan. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan penjualan organik. Kelompok Neurobion, produk Diabetes dan produk Kardiovaskular tetap menjadi kontributor utama penjualan Divisi Obat Resep Merck Serono.
2) Sumber Daya Manusia Per 31 Desember 2013, Perseroan mempekerjakan total 812 orang yang terdiri dari 209 Orang di bagian fasilitas produksi, 46 orang di bagian administrasi, 104 orang di divisi Kimia, dan 453 orang di Divisi Farmasi.
C. Analisis Fundamental Perusahaan Laba Rugi Tahun 2012
Laba Rugi Tahun 2013
1. Trend Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Kotor Per 31 Desember 2013, jumlah penjualan bersih Merck tercatat sebesar Rp1,19 triliun, meningkat dari tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp929 miliar, peningkatan itu meningkat sebesr 28% akibat adanya peningkatan penjualan di beberapa sektor. Per 31 Desember 2013, Laba Kotor Merck tercatat sebesar Rp545 miliar, mengalami kenaikan sebesar Rp121 miliar atau meningkat sebesar 28% dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp424 miliar. Cost of good sold tahun 2013 juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari Rp505 miliar di tahun 2012 menjadi Rp648 miliar.
2. Kondisi laba usahan dan laba bersih Net income Merck tahun 2012 tecatat sebesar Rp107 miliar. Namun, tahun 2013 Merck mengalami keuntungan sebesar Rp68 miliar menjadi Rp175 miliar dengan peningkatan penjualan yang cukup signifikan sehingga menutup pengeluaran biaya yang terjadi sepanjang tahun 2013.
Equity Balanve Sheet 2012
Equity Balance Sheet 2013
3. Perbandingan hutang terhadap ekuitas perusahaan Solvabilitas menunjukkan kemampuan Merck dalam membayar liabilitasnya. Merck menentukan solvabilitas dengan cara membandingkan jumlah liabilitas dengan jumlah aset (Debt to Asset Ratio/DAR) dan membandingkan jumlah liabilitas dengan jumlah ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER). Rasio solvabilitas DER Merck per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing adalah 26,50% dan 26,81%. Rasio solvabilitas DAR perusahaan per tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing- masing adalah 36,06% dan 36,64%. Kemampuan membayar hutang perusahaan relatif meningkat yang ditunjukkan degan penurunan rasio solvabilitas.
4. Beban produksi, operasional, dan keuangan Secara keseluruhan, beban Merck di tahun 2013 meningkat mulai dari beban pokok penjualan, beban penjualan, hingga beban umum dan administrasi. Beban pokok penjualan meningkat dari Rp505,43 miliar di tahun 2012 menjadi Rp648,47 miliar di tahun 2013, diakibatkan karena adanya peningkatan penjualan. Beban penjualan meningkat 7,76% dari Rp234,34 di tahun 2012 miliar menjadi Rp254,07 miliar di tahun 2013. Beban umum dan administrasi juga meningkat 30,91%.
Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio likuiditas (liquidity ratios): Indikasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (<1 tahun) Net working capital = current assets current liabilities 2012: Rp463.883.090.000 Rp119.827.938.000 = Rp344.055.152.000 2013: Rp588.237.590.000 Rp147.818.253.000 = Rp404.419.337.000 Networking capital meningkat sebesar Rp60.364.185.000 disebabkan karena peningkatan jumlah aset lancar yang cukup signifikan dari tahun 2012 ke tahun 2013.
Current ratio = current assets/current liabilities 2012: Rp463.883.090.000 / Rp119.827.938.000 = Rp3.871,24 2013: Rp588.237.590.000 / Rp147.818.253.000 = Rp3.979,46 Current Ratio meningkat dari Rp3.871,24 di tahun 2012 menjadi Rp3.979,46 di tahun 2013.
Quick ratio = (current assets inventory)/current liabilities 2012: (Rp463.883.090.000 Rp237.577.457.000) / Rp119.827.938.000 = Rp1.888,59 2013: (Rp588.237.590.000 Rp249.318.913.000) / Rp147.818.253.000 = Rp2.292,80 Quick ratio meningkat sebesar Rp404,21 dari tahun 2012 ke tahun 2013 disebabkan selain peningkatan aset lancar dan liabilitas jangka pendek juga karena adanya peningkatan persediaan.
2. Rasio pengelolaan aset (asset management ratios) Indikasi perusahaan dalam menggunakan asetnya secara efisien Days sales outstanding = account receivables / (sales/365) 2012: Rp1.240.413.000 / (Rp929.876.824.000/365) = 2,7
2013: Rp1.347.948.000 / (Rp1.193.952.302.000/365) = 4,2 Days sales outstanding mengalami peningkatan dari 2,7 di tahun 2012 menjadi 4,2 di tahun 2013 disebabkan karena adanya peningkatan piutang dan peningkatan penjualan yang terjjadi dalam satu tahun.
Inventory turnover = cost of good sold (cogs) / inventory 2012: Rp505.434.526.000 / Rp237.577.457.000 = 21,2 2013: Rp648.472.675.000 / Rp249.318.913.000 = 26,0 Adanya peningkatan pada inventory turnover dari tahun 2012 ke tahun 2013 disebabkan karena peningkatan beban pokok penjalan yang juga diimbangi dengan peningkatan pada persediaan.
Long term asset turnover = sales/long term asset 2012: Rp929.876.824.000 / Rp105.547.861.000 = 881,0 2013: Rp1.193.952.302.000 / Rp108.708.728.000 = 1.098,3 Peningkatan juga terjadi di long term asset turnover dari tahun 2012 ke tahun 2013 disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dan peningkatan aset jangka panjang.
Total asset turnover = sales/total asset 2012: Rp929.876.824.000 / Rp569.430.951.000 = 163,3 2013: Rp1.193.952.302.000 / Rp696.946.318.000 = 171,3 Total asset turnover mengalami peningkatan sebesar 163,3 di tahun 2012 menjadi 171,3 di tahun 2013 disebabkan karena peningkatan penjualan dan peninhkatan total aset perusahaan.
3. Rasio pengelolaan hutang (debt management ratios) Indikasi kemampuan perusahaan dalam mengelola hutang dengan struktur modal yang dimiliki serta kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Debt ratio = total liabilities/total asset 2012: Rp152.689.086.000 / Rp569.430.951.000 = 26,8 2013: Rp184.727.696.000 / Rp696.946.318.000 = 26,5 Debt ratio Merck mengalami penurunan sebesar 0,3 dari tahun 2012 ke tahun 2013 disebabkan total liabilitas yang meningkat diimbangi dengan peningkatan jumlah aset.
Debt equity ratio = interest bearing debt/stakeholders equity 2012 dan 2013: Dividend earning ratio dari tahun 2012 dan 2013 tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan sebesar 0,4. Dibandingkan dengan perusahaan lain di industri sejenis Tempo Scan juga tidak mengalami perubahan sebesar 0,4. Yang mengalami peningkatan adalah Kalbe Farma sebesar 0,3 tahun 2012 menjadi 0,3 di tahun 2013, Kimia Farma sebesar 0,4 tahun 2012 menjadi 0,5 di tahun 2013, dan pyridam Farma sebesar 0,5 tahun 2012 menjadi 0,9 di tahun 2013.
Times interest earned = earning before interest & tax (EBIT)/interest repayment 2012: Rp141.247.744.000 / Rp4.810.349.000 = 29,36 2013: Rp228.222.463.000 / Rp4.603.531.000 = 49,57 Times interest earned mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2012 sebesar 29,36 menjadi 49,57 di tahun 2013.
2013: (Rp228.222.463.000 + Rp316.677.247.000) / (Rp4.603.531.000 + Rp316.677.247.000) = Rp544.899.710 + Rp321.280.760.000 = 1,69 Peingkatan fixed charges sebesar 1,47 di tahun 2012 menjadi 1,69 di tahun 2013 disebabkan peningkatan nilai pada EBIT dan lease expense namun interestnya turun.
4. Rasio keuntungan (profitability ratios) Indikasi kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan secara efisien dari pengelolaan usaha dan pengembalian investasi Gross profit margin = gross profit/sales 2012: Rp424.442.298.000 / Rp929.876.824.000 = 46,6 2013: Rp545.479.627.000 / Rp1.193.952.302.000 = 45,7 Kenaikan gross profit margin tidak begitu signifikan disebabkan karena peningkatan laba kotor diimbangi dengan peningkatan penjualan yang cukup besar dari tahun 2012 ke tahun 2013.
Operating profit margin = operating profit/sales 2012: Rp141.247.744.000 / Rp929.876.824.000 = 15,2 2013: Rp230.025.511.000 / Rp1.193.952.302.000 = 19,2 Marjin laba operasi meningkat dari 15,2 di tahun 2012 menjadi 19,2 di tahun 2013 disebabkan peningkatan yang cukup signifikan pada operating profit yang diimbangi dengan peningkatan penjualan.
Net profit margin = net profit/sales 2012: Rp107.808.155.000 / Rp929.876.824.000 = 11,6 2013: Rp175.444.757.000 / Rp1.193.952.302.000 = 14,7 Peningkatan laba bersih di tahun 2013 ke tahun 2013 yang diikuti dengan kenaikan penjualan menyebabkan peningkatan net profit margin sebesar 11,6 di tahun 2012 menjadi 14,7 di tahun 2013.
Return on equity (ROE) = net profit / stakeholders equity (total equity) 2012: Rp107.808.155.000 / Rp416.247.703.000 = 25,9 2013: Rp175.444.757.000 / Rp511.500.743.000 = 34,3 Return on equity mengalami peningkatan sebesar 25,9 di tahun 2012 menjadi 34,3 di tahun 2013 disebabkan adanya peningkatan laba bersih dan peningkatan ekuitas total.
Return on total assets (ROA) = net profit/total asset 2012: Rp107.808.155.000 / Rp569.430.951.000 = 18,9 2013: Rp175.444.757.000 / Rp696.946.318.000 = 25,2 Return on total asset mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 18,9 menjadi 25,2 di tahun 2013 dikarenakan peningkatan yang terjadi pada laba bersih dan aset total perusahaan.
Equity Cash Flow Tahun 2012:
Equity Cash Flow Tahun 2013:
Tahun 2012:
Tahun 2013:
5. Rasio harga pasar (market ratios) Menjelaskan hubungan harga pasar saham relatif terhadap kinerja perusahaan Earning per share (EPS) = (net profit preferred dividend) /common shares outstanding 2012: Earning per share untuk Merck sebesar 4.813, jika dibandingkan dengan perusahaan lain di industri sejenis ini cukup besar, Kalbe Farma sebesar 36 per lembar, Tempo Scan 140, kimia Farma 36, dan Pyridam Farma sebesar 9. 2013: Earning per share untuk Merck tahun 2013 meningkat signifikan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 7.832, jika dibandingkan dengan perusahaan lain di industri sejenis ini dari tahun sebelumnya yang kurang meningkat signifikan, Kalbe Farma sebesar 46 per lembar, Tempo Scan 141, kimia Farma 38, dan Pyridam Farma sebesar 11 . Price earning ratio (PER) = market price per share/EPS 2012: Price earning ratio Merck tahun 2012 sebesar 31,6, masih cukup besar dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama misalnya Kalbe Farma 28,6, Tempo Scan 26,6, kimia Farma 28,7, dan pyridam Farma sebesar 17,8.
2013: Price earning ratio Merck menurun dari tahun sebelumnya menjadi 24,1 dikarenakan EPS tahun 2013 meningkat cukup besar di tahun ini. Dibandingkan perusahaan dengan industri sejenis, yang mengalami peningkatan hanya pada Kalbe Farma, dan perusahaan lain mengalami penurunan seperti Tempo Scan sebesar 23,0, Kimia Farma 15,3, dan Pyridam Farma 12,7.
Price book value (PBV) = market price per share/BVS 2012: Price book value Merck sebesar 8,2, jika dibandingkan dengan perusahaan lain di industri sejenis masih cukup tinggi, Kalbe Farma sebesar 7, Tempo Scan sebesar 5, Kimia Farma sebesar 4,1, dan Pyridam Farma sebesar 1,1. 2013: Price book value Merck tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,1 menjadi 8,3 dari tahun 2012. Masih cukup tinggi dibanding dengan perusahaan lain di industri yang sama yaitu 7,2 untuk Kalbe Farma, 3,8 untuk Tempo Scan, 2,0 pada Kimia Farma, dan 0,8 untuk Pyridam Farma.