You are on page 1of 24

SYARAT SYARAT TEKNIS

1. Ukuran satuan yang dipergunakan dalam spesifikasi, Bill of Quantity dan


gambargambar adalah satuan metrik.
2. Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan:
3. Asdf
Dewan Normalisasi Indonesia
ASTM ( America Society for Testing & Materials )
ASSHO ( America Association of State Highway Officials )
4. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pemborong harus mengukur kembali semua titik
elevasi dan koordinat - koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan perbedaan
dilapangan, kontraktor wajib membuat gambar - gambar penyesuaian dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis. Semua bahan-bahan
yang dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuanketentuan umum yang
berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta persyaratannya serta standar
lain yang disetujui Pengawas/Direksi/Engineer.
5. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh,
Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya
paling tidak sama atau lebih tinggi terhadap apa yang telah disyaratkan.
6. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin
mempergunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.


LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan meliputi Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Pengadaan, Pembangunan
pondasi conveyor, Pembangunan Dermaga/Jetty , dan Pekerjaan Lain-lain.

PEKERJAAN PERSIAPAN
Untuk memulai pekerjaan sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu pekerjaan yang akan
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut. Atau sering kita kenal dengan
Pekerjaan Persiapan, diantaranya adalah :

1. Pembersihan Lokasi
Untuk kelancaran pekerjaan proyek ini, salah satu faktor yang sangat menentukan
adalah kebersihan. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diminta untuk
melakukan pembersihan lokasi pada areal pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Air Kerja, Listrik Kerja.
Kontraktor wajib menyediakan sumber air dan sumber listrik sendiri untuk
keperluan pelaksana pekerjaan dari awal mulainya kontrak sampai masa
berakhirnya masa pemeliharaan. Kontraktor harus menyediakan segala peralatan
dan bahan yang diperlukan di lapangan.
3. Alat-Alat untuk Survey.
Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran
topografi (Theodolite T2 & TO, Waterpass, bak ukur, geodeticmeter dan pita dan
rantai), pengukuran bathymetrik (echo sounder, sextant, station pointer), yang
dapat digunakan Direksi/Engineer/Pengawas setiap saat untuk checking
pemasangan tandatanda, penentuan elevasi dan lain-lain kegiatan pengukuran yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.Kontraktor harus memelihara alat-alat
untuk survey ini secara baik sehingga selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap
digunakan secara baik. Kontraktor harus menyediakan, atas biaya sendiri, patok-
patok beton, patok-patok kayu, bagan template, penampang kedalaman laut yang
diminta Direksi/Engineer/ Pengawas untuk pemeriksaan atau pengukuran bagian
dari pekerjaan.
4. Buku Harian.
a. Pelaksanaan wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan.
b. Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap
harinya.3
c. Catatan tersebut meliputi antara lain :
- Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari.
- Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain.
- Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak
atau diterima.
- Kemajuan dan pekerjaan.
- Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan.
d. Buku harian tersebut harus ditandatangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas
harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing-
masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pengawas untuk
mendapat penyelesaian.
e. Disamping buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua
instruksi Direksi yang ditandatangani oleh Direksi.

5. Keamanan Pekerjaan.
Kontraktor diwajibkan
a. Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.
b. Mengambil tindakan yang perlu demi kepentingan keselamatan para pekerja.
c. Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan
jalan, bangsal dan sebagainya.
d. Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung dengan
peraturan-peraturan pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama
penyelenggaraan.

6. Bangunan/Kantor Direksi.
Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Direksi (Direksi Keet) dan
gudang serta barak untuk keperluan kontraktor dengan luas sesuai yang tercantum di
dalam volume pekerjaan. Bangunan tersebut harus dilengkapi dengan penerangan,
perlengkapan kamar mandi WC, meja kursi dan kelengkapan lainnya yang layak dipakai
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor diwajibkan memelihara Kantor Direksi
tersebut agar dapat dipakai untuk kerja sampai pelaksanaan proyek selesai.
Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi Tugas, maka Kontraktor wajib membongkar
kembali bangunan-bangunan sementara tersebut pada saat pelaksanaan pekerjaan
selesai.

7. Keselamatan Kerja.
Kontraktor berkewajiban
a. Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan memberikan
pertolongan jika terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, biaya perawatan menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b. Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya
kecelakaan dengan disertai keterangan seperlunya.
c. Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat
pekerjaan.
d. Kontraktor harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan dengan
dokter setempat sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang sakit atau
mengalami kecelakaan segera dapat menerima pengobatan yang baik, pada setiap
saat baik siang maupun malam.
e. Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi
para pekerja, yang semuanya menjadi beban Kontraktor.
.
8. Jam Kerja.
Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan
pada malam hari, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan yang diperlukan, misalnya
penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas tanggungan biaya
Kontraktor dan atas persetujuan dan pengawasan Direksi/Engineer/Pengawas.

9. Mobilisasi dan Demobilisasi.
Yang dimaksud dalam pasal mengenal mobilisasi dan demobilisasi dalam bill of quantities,
mencakup antar jemput/mendatangkan : pekerja, pegawai, bahan-bahan bangunan,
peralatan dan keperluan-keperluan insidental untuk melaksanakan seluruh pekerjan, untuk
pindah di dalam lokasi proyek dan pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat
berakhirnya pekerjaan, termasuk:
a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi proyek beserta
pemasangannya, dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput : Staff, pegawai dan pekerja ke proyek.
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan
pembangunan, armada apung dan peralatan lainnya, sedemikian sehingga lokasi
proyek bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Direksi/Engineer/
Pengawas.
d. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staff, pegawai dan pekerjaan setelah proyek
selesai.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor harus
memasukkan rencana detail kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai prosedur
mobilisasi. Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal butir a) dan b)
tersebut di atas dalam waktu maksimum 20 (dua puluh) hari setelah Direksi/Engineer/
Pengawas memberikan nota mulainya pekerjaan.

10. Informasi Meteorologi.
Mengikuti instruksi Direksi/Engineer/Pengawas, Kontraktor harus menyediakan,
memelihara dan mengoperasikan peralatan pencatat data meteorologi untuk pengamatan
setiap hari selama waktu berlakunya kontrak, hal-hal di bawah ini :
a. Pencatat hujan;
b. Arah Kecepatan angin;
c. Temperatur..

11. Pengukuran, Positioning, dan Sounding

a. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan perletakan posisi dermaga
sesuai dengan Gambar Rencana dan penentuan elevasi-elevasi.
b. Titik ketinggian/Peil lantai dermaga harus tetap dijaga agar tidak berubah/ bergeser
selama pekerjaan ini berlangsung.3.
c. Untuk keperluan pengecekan kembali kedalaman dasar laut dimana lokasi dermaga
direncanakan, Pemborong wajib melakukan pengukuran ulang mengenai kedalaman
dasar laut sebelum melakukan posisioning koordinat tiang pancang dermaga. Hasil
pengukuran ulang tersebut segera disampaikan kepada Direksi/Engineer/Pengawas
dan segera diteruskan kepada Konsultan Perencana untuk diperiksa kembali apakah
posisi/lokasi dermaga sudah memenuhi syarat kedalaman atau perlu perubahan.
Segala sesuatu yang timbul akibat tidak dilaksanakannya ketetentuan tersebut di atas,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong dan Direksi/Engineer/Pengawas.

d. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan perletakan posisi dermaga
sesuai dengan Gambar Rencana dan penentuan elevasi-elevasi. .
e. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (peil + 0) ditentukan bersamasama
Pengawas. Patok-patok berukuran minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20 dengan
panjang ukuran lebih dari 4 m dan terbuat dari kayu kualitas baik. Papan patok harus
keras dan tidak berubah posisinya, tanda - tanda dan sumbu harus teliti dan jelas,
dicat dengan cat menie.
f. Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM) pada
lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan kembali,
pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang akan
dilakukan.
g. Patok monumen yang permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan
terganggu / dipindahkan.


12. Pagar Sementara Pengaman Proyek
Kontraktor atas biaya sendiri, apabila perlu dengan ijin Direksi/Engineer/Pengawas dapat
membuat pagar sementara dan harus memelihara pagar tersebut agar tetap dalam eadaan
baik termasuk pintu-pintunya, sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah
derasinya.Pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan.


PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. Gambar Kerja dan Contoh
1. Gambar-gambar kerja (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram, ilustrasi,
jadwal, brosur atau data-data yang disiapkan Kontraktor atau Sub Kontraktor atau
Produsen yang menjelaskan bahan-bahan, cara pelaksanaan atau bagian pekerjaan.
2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk menunjukkan
bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh Konsultan Pengawas
untuk menilai dahulu.
3. Kontraktor harus segera menyerahkan gambar-gambar kerja (shop drawing) dan
contoh-contoh yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau diinstruksikan, untuk
mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Pengawas.
4. Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan
dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal demikian. Dengan menyerahkan gambar-
gambar kerja atau contoh-contoh material, dianggap Kontraktor telah meneliti,
menyetujui dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen
Kontrak.
5. Konsultan Pengawas akan memeriksa dan menyetujui atau menolak gambar gambar
kerja atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat-syarat, Kontraktor
harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan sesuai dokumen
kontrak.
6. Kontraktor wajib melaksanakan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan
Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar kerja dan contohcontoh
sampai mendapatkan persetujuan.
7. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar kerja dan contoh-contoh,
tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan dengan
Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak diberitahukan secara tertulis
kepada Konsultan Pengawas.
8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar kerja atau contoh-contoh yang
harus disetujui Konsultan Pengawas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.
9. Gambar-gambar kerja atau contoh-contoh harus dikirimkan Kontraktor kepada
Konsultan Pengawas dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan memeriksa dan
menyetujui dengan catatan/keterangan 'Telah Diperiksa Tanpa Perubahan" atau
"Telah Diperiksa Dengan Perubahan" atau "Ditolak". Satu salinan ditahan oleh
Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada
Kontraktor.
10. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga harus
diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan diperlukan sama
seperti butir di atas.
11. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirimkan kepada
Konsultan Pengawas. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas
atau Perencana harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh contoh
tersebut diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti.
12. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan jika pengiriman dan hasil pelaksanaan
nantinya tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
13. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda
bukti/timbul sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-
barang/material-material tersebut.
14. Biaya pengiriman gambar-gambar kerja, contoh contoh, katalog-katalogkepada
Konsultan MK/Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.

B. Jaminan Kualitas
1. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali
ditentukan lain, Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan direcanakan
dengan baik, bebas dari cacat, teknis maupun estetis serta sesuai dengan Dokumen
Kontrak. Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai
hal-hal tersebut dan melaksanakan uji kualitas pada laboratorium independen atas
biaya kontraktor sendiri pada butir ini.
2. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa semua pekerjaan
yang telah diselesaikan dengan sempurna, tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.

C. Nama Pabrikan/Merk Yang Ditentukan

1. Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dan satu jenis
bahan/komponen, maka Kontraktor berkewajiban menawarkan dan memasang
sesuai dengan yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada waktu
pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran
ataupun sukar didapat dipasaran.
2. Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai
pemenang, Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada agennya di
Indonesia. Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat
pemesanan bahan/merek tersebut tidak ada/sukar diperoleh dan dinyatakan
dengan bukti tertulis, maka konsultan pengawas dengan persetujuan tertulis dari
Pemberi Tugas akan menentukan sendiri alternatif merk lain dengan Spesifikasi
minimum yang sama.
3. Setelah 1 (satu) bulan penunjukan pemenang, Kontraktor harus memberikan
kepada pemberi tugas fotocopy dari bukti pemesanan material yang diimport pada
agen atau pun importir lainnya, yang menyatakan bahwa material-material
tersebut telah dipesan (order import) dan perkiraan waktu kedatangannya.

D. Klausal Disebutkan Kembali
1. Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal-klausal yang disebutkan kembali
pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya.
2. Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah gambar kemudian spesifikasi teknis
dan Bill of Quantity.

E. Koordinasi Pekerjaan
1. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut. dalam
proyek ini, harus dikoordinasikan lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu
dengan lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci setiap pekerjaan sampai
dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syaratsyarat
pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis dari Pengawas.
3. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap
waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab.
4. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi)
atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki atau dibongkar,
Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

F. Pekerjaan Yang Tidak memenuhi Syarat.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai dengan
gambar atau RKS, maka atas perintah Direksi/Engineer/Pengawas, pihak Kontraktor harus
membongkarnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan
memperbaiki kembali atas tanggungan biaya pihak Kontraktor.


G. Peraturan Teknis Pembangunan Yang digunakan.
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana
Kerjadan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di
bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
- Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau
Afgemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij Aaneming van Openbare Warken
(AV) 1941.
- Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1991 (PBI-1991).
Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja,
Standard dan Tata Cara Perhitungan Struktur untuk Bangunan Gedung (SKSNI
03-2847-2002).
Peraturan Semen PortlandIndonesia N1-08.
Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1987).
2. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan. Untuk melaksanakan
pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat pula :

Gambar pelaksanaan yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Pengawas.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan.
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
Surat Perintah Kerja (SPK).
Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.


PEKERJAAN BETON
1. Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah semen Portland lokal setara yang sesuai
dengan syarat-syarat;
Peraturan Semen Portland Indonesia ( NI.8 - 1972 ).
Peraturan Beton Indonesia ( NI.2 - 1971).
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Gedung (SK SNI 03- 2847-2002)
Mempunyai sertifikat Uji (test sertificate).
Mendapat Persetujuan Perencana / Konsultan Pengawas.

Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah Portland
Cement Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SII 0013-81.

b. Semua semen yang digunakan adalah semen Portland lokal setara yang sesuai
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu
konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam
kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah.
c. Dalam pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan. Harus diterima dalam sak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan
digudang yang cukup ventilasinya dan diletakan tidak kena air, diletakan pada
tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Zak-zak semen tersebut
tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau maksimal 10 zak,
setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan dengan maksud agar
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
d. Untuk semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah
penyimpanan dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa
melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.
e. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai
mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus
mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu
pemborong diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutannya tiba di
lapangan.
f. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural.
g. Bilamana Direksi memandang perlu, pemborong harus melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat,
atas biaya pemborong.





2. Agregat
a. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat;
Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI.3 -1956)
Peraturan Beton Indonesia (NI,2 -1991).
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Gedung (SNI 03-2847-2003)
Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porous.
Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau
kotoran-kotoran lainnya.
b. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang dipakai.
c. Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan
memenuhi syarat-syarat dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standard lain
yang disetujui Direksi/ Engineer/Pengawas. Dalam hal adanya perubahan sumber
dimana agregat tersebut disupply, maka Kontraktor diwajibkan memberitahukan
Konsultan Pengawas. Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata
menyimpang dari contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat
tersebut diatas, maka sumber ini dapat ditolak.
d. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.
e. Suatu jumlah stock agregat yang telah disetujui Direksi/Engineer/Pengawas harus selalu
ada di lapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk suatu
jangka waktu 2 minggu tanpa terhenti.
f. Agregat kasar, terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan
dengan ukuran butir maksimum tidak melebihi daftar dibawah ini. Untuk seluruh
pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan
dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm-5 mm, 20 mm-5 mm ukuran
nominal atau syarat dalam NI atau dalam tabel berikut ini dari JIS.

Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1002 sieve)
Ukuran Agregat
Ukuran Saringan (mm)
50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
40-50% 100 95-100 95-100 35-75 10-30 0-5
25-5% 100 30-70 0-10 0-5

Apabila dan analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang
dapat mempengaruhi kerapatan beton, Direksi/Engineer/Pengawas dapat memberi
petunjuk kepada Kontraktor untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu
tersebut diatas.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukanolehDireksi/Engineer/Pengawas setelah
dilakukan pengetesan di lapangan. Kerikil dan batu pecah haruslah keras,tidak lapuk,
bersih dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus
dipecah untuk mendapat ukuran yang disyaratkan dengan jenis crusher yang
disetujui.Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau
dikehendaki Direksi/Engineer/ Pengawas harus dicuci secara seksama.

g. Agregat Halus, Agregat Halus/Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau
zat-zat organik, dan harus mempunyai gradasi sedemikian apabila dicampur dengan
agregat kasar, akan menghasilkan beton dengan kerapatan maksimum. Gradasi dan
agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198-1200 atau
dalam N atau dalam tabel berikut ini dari JIS.

Prosentase terhadap berat yang bolos saringan (JIS A 1102 sieve)
Ukuran saringan (mm)
10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15
% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir
dengan gradasi yang memenuhi syarat.Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai atas
persertujuan Direksi/Engineer/Pengawas.

h. Pengambilan contoh dan testing untuk agregat, Direksi/Engineer/Pengawas dapat
memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat untuk mengambil contoh agregat
dan lapangan atau sumber agregat untukdilakukan testing menurut cara yang diuraikan
dalam BS 812, JIS A 1102 atau N I.
Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai
test lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk
dipakai.Semua biaya yang dikeluar-kan untuk dipenuhinya persyaratan ini
menjadi tanggungan Kontraktor.

h. Penyimpanan agregat, Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam
bak atau lantai papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu
komposisi agregat tertentu atau tercampurnya agregat dan ukuran yang berbeda-
beda,dan menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau
bahanbahan pencemar lainnya.

Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh
Direksi/ Engineer/Pengawas. Pasir dan pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami
untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dan pecahan batu
saja dapat dipakai hanya atas persetujuan Direksi/Engineer /Pengawas.


3. Air
a. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjan dilapangan adalah air
bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan Kimia (asam) tidak
mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, minyak atau
lemak. Memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia (N1,2 1971) dan uji dengan
Laboratorium yang diakui, sah oleh yang berwenang dengan biaya ditanggung pihak
Kontraktor.

b. Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.

c. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber lain
harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.

d. Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan
beton, penyemprotan dan membasahi acuan (form work) atau pengeringan beton.\
e. Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau penyimpanan yang
cukup dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton dan menyemprot dan
membasahi acuan. Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam di
lokasi proyek. Apabila Kontraktor menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya
pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya lain-lainnya untuk
memperoleh air ini, seluruh biayanya harus ditanggung Kontraktor sendiri.

4. Perbandingan campuran dan kekuatan
Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang diberikan.
Test pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas beton
yang direncanakan dan harus mengikuti NI-2 (PBI 1991) bagian 3, bab 4 untuk menentukan
perbandingan semen, agregat dan air yang akan digunakan.

Test pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan (work
ability) yang diinginkan, dengan kekuatan sesuai dengan spesifikasi . Kekuatan yang lebih
tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas adalah untuk mencakup
kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan,
tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton. Campuran yang ada pada
akhirnya ditentukan dari tes pendahuluan akan tetap dipertahankan selama pekerjaan
berlangsung, kecuali ditentukan lain oleh Direksi /Engineer/Pengawas, perubahan mana
dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-hasil test.

Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi trestle ini adalah:
- K.400 untuk komponen strukturil seperti: plat, balok, pile cap, beton pengisi tiang.
- K.225 Untuk komponen non strukturil seperti: pelat dak beton, kolom penyangga
atap,saluran drainase, lantai ponton.

Tabel Campuran Beton
KELAS I II III
MUTU B.0 B.1 K.125 K.175 K.225 K.300
Dipakai untuk pekerjaan
Non
Strukturil
Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil
Kekuatan beton
karakteristik (kg/cm2)
-
- 125 175 225 >225
Kekuatan kubus target ratarata
(kg/cm2)
-
- 200 250 300 >300
Agergat kasar (ukuran mm) 31.5 31.5 31.5 16 8 8
Penggunaan semen (kg/m3) 130 200 250 275 - 325 325 - 375 >375
Water cement ratio (% mak) - - Lihat tabel 4.34 PBI .1991
Slump (cm) - - Lihat tabel 4.41 PBI .1991


5. Test Pendahuluan untuk menentukan perbandingan campuran beton
Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambah
yang diperlukan untuk menghsilkan beton yang memenuhi persyaratan baik yang
tercantum maupun tidak tercantum tabel campuran beton harus ditentukan oleh
Kontraktor dari sejumlah campuran campuran percobaan yang dilakukan dalam
laboratorium untuk beton yang akan dipakai dalam pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut akan menjadi pedoman bagi Kontraktor untuk membuat
campuran sebenarnya dilapangan dengan memperhatikan kondisi lapangan, peralatan
yang tersedia serta methoda pengecoran. Meskipun sudah dilakukan pembuatan
campuran percobaan dan disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas, tetapi Kontraktor
tetap bertanggungjawab sepenuhnya akan mutu beton yang dihasilkan pada waktu
pencampuran dilapangan.
Kekuatan beton rencana 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan.
Kekuatan campuran percobaan dalam laboratorium ditentukan sebagai nilai
karakteristik dari 20 contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja yang
harganya lebih kecil dari yang ditentukan.
Persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas mengenai campuran percobaan termasuk
kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus didapat secara tertulis sebelum beton
diizinkan untuk dicor.
6. Admixture.
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture, Jenis dan
jumlah bahan admixture yang dipakai harus ditest dan disetujui terlebih dahulu oleh
konsultan Pengawas. Admixture yang telah disimpan lebih dari 6 bulan dan telah
rusak, tidak boleh dipergunakan.
7. Mutu Beton.
a. Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat PBI - 1991. Kecuali ditentukan lain
pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan mutu beton yang digunakan untuk
pekerjaan konstruksi trestle dan dermaga ini adalah: K400.
b. Kontaktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mix) untuk mengontrol
hasil kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan ataupun
menyebabkan terjadinya pengendapan (segregation) dari agregat.
c. Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mix) tersebut diatas harus
dilakukan untuk menentukan beton yang harus dibuat.
8. Test Kubus
a. Konsultan Pengawas berhak meminta sempel kepada Kontraktor untuk membuat
kubus coba dari adukan beton yang dibuat.
b. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji, Setiap 3 m3
adukan beton dibuat 1 buah benda uji.
c. Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15x15x15 cm3. Pengambilan adukan
beton, pencetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah pengawasan konsultan
dan prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1991.
17
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
d. Ukuran identifikasi, kubus coba harus ditandai dengan suatu kode yang dapat
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan
dan lain-lain yang perlu dicatat.
e. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1991 Bab 4.7, termasuk juga pengujian -
pengujian slump dan pengujian-pengujian tekanan.
f. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
g. Semua kubus coba harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan disetujui
konsultan Pengawas.
h. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada konsultan Pengawas segera
sesudah percobaan, paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah pengecoran, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran
adukan, berat kubus benda uji dan data-data lain yang diperlukan.
i. Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi spesifikasi,
maka konsultan Pengawas berhak meminta Kontraktor agar mengadakan
percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan
coring.
j. Percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1991. Apabila gagal, maka
bagian tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas. Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
k. Kontraktor diharuskan mengadakan slump test menuhi syarat-syarat dalam PBI
1991. Slump beton berkisar 7 cm.
9. Cetakan Beton/Bekisting
a. Kontraktor harus memberikan sample bahan yang akan dipakai untuk cetakan beton
untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti
potongan- potongan kayu, paku, kotoran gergaji, tanah dan sebagainya.
c. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kebocoran atau hilangnya airselama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah
bentuk) dan tidak bergoyang,
d. Untuk beton exposed, cetakan beton yang digunakan harus memberikan hasil
permukaan beton yang baik, halus (tidak kasar) dan mempunyai warna yang merata
pada seluruh permukaan beton tersebut,
e. Permukaan cetakan beton yang bersentuhan dengan beton harus dicoating dengan
18
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
oli, untuk mempermudah saat pembongkaran cetakan dan memperbaiki
permukaan beton.
f. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut
kebutuhan PPKI 1970 atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenuhi
persyaratan.
g. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan tebal minimal
adalah 2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai plywood tebal minimal 16 mm.
Papan bekisting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai.
h. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak dapat
diperoleh di pasaran, maka pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada
Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama
atau lebih tinggi dari yang disyaratkan. Direksi akan menilai dan memberikan
persetujuan secara tertulis.
i. Untuk konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau yang lebih
baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan digunakan
dolken, diameter minimal harus 12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan diameter
terkecil pada salah satu ujungnya harus lebih besar dari 10 cm.
j. Setelah umur beton dilewati, maka harus dilakukan pembongkaran cetakan beton
(bekisting) serta memotong stek tulangan yang muncul ke permukaan beton dan
menutupnya dengan adukan beton.
10. Pengecoran Beton
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama
dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan konsultan Pengawas dan
mendapatkan persetujuannya, Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat
diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri.
b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan
menggunakan cara (metode) yang se-praktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran
atau bahan lain dari luar.
c. Penggunaan alat-alat pengangkutan (mesin) haruslah mendapat persetujuan
konsultan Pengawas/sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan.
Semua alat-alat pengangkutan yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan
dari sisa-sisa adukan yang mengeras,
d. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
19
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
sesuai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan konsultan Pengawas.
e. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan
lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.
f. Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis maksimum 30 cm
dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan manjatuhkan dari suatu
ketinggian, yang akan menyebabkan pengendapan agregat.
g. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran digunakan
internal concrete vibrator. Pemakaian external concrete vibrator tidak dibenarkan
tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.
h. Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontinyu/tanpa berhenti), Adukan
yang tidak dicor (ditinggalkan) daiam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari
mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak
diperkenankan untukdipakai lagi.
11. Perawatan Beton.
a. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1991 Bab 6.6.
b. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan
harus berlangsung terus menerus selama pailng sedikit 2 minggu, jika tidak
ditentukan lain, Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam
keadaan basah.
c. Apabila cetakan beton dibuka sebelum sesuai masa perawatan, maka selama sisa
waktu tersebut petaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan mambasahi
permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya dengan karung basah
atau dengan cara lain yang disetujui konsultan Pengawas.
12. Pembongkaran Cetakan
a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1991, dimana bagian struktur yang
dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya.
b. Acuan tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, tapi ijin
ini tidak berarti bahwa Kontraktor dibebaskan dari tanggungjawab terhadap
kekuatan dan keamanan konstruksi.
c. Pembukaan acuan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan
kerusakan pada beton. Sebelum penyangga acuan dilepas beton akan diperiksa
dengan membuka acuan sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta
20
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton
telah mengeras.
d. Acuan-acuan yang tidak menahan beban , dapat dibuka setelah 24 jam, asal
betonnya sudah cukup kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah
cukup telah dilakukan untuk pengeringan.
e. Acuan acuan yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang
dikeringkan ditempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan
sebenarnya, mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus
dipikul selama atau setelah acuan dibongkar dan bila Direksi/Engineer/Pengawas
telah menganggap syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal
yang berhubungan dengan ini telah dipenuhi.
f. Pembukaan acuan dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa
menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanannya harus diawasi oleh Pengawas
(Supervisor) yang kompeten.
g. Beton yang memikul beban dianggap sudah cukup kuat sehingga acuannya dapat
dibuka ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton yang dimaksud dan
dikeringkan ditempat pekerjaan, telah mencapai kekuatan tekan hancur yang
besarnya lebih besar dari setengah kekuatan beton rencana 28 hari.
h. Waktu untuk pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah
waktu minimum yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa
tabel ini hanya diberikan sebagai gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan
acuan yang dibutuhkan, dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan
lain-lain.
Waktu pembukaan acuan (minimum)
Dinding balok-balok 7 hari
Penyangga pelat 14 hari
Penunjang balok (penyangga) 28 hari
Props to soffits (props left) 14 hari
Waktu pembongkaran acuan minimum untuk beton yang menggunakan semen Portland
yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam
tabel diatas.Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat
persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.Konstruksi beton tidak boleh diberi beban
atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi/Engineer/Pengawas.
21
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah acuan dibuka dan
sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas pekeraaan tersebut.
13. Pengeringan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas
matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda yang
dianggap praktis, dari beberapa metoda-metoda di bawah ini :
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan
sejenis, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari
untuk beton dengan portland semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas
kedap air yang disetujui atau membran plastik yangharus tetap pada beton
selama 10 hari untuk beton dengan portland semen biasa.
c. Kecuali untuk pengeringan permukaan-permukaan beton dimana pengecoran
selanjutnya tersambung melalui lekatan pengeringan beton harus menggunakan
alat semprot. Dimana aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan
rendah sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Membran pengering
digunakan pada permukaan-permukaan yang horizontal segera setelah
pengecoran beton dan pada permukaan permukaan vertikal segera setelah
pelepasan acuan.
Lapisan pengering ini dipasang dua lapis tanpa lubang lubang pengikat.
Metode ini digunakan juga untuk pengeringan sisi bawah balok dan pelat.
Direksi/Engineer/Pengawas dapat menyaratkan penggunaan membran ini untuk
permukaan yang vertikal atau miring.
Biaya untuk proses pengeringan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan
pekerjaan beton.Dalam cuaca yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lamanya
pengeringan dapat diubah oleh Direksi/Engineer/Pengawas tanpa pembayaran
tambahan kepada Kontraktor.
Air yang digunakan untuk tujuan pengeringan harus dari kualitas yang sama dengan air
untuk adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan
beton.
14. Toleransi dan cacat pada beton
Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi batas-batas yang disebut dalam tabel.
Meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi secara terperinci lebih
22
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
diutamakan penggunaaan toleransi yang dinyatakan secara khusus didalam gambar.
Jika perlu Direksi/Engineer/Pengawas dapat memaksakan pemakaian toleransi yang
lebih kecil.
Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pengawas acuan pecah berlubang, bengkok,
menekuk, tidak rata atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton atau
merusak kekokohan atau lurusnya acuan, maka acuan ini akan ditolak.
Contoh-contoh toleransi yang diijinkan
Macam Toleransi Nilai Toleransi
-
-
-
-
-
Perbedaan dalam ukuran potongan melintang
pada bagian-bagian strukturil
Penyimpangan dari alignment seperti tertera
pada gambar (ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level permukaan puncak
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
Peyimpangan dari level permukaan sebelah
bawah seperti tertera pada gambar (ujung ke
ujung)
Perbedaan- perbedaan ukuran dari yang
tertera pada gambar yang diukur dari sebuah
template (patok ukur)
+ 6 mm
+ 10 mm
+ 10 mm
+ 10 mm
+ 3 mm
Pasal 5
BESI BETON
1. Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Peraturan Beton Indonesia (NI,2 -1971).
b. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak retak,
mengelupas, luka dan sebagainya),
c. Dari jenis baja mutu U-24 untuk D < 13 mm dan U-39 untuk D >13 (ulir) dengan
mutu BJTD 40 SNI 07-2052-2002
d. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1991
e. Mempunyai penampang yang sama rata.
23
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
2. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
a. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan perencana/konsultan Pengawas.
b. Besi beton harus disupplai dari satu sumber (manufacture) dan tidak diperkenankan
untuk mencampuradukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
c. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan
disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi memandang perlu,
contoh akan diuji di Laboratorium atas beban pemborong. Jumlahnya akan
ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
d. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian sehingga baja tulangan terhindar
dari pengotoran-pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang dapat
menyebabkan baja berkarat dan lain-lain pengaruh luar yang mempengaruhi
mutunya, sebaiknya baja terlindung atau ditutup dengan terpal-terpal sebelum dan
setelah pembengkokan.
Baja tulangan ditumpuk di atas balok-balok kayu agar tidak langsung berhubungan
dengan tanah.
3. Sertifikat
a. Kontraktor bilamana diminta harus mengadakan pengujian mutu besi beton yang
akan dipakai, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Batang percobaan di
ambil dibawah kesaksian Konsultan Pengawas. Jumlah test besi beton dengan
interval setiap 1 truk = 1 buah benda uji atau setiap 10 ton = 1 buah test besi.
Percoabaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh konsultan Pengawas.
b. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau mendapat
persetujuan konsultan Pengawas.
c. Hubungan antara besi beton satu dengan yang lain harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan tidak
menyentuh lantai kerja atau papan acuan.
d. Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus
dipasang pada posisi yang tepat.
e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi (R.K.S) diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah
menerima instruksi tertulis dari konsultan Pengawas, dalam waktu 2 x 24jam.
24
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
4. Teknik Pelaksanaan
a. Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C (J.S.C.E.) 138 atau
PBI NI-2 1971 kecuali ditentukan lain.
b. Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan dipekerjaan, meskipun
tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
c. Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjel-ganjel dan
dudukan-dudukan yang diikat erat kepadanya.
d. Batang batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan
binding wire sebagaimana ditentukan.
e. Macam dari ganjal-ganjal dan dudukan-dudukan yang dipakai harus mendapat
persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas dan setiap bagian dari ganjel-ganjel metal
atau dudukan-dudukan harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang
sama dengan tulangan.
f. Ganjel-ganjel dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor.
Binding wire tidak boleh keluar dari beton.
g. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan dalam
gambar atau pada tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi/Engineer /Pengawas.
h. Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau S.S.C (J.S.C.E.)
20 atau PBI N I 1991 kecuali ditentukan lain dalam gambar.
i. Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan
penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak
boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan izin pengecoran diberikan Direksi
/Engineer/Pengawas.
j. Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai
dikejakan tidak boleh dibengkokkan tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas,
dan harus dijaga agar tidak bengkok atau rusak dengan jalan mengikatnya pada
penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
k. Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus
ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan
penyangga yang cukup dan bagan-bagian pembuat jarak pada mana tulangan akan
dikatkan dan ditahan ditempatnya.
l. Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi
yang diizinkan adalah + 4mm. Beton decking yang berhubungan dengan luar / air
laut dibuat tebal 7,5 cm dan lainnya dibuat 5 cm
25
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Pasal 6
PEKERJAAN TIANG PANCANG
1. Umum
Untuk mencapai hasil konstruksi pondasi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria
teknis didalam perencanaan struktur pondasi yang telah dituangkan didalam gambar
rencana, maka pekerjaan pemancangan fondasi tiang didalam proyek ini perlu
mengacu kepada semua persyaratan teknis yang telah digunakan di dalam
perencanaannya. Persyaratan teknis penting yang diperlukan didalam konstruksi
pondasi akan dijelaskan berikut ini, yang meliputi Standar, Spesifikasi Material, Alat
Kerja, Persiapan yang harus dilakukan dan Prosedur Pemancangan tiang pancang baja,
2. Standart
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan teknis
ini adalah ;
a. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung;
SK SNI T- 15-1991-03 dan PBI 1991 N.I-2
b. Standar Industri Indonesia (SII)
c. American Concrete Institute (ACI)
d. American Welding Society (AWS)
e. American Society For Testing and Materials (ASTW)
f. British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110
3. Material
Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan
maupun tata cara pabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan
baik sesuai rencana.
Mutu Bahan:
Tiang Pancang Baja yang digunakan adalah: BJ-37; SKK-400; JIS-A5525 G 3444/G 3106
dengan Mil sertifikat:
Tensile strength min. 400 N/mm2
Yield Point min. 235 N/mm2
Elongation min. 18%
Tensile Strength Of Welds min. 400n/mm2
Komposisi kimia maksimal (SKK 400) C: 0,25% - P: 0,04% - S: 0,04%
Flatness 2/3 D
26
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Toleransi diameter : 0,5 % x D
Toleransi ketebalan : -0,6 mm untuk D< 50 cm, -0,7 mm untuk D> 50-80 cm
Toleransi lengkungan : 0,1 % x L
Toleransi panjang tiang : 0
Dimensi tiang pancang baja yang digunakan diameter 50,80 cm tebal 12 mm
Penggunaan Tiang Pancang Baja adalah sebagai berikut:
No Lokasi
Diameter
(cm)
Tebal
(mm)
Panjang
(m)
Jumlah Titik
Tegak Miring
1 Trestle 50,80 12 45 30 -
2 Dermaga 50,80 12 48 26 -
4. Alat Kerja
Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam proyek ini maka alternatif alat
pancang yang dapat digunakan dalam pemancangan ini adalah Diesel hammer K-45
dengan ram stroke minimal dapat mencapai 1.5 m. Semua alat kerja, seperti rig
pancang, diesel penggerak, hammer, helmet, cushion dan alat bantu lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima sehingga mutu pekerjaan
maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai.
5. Persiapan
Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh Kontraktor pancang sebelum
memulai pekerjaan pemancangan adalah :
1. Pengukuran dan marking posisi untuk pancang sesuai koordinat dalam gambar
piling plan terbaru yang disetujui o!eh perencana. Pengukuran harus dilakukan
oleh surveyor LSI qualified/bawah pengawasan konsultan.
2. Sebelum pekerjaan pamancangan dimulai, kontraktor pancang akan
mengajukan metoda kerja, alat yang digunakan dan schedule pemancangan
beserta urutan pemancangan yang akan dilakukan kepada pengawas/ pemberi
tugas untuk mendapat persetujuan.
3. Kontraktor pancang akan bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan
sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.
27
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
6. Prosedur Pemancangan Tiang Pancang
Sejumlah persyaratan penting yang mutlak dipenuhi di dalam prosedur pemancangan
adalah :
a. Tenaga Kerja Terampil
Kontraktor pancang wajib menyediakan tenaga-kerja terampil dalam jumlah yang
cukup dan terlatih serta di bawah pengawasan tenaga ahli profesional yang
berpengalaman. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pancang harus
menyampaikan struktur organisasi proyek beserta curriculum vitae tenaga ahli
yang terlibat di dalamnya.
b. Seleksi Tiang Pancang.
Semua tiang pancang yang akan dipancang harus terseleksi dan memenuhi kondisi
sebagai berikut :
Fisik tiang pancang harus cukup lurus dalam sambungan.
c. Ketepatan posisi dan toleransi.
Semua tiang pancang harus dipancang pada posisi yang benar sesuai dengan posisi
patok yang ditentukan dan dikombinasi terhadap gambar rencana yang tetah
disetujui perencana, Di dalam aplikasi pemancangan, umumnya tiang pancang
akan cenderung bergeser dari patok yang ditentukan, oleh karena itu pergeseran
yang boleh terjadi harus dibatasi menurut code of practice yang berlaku.
Untuk kepala tiang, deviasi maksimum yang diijinkan untuk sumbu tiang adalah 10
cm pada semua arah. Deviasi maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang tegak
yang terpancang terhadap arah vertikal adalah + 1.5o.
Deviasi maksimum yang diijinkan untuk tiang pancang miring yang terpancang
terhadap kemiringan yang telah ditentukan adalah +3o.
Deviasi maksimum yang diijinkan untuk top level dari tiang yang terpancang
adalah +5cm
Segala biaya perbaikan yang timbul akibat penyimpangan dari ketepatan posisi dan
toleransi yang sudah ditentukan adalah menjadi tanggung jawab kontraktor
pancang.
d. Elevasi pemancangan.
Untuk tiang pancang baja dengan panjang L = 40 - 48 m, maka tiang pancang
akan dipancang secara kontinyu sampai mencapai kedalaman tanah keras. Apabila
selama pemancangan, tiang telah mencapai lapisan tanah keras sebelum
28
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
kedalaman 48 m dari elevasi tanah dasar, maka untuk end bearing piles,
pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai final/set yang
sesuai (2.5 cm untuk 3 kali 10 pukulan terakhir).
Untuk panjang tiang pancang baja dengan panjang 40 m s/d 48 m dengan
sambungan dilakukan di lapangan.
e. Driving records (pencatatan pemancangan).
Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang, harus dibuat catatan-catatan. Untuk
ini, ada seluruh panjangnya tiang diberi tanda-tanda dengan cat pada setiap jarak
50 cm, kecuali pada jarak 1 m terakhir, pada setiap 10 cm.
Setiap tiang pancang yang dipancang, mulai dari awal hingga akhir harus dicatat
dalam piling recording yang meliputi tanggal pemancangan, nomor tiang, umur
tiang, tipe dan ukuran tiang, jumlah tumbukan per 50 cm, kedalaman dan final
set yang dicapai. Setiap lembar pencatatan ini harus diperiksa dan diketahui oleh
konsultan pengawas.
Untuk ketertiban administrasi kontraktor pancang perlu membuat laporan harian
mengenai progress pemancangan yang disetujui oleh konsultan pengawas.
Penetrasi akhir dari pemancangan harus mancapai 2,5 cm per 3 kali 10 pukulan
dan minimal mencapai kedalaman 50,00 m dari dasar laut dan hasil pencatatan
kalendering pemancangan tiang pertama secepatnya disampaikan kepada
Konsultan Perencana untuk dievaluasi. Records yang lengkap seperti disebutkan
diatas harus dibuat untuk satu dari tiap sepuluh tiang yang dipancang, tetapi
records mengenai dalamnya penetrasi dan jumlah pukulan harus dibuat untuk
semua tiang yang dipancang.
Pasal 7
UJI PEMBEBANAN
1. Uji Pembebanan Terhadap Tiang Dengan PDA Test
Test pemancangan (Pile Driving Test) dilaksanakan pada pemancangan tiang pertama.
Jauh-jauh hari sebelum dilaksanakannya test pemancangan, Kontraktor diharuskan
terlebih dahulu melaporkan kepada Direksi mengenai jadual pelaksanaan test, untuk
diteruskan kepada Konsultan Perencana.
Test pemancangan tiang harus dihadiri dan disaksikan oleh Pengguna Anggaran,
Direksi/Engineer/Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana.
Segala biaya yang timbul atas pelaksanaan test pemancangan tiang menjadi
tanggungan Kontraktor sepenuhnya.
29
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Jumlah titik PDA Test adalah sebesar 1 % dari jumlah keseluruhan tiang untuk
masingmasing
kedalaman tiang pancang. Tujuan pengujian adalah menguji daya dukung
statis pondasi tiang pancang tunggal sehingga dapat dievaluasi terhadap daya dukung
rencana.
Alat yang digunakan:
Pile Driving Analyzer (PDA)
Sepasang accelerometer
Sepasang strain transducer
Kabel utama Kabel penghubung
Adaptor
Massa hammer, dengan berat sesuai dengan beban ultimate rencana dari tiang Alat
penjatuh hammer (dapat digunakan crane atau sejenisnya). Prinsip kerja pengujian
adalah teori perambatan gelombang pada 1 dimensi (1-D Wave Propagation) dengan
asumsi tiang uniform dan sifat elastis-linier, Pengujian dilakukan sesuai dengan
prosedur pengujian pada ASTM (American Standard Testing &. Materials) D4945-89.
2. Penjelasan Khusus
Prinsip kerja:
Fungsi Massa Hammer bila dijatuhkan ke kepala tiang akan membangkitkan gelombang
tegangan yang kemudian menjalar sepanjang badan tiang, Fungsi Sensor
Accelerometer adalah mendeteksi parameter gerakan material akibat perambatan
gelombang tegangan yaitu percepatan partikelnya, yang bila diintegrasikan
terhadap waktu akan menjadi kecepatan partikel (V) yang secara proporsional dapat
dikonversi menjadi Gaya (F). Fungsi Sensor Strain Transducer adalah mendeteksi
parameter gerakan material akibat perambatan gelombang tegangan yaitu
regangannya, yang dengan hukum Hooke dapat dikonversi menjadi gaya (F).
Fungsi Alat PDA adalah merekam data (F) & (V) dalam fungsi waktu,
menganalisanya, menampilkannya dalam grafik serta dengan metode Case-Gofcrie
menghitung daya dukung statis tiang serta output turunannya.
Hasil Output dari Alat PDA:
Hasil utama yaitu daya dukung statis dari tiang yang diuji.
RSU (Ton) adalah daya dukung statis pondasi tiang khususnya tiang dengan friksi yang
teruji CSX (kg/cm2) adalah tegangan tekan terukur pada material tiang di level sensor
akibat impact. 2,2.4 TSX (Kg/cm2) adalah tegangan tarik terukur pada material tiang
di level sensor akibat impact.
30
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Pasal 8
PEKERJAAN SAMBUNGAN
A. SAMBUNGAN LAS
1. Lingkup Pekerjaan
Pengelasan baja lunak harus dilakukan dengan las lengkung listrik dan harus memenuhi
peryaratan BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841.
Semua pekerjaan las hanya boleh dikerjakan oleh tukang-tukang las yang
berpengalaman yang sedikitnya mempunyai pengalaman enam bulan termasuk dua
buah berturut-turut sebelum bekerja pada pekerjaan dimaksud.
Kontraktor harus memberikan daftar kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai
tukang-tukang las yang dipekerjakan, nama-nama mereka, pengalaman kerja dan
keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Daftar ini harus mendapat persetuuan
Direksi/Engineer/Pengawas.
Tempat pembuatan las lengkung,peralatan-peralatan dan kelengkapankelengkapannya
harus dipakai sesuai persyratanan BS 638 C 9301.
2. Pemotongan dan Pengelasan
Bahan-bahan baja harus dipotong dengan akurat dengan mempergunakan oxyacetylene.
Pemotongan bahan-bahan yang panjang-panjang dan bahan-bahan yang
bengkok harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi perubahan bentuk lebih
lanjut.
Cara pengelasan harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum pekerjaan
dimulai.
Penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan las yang dilaksanakan
pada tempat pekerjaan las di site dengan cara pengelasan semi automatic seperti
ditentukan dalam JIS Z 3605 dan sesuai dengan gambar.
Penyambungan dan perakitan profil baja untuk ponton adalah dengan las, dimana
sambungan las harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalamSNI 03 - 1729
2002butir 13.5.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah-daerah
sekitarnya harus dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag) dan kotorankotoran
lain dan harus dikeringkan dahulu.
Selama pengelasan berlangsung, bahan-bahan yang akan dilas harus dipegang kuatkuat
dalam posisi yang benar dengan cara pengelasan jig atau track. Penggunaan
31
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
tack welding harus dibatasi sampai seminimum mungkin. Pengelasan pada las tumpul
harus dihentikan dengan hati-hati dan teliti dan lubang antara bagian-bagian yang
dillas harus dibuat tepat seperti gambar.
Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatannya harus sedemikian sehingga
las berbenyuk V seluruhnya akan terisis dengan bahan-bahan isi. Kekurangan bahan isi
untuk las harus dicegah dan pelaksanaan harus hati-hati, seperti masuknya slag
kedalam las, ketidak sempurnaan center dan retak-retak.
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi
syarat seperti keropos, tumpang tindih (overlap), miring, kelebihan atau kurang
tebalnya throat atau ukuran.
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan angin (storm) kecuali
pengelasan dengan cara pengelasan di dalam air. Pekerjaan las dalam keadaan
cuaca buruk dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, jika
telah diambil langkah-langkah pengamanan terhadap pengaruh cuaca buruk.
3. Penyelesaian Permukaan
Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan-goresan, lekukan-lekukan ,
sisa-sisa bahan las dan cacat-cacat lain yang ada selama pelaksanaan. Setiap
pekerjaan perbaikan harus dilakukan pada tanah yang rata, bersih, baik. Pekerjaan
perbaikan las tidak boleh lebih pendek dari 5 cm termasuk random arc strikes.
Semua pengelasan harus mencapai sudut-sudut dari bagian-bagian yang dilas.
Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pegawas bagian-bagian yang dilas
mempunyai kesalahan-kesalahan geometrik yang akan menimbulkan penumpukan
tegangan atau notch effect karena tidak tepatnya letak las, Kontraktor harus
memperbaikinya dengan mengikir.
Perbaikan dengan cara mengulangi las diatasnya, tidak diijinkan. Jika untuk
memperbaiki kesalahan tersebut diatas diaanggap perlu menambah las, maka
pelaksanannya harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.
4. Pemeriksaaan Pekerjaan Las
Pekerjaan Las harus diperiksa atau disaksikan oleh Direksi/Engineer/Pengawas atau
wakil yang ditunjuknya sesuai dengan persyaratan dalam JIS Z 3146 dan harus
mencakup tapi tidak terbatas hanya pada pemeriksaan visual, test ultrasonic dan tes
radiografik.
Pengawasan visual harus tetap dilakukan meskipun pemeriksaaan lain dijalankan juga.
Pemeriksaan visual mencakup pengecekan pemasangan sambungan ynag dilas, apakah
32
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
sudah lurus dam mengikuti persyaratan pekerjaan las mengenai sudut-sudut lekukan,
permukaan-permukaan bagian yang dilas dan bagian-bagian yang terbuka.
Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerintahkan setiap sambungan las untuk
diperiksa dan ditest dengan cara radiografik atau ultrasonic yang disetujui, jika test
seperti tersebut diatas dianggap perlu olehnya. Dalam hal ini, Kontraktor
harusmempersiapkan segala sesuatunya agar test bisa dilaksanakan.
B. SAMBUNGAN BAUT
1. Jenis Baut
Jenis baut yang dapat digunakanadalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-
81,0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A)
yang sesuai, atau penggantinya.
Panjang baut harus sedemikian rupa sehingga paling sedikit satu ulirbaut penuh
tampak di atas mur dan paling sedikit satu ulir ditambahdengan sisa ulir yang
bersangkutan tampak penuh dibawah mursesudah pengencangan.
2. Jarak Baut
1. Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh kurang dari 3 kalidiameter
nominal pengencang.
2. Jarak minimum dari pusat pengencang ke tepi pelat atau pelat sayapprofil
harus memenuhi spesifikasi dalam Tabel di bawah ini:
Dengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir.
3. Jarak antara pusat pengencang tidak boleh melebihi 15tp (dengan tpadalah
tebal pelat lapistertipis didalam sambungan), atau 200 mm.Pada pengencang
yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalamdaerah yang tidak mudah
berkarat, jaraknya tidak boleh melebihi32tp atau 300mm. Pada baris luar
pengencang dalam arah gayarencana, jaraknya tidak boleh melebihi (4 tp+ 100
mm) atau 200 mm.
4. Jarak dari pusat tiap pengencang ke tepi terdekat suatu bagian
yangberhubungan dengan tepiyang lain tidak boleh lebih dari 12 kali tebalpelat
lapis luar tertipis dalam sambungan dan jugatidak bolehmelebihi 150 mm.
5. Jarak dan jumlah baut yang digunakan sesuai dengan gambar rencana. Apabila
harus dilakukan perubahan karna kesulitan pengerjaan atau dikarenakan hal
33
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
lainmaka perubahan dan pelaksanaannya harus mendapat persetujuan
Direksi/Engineer/Pengawas.
3. Lubang Baut
Suatu lubang bulat untuk baut harus dipotong dengan mesinpemotong dengan api,
atau dibor ukuran penuh, atau dipons 3 mmlebih kecil dan kemudian diperbesar, atau
dipons ukuran penuh.Lubang selot harus dipotong dengan mesin api atau dipons
sekaligusatau dibentuk denganmengebor dua lubang berdekatan kemudiandiselesaikan
dengan api.Pemotongan lubang bautdengan api menggunakan tangan
tidakdiperkenankan kecuali sebagai perbaikan di lapangan untuk lubang-lubangpada
pelat landas kolom.Suatu lubang yang dipons hanya diizinkan pada material
dengantegangan leleh (fy) tidak melebihi 360 MPa dan ketebalannya tidakmelebihi
(5.600/fy ) mm.
Diameter nominal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 2 mmlebih besar dari
diameternominal baut untuk suatu baut yangdiameternya tidak melebihi 24 mm, dan
maksimum 3 mmuntuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali untuk lubang
padapelat landas harus sesuai dengan SNI 03 - 1729 2002butir 17.3.6.
Pasal 9
PENGECATAN PROTEKSI UNTUK BAJA
1. Pembersihan
Pengecatan proteksi yang akan diuraikan disini menyangkut semua bahan dan
peralatan dari baja seperti bollard, rantai-rantai baja, tangga-tangga dan peralatan
baja lain yang akan dipakai pada konstruksi trestle dan peralatan navigasi.
Sebelum dicat, benda-benda baja harus dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau
dengan alat-alat lain. Semua benda-benda yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk dari pabrik cat atau seperti yang dijelaskan dalam,
spesifikasi ini. Pekerjaan las harus dibersihkan dari sisa-sisa las dan percikan-percikan
las harus dibersihkan.
2. Pengecatan
Setelah bagian yang akan dicat diperiksa kebersihannya oleh Direksi/Engineer
/Pengawas, maka bagian luar dari bahan-bahan baja tersebut akan dicat dengan cat
anti karat sebagai berikut:
34
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
CAT DASAR CAT LUAR
Macam cat
Jumlah Lapisan
Zinc rich based
1
Epoxy resin based
2
Pengecatan harus dilakukan 3 kali dan tebal lapisan cat setelah kering minimum 0,3
mm. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, contoh-contoh cat dan nama pabriknya harus
disampaikan kepada Direksi/Engineeer/Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
Warna dari lapisan terakhir harus sesuai dengan perintah Direksi/Engineer/Pengawas.
Pasal 10
KEPALA TIANG & POER (PILE CAP)
1. Pemotongan harus melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan kepala
tiang pada saat pemancangan. Kepala tiang harus diberi landasan selama pemancangan
agar tidak langsung terpukul oleh landasan hammer. Tiang pancang yang lebih dari
elevasi rencana dipotong dengan baik dan memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
a. Tiang-tiang harus dipotong pada elevasi yang tepat sesuai dengan gambar dan untuk
menghindari keretakan pada kepala tiang, pemotongan dilakukan dengan alat
(gergaji besi).
b. Bagian ujung tiang pancang akan tertanam dalam poer (pile cap) minimal 30 cm
2. Di atas tiap-tiap pancang pancang akan dibuatkan poer untuk menyalurkan gaya dari
balok ketiang pancang yang ukuran-ukuran dan penulangannya seperti ditunjukkan
dalam gambar kerja.
3. Sebelum melakukan pengecoran adukan semua tulangan harus sudah terpasang dengan
baik, bersih dari kotorandan pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan waktunya
sedemikian rupa sehingga adukan yang sudah dituangkan tidak terganggu oleh pasang
surut sebelum beton mencapai umur 3 jam.
4. Apabila terdapat besi-besi bekas angker bekisting atau baja tulangan yang menonjol
dari permukaan, maka besi/baja tersebut harus dipotong sedemikian sehingga nantinya
dapat tertanam dan ditutup dengan adukan beton material yang kedap air minimal
setebal selimut beton.
Pasal 11
35
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
PEKERJAAN FENDER
1. Fender Karet yang akan dipakai pada dermaga ini adalah fender karet dari bahan karet
mutu tinggi standar JIS K6301-1975 atau SII 2281-1988 dengan performance sesuai
ketentuan dan ukuran minimal yang disyaratkan di bawah ini. Pemborong harus
mengajukan gambar-gambar dari fender dan ukurannya kepada Direksi untuk disetujui
sebelum fender dimasukan ke Proyek.
2. Maksimum compressi/defleksi yang diperkenankan adalah 50% dari tinggi total fender.
3. untuk anker baut harus digunakan angker baut dari bahan tahan karat yang ukurannya
sesuai dengan gambar kerja dan atau standar yang diharuskan oleh pabrik pembuat
fender karet yang bersangkutan.
4. Setiap pengadaan fender karet harus disertai dengan sertifikar dari pabrik pembuat.
5. Pemasangan karet fender baik jumlah maupun jarak penempatan harus seperti pada
gambar.
6. Pemasangan bagian angker yang nantinya akan berada dalam beton harus sudah
terpasang sebelum dilakukan pengecoran.
Pasal 12
PERSYARATAN LAIN-LAIN
1. Pelaksana wajib membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan dan gambar-gambar
detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut diajukan kepada
direksi untuk disetujui. Gambar revisi atau gambar detail harus dibuat dalam rangkap
dua dan diserahkan kepada Direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan (as
built drawing) yang harus diserahkan pemborong kepada Direksi pada waktu penyerahan
pekerjaan pertama.
2. Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi
sementara untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik seerta
seluruh biaya yang diperlukan adalah tanggungan kontraktor.
3. Pemborong dan direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan
gambar/desain yang salah.
4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak pemborong harus memenuhi
kewajibannya kepada pihak Pelabuhan, sebagai berikut:
36
Pembangunan Pelabuhan Penumpang Dabo
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
a. Membayar uang pas masuk pelabuhan bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek selama untuk kepentingan pribadi masing-masing, kecuali pada
areal kerja/lokasi kegiatan proyek.
b. Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat atau jenis
lainnya sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan
proyek.
c. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan/diserahkan untuk
sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak proyek/pemborong pelaksana
atas beban pemborong. Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan
menyingkirkan bahan-bahan bekas bongkarannya ke tempat yang ditentukan oleh
Direksi atas beban pemborong.
d. Lahan yang diserahkan kepada Pemborong untuk lokasi kegiatan proyek, termasuk
untuk lokasi direksi keet, kantor pemborong, gudang bahan dan lapangan
penumpukan dibebaskan dari kewajiban persyaratan sewa tanah dan lapangan
penumpukan oleh pihak pemborong.
e. Ponton pancang dan ponton-ponton transport yang beroperasi di daerah perairan
pelabuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa
kepelabuhan, kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga/tambatan
yang tidak diserahkan untuk kegiatan proyek.
Pasal 13
PERUBAHAN-PERUBAHAN
1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat
berubah, ditambah sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut
harus dilakukan pada waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini dan
dituangkan dalam berita acara.
2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Direksi diperlukan
akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

You might also like