You are on page 1of 60

1

BAB I
PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebahagian masyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram. ( Yulianti L, 2010 ).
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan
banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR
juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya cukup, hal ini
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas
dan morbilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupan dimasa depan. ( bblr. co. id, online diakses 04 Mei 2013 )
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995
hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau
berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
Prevalensi bayi berat lahir rendah ( BBLR ) diperkirakan 15 % dari seluruh
kelahiran didunia dengan batasan 33 %- 38 % dan lebih sering terjadi dinegara-
Negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90 %
kejadian BBLR didapatkan dinegara- Negara berkembang dan angka kematiannya
2

35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. (
depkes. go. Id, online diakses 04 Mei 2013 )
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang
tertinggi dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di
Indonesia pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa
membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka kematian 41 bayi per
100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per 100.000 kelahiran
hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
( Diakses tanggal 4 Mei 2013 )
Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini mempunyai kontribusi
terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang diperkirakan mencapai
350.000 bayi setiap tahunnya. Diperkirakan sekitar 17 juta bayi lahir BBLR
setiap tahun.
( Wordpress. Com, di akses tanggal 25.04.2007 ).
Di Sulawesi Selatan pada tahun 2007, tercatat baahwa jumlah bayi dengan
BBLR sebanyak 2.416 ( 1,56% dari total bayi lahir ) dan yang tertangani
sebanyak 2.405 orang, di kota Makassar jumlah kasus yang terjadi 295 kasus.
Pada tahun 2008 jumlah BBLR mengalami penurunaan menjadi 1.998 (
1,36 % dari total jumlah bayi lahir dan yang tertangani sebanyak 1.670 ( 83,56 %
) dan kasus yang terjadi di Makassar sebanyak 251 kasus.
Pada tahun 2009 jumlah bayi dengan BBLR meningkat menjadi 2.040 (
1,36 % dari total jumlah bayi lahir ) dan yang terjadi di Makassar sebanyak 251
kasus. ( Wordpress.com. di akses tanggal 03/07/2010).
3

Dari bagian Rekam Medik RSU M. Yunus Kota Bengkulu dalam satu
terakhir dari bulan maret 2010 sampai maret 2013 jumlah bayi yang lahir 948
bayi dan yang mengalami berat lahir rendah sebanyak 75
( 7,91% ).
Sehubungan dengan masih tingginya kejadian bayi dengan berat lahir rendah
di RSU M. Yunus Kota Bengkulu maka penulis termotivasi untuk membahas
lebih lanjut melalui Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Asuhan Kebidanan Pada
Bayi R Dengan Berat Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal
24 S.D 26 Mei 2013.

B. Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan latar belakang masalah, bahwa kematian bayi yang disebabkan
oleh Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) merupakan suatu masalah yang cukup
kompleks yang dapat disebabkan oleh gangguan pertumbuhan intra uterin
sehingga berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan.
Oleh karena itu penulis memberi batasan pada permasalahan tentang penerapan
Asuhan Kebidanan pada bayi R dengan Berat Lahir Rendah di RSU M. Yunus
Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei 2013

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi R Dengan Berat
Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei 2013
4

dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan sesuai dengan
kewenangan bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data dan analisa data Pada Bayi R dengan
Berat Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26
Mei 2013.
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Bayi R dengan Berat
Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei
2013.
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi R dengan Berat
Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei
2013.
d. Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi R dengan
Berat Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26
Mei 2013.
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada Bayi R dengan Berat Lahir
Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei 2013.
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan Bayi R dengan Berat Lahir
Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei 2013.
g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada Bayi R
dengan Berat Lahir Rendah di RSU M. Yunus Kota Bengkulu tanggal 24
S.D 26 Mei 2013.
5

h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan pada Bayi R dengan Berat Lahir Rendah di RSU M.
Yunus Kota Bengkulu tanggal 24 S.D 26 Mei 2013.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan khususnya perawatan Bayi dengan Berat Lahir Rendah
2. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil karya tulis ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan serta sebagai bahan inspirasi peneliti selanjutnya.
3. Manfaat Akademik/ Institusi
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D III Kebidanan dan
sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa jurusan Kebidanan Stikes Nani
Hasanuddin Makassar.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini secara
sistematis meliputi :
1. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari literature literature yang relevan dengan masalah yang
dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan karya tulis
ilmiah ini.

6

2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan yang meliputi: pengkajian data, analisis, dan rumusan
diagnosa/masalah aktual, diagnosa/masalah potensial, perencanaan tindakan,
implementasi dan evaluasi serta dokumentasi asuhan kebidanan untuk
menghimpun data dan informasi dalam pengkajian dengan menggunakan tehnik:
a. Anamnesa
Mengadakan Tanya jawab dengan ibu R di ruang perinatologi yang
berhubung dengan masalah bayi R
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala
sampai kaki meliputi : pemeriksaan inspeksi, dan auskultasi.
3. Studi Dokumentasi
Dengan membaca dan mempelajari status serta menginterpretasikan data yang
berhubungan dengan klien baik yang bersumber dari catatan dokter, bidan
maupun sumber lain yang menunjang.
4. Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yakni dokter,bidan, maupun dengan
pembimbing Karya tulis ilmiah serta sumber lain yang menunjang.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan karya imiah ini,
maka penulis menyusun secara sistematika yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN :
7

Pada BAB I ini membahas tentang latar belakang BBLR, dan jumlah
kejadian BBLR, juga membahas tentang ruang lingkup penulisan, tujuan
penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN KASUS
Pada bab ini membahas tentang Konsep Dasar Tentang Asuhan Bayi Baru
Lahir yang terdiri dari Pencegahan infeksi, penilaian, dan pencegahan kehilangan
panas, dalam bab ini juga membahas tentang Konsep Dasar Tentang Bayi Berat
Lahir Rendah dan proses manajemen asuhan kebidanan.
BAB III. STUDI KASUS
Pada bab ini membahas tentang pengkajian dan analisa data dasar,
merumuskan diagnose/ masalah actual, merumuskan diagnose/ masalah potensial,
mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi, rencana asuhan kebidanan,
pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan, dan
pendokumentasian hasil asuhan/SOAP
BAB IV. PEMBAHASAN
Pada bagian ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan
fakta yang ada,dibahas secara sistematis mulai dari langkah 1 sampai langkah 7.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini membahas tentang kesimpulan yang telah yang telah
diperoleh dari hasil pembahasan dan memberikan saran sesuai dengan apa yang
telah diperoleh.
Daftar Pustaka
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan. Aspek- aspek penting dari asuhan segera bayi yang baru lahir
yaitu :
1. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontamiasi mikroorganisme selama proses persainan berlangsung
maupun berapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir pastikan
penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi yaitu :
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum setelah bersentuhan dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menagani bayi yang belum
dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting pengisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didisinfeksi
tingkat tinggi atau steril, gunakan bola karet yang baru dan bersih jika
akan melakukan pengisapan lendir ( jangan menggunakan bola karet
pengisap yang sama untuk lebh dari satu bayi )
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
9

pengukur, thermometer, stetoskop dan benda- benda lain yang akan
bersentuhan dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali
selesai digunakan.
2. Penilaian
setelah bayi lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka
letakkan bayi dekat ibu (diantara dua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus
dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Segera pula lakukan
penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan :
a. Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan tempratur tubuh pada bayi baru lahir, belum
berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi untuk mengalami
kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada didalam ruangan yang relatif hangat.
a. Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara- cara berikut :
10

1) Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan
diselimuti
2) Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
tempraturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda- benda
tersebut.
3) Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga
terjadi jika konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
4) Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
b. Mencegah kehilangan panas
11

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
c. Merawat tali pusat
Setelah placenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
d. Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu itu akan diteruskan oleh serabut
syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin
inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi
mengisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan.
Pada hari- hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu cukup
adekuat maka akan dihasilkansecara bertahap 10 sampai 100 ml ASI. Produksi
ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
mengkomsumsi 700-800 ml ASI per hari (kisaran 600-1000 ml) untuk tumbuh
kembang bayi.
e. Pencegahan Infeki Pada Mata
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu atau
keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut
12

menggunakan salep mata Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus
diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi
mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
f. Profilaksis perdarahan bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg intramuskular
dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu- bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi
Hepatitis B. Jadwal Pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada
usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal
kedua, imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0 dan DPT +
Hepatitis B pada 2,3 dan 4 bulan usia bayi.
B. Konsep Dasar Tentang Bayi Berat Lahir Rendah
1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Adalah semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan
2.500 gr disebut Low Birth Weight Infant ( Bayi Berat Lahir RendahPra,
Prawirohardjo. S.2007 : 771 )

b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
13

Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.(dr.Arief
ZR, 2009)
2. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi dengan berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Prematuritas Murni
Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat untuk masa kehamilan, atau disebut bayi kurang
bulan sesuai masa kehamilan (BKB/SMK)
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan atau bisa disebut bayi cukup bulan
kecil masa kehamilan (BCB/KMK)
( Wiknjosastro, H. 2007 )
3. Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (dr. Arief ZR, dkk, 2009 :22-
23), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum
b) Perdarahan antepartum
c) Trauma fisik dan psikologis
d) Nefritis akut
e) Diabetes mellitus
14

2) Usia ibu
a) Usia ibu < 16 tahun
b) Usia > 35 tahun
c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
3) Keadaan sosial
a) Golongan sosial ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak sah
4) Sebab lain
a) Ibu yang perokok
b) Ibu peminum alcohol
c) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromosom
4) Cacat bawaan


c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat beracun
4. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah
15

a. Karakteristik Prematuritas Murni
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, PB : 45 cm, Lingkar Kepala kurang dari
33 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
3. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
4. Kepala lebih besar dari badan
5. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
6. Lemak subkutan kurang
7. Ubun- ubun dan sutura lebar
8. Ramut tipis, halus
9. Tulang rawan dan daun telinga immature
10. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
11. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat terlihat
12. Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup oleh labia mayora (
pada wanita ), testis belum turun ( pada laki- laki )
13. Bayi masih posisi fetal
14. Pergerakan kurang dan lemah
15. Otot masih posisi fetal
16. Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnu.
17. Refleks tonic neck lemah
18. Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.
b. Adapun karasteristik bayi dismatur hampir sama dengan bayi prematur.
16

Penampilan fisik yag khas dari dismatur adalah :
1. Kulit pucat, keriput, tipis
2. Verniks caeosa tipis/ tidak ada
3. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4. Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
5. Mekonium kering (dr.Arief ZR. 2009)
5. Penilaian Maturitas Neonatus
Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus
terutama BBLR secara individu, faktor maturitas sangat berpengaruh pada
morbiditas dan mortalitas perinatal, pengetahuan ini sangat penting untuk
menilai tingkat pengembangan bayi prematur.
Cara menilai aktivitas Neuromuskular
a. Sikap (Posture)
Dinilai bila bayi dalam posisi terlentang dan tenang
b. Sudut pergelangan tangan (Square window)
Tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan telunjuk pemeriksa lalu diukur
sudut antara hypothenar eminence dengan forearm.
c. Membaliknya lengan (Popliteal angle)
Lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian lengan tersebut
diekstensikan dan dilepas. Nilailah derajat kembalinya ke posisi fleksi.
d. Sudut popliteal (Scarf sign)
17

Bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa sehingga terdapat posisi
lutut-dada (knee-chest position), setelah itu dilakukan ekstensi tungkai bawah,
ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.
e. Tanda selempangan (Sraf sign)
Posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan usahakan tangan
tersebut mencapai leher posterior dari bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah
siku bayi diatas dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut dapat digeser.
Makin mudah bayi makin mudah sikunya melewati garis tengah kesisi lain.
f. Kepala ke telinga (Heel to ear)
Poisisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi yang sama.
Perhatikan jarak yang tidak mencapai telinga dan ekstensi lutut.
6. Masalah yang bisa timbul (penyuit) pada BBLR
Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab
itu mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Makin pendek
masa kehamilan makin kurang sempurna pertumbuhan alat- alat dalam tubuhnya.
Karena kurang sempurnanya alat- alat dalam tubuh baik anatomik maupun
fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan sebagai berkut :
a. Gangguan pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit,permukaan tubuh relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
18

berkurang oleh karena lemak coklat yang belum cukup serta pusat pengaturan
yang belum berfungsi secara sempurna.
b. Gangguan saluran pernapasan
Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini
disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi
prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping
itu sering timbul pernapasan periodik dan apnea yang disebabkan oleh
pernapasan di medulla belum matur
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung
bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorsi lemak laktosa dan
vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang,
kerja dari spinter cardio oesofagus yang belum sempurna dan mudah terjadi
aspirasi.
d. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi
vitamin K.
e. Ginjal yang immatur baik secara anatonis maupun fungsinya
Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup
mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat
mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik.
19

f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan
faktor pembekuan seperti protrombin.
g. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG
gamma globulin. Bayi prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi
dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
h. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia
berat dan syndrome gangguan pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah keotak
bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan lebih banyak lagi karena
tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi
perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan
germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan
ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan
ultrasonografi atau CT scan.
i. Retrolental fibroplasias
Keadaan ini disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi (
Pa O2 lebih dari 115 mmHg = 15 k Pa ). Untuk menghindari retrolental
fibroplasias maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari
40% atau dengan kecepatan 2 liter/ menit.
(Sarwono Prawirohardjo, 2007 )
7. Penatalaksanaan/ Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
20

a. Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah
1). Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2006: 377)
2). Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk
Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit)
Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:
a). Kontak kulit dengan kulit
Petunjuk penggunaan yakni
(1). . Untuk semua bayi
(2). Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi
hipotermi (32-36,4
o
C).

b). Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)
Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara
dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif.
Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau
setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah
bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC meskipun belum bisa
menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara
pemberian minum.
c). Pemancar panas
21

d). Inkubator.
Menurut (Pengantar ilmu Keperawatan anak 1, Hidayat A, 2009: hal 191)
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan
kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang
cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan didalam
inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
a. Inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea; dan apabila membuka inkubator usahakan suhu
bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27C
b. Inkubator terbuka
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal
dan kehangatan
3) Membungkus dengan selimut hangat
22

4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
e). Ruangan yang hangat.
b. Pemberian makanan bayi
1. Pada bayi prematur refleks isap, telan, dn batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lifase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/ hari dan tinggi Kalori ( 110/kg/ hari )
agar berat badan bertambah sebaik- baiknya.
2. Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia
3. Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap
pemberian minum selanjutnya.
4. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
dengan ibunya, bayi degan kurang 1500 gram diberikan minum melalui sonde
lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap bayi
kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan dengan putting susu ibu pada
keadaan ASI dipompa dan diberikan melalui botol.
23

5. Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian yang
lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit, frekuensi pemberian minum makin
berkurang dengan bertambahnya berat bayi.
6. Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya
dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut
tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya,
untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau distensi abdomen.
7. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari dinaikkan 20
sampai 200 ml/kg/hari
8. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI
dipompa dan dimasukkan kebotol steril. Bila ASI tidak ada susunya dapat diganti
dengan susu buatan yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi dan
mengandung 20 kalori/ 30 ml air atau sekurang- kurangnya bayi mendapat 110
kalori/ kg BB/ hari.
oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada bayi
BBLR, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
makanan pada bayi dengan berat lahir rendah, yaitu :
a). Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atau
dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau dengan meninggikan
kepala dan suhu 30C ditempat tidur bayi
b). Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk merasakan
apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes tiap detik.
24

c). Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru, ada gangguan
pernapasan atau perut gembung. Pengamatan dilakukan terus sampai kira- kira
setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan dengan
memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang sudah dimasak.
d). Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi sedikit dengan
perlahan- perlahan dan hati- hati. Penambahan susu setiap kali minum tidak boleh
lebih dari 5 ml setiap kali minum.
d). Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak selama 10-15 menit
untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan pada posisi kanan
atau tidur dalam posisi tengkurap, hal ini dilakukan agar tidak terjadi regurgitasi
atau muntah.
e). Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum, kepala bayi
harus direndahkan 30 cairan dimulut dan faring disuction, bila masih biru dan
tidak bernapas harus segera diberi oksigen dn pernapasan buatan. (Winkjosastro,
H.2007)
c. Pencegahan terjadinya infeksi
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di bawah air yang mengalir
dengan menggunakan sabun cair.
2. Memakai masker dan gaun khusus dalam ruangan .
3. Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang bayi yang sehat.
4. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila memungkinkan bayi di
mandikan ditempat tidurnya masing masing .
5. Perawatan kulit dan tali pusat di lakukan dengan teknik aseptic dan antiseptic.
25

6. Para pengujung orang sakit hanya dapat melihat dari balik kaca.
7. Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular , (ISPA, Konjungtivitis, dll)
tidak boleh merawat bayi.
8. Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling sedikit seminggu
sekali dengan cairan antiseptic (winkjosastro, H. 2007
Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Kriteria
Berat Badan bayi <
2500 gram

Kategori
Bayi berat lahir sangat
rendah
( BBLSR )
Bayi berat lahir rendah
( BBLR )
Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat lahir 1500 2500 gram
Penanganan
1. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering
dan hangat.
Pertahankan tetap hangat
3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke
kulit dan bungkus BBLSR dengan kain hangat
4. Beri lampu 50 watt dengan jarak minimal 60 cm dari
bayi
5. Kepala bayi ditutupi topi
6. Beri oksigen
7. Tali pusat dalam keadaan bersih
Puskesmas
1. Teteki ASI bila dapat
menelan . Bila tidak dapat
menelan, langsung rujuk
2. Rujuk ke rumah sakit
1. Beri ASI
Bila tidak dapat menghisap,
bisa menelan langsung tetesi
langsung dari putting
2. Bila tidak dapat menelan
langsung dirujuk
Rumah Sakit
1. Sama dengan diatas
2. Beri minum dengan sonde/ tetesi ASI ( lihat tabel I
BBLR )
3. Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10% + Bicarbonas
Natricus 1,5%= 4:1
Hari I : 60 cc/kg/hari Hari II : 70 cc/kg/hari
4. Antibiotika
Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat
menelan langsung/sesak/biru/tanda-tanda hipotermi
berat, terangkan kemungkinan akan meninggal.
Sumber : Saifuddin AB, 2006
26

C. Proses Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah,penemuan- penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. (
Salma, 2007 )
Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang biasa
diaplikasikan dalam suatu situasi.
2. Tahapan Manajemen Kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu:
a. Langkah I : Melaksanakan pengkajian data dan analisa data
b. Langkah II : Merumuskan diagnosa atau masalah aktual
c. Langkah III : Merumuskan diagnosa atau masalah potensial
d. Langkah IV : Melaksanakan tindakan segera dan Kolaborasi
e. Langkah V : Merencanakan asuhan kebidanan
f. Langkah VI : Melaksanakan tindakan asuhan
g. Langkah VII : Mengevaluasi asuhan kebidanan

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
27

Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi
tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berpikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian
dalam bentuk SOAP yaitu :
a. Subjektif ( S )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan
keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
b. Objektif ( O )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. Assesment ( A )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa /masalah, antisipasi
diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
d. Planning ( P )
Mengambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi
(I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7 langkah
Varney



28

BAB III
STUDI KASUS

No. Register : 11.29.52
Tanggal Masuk Rg Perinatologi : 24 Mei 2013, jam 11. 25 wita
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2013, jam 12. 30 wita

A. Pengkajian dan analisa data dasar
a. Identitas Klien
1) Data Bayi
Nama Bayi : Bayi R
Tanggal Lahir/ jam : 24 Mei 2013 jam 11.20 wita
Anak : Kedua
Jenis kelamin : Perempuan
BB Lahir : 1700 gram ( G.II)
2) Identitas Orang Tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny R / Tn R
Umur Ibu / Ayah : 23 tahun/ 27 tahun
Nikah/ Lamanya : 1x / 3 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT / Pelayaran
29

Alamat : Permandian Barombong
b. Data Dasar
1) Riwayat kehamilan atau selama dihamilkan
a) G II P I A 0
b) HPHT tgl 29 september 2010, HTP 06 Mei 2013
c) Tempat pemeriksaan kehamilan di RSU Haji Makassar
d) Total ANC
1) Trimester I : 1 X di RSU Haji Makassar
2) Trimester II : 2 X di RSU Haji Makassar
3) Trimester III : 2 X di RSU Haji Makassar
e) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada
f) Ibu merasakan pergerakan janin bulan Februari 2013
g) Obat- obatan yang diminum selama hamil adalah : sulfa ferosus 90 tablet
1x1/ hari, vitamin B6 10 tab 2x1/ hari
h) Imunisasi TT : TT I tanggal 13 Februari 2013
TT II tanggal 16 Maret 2013
2) Riwayat kelahiran
a) Tempat persalinan : RSU Haji Makassar
b) Penolong Persalinan : Bidan
c) Jenis Persalinan : Spontan, PBK, gamelly
d) Tanggal/ jam lahir : 24 - 6 2013/ jam 11.20 wita
e) A / S : 8/10
f) BBL / PBL : 1700 gram / 44 cm
30

TANDA-TANDA 0 1 2 MENIT
1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 >100 2 2
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis
kuat
2 2
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan
sedikit
1 2
Reflex Tidak
bereaksi
Gerakan sedikit Reaksi
melawan
1 2
Warna kulit Biru pucat Tubuh
kemerahan,
ekstremitas pucat
Kemerahan 2 2
TOTAL 8 10

3) Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar bayi
a) Nutrisi / cairan
1) Bayi belum disusui oleh ibunya
b) Eliminasi
1) Eliminasi BAK : Belum BAK setelah lahir
2) Eliminasi BAB : Belum BAB setelah Lahir
c) Tidur/ istirahat : bayi tertidur saat dikaji
d) Personal Hygiene terpelihara oleh petugas


31

2. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan fisik
1. Jenis kelamin : Perempuan
2. BBL/ PBL : 1700 Gram / 44 cm
3. Keadaan umum : baik / tidak ada cacat bawaan
b. Pemeriksaan Tanda- tanda vital
1. Suhu badan : 36,9 C
2. Pernapasan : 44x/ menit
3. Denyut jantung : 134x/ menit
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Wajah
a) Rambut hitam, tipis, dan halus
b) Ubun- ubun dan sutura lebar dan belum menutup
c) Tidak ada tanda caput succedaneum
d) Tidak ada tanda cephal hematom
e) Mata Simetris, Sklera berwarna putih, Congjungtiva merah muda, Mata
bersih tidak ada secret
f) Hidung Simetris dan tampak bersih
g) Telinga Simetris, tampak bersih, tidak ada secret
2. Leher
a) Tidak ada trauma
3. Dada dan perut
a) Dada simetris
32

b) Gerakan dada sesuai irama pernapasan bayi
c) Tidak ada tonjolan tulang dada
d) Putting susu ada, tampak jelas
e) Keadaan tali pusat tampak basah danterbungkus dengan kain khas
f) Kulit tipis, terlihat vena dan cabang-cabangnya di dinding abdomen
4. Punggung dan bokong
a) Tonjolan bokong tidak ada
b) Lipatan kulit bokong ada
5. Genetalia luar dan Anus
a) Labia mayora belum menutupi labia minora
b) Teraba lubang anus
6. Ekstremitas
a) Atas
1) Pergerakan baik/ aktif
2) Jari tangan lengkap kiri dan kanan
3) Refleks moro baik
4) Refleks hisap ( + ) positif
5) Refleks mencari ( + ) positif
6) Refleks swallowing ( + ) positif
b) Bawah
1) Pergerakan baik
2) Jari kaki lengkap kiri dan kanan
3) Refleks babynsky positif
33

4) Refleks moro positif
3. Pemeriksaan Pengukuran
a. Ukuran Lingkaran
1) Lingkar kepala : 28 cm
2) Lingkar dada : 25 cm
3) Lingkar perut : 23 cm
4) Lila : 8 cm
b. Diameter
1) Bitemporal : 6 cm
2) Biparetal : 8 cm
c. Ukuran Panjang
1) Kepala sympisis : 24 cm
2) Sympisis kaki : 22 cm
3) Panjang lengan : 12 cm
4) Panjang kaki ; 15 cm
d. Pola emosional bayi, bayi tenang/ tidur saat dikaji
e. Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan mempercayakan
sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan dan dokter
f. Orang tua tampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta mau
bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan bayinya terutama
pemberian ASI
g. Harapan orang tua anaknya mendapatkan perawatan yang baik dan dapat
sehat serta bisa dibawa pulang kerumah
34

h. Ibu tinggal serumah dengan orang tua
i. Orang tua rajin shalat dan selalu berdoa agar anaknya segera sehat dan dapat
berkumpul dengan keluarga
j. Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh bapak
4. Data Tambahan
Pemberian vitamin K 1 mg secara intramuskular diruang perinatologi tanggal
24 Mei 2013, jam 12. 25 wita.

B. Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
1. Bayi Berat Lahir Rendah, BCB / KMK / Persalinan Normal
Data Subjektif ( DS ) :
a. HPHT tgl 29 09- 2013
b. Ibu melahirkan cukup bulan ( 9 bulan ) tanggal 24 Mei 2013 jam 11.20 wita
c. Bayinya dirawat dalam incubator sejak tanggal 24 Mei 2013 jam 11.25 wita
dengan suhu 34C
Data Objektif ( DO ) :
a. Masa gestasi 38 minggu 2 hari
b. BBL 1700 gram, PBL 44 cm
c. Ubun- ubun besar belum menutup
d. Ukuran lingkaran :
Lingkar kepala : 28 cm
Lingkar dada : 25 cm
Lingkar perut : 23 cm
35

Lila : 8 cm
e. Gerakan bayi terbatas
f. Refleks mengisap dan menelan lemah
g. Kulit tipis, lemak bawah kulit sedikit, dan lanugo banyak.
h. Verniks caseosa sedikit

Analisa dan Interpretasi Data
Dihitung dari HPHT tanggal 29 09 2013 dan tanggal persalinan 24 06
2013 maka masa gestasi 38 minggu 2 hari dengan berat badan lahir 1700
gram, menurut kurva Lubencho ( 1967 ) berada diantara percintile ke 10 dan
90 yang berarti KMK ( Kecil masa Kehamilan ) dan berdasarkan penilaian
Ballar score 24 sesuai dengan kehamilan 38 40 minggu, berat bayi yang
tidak sesuai.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi
Data Subjektif ( DS ) :
Bayi belum dapat mengisap dengan baik
Data Objektif ( DO ) :
a. Refleks mengisap dan menelan lemah
b. Asi masih sedikit
c. BBL : 1700 gram
Analisa dan Interpretasi Data
Bayi berat lahir rendah dengan kehamilan cukup bulan ( BCB/ KMK)
mempunyai organ dan fungsi dari alat tubuh belum matur sehingga
36

kemampuan mengisap dan menelan lemah. Karena lemahnya daya isap dan
menelan sehingga bayi malas menyusu yang dapat menyebabkan gangguan
pemenuhan nutrisi.
C. Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
1. Antisipasi terjadinya hipotermi
Data Subjektif ( DS ) : -
Data Objektif ( DO ) :
a. Kulit bayi tipis
b. Berat badan 1700 gram, SB : 35,9 C
c. Lemak subkutan kurang
d. Verniks caseosa kurang
e. Kulit sangat keriput, mudah diangkat
Analisa dan Interpretasi
Pada bayi baru lahir mudah terjadi hipotermi karena kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang
bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan
tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak
aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat ( brown fat )
yang belum cukup serat pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi
sebagaimana mestinya. ( Prawirahardjo, S. 2007 : 776 )
2. antisipasi terjadi infeksi tali pusat
a. Data subjektif : -
b. Data objektif :
37

1) Keadaan tali pusat masih basah
2) Berat badan lahir : 1700 gram (Normal 2500 - 4000 gram
c. Analisa dan interpretasi data
Bayi BBLR sangat mudah diserang infeksi. Hal ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi masih kurang sehingga relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik (Wiknjosastro H, 2007, hal. 780).

D. Tindakan Segera dan kolaborasi
Tidak ada data yang mendukung
E. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Tujuan :
1. Berat badan bayi bertambah
2. Kebutuhan bayi akan nutrisi terpenuhi
3. Tidak terjadi hipotermi, dan hipoglikemia
Kriteria :
1. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10 % pada 10 hari pertama
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, yaitu asupan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Tonus otot baik
4. Tanda- tanda vital dalam batas normal
a. Suhu : 36,5 C - 37,5 C
b. Denyutjantung : 100 140 x/ menit
38

c. Pernapasan : 30 60x/ menit
5. Bayi tidak menggigil dan kulit teraba hangat
6. Suhu incubator 33-34C
7. Bayi tidak pucat, tidak biru/ sianosis, lemas dan apatis
8. Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi 60 ml/kg/ hari, setiap hari dinaikkan 20
sampai 200 ml/kg/hari
9. Bayi dapat menyusu pada ibunya dengan baik, ASI ibu banyak
10. Tidak ada tanda- tanda infeksi ( merah, panas, bengkak bau dan pengeluaran
cairan pada tali pusat )
11. Tali pusat kering dan puput dalam waktu 7 hari
Rencana Tindakan
1. Beri penjelasan kepada ibu dan keluarganya tentang keadaan dan perawatan
bayinya
Rasional :
Penyampaian dan penjelasan tentang keadaan bayi dan proses perawatannya
agar ibu dan keluarga dapat mengetahui keadaan dan perkembangan bayinya
sehingga dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam proses
perawatan serta dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga.
2. Anjurkan ibu memberikan ASI sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi
Rasional :
Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga berat badan dapat bertambah dan
hubungan psikologis ibu dan anak dapat terjalin.
3. Rawat bayi dalam inkubator pada hari pertama dengan suhu 33 - 34C
39

Rasional :
Dengan perawatan bayi dalam inkubator, diharapkan bayi dapat mendapat
lingkungan yang hangat karena suhu inkubator dapat disesuaikan dengan
kebutuhan suhu bayi, sehingga dapat mencegah terjadinya hipotermi.
4. Berikan intake yang adekuat sesuai kebutuhan bayi
Rasional :
Intake yang adekuat akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi khususnya
glukosa sehingga tidak terjadi hipoglikemia
5. Observasi tanda- tanda vital tiap 8 jam
Rasional :
Untuk mengetahui keadaan umum bayi dan menentukan tindakan yang akan
dilaksanakan

6. Timbang berat badan bayi setiap hari
Rasional :
Merupakan indikator perkembangan fisik bayi serta kemajuan dalam
perawatan BBLR
7. Beri HE pada ibu tentang :
a. Gizi ibu menyusui
b. Manfaat ASI
c. Perawatan bayi sehari hari
d. Ganti pakaian setiap kali basah
Rasional :
40

Personal hygiene yang baik serta lingkungan yang bersih akan mencegah
infeksi dan meningkatkan rasa nyaman pada bayi. Pemberian ASI sedini
mungkin dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian
ASI ekskusif sehingga kebutuhan bayi akan nutrisi dapat terpenuhi.
8. Gunakan tekhnik aseptik dan antiseptik dalam merawat bayi
Rasional :
Mengurangi resiko infeksi dalam mencegah terjadinya infeksi silang
9. Beri minum sesuai dengan kebutuhan yaiu :
= berat badan X jumlah kebutuhan cairan / hari
10
=


Rasional :
Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang adekuat setiap hari yang akan
menjamin tumbuh kembang bayi yang baik dan optimal, khususnya glukosa
sehingga tidak terjadi hipoglikemia

F. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Tercatat dalam Soap

G. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Tercatat dalam Soap
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada By R Dengan berat lahir
rendah Hari Pertama Di RSU
41

No. Register : 11.29.52
Tanggal Masuk Rg Perinatologi : 24 Mei 2013, jam 11. 25 wita
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2013, jam 12. 30 wita
Identitas Klien
1) Data Bayi
Nama Bayi : Bayi R
Tanggal Lahir/ jam : 24 Mei 2013 jam 11.20 wita
Anak : kedua
Jenis kelamin : Perempuan
2) Identitas Orang Tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny R / Tn R
Umur Ibu / Ayah : 23 tahun/ 27 tahun
Nikah : 3 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT / Pelayaran
Alamat : Permandian Barombong
Data Subjektif ( S )
1. Ibu melahirkan cukup bulan ( 9 bulan ) tanggal 24 Mei 2013, jam 11.20 wita
2. HPHT tanggal 29 09 2010
3. Bayinya dirawat dalam inkubator dengan suhu incubator 33-34C sejak
tanggal 24 Mei 2013, jam 11.25 wita
42

4. Menurut bidan bayi mengisap lemah
Data Objektof ( O )
1. Masa gestasi 38 minggu 2 hari
2. BBL 1700 gram, PBL 44 cm
3. Jenis Kelamin perempuan
4. Bayi dirawat dalam inkubator sejak tanggal 24 Mei 2013 jam 11.25 wita
5. Tanda tanda vital :
a. Suhu : 35,9 C
b. Denyut Jantung : 134x/ menit
c. Pernapasan : 44 x/ menit
6. Ubun- ubun belum nenutup
7. Refleks mengisap dan menelan lemah
8. Refleks moro dan babynsky positif ( + )
9. Tonus otot baik
10. Tali pusat masih basah, terbungkus dengan khas teril
11. Labia mayor belum menutupi labia minor
ASSESMENT ( A )
Bayi dengan berat lahir rendah ( BBLR ), Bayi cukup bulan, kecil masa
kehamilan, dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi, potensial hipotermi, dan
infeksi tali pusat.
PLANNING ( P )
Tanggal 24 Mei 2013
43

1. Menjelaskan pada ibu serta keluarga tentang keadaan dan proses perawatan
bayinya, ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan
2. Menganjurkan Ibu memberi ASI sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi, ibu
bersedia memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin
3. Mengobservasi tanda- tanda vital
a. Suhu : 35,9 C
b. Denyut Jantung : 134x/ menit
c. Pernapasan : 44 x/ menit
4. Memberi intake susu formula sebanyak 10 cc dengan cara disendok- sendok
bayi sudah diberi minum sebanyak 10 cc/ 2 jam, sebanyak 10 kali pemberian,
minum dihabiskan dan tidak dimuntah.
5. Menimbang berat badan bayi jam 12.00 wita, beratnya 1700 kg
6. Merawat bayi dalam incubator dengan suhu 34C
7. Menganti pakaian basah dengan pakaian kering
8. Memberi penjelasan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI sedini
mungkin dan cara menyusui yang benar, ibu mengerti tentang penjelasan yang
diberikan
9. Menjaga personal hygiene dan kebersihan lingkungan
10. Melaksanakan asuhan kebidanan secara aseptik dan antiseptik dengan
mencucui tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan dan
menggunakan alat yang steril terutama dalam perawatan tali pusat.


44

I. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi R Dengan Berat Lahir
Rendah Hari KeduaDi Rsu 25 Mei 2013.
Data Subjektif ( S )
1. ASI sudah ada tapi masih sedikit
2. Ibu sudah menyusui bayinya
3. Bayi belum bisa mengisap dan menelan dengan baik
Data Objektif ( O )
1. Berat badan hari kedua adalah 1.700 gram
2. Tanda - tanda vital
Denyut jantung : 132 X/ menit
Pernapasan : 42 x/ menit
Suhu : 35 C
3. Refleks mengisap dan menelan kurang baik
4. Tali pusat masih basah dan terbungkus dengan kain gaas steril
5. Ubun- ubun besar belum menutup
6. Tidak terpasang sonde
ASSESSMENT ( A )
Bayi dengan berat lahir rendah, cukup bulan, kecil masa kehamilan, dengan
masalah potensial hipotermi
PLANNING ( P )
Tanggal 25 Mei 2013
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi dan sudah dilakukan.
2. Mengobservasi tanda- tanda vital jam 09.00 wita
Denyut jantung : 132 X/ menit
45

Pernapasan : 42 x/ menit
Suhu : 35 C
3. Menimbang berat badan bayi hari kedua, jam 12.00 wita. BB=1700gr
4. Merawat bayi dalam suhu incubator 33C
5. Melakukan perawatan bayi, membersihkan dan merawat tali pusat dengan
gaas steril, tali pusat masih basah
6. Mengingatkan HE tentang :
a. Tetap menganjurkan ibu untuk member ASI pada bayinya, serta memberitahu ibu
tentang pentingnya ASI.
b. Perawatan bayi sehari- hari
c. Bayi rawat gabung dengan bayinya
J. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi R Dengan Berat Lahir
Rendah Hari KetigaDi Rsu 26 Mei 2013.
Data Subjektif ( S )
1. Bayinya kuat menetek dan ASI sudah banyak
Data Objektif ( O )
1. Berat badan hari ketiga adalah 1800 gram
2. Keadaan umum baik
3. Tanda- tanda vital
a. Denyut jantung : 124x/ menit
b. Pernapasan : 44x/ menit
c. Suhu : 36,7 C
4. Refleks mengisap dan menelan mulai membaik
46

5. Buang air kecil lancar ( 5x/ hari 0
6. Buang air besar 3x/ hari
7. Tali pusat masih basah dan terbungkus dengan kain gaas steril, tidak ada
tanda- tanda infeksi
8. Bayi tampak mengisap baik pada ibunya

ASSESMENT ( A )
Bayi dengan berat lahir rendah, cukup bulan, kecil masa kehamilan, potensial
terjadi infeksi tali pusat.
PLANNING ( P )
1. Melaksanakan asuhan kebidanan secara aseptik dan antiseptik dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan dan
menggunakan alat yang steril terutama dalam perawatan tali pusat
2. Menimbang berat badan bayi hari ke tiga jam 08.00 wita. BB: 1800 gram
3. Mengobservasi tanda- tanda vital
Denyut jantung : 124x/ menit
Pernapasan : 44x/ menit
Suhu : 36,7 C
4. Membersihkan badan bayi dengan kain bersih, merawat tali pusat aserptik
dan antiseptik serta membungkus dengan gaas steril
Tali pusat kering, tidak ada tanda- tanda infeksi ( merah, panas, bengkak, bau
dan pengeluaran cairan pada tali pusat )
5. Menjaga personal hygiene dan lingkungan
47

6. Memberi He pada ibu tentang cara perawatan bayi dengan berat badan lahir
rendah dirumah, ibu mengerti dan menerima penjelasan yng diberikan
7. Mengganti pakaian bayi tiap kali basah.
8. Bayi masih dirawat di ruang Perinatologi

























48

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi R dengan Berat Lahir
Rendah yang dilaksanakan di RSU M. Yunus Kota Bengkulu dari tanggal 24 s.d
26 Mei 2013.
Pendekatan dalam Tinjauan kasus ini dilaksanakan berdasarkan langkah-
langkah Asuhan Kebidanan yang selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
A. Hasil Asuhan Hari I Tanggal 24 Mei 2013 Jam 12.30-13.30 Wita
Diawali dengan senyum, sapa dan salam, penulis memperkenalkan diri,
kemudian menyampaikan tujuan pengumpulan data lengkap. Pengumpulan data
dilakukan melalui anamnesis kemudian pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan untuk
mengetahui kondisi kesehatan klien, Dalam teori ditemukan bahwa tahap
pengkajian dasar asuhan kebidanan yang kegiatannya ditujukan untuk
mengumpulkan informasi data mengenai Bayi Ny R kehamilan diatas 37
minggu dengan kasus berat lahir rendah, BCB, KMK dengan gestasi 38 Minggu
2 hari,jenis persalinan ganda ( gamely ) BBL 1700 gram, PBL 44 cm, jenis
kelamin (perempuan), SB : 35,9 C, denyut jantung : 134 x/menit, P : 44 x/menit,
dengan gangguan pemenuhan nutrisi, potensial terjadinya hipotermi, dan
terjadinya infeksi tali pusat.
Penatalaksanaan yang diberikan pada kunjungan ini, menganjurkan ibu untuk
selalu mengganti popok/ pakaian bayi setiap kali basah, menganjurkan kepada ibu
49

untuk mengkomsumsi makanan dengan gizi seimbang, menganjurkan ibu tehnik
kangguru dengan cara mendekap/memeluk bayi ke dada ibu.
Bayi berat lahir rendah adalah Bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, Bayi Cukup Bulan - Kecil Masa
Kehamilan (BCB-KMK) maka hal ini sesuai dengan data yang ada yaitu hasil
penilaian umur kehamilan pada waktu bayi dilahirkan dihitung HPHT Ny R
yaitu 38 Minggu 2 hari menandakan bayi tersebut adalah bayi cukup bulan
(BCB). Menurut teori bayi lahir dengan usia kehamilan diatas 37 minggu dengan
berat badan dibawah 2500 gram adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dimana
berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
(N : > 2500 gram) dan hal ini memang dialami oleh klien yang dikaji sehingga
terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada.
Kehamilan ganda ( gameelly ) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin
atau lebih. Pertumbuhan janin kembar dan tunggal menunjukkan perbedaan yang
cukup berarti, berat badan satu janin kembar rata-rta lebih ringan 1000 gram dari
janin tunggal. Berat badan janin dari kehamilan kembar tidak sama. Umumnya
terjadi perbedaan antara 50 sampai 1000 gram. Selain itu, terjadi pembagian
sirkulasi darah yang tidak sama, akibatnya pertumbuhan kedua janinpun berbeda.
Pada kehamilan ganda monozigotik ( dua janin berasal dari satu telur ), pembuluh
darah yang satu mempunyai suatu penghubung dengan pembuluh darah janin
yang lainnya. Kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan kedua
janin tersebut karena sirkulasi darah yang diperolehnya berbeda.( Obstetri
ginekologi.com. diakses tanggal 04 Mei 2013).
50

Berdasarkan teori salah satu etiologi terjadinya berat badan lahir rendah yaitu
kehamilan ganda ( gamely ) dan hal ini memang di alami oleh klien sehingga
terdapat kesamaan antara teori dengan fakta yang ada.
B. Hasil Asuhan Hari II Tanggal 25 Mei 2013 Jam 8.00 - 10.30 wita
Diawali dengan senyum, sapa dan salam kemudian mempelajari semua data
pada kunjungan yang lalu, menanyakan keadaan ibu dan bayinya, menanyakan
kepada ibu tentang perubahan keluhan dan kemungkinan adanya keluhan
tambahan.
Dari kunjungan ini, ibu menyampaikan bahwa ibu sudah berusaha
melaksanakan semua anjuran yang diberikan, termasuk memberikan ASI pada
bayi secara ondemand dan metode kangguru
Dari hasil anamnesis, bayi masih mengalami berat lahir rendah, bayi belum
mengalami peningkatan berat badan, bayi masih dirawat dalam incubator dengan
suhu 33C, melakukan tehnik kangguru, TTV dalam batas normal, refleks
menghisap dan menelan kurang baik, tali pusat masih basah dan terbungkus gaas
steril, bayi sudah BAK dan BAB
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian, tidak ada perbedaan
antara tinjauan kepustakaan dengan data yang ditemukan pada kasus, dimana
perawatan Bayi Berat Lahir Rendah tergantung dari cara penanganannya.
C. Hasil Asuhan Hari III Tanggal 26 Mei 2013 Jam 08.00-10.30 wita
Diawali dengan senyum, sapa dan salam, menanyakan keadaan ibu dan bayi,
menanyakan kepada ibu perubahan keluhan dan kemungkinan keluhan tambahan
51

dengan mempelajari status bayi serta menanyakan pada petugas tentang kemajuan
kondisi bayi
Dari kunjungan ini didapatkan data, yaitu ibu memberikan ASI pada bayinya
setiap saat dan tidak terjadwal sesuai kebutuhan bayi, BB meningkat yaitu 1800
gram, TTV dalam batas normal, tali pusat masih terbungkus dengan gaas steril,
bayi masih dirawat di incubator dengan suhu 33c, Bayi sudah BAK 6x/hari dan
BAB 4x /hari kali, atas intruksi Dokter ibu dan bayi belum diperbolehkan pulang.
Pada kasus ini, setelah dilakukan perawatan dan tindakan yang intensif
selama tiga hari maka berat badan bayi R tidak mengalami penurunan dari
berat badan lahir. Potensial terjadi hipotermi dan infeksi tidak terjadi karena
perawatan bayi baik dan tepat. Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses
Asuhan kebidanan yang diterapkan pada bayi R dengan Berat Lahir Rendah
/BCB/ KMK cukup berhasil dan efektif.


















52

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari teori tentang Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) cukup
bulan / Sesuai Masa Kehamilan dan pengalaman langsung dilahan praktik RSU
HAJI MAKASSAR, maka penlis menyimpulkan beberapa hal dan
mengemukakan beberapa saran :
A. KESIMPULAN
1. Masalah atau diagnose aktual dan potensial pada bayi R adalah gangguan
pemenuhan nutrisi, potensial terjadi hipotermia, hipoglikemia. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan, mempertahankan suhu tubuh bayi, pemberian
minum yang adekuat dan pencegahan infeksi.
2. Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu metode kerja profesi
kebidanan dalam pengorganisasian rangkaian pemikiran dan tindakan melalui
langkah- langkah yang logis sehingga dapat melakukan pengambilan
keputusan demi memberikan pelayanan kebidanan yang aman dan
menyeluruh, yang bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu klien dan
pelaksana pelayanan kesehatan.
3. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses
manajemen kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggungjawaban
bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan pada klien.
4. Terdapat aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir yaitu
pencegahan infeksi, penilaian, dan pencegahan kehilangan panas.


53

B. SARAN
Adapun saran yang penulis kemukakan untuk mencapai asuhan kebidanan
yang baik, diperlukan :
1. Pada tempat pelayanan kesehatan yang melakukan perawatan bayi diharapkan
ruangan yang cukup hangat, peralatan yang cukup steril dan bila
memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik untuk
petugas maupun pengunjung bayi.
2. Untuk penanganan kegawat daruratan neonatal khususnya bayi dengan berat
lahir rendah perlu penyediaan fasilitas alat yang memadai dan tenaga yang
professional untuk menunjang pelaksanaan tindakan.
3. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan penanganan
dan perawatan yang tepat pada bayi khususnya berat badan lahir rendah.
4. Bagi masyarakat agar memeriksakan diri ( kehamilan ) sedini mungkin,
memberikan ASI secepatnya dan diberikan setiap saat, merawat bayi dengan
3B yaitu Bersih tangan, Bersih pakaian, serta alat yang digu


54

Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : Teknik menyusui yang benar
2. Sasaran : Klien Bayi R
3. Waktu / Tempat : Tanggal 26 Mei 2013 / RSU Haji Makassar
4. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami
Cara menyusui yang benar
Tujuan Khusus :
Ibu dapat mengetahui cara menyusui yang benar dan dapat mempererat jalinan
kasih sayang antara ibu dan bayinya.
5. Metode : Ceramah dan Diskusi
6. Pembimbing : Bidan M
7. Referensi :
a. http://asuh.wikia.com diakses 22 Mei 2013
b. http://www.f.buzz.com diakses 22 Mei 2013






55

TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

A. Posisi Menyusui
Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah
dengan duduk, berdiri, rebahan atau berbaring.
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Gambar 4. Posisi menyusui sambil berbaring yang benar
Ada posisi yang khusus berkaitan dengan situasi tertentu seperti menyusui
bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola (Foot Ball Potition),
dimana kedua bayi disusui secara bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang
memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
B. Langkah-Langkah Menyusui yang Benar
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, sebelum menyusui ASI dikeluarkan
sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar puting payudara. Cara ini
memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar di
sandaran kursi.
56

b. Bayi dipegang dibelakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawahnya, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (Rooting Refleks) dengan cara :
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dimasukkan kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara.
Posisi yang salah yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting saja, sehingga
akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga.
C. Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya bayi disusui ondemand karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.Pada awalnya bayi akan
menyusui dengan jadwal tidak teratur dan mempunyai pola tertentu setelah 2
minggu
57

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan
memberikan rahmat serta karuniaNya kepada Penulis sehingga Skripsi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad
SAW, karena risalah beliaulah penulis menyadari urgensi menuntut ilmu bagi seorang
muslim.
Dalam menyelesaikan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak,
Semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang setimpal kepada Bapak/Ibu
Dosen dan rekan-rekan sekalian atas kebaikannya serta menjadikannya sebagai amal
ibadah di dunia dan kelak nanti di akhirat dan semoga proposal skripsi ini bermanfaat
bagi penulis khususnya, bagi UMB dan pembaca umumnya.

Bengkulu, Juni 2014
Penulis

i
58

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
D. Rumusan Masalah...................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Vitamin A .................................................................................. 12
B. Deteksi Dini KVA .................................................................... 23
C. Penyuluhan Kesehatan .............................................................. 25
D. Kerangka Konsep ...................................................................... 28
E. Hipotesis Penelitian ................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 30
59

C. Populasi Dan Sampel ................................................................ 31
D. Definisi Operasional Variabel ................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 32
F. Pengolahan dan Penyajian Data ................................................ 33
G. Pengujian Hipotesis ................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA



iii
60

You might also like