You are on page 1of 21

Formulasi Pestisida

(Bahan Pembawa)
Nama Kelompok
M Kudus Perdana (05121007134)
Zairi Reling Utomo (05121007135)
Nickson Rumapea (05121007136)

Arti Formulasi
Formulasi adalah campuran bahan aktif
dengan bahan lainnya dengan kadar dan
bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja
sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan
yang direncanakan.
Formulasi pestisida yang diperdagangkan
umumny terdiri atas 3 bagian yaitu: bahan
aktif, bahan pembantu (adjuvant), dan
bahan pembawa (carrier).
1. Bahan Aktif
Bahan aktif merupakan bahan kimia dan
atau bahan lain yang terkandung
dalam Pestisida dan pada umumnya
merupakan bahan yang berdaya racun
dan tidak diproduksi oleh pabrik dalam
bentuk murni.
Bahan aktif pestisida bisa berbentuk
padatan , cairan atau gas.
Bahan aktif yang digunakan dalam formulasi
bisa berasal dari bahan aktif teknis dalam
bentuk aslinya yang kemudian dicampur dengan
bahan-bahan pembantu lain dan bahan
pembawa.

Tujuan pencampuran
1. bahan aktif teknis tersebut dapat lebih efektif dan
efisien dalam mengendalikan hama sasaran yang
tempat hidup dan cara hidupnya bervariasi sebelum
dipasarkan.
2. meningkatkan adhesi atau pelekatan, pencampuran,
tekanan permukaan, persistensi di lingkungan dan
sebagai pembawa insektisida.

PENGGOLONGAN JENIS DAN BAHAN AKTIF
PESTISIDA YANG TERSEDIA

AKARISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Propargit Omite 570 EC
Dikofol Kelthane 200 EC
Tetradifon Tedion 75 EC
Piridaben Samite 135 EC

BAKTERISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Streptomisin sulfat Agrept 20 WP
Plantomycin 7 SP
Bactomycin 15/5 WP
Oksitetrasiklin Bactocyn 150 AL


HERBISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Parakuat diklorida Bravoxone 276 SL
Oksifluorfen Goal 2 EC
Kalium MCPA Rambasan 400 AC

FUNGISIDA
Validamisin A Validacin 3 AS
Benomil Benlok 50 WP
Karbendazim Delsene MX 80 WP

INSEKTISIDA
Diazinon Diazinon 60 EC
Sidazinon 600 EC
Klorfenapir Rampage 100 EC
Rampage 100 SC

2. Bahan Pembantu (adjuvant)
Bahan pembantu merupakan bahan-bahan atau
senyawa kimia yang ditambahkan kedalam
pestisida dalam proses formulasinya agar mudah
diaplikasikan atau digunakan untuk memperbaiki
eikasi pestisida tersebut.
Bahan pembantu yang sering digunakan adalah
solvent atau bahan pelarut, emulsier ( bahan
pembuat emulsi), dan sinergist atau bahan untuk
meningkatkan efikasi pestisida).
Jenis-jenis bahan pembantu (adjuvant)
1. Solvent
Solvent ditambahkan kedalam formulasi untuk melarutkan
bahan aktif karena bahn aktif pestisida tidak larut dalam air
atau minyak.
Contoh : aseton, diklorometan, etanol, toluen, asetonitril,
etilasetat, heksan, dan xylene.
2. Diluent
Umumnya ditambahkan kedalam formulasi untuk
membantu melarutkan dan membawa bahan aktif.
Contoh : kalsium silikat, silika gel, dan hydrated alumunium
oxide.


3. Suspension agent
Merupakan bahan pembawa yang digunakan untuk
membantu pembentukan suspensi.
Misalnya pencampuran tepung dengan air pembentukan
suspensi akan lebih sempurna jika dalam campuran
tersebut ditambahkan suspension agent tadi, Contohnya
dalam formulasi WP.
4. Emulsier
Emulsier merupakan adjuvant yang digunakan untuk
membantu pembentukan emulsi.
Contoh : alkil glyserol ftalat dan etoksipolietoksi etanol
Misalnya pencampuran minyak dan air bila ditambahkan
emulsier akan terbentuk emulsi
5. Buffer
Merupakan bahan kimia yang ditambahkan kedalam
formulasi untuk menstabilkan ph formulasi pestisida (5,5-7)

6. Surfactant ( bahan pembasah atau bahan perata)
Surfactant membantu membasahi bidang sasaran dengan
cara menurunkan tegangan permukaannya.
Contoh : alkilaril poliektoksilat, alkil gliserol ftalat, alkilaril
poliglikol eter, nonil fenol, poligliseril ftalat, dan organo
silikon kopolimer.

7. Sticker ( bahan perekat)
Membantu dalam merekatkan butiran semprot pada bidang
sasaran dengan cara meningkatkan adhesi partikel ke
bidang sasaran.

Fungsi sticker :
Menurunkan kemungkinan pestisida luruh atau tercuci
akibat hujan, umunya digunakan saat akan digunakan.

8. Plant penetrants (penetrating agent)
Adjuvant tipe ini mampu menigkatkan penetrasi beberapa
pestisida kedalam Jaringan tanaman tertentu.

9. Tickener
Berfungsi untuk meningkatkan kekentalan semprot,
tickener digunakan untuk mengendalikan drift (butiran
semprot terbawa angin) dan menghambat penguapan.
Bahan mampu memecahkan masalah dalam menembus
permukaan daun walaupun larutan sudah dalam keadaan
kering.

10. defoaming agent (penghambat terbentuknya busa)
Beberapa formulasi akan menimbulkan busa (karena
adanya surfactant) jika dituang atau diaduk dalam tangki.
Maka digunakan defoaming agen dalam jumlah kecil dalam
menghambat terjadinya busa.

11. Safener
Safener merupakan adjuvant yang ditambahkan baik
kedalam formulasi maupun dalam aplikasi untuk
mengurangi efek fitotoksik dari pestisida (terutama
pestisida)
Contoh : bahan aktif pretiaklor adalah herbisida selektif
untuk taaman padi yang dipindah tanamkan (transplated
rice) namun pterilaklor agak toksik jika digunakan pada
padi tebar,
lalu ditambahkan fenklorim, safener yang berfungsi
mengurangi efek toksik pada padi tebar langsung.

12. Synergist
adalah zat kimia yang digunakan untuk meningkatkan
efikasi suatu insektisida.
Contoh :
ENT- 8184, pipernoil butoksid, dan S421 (sinergist untuk
meningkatkan efikasi insektisida piretrin.

3. Bahan Pembawa (carrier)
Bahan pembawa digunakan untuk
menurunkan konsentrasi produk pestisida,
tergantung pada cara penggunaan yang
diinginkan.
Bahan pembawa (carrier) dibagi dalam
beberapa bentuk antara lain : padat, cair
dan gas


Padat
1. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya
terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah
hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal
pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama
dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau
WSP (water soluble powder).
Tesusun atas bahan aktif sistem solvent, serta carrier yang
sangat adsobtif, diluent, deactivator, wetting agent,
dispersant, dan sticker.



2. Butiran (granular)
Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya
berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh.
Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding
dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di
belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G
atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas
bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang
pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak
digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40
persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).


Cair
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi
pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleh
singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka
yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila
angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida
tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif,
pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut
bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang
dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
Komposisi : bahan aktif, solvent, emulsifier dll.
2. minyak (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat
dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur
dengan larutan minyak seperti xilen
(hidrocarbon aromatik), karosen atau
aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume)
dengan menggunakan atomizer. Formulasi
ini sering digunakan pada tanaman kapas.
Contoh : talk, attapulgit dan bentoit
Gas
Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat
menghasilkan uap, gas, bau, asap yang
berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya
digunakan di gudang penyimpanan.




Terima kasih

You might also like