1. Ukuran satuan yang dipergunakan dalam spesifikasi, Bill of Quantity dan
gambargambar adalah satuan metrik. 2. Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan: 3. Asdf Dewan Normalisasi Indonesia ASTM ( America Society for Testing & Materials ) ASSHO ( America Association of State Highway Officials ) 4. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pemborong harus mengukur kembali semua titik elevasi dan koordinat - koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan perbedaan dilapangan, kontraktor wajib membuat gambar - gambar penyesuaian dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis. Semua bahan-bahan yang dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuanketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta persyaratannya serta standar lain yang disetujui Pengawas/Direksi/Engineer. 5. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh, Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi terhadap apa yang telah disyaratkan. 6. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang memenuhi persyaratan teknis dan pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin mempergunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.
LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan meliputi Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Pengadaan, Pembangunan pondasi conveyor, Pembangunan Dermaga/Jetty , dan Pekerjaan Lain-lain.
PEKERJAAN PERSIAPAN Untuk memulai pekerjaan sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu pekerjaan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut. Atau sering kita kenal dengan Pekerjaan Persiapan, diantaranya adalah :
1. Pembersihan Lokasi Untuk kelancaran pekerjaan proyek ini, salah satu faktor yang sangat menentukan adalah kebersihan. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diminta untuk melakukan pembersihan lokasi pada areal pekerjaan yang akan dikerjakan. 2. Air Kerja, Listrik Kerja. Kontraktor wajib menyediakan sumber air dan sumber listrik sendiri untuk keperluan pelaksana pekerjaan dari awal mulainya kontrak sampai masa berakhirnya masa pemeliharaan. Kontraktor harus menyediakan segala peralatan dan bahan yang diperlukan di lapangan. 3. Alat-Alat untuk Survey. Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran topografi (Theodolite T2 & TO, Waterpass, bak ukur, geodeticmeter dan pita dan rantai), pengukuran bathymetrik (echo sounder, sextant, station pointer), yang dapat digunakan Direksi/Engineer/Pengawas setiap saat untuk checking pemasangan tandatanda, penentuan elevasi dan lain-lain kegiatan pengukuran yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.Kontraktor harus memelihara alat-alat untuk survey ini secara baik sehingga selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap digunakan secara baik. Kontraktor harus menyediakan, atas biaya sendiri, patok- patok beton, patok-patok kayu, bagan template, penampang kedalaman laut yang diminta Direksi/Engineer/ Pengawas untuk pemeriksaan atau pengukuran bagian dari pekerjaan. 4. Buku Harian. a. Pelaksanaan wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan. b. Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya.3 c. Catatan tersebut meliputi antara lain : - Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari. - Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain. - Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak atau diterima. - Kemajuan dan pekerjaan. - Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan. d. Buku harian tersebut harus ditandatangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing- masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pengawas untuk mendapat penyelesaian. e. Disamping buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi Direksi yang ditandatangani oleh Direksi.
5. Keamanan Pekerjaan. Kontraktor diwajibkan a. Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan. b. Mengambil tindakan yang perlu demi kepentingan keselamatan para pekerja. c. Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan jalan, bangsal dan sebagainya. d. Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung dengan peraturan-peraturan pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama penyelenggaraan.
6. Bangunan/Kantor Direksi. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Direksi (Direksi Keet) dan gudang serta barak untuk keperluan kontraktor dengan luas sesuai yang tercantum di dalam volume pekerjaan. Bangunan tersebut harus dilengkapi dengan penerangan, perlengkapan kamar mandi WC, meja kursi dan kelengkapan lainnya yang layak dipakai sampai akhir pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor diwajibkan memelihara Kantor Direksi tersebut agar dapat dipakai untuk kerja sampai pelaksanaan proyek selesai. Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi Tugas, maka Kontraktor wajib membongkar kembali bangunan-bangunan sementara tersebut pada saat pelaksanaan pekerjaan selesai.
7. Keselamatan Kerja. Kontraktor berkewajiban a. Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, biaya perawatan menjadi tanggung jawab Kontraktor. b. Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya kecelakaan dengan disertai keterangan seperlunya. c. Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat pekerjaan. d. Kontraktor harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan dengan dokter setempat sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang sakit atau mengalami kecelakaan segera dapat menerima pengobatan yang baik, pada setiap saat baik siang maupun malam. e. Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi para pekerja, yang semuanya menjadi beban Kontraktor. . 8. Jam Kerja. Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada malam hari, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan yang diperlukan, misalnya penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas tanggungan biaya Kontraktor dan atas persetujuan dan pengawasan Direksi/Engineer/Pengawas.
9. Mobilisasi dan Demobilisasi. Yang dimaksud dalam pasal mengenal mobilisasi dan demobilisasi dalam bill of quantities, mencakup antar jemput/mendatangkan : pekerja, pegawai, bahan-bahan bangunan, peralatan dan keperluan-keperluan insidental untuk melaksanakan seluruh pekerjan, untuk pindah di dalam lokasi proyek dan pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan, termasuk: a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi proyek beserta pemasangannya, dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan. b. Antar jemput : Staff, pegawai dan pekerja ke proyek. c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan, armada apung dan peralatan lainnya, sedemikian sehingga lokasi proyek bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Direksi/Engineer/ Pengawas. d. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staff, pegawai dan pekerjaan setelah proyek selesai.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor harus memasukkan rencana detail kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai prosedur mobilisasi. Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal butir a) dan b) tersebut di atas dalam waktu maksimum 20 (dua puluh) hari setelah Direksi/Engineer/ Pengawas memberikan nota mulainya pekerjaan.
10. Informasi Meteorologi. Mengikuti instruksi Direksi/Engineer/Pengawas, Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan mengoperasikan peralatan pencatat data meteorologi untuk pengamatan setiap hari selama waktu berlakunya kontrak, hal-hal di bawah ini : a. Pencatat hujan; b. Arah Kecepatan angin; c. Temperatur..
11. Pengukuran, Positioning, dan Sounding
a. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan perletakan posisi dermaga sesuai dengan Gambar Rencana dan penentuan elevasi-elevasi. b. Titik ketinggian/Peil lantai dermaga harus tetap dijaga agar tidak berubah/ bergeser selama pekerjaan ini berlangsung.3. c. Untuk keperluan pengecekan kembali kedalaman dasar laut dimana lokasi dermaga direncanakan, Pemborong wajib melakukan pengukuran ulang mengenai kedalaman dasar laut sebelum melakukan posisioning koordinat tiang pancang dermaga. Hasil pengukuran ulang tersebut segera disampaikan kepada Direksi/Engineer/Pengawas dan segera diteruskan kepada Konsultan Perencana untuk diperiksa kembali apakah posisi/lokasi dermaga sudah memenuhi syarat kedalaman atau perlu perubahan. Segala sesuatu yang timbul akibat tidak dilaksanakannya ketetentuan tersebut di atas, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong dan Direksi/Engineer/Pengawas.
d. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan perletakan posisi dermaga sesuai dengan Gambar Rencana dan penentuan elevasi-elevasi. . e. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (peil + 0) ditentukan bersamasama Pengawas. Patok-patok berukuran minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20 dengan panjang ukuran lebih dari 4 m dan terbuat dari kayu kualitas baik. Papan patok harus keras dan tidak berubah posisinya, tanda - tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat dengan cat menie. f. Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan kembali, pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan. g. Patok monumen yang permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan terganggu / dipindahkan.
12. Pagar Sementara Pengaman Proyek Kontraktor atas biaya sendiri, apabila perlu dengan ijin Direksi/Engineer/Pengawas dapat membuat pagar sementara dan harus memelihara pagar tersebut agar tetap dalam eadaan baik termasuk pintu-pintunya, sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah derasinya.Pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan.
PELAKSANAAN PEKERJAAN A. Gambar Kerja dan Contoh 1. Gambar-gambar kerja (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram, ilustrasi, jadwal, brosur atau data-data yang disiapkan Kontraktor atau Sub Kontraktor atau Produsen yang menjelaskan bahan-bahan, cara pelaksanaan atau bagian pekerjaan. 2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh Konsultan Pengawas untuk menilai dahulu. 3. Kontraktor harus segera menyerahkan gambar-gambar kerja (shop drawing) dan contoh-contoh yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau diinstruksikan, untuk mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Pengawas. 4. Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal demikian. Dengan menyerahkan gambar- gambar kerja atau contoh-contoh material, dianggap Kontraktor telah meneliti, menyetujui dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak. 5. Konsultan Pengawas akan memeriksa dan menyetujui atau menolak gambar gambar kerja atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat-syarat, Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan sesuai dokumen kontrak. 6. Kontraktor wajib melaksanakan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar kerja dan contohcontoh sampai mendapatkan persetujuan. 7. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar kerja dan contoh-contoh, tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan dengan Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak diberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas. 8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar kerja atau contoh-contoh yang harus disetujui Konsultan Pengawas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. 9. Gambar-gambar kerja atau contoh-contoh harus dikirimkan Kontraktor kepada Konsultan Pengawas dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan memeriksa dan menyetujui dengan catatan/keterangan 'Telah Diperiksa Tanpa Perubahan" atau "Telah Diperiksa Dengan Perubahan" atau "Ditolak". Satu salinan ditahan oleh Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada Kontraktor. 10. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan diperlukan sama seperti butir di atas. 11. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirimkan kepada Konsultan Pengawas. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau Perencana harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. 12. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan jika pengiriman dan hasil pelaksanaan nantinya tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya. 13. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/timbul sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang- barang/material-material tersebut. 14. Biaya pengiriman gambar-gambar kerja, contoh contoh, katalog-katalogkepada Konsultan MK/Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.
B. Jaminan Kualitas 1. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan lain, Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan direcanakan dengan baik, bebas dari cacat, teknis maupun estetis serta sesuai dengan Dokumen Kontrak. Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai hal-hal tersebut dan melaksanakan uji kualitas pada laboratorium independen atas biaya kontraktor sendiri pada butir ini. 2. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa semua pekerjaan yang telah diselesaikan dengan sempurna, tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
C. Nama Pabrikan/Merk Yang Ditentukan
1. Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dan satu jenis bahan/komponen, maka Kontraktor berkewajiban menawarkan dan memasang sesuai dengan yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada waktu pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar didapat dipasaran. 2. Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang, Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada agennya di Indonesia. Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan bahan/merek tersebut tidak ada/sukar diperoleh dan dinyatakan dengan bukti tertulis, maka konsultan pengawas dengan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas akan menentukan sendiri alternatif merk lain dengan Spesifikasi minimum yang sama. 3. Setelah 1 (satu) bulan penunjukan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada pemberi tugas fotocopy dari bukti pemesanan material yang diimport pada agen atau pun importir lainnya, yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import) dan perkiraan waktu kedatangannya.
D. Klausal Disebutkan Kembali 1. Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal-klausal yang disebutkan kembali pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan masalahnya. 2. Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah gambar kemudian spesifikasi teknis dan Bill of Quantity.
E. Koordinasi Pekerjaan 1. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian yang terlibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut. dalam proyek ini, harus dikoordinasikan lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. 2. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syaratsyarat pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis dari Pengawas. 3. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan terhadap kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab. 4. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki atau dibongkar, Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
F. Pekerjaan Yang Tidak memenuhi Syarat. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai dengan gambar atau RKS, maka atas perintah Direksi/Engineer/Pengawas, pihak Kontraktor harus membongkarnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya pihak Kontraktor.
G. Peraturan Teknis Pembangunan Yang digunakan. 1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerjadan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya : - Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Afgemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij Aaneming van Openbare Warken (AV) 1941. - Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI). Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1991 (PBI-1991). Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Standard dan Tata Cara Perhitungan Struktur untuk Bangunan Gedung (SKSNI 03-2847-2002). Peraturan Semen PortlandIndonesia N1-08. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1987). 2. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat pula :
Gambar pelaksanaan yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Pengawas. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Surat Perintah Kerja (SPK). Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui. Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.
PEKERJAAN BETON 1. Semen a. Semua semen yang digunakan adalah semen Portland lokal setara yang sesuai dengan syarat-syarat; Peraturan Semen Portland Indonesia ( NI.8 - 1972 ). Peraturan Beton Indonesia ( NI.2 - 1971). Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Gedung (SK SNI 03- 2847-2002) Mempunyai sertifikat Uji (test sertificate). Mendapat Persetujuan Perencana / Konsultan Pengawas.
Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah Portland Cement Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SII 0013-81.
b. Semua semen yang digunakan adalah semen Portland lokal setara yang sesuai Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah. c. Dalam pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan. Harus diterima dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan digudang yang cukup ventilasinya dan diletakan tidak kena air, diletakan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau maksimal 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya. d. Untuk semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah penyimpanan dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam. e. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu pemborong diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutannya tiba di lapangan. f. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural. g. Bilamana Direksi memandang perlu, pemborong harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat, atas biaya pemborong.
2. Agregat a. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-syarat; Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI.3 -1956) Peraturan Beton Indonesia (NI,2 -1991). Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Gedung (SNI 03-2847-2003) Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porous. Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya. b. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang dipakai. c. Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi syarat-syarat dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standard lain yang disetujui Direksi/ Engineer/Pengawas. Dalam hal adanya perubahan sumber dimana agregat tersebut disupply, maka Kontraktor diwajibkan memberitahukan Konsultan Pengawas. Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut diatas, maka sumber ini dapat ditolak. d. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori. e. Suatu jumlah stock agregat yang telah disetujui Direksi/Engineer/Pengawas harus selalu ada di lapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk suatu jangka waktu 2 minggu tanpa terhenti. f. Agregat kasar, terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan dengan ukuran butir maksimum tidak melebihi daftar dibawah ini. Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm-5 mm, 20 mm-5 mm ukuran nominal atau syarat dalam NI atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1002 sieve) Ukuran Agregat Ukuran Saringan (mm) 50 40 30 25 20 15 10 5 2,5 40-50% 100 95-100 95-100 35-75 10-30 0-5 25-5% 100 30-70 0-10 0-5
Apabila dan analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat mempengaruhi kerapatan beton, Direksi/Engineer/Pengawas dapat memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas. Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukanolehDireksi/Engineer/Pengawas setelah dilakukan pengetesan di lapangan. Kerikil dan batu pecah haruslah keras,tidak lapuk, bersih dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat ukuran yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui.Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi/Engineer/ Pengawas harus dicuci secara seksama.
g. Agregat Halus, Agregat Halus/Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan harus mempunyai gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan menghasilkan beton dengan kerapatan maksimum. Gradasi dan agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198-1200 atau dalam N atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase terhadap berat yang bolos saringan (JIS A 1102 sieve) Ukuran saringan (mm) 10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15 % 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat.Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai atas persertujuan Direksi/Engineer/Pengawas.
h. Pengambilan contoh dan testing untuk agregat, Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat untuk mengambil contoh agregat dan lapangan atau sumber agregat untukdilakukan testing menurut cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102 atau N I. Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai test lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk dipakai.Semua biaya yang dikeluar-kan untuk dipenuhinya persyaratan ini menjadi tanggungan Kontraktor.
h. Penyimpanan agregat, Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau tercampurnya agregat dan ukuran yang berbeda- beda,dan menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahanbahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Direksi/ Engineer/Pengawas. Pasir dan pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dan pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan Direksi/Engineer /Pengawas.
3. Air a. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjan dilapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan Kimia (asam) tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, minyak atau lemak. Memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia (N1,2 1971) dan uji dengan Laboratorium yang diakui, sah oleh yang berwenang dengan biaya ditanggung pihak Kontraktor.
b. Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.
c. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber lain harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.
d. Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan beton, penyemprotan dan membasahi acuan (form work) atau pengeringan beton.\ e. Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau penyimpanan yang cukup dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton dan menyemprot dan membasahi acuan. Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam di lokasi proyek. Apabila Kontraktor menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya lain-lainnya untuk memperoleh air ini, seluruh biayanya harus ditanggung Kontraktor sendiri.
4. Perbandingan campuran dan kekuatan Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang diberikan. Test pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas beton yang direncanakan dan harus mengikuti NI-2 (PBI 1991) bagian 3, bab 4 untuk menentukan perbandingan semen, agregat dan air yang akan digunakan.
Test pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan (work ability) yang diinginkan, dengan kekuatan sesuai dengan spesifikasi . Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton. Campuran yang ada pada akhirnya ditentukan dari tes pendahuluan akan tetap dipertahankan selama pekerjaan berlangsung, kecuali ditentukan lain oleh Direksi /Engineer/Pengawas, perubahan mana dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-hasil test.
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi trestle ini adalah: - K.400 untuk komponen strukturil seperti: plat, balok, pile cap, beton pengisi tiang. - K.225 Untuk komponen non strukturil seperti: pelat dak beton, kolom penyangga atap,saluran drainase, lantai ponton.
Tabel Campuran Beton KELAS I II III MUTU B.0 B.1 K.125 K.175 K.225 K.300 Dipakai untuk pekerjaan Non Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Kekuatan beton karakteristik (kg/cm2) - - 125 175 225 >225 Kekuatan kubus target ratarata (kg/cm2) - - 200 250 300 >300 Agergat kasar (ukuran mm) 31.5 31.5 31.5 16 8 8 Penggunaan semen (kg/m3) 130 200 250 275 - 325 325 - 375 >375 Water cement ratio (% mak) - - Lihat tabel 4.34 PBI .1991 Slump (cm) - - Lihat tabel 4.41 PBI .1991
5. Test Pendahuluan untuk menentukan perbandingan campuran beton Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambah yang diperlukan untuk menghsilkan beton yang memenuhi persyaratan baik yang tercantum maupun tidak tercantum tabel campuran beton harus ditentukan oleh Kontraktor dari sejumlah campuran campuran percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk beton yang akan dipakai dalam pekerjaan. Campuran percobaan tersebut akan menjadi pedoman bagi Kontraktor untuk membuat campuran sebenarnya dilapangan dengan memperhatikan kondisi lapangan, peralatan yang tersedia serta methoda pengecoran. Meskipun sudah dilakukan pembuatan campuran percobaan dan disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas, tetapi Kontraktor tetap bertanggungjawab sepenuhnya akan mutu beton yang dihasilkan pada waktu pencampuran dilapangan. Kekuatan beton rencana 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan. Kekuatan campuran percobaan dalam laboratorium ditentukan sebagai nilai karakteristik dari 20 contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja yang harganya lebih kecil dari yang ditentukan. Persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas mengenai campuran percobaan termasuk kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus didapat secara tertulis sebelum beton diizinkan untuk dicor. 6. Admixture. Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan maupun maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture, Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus ditest dan disetujui terlebih dahulu oleh konsultan Pengawas. Admixture yang telah disimpan lebih dari 6 bulan dan telah rusak, tidak boleh dipergunakan. 7. Mutu Beton. a. Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat PBI - 1991. Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi trestle dan dermaga ini adalah: K400. b. Kontaktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mix) untuk mengontrol hasil kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan (segregation) dari agregat. c. Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mix) tersebut diatas harus dilakukan untuk menentukan beton yang harus dibuat. 8. Test Kubus a. Konsultan Pengawas berhak meminta sempel kepada Kontraktor untuk membuat kubus coba dari adukan beton yang dibuat. b. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji, Setiap 3 m3 adukan beton dibuat 1 buah benda uji. c. Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15x15x15 cm3. Pengambilan adukan beton, pencetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah pengawasan konsultan dan prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1991. 17 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara d. Ukuran identifikasi, kubus coba harus ditandai dengan suatu kode yang dapat menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat. e. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1991 Bab 4.7, termasuk juga pengujian - pengujian slump dan pengujian-pengujian tekanan. f. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab Kontraktor. g. Semua kubus coba harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan disetujui konsultan Pengawas. h. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada konsultan Pengawas segera sesudah percobaan, paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah pengecoran, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran adukan, berat kubus benda uji dan data-data lain yang diperlukan. i. Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi spesifikasi, maka konsultan Pengawas berhak meminta Kontraktor agar mengadakan percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan coring. j. Percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1991. Apabila gagal, maka bagian tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. k. Kontraktor diharuskan mengadakan slump test menuhi syarat-syarat dalam PBI 1991. Slump beton berkisar 7 cm. 9. Cetakan Beton/Bekisting a. Kontraktor harus memberikan sample bahan yang akan dipakai untuk cetakan beton untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. b. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti potongan- potongan kayu, paku, kotoran gergaji, tanah dan sebagainya. c. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya airselama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang, d. Untuk beton exposed, cetakan beton yang digunakan harus memberikan hasil permukaan beton yang baik, halus (tidak kasar) dan mempunyai warna yang merata pada seluruh permukaan beton tersebut, e. Permukaan cetakan beton yang bersentuhan dengan beton harus dicoating dengan 18 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara oli, untuk mempermudah saat pembongkaran cetakan dan memperbaiki permukaan beton. f. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut kebutuhan PPKI 1970 atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenuhi persyaratan. g. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan tebal minimal adalah 2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai plywood tebal minimal 16 mm. Papan bekisting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai. h. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak dapat diperoleh di pasaran, maka pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama atau lebih tinggi dari yang disyaratkan. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis. i. Untuk konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau yang lebih baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan digunakan dolken, diameter minimal harus 12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu ujungnya harus lebih besar dari 10 cm. j. Setelah umur beton dilewati, maka harus dilakukan pembongkaran cetakan beton (bekisting) serta memotong stek tulangan yang muncul ke permukaan beton dan menutupnya dengan adukan beton. 10. Pengecoran Beton a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan konsultan Pengawas dan mendapatkan persetujuannya, Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri. b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara (metode) yang se-praktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. c. Penggunaan alat-alat pengangkutan (mesin) haruslah mendapat persetujuan konsultan Pengawas/sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkutan yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras, d. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton 19 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara sesuai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan konsultan Pengawas. e. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air semen. f. Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis maksimum 30 cm dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan manjatuhkan dari suatu ketinggian, yang akan menyebabkan pengendapan agregat. g. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran digunakan internal concrete vibrator. Pemakaian external concrete vibrator tidak dibenarkan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas. h. Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontinyu/tanpa berhenti), Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) daiam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untukdipakai lagi. 11. Perawatan Beton. a. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1991 Bab 6.6. b. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama pailng sedikit 2 minggu, jika tidak ditentukan lain, Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah. c. Apabila cetakan beton dibuka sebelum sesuai masa perawatan, maka selama sisa waktu tersebut petaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan mambasahi permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya dengan karung basah atau dengan cara lain yang disetujui konsultan Pengawas. 12. Pembongkaran Cetakan a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1991, dimana bagian struktur yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya. b. Acuan tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, tapi ijin ini tidak berarti bahwa Kontraktor dibebaskan dari tanggungjawab terhadap kekuatan dan keamanan konstruksi. c. Pembukaan acuan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Sebelum penyangga acuan dilepas beton akan diperiksa dengan membuka acuan sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta 20 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah mengeras. d. Acuan-acuan yang tidak menahan beban , dapat dibuka setelah 24 jam, asal betonnya sudah cukup kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah cukup telah dilakukan untuk pengeringan. e. Acuan acuan yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang dikeringkan ditempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya, mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus dipikul selama atau setelah acuan dibongkar dan bila Direksi/Engineer/Pengawas telah menganggap syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang berhubungan dengan ini telah dipenuhi. f. Pembukaan acuan dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanannya harus diawasi oleh Pengawas (Supervisor) yang kompeten. g. Beton yang memikul beban dianggap sudah cukup kuat sehingga acuannya dapat dibuka ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton yang dimaksud dan dikeringkan ditempat pekerjaan, telah mencapai kekuatan tekan hancur yang besarnya lebih besar dari setengah kekuatan beton rencana 28 hari. h. Waktu untuk pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah waktu minimum yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa tabel ini hanya diberikan sebagai gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan acuan yang dibutuhkan, dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan lain-lain. Waktu pembukaan acuan (minimum) Dinding balok-balok 7 hari Penyangga pelat 14 hari Penunjang balok (penyangga) 28 hari Props to soffits (props left) 14 hari Waktu pembongkaran acuan minimum untuk beton yang menggunakan semen Portland yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam tabel diatas.Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi/Engineer/Pengawas. 21 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah acuan dibuka dan sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas pekeraaan tersebut. 13. Pengeringan Beton Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang kering. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda yang dianggap praktis, dari beberapa metoda-metoda di bawah ini : a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan sejenis, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari untuk beton dengan portland semen biasa. b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas kedap air yang disetujui atau membran plastik yangharus tetap pada beton selama 10 hari untuk beton dengan portland semen biasa. c. Kecuali untuk pengeringan permukaan-permukaan beton dimana pengecoran selanjutnya tersambung melalui lekatan pengeringan beton harus menggunakan alat semprot. Dimana aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Membran pengering digunakan pada permukaan-permukaan yang horizontal segera setelah pengecoran beton dan pada permukaan permukaan vertikal segera setelah pelepasan acuan. Lapisan pengering ini dipasang dua lapis tanpa lubang lubang pengikat. Metode ini digunakan juga untuk pengeringan sisi bawah balok dan pelat. Direksi/Engineer/Pengawas dapat menyaratkan penggunaan membran ini untuk permukaan yang vertikal atau miring. Biaya untuk proses pengeringan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan pekerjaan beton.Dalam cuaca yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lamanya pengeringan dapat diubah oleh Direksi/Engineer/Pengawas tanpa pembayaran tambahan kepada Kontraktor. Air yang digunakan untuk tujuan pengeringan harus dari kualitas yang sama dengan air untuk adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton. 14. Toleransi dan cacat pada beton Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi batas-batas yang disebut dalam tabel. Meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi secara terperinci lebih 22 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara diutamakan penggunaaan toleransi yang dinyatakan secara khusus didalam gambar. Jika perlu Direksi/Engineer/Pengawas dapat memaksakan pemakaian toleransi yang lebih kecil. Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pengawas acuan pecah berlubang, bengkok, menekuk, tidak rata atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton atau merusak kekokohan atau lurusnya acuan, maka acuan ini akan ditolak. Contoh-contoh toleransi yang diijinkan Macam Toleransi Nilai Toleransi - - - - - Perbedaan dalam ukuran potongan melintang pada bagian-bagian strukturil Penyimpangan dari alignment seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung) Penyimpangan dari level permukaan puncak seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung) Peyimpangan dari level permukaan sebelah bawah seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung) Perbedaan- perbedaan ukuran dari yang tertera pada gambar yang diukur dari sebuah template (patok ukur) + 6 mm + 10 mm + 10 mm + 10 mm + 3 mm Pasal 5 BESI BETON 1. Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat : a. Peraturan Beton Indonesia (NI,2 -1971). b. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak retak, mengelupas, luka dan sebagainya), c. Dari jenis baja mutu U-24 untuk D < 13 mm dan U-39 untuk D >13 (ulir) dengan mutu BJTD 40 SNI 07-2052-2002 d. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1991 e. Mempunyai penampang yang sama rata. 23 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara 2. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar. a. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan perencana/konsultan Pengawas. b. Besi beton harus disupplai dari satu sumber (manufacture) dan tidak diperkenankan untuk mencampuradukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi. c. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi memandang perlu, contoh akan diuji di Laboratorium atas beban pemborong. Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan. d. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian sehingga baja tulangan terhindar dari pengotoran-pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang dapat menyebabkan baja berkarat dan lain-lain pengaruh luar yang mempengaruhi mutunya, sebaiknya baja terlindung atau ditutup dengan terpal-terpal sebelum dan setelah pembengkokan. Baja tulangan ditumpuk di atas balok-balok kayu agar tidak langsung berhubungan dengan tanah. 3. Sertifikat a. Kontraktor bilamana diminta harus mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Batang percobaan di ambil dibawah kesaksian Konsultan Pengawas. Jumlah test besi beton dengan interval setiap 1 truk = 1 buah benda uji atau setiap 10 ton = 1 buah test besi. Percoabaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh konsultan Pengawas. b. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau mendapat persetujuan konsultan Pengawas. c. Hubungan antara besi beton satu dengan yang lain harus menggunakan kawat beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan tidak menyentuh lantai kerja atau papan acuan. d. Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus dipasang pada posisi yang tepat. e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan spesifikasi (R.K.S) diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi tertulis dari konsultan Pengawas, dalam waktu 2 x 24jam. 24 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara 4. Teknik Pelaksanaan a. Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C (J.S.C.E.) 138 atau PBI NI-2 1971 kecuali ditentukan lain. b. Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan dipekerjaan, meskipun tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas. c. Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjel-ganjel dan dudukan-dudukan yang diikat erat kepadanya. d. Batang batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan binding wire sebagaimana ditentukan. e. Macam dari ganjal-ganjal dan dudukan-dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas dan setiap bagian dari ganjel-ganjel metal atau dudukan-dudukan harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama dengan tulangan. f. Ganjel-ganjel dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor. Binding wire tidak boleh keluar dari beton. g. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan dalam gambar atau pada tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi/Engineer /Pengawas. h. Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau S.S.C (J.S.C.E.) 20 atau PBI N I 1991 kecuali ditentukan lain dalam gambar. i. Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan izin pengecoran diberikan Direksi /Engineer/Pengawas. j. Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai dikejakan tidak boleh dibengkokkan tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, dan harus dijaga agar tidak bengkok atau rusak dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain. k. Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang cukup dan bagan-bagian pembuat jarak pada mana tulangan akan dikatkan dan ditahan ditempatnya. l. Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang diizinkan adalah + 4mm. Beton decking yang berhubungan dengan luar / air laut dibuat tebal 7,5 cm dan lainnya dibuat 5 cm 25 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Pasal 6 PEKERJAAN TIANG PANCANG 1. Umum Untuk mencapai hasil konstruksi pondasi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria teknis didalam perencanaan struktur pondasi yang telah dituangkan didalam gambar rencana, maka pekerjaan pemancangan fondasi tiang didalam proyek ini perlu mengacu kepada semua persyaratan teknis yang telah digunakan di dalam perencanaannya. Persyaratan teknis penting yang diperlukan didalam konstruksi pondasi akan dijelaskan berikut ini, yang meliputi Standar, Spesifikasi Material, Alat Kerja, Persiapan yang harus dilakukan dan Prosedur Pemancangan tiang pancang baja, 2. Standart Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan teknis ini adalah ; a. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung; SK SNI T- 15-1991-03 dan PBI 1991 N.I-2 b. Standar Industri Indonesia (SII) c. American Concrete Institute (ACI) d. American Welding Society (AWS) e. American Society For Testing and Materials (ASTW) f. British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110 3. Material Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan maupun tata cara pabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan baik sesuai rencana. Mutu Bahan: Tiang Pancang Baja yang digunakan adalah: BJ-37; SKK-400; JIS-A5525 G 3444/G 3106 dengan Mil sertifikat: Tensile strength min. 400 N/mm2 Yield Point min. 235 N/mm2 Elongation min. 18% Tensile Strength Of Welds min. 400n/mm2 Komposisi kimia maksimal (SKK 400) C: 0,25% - P: 0,04% - S: 0,04% Flatness 2/3 D 26 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Toleransi diameter : 0,5 % x D Toleransi ketebalan : -0,6 mm untuk D< 50 cm, -0,7 mm untuk D> 50-80 cm Toleransi lengkungan : 0,1 % x L Toleransi panjang tiang : 0 Dimensi tiang pancang baja yang digunakan diameter 50,80 cm tebal 12 mm Penggunaan Tiang Pancang Baja adalah sebagai berikut: No Lokasi Diameter (cm) Tebal (mm) Panjang (m) Jumlah Titik Tegak Miring 1 Trestle 50,80 12 45 30 - 2 Dermaga 50,80 12 48 26 - 4. Alat Kerja Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam proyek ini maka alternatif alat pancang yang dapat digunakan dalam pemancangan ini adalah Diesel hammer K-45 dengan ram stroke minimal dapat mencapai 1.5 m. Semua alat kerja, seperti rig pancang, diesel penggerak, hammer, helmet, cushion dan alat bantu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima sehingga mutu pekerjaan maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai. 5. Persiapan Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh Kontraktor pancang sebelum memulai pekerjaan pemancangan adalah : 1. Pengukuran dan marking posisi untuk pancang sesuai koordinat dalam gambar piling plan terbaru yang disetujui o!eh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh surveyor LSI qualified/bawah pengawasan konsultan. 2. Sebelum pekerjaan pamancangan dimulai, kontraktor pancang akan mengajukan metoda kerja, alat yang digunakan dan schedule pemancangan beserta urutan pemancangan yang akan dilakukan kepada pengawas/ pemberi tugas untuk mendapat persetujuan. 3. Kontraktor pancang akan bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih. 27 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara 6. Prosedur Pemancangan Tiang Pancang Sejumlah persyaratan penting yang mutlak dipenuhi di dalam prosedur pemancangan adalah : a. Tenaga Kerja Terampil Kontraktor pancang wajib menyediakan tenaga-kerja terampil dalam jumlah yang cukup dan terlatih serta di bawah pengawasan tenaga ahli profesional yang berpengalaman. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pancang harus menyampaikan struktur organisasi proyek beserta curriculum vitae tenaga ahli yang terlibat di dalamnya. b. Seleksi Tiang Pancang. Semua tiang pancang yang akan dipancang harus terseleksi dan memenuhi kondisi sebagai berikut : Fisik tiang pancang harus cukup lurus dalam sambungan. c. Ketepatan posisi dan toleransi. Semua tiang pancang harus dipancang pada posisi yang benar sesuai dengan posisi patok yang ditentukan dan dikombinasi terhadap gambar rencana yang tetah disetujui perencana, Di dalam aplikasi pemancangan, umumnya tiang pancang akan cenderung bergeser dari patok yang ditentukan, oleh karena itu pergeseran yang boleh terjadi harus dibatasi menurut code of practice yang berlaku. Untuk kepala tiang, deviasi maksimum yang diijinkan untuk sumbu tiang adalah 10 cm pada semua arah. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang tegak yang terpancang terhadap arah vertikal adalah + 1.5o. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang miring yang terpancang terhadap kemiringan yang telah ditentukan adalah +3o. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk top level dari tiang yang terpancang adalah +5cm Segala biaya perbaikan yang timbul akibat penyimpangan dari ketepatan posisi dan toleransi yang sudah ditentukan adalah menjadi tanggung jawab kontraktor pancang. d. Elevasi pemancangan. Untuk tiang pancang baja dengan panjang L = 40 - 48 m, maka tiang pancang akan dipancang secara kontinyu sampai mencapai kedalaman tanah keras. Apabila selama pemancangan, tiang telah mencapai lapisan tanah keras sebelum 28 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara kedalaman 48 m dari elevasi tanah dasar, maka untuk end bearing piles, pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai final/set yang sesuai (2.5 cm untuk 3 kali 10 pukulan terakhir). Untuk panjang tiang pancang baja dengan panjang 40 m s/d 48 m dengan sambungan dilakukan di lapangan. e. Driving records (pencatatan pemancangan). Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang, harus dibuat catatan-catatan. Untuk ini, ada seluruh panjangnya tiang diberi tanda-tanda dengan cat pada setiap jarak 50 cm, kecuali pada jarak 1 m terakhir, pada setiap 10 cm. Setiap tiang pancang yang dipancang, mulai dari awal hingga akhir harus dicatat dalam piling recording yang meliputi tanggal pemancangan, nomor tiang, umur tiang, tipe dan ukuran tiang, jumlah tumbukan per 50 cm, kedalaman dan final set yang dicapai. Setiap lembar pencatatan ini harus diperiksa dan diketahui oleh konsultan pengawas. Untuk ketertiban administrasi kontraktor pancang perlu membuat laporan harian mengenai progress pemancangan yang disetujui oleh konsultan pengawas. Penetrasi akhir dari pemancangan harus mancapai 2,5 cm per 3 kali 10 pukulan dan minimal mencapai kedalaman 50,00 m dari dasar laut dan hasil pencatatan kalendering pemancangan tiang pertama secepatnya disampaikan kepada Konsultan Perencana untuk dievaluasi. Records yang lengkap seperti disebutkan diatas harus dibuat untuk satu dari tiap sepuluh tiang yang dipancang, tetapi records mengenai dalamnya penetrasi dan jumlah pukulan harus dibuat untuk semua tiang yang dipancang. Pasal 7 UJI PEMBEBANAN 1. Uji Pembebanan Terhadap Tiang Dengan PDA Test Test pemancangan (Pile Driving Test) dilaksanakan pada pemancangan tiang pertama. Jauh-jauh hari sebelum dilaksanakannya test pemancangan, Kontraktor diharuskan terlebih dahulu melaporkan kepada Direksi mengenai jadual pelaksanaan test, untuk diteruskan kepada Konsultan Perencana. Test pemancangan tiang harus dihadiri dan disaksikan oleh Pengguna Anggaran, Direksi/Engineer/Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana. Segala biaya yang timbul atas pelaksanaan test pemancangan tiang menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya. 29 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Jumlah titik PDA Test adalah sebesar 1 % dari jumlah keseluruhan tiang untuk masingmasing kedalaman tiang pancang. Tujuan pengujian adalah menguji daya dukung statis pondasi tiang pancang tunggal sehingga dapat dievaluasi terhadap daya dukung rencana. Alat yang digunakan: Pile Driving Analyzer (PDA) Sepasang accelerometer Sepasang strain transducer Kabel utama Kabel penghubung Adaptor Massa hammer, dengan berat sesuai dengan beban ultimate rencana dari tiang Alat penjatuh hammer (dapat digunakan crane atau sejenisnya). Prinsip kerja pengujian adalah teori perambatan gelombang pada 1 dimensi (1-D Wave Propagation) dengan asumsi tiang uniform dan sifat elastis-linier, Pengujian dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian pada ASTM (American Standard Testing &. Materials) D4945-89. 2. Penjelasan Khusus Prinsip kerja: Fungsi Massa Hammer bila dijatuhkan ke kepala tiang akan membangkitkan gelombang tegangan yang kemudian menjalar sepanjang badan tiang, Fungsi Sensor Accelerometer adalah mendeteksi parameter gerakan material akibat perambatan gelombang tegangan yaitu percepatan partikelnya, yang bila diintegrasikan terhadap waktu akan menjadi kecepatan partikel (V) yang secara proporsional dapat dikonversi menjadi Gaya (F). Fungsi Sensor Strain Transducer adalah mendeteksi parameter gerakan material akibat perambatan gelombang tegangan yaitu regangannya, yang dengan hukum Hooke dapat dikonversi menjadi gaya (F). Fungsi Alat PDA adalah merekam data (F) & (V) dalam fungsi waktu, menganalisanya, menampilkannya dalam grafik serta dengan metode Case-Gofcrie menghitung daya dukung statis tiang serta output turunannya. Hasil Output dari Alat PDA: Hasil utama yaitu daya dukung statis dari tiang yang diuji. RSU (Ton) adalah daya dukung statis pondasi tiang khususnya tiang dengan friksi yang teruji CSX (kg/cm2) adalah tegangan tekan terukur pada material tiang di level sensor akibat impact. 2,2.4 TSX (Kg/cm2) adalah tegangan tarik terukur pada material tiang di level sensor akibat impact. 30 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Pasal 8 PEKERJAAN SAMBUNGAN A. SAMBUNGAN LAS 1. Lingkup Pekerjaan Pengelasan baja lunak harus dilakukan dengan las lengkung listrik dan harus memenuhi peryaratan BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841. Semua pekerjaan las hanya boleh dikerjakan oleh tukang-tukang las yang berpengalaman yang sedikitnya mempunyai pengalaman enam bulan termasuk dua buah berturut-turut sebelum bekerja pada pekerjaan dimaksud. Kontraktor harus memberikan daftar kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai tukang-tukang las yang dipekerjakan, nama-nama mereka, pengalaman kerja dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Daftar ini harus mendapat persetuuan Direksi/Engineer/Pengawas. Tempat pembuatan las lengkung,peralatan-peralatan dan kelengkapankelengkapannya harus dipakai sesuai persyratanan BS 638 C 9301. 2. Pemotongan dan Pengelasan Bahan-bahan baja harus dipotong dengan akurat dengan mempergunakan oxyacetylene. Pemotongan bahan-bahan yang panjang-panjang dan bahan-bahan yang bengkok harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi perubahan bentuk lebih lanjut. Cara pengelasan harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan las yang dilaksanakan pada tempat pekerjaan las di site dengan cara pengelasan semi automatic seperti ditentukan dalam JIS Z 3605 dan sesuai dengan gambar. Penyambungan dan perakitan profil baja untuk ponton adalah dengan las, dimana sambungan las harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalamSNI 03 - 1729 2002butir 13.5. Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah-daerah sekitarnya harus dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag) dan kotorankotoran lain dan harus dikeringkan dahulu. Selama pengelasan berlangsung, bahan-bahan yang akan dilas harus dipegang kuatkuat dalam posisi yang benar dengan cara pengelasan jig atau track. Penggunaan 31 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara tack welding harus dibatasi sampai seminimum mungkin. Pengelasan pada las tumpul harus dihentikan dengan hati-hati dan teliti dan lubang antara bagian-bagian yang dillas harus dibuat tepat seperti gambar. Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatannya harus sedemikian sehingga las berbenyuk V seluruhnya akan terisis dengan bahan-bahan isi. Kekurangan bahan isi untuk las harus dicegah dan pelaksanaan harus hati-hati, seperti masuknya slag kedalam las, ketidak sempurnaan center dan retak-retak. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi syarat seperti keropos, tumpang tindih (overlap), miring, kelebihan atau kurang tebalnya throat atau ukuran. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan angin (storm) kecuali pengelasan dengan cara pengelasan di dalam air. Pekerjaan las dalam keadaan cuaca buruk dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, jika telah diambil langkah-langkah pengamanan terhadap pengaruh cuaca buruk. 3. Penyelesaian Permukaan Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan-goresan, lekukan-lekukan , sisa-sisa bahan las dan cacat-cacat lain yang ada selama pelaksanaan. Setiap pekerjaan perbaikan harus dilakukan pada tanah yang rata, bersih, baik. Pekerjaan perbaikan las tidak boleh lebih pendek dari 5 cm termasuk random arc strikes. Semua pengelasan harus mencapai sudut-sudut dari bagian-bagian yang dilas. Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pegawas bagian-bagian yang dilas mempunyai kesalahan-kesalahan geometrik yang akan menimbulkan penumpukan tegangan atau notch effect karena tidak tepatnya letak las, Kontraktor harus memperbaikinya dengan mengikir. Perbaikan dengan cara mengulangi las diatasnya, tidak diijinkan. Jika untuk memperbaiki kesalahan tersebut diatas diaanggap perlu menambah las, maka pelaksanannya harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas. 4. Pemeriksaaan Pekerjaan Las Pekerjaan Las harus diperiksa atau disaksikan oleh Direksi/Engineer/Pengawas atau wakil yang ditunjuknya sesuai dengan persyaratan dalam JIS Z 3146 dan harus mencakup tapi tidak terbatas hanya pada pemeriksaan visual, test ultrasonic dan tes radiografik. Pengawasan visual harus tetap dilakukan meskipun pemeriksaaan lain dijalankan juga. Pemeriksaan visual mencakup pengecekan pemasangan sambungan ynag dilas, apakah 32 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara sudah lurus dam mengikuti persyaratan pekerjaan las mengenai sudut-sudut lekukan, permukaan-permukaan bagian yang dilas dan bagian-bagian yang terbuka. Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerintahkan setiap sambungan las untuk diperiksa dan ditest dengan cara radiografik atau ultrasonic yang disetujui, jika test seperti tersebut diatas dianggap perlu olehnya. Dalam hal ini, Kontraktor harusmempersiapkan segala sesuatunya agar test bisa dilaksanakan. B. SAMBUNGAN BAUT 1. Jenis Baut Jenis baut yang dapat digunakanadalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589- 81,0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya. Panjang baut harus sedemikian rupa sehingga paling sedikit satu ulirbaut penuh tampak di atas mur dan paling sedikit satu ulir ditambahdengan sisa ulir yang bersangkutan tampak penuh dibawah mursesudah pengencangan. 2. Jarak Baut 1. Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh kurang dari 3 kalidiameter nominal pengencang. 2. Jarak minimum dari pusat pengencang ke tepi pelat atau pelat sayapprofil harus memenuhi spesifikasi dalam Tabel di bawah ini: Dengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir. 3. Jarak antara pusat pengencang tidak boleh melebihi 15tp (dengan tpadalah tebal pelat lapistertipis didalam sambungan), atau 200 mm.Pada pengencang yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalamdaerah yang tidak mudah berkarat, jaraknya tidak boleh melebihi32tp atau 300mm. Pada baris luar pengencang dalam arah gayarencana, jaraknya tidak boleh melebihi (4 tp+ 100 mm) atau 200 mm. 4. Jarak dari pusat tiap pengencang ke tepi terdekat suatu bagian yangberhubungan dengan tepiyang lain tidak boleh lebih dari 12 kali tebalpelat lapis luar tertipis dalam sambungan dan jugatidak bolehmelebihi 150 mm. 5. Jarak dan jumlah baut yang digunakan sesuai dengan gambar rencana. Apabila harus dilakukan perubahan karna kesulitan pengerjaan atau dikarenakan hal 33 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara lainmaka perubahan dan pelaksanaannya harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas. 3. Lubang Baut Suatu lubang bulat untuk baut harus dipotong dengan mesinpemotong dengan api, atau dibor ukuran penuh, atau dipons 3 mmlebih kecil dan kemudian diperbesar, atau dipons ukuran penuh.Lubang selot harus dipotong dengan mesin api atau dipons sekaligusatau dibentuk denganmengebor dua lubang berdekatan kemudiandiselesaikan dengan api.Pemotongan lubang bautdengan api menggunakan tangan tidakdiperkenankan kecuali sebagai perbaikan di lapangan untuk lubang-lubangpada pelat landas kolom.Suatu lubang yang dipons hanya diizinkan pada material dengantegangan leleh (fy) tidak melebihi 360 MPa dan ketebalannya tidakmelebihi (5.600/fy ) mm. Diameter nominal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 2 mmlebih besar dari diameternominal baut untuk suatu baut yangdiameternya tidak melebihi 24 mm, dan maksimum 3 mmuntuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali untuk lubang padapelat landas harus sesuai dengan SNI 03 - 1729 2002butir 17.3.6. Pasal 9 PENGECATAN PROTEKSI UNTUK BAJA 1. Pembersihan Pengecatan proteksi yang akan diuraikan disini menyangkut semua bahan dan peralatan dari baja seperti bollard, rantai-rantai baja, tangga-tangga dan peralatan baja lain yang akan dipakai pada konstruksi trestle dan peralatan navigasi. Sebelum dicat, benda-benda baja harus dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau dengan alat-alat lain. Semua benda-benda yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari pabrik cat atau seperti yang dijelaskan dalam, spesifikasi ini. Pekerjaan las harus dibersihkan dari sisa-sisa las dan percikan-percikan las harus dibersihkan. 2. Pengecatan Setelah bagian yang akan dicat diperiksa kebersihannya oleh Direksi/Engineer /Pengawas, maka bagian luar dari bahan-bahan baja tersebut akan dicat dengan cat anti karat sebagai berikut: 34 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara CAT DASAR CAT LUAR Macam cat Jumlah Lapisan Zinc rich based 1 Epoxy resin based 2 Pengecatan harus dilakukan 3 kali dan tebal lapisan cat setelah kering minimum 0,3 mm. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, contoh-contoh cat dan nama pabriknya harus disampaikan kepada Direksi/Engineeer/Pengawas untuk mendapat persetujuannya. Warna dari lapisan terakhir harus sesuai dengan perintah Direksi/Engineer/Pengawas. Pasal 10 KEPALA TIANG & POER (PILE CAP) 1. Pemotongan harus melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan kepala tiang pada saat pemancangan. Kepala tiang harus diberi landasan selama pemancangan agar tidak langsung terpukul oleh landasan hammer. Tiang pancang yang lebih dari elevasi rencana dipotong dengan baik dan memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Tiang-tiang harus dipotong pada elevasi yang tepat sesuai dengan gambar dan untuk menghindari keretakan pada kepala tiang, pemotongan dilakukan dengan alat (gergaji besi). b. Bagian ujung tiang pancang akan tertanam dalam poer (pile cap) minimal 30 cm 2. Di atas tiap-tiap pancang pancang akan dibuatkan poer untuk menyalurkan gaya dari balok ketiang pancang yang ukuran-ukuran dan penulangannya seperti ditunjukkan dalam gambar kerja. 3. Sebelum melakukan pengecoran adukan semua tulangan harus sudah terpasang dengan baik, bersih dari kotorandan pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan waktunya sedemikian rupa sehingga adukan yang sudah dituangkan tidak terganggu oleh pasang surut sebelum beton mencapai umur 3 jam. 4. Apabila terdapat besi-besi bekas angker bekisting atau baja tulangan yang menonjol dari permukaan, maka besi/baja tersebut harus dipotong sedemikian sehingga nantinya dapat tertanam dan ditutup dengan adukan beton material yang kedap air minimal setebal selimut beton. Pasal 11 35 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara PEKERJAAN FENDER 1. Fender Karet yang akan dipakai pada dermaga ini adalah fender karet dari bahan karet mutu tinggi standar JIS K6301-1975 atau SII 2281-1988 dengan performance sesuai ketentuan dan ukuran minimal yang disyaratkan di bawah ini. Pemborong harus mengajukan gambar-gambar dari fender dan ukurannya kepada Direksi untuk disetujui sebelum fender dimasukan ke Proyek. 2. Maksimum compressi/defleksi yang diperkenankan adalah 50% dari tinggi total fender. 3. untuk anker baut harus digunakan angker baut dari bahan tahan karat yang ukurannya sesuai dengan gambar kerja dan atau standar yang diharuskan oleh pabrik pembuat fender karet yang bersangkutan. 4. Setiap pengadaan fender karet harus disertai dengan sertifikar dari pabrik pembuat. 5. Pemasangan karet fender baik jumlah maupun jarak penempatan harus seperti pada gambar. 6. Pemasangan bagian angker yang nantinya akan berada dalam beton harus sudah terpasang sebelum dilakukan pengecoran. Pasal 12 PERSYARATAN LAIN-LAIN 1. Pelaksana wajib membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan dan gambar-gambar detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut diajukan kepada direksi untuk disetujui. Gambar revisi atau gambar detail harus dibuat dalam rangkap dua dan diserahkan kepada Direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan (as built drawing) yang harus diserahkan pemborong kepada Direksi pada waktu penyerahan pekerjaan pertama. 2. Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi sementara untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik seerta seluruh biaya yang diperlukan adalah tanggungan kontraktor. 3. Pemborong dan direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal yang tidak diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan gambar/desain yang salah. 4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak pemborong harus memenuhi kewajibannya kepada pihak Pelabuhan, sebagai berikut: 36 Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara a. Membayar uang pas masuk pelabuhan bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan proyek selama untuk kepentingan pribadi masing-masing, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek. b. Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat atau jenis lainnya sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek. c. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan/diserahkan untuk sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak proyek/pemborong pelaksana atas beban pemborong. Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan menyingkirkan bahan-bahan bekas bongkarannya ke tempat yang ditentukan oleh Direksi atas beban pemborong. d. Lahan yang diserahkan kepada Pemborong untuk lokasi kegiatan proyek, termasuk untuk lokasi direksi keet, kantor pemborong, gudang bahan dan lapangan penumpukan dibebaskan dari kewajiban persyaratan sewa tanah dan lapangan penumpukan oleh pihak pemborong. e. Ponton pancang dan ponton-ponton transport yang beroperasi di daerah perairan pelabuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa kepelabuhan, kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga/tambatan yang tidak diserahkan untuk kegiatan proyek. Pasal 13 PERUBAHAN-PERUBAHAN 1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat berubah, ditambah sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan pada waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini dan dituangkan dalam berita acara. 2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Direksi diperlukan akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.