You are on page 1of 2

Media massa, khususnya elektronik seperti televisi, memiliki peran yang sangat vital dalam

mempengaruhi, mengubah, atau bahkan membentuk dan menciptakan budaya.


Peran yang sesungguhnya sangat diharapkan bisa membangun budaya yang sehat. Namun,
sayangnya, media justru mengambil jalan lain, tidak seperti yang diharapkan. Media lebih
mementingkan dirinya sendiri, mengabaikan peran vitalnya. Di titik inilah, kritik terhadap
media perlu dilakukan.
Buku Idi Subandy Ibrahim ini berupaya menghidupkan sikap kritis terhadap budaya
komunikasi dan media dalam konteks perjalanan demokratisasi bangsa ini sekarang. ritik
seperti ini sangat diperlukan.
!anpa sikap kritis, media alih"alih berperan menjadi pembangun, justru menjadi perusak
bangsa. Douglas ellner #$%%&', seperti dikutip Idi, mengatakan budaya media telah muncul
dalam bentuk citra, bunyi, dan tontonan yang membantu membangun struktur kehidupan
sehari"hari, mendominasi (aktu luang, membentuk pandangan politik, dan perilaku sosial,
serta menyediakan bahan bagi kita untuk membangun identitas.
Menurut Idi, ada dua corak budaya komunikasi dan media yang menonjol berlangsung dalam
proses demokratisasi di Indonesia.
Pertama, budaya media yang berpusat pada media itu sendiri. Sebagai entitas bisnis, media
tertentu telah cenderung menekankan pada keuntungan bisnis semata. )ogika komersialisme
pers dan komodi*ikasi berita telah menjadi primadona dalam cara berpikir pengelola pers dan
jurnalis. Pers diarahkan menjadi mesin pencetak uang, pemasok iklan, dan pemburu rating.
Dalam logika budaya semacam ini jelas sulit kita menempatkan kepentingan publik di atas
atau setara dengan kepentingan modal dan kuasa.
edua, budaya media yang berpusat pada publik. Sebagai entitas ideal, media sesungguhnya
bisa menjadi kekuatan penting dalam pembentukan budaya pemerintahan, politik, hukum,
ekonomi, pendidikan dan lingkungan hidup yang sehat.
)ogika bah(a pers sebagai kekuatan signi*ikan dalam proses demokratisasi memungkinkan
pers berada di garis depan dalam menyuarakan kritik terhadap dekadensi dan degradasi
budaya yang berlangsung dalam ruang publik.
Dalam kondisi kehidupan demokrasi yang tidak sehat dan ruang publik yang tidak *air serta
budaya masyarakat sipil yang belum matang, peran media amat dibutuhkan dalam
pembelajaran publik akan arti penting budaya ke(argaan yang menjunjung tinggi hukum dan
penghargaan terhadap hak"hak asasi manusia #hlm. +'.
Dominasi !elevisi
Media televisi, yang Idi ulas di buku ini, tidak disangsikan kini telah mendominasi (aktu
luang kebanyakan orang Indonesia. !elevisi menjadi sumber in*ormasi politik dan dalam satu
dan lain hal sebagai rujukan budaya dan nilai bagi sebagian orang.
ekuatan televisi terletak pada kemasi*an, keseketikaan, dan pesona citra serta jangkauannya
yang luas. Dibandingkan jenis media lain, televisi begitu mudah dikonsumsi,ditonton, karena
dengan hanya menekan tombol dan memilih saluran, ia langsung bisa hadir ke dalam rumah
dan dinikmati keluarga Indonesia. Media ini bahkan dianggap sebagai -agama. dan -tuhan.
sekuler.
Salah satu yang mencemaskan adalah tayangan kekerasan, selain hedonisme. Dalam teks dan
imajinasi budaya pop, kata Idi, pementasan kekerasan dijadikan cara untuk
mengomunikasikan pesan peringatan, ancaman, teror, dan horor dari satu kelompok ke
kelompok yang lain.

You might also like