You are on page 1of 74

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

1



PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan menjadi tugas semua pihak, baik pemerintah,
ilmuwan maupun praktisi pendidikan. Salah satu upaya peningkatan pendidikan
dalam lingkup sekolah adalah dengan melakukan riset pendidikan. Sudah lama
dalam dunia riset pendidikan, pihak sekolah atau guru tidak banyak dilibatkan
karena riset sering dilakukan oleh pihak luar tanpa banyak melibatkan pihak
sekolah atau guru untuk selanjutnya diadakan perbaikan yang berarti bagi sekolah
dan bagi guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Para pelaku/praktisi pendidikan seperti kepala sekolah dan guru merasa
bahwa hasil dan laporan penelitian terlalu sulit dimengerti karena memakai
batasan-batasan penelitian yang ormal dan sulit dicerna, apalagi langsung
digunakan di lapangan. Para kepala sekolah dan guru memerlukan penelitian yang
lebih dekat dengan praktik pendidikan sehari-hari yang mudah digunakan dalam
peningkatan mutu dan praktik pendidikan. Untuk itulah riset tindakan menjadi
penting karena dekat dengan praktisi pendidikan sendiri (Soeparno, 2008:4).
Bahkan dilaksanakan oleh para pelaku pendidikan itu sendiri yakni guru dan/atau
kepala sekolah yang lebih mengenal dan memahami situasi dan karakteristik
praktek pendidikan.
Kemmis (1997:173) mengungkapkan bahwa riset tindakan merupakan usaha
untuk mencari relasi antara teori pendidikan dengan praktek pendidikan sehari-
hari. Riset diintegrasikan dengan latar (setting) pendidikan yang nyata sehingga
dapat langsung mempengaruhi dan mengembangkan praktek pendidikan yang ada.
Dengan demikian, riset tindakan dapat menjembatani jarak antara peneliti dengan
praktisi karena praktisi menjadi peneliti.
Uraian tentang riset tindakan ini terdiri dari tiga bab. Bab satu tentang
konsep umum peneltian tindakan. Bab dua tentang proses penelitian tindakan. Bab
tiga tentang membuat laporan dan menyajikan hasil riset tindakan.

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

2

BAB I

KONSEP UMUM PENELITIAN TINDAKAN


Pada bagian pertama tulisan ini akan disajikan tentang konsep umum riset tindakan.
Sehingga diharapkan dengan mengkaji konsep umum riset tindakan akan memberikan
pemahaman yang menyeluruh tentang riset tindakan yakni tentang pengertian, sejarah,
tujuan, jenis, sifat dan kegunaan riset tindakan.

1.1. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN

Kemmis & Mc Taggart (1982) mengatakan: Action research is the way groups of
people can organize the conditions under which they can learn from their own experiences
and make their experience accessible to others. Riset tindakan adalah cara suatu kelompok
atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari
pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain
(Sukardi, 2003:210). McNiff (2002) menerangkan bahwa riset tindakan sebagai riset
praktisi karena dilakukan oleh praktisi sendiri tentang apa yang sedang dilakukan. Riset
ini menuntut peneliti berpikir cermat tentang apa yang dibuat, atau menjadi semacam
relfeksi. Dalam hal ini peneliti melakukan riset di tempat kerjanya sendiri (Soeparno,
2008:6). Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan riset tindakan sebagai bentuk releksi
diri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi social dengan tujuan untuk
memajukan produktivitas, rasionalitas, keadilan pada persolan social, atau praktek
pendidikan. Partisipan tersebut adalah guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, anggota
masyarakat atau semua yang terkait dengan dunia pendidikan di sekolah. Riset tindakan
dalam pendidikan digunakan dalam rangka pengembangan kurikulum, profesi, program
sekolah, perencanaan dan kebijakan sekolah.

Wikipedia (ensiklopedi dalam internet) menyatakan:
Action research is a reflective process of progressive problem solving led by
individuals working with others in teams or as part of a "community of practice" to
improve the way they address issues and solve problems. Action research can also be
undertaken by larger organizations or institutions, assisted or guided by professional
researchers, with the aim of improving their strategies, practices, and knowledge of
the environments within which they practice. (From Wikipedia, the free
encyclopedia).

Dalam pengertian di atas mengungkapkan bahwa riset tindakan adalah riset yang
dapat dilakukan oleh orang yang sedang melakukan sesuatu pekerjaan untuk
mengembangkan pelaksanaan pekerjaan itu atau dalam lingkup institusi yang besar untuk
mengembangkan strategi, praktek serta pengetahuan yang ada pada institusi itu.
Kurt Lewin (1944) mengatakan:
Action research as a comparative research on the conditions and effects of various
forms of social action and research leading to social action that uses a spiral of steps, each of
which is composed of a circle of planning, action, and fact-finding about the result of the
action. (From Wikipedia, the free encyclopedia).
Dalam pengertian tersebut terkandung makna bahwa riset tindakan sebagai riset
yang mengkomparasikan pelbagai kondisi dan dampak dari situasi sosial dengan
menggunakan menggunakan langkah-langkah yang berbentuk spiral dimulai dari
perencanaan, aksi dan membangun fakta sebagai suatu tindakan.
Sedangkan Reason & Bradbury (2001) mengatakan: Action research is an
interactive inquiry process that balances problem solving actions implemented in a
collaborative context with data-driven collaborative analysis or research to understand
underlying causes enabling future predictions about personal and organizational change.
(From Wikipedia, the free encyclopedia).
Zuber & Skerritt (1982) sebagaimana dikemukakan oleh Riding, dkk, (1995)
memberikan gambaran tentang riset tindakan sebagai pencarian kolaboratif kritis oleh
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

3

para praktisi yang reflektif terhadap yang mereka lakukan. Dalam lingkup pendidikan,
berarti para pendidik (praktisi) mengadakan refleksi secara kritis terhadap apa yang
dikerjakan dengan cara meneliti secara mendalam tentang praktek pendidikan mereka,
cara mengajar mereka, relasi mereka dengan siswa, serta bagaimana mereka secara
konkret melakoni profesi mereka (Soeparno, 2008:12).
Glencoe (2006) mengemukakan bahwa riset tindakan dalam dunia pendidikan
dimengerti sebagai proses sistematis untuk mengetes ide atau gagasan baru di kelas, ruang
kuliah dan sekolah; lalu menganalisis akibatnya dan akhirnya mengambil keputusan
untuk pelaksanaan ide baru itu seterusnya. Biasanya, ide baru itu dapat berupa model
pembelajaran yang baru, cara pendekatan guru yang baru atau teori pembelajaran yang
baru, cara pendekatan guru yang baru atau teori pembelajaran yang baru. Menariknya
penelitian itu dilakukan oleh guru sendiri. Misalnya, seorang guru ingin menerapkan
model simulasi, dia dapat mengunakan riset tindakan apakah model itu dapat
mengembangkan siswa belajar. (From Wikipedia, the free encyclopedia).
Dewasa ini selain istilah penelitian tindakan pendidikan dikenal istilah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Kedua istilah ini sebenarnya tidak jauh
berbeda. Penelitian tindakan pendidikan lebih memiliki pengertian yang lebih luas. Karena
penelitian yang dilakukan bisa dalam lingkup yang lebih luas, yakni lingkup sekolah.
Sedangkan penelitian tindakan kelas lebih fokus pada penelitian yang dilakukan di dalam
kelas.
Gwynn Mettetal (1998) mengatakan: Classroom Action Research is research
designed to help a teacher find out what is happening in his or her classroom, and to use
that information to make wise decisions for the future. Methods can be qualitative or
quantitative, descriptive or experimental. (From Wikipedia, the free encyclopedia).
Dalam pengertian tersebut mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas
sebagai penelitian untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi dalam kelas mereka
dan menggunakan semua informasi yang didapat untuk membuat keputusan yang
bijaksana untuk masa depan. Metode yang dapat dipergunakan dapat menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau eksperimen.
Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Kegiatan penelitian dilakukan oleh guru
dalam kelas tempat mengajarnya untuk penyempurnaan atau peningkatan praktik dan
proses dalam pembelajaran (Aqib, 2006:13; Susilo, 2007:16).

1.2. SEJ ARAH SINGKAT PENELITIAN TINDAKAN

Dari segi isi riset tindakan sudah dirintis oleh J ohn Dewey dalam bukunya How We
Think, 1933 (Tomal, 2003:7) dengan metode ilmiah dalam memecahkan persoalan. Akan
tetapi para ahli dan peneliti riset tindakan sekarang lebih memandang Kurt Lewin sebagai
bapak riset tindakan. Kurt Lewin adalah seorang praktisi dan teoretisi, ia mendirikan
pusat riset untuk dinamika kelompok, yaitu The Research Center for Group Dynamics di
Massachusetts I nstitute of Technology (MI T). Lewin adalah orang yang pertama
menggunakan istilah action research (riset tindakan) pada tahun 1946 dalam makalanya
action research and minority peoblems. Lewin menggunakan riset tindakan untuk
memecahkan persoalan sosial di masyarakat waktu itu lalu terjadilah perubahan social.
Dalam riset tindakan. Lewin menekankan pentingnya kerja-sama dalam mengumpulkan
data sosial. Sampai tahun 1970, metode Lewin belum bergema dalam dunia pendidikan.
Riset tindakan mulai digunakan dalam dunia pendidikan pada awal tahun 1970-an,
bertepatan dengan munculnya gerakan guru sebagai peneliti-teacher-researcher di I nggris.
Tokoh yang penting mengembangkan riset tindakan dalam duni pendidikan di I nggris
adalah Lawrence Stenhouse. Pada tahun 1975 di I nggris, ia membantu para guru untuk
melakukan penelitian sambil mengajar di kelas. Guru diajak berefleksi secara kritis dan
sistematis tentang praktek mengajar sehingga dapat memabngun teori kurikulum sendiri.
Guru harus menjadi ahli dalam bidangnya lewat penelitian terhadap tindakannya sendiri.
Guru mulai dimasukkan ke dalam proses riset dan hal ini dianggap sangat tepat karena
guru kelaslah yang dapat melihat persoalan dan mencari pemecahan tentang persoalan
pengajaran di kelasnya (Soeparno, 2008:11). Pada awalnya riset tindakan lebih
dilaksanakan di sekolah menengah ke bawah, namun dewasa ini berkembang pula dalam
proses pembelajaran di perguruan tinggi.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

4

Pada tahun 1970, Paulo Freire mengembangkan riset tindakan yang partisipatif.
Wikipedia ensiklopedi menulis:

Participatory action research has emerged in recent years as a significant
methodology for intervention, development and change within communities and
groups. I t is now promoted and implemented by many international development
agencies and university programs, as well as countless local community
organizations around the world. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

Riset model Freire melibatkan setiap bagian yang terkait untuk secara aktif
mengamati bersama tindakan yang sedang berlaku dengan tujuan mengubah atau
mengembangkan. Mereka secara bersama melakukan dengan merefleksikan secara kritis
apa yang terjadi dengan konteks historis, politik, budaya, ekonomis dan konteks yang lebih
luas. Riset ini adalah riset yang dilakukan oleh orang local (setempat) demi keperluan
kemajuan mereka. Dalam pengalaman Freire, riset ini dilakukan oleh orang-orang di
masyarakat itu untuk meningkatkan dan mengubah budaya masyarakat yang ada.
Dalam dunia pendidikan, riset tindakan partisipatoris oleh Freire digunakan untuk
membangun pedagogi yang kritis, yang tidak lagi menganggap guru sebagai sosok yang
lebih hebat, sedangkan siswa hanya boleh menurut saja. Untuk itu, riset ini dapat
menggerakkan masyarakat karena semua terlibat dalam merefleksikan dan mengambil
tindakan selanjutnya. Pengalaman menunjukkan bahwa riset ini telah mengubah budaya
dan cara bertindak masyarakat. Mereka bersama saling memberdayakan diri.
Antonio Gramsci pada abad ke-20 memberikan latar belakang filosofis terhadap
perkembangan riset tindakan. Gramsci menulis: All people are intellectuals and
philosophers. Organic intellectuals is how he terms people who take their local knowledge
from life experiences, and use that knowledge to address changes and problems in society.
(From Wikipedia, the free encyclopedia).
Gramsci mengungkapkan bahwa setiap orang adalah intelektual dan filsuf. Dengan
landasan ini, pada dasarnya setiap orang mampu untuk berpikir, berefleksi, melakukan
penelitian kritis, demi memajukan hidup mereka sendiri. Keyakinan ini telah membantu
banyak pendidik untuk memberikan kesempatan kepada siswa atau mahasiswa untuk
berpikir kritis dan aktif berpartisipasi dalam menentukan perkembangan hidup mereka.
Stephen Kemmis (1986) dalam McNiff (2002:45) dalam Educational Action Resarch,
dengan menggunakan pendekatan Lewin, membuat bagan riset tindakan. Dia melukiskan
adanya action planning dan refleksi yang terus-menerus. Selanjutnya J ohn Elliot (1991)
mengembangkan model Lewin dan Kemmis dengan menambah beberapa pikiran kritis
untuk menyempurnakan model Lewin dan Kemmis.
Dewasa ini riset tindakan dalam dunia pendidikan sudah dikembangkan di banyak
negara di Eropa maupun di AS dan Amerika Latin. Di kawasan Asia, J epang sudah
mengembangkannya dan tahun-tahun terakhir ini juga mulai dikembangkan di I ndonesia.

1.3. TUJ UAN PENELITIAN TINDAKAN

Tujuan riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut (Soeparno,
2008:17):
Untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktek pendidikan yang teliti
secara lebih langsung.
Untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktek guru di lapangan sehingga
berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya.
Mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja.

1.4. SIFAT PENELITIAN TINDAKAN

Riset tindakan memiliki beberapa sifat (J ohnson, 2005:22-25; Kemmis, 1997:173-
179; Sukardi, 2003:211-212) sebagai berikut:
Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi oleh
praktisi pendidikan dan riset tindakan dilakukan oleh praktisi pendidikan
sendiri.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

5

Sampelnya kecil, terbatas: siswa perorangan, kelas, beberapa kelas; kecuali bila
riset menyangkut seluruh sekolah. Namun hasil riset pada satu kelas tidak
dapat diterapkan pada kelas yang lain.
Riset tindakan pendidikan dilakukan secara sistematis dengan metodologi yang
jelas. Metodologi tidak perlu terlalu ketat dan tidak perlu berpikir pada
efektivitasnya. Persoalannya adalah pada apa yang terjadi dan bagaimana dapat
dikembangkan.
Waktu riset tindakan untuk peningkatan profesionalitas pada umumnya pendek
tidak perlu terlalu lama. Akan tetapi perlu dilakukan secara reguler dan berkali-
kali.
Riset tindakan bukan riset kunatitatif. Akan tetapi dapat menggunakan metode
kuantitatif. Statistik yang digunakan lebih deskriptif:prosentase, mean (rata-
rata), standar deviasi dan frekuensi.
Riset tindakan terbatas pada persoalan apa yang ingin dikembangkan dan
diperbaiki.
Proses riset tindakan adalah refleksi spiral: perencanaan, tindakan, obsevasi,
refleksi, rencana diperbaiki, implikasi lebih lanjut, refleksi, dst.
Riset tindakan adalah riset partisipatoris, yaitu orang aktif bekerja untuk
memajukan prakteknya.
Riset tindakan adalah riset kolaboratif, semua pihak ikut di dalamnya, bukan
hanya peneliti saja.
Riset tindakan dapat disebut teorisasi praktek karena menemukan teori dari
praktek lapangan.
Riset tindakan membantu praktisi menjadi kritis terhadap prakteknya. Praktisi
merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dilakukan dan mengembangkan yang
perlu dimajukan.

1.5. KEGUNAAN PENELITIAN TINDAKAN

Kegunaan riset tindakan dalam lingkup pendidikan (Soeparno, 2008:22-24), antara
lain:
Memecahkan persoalan pendidikan yang dihadapi guru dan sekolah.
Membantu guru untuk merefleksikan kembali pekerjaannya sehari-hari sebagai
pendidik dan pengajar.
Guru dapat menguji-coba metode-metode baru dan dapat melihat apakah efektif
membantu siswa.
Guru lebih percaya mengadakan perbaikan karena berdasarkan riset dan
mengadakan perubahan yang konkrit dan lebih yakin akan profesinya.
Melibatkan guru dalam pengajaran secara profesional di sekolah, dalam lingkup
ilmiah dan wawasan menjadi lebih luas dan mendalam.
Guru dapat terlibat dalam pengambilan keputusan & kebijakan sekolah
berdasarkan riset mereka.
Guru secara nyata dapat mengembangkan mutu pendidikan dan menjadi
sumbangsi yang berguna untuk peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas.
Model riset tindakan dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan
model pendekatan problem solving.

1.6. J ENIS PENELITIAN TINDAKAN

J enis riset tindakan dapat dilihat dalam beberapa aspek: berdasarkan teori riset
tindakan, berdasarkan pelaku, (Soeparno, 2008:18-20), dan berdasarkan cara kerja (Aqib,
2006:19-20).

1.6.1. DUA TEORI UTAMA PENELITIAN TINDAKAN

Dua teori utama riset tindakan, yaitu: 1) riset tindakan kritis, 2) riset tindakan
praktis.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

6

a) Riset Tindakan Kritis
Riset tindakan kritis (critical action research) disebut juga riset emansipatoris
karena tujuannya adalah demi pembebasan seseorang atau kelompok melalui pengetahuan.
Riset tindakan kritis menyatakan bahwa semua riset pendidikan harus secara sosial
tanggap atau membantu proses:
a. Demokratisasi, yang mempersiapkan partisipasi orang.
b. Partisipatoris, membangun komunitas pembelajar.
c. Empowering, membebaskan dari penindas.
d. Life enhancing, mengungkapkan potensi manusia penuh.
b) Riset Tindakan Praktis
Riset tindakan praktis (practical action research) lebih menekankan pada
bagaimana melakukan sesuatu untuk memajukan pendidikan lewat proses tindakan.
Setiap guru dan tim peneliti adalah otonom dan dapat menentukan penyelidikan sendiri,
demi perkembangan profesi dan sekolah mereka. Guru menentukan fokus, teknik
pengumpulan data, cara analisis, intervensi, tindakan aksi, dll.
Secara singkat kekhasan kedua teori riset tindakan tersebut dapat digambarkan
dalam skema berikut (bdk. Mills, 2007:8-9):

Tabel. 1.1 Perbedaan Konsep Riset Tindakan Kristis & Praktis

KONSEP RISET TINDAKAN
KRITIS
KONSEP RISET TINDAKAN
PRAKTIS (GURU)
Dasar pendekatan filosofis: kritik
sosial-pembebasan & postmodern:
kebenaran relatif, pengetahuan
berdasarkan pengalaman.
Pendekatan: pratek, tidak filosofis;
bagaimana dapat memajukan
pendidikan
1. Partisipatoris & demokratis
2. Responsif pada persoalan
masyarakat dan terjadi dalam
konteks.
3. Riset tindakan membantu guru
meneliuti praktek sehari-hari.
4. Hasil riset dapat membebaskan
guru, siswa, administrator dan
memajukan pembelajaran dan
manajemen
1. Guru otonom dalam mengambil
keputusan.
2. Guru komitmen pada perkembangan
profesi dan kemajuan sekolah.
3. Guru refleksi atas praktek mereka.
4. Guru akan menggunakan
pendekatan sistematis untuk
merefleksi praktek mereka.
5. Guru akan memilih fokus, cara
pengumpulan data, analisis,
interpretasi data dan rencana
tindakan sendiri.

1.6.2. TIGA KELOMPOK PENELITIAN TINDAKAN BERDASARKAN PELAKU

Berdasarkan pelaku riset tindakan dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Riset Tindakan individual. Riset ini dilakukan oleh guru, kepala sekolah,
administrator, dosen, atau peneliti di sekolah. Misalnya riset dilakukan oleh guru
kelas untuk menguji-coba apakah metode mengajar dengan permainan dapat
membantu siswa dalam belajar. Atau riset yang dilakukan oleh kepala sekolah
tentang efektivitas pelayanan sekolah kepada para siswa. Atau tentang efektivitas
dan gaya kepemimpinannya dalam lingkup sekolah.
2. Riset grup. Riset ini dilakukan oleh sekelompok orang atau grup. Misalnya oleh
sekelompok guru yang serumpun dalam mata pelajaran. Misalnya kelompok guru
I PA melakukan penelitian tentang sikap siswa dalam belajar sains. Guru dalam
kelompok bahasa meneliti tentang cara pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan dalam pembelajaran bahasa. Atau beberapa orang guru agama
(Katolik) di sekolah negeri meneliti tentang nilai-nilai kekatolikan bagi para guru
dan siswa di sekolah negeri. Dalam riset dapat dibantu oleh tenaga ahli dari luar
sekolah.
3. Riset gabungan guru, kepala sekolah, administrator, stakeholders. Riset ini biasanya
dilakukan demi perkembangan sekolah secara menyeluruh. Misalnya riset tentang
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

7

toleransi anak-anak sekolah terhadap pelbagai perbedaan yang ada. Atau beberapa
orang guru agama (Katolik) di sekolah negeri meneliti tentang nilai-nilai
kekatolikan bagi para guru dan siswa di sekolah negeri.

1.6.3. BERDASARKAN CARA KERJ A

Menurut Chen (1990) penelitian tindakan kelas terdiri atas empat jenis, yakni PTK
diagnostik, partisipsi, empiris dan eksperimental (Aqib, 2006:19).
1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah
suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang
terdapat di dalam lata penelitian. Contohnya ialah apabila peneliti berupaya
menangani perselisihan, perkelahian atau konflik yang terjadi antar siswa dalam suatu
kelas atau sekolah, peneliti mendiagnosis siatuasi yang melatarbelakanginya.
2) PTK Partisipan, ialah penelitian yang dilakukan di mana peneliti terlibat langsung di
dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa
laporan.
3) PTK Empiris, ialah penelitian yang dilakukan di mana peneliti berupaya melaksanakan
suatu tindakan atau aksi dan mencatat dan membukukan apa yang dilakukan dan apa
yang terjadi selama aksi berlangsung.
4) PTK Eksperimental, ialah penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pelbagai
teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-
mengajar.

1.7. MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN

Dalam perkembangan riset tindakan sedikitnya dikenal empat model penelitian
tindakan sesuai dengan nama pengembangnya, yakni model Kurt Lewin, model Kemmis &
Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model Mc Kernan (Sukardi, 2003:214-218; Aqib,
2006:21-4).

1.7.1. MODEL KURT LEWIN

Sudah dikemukakan bahwa riset tindakan pertama kali diperkenalkan oleh Kurt
Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni
perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
Oleh Ernest T. Stringer (1996) model Kurt Lewin dielaborasi menjadi tiga langkah yakni
perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing) dan penelitian (evaluating).














Gambar 1.1 PTK Model Kurt Lewin

1.7.2. MODEL KEMMIS & TAGGART

Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt
Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang
membedakan dengan Kurt Lewin adalah sesudah suatu siklus selesai, yakni sesudah
PLAN PLAN PLAN

Observasi
Reflektif
act
Reflektif
Observasi
act
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

8

refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam
bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis
& Taggart dapat digambarkan sbb:

















1.7.3. MODEL EBBUT

Model Ebbut terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama, ide awal kembangkan
menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor
implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara
sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut
digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua.
Tingkat kedua, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, kemudian
laksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan
efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk pada
langkah ketiga.
Tingkat ketiga, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya,
dilakukan, didokumentasikan efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum
penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan
dapat terpecahkan.

Tabel 1.2 Siklus Model Ebbut

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
- Ide awal,
identifikasi
permasalahan
, tujuan &
manfaat
- Langkah
tindakan
- Monitoring
efek tindakan


- Revisi
rencana
umum
- Langkah
tindakan
- Monitoring
efek tindakan
sebagai bahan
untuk masuk
ke tingkatan
ketiga

- Revisi
rencana
umum
- Rencana
diperbaiki
- Langkah
tindakan
- Monitoring
efek tindakan
sebagai bahan
evaluasi
tujuan
penelitian

Gambar 1.2 Siklus Model Kemmis
PLAN
REVISED PLAN REVISED PLAN

Observasi
Reflektif
act
Reflektif
Observasi
act
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

9

1.7.4. MODEL ELLIOT
Model ini dikembangkan oleh Elliot & Edelman. Mereka mengembangkan model
dari Kemmis, dibuat lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan dalam
tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut digunakan
untuk menyusun laporan penelitian.
Dalam penelitian tindakan model Elliot, setelah ditemukan ide dan permasalahan
yang menyangkut dengan peningkatan praktis maka dilakukan tahapan reconnaisance
atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam studi
kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan perencanaan dengan kondisi
lapangan, sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang
diteliti.
Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapngan maka
tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada
akhir tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang
mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya.
Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan
perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai
diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telahdirumuskan
dapat dipecahkan.











1.7.5. MODEL McKERNAN

Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan
diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan
subjek dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam
setiap tingkatan atau daur. Setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat
hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. J ika
ternayata sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Pabila belum
dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti dapat masuk pada tingkat berikutnya.
Siklus model Mc Kernan dapat dilihat sebagai berikut:


Daur 1
Hasil Identifikasi
permasalahan
Evaluasi
tindakan 1
Tindakan 1
Impliksi
tindakan 1
Penilaian
kebutuhan
Hipotesis ide
Daur 1
Penetapan
hasil 2
Redefinisi
permasalahan
Revaluasi
tindakan 2
Penilaian
kebutuhan
Impliksi
tindakan 2
Hipotesis ide
Tindakan 1
Daur n
Gambar 1.3. Siklus Model Elliot
Gambar 1.4 Siklus Model McKernan
I de utama Peninjauan Perencanaan
Tindakan 2 Monitor Tindakan 1
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

10

BAB II

PROSES PENELITIAN TINDAKAN


2.1. LANGKAH UMUM

Gwynn Mettetal (1998) dalam Wi ki pedi a, the free encycl opedi a mengemukakan
langkah-langkah umum penelitian tindakan (Steps for Classroom Action Research) sebagai
berikut:
1. Decide on a question-Meaningful and important to you (Menentukan/merumuskan
pertanyaan, dan makna dan pentingnya penelitian).
2. Read literature on your topic (Kajian pustaka).
3. Plan your overall research strategy and data collection strategies (Merencanakan strategi
penelitian dan pengumpulan data).
4. Collect data-refine methods as needed (Pengumpulan data-dengan menggunakan metode
yang diperlukan).
5. Make sense of the data-qualitative and/ or quantitative. (Menganalisis data dengan cara
kualitatif dan/atau kuantitatif)
6. Reach conclusions about your question. What is the practical significance of your
findings? (Menentukan kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian.
Apakah memiliki signifikansi yang praktis untuk pengembangan?)
7. Take action based on your conclusions (Melakukan tindakan berdasarkan kesimpulan
penelitian).
8. Share your findings with others (Mensharingkan usulan-usulan pengembangan kepada
pihak lain).
Menurut J ohnson (2005), Tomal (2003), Mills (2007), langkah-langkah umum
penelitian tindakan kelas (Suparno, 2008:28-30) adalah sebagai berikut:
1. Indetifiksi persoalan atau topik permasalahan
Langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah menentukan persoalan yang akan
diteliti. Apa yang ingin diteliti? Apa ada persoalan dalam kelas, cara guru mengajar,
suasana siswa, sikap siswa, bahan, yang perlu diperhatikan secara khusus atau ingin
dikembangkan? Apa yang menarik untuk diteliti di kelas atau sekolah?
2. Menempatkan topik atau persoalan dalam konteks teori
Topik atau persoalan perlu ditempatkan dalam konteks teori pendidikan yang ada.
Untuk itu peneliti perlu memiliki pemahaman yang cukup tentang teori-teori yang
berkaitan dengan pendidikan dan mengaitkan dengan topik atau persoalan penelitian.
Oleh karena itu perlu membaca literatur seperti majalah, jurnal pendidikan, buku,
laporan hasil penelitian, internet, dan lain-lain.
3. Pengumpulan data
Sebelum mengumpulkan data, peneliti perlu secara cermat merencanakan data macam
apa yang ingin dikumpulkan. Bagaimana data itu dikumpulkan, metode yang
digunakan serta instrumennya? Di samping itu juga perlu merencanakan kapan dan
seberapa sering data tersebut akan dikumpulkan? Berapa lama waktu akan digunakan?
Dalam penelitian tindakan peneliti dapat mengadakan perubahan persoalan atau
pertanyaan selama pengumpulan data. Oleh karena itu selama pengumpulan data
dapat terjadi perubahan strategi mengajar, sumber data diubah dan bahkan fokus studi
dapat berubah.
4. Analisis data
Setelah instrumen dan/atau pokok-pokok/pedoman observasi atau wawancara dibuat,
selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Setelah pengumpulan data atau sudah
terkumpul data yang cukup maka peneliti dapat melakukan analisis data untuk dapat
menarik kesimpulan dalam penelitian. Dalam analisis perlu dicermati tentang tema,
kategori, serta pola yang muncul sehingga temuan penelitian dapat dimunculkan
kemudian dapat menarik kesimpulan. Data yang terkumpul dapat bersifat kualitatif
maupun kuantitatif. Dalam analisis data peneliti perlu mengerti dengan jelas berapa
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

11

kali data diambil dan direkam. Bagaimana kategori dibuat dan disusun? Apa ada
subategiori? Penting data diorganisasikan semikian rupa sehingga mudah untuk
mengambil kesimpulan dari data yang ada.
5. Membuat kesimpulan dan rekomendasi
Langkah berikut adalah membuat kesimpulan dari data yang ada berkaitan dengan
persoalan yang akan diteliti, kemudian membuat rekomendasi berdasarkan hasil
penelitian.
6. Membuat rencana aksi
Kekhususan dari penelitian tindakan adalah membuat rencana tindakan berdasarkan
penemuan. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk semakin memperbaiki kinerja,
situasi, persoalan yang diteliti. Model rencana aksi (actin plan) yang dapat
menggunakan salah satu model penelitian yang sudah dikemukakan.
7. Melaksanakan tindakan lanjut
Rencana aksi yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, coba dilaksanakan di lapangan
untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Dalam pelaksanaan ini perlu dilibatkan
banyak orang yang terkait dengan segala prosedurnya.
8. Evalusi
Setelah melakukan tindakan lanjut, perlu dievaluasi apakah tindakan itu memang
berjalan baik, membantu mengembangkan pendidikan atau tidak. Bila ada kendala
dalam implikasi perlu ditelusuri lebih lanjut. Evaluasi dapat digunakan juga untuk
perencanaan selanjutnya.
9. Menyiapkan proposal penelitian tindakan
Sebelum melakukan penelitian, terutama kalau riset akan dimintakan dana/sponsor
dari pihak lain, biasanya harus mengajukan proposal penelitian. Berikut contoh skema
proposal penelitian tindakan.

J UDUL
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Pengantar Topik
a. I dentifikasi persoalan atau wilayah penelitian
b. Latar belakang masalah
2. Tujuan penelitian
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
3. Pentingnya penelitian
a. Mengapa penelitian ini penting
b. Contoh kepetingannya
4. Definisi Term/istilah-pernyataan
BAB 2. KAJ I AN PUSTAKA
1. Teliti penelitian yang telah ada/sebelumnya yang berhubungan dengan
topik penelitian kita
2. Kaitkan topik anda dengan literatur yang dipelajari
3. Beberapa teori tentang topik penelitian ini
4. Bencmarking?
BAB 3. METODOLOGI
1. Partisipan yang telibat dalam penelitian
- Orang yang terlibat (subjek)
- Lingkungan sekolah, kelas, komunitas (setting)
2. Material yang digunakan
- J elaskan sarana dan peralatan yang digunakan dalam penelitian
- J elaskan semua peralatan ukur yang digunakan
3. Prosedur
- J elaskan lama studi/penelitian
- Bagaimana mengumpulkan data, berapa banyak, berapa sering
- J elaskan prosedur atau teknik khusus dalam metodologi (perencanaan,
observasi, tindakan, refleksi).
4. Analisis
- J elaskan bagaimana anda akan menganalisis data
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

12

- Kuantitatif data biasanya dianalisis dengan frekuensi, nilai total, rata-
rata dan standar deviasi
BAB 4. PERENCANAAN DI LAPANGAN
1. J adwal waktu penelitian
2. Sarana dan prasarana yang digunakan termasuk perizinan
3. Dana yang dibutuhkan
Kepustakaan

2.2. MENENTUKAN TOPIK PERSOALAN PENELITIAN
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang dapat diajukan dalam menentukan topik dalam
praktik pendidikan antara lain:
- Apa ada persoalan dalam praktik pendidikan yang perlu didalami dan dicari
pemecahan untuk dikembangkan?
- Apakah ada persoalan yang menganggu jalannya proses pendidikan di eklas, sekolah
dan ingin dicari tahu termasuk jalan keluarnya?
- Apakah kita ingin memajukan suatu model pembelajaran dalam kelas,
mengevaluasinya atau memilih model yang lain?
- Apakah ada hal yang menarik perhatian kita dalam praktik pendidikan yang kiranya
dapat lebih diungkap secara jelas?
Berikut beberapa contoh persoalan pendidikan dalam lingkup sekolah dan/atau
kelas.
1. Unsur siswa: Apakah di dalam eklas sikap siswa semua baik, serius, konsentrasi
pada pelajaran? Apakah tida ada siswa yang selalu menganggu kelas, yang merusak
suasana kelas? Apakah tidak ada siswa yang harus dibantu secara khusus dalam
proses pendidikan dan pengajaran? Bagaimana kerukunan di antara siswa, kerja-
sama antar siswa? Apa ada siswa aneh, selalu sedih, tidak bersemangat, selalu
menganggu teman, yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian secara
khusus? Apakah siswa teliti dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal? Apakah
semua siswa aktif mengajukan pertanyaan? Mengapa ada siswa yang selalu terlambat
datang ke sekolah atau malas mengerjakan PR?
2. Unsur guru: Bagaimana cara mengajar guru selama ini menarik atau tidak?
Terampil dalam menggunakan alat dan media pembelajaran? Apakah guru secara
kreatif menghadapi murid dengan latar belakang yang berbeda-beda? Bagaimana
sikap guru dalam membimbing para siswa? Apakah ada perbedaan tingkat
keberhasilan pembelajaran antara guru pria dan wanita? Apakah pendidikan-
pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru membantu peningkatan
kinerja guru?
3. Unsur motode mengajar: Guru dapat meneliti apakah metode mengajar yang
selama ini digunakan sudah efektif meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa? Apakah siswa terkesan atau bosan dengan suatu motode terentu? Apakah
suatu metode mengajar perlu direvisi dan diganti dengan metode lain atau tidak?
Bagaimana metode mengajar yang bervariasi membantu siswa belajar? Apakah suatu
motode baru dalam pemlajaran dapat diterapkan?
4. Unsur materi pelajaran: Bagaimana urutan-urutan materi yang disajikan oleh
guru? Cara penyajiannya? Apakah perlu menambah sumber bahan pelajaran?
Manakah materi-materi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dikuasai
siswa? Apakah perlu menambah waktu untuk pelajaran tertentu? Mengapa untuk
mata pelajaran tertentu penambahan waktu perlu? Apakah materi-materi dalam
buku pegangan guru sudah cocok dengan situasi dan kondisi siswa di sekolah kita?
Apakah langkah-langkah dan pengelolaan pembelajaran dapat membantu siswa
menguasai kompetensi yang diharapkan?
5. Unsur peralatan dan sarana pendidikan dan pembelajaran: Apakah
pengaturan dan penataan sarana pendidikan di sekolah dan kelas sudah baik
membantu siswa belajar? Apakah sarana pembelajaran di sekolah sudah cukup?
Bagaimana mengefektifkan sarana pembelajaran yang terbatas untuk mencapai hasil
pembelajaran yang optimal? Bagaimana guru dan para siswa memanfaatkan
laboratorium atau perpustakaan dengan optimal?
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

13

6. Unsur pengelolaan kelas: Bagaimana mengelolah kelas supaya semua siswa dapat
termotivasi mengikuti pelajaran? Bagaimana membuka dan/atau menutup pelajaran
secara efektif? Bagaimana interkasi guru dan siswa dalam pembelajaran? Apakah
pengelompokkan siswa dalam belajar efektif? Apakah pengaturan tempat duduk siswa
dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar? Apakah tutor sebaya efektif?
Apakah penempatan dan penggunaan papan tulis sudah maksimal dan efektif?
7. Unsur hasil pembelajaran: Apakah penilaian pembelajaran suatu mata pelajaran
tertentu sudah secara berimbang mengukur tiga ranah pendidikan (kognitif, afektif,
psikomotor)? Bagaimana metode pengawasan yang tepat agar para siswa menjawab
soal ulangan dengan jujur? Teknik evaluasi apa yang cocok untuk materi dan mata
pelajaran tertentu? Mengapa hasil Ujian Bersama, UAN di sekolah tinggi? Atau
sebaliknya rendah? Kenapa di sekolah banyak siswa yang tawuran? Mengapa di suatu
sekolah banyak guru dan siswa yang membolos?
8. Unsur lingkungan: Apakah lingkungan kelas sudah membantu siswa belajar
dengan baik? Apakah lingkungan sekolah secara keseluruhan sudah cukup baik?
Bagaimana lingkungan masyarakat atau keluarga mempengaruhi prestasi belajar
siswa? Bagaimana tingkat ekonomi atau pendidikan orang tua mempengaruhi
prestasi belajar siswa?
Penentuan topik atau persoalan penelitian dapat dimulai dengan mengadakan
pengamatan sejenak tentang praktik pembelajaran, lalu mencoba mempertanyakan praktik
tersebut. Misalnya:
- Pengamatan: Siswa kelihatannya makin banyak yang membolos saat pelajaran agama
di sekolah negeri. Persoalannya: Mengapa banyak siswa yang membolos saat pelajaran
agama? Apa penyebabnya?
- Pengamatan: banyak siswa dalam suatu kelas tidak atau belum dapat bedoa secara
spontan? Persoalannya: Bagaimana teknik guru mengajar cara bedoa yang baik?
- Pengamatan: Siswa di kelas satu banyak yang tidak cermat mengerjakan soal-soal
Fisika. Persoalannya: Bagaimana guru dapat membantu siswa menegrjakan soal Fisika
dengan cermat?
- Pengamatan: Siswa di kelas dua banyak yang belum bisa menulis tata bahasa
I ndonesia dengan benar sesuai dengan EYD? Persoalannya: Bagaimana
cara/teknik/metode guru mengajar atau mendampingi siswa agar dapat menulis dengan
tata bahasa I ndonesia sesuai dengan EYD.
Mills (2007:26-28) memberikan catatan agar semakin terfokus dalam nenentukan
topik yang ingin diteliti, sebaiknya menggunakan reconnaissance (pengumpulan data awal).
Proses tersebut dapat ditempuh dengan langkah-langkah seperti nampak pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Model Reconnaissance
Refleksi diri - Refleksikan topik anda: dengan nilai dan keyakinan
anda
- Dengan pengertian anda tentang hubungan teori,
praktik, sekolah dan masyarakat.
- Apa yang anda ketahui tentang pembelajaran.
- Bagaimana keadaan menjadi seperti sekarang.
Deskripsi - Uraikan situasi yang ingin anda ubah
- Uraikan bukti-bukti bahwa topik itu memang menjadi
persoalan
- I dentifikasi faktor kritis yang mempenagruhi topik
anda
Eksplanasi - J elaskan mengapa dan bagaimana faktor kritis yang
adan identifikasi menyebabkan situsi menjadi seperti
sekarang

Pertanyaan topik sebaiknya mudah dijawab dalam penelitian, jangan sampai
pertanyaan menjadi sulit untuk dijawab dalam penelitian sehingga peneliti menjadi
frustasi. Kalau sudah menemukan topik yang ingin diteliti ada baiknya topik tersebut
dirumuskan lagi dalam beberapa pertanyaan penelitian. Rumusan pertanyaan akan
membantu dalam merumuskan tujuan penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

14

Contoh: Topik: Mengembangkan minat siswa belajar Fisika dengan model permainan
Pertanyaan riset (rumusan masalah):
1. Apakah model permainan mengembangkan minat siswa belajar
Fisika?
2. apakah model permainan membantu siswa senang dengan pelajaran
Fisika?

Topik: Mengembangkan keaktifan bertanya siswa dalam pelajaran Pendidikan
Agama Katolik.
Pertanyaan riset (rumusan masalah):
1. Apa yang menyebakan siswa kurang aktif bertanya dalam pelajaran
Pendidikan Agama Katolik?
2. Apakah cara guru agama mengajar memacu siswa untuk aktif
bertanya?
3. Apa harapan siswa agar mereka menjadi aktif bertanya dalam
pelajaran Pendidikan Agama katolik?
4. Bagaimana teknik-teknik yang dapat digunakan supaya siswa aktif
bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik?

2.3. LATAR BELAKANG TEORI-KAJ IAN PUSTAKA

Langkah selanjutnya adalah mencari landasan teori tentang persoalan topik
penelitian. Sumber literatur dapat berasal dari: J urnal penelitian/ilmiah, internet, buku-
buku, benchmarking. Benchmarking berupa standar, praktik standar, pedoman standar
yang dapat dijadikan acuan. Misalnya soal kelemahan siswa membaca siswa, dapat
dicarikan padanan praktik suatu sekolah yang kemampuan membacanya sangat menonjol
atau standar baca yang selevel.
J umlah sumber yang dapat digunakan dalam peneltian tindakan, J ohnson (2005)
memberikan beberapa kriteria (Suparno, 2008:40-41)sebagai berikut:
- Untuk tesis MA. Magister, S2 perlu lebih adri 25 judul.
- Untuk disertasi Doktor perlu lebih dari 50 judul.
- Untuk tugas biasa, penulisan di jurnal, ceramah, 2 s.d. 5 judul.
- Untuk proyek riset tindakan demi pengembangan profesi atau hanya untuk evaluasi
dan problem solving tidak diperlukan literatur. J adi peneliti lebih bebas dalam
menyampaikan gagasannya. Tentunya kalau ada literaturnya akan lebih baik dan
memperkaya. Untuk PTK lebih dari 5 judul akan lebih baik.
Dalam menggunakan literatur perlu menuliskan nama, tahun dan halaman pada
bagian uraian sumber literatur yang dipergunakan baik dalam pengutipan langsung
maupun tidak langsung. Untuk uraian yang tidak langsung dapat menggunakan teknik
parafrase, yakni membahasakan dengan bahasa peneliti/penulis suatu pendapat dari orang
lain.
Pada bagian kepustakaan ditulis nama, tahun, judul buku, tempat terbit dan
penerbit. Contoh: lihat pengutipan dan penulisan dalam tulisan ini.

2.4. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan proses atau langkah-langkah penelitian.
Dalam metodologi diuraikan tentang subjek dan setting (tempat penelitian) penelitian,
desain-rancangan penelitian-siklus penelitian, jensis instrumen, pelaksanaan tindakan,
cara pengamatan, penyajian data, analisis data dan relfeksi.

2.4.1. SUBJ EK DAN LATAR PENELTIIAN

Perlu dikemukakan subjek dan latar atau tempat penelitian. Misalnya penelitian
tindakan dilakukan untuk meneliti peningkatan prestasi belajar siswa (subjek) di SMP Pax
Chirsti Manado (latar/setting).

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

15

2.4.2. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN

Peneliti perlu menguraikan desain atau rancangan tindakan kelas, yakni langkah-
langkah atau siklus (berapa kali siklus) tindakan yang akan dilaksanakan. Perlu diuraikan
langkah-langkah setiap siklus, bahan materi ataupun materi yang digunakan dalam setiap
siklus.
Berdasarkan persoalan atau masalah yang dirumuskan dan ditunjang dengan teori-
teori yang relevan maka peneliti merencanakan tindakan kelas dalam rangka mengatasi
atau menemukan jalan keluar dari persoalan.
Menurut Mills (2007) dalam Suparno (2008:86) rencana berdasarkan siapa yang
akan melaksanakan tindakan tediri atas tiga, yakni rencana tindakatan individual,
rendana tindakan tim dan rencana tindakan institusi/sekolah.

2.4.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian data yang ingin dikumpulkan adalah semua bentuk informasi,
observasi dan fakta yang akan menunjang tujuan riset. Misalnya untuk mengerti kegiatan
siswa di kelas maka perlu dikumpulkan data tentang semua kegiatan mereka di kelas
dalam waktu yang terus-menerus dan berkali-kali. Data kegiatan itu dapat diwujudkan
dalam bentuk tertulis, rekaman, dokumen dan hasil tindakan mereka yang kita amati.
Pengumpulan data perlu direncanakan terlebih dahulu secara sistematik. Sebelum
pengumpulan data perlu membuat rencana data macam apa yang akan dikumpulkan,
kapan, dan seberapa sering. Namun tetap terbuka bila terjadi perubahan-perubahan dalam
proses pengumpulan data (Suparno, 2008:41-43). Berikut ini contoh dalam bentuk table
mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan pengumpulan data.
Tabel 2.2 Contoh Perencanaan Pengumpulan Data
MACAM DATA I NSTRUMEN
(METODE)
KAPAN BERAPA
KALI
SARANA J ADWAL
CEK(SESUAI
BERAPA
KALI )
1. Kehadiran
siswa
Ceklis daftar
hadir
Bulan
September
25 kali Lembar
daftar
hadir dan
bolponit
v v dst
2. Keaktifan
siswa bertanya
Anecdotal Bulan
September
4 kali
setiap
hari
Senin
Lembar
notes
sebanyak
siswa
v v v dst

Metode pengumpulan data yang dapat dipakai dalam penelitian tindakan dapat
dikelompokkan dalam lima kelompok (J ohnson, 2005; Tomal, 2003; Mills, 2007; Stringer,
2004) dalam Suparno(2006:44), seperti nampak dalam table berikut:

Tabel 2.3 Metode Pengumpulan Data

OBSERVASI
LANGSUNG
WAWANCARA/
I NTERVI EW
SURVEI /
ANGKET
DOKUMEN/
FORTOFOLI O
TESTI NG
Fieldnotes
Log/J urnal riset
Anecdotal notes
Checklist
Rating checklist
Pribadi
Kelompok
Konferensi
Terbuka
Terstruktur

Terbuka
Tertutup
One-way
Two-way
Portofolio
Arsip
Video/audiotape
Data retried
Website/jurnal/email
Dibuat guru
Standart
test
Essay
I bjektif

a. Observasi langsung
Observasi langsung dapat dibedakan tiga macam (Mills, 2007:58-59, bdk. Sugiyono,
2008:204-205; Moleong, 2005:176-179):
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

16

- Pengamat sebagai partisipan aktif. Peneliti secara aktif dalam proses pembelajaran
dan juga pengamat. Misalnya guru sebagai peneliti, mengajar sekaligus menjadi
pengamat langsung. Kesulitannya adalah mengajar sambil mengamati.
- Peneliti menjadi pengamat aktif. Guru mengamati murid-muridnya di luar jam
mengajarnya, misalnya saat pelajaran olahraga atau kegiatan lain. Dalam hal ini
guru menjadi pengamat aktif tetapi bukan sebagai partisipan. Guru tidak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.
- Pengamat pasif. Guru sebagai peneliti tidak dalam tanggung-jawab mengajar, hanya
sungguh-sungguh mengamati dan mengumpulkan data. Guru tidak ikut berinterakasi
dengan siswa yang diteliti.
Ada beberapa metode/cara dan alat yang dapat dipergunakan dalam pengamatan,
seperti disajikan dalam uraian berikut (Suparno, 2008:46-49).
1) Fi el dnotes. Fieldnotes adalah catatan penelitian di lapangan. Peneliti sebaiknya
menggunakan buku catatan untuk menulis dan mencatat semua hal yang diamati. Ada
tiga macam fieldnotes, yakni:
- Deskripsi selama pengamatan. Fieldnotes ini dibuat guru selama guru mengajar.
Memang agak sulit, karena di samping mengajar, tapi juga mengamati dan
mencatat.
- Catatan cepat selama mengajar. Pada saat sedang mengajar guru dapat membuat
catatan cepat dan dilengkapi setelah selesai mengajar. Ada baiknya guru
menyiapkan lembar-lembar kertas atau kartu yang tiap kartunya memuat nama
masing-masing siswa. Setiap kali guru mengamati tingkah seorang siswa, guru
dapat langsung mencatat hasil pengamatannya pada kartu.
- Catatan dan refleksi pada akhir kelas. Guru sebagai peneliti membuat catatan
setelah selesai ia mengajar. Sesegera mungkin ia membuat catatan. Guru juga
mencatat semua pikiran yang muncul selama mengamati dan kemudian membuat
refleksi.
2) Log atau J urnal Riset. Log/jurnal riset adalah salah satu bentuk fieldnotes yang
lengkap. Yang merekam semua pengamatan atau observasi dan pemikiran berkaitan
dengan semua hal dalam riset. Log dibuat oleh peneliti untuk mencatat apapun yang
dilakukan dalam riset. Log memuat pencatatan penelitian dalam kurun waktu yang
berkelanjutan. Misalnya laporan hari 1,2,3,4,dst. Di dalamnya dapat dituliskan
beberapa hal, antara lain:
- Langkah yang dilakukan dalam riset, termasuk perubahan yang ada.
- Semua data yang diobservasi seperti keadaan kelas, suasana siswa, sikap siswa
dalam kelas dan komentar mereka di kelas.
- Analisis yang muncul dalam pikiran peneliti terhadap observasi yang diadakan, apa
yang dipikirkan yang muncul dalam perjalanan penelitian.
- Fakta yang ditemukan berkaitan dengan penelitian seperti diagram, jumlah anak,
skor, nilai, daftar hadir, dll.
Agar pengorganisasian data dan pemikiran tersebut, hendaknya bila log dibuat
dalam computer dengan dibedakan file-filenya. Bila tidak menggunakan computer log
dapat dibuat dalam kertas lembaran yang setiap kali dapat ditambah jumlahnya.
3) Anecdotal notes. Anecdotal notes adalah salah satu bentuk fieldnotes yang dibuat
secara cepat dalam pengamatan dan dapat dilengkapi. I sinya berupa perubahan
tingkah-laku yang diharapkan pad anak. Anecdotal notes dapat ditulis dalam selembar
kerta, kartu indeks, computer, dll. Berikut ini contoh anecdotal notes dari seorang siswa
bernama Ladis.
Tabel 2.4 Contoh Anecdotal Notes
TANGGAL NAMA KETERANGAN/KEJ ADI AN
5 Agust Arin Hanya diam saat di kelas, tidak ikut
kelompok
7 Agust Arin I kut kelompok, tetapi tetap diam, tidak
bicara
9 Agust Arin Dia bicara dengan 2 teman, ikut
mengerjakan soal
11 Agust Arin Banyak bicara, memimpin kelompok, wajah
gembira
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

17


4) Checkl i st (lembar cek). Ceklis adalah suatu daftar atau tabel yang berisi hal-hal yang
hendak diamati dengan kolom-kolom yang akan digunakan untuk mengecek apakah
sesuatu terjadi atau tidak terjadi. Biasanya digunakan tanda V. Dalam PTK
dibedakan beberapa ceklis:
- Ceklis siswa, memuat apa yang harus dilakukan siswa dan nanti digunakan oleh
siswa. Misalnya ceklis kehadiran siswa yang harus diisi oleh siswa sendiri, atau ceklis
tentang keikutsertaan siswa dalam diskusi yang harus diisi oleh siswa sendiri; daftar
buku yang telah dibaca siswa.
- Ceklis guru, memuat apa yang dibuat guru dalam pelajaran, apa yang telah
dijelaskan kepada siswa, apa yang telah dikatakan. Ceklis ini dicek sendiri oleh guru
untuk melihat sejauh mana bahan atau topic sudah diajarkan.
- Ceklis terbuka, berisi keterampilan siswa, apa yang dimengerti siswa, dan ini diisi
oleh siswa sendiri. Dengan membaca ini guru dapat mengerti sejauh mana dan
sedalam mana siswa memahami yang diajarkan.
Tabel 2.5 Contoh Cecklist Kehadiran Siswa
NAMA HARI
1
HARI
2
HARI
3
HARI
4
HARI
5
HARI
6
HARI
7
Anton v v v v v
Rita v v v v v v
Tina v v v v v v
Hendra v v v v v
Niko v v v v v
Santi v v v v v v v

5) Rating Checklist. Rating checklist dibuat untuk melihat kualitas sikap atau tindakan
tertentu. J adi bukan hanya mencatat apakah siswa melakukannya, tetapi juga setinggi
mana tingkat atau levelnya. Misalnya kita ingin mengerti bagaimana keaktifan siswa di
dalam suatu pelajaran atau suatu topic pelajaran tertentu.
Contoh: Keaktifan siswa dalam kelas pada mata pelajaran matematika dengan skor:
4. sangat tinggi
3. tinggi
2. cukup
1. rendah
Hasil pengamatan dibuat dalam tabel.
Tabel 2.6 Contoh Hasil Pengamatan dengan Cara Rating Checklist

NAMA SISWA KEAKTIFAN
Anton 4
Rita 1
Tina 2
Hendra 2
Niko 3

b. Wawancara/I ntervi ew
Wawancara dalam penelitian dapat dibedakan dalam dua bentuk (Sugiyono,
2008:194-199; Suparno, 2008:50-54), yakni: wawancara tertutup (terstruktur) dan
wawancara terbuka (tidak terstruktur).
Contoh wawancara tertutup:
1) Apakah saudaramu-saudaramau ramai bila kamu sedang belajar? Ya atau tidak?
2) Suasana rumahmu tenang atau ramai saat kamu sedang belajar? Ya atau tidak?
3) Apakah di sore dan malam hari listrik di rumahmu menyala dengan terang atau
tidak? Ya atau tidak?
4) Orang tuamu duduk di dekat kamu saat kamu sedang belajar? Ya atau tidak?
5) Apakah orang tuamu menonton TV atau video selama kamu belajar ? Ya atau
tidak?
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

18

6) Waktu kamu tidak belajar di rumah, apakah orang tuamu mengingatkan atau
tidak?
7) Apakah kamu senang dengan pelajaran agama?
a. Sangat senang
b. Senang
c. Kurang senang
d. Tidak senang
8) Di rumah kamu membaca kitab suci,
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Contoh wawancara terbuka:
1) Coba ceritakan bagaimana suasana rumahmu waktu kamu belajar!
2) Apa yang kamu harapkan dari orang tuamu saat kamu sedang belajar di rumah!
3) Coba ceritakan apa yang biasanya dilakukan orang tuamu saat kamu sedang
belajar!
4) Apa yang dapat membuat kamu senang dengan pelajaran agama?

c. Survei
Survei adalah sekumpulan pertanyaan yang disusun dengan jelas untuk
mendapatkan jawaban dari subjek tentang hal, kegiatan, pendapat, kebiasaan, dll yang
ingin diketahui oleh peneliti. Model survey sering disebut model angket atau kuesioner.
Survei dapat dilakukan langsung pada subjek, atau secara tidak langsung melalui orang
lain, telepon, faksimili, e-mail atau pun on-line via computer.
Dibedakan dua bentuk survey berdasarkan pertanyaannya:
- Pertanyaan pilihan ganda atau tertutup. Siswa hanya memilih jawaban yang sudah
disediakan.
- Pertanyaan terbuka. Siswa dapat leluasa menjelaskan jawabannya.
Dalam menyusun pertanyaan sedapat mungkin sederhana, jelas, mudah dimengerti
dan menarik. Sebaiknya dalam suatu angket terdapat pertanyaan petanyaan terbuka.
Berikut ini contoh angket tentang minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama
Katolik.

ANGKET

Angket no: ..

Pengatar
Bacalah dengan teliti pertanyaan-pertanyaan berikut, kemudian pilihlah jawaban
yang paling sesuai dengan situasi, pemikiran, pengalaman anda selama ini, dengan cara
melingkari pada huruf jawaban yang anda pilih. I ni bukan ulangan jadi tidak akan
mempengaruhi nilai-nilai dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Pertanyaan
1. Apakah kamu menyukai pelajaran agama di kelas anda?
a. Sangat suka
b. Suka
c. Kurang suka
d. Tidak Suka
2. Apa yang kamu lakukan untuk mempersiapkan pelajaran agama saat kamu di rumah?
a. Saya selalu membaca buku pelajaran agama.
b. Saya kadang-kadang membaca buku pelajaran agama.
c. Saya jarang membaca buku pelajaran agama
d. Saya tidak pernah membaca buku pelajaran agama.
3. Apakah yang anda lakukan sebelum pelajaran agama dimulai?
a. Saya selalu membaca buku pelajaran agama sebelumnya.
b. Saya kadang-kadang membaca buku pelajaran agama sebelumnya.
c. Saya jarang membaca buku pelajaran agama sebelumnya
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

19

d. Saya tidak pernah membaca buku pelajaran agama sebelumnya.
4. Apakah kamu bertanya kepada guru Agama di kelas bila penjelasannya anda anggap
kurang memuaskan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang/jarang
d. Tidak pernah
5. Apakah kamu membawa catatan/buku pelajaran agama setiap ada pelajaran agama?
a. Selalu membawa buku pelajaran agama.
b. Kadang-kadang tidak membawa buku pelajaran agama.
c. J arang membawa buku pelajaran agama.
d. Selalu lupa membawa pelajaran agama.
6. Bila guru agama kamu memberikan persoalan yang perlu dikerjakan di kelas, apa yang
anda lakukan?
a. Saya mengerjakannya sampai tuntas.
b. Saya mengerjakan separohnya saja.
c. Saya kadang tidak mengerjakannya.
d. Saya tidak mau mengerjakannya.
7. Selama pelajaran agama berlangsung apakah kamu memperhatikan penjelasan guru
agama?
a. Saya selalu memperhatikan
b. Saya sering memperhatikan
c. Saya kadang-kadang memperhatikan
d. Saya tidak memperhatikan
8. Apakah kamu mengerjakan Pekerjaan Rumah yang diberikan oleh guru agama?
a. Selalu mengerjakannya, tidak pernah lupa.
b. Sering mengerjakannya tetapi lain kali tidak mengerjakannya.
c. J arang mengerjakannya hanya sekali-kali mengejarkannya.
d. Selalu lupa mengerjakannya.
9. Apa yang anda lakukan setelah pelajaran agama selesai?
a. Saya masih membaca kembali semua bahan pelajaran yang baru diajarkan.
b. Saya membaca separoh saja bahan yang baru diajarkan.
c. Saya kadang-kadang membaca bahan pelajaran yang baru diajarkan.
d. Saya langsung menutup buku pelajaran agama.
10. Bila bel sudah berbunyi tetapi pelajaran agama masih berlangsung, apa yang anda
lakukan?
a. Tetap memperhatikan dan mengikuti dengan serius pelajaran agama.
b. Tetap memperhatikan tapi langsung menutup buku pelajaran agama.
c. Kadang tidak memperhatikan lagi dan langsung menutup buku pelajaran.
d. Tidak memperhatikan lagi dan langsung menutup buku pelajaran.

J awablah dengan bebas pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan apa yang
anda pikirkan, lakukan dan alami selama ini.
11. Ceritakan apa yang biasanya anda lakukan di rumah untuk mempersipkan pelajaran
agama?
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
12. Ceritakan apa yang biasanya anda lakukan sebelum pelajaran agama dimulai?
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................

13. Ceritakan apa yang anda lakukan selama pelajaran agama berlangsung?
..................................................
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

20

..................................................
..................................................
..................................................
..................................................

14. Ceritakan apa yang anda lakukan setelah pelajaran agama selesai?
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................

15. Ceritakan apa yang anda lakukan kalau bila ada Pekerjaan Rumah mata pelajaran
agama?
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
Tomal (2003:69-70) membedakan adanya dua model survey, (1) one way dan (2) two
ways survey. Dalam one way survey peneliti tidak mengembalikan atau membicarakan
hasil angket dan analisis kepada subjek penelitian. Sedangkan two ways survey, peneliti
mengembalikan dan membicarakan bersama hasil penelitian dengan subjek penelitian.
Dalam PTK guru sebagai peneliti hendaknya dapat membicarakan bersama tentang hasil
angket dan analisisnya dengan subjek penelitian (siswa). Karena dengan memberituhkan
dan membicarakan hasil angket secara bersama maka siswa juga akan mengetahui tindak
lanjut yang akan diambil selanjutnya. Para siswa akan terlibat aktif bahkan memberikan
masukan dalam upaya perbaikan atau pengembangan selanjtunya.
Di samping itu juga guru sebagai peneliti perlu membicarakan hasil survey dengan
kepala sekolah astau guru-guru yang terkait. Sehingga hasilnya dapat diketahui bersama
dan pihak lain dapat memberikan masukan tindakan yang tepat untuk perbaikan dan
pengembangan selanjutnya.

d. Dokumen dan Portofolio
Peneliti juag bias mendapatkan data lewat dokumen yang berupa portofolio, arsip,
rekaman, laporan dari siswa, sekolah, atau tempat mereka bekerja, bila memang data itu
diinginkan untuk topic penelitiannya.
1) Rekaman hasil karya dan performa siswa (portofolio) dapat berupa:
- Karya seni, lukis, gambar yang dibuat siswa.
- Pentas seni, drama, olahraga, kegiatan yang dilakukan siswa.
- Artikel, tulisan di majalah dan jurnal.
- Rekaman pidato di radio, balai desa dan di pesta-pesta.
- Laporan proyek riset siswa, baik sendiri maupun bersama dalam kelompok.
- Kumpulan pekerjaan rumah (PR).
2) Arsip. Data arsip dapat berupa nilai tes masuk, hasil tes I Q, hasil tes wawancara, rapor,
data orang tua, daftar kehadiran, data tentang kesehatan siswa, dll.
3) Rekaman (video & audiotapes). Sarana ini biasasnya digunakan untuk merekam data
nonverbal. Misalnya, sikap, gaya dan reaksi siswa dan/atau guru terhadap sesuatu yang
dibuat atau terhadap suatu persoalan. J uga berfungsi untuk merekam apa yang
dikatakan, diungkapkan dan diteriakkan oleh siswa. Perlu diperhatikan agar dalam
menggunakan alat perekam jangan sampai siswa bertingkah berbeda (tidak seperti
biasanya) karena mereka tau sementara direkam.
4) Kartu data (data retrievel charts). Kartu ini digunakan untuk mengoleksi data siswa
yang bentuknya bermacam-macam. Biasanya berbentuk mirip table yang berisi data
tentang apa yang mau diamati dan apa yang harus dituliskan. Dapat dikatakan juga
mirip ceklis, tetapi isinua bukan hanya tanda V, akan tetapi lebih memuat kata-kata
atau kalimat. Misalnya untuk mencari tahu siapa yang lebih menyukai tempat-tempat
belajar tertentu: siswa atau siswi, guru dapat mengisi dengan tally pada kolom yang
ada. Berikut contoh kartu data.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

21

Tabel 2.7. Contoh Kartu Data
TEMPAT BELAJ AR SI SWI SI SWA
Perpustakaan sekolah I I I I I I I I I I I I
Ruang kelas I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Gang sekolah I I I I I I I I I I I I I I I I
Halaman sekolah I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Aula sekolah I I I I I I I I I I I I
Kantin I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

5) Website, J urnal Kelas, E-Mail
Untuk dunia dewasa ini penggunaan website dan e-mail sudah bukan barang
langkah dan baru lagi. Guru sebagai peneliti perlu menggunakan sarana-sarana tersebut
untuk menemukan data dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
J urnal pendidikan dapat dibuat dalam lingkup kelas atau sekolah. J urnal memuat
tentang apa yang mereka kerjakan, pengalaman, perasaan dan usulan-usulan mereka.
Pengisian jurnal dapat memanfaatkan komputer untuk menyimpan, menata,
mengorganisir dan mengakses data para siswa.

e. Testing
Metode tes dapat dipergunakan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data.
J enis-jenis tes yang dapat dipergunakan adalah tes I Q, tes hasil belajar. Dalam penelitian
guru sebagai peneliti jangan hanya menjadikan tes sebagai satu-satunya metode
pengumpulan data. Tes dapat dipergunakan sebagai pelengkap atau sebagai pembanding
dari data yang lain. Tes dapat berbentuk essay atau objektif. Dapat dbuat sendiri oleh guru
atau tes standar yang sudah disiapkan.

2.4.4. SKALA PENGUKURUAN

Pada bagian sebelumnya sudah diberikan contoh menyusun angket. Namun ada
baiknya dikenal juga beberapa skala pengukuran dalam penelitian secara umum yang
dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas (Sugiyono, 2008:134-149).

a. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial tertentu. Fenomena sosial dapat terjadi
dalam dunia pendidikan juga dalam lingkup pendidikan dan kelas. Skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat setuju (5) a. Selalu (4)
b. Setuju (4) b. Sering (3)
c. Ragu-ragu (3) c. Kadang-kadang (2)
d. Tidak setuju (2) d. Tidak pernah (1)
e. Sangat tidak setuju (1)

a. Sangat positif (4) a. Sangat baik (4)
b. Positif (3) b. Baik (3)
c. Negatif (2) c. Tidak baik (2)
d. Sangat negatif (1) d. Sangat tidak baik (1)

Untuk keperluan analisis, maka jawaban itu dapat diberi skor seperti nampak
angka-angka pada setiap gradasi. I nstrumen penelitian yang menggunakan skal likert
dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh bentuk checklist:
Berilah jawaban dengan menggunakan tanda V pada pertanyaan-pertanyaan
berikut:
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

22


NO PERTANYAAN SS ST RG TS STS
1 Dalam pelajaran agama
semua siswa harus membawa
Kitab Suci
V
2 Dalam pelajaran agama
semua siswa harus dapat
berdoa spontan
V
3 ..

SS =Sangat setuju : skor 5
ST =Setuju : skor 4
RG =Ragu-ragu : skor 3
TS =Tidak setuju : skor 2
STS =Sangat Tidak setuju : skor 1

Contoh cara menganalisisnya akan dibahas pada uraian selanjutnya.

Bentuk pilihan ganda (lihat contoh sebelumnya pada halaman 55-58).

b. Skala Guttman
Skala pengukuran Guttman menutut responden menjawab dengan tegas, ya-
tidak,; benar-salah, pernah-tidak pernah; positif-negatif, dll. J adi hanya ada dua
interval. Contoh lihat halaman 52. Skala Guttman dapat dibuat pilihan ganda atau
checklist.
Contoh pilihan ganda:
1. Apakah kamu kamu merasa senang dengan pelajaran Matematika?
a. Ya b. Tidak

Contoh checklist
NO PERTANYAAN PERNAH TI DAK
PERNAH
1 Guru agama menggunakan
film rohani dalam pelajaran
agama
V
2 .

c. Semantic Defferensial
Skala pengukuran ini ditemukan oleh Osggod. Bentuknya sebagai berikut:






Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Semakin besar besar nilai (maksimal 5) yang diberikan berarti semakin postif,
sdangkan semakin kecil semakin negatif. Pada angka 3 berarti netral.

d. Rating Scale
Ketiga model skala pengukuran di atas semuanya adalah data kualitatif yang
kemudian dikuantitatifkan. Pada rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Mohon diberi nilai terhadap nilai gaya
kepemimpinan wali kelas kamu
dengan cara melingkar angka yang sesuai
menurut penilaian anda
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

23

Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di kelas anda?
Berilah jawaban dengan angka
4. bila tata ruang ruangan itu sangat baik.
3. bila tata ruang itu cukup baik.
2. bila tata ruang itu kurang baik.
1. bila tata ruang itu sangat tidak baik.
J awablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.

NO PERTANYAAN TENTANG TATA
RUANG KELAS
I NTERVAL
J AWABAN
1 Penataan meja murid & guru sehingga
pembelajaran lancar
4 3 2 1
2 Cahaya alam dalam ruangan kelas 4 3 2 1
3 Cahaya buatan/listrik dalam kelas 4 3 2 1
4 Warna lantai kelas 4 3 2 1
5 Sirkulasi udara dalam ruang kelas 4 3 2 1
6 Keserasian warna alat-alat dan
perlengkapan dalam kelas
4 3 2 1
7 Kebersihan ruangan kelas 4 3 2 1
8 Penempatan almari buku 4 3 2 1

e. Skala Thurstone
Skala Thurstone adalah model skala pengukuan di mana responden diminta untuk
memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan
yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai
dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.
Contoh: Mengukur persepsi para siswa tentang cara guru agama mengajar.
Pilihlah 5 dengan cara melingkari nomor pernyataan dari 10 pernyataan yang
sesuai menurut kamu.
a. Saya merasa senang dan bersemangat dengan cara guru agama mengajar.
b. Saya mengalami kesulitan memahami pelajaran agama walaupun guru agama
sudah menjelaskan bahan pelajaran.
c. Saya cepat bosan dan mengantuk dengan cara mengajar guru agama.
d. Saya dapat memahami bahan pelajaran bila guru agama mengajar.
e. Guru agama saya sangat kreatif dalam mengajar pelajaran agama.
f. Guru agama saya pada umumnya kalau menjelaskan membaca buku pegangan.
g. Guru agama kalau mengajar kadang menarik kadang membosankan.
h. Guru agama sering memberikan tugas terlalu sulit untuk dikerjakan.
i. Saya senang karena guru agama saya, menghargai pendapat dari para siswa.
j. Saya merasa guru agama tidak pernah memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk bertanya.

Sebelumnya guru sebagai peneliti untuk keperluan analisis memberikan nilai pada setiap
item sebagai berikut:
No item pernyataan a b c d e f g h i j
Nilai 10 5 1 8 9 4 6 2 7 3
Nilai tertinggi: 6 +7 +8 +9 +10 =40, 40:5 =8
Nilai terendah: 1 +2 +3 +4 +5 =15, 15:5 =3

Misalnya: Hasil jawaban seorang siswa bernama Andy ditabulasikan sebagai berikut:
No item pernyataan a b c d e f g h i j
J awaban Andy - - c d - - g h - J
Nilai - - 1 8 - 6 2 - 3
Perhitungan: 1+8+6+2+3 =20
Nilai : 20:5 =4
Nilai 4 dari Andy adalah nilai respon yang cenderung pada nilai rendah, berarti cara mengajar guru
agama menurut andy kurang.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

24


2.4.5. METODE ANALISIS DATA

a. Syarat-syarat Analisis Data

Dalam analisis data perlu diperhatikan beberapa syarat, yakni validitas, kredibiltas
dan reliabilitas data.

1) Akurasi dan Kredibilitas
Data disebut akurat dan kredibel bila data yang diambil sungguh-sungguh
menunjukkan dan menciptakan gambaran yang benar dan realistis apa yang diteliti.
Misalnya kalau kita ingin meneliti tentang keaktifan siswa di kelas, data yang diapakai
harus benar-benar rekaman gambaran kegiatan siswa di kelas, bukan cerita guru tentang
suasana kelas.

2) Validitas
Data yang valid adalah data yang menunjukkan data yang sungguh-sungguh
mengukur apa yang akan diukur. Misalnya untuk mengukur tingkat kegembiraan siswa
belasjar Bahasa I nggris, maka data yang disajikan menunjukkan kegembiraan siswa dalam
belajar bahasa I nggris, bukan kegembiraan bermain di lapangan.
McNiff(2002:105-107) mengungkapkan minimal ada tiga model validitas, yaitu (1)
validitas pribadi, (2) lewat teman, (3) secara ilmiah. Secara pribadi peneliti selalu bertanya
dalam dirinya (1) apakah yang saya katakan dan tulis memang benar, (2) apakah kita
menggunakan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh orang lain, (3) apakah
hasil yang kita ungkapkan dapat didiskusikan.
Validitas teman dapat diperoleh dengan meminta pertimbangan, masukan dan
kritik dari teman-teman guru tentang penelitian dan temuan kita. Semakin banyak
masukan dan tanggapan maka akan lebih valid. Sedangkan data atau hasil penelitian kita
memiliki validitas ilmiah apabila penelitian dan penemuan kita dapat diterima seara
ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Di antaranya adalah dengan menunjukkan
relasi kausal antara teori dan praktik yang sudah ada; ada kritik reflektif; ada tanggung-
jawab. Analisis dan laporan penelitian sebaiknya disertai dengan penjelasan-penjelasan
yang ilimiah, bukan hanya sekedar laporan observasi atau deskripsi apa yang terjadi.
Lincoln dan Guba (1981) mengemukakan empat kriteria validitas suatu penelitian
kualitatif (Moleong, 2005:324), yakni kredibilitas (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).
Kredibilitas dapat dicapai melalui; penelitian yang lama, observasi secara
tetap/konstan/ajeg, interkasi dan kreksi dari teman lain, triangulasi atau membandingkan
dengan yang lain, menggunakan pelbagai sumber data, ada pengecekan dari subjek yang
diteliti dan ditunjang dengan referensi yang kuat.
Transferabilitas dapat dikembangkan dengan mengumpulkan data deskriptif secara
detail dan mengembangkan deskripsi dari konteks. Dependabilitas artinya data saling
melengkapi, diperoleh melalui metode-metode yang saling melengkapi dan mengaudit
secara cermat data yang dikumpulkan. Konfimabilitas, netralitas atau objektivitas data
diperoleh melalui triangulasi yakni menyoroti persoalan dari berbagai sudut dan
melakukan refleksi terus-menerus, membuat jurnal riset sehingga data makin lengkap.

3) Reliabilitas
Reliabilitas artinya data yang diambil akan tetap sama meski diambil dalam waktu
yang berbeda. Reliabilitas menunjukkan apakah suatu tes itu konsisten atau tidak. J adi
data tidak berubah dalam perjalanan waktu; diukur hari ini atau esok, hasilnya tetap
sama. Misalnya hasil tes dari siswa Rita hari ini untuk mata Pelajaran Agama, maka
minggu depan skornya tetap sama.
Dalam penelitian tindakan kelas, apabila kita akan mengukur apakah siswa kreatif
di kelas, maka perlu adanya pengamatan secara tetap, misalnya setiap minggu sampai
sekitar dua bulan. Bila sampai dua bulan siswa tersebut kreatif, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa tersebut memang kreatif.

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

25

b. J enis Analisis Data

Dalam analisis data, peneliti dapat menggunakan analisis kualitatif ataupun
kuantitatif sederhana sesuai dengan model instrumen yang digunakan.
Analisis data kualitatif dapat menggunakan cara kategorisasi yang dibuat dengan
cara koding (mengkode). Peneliti dapat melihat pola (pattern) yang menonjol. Analisis
Kuantitatif dapat menggunakan statistik sederhana (statistik deskriptif). Tidak perlu
menggunakan statistik inferensial yang agak kompleks dan ketat. Statistik deskriptif yang
dapat dipergunakan adalah menghitung frekuensi, persentase, rata-rata (mean). Standar
deviasi (ketersebaran data) dan korelasi sederhan.

1) Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dapat ditempuh dengan cara induktif kualitatif. Analisis
data induktif adalah cara analisis dengan cara menemukan pola-pola tertentu dari data
yang dikumpulkan. Peneliti dalam membaca, melihat dan mendengarkan data, perlu
melihat pola-pola yang selalu/sering muncul baik ungkapan, kejadian, perasaan atau sikap
dari subjek.
Analisis induktif kualitatif dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
(Suparno, 2008:72-79):
- Membuat transkrip data. Semua transkrip data dibuat dalam bahasa tulisan dalam
kertas, kartu atau file komputer dengan diberi nama yang berbeda menurut isi, tanggal
dan waktu observasi.
- Memberi kode, label (coding). Semua data yang sudah ditulis dalam kalimat diberi kode
atau label yaitu istilah singkat atau kata yang menungkapkan tema, kegiatan, suasana,
karakter, dll yang mewakili data penelitian. Kode disesuaikan dengan topik persoalan
penelitian.
Misalnya persoalan kita, mengapa siswa-siswi gaduh selama berada di laboratorium
Fisika.
1. Alternatif kodenya: gaduh, alat kurang, berebut peralatan, heran akan hasil
percobaan, bermain, dll.
2. Data yang menunjukkan peristiwa atau kejadian tersebut diberi kode yang sesuai.
Contoh:
Tabel 2.8. Contoh Data Transkrip Observasi Pelajaran Fisika

Data transkrip dari observasi Kode/l abel
Kejadian di lab Fisika, ruangannya kecil, dengan
dua meja praktikum di tengah.Di lab ada dua set
peralatan Fisika dengan jumlah siswa 20 anak.
Suasana praktikum ramai, gaduh. Beberapa siswa
berebut peralatan, tarik-menarik, teriak. Beberapa
siswa tidak dapat mencoba, hanya melihat dari jauh.
Mereka ini ngobrol saja, tidak dapat aktif melakukan
percobaan.
Kelompok kedua tiba-tiba berteriak, gembira, kaget.
Mereka semua memandang sesuatu yang tampak aneh,
keluar asap kuning dari tabung percobaan mereka.
Mereka saling bicara, bertanya kejadian apa itu. Dst.

Alat Kurang

Gaduh

Alat kurang


Gaduh
Heran,
hal aneh

Contoh lain misalnya persoalan bagaimana cara guru membuat siswa aktif dalam
pelajaran agama.
1. Alternatif kodenya: aktif, pasif, diam, tidak menjawab, bingung, malu-malu,
bertanya, menunjuk, memberi pujian, dsb.
2. Data yang menunjukkan peristiwa atau kejadian tersebut diberi kode yang sesuai.
Contoh:
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

26

Tabel 2.9. Contoh Transkrip Data Observasi dalam Pelajaran Agama

Data transkrip dari observasi Kode/l abel
Guru masuk ruangan belajar. Guru membuka
pelajaran dengan doa dan nyaian. Guru mengajak
siswa berdiri untuk berdoa dan bernyanyi.
Saat guru mengajak berdiri berdoa dan
bernyanyi ada siswa yang tidak langsung berdiri.
Ada yang masih sibuk dengan buku-bukunya. Ada
yang masih bersenda-gurau dengan teman-teman
yang lain. Guru mengajak kembali semua siswa
untuk berdoa dan bernyanyi.
Guru mulai membuka pelajaran dengan bertanya
bahan pelajaran minggu yang lalu. Semua siswa
diam. Guru bertanya lagi. Tida ada yang
menjawab. Banyak yang tertunduk, masih sibuk
dengan menulis (tidak tau apa yang ditulis).
Guru menunjuk seorang siswa. Dia diam. Guru
bertanya kembali. Nampak siswa-siswi yang lain
berbisik-bisik saling memandang. Siswa tersebut
tetap diam. Guru bertanya kepada siswa yang lain.
Siswa tersebut belum menjawab dengan baik. Guru
mengarahkan. J awaban siswa mendekati harapan
guru. Guru memberi pujian. Nampak semua siswa
senyum. Guru bertanya lagi. Banyak siswa yang
mengangkat tangan. Bahkan ada yang langsung
menjawab. Suasana kelas mulai gaduh.
Guru meredahkan suasana. Guru menunjuk
salah seorang siswa untuk menjawab. Siswa
tersebut menjawab dengan baik.
Guru merangkum semua jawaban siswa. Guru
selanjutnya menerangkan tentang tema pelajaran
dan menulis tema pelajaran di papan tulis. Dst.




Mengajak
Tidak aktif
Sibuk sendiri
Mengajak

Bertanya
Diam
Tidak menjawab
Sibuk

Menunjuk, diam
Bertanya
Diam
Bertanya

Menjawab
Pujian
Bertanya
Menjawab,
gaduh
Menunjuk
Menjawab


Kadang-kadang peneliti tidak dapat langsung memberi kode pada kalimat yang
tertulis langsung, tetapi harus mencoba menangkap maksud data yang tertulis bukan
kata yang digunakan atau maksud yang lebih menyeluruh. Adakalanya data dalam
satu lembar kerta hanya dapat diberi satu kode saja. Untuk itu seorang peneliti perlu
membaca kembali seluruhnya dengan berefleksi. Bisa saja kode yang sudah diberikan
tidak cocok sehingga perlu diganti.
3) Membuat duplikat data tertulis. Supaya data aman, maka perlu membuat duplikat,
salinan duplikat asli dengan jalan misalnya dengan menfotocopy. Data salinan/fotocopy
yang dijadikan bahan analisis dan diberi kode.
4) Mengumpulkan data-data yang berkode sama. Data kode yang sama dijadikan satu
kategori, pengertian yang lebih luas. Pada contoh persoalan kegaduhan siswa di lab
Fisika, kategori dapat berupa:
- gaduh karena :
1) peralatan lab tidak mencukupi
2) terheran-heran pada hasil percobaan
3) siswa yang lain bermain
4) siswa mau melakukan percobaan lebih dulu
Pada persoalan bagaimana cara guru mengajak siswa aktif dalam pelajaran agama.
- cara membuat siswa aktif:
1) mengajak untuk terlibat
2) bertanya
3) menunjuk untuk menjawab
4) memberi pujian
5) Dari semua kategori yang akan terlihat kategori mana yang paling banyak. Kemuadian
buatlah urutan kategori.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

27

6) Alasan kegaduhan dan cara membuat siswa aktif dapat ditentukan dari kategori yang
paling banyak muncul.
7) Apabila kategori jumlahnya banyak maka kategori yang mirip atau dekat
dikelompokkan lagi menjadi konsep utama. Konsep utama dirutkan dari yang paling
banyak terjadi dan itulah hasil dari penelitian.
8) Membuat rangkuman dalam bentuk narasi atau kalimat terhadap apa yang ditemukan.
Secara skematis proses induktif kualitatif dapat digambarkan sbb:



Petunjuk lain yang dapat dilakukan dalam analisis kualitatif, yakni:
1. Melihat pola yang muncul dari data. Oleh karena itu penting melihat dengan jelas
kejadian yang sering terulang, kata-kata yang sering terungkap, jawaban-jawaban yang
sering muncul.
- Perhatikan apa yang unik, yang berbeda dari biasanya. Kemudian bertanya mengapa
itu terjadi di sini, sekarang bukan di tempat lain atau waktu lain.
- Menggunakan peta konsep untuk melihat persoalan yang ada. Unsur-unsur yang
muncul dicoba dijadikan satu peta konsep. Lalu dari sana akan terlihat mana yang
saling berkaitan dan mana yang tidak, mana yang menjadi sebab utama dan mana yang
bukan.
- Peneliti dapat menggunakan kategori dengan pertanyaan who, what, where, when, why,
how.
- Menggunakan kata kerja, karena menunjukkan suatu tindakan. Apalagi meneliti apa
yang dilakukan siswa.

2) Analisis Data Kuantitatif Sederhana
Dalam penelitian tindakan diperlukan juga pengumpulan data secara kuantitatif,
walaupun tidak harus selalu dalam penelitian tindakan menggunakan analisis kuantitatif.
Sudah disebutkan sebelumnya analisis kuantitatif dapat menggunakan statistik sederhana
seperti frkuensi, rata-rata, standar deviasi, persentase dan korelasi sederhana.
Contoh analisis kuantitatif berbasarkan instrumen dengan bentuk skala likert:
Berilah jawaban dengan menggunakan tanda V pada pertanyaan-pertanyaan
berikut:
NO PERTANYAAN SS
5
ST
4
RG
3
TS
2
STS
1

1 Dalam pelajaran agama
semua siswa harus membawa
Kitab Suci
V
2 ..

SS =Sangat setuju : skor 5
ST =Setuju : skor 4
RG =Ragu-ragu : skor 3
TS =Tidak setuju : skor 2
Data
Data
Data
Data
Kode
Kode
Kategori Konsep
Gambar 2.1.
Proses I nduktif Kualitatif
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

28

STS =Sangat Tidak setuju : skor 1
Angket diberikan kepada 30 orang siswa. Setelah Hasilnya sebagai berikut:
9 orang menjawab : Sangat Setuju
8 orang menjawab : Setuju
5 orang menjawab : Ragu-ragu
4 orang menjawab : Tidak setuju
4 orang menjawab : Sangat tidak setuju
Berdasarkan data tersebut 17 orang (9+8) atau 64 % siswa menjawab setuju dan
sangat setuju. J adi kesimpulan 64-65% siswa setuju bahwa dalam pelajaran agama perlu
membawa Kitab Suci.
Data interval tersebut dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata (mean)
jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah
ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut:
J umlah skor untuk 9 orang =9 x 5 = 45
J umlah skor untuk 8 orang =8 x 4 = 32
J umlah skor untuk 5 orang =5 x 3 = 15
J umlah skor untuk 4 orang =4 x 2 = 8
J umlah skor untuk 4 orang =4 x 1 = 4

J umlah Total = 112

J umlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item =5 x 30 (jumlah responden)=150
(seandainya semua menjawab sangat setuju). J umlah skor yang diperoleh dari penelitian
adalah 112. J adi berdasarkan data ini maka tingkat persetujuan siswa terhadap perlunya
membawa Kitab Suci dalam pelajaran agama adalah (112:150) x 100% =74,67% dari yang
diharapkan 100%. Secara kontinuum dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar 2.2. Contoh Kontinuum Hasil Pengukuran

Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai 112 berada pada daerah yang cenderung
ragu-ragu dan setuju. J adi ada kecenderungan belum semua siswa setuju membawa Kitab
Suci dalam pelajaran agama. Temuan ini tentunya tidak ideal. Maka guru sebagai peneliti
perlu mencari alasannya kemudian menentukan tindakan apa (tindakan kelas) yang tepat
supaya para siswa dapat memiliki persepsi yang lebih meningkat lagi (persepsi positif)
terhadap penggunaan Kitab Suci dalam pelajaran agama.

2.4.5. PENYAJ IAN DATA

Hasil penelitian dalam bentuk deskripsi data dan analisis data perlu disajikan
secara menarik sehingga mudah dibaca. Penyajian dapat berbentuk tabel dan grafik
(pictogram diagram garis, histogram/diagram batang atau model pie / diagam lingkaran.
1. Tabel
Ada beberapa model tabel yang dapat dipergunakan seperti nampak dalam beberapa
contoh berikut.

Contoh tabel data nominal
STS TS SS ST RG
30 60 90 120 150
112
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

29

Tabel 2.10 Data Siswa di SMA Don Bosco Manado

N
O
AGAMA KELAS J UMLAH
KELAS X KELAS
XI
KELAS XII
1 I slam 2 3 - 5
2 Protestan 88 90 76 254
3 Katolik 74 64 61 199
4 Hindu - - - -
5 Budha 8 5 8 21
6 Konghucu - - - -
J UMLA
H
172 162 145 479

Contoh tabel data ordinal 1

Tabel 2.11 Hasil Tes Siklus I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VI I
SMP Pax Christi Manado
NO NILAI J UMLAH SISWA PROSENTASE
1 20 2 4,44
2 30 5 11,11
3 40 7 15,56
4 50 11 24,44
5 60 8 17,78
6 70 7 15,56
7 80 3 6,67
8 90 2 4,44
45 100

Contoh tabel data ordinal 2

Tabel 2.12 Hasil Tes Siklus I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas
VI I SMP Pax Christi Manado

N
O
NILAI J UMLAH SISWA PROSENTASE
1 50 11 24,44
2 60 8 17,78
3 40 7 15,56
4 70 7 15,56
5 30 5 11,11
6 80 3 6,67
7 20 2 4,44
8 90 2 4,44
45 100

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

30

Contoh tabel data I nterval
Tabel 2.13. Karakteristik Gaya Mengajar Guru Agama menurut Persepsi Siswa Kelas I X
SMA Frater Don Bosco Manado

NO KARAKTERI STI K
GAYA MENGAJ AR
GURU
SKOR PROSENTASE
(%)
1 Otoriter 1 05,55
2 Konsultasi 7 38,89
3 Partisipasi 7 38,89
4 Delegasi 3 16,67
J UMLAH 18 100,00

Contoh tabel data Distribusi Frekuensi
Tabel 2.14 Hasil Tes Siklus I I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama
Kelas VI I SMP Pax Christi Manado

NO
KLAS
KLAS
INTERVAL
NILAI
FREKUENS
I
PROSENTAS
E
1 20-30 4 8,89
2 40-50 16 35,56
3 60-70 20 44,44
4 80-90 5 11,11
45 100

Contoh tabel data kontigensi
Tabel 2.15 Profil Hasil Penelitian Siklus I , I I , I I I Penggunaan Multimedia dalam
Pelajaran Agama Kelas VI I SMP Pax Christi Manado

INDIKATOR SIKLUS SKO
R
PROSENTA
SE

Minat belajar
SI KLUS I 12 26,67
I I 20 44,44
I I I 35 77,78

Perhatian
SI KLUS I 31 68,89
I I 26 57,78
I I I 45 100

Hasil Prestasi
Belajar
SI KLUS I 41 91,11
I I 40 88,89
III 45 100

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

31

2. Grafik
Ada beberapa jenis grafik yang dapat dipergunakan, seperti nampak dalam
beberapa contoh berikut.

Contoh grafik garis

0
20
40
60
80
100
120
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
Mi nat
Perhatian
Prestasi





Contoh pictogram (grafik bergambar)














Contoh histogram (grafik batang)

0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II Siklus III
Minat
Perhatian
Prest asi
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II Siklus III
East
Gambar 2.3 Profil Hasil Penelitian Siklus I , I I , I I I
Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama
Kelas VI I SMP Pax Christi Manado



Gambar 2.4 Profil Minat Belajar dengan menggunakan
Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VI I
SMP Pax Christi Manado Profil
Gambar 2.5 Profil Hasil Penelitian Siklus I , I I, I I I
Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran
Agama Kelas VI I SMP Pax Christi Manado

Minat
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

32

Contoh diagram pie (lingkaran)


















2.5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah peneliti menganalisis langkah selanjutnya peneliti menyajikan hasil
penelitian dan membahas hasil penelitian tersebut. Pada bagian hasil penelitian peneliti
memberikan gambaran sekilas lagi, menguraikan penelitian secara umum dan khusus,
menjelaskan hasil atau temuan tindakan setiap siklus maupun keseluruhan siklus. Supaya
lebih jelas hasil atau temuan penelitian dapat disajikan dalam bentuk penyajian data
seperti contoh-contoh yang sudah dipaparkan di atas. Hasil atau temuan selalu berpatokan
pada persoalan atau masalah yang diangkat dalam penelitian.
Hasil atau temuan penelitian selanjutnya perlu dibahas secara lebih luas dan
mendalam. Sedapat mungkin hasil temuan dijelaskan/dikuatkan lagi dengan teori-teori
atau hasil penelitian yang lain. Sehingga karakter ilmiah dari penelitian yang dilakukan
semakin kuat dan kualitas penelitian akan semakin tinggi.

2.6. KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah diuraikan tentang hasil temuan dan membahasnya secara mendalam,
selanjutnya peneliti perlu membuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan tetap harus
berkaitan dengan masalah atau persoalan dan tujuan penelitian tindakan.
Peneliti perlu mengungkapkan rekomendasi atau saran. Saran dapat dalam dua
bentuk. Saran untuk penelitian lanjutan dan saran untuk penerapan hasil penelitian.



Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 2.6 Profil Gaya Mengajar Guru Guru Agama
menurut Persepsi Siswa

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

33

BAB III

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN

Secara umum laporan penelitian tindakan terdiri atas tiga bagian, yakni: bagian
awal, bagian isi dan bagian akhir.

3.1. BAGIAN AWAL

Bagian awal mencakup halaman judul, halaman pengesahan, abtraksi, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, daftar arti lambang.
Halaman judul terdiri dari judul penelitian, jenis tulisan, penulis dan
institusi/sekolah, tahun. Halaman pengesahan terdiri: nama halaman pengesahan, judul,
identitas penulis, lokasi penelitian dan lama penelitian, tempat dan tanggal/bulan/tahun
pengesahan, nama peneliti dan subjek yang mengesahkan (misalnya kepala sekolah).
Kata Pengantar mengandung uraian singkat tentang maksud penelitian,
penjelasan-penjelasan dan ucapan terima kasih. Dalam kata pengantar tidak terdapat hal-
hal yang bersifat ilmiah.
Daftar isi dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang
isi penelelitian, sebagai petunjuk bagi pembaca yang ingin langsung melihat suatu bab. Di
dalam daftar isi tertera urutan bab, sub-bab dan anak sub-bab penelitian dengan nomor
halamannya.
J ika dalam enelitian terdapat beberapa/banyak tabel, perlu adanya daftar tabel
yang memuat urutan judul tabel beserta nomor halamannya. Daftar gambar dan daftar
lampiran berisi urutan judul gambar dan nomor halamannya.
Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan isi dari hasil penelitian), yang terdiri
dari bagian awal nama peneliti, tahun penelitian, judul penelitian, kata-kata kunci. Bagian
isi dari abstrak terdiri empat unsur pokok, yaitu: (1) latar belakang peneltiian, (2) tujuan
penelitian, (3) prosesur penelitian, dan (4) hasil penelitian. Penulisannya sedapat mungkin
satu halaman saja dan diketik satu spasi. Setiap unsur hanya satu paragraf.

3.2. BAGIAN ISI

Bagian isi terdiri atas Bab I : Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian); bab I I : Kajian teori; bab I I I : metodologi, bab I V:
hasil penelitian dan pembahasan, bab V: penutup (kesimpulan dan saran).
Latar-belakang mendeskripsikan data faktual awal yang menunjukkan terjadinya
masalah, tempat, pentingnya masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan. Uraikan
bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata dan berada dalam kewenangan
guru/peniliti. Masalah juga menguraikan bahwa masalah tersebut
problematik/perlu/mendesak dipecahkan, resikonya kalau masalah tersebut tidak segera
dipecahkan sehingga penting untuk diteliti. Uraikan manfaat jangka pendek dan jangka
panjang apabila masalah tersebut berhasil diatasi.
Rumusan masalah ditulis dengan pernyataan yang singkat dan berbentuk kalimat
tanya. Bisa menggunakan unsur kata tanya: apa/apakah, bagaimana, mengapa, dst.
Contoh: Apakah metode bermain-peran dapat meningkatkan hasil belajar dalam pelajaran
agama?
Uraikan juga tujuan penelitian yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah.
Biasanya tujuan penelitian adalah harapan setelah penelitian dilaksanakan untuk
menjawab masalah penelitian. Ada indikator tertentu yang akan dicapai. Sebaiknya
menggunakan kata-kata yang operasional. Bisa bersifat deskriptif dan teknis. Contoh
rumusan deskriptif, penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui apakah metode bermain
peran dapat meningkatkan hasil belajar. Rumusan tujuan yang bersifat teknis: agar guru
agama memiliki keterampilan dalam menggunakan variasi mengajar. Kemukakan juga
tentang manfaat penelitian bagi siswa, guru maupun pihak lain yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian tindakan kelas kajian pustaka hanya memberi dasar dan petunjuk
bahwa tindakan yang diambil memiliki dasar teori tertentu dan dibenarkan secara teoretis.
Dalam kajian teori diuraikan teori-teori yang sduah ada berkaitan dengan topi penelitian,
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

34

uraian tentang landasan teroi atas tindakan yang diambil (perlu mengemukakan model
siklus bagaimana yang dipergunakan), uraian tentang tindakan tertentu yang dapat
dipakai untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar. Dapat dikemukakan juga hipotesis
tindakan (bila perlu). Dalam penelitian tindakan tidak ada keharusan adanya hipotesis.
Pada bagian bab I I I tentang metodologi perlu digambarkan tentang subjek dan
setting penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan dan analisis data dan
kesimpulan analisis.
Bab I V tentang hasil penelitian dan pembahasan berisi temuan-temuan penting
penelitian. Temuan-temuan penelitian perlu dibahas lebih mendalam lagi dengan kajian-
kajian teori yang sudah ada atau menghubungkannya dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
Bab V tentang kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran. Kesimpulan adalah pernyataan-pernyataan penting yang merupakan temuan
penelitian. Selanjutnya berdasarkan kesimpulan tersebut dikemukakan juga saran-saran
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

3.3. BAGIAN AKHIR

Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka memuat
pustaka yang diacu dalam penelitian dan disusun ke bawah menurut abjad nama akhir
penulis pertama. Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya ke kanan,
yaitu sebagai berikut. Antara pelbagai bidang ilmu mungkin ada perbedaan sedikit dalam
cara penulisan, misalnya dalam penggunaan tanda baca, tetapi garis besarnya tetap sama.
Sebab itu, perbedaan yang kecil-kecil tetap diperkenankan, asalkan taat azas (konsisten)
untuk seluruh penulisan.
Sertakan semua hal-hal yang perlu dilampirkan. Misalnya daftar panduan
wawancara, angket, kuesioner, foto-foto, surat-surat perizinan, curriculum vitae dari
peneliti/penulis.

3.4. CONTOH FORMAT LAPORAN PTK

Halaman J udul
Pengesahan
Abstraksi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel (kalau ada)
Daftar Gambar (kalau ada)
Daftar Lampiran
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
BAB II : KAJ IAN TEORI
A. Kajian Teori
B. Kajian Hasil Penelitian
C. Hipotesis (bila ada)
BAB III : METODOLOGI
A. Subjek Penelitian
B. Latar/ setting penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran selintas tentang Latar
B. Uraian Penelitian secara Umum dan Keseluruhan
C. Penjelasan setiap Siklus
D. Temuan Penelitian
E. Pembahasan
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kepustakaan
Lampiran-lampiran
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

35

3.5. TATA CARA PENULISAN

Tata cara penulisan meliputi: bahan dan ukuran, pengetikan, penomoran, tabel dan
gambar, bahasa, dan penulisan nama.

3.5.1. BAHAN DAN UKURAN

Bahan dan ukuran naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada sampul, dan ukuran
diuraikan berikut ini.
a. Naskah
Naskah dibuat di atas kertas Kwarto HVS 70 gr/m2 dan tidak bolak-balik.
b. Sampul
Sampul dibuat dari kertas bufalo atau yang sejenis dan sedapat-dapatnya diperkuat
dengan jilidan (soft atau hard cover). Tulisan yang tercetak warna hitam.
c. Ukuran
Ukuran kertas sebaiknya kwarto (21,5 cm x 28 cm).

3.5.2. PENGETIKAN

Pada pengetikan disajikan jenis huruf, bilangan dan satuan, jarak baris, batas tepi,
pengisian ruangan, alinea baru, permulaan kalimat, judul dan sub judul, perincian ke
bawah dan letak simetris.
a. J enis huruf
1. Naskah diketik dengan huruf Time New Roman atau bookman old style (ukuran 12
point) dan untuk seluruh naskah harus dipakai jenis huruf yang sama.
2. Lambang, huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik harus ditulis
dengan rapi memakai tinta hitam.
b. Bilangan dan satuan
1. Bilangan nol sampai sepuluh kecuali untuk hitung-menghitung diketik dengan
huruf, bilangan 11 ke atas diketik dengan angka, kecuali jika terdapat pada
permulaan kalimat, maka bilangan itu harus dieja, misalnya :
(awal kalimat) Sebelas keluarga.......... bukan 11 keluarga. Bilangan di tengah atau
akhir kalimat ditulis dengan bilangan.
2. Bilangan desimal ditandai dengan koma bukan dengan titik, misalnya berat
telur 50,50g. Ditulis 2 angka di belakang koma.
3. Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa titik dibelakangnya,
misalnya m, g, kg, cal.
c. J arak baris
J arak antara 2 baris dibuat 2 atau 1,5, spasi, kecuali abstraksi, kutipan langsung,
judul tabel dan gambar yang lebih dari satu baris, dan daftar pustaka, yang diketik
dengan jarak 1 spasi ke bawah.
d. Batas tepi
batas-batas pengetikan, ditinjau dari tepi kertas, diatur sebagai berikut.
- tepi atas : 4 cm,
- tepi bawah : 3 cm,
- tepi kiri : 4 cm,
- tepi kanan : 3 cm.
e. Pengisian ruangan
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya pengetikan
harus mulai dari batas tepi kiri sampai ke batas tepi kanan dan jangan sampai ada
ruangan yang terbuang-buang, kecuali akan mulai dengan alinea baru, persamaan,
tabel, gambar, judul subbab, atau hal-hal yang khusus.
f. Alinea baru
Alinea baru dimulai pada ketikan yang ke-6 dari batas tepi kiri.
6. Permulaan kalimat
Bilangan, lambang, atau kimia yang memulai suatu kalimat harus dieja, misalnya:
Sepuluh kaum muda.
1. J udul bab, judul subbab, judul anak subbab, dan lain-lain
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

36

a. J udul bab harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua dan diatur
supaya simetris, dengan jarak 4 cm tepi atas tanpa diakhiri dengan titik.
b. J udul subbab semua kata dimulai dengan huruf besar (kapital), kecuali
kata penghubung dan kata depan, dan semua dicetak tebal atau diberi
garis bawah tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah judul
anak subbab dimulai dengan alinea baru.
c. J udul anak subbab diketik dari mulai tepi kiri dan dicetak tebal atau
diberi garis bawah, tetapi hanya huruf yang pertama saja yang berupa
huruf besar, tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah judul
anak subbab dimulai dengan alinea baru.
d. J udul anak subbab ditulis mulai dari ketikan ke-6 diikuti dengan titik
dan dicetak tebal atau diberi garis bawah. Kalimat pertama yang
menyusul kemudian, diketik terus ke belakang dalam satu baris dengan
subjudul anak subbab. Kecuali itu subjudul anak subbab dapat juga
ditulis langsung berupa kalimat, tetapi yang berfungsi sebagai subjudul
ditempatkan paling depan dan dicetak tebal atau diberi garis bawah.
2. Perincian ke bawah
J ika pada penulisan naskah ada perincian yang harus disusun ke bawah,
pakailah nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian.
Penggunaan garis penghubung (-) atau titik tebal(.) yang ditempatkan di depan
perincian tidak dibenarkan.
3. Letak simetris
Gambar, tabel, persamaan, judul bab dan judul subbab ditulis simetris terhadap
tepi kiri dan kanan pengetikan.
4. Penomoran
Bagian ini dibagi menjadi penomoran halaman, tabel, gambar, dan persamaan.
a. Halaman
1. Bagian awal laporan penelitian, mulai dari halaman judul sampai ke
daftar singkatan, diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil
(i,ii,iii,... dst...).
2. Bagian utama dan bagian akhir, mulai dari pendahuluan (Bab I )
sampai ke halaman terakhir, memakai angka Arab sebagai nomor
halaman (1,2,3, ...,dst...).
3. Nomor halaman ditempatkan di bagian bawah secara simetris, kecuali
ada judul atau bab halaman itu tidak pelu diberi nomor halaman.
b. Tabel
Tabel diberi nomor urut dengan angka Arab.
c. Gambar
Gambar (termasuk bagan, grafik, potret foto, peta) diberi nomor dengan
angka Arab.
d. Persamaan
Nomor urut persamaan yang berbentuk rumus matematika, reaksi kimia,
dan lain-lainnya ditulis dengan angka Arab di dalam kurung dan
ditempatkan di dekat batas tepi kanan.
5. Tabel dan Gambar
a. Tabel
1. Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas
tabel, tanpa diakhiri dengan titik.
2. Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali kalau memang panjang sehingga
tidak mungkin diketik dalam 1 halaman. Pada halaman lanjutan
tabel, dicantumkan nomor tabel dan kata lanjutan, tanpa judul.
3. Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara yang
satu dengan yang lain cukup tegas.
4. Kalau tabel lebih besar dari ukuran kertas sehingga harus dibuat
memanjang kertas, maka bagian atas tabel harus diletakkan di
sebelah kiri kertas.
5. Di atas dan di bawah tabel dipasang garis batas agar terpisah dari
uraian pokok dalam makalah.
6. Tabel diketik simetris.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

37

7. Tabel yang lebih dari 2 halaman atau yang harus dilipat, ditempatkan
pada lampiran.
b. Gambar
1. Bagan, grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak
dibedakan).
2. Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan simetris di
bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik.
3. Gambar tidak boleh dipenggal
4. Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang lowong di
dalam gambar, tetapi jangan pada halaman lain.
5. Bila gambar ditulis melebar sepanjang tinggi kertas, maka bagian
atas gambar harus diletakkan di sebelah kiri kertas.
6. Ukuran gambar (lebar dan tingginya) diusahakan supaya sewajar-
wajarnya (jangan terlalu kurus atau terlalu gemuk).
7. Skala pada grafik harus dibuat agar mudah dipakai untuk
mengadakan interpolasi atau ekstrapolasi.
8. Bagan dan grafik dibuat dengan tinta hitam/tinta Cina yang tidak
larut dalam air, dan garis lengkung grafik dibuat dengan bantuan
kurve Perancis (French curve) atau dengan batang plastik yang dapat
dibengkokkan sesuai dengan lengkungan yang akan dibuat.
9. Letak gambar diatur supaya simetris.
6. Bahasa
a. Bahasa yang dipakai
Bahasa yang dipakai ialah bahasa I ndonesia yang baku (ada subjek dan
predikat dan supaya lebih sempurna, ditambah dengan objek dan
keterangan).
Ejaan sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
b. Bentuk kalimat
Kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang
kedua (saya, aku, engkau, dan lain-lain), tetapi dibuat berbentuk pasif.
Pada penyajian ucapan terima kasih pada kata pengantar, sebaiknya
menggunakan kata peneliti.
c. I stilah
1. I stilah yang dipakai ialah istilah I ndonesia atau yang sudah
diindonesiakan.
2. J ika terpaksa harus memakai istilah asing, maka dicetak dengan
huruf miring dan diberi tafsiran arti. Contoh setting (latar).

3.5.3. PENGUTIPAN

Penulisan nama mencakup cara pengutipan, nama penulis yang diacu dalam uraian,
daftar pustaka, nama yang lebih dari 1 kata, nama dengan garis penghubung, nama yang
diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
a. Cara pengutipan dan penulisan nama sumber penuis
Pengutipan ada dua cara pengutipan langsung dan pengutipan tidak
langsung (parafrase). Penulisan nama sumber penulis hanya nama akhir
atau nama besar (family/marga).

Penguti pan l angsung
Pengutipan langsung kurang dari 5 baris ditulis seperti biasa (2 spasi)
dengan menggunakan tanda petik atau ditulis miring. Kalau lebih 5 baris
maka penulisannya 1 spasi menjorok ke dalam dari tepi kiri dengan
menggunakan tanda (lihat contoh).

Misalnya kita memakai sumber dari Howard Clinebell, 2002, Tipe-tipe
Pendampingan dan Konseling Pastoral, Yogyakarta: Kanisius.

Contoh kutipan langsung kurang dari 5 baris:

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

38

Menurut Clinebel (2002:32): penggembalaan dan konseling pastoral adalah
pemanfaatan hubungan seseorang dan orang lainnya di dalam pelayanan.
Hubungan itu dapat berupa hubungan satu orang tertentu dengan satu
orang lainnya.
Misalnya kita memakai sumber dari Amir Tengku Ramli, 2005, Menjadi
Guru Kaya, Bekasi:Pustaka I nti
Contoh kutipan langsung lebih dari lima baris:

Selanjutnya Ramli (2005:37) mengatakan:
Guru kaya, secara pribadi akan tergambar oleh lima kualitas
dirinya sebagai manusia, yaitu: kualitas iman dan taqwa, kualitas
pola pikir, kualitas proses mengajar, kualitas hasil pengajaran dan
kualitas hidup pribadi. Untuk itu seorang guru memperhatikan lima
ini sebagai satu kesatuan yang simultan, tidak menekankan pada
satu aspek satu

Kalau sumber acuan ada dua penulis maka yang dicantumkan adalah
nama besar dua nama tersebut.

Penguti pan ti dak l angsung
Pengutipan tidak langsung disebut parafrase, artinya menggunakan
kutipan dari sumber acuan namun tidak dikutip kata perkata tetapi
dengan menggunakan bahasa dari penulis yang mengutip. Gagasan-
gagasan hasil pengolahan penulis yang mengutip tidak dibubuhi tanda
petik atau cetak miring. Cara penulisan nama sumber penulis ditempatkan
pada bagian akhir kalimat atau paragraf. Tiketik seperti biasa 2 spasi.
Misalnya kita menggunakan sumber buku dari Thomas P. Sweetser, S.J .,
2005, The Parish as Covenant A Call to Pastoral Partnership, Dioma:
Malang.
Pengutipan menjadi:
(Gagasan-gagasan yang diolah sendiri oleh penulisi)
.....................................(Sweetser, 2005:31-32).
b. Nama penulis yang harus diacu dalam uraian dari dua.
Hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan diikuti dengan et.al
atau dkk.
Contoh:
Kita memakai sumber dari penulis Meisel, S. I vancevich, McCullough,
J .Parker, Leckhaler, C.Heinz, and Weisz, P.Nollan, Gerard Weil (1990)
Maka penulisannya menjadi:
Meisel, et. al (1990:32) mengatakan : ...................................
Atau
Meisel, dkk (1990:32) mengungkapkan bahwa.......................
c. Apabila nama penulis/pengarang dan tulisannya ada dalam satu sumber
yang dikumpulkan atau diedit oleh penulis yang lain, maka nama penulis
arikel yang dicantumkan dengan tetap mencantumkan nama editor.
Misalnya kita memakai sumber dari Steward Hiltner, Pengantar untuk
Teologi Pastoral, di mana tulisannya ini ada dalam buku dari Prof Tjaard.
G. Hommes Th.D., dan E. Gerrit Singgih, Ph.D., 1992, Teologi dan Praksis
Pastoral antologi Teologi Pastoral, Yogjakarta: Kanisius.
Contoh pengutipan langsung:
Steward Hiltner (dalam Hommes dan Singgih, 1992:72) mengatakan:
Sejak zaman Reformasi istilah, pastoral. Dipakai dalam dua
pengertian. Sejak buku Zwingli , Gembala (The Shepherd),
pastoral dipakai sebagai kata sifat dari kata benda pastor. Apapun
yang dilakukan oleh pastor atau gembala adalah tindakan
penggembalaan. Fungsinya mengikuti profesinya. Tersimpul segala
sesuatu yang dilakukan oleh orang yang disebut pastor itulah
muncul pengertian Penggembalaan.

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

39

d. Kutipan dari sebuah dokumen gereja.

Dokumen dari instansi Gereja misalnya hasil-hasil Konsili, KWI , FABC,
dsb.

Contoh kutipan tidak langsung:

Konsili Vatikan I I dalam dokumen Sacrosanctum Concilium mengatakan
bahwa Allah menghendaki semua umat manusia mengenal dan mengalami
keselamatan (1 Tim 2:4). Allah sejak zaman dahulu berulang kali dengan
pelbagai cara bersabda melalui perantaraan para nabi (I br 1:1), pada
puncaknya mewahyukan diri dalam Putera-Nya Yesus Kristus dalam daya
kekuatan Roh Kudus mewartakan Kabar gembira, Dialah pengantara Allah
dan manusia (SC.5).

Contoh kutipan langsung dari dokumen Gereja yang ditulis oleh seorang
Paus

Paulus VI dalam dokumen Evangelii Nuntiandi mengatakan:

Bagi Gereja, penginjilan (evangelisasi) berarti membawa kabar baik
kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh I njil merubah
umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru: lihatlah Aku
menjadikan segala sesuatu baru (Why 21:5; Kor 5:17;Gal 6:15). Tapi tidak
ada kemanusiaan yang baru bila terlebih dahulu tidak ada pribadi-pribadi
baru, yang diperbaharui oleh Baptis dan oleh kehidupan yang dihayati
menurut I njil. Maksud dari penginjilan ialah perubahan batin ini. Dan bila
hal ini harus dirumuskan dalam satu kalimat maka cara yang terbaik
untuk menyatakannya ialah dengan mengatakan bahwa Gereja
melaksanakan penginjilan bila Gereja berusaha mempertobatkan. (EN.
18).

e. Nama penulis lebih dari satu kata
J ika nama penulis terdiri atas 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya
ialah nama akhir diikuti dengan koma. Lihat contoh pada pengutipan
langsung dan tidak langsung. ]
f. Nama depan garis penghubung
Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung
di antara 2 katanya, maka keduanya dianggap sebagai 1 kesatuan.
Contoh: Frenkel-Brunswik ditulis Frenkel-Brunswik.
g. Catatan bawah dan istilah baru
- Catatan bawah
Sebaiknya (kalau tidak perlu sekali) dihindari penggunaan catatan bawah,
kecuali untuk bidang studi tertentu, terutama I lmu Sejarah.
- I stilah baru
I stilah-istilah baru yang belum dibakukan dalam bahasa I ndonesia dapat
digunakan asalkan konsisten. Pada penggunaan yang pertama kali perlu
diberikan padanannya dalam bahasa asing (dalam kurung). Kalau banyak
sekali menggunakan istilah baru, sebaiknya dibuatkan daftar istilah di
belakang.

3.5.4. PENULISAN KEPUSTAKAAN

Tata cara penulisan kepustakaan ada beberap bentuk. Kalau sudah memili satu
bentuk maka tetap konsisten dengan model tersebut. Beberapa hal yang berhubungan
dengan penulisan kepustakaan.
a. Urutan sumber kepustakaan ditulis secara alfabetis (abjad) berdasarkan nama akhir
(nama family/marga) tanpa diberi nomor urut.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

40

b. Urutan penulisan sumber pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit, judul buku,
penerbit dan tempat terbit. Dibatasi oleh tanda koma (,) kecuali antara penerbit dan
tempat terbit diberi antara tanda titik dua (:).
Contoh :
Lunenburg, F.C., dan Ornstein A.C.,2003, Educational Administration,
Wadworth Publising Company Belmont California : A Divisian of
Wodswoth I nc.

Suparno Paul, 2008, Action Resarch, Riset Tindakan Untuk Pendidik, J akarta:
Grasindo
c. Penulisan nama
- Nama pengarang yang ditulis adalah nama akhir (family/marga).
- Apabila nama bukan singkatan maka diikuti cukup hanya dengan tanda koma.
Contoh : Subroto, 1996, (judul buku, dst)........................
- Apabila sesudah nama besar (family/marga) terdapat nama yang disingkat dengan
huruf pertama maka penulisannnya diikuti dengan tanda titik dan koma.
Contoh : J acobs, T., 2000,........................................
- Nama yang diikuti dengan singkatan dianggap bahwa singkatannya itu menjadi
satu dengan kata yang ada di depannya.
Contoh: William D. Ross J r. ditulis Ross J r., W.D.,...........
- Nama depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya diberi titik, atau nama akhir
diikuti dengan nama kata depan, tengah, dan seterusnya.
Contoh: Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana, T.,..... Donald Fisgerald
Othmer ditulis: Othmer, D.F.,.......
- Apabila seorang pengarang yang sama menulis dua atau lebih tulisan atau buku
dan semua tulisannya dipakai sebagai acuan maka contoh penulisannya sebagai
berikut :

Hernowo, 2005, Menjadi Guru Kaya, Bandung: MLC.

_________, 2005, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Membuat Buku,
Bandung: MLC.

_________, 2005, Quantum Reading, Cara Cepat nan Bermanfaat untuk
Merangsang Munculnya Potensi Membaca, Bandung: MLC.

Kecuali penulis yang sama akan tetapi menulis bersama dengan penulis lain tetap
ditulis seperti biasa.
Contoh:
Hariwijaya, M., 2007, Metodologi dan teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi untuk I lmu-ilmu Sosial danHumaniora,Yogjakarta: Elmatera
Publising.

Hariwijaya, M., dan Triton P.B., 2007, Pedoman Penulisan Porposal dan Skripsi,
Yogjakarta: Oryza.

- Derajat kesarjanaan tidak perlu ditulis.
d. Penulisan judul buku atau artikel pada setiap huruf pertama kata utama huruf kapital.
Sedangkan kata hubung seperti dan, yang, untuk huruf pertama tidak ditulis huruf
kapital.
e. Penulisan baris kedua menjorok ke dalam sepanjang 7 ketukan (7 huruf ) dari baris
pertama.
f. Penulisan sumber kepustakaan yang merupakan terjemahan:
Contoh :
- Dokumen Gereja:
Konsili Vatikan I I , 1993, Dokumen Konsili Vatikan I I , diterjemahakan oleh
Hardawiryara R., Obor: J akarta.

- Buku :
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

41

Clinebell, H., 2002, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral,
diterjemahkan oleh Nababan, B.H., dari buku Basic Types of Pastoral
Care & Counseling. Resources for the Ministry of healing and Growth,
Yogjakarta: Kanisius dan J akarta: BPK Gunung Mulia.

g. Nama dan tulisan atau artikel yang ditulis oleh seseorang dalam suatu kumpulan
atau buku yang dikumpulkan/diedit oleh seseorang/beberapa orang, maka dalam
kepustakaan yang diacu adalah pengarang dan buku kumpulan/editor.
Misalnya kita memakai sumber dari Steward Hiltner, Pengantar untuk Teologi
Pastoral, di mana tulisannya ini ada dalam buku dari Prof Tjaard. G. Hommes
Th.D., dan E. Gerrit Singgih, Ph.D., (editor), 1992, Teologi dan Praksis Pastoral
Antologi Teologi Pastoral, Yogjakarta: Kanisius
Dalam kepustakaan cukup ditulis:
Hommes, T.G., dan Singgih, E.G., (editor), 1992, Teologi dan Praksis Pastoral
antologi Teologi Pastoral, Yogjakarta: Kanisius.

h. Sumber dari jurnal, koran, majalah dan koran.
Contoh penulisan:
- Penabur, J urnal Katektik-Pastoral, Vol. 5, Sekolah Tinggi Pastoral I PI Malang,
Nomor 3, Maret 2005.

- Media, J urnal Filsafat dan Teologi, Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng,
Volume 1 Nomor 1, J anuari 2002.

- Manado Post, 28 J anuari 2008.

- Hidup, No. 18 tahun ke-61, 6 Mei 2007.

- Warta Musik Liturgi, No 198, 1 Nopember 1993.

i. Sumber dari internet
Contoh penulisan:

- Wikipedia, the free encyclopedia, http// en.wikipedia.org/wiki/, accessed 6 Agustus
2007.

- Yesaya: www.indocell.net/yesaya//.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

42

KEPUSTAKAAN


Aqib Zainal, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya.

Brannen, J ., 1999, Memandu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (terjemahan dari Mixing
Methods : Qualitative an Quantitative Research oleh Nukthah Arfawie Kurde, dkk),
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bolman, Lee G dan Terence E, Deal, 1997, Reframing Organization : Artistry, Choice and Leadership,
San Fransisco : J ossey-Bass.

Burhan, B., 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, J akarta : PT Raja Grafindo Persada.

De Porter Bobbi & Hernacki Mike, 2004, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Djamarah S. Bahri., 2000, Guru & Anak Didik dalam I nteraksi Edukatif, J akarta: PT Rineka Cipta.

Drost J .I .G.M., Sekolah Mendidik atau Mengajar, Yogyakarta: Universitas Yogyakarta: Sanata
Dharma, Kanisius.

Dryden Gordon & Vost J eannette, The Learning Revolution (Revolusi Cara Belajar), penyunting:
Baiquni Ahmad, Bandung: PT Mizan Pustaka.

Elliot J ohn, 1991, Action Research for Educational Change Developing Teachers and Teaching Series,
Milton Keynes, Philadelphia: Open University Press.

Freire Paulo, 2006, Pacticypation Action Research, Http://en.wikipedia.org.

Glencoe, 2006, Teacher as Researcher Taking Action Research to Task,
Http://en.wikipedia.org,http:www.glencoe.com/sec/teachingtoday/educationupclose.phtml/20
.

Gwynn Mettetal (1998), Classroom Action Research, Http://en.wikipedia.org.

Hasan I qbal, 2005, Pokok-pokok Materi Statistika 1 ( Statistik Deskriptif), J akarta: Bumi Aksara.

Hernowo, 2005, Menjadi Guru Kaya, Bandung: MLC.

_________, 2005, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Membuat Buku, Bandung: MLC.

_________, 2005, Quantum Reading, Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
Potensi Membaca, Bandung: MLC.

Kemmis, S., 2007, Action Research in Education, Http://en.wikipedia.org.
Lewin Kurt (1994), Action Research, Http://en.wikipedia.org.

Lunenburg, F.C., & Ornstein, A.C., 2000, Educational Administration Concepts and Practice, Third
Edition, Belmont, CA : Wadsworth Thomson Learning.

Made Pidarta, 2004, Manajemen Pendidikan Indonesia, J akarta: Rineka Cipta.

McNiff, J ean, 1993, Teaching as Learning. An Action Research Approach, New York: Routledge.

Miles, M.B., & Huberman A.M., 1984, Qualitative Data Analysis, A Sourcebook of New Methods,
Baverly Hills, CA : Sage Publications, Inc.

Mills Geoffrey, 2007, Action Research: A Guide for The Teacher Researcher, Third Edition, Columbus,
Ohio: Person.

Moleong J . Lexy, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nggermanto Agus, Quantum Quotient, Cara Praktis Melejitkan I Q,EQ dan SQ yang Harmonis,
Bandung: Nuansa.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

43


Ramli A. T., 2005, Menjadi Guru Kaya, Bekasi: Pustaka I nti.

Ramli A.T., & Trisyulianti E., 2003, Rahasia Sukses Menjadi Guru Kaya, Pumping Teacher,
Berdasarkan Konsep Pendidikan Long Life Education, J akarta: Grhadika Binangkit Press.

Rawis, J .A.M., 2000, Partisipasi Guru Dalam Pengambilan Keputusan di Sekolah Menengah
Berprestasi (Studi Kasus pada Sekolah Menengah Umum Negeri I Manado), Tesis, Malang
: Universitas Negeri Malang.

_____________, 2004, Fasilitator Kepala Sekolah Dalam Pengimplementasian Program Manajemen
Berbasis Sekolah, Malang : Sentra Media.

Reason & Bradbury, 2001, Handbook of Action Research: Participative inquiring and practice,
Http://en.wikipedia.org.

Riduwam, 2008, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Rohani Ahmad, 1997, Media Instruksional Edukatif, J akarta: PT Rineka Cipta.

Runtuwene Lastiko, 2008, I mplementasi Pengambilan Keputusan dalam Kepemimpinan Partisipatif,
Studi Kasus di SMA Frater Don Bosco Manado, Tesis, Manado: Universitas Negeri
Manado.

____________________, 2008, Pedoman Penelitian dan Penulisan Skripsi, Tomohon: Sekolah Tinggi
Pastoral (STI PAS) Don Bosco.

Sennet Frank, 2003, Teacher of The Years, New York: The McGrow-Hill Companies Ins.

Silberman Melvin, 2004, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusamedia.

Stringer Ernie, 2004, Action Research: A Handbook for Practitioners, Thousand Oaks, CA: Sage.

Sudarwan Danim, 2003, Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasional dalam
Komunitas Organisasi Pembelajar, J akarta: Bumi Aksara.

Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

________, 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta.

Sukardi, 2003, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, J akarta: Bumi Aksara.

Suparno, Paul, 2008, Action Research, Riset Tindakan Untuk pendidik, J akarta: Grasindo.

_____________, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.

Susilo, 2007, Panduan Peneltian Tindakan Kelas, Yogyakarta,Pustaka Book Publiser.

Tomal Daniel, 2003, Action Reserach for Educations, Lanham: Scarecrow Education Book.

Wenger Win, 2000, Beyond Teaching & Learning, (memadukan Quantum Teaching & Learning),
Gaithersburg: Project Renaisance, penerjemah: Ria Sirait & Puwanto, Bandung: Nuansa.

Wikipedia, 2006, Action Research, Http://en.wikipedia.org.

Ubben, G., Hughes L.W., & Norris C.J ., 2004, The Principal Creative Leadership for Excellence in
Schools, Boston-USA : Pearson Education Inc.

Yin, R., 1997, Studi Kasus : Desain dan Metode, (cetakan kedua), (alih bahasa oleh Djauzi Mudzakir),
J akarta : Raja Grafindo Persada.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

44



CONTOH PROPOSAL PTK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJ AR
DALAM PELAJ ARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
MELALUI MODEL PEMBELAJ ARAN KONSTRUKTIVISME
DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR, DRAMATISASI DAN GAMBAR PETA
DI SD KATOLIK V ST. AGUSTINUS TOMOHON

1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan
meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh
informasi dan kebudayaan serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa masih diberlakukannya sistem
guru kelas di SD, cara pendekatan konvensional yang tidak efektif dan menimbulkan pada
kejenuhan siswa di dalam kelas. Menghadapi situasi ini guru perlu untuk melakukan
pembaharuan menyangkut cara mengajarnya. Guru berada pada titik sentral untuk
mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar-mengajar yang dapat
merangsang minat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Untuk itu guru dituntut untuk
lebih profesional, inovatif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajarannya.
Begitu pula dalam pelajaran agama Katolik, guru agama perlu terus-menerus
berupaya untuk secara kreatif mencetuskan ide-ide dan cara-cara baru dalam
pembelajarannya. Sehingga pencapaian kompetensi pendidikan agama Katolik dalam hal
ini penanaman nilai-nilai ajaran kekatolikan dapat tercapai.
Pembelajaran konvensional-tradisional dalam bentuk ceramah dan atau tanya-
jawab untuk pelajaran agama Katolik tentu tidak cukup lagi, karena akan menimbulkan
verbalisme dalam pembelajaran. Untuk mengatasi kebosanan dan verbalisme perlu guru
perlu membuat penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meneliti, menyempurnakan,
mengevaluasi pegelolaan pembelajaran.
Model pembelajaran konstuktivisme dapat menjadi salah satu model yang dapat
dikembangkan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dengan model ini akan
menjadikan kebiasaan guru yang bersifat otoriter menjadi fasilitator, mengubah keguatan
pembelajaran ego-involment menjadi task-involment, sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih efektif,menggembirakan dan menyenangkan.
Model pembelajaran konstruktivisme dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik
dapat diwujudkan dengan menggunakan alat peraga berupa cerita bergambar.

B. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah kesulitan siswa
kelas V SD dalam memahami materi pelajaran Pendidikan Agama Katolik khususnya
materi tema I : Pribadi Siswa dan Lingkungannya.
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran dengan konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama katolik?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model konstruktivisme?
3. Sejauh manakah keterampilan kooperatif siswa dapat dimunculkan dalam
pembelajaran model konstruktivisme?

C. TUJ UAN PENELITIAN

Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah meningkatkan prestasi
siswa pada pelajaran Pendidikan Agama katolik dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme.
Tujuan khusus adalah mengetahui dan mengkaji:
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

45

1. Peningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.
2. Aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran konstruktivisme.
3. Kemampuan kooperatif siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan
model pembelajaran konstruktivisme.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran,
khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, yaitu sebagai berikut:
1. Guru dapat memperoleh gambaran tentang pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
yang efektif, menyenangkan dan menggembiakan.
2. Guru dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari
jalan pemecahannya.
3. Guru dapat menyusun program peningaktan efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik pada tahap berikutnya.
Manfaat penelitian ini bagi siswa:
1. Meningkatkan minat dan motivasi serta prestasi belajar.
2. Meningkatkan aktifitas dan semangat kooperatif dalam belajar dan dalam
kebersamaan di kelas.

2. KAJ IAN PUSTAKA

A. PEMAHAMAN TENTANG PENELITIAN TINDAKAN

1) Pengertian dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelas atau di sekolahnya tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
Gwynn Mettetal (1998) mengatakan: Classroom Action Research is research
designed to help a teacher find out what is happening in his or her classroom, and to use
that information to make wise decisions for the future. Methods can be qualitative or
quantitative, descriptive or experimental. (From Wikipedia, the free encyclopedia).
Dalam pengertian tersebut mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas
sebagai penelitian untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi dalam kelas mereka
dan menggunakan semua informasi yang didapat untuk membuat keputusan yang
bijaksana untuk masa depan. Metode yang dapat dipergunakan dapat menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau eksperimen.
Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Kegiatan penelitian dilakukan oleh
guru dalam kelas tempat mengajarnya untuk penyempurnaan atau peningkatan praktik
dan proses dalam pembelajaran (Aqib, 2006:13; Susilo, 2007:16).Tujuan PTK pada
umumnya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran
secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan
keterampilan guru dan menumbuhkan budaya meneliti pada guru.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digambarkan sebagai suatu proses yang
dinamis meliputi empat aspek, yakni: perencanaan, tindakan, obsevari dan refleksi yang
merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan
siklus berikutnya.

2) Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Dalam perkembangan penelitian tindakan sedikitnya dikenal empat model
penelitian tindakan sesuai dengan nama pengembangnya, yakni model Kurt Lewin, model
Kemmis & Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model Mc Kernan (Sukardi, 2003:214-
218; Aqib, 2006:21-4).
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

46

a) Model Kurt Lewin
Sudah dikemukakan bahwa riset tindakan pertama kali diperkenalkan oleh Kurt
Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni
perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
Oleh Ernest T. Stringer (1996) model Kurt Lewin dielaborasi menjadi tiga langkah yakni
perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing) dan penelitian (evaluating).














Gambar 2.1 PTK Model Kurt Lewin

b) Model Kemmis & Taggart
Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt
Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang
membedakan dengan Kurt Lewin adalah sesudah suatu siklus selesai, yakni sesudah
refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam
bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis
& Taggart dapat digambarkan sebagai berikut:

















c) Model Ebbut
Model Ebbut terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama, ide awal kembangkan
menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor
implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara
sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut
digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua.
Tingkat kedua, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, kemudian
laksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan
efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk pada
langkah ketiga.
Tingkat ketiga, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya,
dilakukan, didokumentasikan efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum
Gambar 2.2 Siklus Model Kemmis
PLAN PLAN PLAN

Observasi
Reflektif
act
Reflektif
Observasi
act
PLAN
REVISED PLAN REVISED PLAN

Observasi
Reflektif
act
Reflektif
Observasi
act
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

47

penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan
dapat terpecahkan.

Tabel 2.1 Siklus Model Ebbut

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
- Ide awal, identifikasi
permasalahan, tujuan
&manfaat
- Langkahtindakan
- Monitoring efek
tindakan


- Revisi rencanaumum
- Langkahtindakan
- Monitoring efek
tindakan sebagai
bahanuntukmasukke
tingkatanketiga

- Revisi rencanaumum
- Rencanadiperbaiki
- Langkahtindakan
- Monitoring efek
tindakan sebagai
bahanevaluasi tujuan
penelitian

d) Model Elliot
Model ini dikembangkan oleh Elliot & Edelman. Mereka mengembangkan model
dari Kemmis, dibuat lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan dalam
tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut digunakan
untuk menyusun laporan penelitian.
Dalam penelitian tindakan model Elliot, setelah ditemukan ide dan permasalahan
yang menyangkut dengan peningkatan praktis maka dilakukan tahapan reconnaisance
atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam studi
kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan perencanaan dengan kondisi
lapangan, sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang
diteliti.
Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapngan maka
tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada
akhir tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang
mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya.
Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan
perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai
diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telahdirumuskan
dapat dipecahkan.












e) Model McKernan
Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan
diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan
subjek dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam
setiap tingkatan atau daur. Setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat
hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. J ika
ternayata sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Pabila belum
dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti dapat masuk pada tingkat berikutnya.
Siklus model Mc Kernan dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.3. Siklus Model Elliot
I de utama Peninjauan Perencanaan
Tindakan 2 Monitor Tindakan 1
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

48






















3) Tujuan Penelitian Tindakan

Tujuan riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut (Soeparno,
2008:17):
Untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktek pendidikan yang teliti
secara lebih langsung.
Untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktek guru di lapangan sehingga
berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya.
Mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja.

4) Sifat Penelitian Tindakan

Riset tindakan memiliki beberapa sifat (Kemmis, 1997:173-179; Sukardi, 2003:211-
212) sebagai berikut:
Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi oleh
praktisi pendidikan dan riset tindakan dilakukan oleh praktisi pendidikan
sendiri.
Sampelnya kecil, terbatas: siswa perorangan, kelas, beberapa kelas; kecuali bila
riset menyangkut seluruh sekolah. Namun hasil riset pada satu kelas tidak
dapat diterapkan pada kelas yang lain.
Riset tindakan pendidikan dilakukan secara sistematis dengan metodologi yang
jelas. Metodologi tidak perlu terlalu ketat dan tidak perlu berpikir pada
efektivitasnya. Persoalannya adalah pada apa yang terjadi dan bagaimana dapat
dikembangkan.
Waktu riset tindakan untuk peningkatan profesionalitas pada umumnya pendek
tidak perlu terlalu lama. Akan tetapi perlu dilakukan secara reguler dan berkali-
kali.
Riset tindakan bukan riset kunatitatif. Akan tetapi dapat menggunakan metode
kuantitatif. Statistik yang digunakan lebih deskriptif:prosentase, mean (rata-
rata), standar deviasi dan frekuensi.
Riset tindakan terbatas pada persoalan apa yang ingin dikembangkan dan
diperbaiki.
Proses riset tindakan adalah refleksi spiral: perencanaan, tindakan, obsevasi,
refleksi, rencana diperbaiki, implikasi lebih lanjut, refleksi, dst.
Riset tindakan adalah riset partisipatoris, yaitu orang aktif bekerja untuk
memajukan prakteknya.
Riset tindakan adalah riset kolaboratif, semua pihak ikut di dalamnya, bukan
hanya peneliti saja.
Gambar 2.4 Siklus Model McKernan
Daur 1
Hasil Identifikasi
permasalahan
Evaluasi
tindakan 1
Tindakan 1
Impliksi
tindakan 1
Penilaian
kebutuhan
Hipotesis ide
Daur 1
Penetapan
hasil 2
Redefinisi
permasalahan
Revaluasi
tindakan 2
Penilaian
kebutuhan
Impliksi
tindakan 2
Hipotesis ide
Tindakan 1
Daur n
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

49

Riset tindakan dapat disebut teorisasi praktek karena menemukan teori dari
praktek lapangan.
Riset tindakan membantu praktisi menjadi kritis terhadap prakteknya. Praktisi
merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dilakukan dan mengembangkan yang
perlu dimajukan.

5) Kegunaan Penelitian Tindakan

Kegunaan riset tindakan dalam lingkup pendidikan (Soeparno, 2008:22-24), antara
lain:
Memecahkan persoalan pendidikan yang dihadapi guru dan sekolah.
Membantu guru untuk merefleksikan kembali pekerjaannya sehari-hari sebagai
pendidik dan pengajar.
Guru dapat menguji-coba metode-metode baru dan dapat melihat apakah efektif
membantu siswa.
Guru lebih percaya mengadakan perbaikan karena berdasarkan riset dan
mengadakan perubahan yang konkrit dan lebih yakin akan profesinya.
Melibatkan guru dalam pengajaran secara profesional di sekolah, dalam lingkup
ilmiah dan wawasan menjadi lebih luas dan mendalam.
Guru dapat terlibat dalam pengambilan keputusan & kebijakan sekolah
berdasarkan riset mereka.
Guru secara nyata dapat mengembangkan mutu pendidikan dan menjadi
sumbangsi yang berguna untuk peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas.
Model riset tindakan dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan
model pendekatan problem solving.

B. MODEL PEMBELAJ ARAN KONSTRUKTIVISME

Pembelajaran konstruktivisme (constructivist Theories of Learning) adalah model
pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka
sendiri secara mandiri dan memindahkan informasi yang kompleks.
Di bawah ini beberapa hal sehubungan dengan pemecahan masalah belajar sebagai
implikasi dari teori konstruktivisme (Aqib:2006:131-132).

1) Belajar adalah Proses Pemaknaan Informasi Baru
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas
kolaboratif dan refleksi serta interpretasi. I mplikasi terhadap pembelajaran atau evaluasi,
yaitu:
Dorongan munculnya diskusi terhadap pengetahuan baru yang dipelajari.
Dorongan munculnya divergent, kaitan dan pemecahan ganda, bukan hanya ada
satu jawaban yang benar.
Dorongan munculnya berbagai jenis luapan pikiran/aktivitas, seperti main peran,
debat dan pemberian penjelasan kepada teman.
Tekanlah pada keterampilan berpikir kritis seperti analisis, membandingkan,
generalisasi, memprediksi dan menghipotesis.
Kaitan informasi baru ke pengalaman pribadi atau ke pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa.
Gunakan informasi pada situasi baru.

2) Strategi Belajar
Strategi yang dipakai siswa dalam belajar akan menentukan proses dan hasil
belajarnya. I mplikasinya terhadap pembelajaran atau evaluasi, yaitu:
Berikan kesempatan untukmenerapkan cara perpikiryang paling cocok dengan
dirinya.
Beri kesempatan kepada siswa melakukan evaluasi diri tentang cara berpikirnya,
belajarnya dan mengapa ia menyukai tugas tertentu.

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

50

3) Perbedaan Model Behavioristik dan Konstruktivistik
Menurut Gedeng (2001) dalam Aqib (2001:132) terdapat komparasi mendasar antara
pembelajaran model behavioristik dengan konstruktivistik. Belajar menurut model
behavioristik adalah memperoleh pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
meningkatkan pengetahuan kepada yang belajar. Belajar menurut model kosntruktivistik
adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan
refleksi serta interkasi. Sedangkan mengajar adalah menata lingkungan agar pembelajar
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakpastian.
Skema pelaksanaan pembelajaran model konstruktivistik dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 2.2. Skema pembelajaran Model Konstruktivistik

TAHAP I TAHAP I I TAHAP I I I
Pembelajar an kelompok
Penyampai an mat er i dan masalah
dar i gur u
Siswa memi l ih sendir i masalah
unt uk kel ompoknya
Siswa ber diskusi dengan
kel ompoknya
Set iap siswa har us menguasai hasi l
pembahasannya
Penyampai an hasi l dis kus i
kel ompok pada kelas
Siswa kel ompok lain member i
t anggapan

Dalam proses pembelajaran model konstruktivistik, guru berfungsi sebagai
fasilitator yang selalu mendampingi kegiatan masing-masing kelompok sekaligus
mengarahkan bila terjadi penyimpangan jalannya diskusi.

C. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Mata pelajaran Pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib
pada semua jenjang pendidikan bagi siswa. Menurut Komisi Katektik KWI ada beberap hal
yang perlu diperhatikan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik (KWI , 2007:5-9).

1) Kompetensi Dasar dalam Kurikulum PAK
Berdasarkan pandangan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka dalam setiap pembelajaran yang
menjadi perhatian bukan pada materi, akan tetap pada kompetensi. Seorang siswa
dianggap berkompeten apabila:
I a mampu menguasai ajaran imannnya, menginterpretasikan, menganalisis dan
membuat sintesis-sintesis daripadanya secara bertanggung-jawab (know how, know
why).
I a mampu bertindak, berbuat sesuai dengan ajaran imannya (know to do).
I a mampu berperilaku dan berkembang dalam kepribadian sesuai dengan ajaran
imannya (to be).
I a dapat hidup mengumat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya (to live
together).
Kompetensi persatuan jenjang pendidikan tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai
berikut:
1. Memahami diri dan lingkungan sebagai kurnia Tuhan dan mensyukurinya dengan
doa, naynyian dan perbuatan-perbuatan nyata.
2. Memahami, mengimani dan mencintai Allah sebagai Bapa Pencipta dan
Penyelenggara seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan
diwartakan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru.
3. Memahami, mengaggumi dan meneladan Yesus Kristus seperti yang dikisahkan
dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.
4. Memahami dan mengimani Roh kudus yang diutus oleh Yesus sebagai jiwa gereja.
5. Memahami dan menghayati hidup menggereja dan merayakan sakramen-
sakramennya dengan benar.

2) Pola atau Pendekatan PAK
Kurikulum Pendidikan Agama Katolik adalah kurikulum yang berbasis kompetensi
dasar siswa. Maka pendekatan yang dipakai hendaknya menunjang kompetensi siswa itu
sendiri, yakni:
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

51

Memungkinkan siswa untuk aktif. Dia menjadi partisipan aktif dalam proses PAK.
Kalau siswa menjadi partisipan, maka diandaikan dalam proses PAK ada interaksi
antarsiswa serta antara siswa dan guru.
I nterkasi yang terjadi hendaknya terarah, sehingga diandaikan ada suatu proses
yang berkesinambungan.
I nterkasi yang berkesinambungan bertujuan untuk menginterpretasikan dan
mengapliasikan ajaran iman dalam hidup nyata sehingga ia menjadi semakin
beriman.
Pendekatan atau pola yang dipakai dapat dikatakan pendekatan atau pola interkasi
(komunikasi) aktif untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran imannya
dalam hidup nyata. Dapat disebut juga pola eksploratif atau inquiry (discovery method).
Pendekatan/pola ini hendaknya dijabarkan dalam pelbagai metode di mana siswa sungguh-
sungguh berpartisipasi aktif. Metode-metode itu antara lain:
1. Metode dialog-partisipatif. Metode ini mendorong siswa untuk kreatif, kritis,
amndiri dan terampil berkomunikasi. Metode ini dapat
dijabarkan/dikonkretkan dalam kegiatan-kegiatan seperti: diskusi kelompok
dan pleno, sharing pengalaman iman, wawancara, dramatisasi, dinamika
kelompok, dan sebagainya.
2. Metode Naratif (eksperiential). Metode naratif eksperiential merupakan
metode yang memakai cerita sebagai bahan utama yang dapat berbentuk cerita
rakyat, cerita sufi, cerita kehidupan dan cerita kanonik.

3) Materi PAK
Materi Pendidikan Agama Katolik mengandung empat dimensi atau aspek ajaran
iman, yaitu:
a. Dimensi atau aspek pribadi siswa, termasuk relasinya dengan sesasma dan
lingkungan hidupnya. Materi PAK mau tidak mau harus menyentuh pribadi
siswa dan pengalaman hidupnya.
b. Dimensi diri dan pribadi Yesus Kristus. Dia adalah pribadi penentu dalam
ajaran iman Kristiani. Kekhasan ajaran iman Kristiani diwarnai oleh pribadi
Yesus Kristus.
c. Dimensi gereja. Gereja sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang
melanjutkan karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan
berkembang dalam persekutuan ini.
d. Dimensi kemasyarakatan. Kehidupasn Yesus dan Gerejan-Nya bukan untuk
diri-Nya, tetapi untuk dunia. Maka, dimensi kemasyarakatan hendaknya
menjadi materi pendidikan agama Katolik.

D. MEDIA PEMBELAJ ARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Media pembelajaran PAK adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyampaikan nilai-nilai ajaran iman Katolik oleh guru dan siswa sehingga dapat
semakin dipahami, dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Media pembelajaran PAK dapat digolongkan dalam tiga bentuk yakni: media visual,
audio dan audioisual/proyeksi (Runtuwene, 2009:7). Media visual antara lain: gambar
(gambar diam, cerita bergambar, gambar bergerak, foto, sketsa, peta). Media audio antara
lain: tape recorder, piringan hitam, pita kaset, rekaman suara, radio). Media audio visual
antara lain: televisi, video, komputer, CD/LCD, film.

3. METODOLOGI

A. OBJ EK TINDAKAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas. Adapun jenis tindakan yang
diteliti adalah sebagai berikut:
- Minat siswa untuk belajar menemukan sendiri.
- Kerja-sama dalam mengkomunikasikan hasil belajaranya, dan
- Keaktifan dan sikap kooperatif siswa selama mengikuti pembelajaran.
- Prestasi belajar.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

52


B. SETTING DAN SUBJ EK PENELITIAN

Setting atau latar/tempat PTK ini adalah di SD Katolik V St. Agustinus Walian
Tomohon, Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon pada kelas VI dengan jumlah siswa
20 orang siswa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, Pelajaran 12: Santo Paulus
Rasul Bangsa-bangsa.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan melalui catatan observasi dengan menggunakan alat
pengumpul data Checklist (lembar cek). Ceklis adalah suatu daftar atau tabel yang berisi
hal-hal yang hendak diamati dengan kolom-kolom yang akan digunakan untuk mengecek
apakah sesuatu terjadi atau tidak terjadi. Biasanya digunakan tanda V. Dalam PTK
dibedakan beberapa ceklis:
- Ceklis siswa, memuat apa yang harus dilakukan siswa dan nanti digunakan oleh
siswa. Misalnya ceklis kehadiran siswa yang harus diisi oleh siswa sendiri, atau ceklis
tentang keikutsertaan siswa dalam diskusi yang harus diisi oleh siswa sendiri; daftar
buku yang telah dibaca siswa.
- Ceklis guru, memuat apa yang dibuat guru dalam pelajaran, apa yang telah
dijelaskan kepada siswa, apa yang telah dikatakan. Ceklis ini dicek sendiri oleh guru
untuk melihat sejauh mana bahan atau topik sudah diajarkan.
Ceklis terbuka, berisi keterampilan siswa, apa yang dimengerti siswa, dan ini diisi
oleh siswa sendiri. Dengan membaca ini guru dapat mengerti sejauh mana dan sedalam
mana siswa memahami yang diajarkan (Suparno, 2008:46).
Pada bagian refleksi dalam penelitian ini menganalisis data mengenai proses,
masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi
adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan berupa tes hasil belajar.
Untuk itu penelitian ini di samping menggunakan teknik observasi, menggunakan teknik
tes hasil belajar untuk menjaring data tentang hasil belajar atau pretasi belajar.

D. METODE ANALISA DATA

Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama dengan mitra
kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru.
Analisa data dari observasi memakai perhitungan jumlah/frekuensi dan prosentase.
Sedangkan hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa.

4. PERENCANAAN DI LAPANGAN

A. J ADWAL PELAKSANAAN PTK

Pelaksanaan PTK ini akan dilaksanakan selama bulan J anuari 2009 dengan 3 (tiga)
kali siklus, seperti nampak pada tabel berikut:


NO

Kegiatan
BULAN SEPTEMBER
KET. MI NGGU
I
MI NGGU
I I
MI NGGU
I I I
MI NGGU
I V
1 Perencanaan
Membuat Rencana
Pembelajaran

2 Melaksanakan Siklus I

3 Melaksanakan Siklus I I

4 Melaksanakan Siklus I I I

5 Analisis data dan
pengambilan kesimpulan


6 Pembuatan Laporan PTK


Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

53

B. SARANA YANG DIGUNAKAN

Sarana yang digunakan dalam PTK ini adalah: Buku pegangan guru dan siswa
kelas VI , alat peraga cerita bergambar, naskah drama dan peta, lembar observasi, lembar-
lembar hasil tes siswa, kalkulator dan komputer.

C. DANA YANG DIBUTUHKAN

Data yang dibutuhkan dalam PTK ini adalah sebagi berikut:

No Uraian Dana
1 Pembuatan alat peraga Rp. 50.000
2 Lembar observasi Rp. 2.500
3 Foto copy lembar tes Rp. 6.000
4 Pembuatan Laporan Rp. 50.000
J UMLAH Rp. 108.500



KEPUSTAKAAN

Aqib Zainal, 2001, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: I nsan Cendekia.

Gwynn Mettetal, 1998, Classroom Action Research, http://en.wikipedia.org.

Kemmis, S., 2007, Action Research in Education, Http://en.wikipedia.org.

Komisi Katektik KWI , 2007, Buku Guru, Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik
untuk Sekolah Dasar, Yogyakarta: Kanisius.

_____________________, 2007, Buku Siswa, Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama
Katolik untuk Sekolah Dasar, Yogyakarta: Kanisius.

_____________________,1996, Buku Siswa 6A Catur Wulan I , Pendidikan Agama Katolik
untuk Sekolah Dasar, Beriman Dalam hidup Sehari-hari, J akarta:Obor,
Yogyakarta: Kanisius.

Runtuwene Lastiko, 2009, Media Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik, Manado:
Bimas Katolik Kanwil Dep. Agama Prov. Sulut.

__________________,2009, Penelitian Tindakan Kelas, Teori dan Praktek dalam Pendidikan,
Manado: Bimas Katolik Kanwil Depag. Prov. Sulut.

Sukardi, 2003, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, J akarta: Bumi
Aksara.

Suparno Paul, 2008, Action Research, Riset Tindakan Untuk Pendidik, J akarta: Grasindo.

_______________, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

54

CONTOH LAPORAN PTK




PENINGKATAN PRESTASI BELAJ AR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
MELALUI MODEL PEMBELAJ ARAN KONSTRUKTIVISME
DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR, DRAMATISASI DAN GAMBAR PETA
DI SD KATOLIK V SANTU AGUSTINUS TOMOHON









LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS















OLEH:

LASTIKO RUNTUWENE
NIP. 150318547













SEKOLAH DASAR KATOLIK V SANTU AGUSTINUS
TOMOHON
2009
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

55

LEMBAR PENGESAHAN


1. J udul : Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Katolik
melalui Pembelajaran Konstruktivisme dengan Media Cerita
Bergambar, Dramatisasi dan Peta di SD Katolik V Santu
Agustinus Tomohon.

2. I dentitas Peneliti:
Nama : Lastiko Runtuwene
NI P : 150318547
Gol/Ruang : Penata Muda Tkt I , I I I /b
Unit Kerja : SD Katolik V Santu Agustinus Tomohon

3. Lokasi Penelitian : SD Katolik V St. Agustinus Tomohon

4. Lama Penelitian : 1 bulan (bulan J anuari 2009)

5. Biaya Penelitian : Mandiri




Tomohon, 2 Pebruari 2009


Pembimbing Teknis Peneliti
Dosen UNI MA



Dr. J .A.M. Rawis, M.Pd Lastiko Runtuwene
NI P. 130239772 NIP. 150318547

Mengetahui/mengesahkan
Kepala SD Katolik V Santu Agustinus
Tomohon




(____________________________)
NI P.

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

56

ABSTRAK

Runtuwene Lastiko, 2009, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Katolik
melalui Pembelajaran Konstruktivisme dengan Media Cerita Bergambar
Dramatisasi, , dan Peta di SD Katolik V Santu Agustinus Tomohon.

Kata-kata kunci : Prestasi Belajar Pendidikan Agama Katolik, Model Pembelajaran
Konstruktivisme, Media pembelajaran.


Permasalahan pendidikan siswa selalu muncul bersamaan dengan berkembang
dan meningkatnya kemampuan siswa serta situasi dan perkembangan teknologi. Pada
tingkat Sekolah Dasar bisa dijumpai pelbagai permasalahan dalam proses pengajaran dan
pendidikan sehingga berdampak pada pencapain mutu pendidikan. Dewasa ini
pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme menjadi salah satu cara untuk
mengatasi persoalan pembelajaran dan dapat menjadi sarana untuk peningkatan mutu
pendidikan.
Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan utama, yakni meningkatkan
prestasi siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Kkatolik dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme. Tujuan khusus adalah mengetahui dan mengkaji: (1)
Peningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme; (2) Aktivitas belajar siswa dengan
model pembelajaran konstruktivisme. (3) Kemampuan kooperatif siswa dalam pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Metode pengumpulan data penelitian ini memakai teknik observasi dan tes hasil
belajar. Analisis datanya adalah dengan mengitung (dalam bentuk frekuensi dan
prosentase) indikator observasi dan hasil tes berupa aktivitas, keterampilan dan hasil
prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
kosntruktivisme dengan media cerita bergambar menunjukkan secara signifikan: (1)
meningkatkan prestasi belajar siswa; (2) meningkatkan aktivitas siswa; (3) meningkatnya
keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran.


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur patutlah dihaturkan ke hadirat Allah yang Maha Bijaksana
karena berkat pendampingan dan tuntunan-Nya, sehingga proses Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dapat terselesaikan sebagai suatu bentuk karya tulis ilmiah.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
pengembangan profesi dari peneliti sebagai guru. Atas salah satu cara juga PTK ini dibuat
untuk kenaikan pangkat dari golongan I I I /b ke I I I /c bagi jabatan guru.
Karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan mulai dari proses perencanaan dan
pelaksanaan serta pelaporan PTK tentunya berkat bantuan dari pelbagai pihak. Untuk itu
kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada siapa saja yang telah
membantu penyelesaian PTK ini.
Kami menyadari bahwa laporan PTK ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
segala koreksi dan masukan akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan di masa
mendatang.
Semoga Laporan PTK dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan
menyimaknya terutama para guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk
meningkatkan profesionalitas keguruannya sekaligus meningkatkan mutu proses
pendidikan dan pengajaran.


Tomohon, Pebruari 2009

Penulis
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

57

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
ABSTRAK ............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR I SI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
D. Manfaat Hasil Penelitian .......................................................
BAB I I : KAJ I AN PUSTAKA ...................................................................
A. Pemahaman Umum tentang Penelitian Tindakan Kelas .....
B. Model Pembelajaran Konstuktivisme ....................................
C. Pendidikan Agama Katolik ....................................................
D. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik .................
BAB I I I : METODOLOGI .............................................................................
A. Objek Tindakan ........................................................................
B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................
D. Metode Analisa Data ................................................................
BAB I V : HASI L PENELI TI AN DAN PEMBAHASAN................................
A. Gambaran Setting Penelitian ..................................................
B. Penjelasan setiap Siklus ..........................................................
C. Proses Analisis Data ...............................................................
D. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan .........................
BAB V : PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran ........................................................................................

KEPUSTAKAAN .........................................................................................................
LAMPI RAN-LAMPI RAN ......................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Siklus Model Ebbut .....................................................................................
Tabel 2.2. Skema pembelajaran Model Konstruktivistik ...........................................
Dst ......


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 PTK Model Kurt Lewin .........................................................................
Gambar 2.2 Siklus Model Kemmis ...........................................................................
Dst.........

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi .............................................................................
Lampiran 2. Lembar Evaluasi (Tes) ......................................................................
Dst..........



Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

58

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan
meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh
informasi dan kebudayaan serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa masih diberlakukannya sistem
guru kelas di SD, cara pendekatan konvensional yang tidak efektif dan menimbulkan pada
kejenuhan siswa di dalam kelas. Menghadapi situasi ini guru perlu untuk melakukan
pembaharuan menyangkut cara mengajarnya. Guru berada pada titik sentral untuk
mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar-mengajar yang dapat
merangsang minat, motivasi dan prestasi belajar siswa. Untuk itu guru dituntut untuk
lebih profesional, inovatif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajarannya.
Begitu pula dalam pelajaran agama Katolik, guru agama perlu terus-menerus
berupaya untuk secara kreatif mencetuskan ide-ide dan cara-cara baru dalam
pembelajarannya. Sehingga pencapaian kompetensi pendidikan agama Katolik dalam hal
ini penanaman nilai-nilai ajaran kekatolikan dapat tercapai.
Pembelajaran konvensional-tradisional dalam bentuk ceramah dan atau tanya-
jawab untuk pelajaran agama Katolik tentu tidak cukup lagi, karena akan menimbulkan
verbalisme dalam pembelajaran. Untuk mengatasi kebosanan dan verbalisme perlu guru
perlu membuat penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meneliti, menyempurnakan,
mengevaluasi pegelolaan pembelajaran.
Model pembelajaran konstuktivisme dapat menjadi salah satu model yang dapat
dikembangkan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dengan model ini akan
menjadikan kebiasaan guru yang bersifat otoriter menjadi fasilitator, mengubah keguatan
pembelajaran ego-involment menjadi task-involment, sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih efektif,menggembirakan dan menyenangkan.
Model pembelajaran konstruktivisme dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik
dapat diwujudkan dengan menggunakan alat peraga berupa gambar bergerak.

B. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah kesulitan siswa
kelas V SD dalam memahami materi pelajaran Pendidikan Agama Katolik khususnya
materi tema I : Pribadi Siswa dan Lingkungannya.
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran dengan konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama katolik?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model konstruktivisme?
3. Sejauh manakah keterampilan kooperatif siswa dapat dimunculkan dalam
pembelajaran model konstruktivisme?

C. TUJ UAN PENELITIAN
Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah meningkatkan prestasi
siswa pada pelajaran Pendidikan Agama katolik dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme.
Tujuan khusus adalah mengetahui dan mengkaji:
1. Peningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.
2. Aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran konstruktivisme.
3. Kemampuan kooperatif siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan
model pembelajaran konstruktivisme.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

59

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran,
khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, yaitu sebagai berikut:
1. Guru dapat memperoleh gambaran tentang pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
yang efektif, menyenangkan dan menggembiakan.
2. Guru dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari
jalan pemecahannya.
3. Guru dapat menyusun program peningaktan efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik pada tahap berikutnya.
Manfaat penelitian ini bagi siswa:
1. Meningkatkan minat dan motivasi serta prestasi belajar.
2. Meningkatkan aktifitas dan semangat kooperatif dalam belajar dan dalam
kebersamaan di kelas.


BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

A. PEMAHAMAN TENTANG PENELITIAN TINDAKAN

1) Pengertian dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelas atau di sekolahnya tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
Gwynn Mettetal (1998) mengatakan: Classroom Action Research is research
designed to help a teacher find out what is happening in his or her classroom, and to use
that information to make wise decisions for the future. Methods can be qualitative or
quantitative, descriptive or experimental. (From Wikipedia, the free encyclopedia).
Dalam pengertian tersebut mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas
sebagai penelitian untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi dalam kelas mereka
dan menggunakan semua informasi yang didapat untuk membuat keputusan yang
bijaksana untuk masa depan. Metode yang dapat dipergunakan dapat menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau eksperimen.
Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Kegiatan penelitian dilakukan oleh
guru dalam kelas tempat mengajarnya untuk penyempurnaan atau peningkatan praktik
dan proses dalam pembelajaran (Aqib, 2006:13; Susilo, 2007:16).Tujuan PTK pada
umumnya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran
secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan
keterampilan guru dan menumbuhkan budaya meneliti pada guru.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digambarkan sebagai suatu proses yang
dinamis meliputi empat aspek, yakni: perencanaan, tindakan, obsevari dan refleksi yang
merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan
siklus berikutnya.

2) Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Dalam perkembangan penelitian tindakan sedikitnya dikenal empat model
penelitian tindakan sesuai dengan nama pengembangnya, yakni model Kurt Lewin, model
Kemmis & Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model Mc Kernan (Sukardi, 2003:214-
218; Aqib, 2006:21-4).

a) Model Kurt Lewin
Sudah dikemukakan bahwa riset tindakan pertama kali diperkenalkan oleh Kurt
Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

60

perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
Oleh Ernest T. Stringer (1996) model Kurt Lewin dielaborasi menjadi tiga langkah yakni
perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing) dan penelitian (evaluating).














Gambar 2.1 PTK Model Kurt Lewin

b) Model Kemmis & Taggart
Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt
Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang
membedakan dengan Kurt Lewin adalah sesudah suatu siklus selesai, yakni sesudah
refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam
bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis
& Taggart dapat digambarkan sebagai berikut:

















c) Model Ebbut
Model Ebbut terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama, ide awal kembangkan
menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor
implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara
sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut
digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua.
Tingkat kedua, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, kemudian
laksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan
efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk pada
langkah ketiga.
Tingkat ketiga, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya,
dilakukan, didokumentasikan efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum
penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan
dapat terpecahkan.

Gambar 2.2 Siklus Model Kemmis
PLAN PLAN PLAN

Observasi
Reflektif
act
Reflektif
Observasi
act
PLAN
REVISED PLAN REVISED PLAN

Observasi
Reflektif
act
Reflektif
Observasi
act
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

61

Tabel 2.1 Siklus Model Ebbut

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
- Ide awal, identifikasi
permasalahan, tujuan
&manfaat
- Langkahtindakan
- Monitoring efek
tindakan


- Revisi rencanaumum
- Langkahtindakan
- Monitoring efek
tindakan sebagai
bahanuntukmasukke
tingkatanketiga

- Revisi rencanaumum
- Rencanadiperbaiki
- Langkahtindakan
- Monitoring efek
tindakan sebagai
bahanevaluasi tujuan
penelitian

d) Model Elliot
Model ini dikembangkan oleh Elliot & Edelman. Mereka mengembangkan model
dari Kemmis, dibuat lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan dalam
tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut digunakan
untuk menyusun laporan penelitian.
Dalam penelitian tindakan model Elliot, setelah ditemukan ide dan permasalahan
yang menyangkut dengan peningkatan praktis maka dilakukan tahapan reconnaisance
atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam studi
kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan perencanaan dengan kondisi
lapangan, sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang
diteliti.
Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapngan maka
tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada
akhir tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang
mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya.
Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan
perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai
diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telahdirumuskan
dapat dipecahkan.












e) Model McKernan
Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan
diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan
subjek dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam
setiap tingkatan atau daur. Setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat
hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. J ika
ternayata sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Pabila belum
dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti dapat masuk pada tingkat berikutnya.
Siklus model Mc Kernan dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.3. Siklus Model Elliot
I de utama Peninjauan Perencanaan
Tindakan 2 Monitor Tindakan 1
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

62





















3) Tujuan Penelitian Tindakan

Tujuan riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut (Soeparno,
2008:17):
Untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktek pendidikan yang teliti
secara lebih langsung.
Untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktek guru di lapangan sehingga
berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya.
Mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja.

4) Sifat Penelitian Tindakan

Riset tindakan memiliki beberapa sifat (J ohnson, 2005:22-25; Kemmis, 1997:173-
179; Sukardi, 2003:211-212) sebagai berikut:
Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi oleh
praktisi pendidikan dan riset tindakan dilakukan oleh praktisi pendidikan
sendiri.
Sampelnya kecil, terbatas: siswa perorangan, kelas, beberapa kelas; kecuali bila
riset menyangkut seluruh sekolah. Namun hasil riset pada satu kelas tidak
dapat diterapkan pada kelas yang lain.
Riset tindakan pendidikan dilakukan secara sistematis dengan metodologi yang
jelas. Metodologi tidak perlu terlalu ketat dan tidak perlu berpikir pada
efektivitasnya. Persoalannya adalah pada apa yang terjadi dan bagaimana dapat
dikembangkan.
Waktu riset tindakan untuk peningkatan profesionalitas pada umumnya pendek
tidak perlu terlalu lama. Akan tetapi perlu dilakukan secara reguler dan berkali-
kali.
Riset tindakan bukan riset kunatitatif. Akan tetapi dapat menggunakan metode
kuantitatif. Statistik yang digunakan lebih deskriptif:prosentase, mean (rata-
rata), standar deviasi dan frekuensi.
Riset tindakan terbatas pada persoalan apa yang ingin dikembangkan dan
diperbaiki.
Proses riset tindakan adalah refleksi spiral: perencanaan, tindakan, obsevasi,
refleksi, rencana diperbaiki, implikasi lebih lanjut, refleksi, dst.
Riset tindakan adalah riset partisipatoris, yaitu orang aktif bekerja untuk
memajukan prakteknya.
Riset tindakan adalah riset kolaboratif, semua pihak ikut di dalamnya, bukan
hanya peneliti saja.
Gambar 2.4 Siklus Model McKernan
Daur 1
Hasil Identifikasi
permasalahan
Evaluasi
tindakan 1
Tindakan 1
Impliksi
tindakan 1
Penilaian
kebutuhan
Hipotesis ide
Daur 1
Penetapan
hasil 2
Redefinisi
permasalahan
Revaluasi
tindakan 2
Penilaian
kebutuhan
Impliksi
tindakan 2
Hipotesis ide
Tindakan 1
Daur n
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

63

Riset tindakan dapat disebut teorisasi praktek karena menemukan teori dari
praktek lapangan.
Riset tindakan membantu praktisi menjadi kritis terhadap prakteknya. Praktisi
merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dilakukan dan mengembangkan yang
perlu dimajukan.

5) Kegunaan Penelitian Tindakan

Kegunaan riset tindakan dalam lingkup pendidikan (Soeparno, 2008:22-24), antara
lain:
Memecahkan persoalan pendidikan yang dihadapi guru dan sekolah.
Membantu guru untuk merefleksikan kembali pekerjaannya sehari-hari sebagai
pendidik dan pengajar.
Guru dapat menguji-coba metode-metode baru dan dapat melihat apakah efektif
membantu siswa.
Guru lebih percaya mengadakan perbaikan karena berdasarkan riset dan
mengadakan perubahan yang konkrit dan lebih yakin akan profesinya.
Melibatkan guru dalam pengajaran secara profesional di sekolah, dalam lingkup
ilmiah dan wawasan menjadi lebih luas dan mendalam.
Guru dapat terlibat dalam pengambilan keputusan & kebijakan sekolah
berdasarkan riset mereka.
Guru secara nyata dapat mengembangkan mutu pendidikan dan menjadi
sumbangsi yang berguna untuk peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas.
Model riset tindakan dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan
model pendekatan problem solving.

B. MODEL PEMBELAJ ARAN KONSTRUKTIVISME

Pembelajaran konstruktivisme (constructivist Theories of Learning) adalah model
pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka
sendiri secara mandiri dan memindahkan informasi yang kompleks.
Di bawah ini beberapa hal sehubungan dengan pemecahan masalah belajar sebagai
implikasi dari teori konstruktivisme (Aqib:2006:131-132).

1) Belajar adalah Proses Pemaknaan Informasi Baru
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas
kolaboratif dan refleksi serta interpretasi. I mplikasi terhadap pembelajaran atau evaluasi,
yaitu:
Dorongan munculnya diskusi terhadap pengetahuan baru yang dipelajari.
Dorongan munculnya divergent, kaitan dan pemecahan ganda, bukan hanya ada
satu jawaban yang benar.
Dorongan munculnya berbagai jenis luapan pikiran/aktivitas, seperti main peran,
debat dan pemberian penjelasan kepada teman.
Tekanlah pada keterampilan berpikir kritis seperti analisis, membandingkan,
generalisasi, memprediksi dan menghipotesis.
Kaitan informasi baru ke pengalaman pribadi atau ke pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa.
Gunakan informasi pada situasi baru.

2) Strategi Belajar
Strategi yang dipakai siswa dalam belajar akan menentukan proses dan hasil
belajarnya. I mplikasinya terhadap pembelajaran atau evaluasi, yaitu:
Berikan kesempatan untukmenerapkan cara perpikiryang paling cocok dengan
dirinya.
Beri kesempatan kepada siswa melakukan evaluasi diri tentang cara berpikirnya,
belajarnya dan mengapa ia menyukai tugas tertentu.

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

64

3) Perbedaan Model Behavioristik dan Konstruktivistik
Menurut Gedeng (2001) dalam Aqib (2001:132) terdapat komparasi mendasar antara
pembelajaran model behavioristik dengan konstruktivistik. Belajar menurut model
behavioristik adalah memperoleh pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
meningkatkan pengetahuan kepada yang belajar. Belajar menurut model kosntruktivistik
adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan
refleksi serta interkasi. Sedangkan mengajar adalah menata lingkungan agar pembelajar
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakpastian.
Skema pelaksanaan pembelajaran model konstruktivistik dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 2.2. Skema pembelajaran Model Konstruktivistik

TAHAP I TAHAP I I TAHAP I I I
Pembelajar an kelompok
Penyampai an mat er i dan masalah
dar i gur u
Siswa memi l ih sendir i masalah
unt uk kel ompoknya
Siswa ber diskusi dengan
kel ompoknya
Set iap siswa har us menguasai hasi l
pembahasannya
Penyampai an hasi l dis kus i
kel ompok pada kelas
Siswa kel ompok lain member i
t anggapan

Dalam proses pembelajaran model konstruktivistik, guru berfungsi sebagai
fasilitator yang selalu mendampingi kegiatan masing-masing kelompok sekaligus
mengarahkan bila terjadi penyimpangan jalannya diskusi.

C. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Mata pelajaran Pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib
pada semua jenjang pendidikan bagi siswa. Menurut Komisi Katektik KWI ada beberap hal
yang perlu diperhatikan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik (KWI , 2007:5-9).

1) Kompetensi Dasar dalam Kurikulum PAK
Berdasarkan pandangan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka dalam setiap pembelajaran yang
menjadi perhatian bukan pada materi, akan tetap pada kompetensi. Seorang siswa
dianggap berkompeten apabila:
I a mampu menguasai ajaran imannnya, menginterpretasikan, menganalisis dan
membuat sintesis-sintesis daripadanya secara bertanggung-jawab (know how, know
why).
I a mampu bertindak, berbuat sesuai dengan ajaran imannya (know to do).
I a mampu berperilaku dan berkembang dalam kepribadian sesuai dengan ajaran
imannya (to be).
I a dapat hidup mengumat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya (to live
together).
Kompetensi persatuan jenjang pendidikan tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai
berikut:
1. Memahami diri dan lingkungan sebagai kurnia Tuhan dan mensyukurinya dengan
doa, naynyian dan perbuatan-perbuatan nyata.
2. Memahami, mengimani dan mencintai Allah sebagai Bapa Pencipta dan
Penyelenggara seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan
diwartakan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru.
3. Memahami, mengaggumi dan meneladan Yesus Kristus seperti yang dikisahkan
dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.
4. Memahami dan mengimani Roh kudus yang diutus oleh Yesus sebagai jiwa gereja.
5. Memahami dan menghayati hidup menggereja dan merayakan sakramen-
sakramennya dengan benar.

2) Pola atau Pendekatan PAK
Kurikulum Pendidikan Agama Katolik adalah kurikulum yang berbasis kompetensi
dasar siswa. Maka pendekatan yang dipakai hendaknya menunjang kompetensi siswa itu
sendiri, yakni:
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

65

Memungkinkan siswa untuk aktif. Dia menjadi partisipan aktif dalam proses PAK.
Kalau siswa menjadi partisipan, maka diandaikan dalam proses PAK ada interaksi
antarsiswa serta antara siswa dan guru.
I nterkasi yang terjadi hendaknya terarah, sehingga diandaikan ada suatu proses
yang berkesinambungan.
I nterkasi yang berkesinambungan bertujuan untuk menginterpretasikan dan
mengapliasikan ajaran iman dalam hidup nyata sehingga ia menjadi semakin
beriman.
Pendekatan atau pola yang dipakai dapat dikatakan pendekatan atau pola interkasi
(komunikasi) aktif untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran imannya
dalam hidup nyata. Dapat disebut juga pola eksploratif atau inquiry (discovery method).
Pendekatan/pola ini hendaknya dijabarkan dalam pelbagai metode di mana siswa sungguh-
sungguh berpartisipasi aktif. Metode-metode itu antara lain:
1. Metode dialog-partisipatif. Metode ini mendorong siswa untuk kreatif, kritis, amndiri
dan terampil berkomunikasi. Metode ini dapat dijabarkan/dikonkretkan dalam
kegiatan-kegiatan seperti: diskusi kelompok dan pleno, sharing pengalaman iman,
wawancara, dramatisasi, dinamika kelompok, dan sebagainya.
2. Metode Naratif (eksperiential). Metode naratif eksperiential merupakan metode yang
memakai cerita sebagai bahan utama yang dapat berbentuk cerita rakyat, cerita sufi,
cerita kehidupan dan cerita kanonik.

3) Materi PAK
Materi Pendidikan Agama Katolik mengandung empat dimensi atau aspek ajaran
iman, yaitu:
a. Dimensi atau aspek pribadi siswa, termasuk relasinya dengan sesasma dan lingkungan
hidupnya. Materi PAK mau tidak mau harus menyentuh pribadi siswa dan pengalaman
hidupnya.
b. Dimensi diri dan pribadi Yesus Kristus. Dia adalah pribadi penentu dalam ajaran iman
Kristiani. Kekhasan ajaran iman Kristiani diwarnai oleh pribadi Yesus Kristus.
c. Dimensi gereja. Gereja sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang melanjutkan
karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan berkembang dalam
persekutuan ini.
d. Dimensi kemasyarakatan. Kehidupasn Yesus dan Gerejan-Nya bukan untuk diri-Nya,
tetapi untuk dunia. Maka, dimensi kemasyarakatan hendaknya menjadi materi
pendidikan agama Katolik.

D. MEDIA PEMBELAJ ARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Media pembelajaran PAK adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyampaikan nilai-nilai ajaran iman Katolik oleh guru dan siswa sehingga dapat
semakin dipahami, dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Media pembelajaran PAK dapat digolongkan dalam tiga bentuk yakni: media visual,
audio dan audioisual. Media visual antara lain: gambar (gambar diam, cerita bergambar,
gambar bergerak, foto, sketsa, peta). Media audio antara lain: tape recorder, piringan
hitam, pita kaset, rekaman suara, radio). Media audio visual antara lain: televisi, video,
komputer, CD/LCD, film.


BAB III
METODOLOGI

A. OBJ EK TINDAKAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas. Adapun jenis tindakan yang
diteliti adalah sebagai berikut:
- Minat siswa untuk belajar menemukan sendiri.
- Kerja-sama dalam mengkomunikasikan hasil belajaranya, dan
- Keaktifan dan sikap kooperatif siswa selama mengikuti pembelajaran.
- Prestasi belajar
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

66


B. SETTING DAN SUBJ EK PENELITIAN

Setting atau latar/tempat PTK ini adalah di SD Katolik V St. Agustinus Walian
Tomohon, Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon pada kelas VI dengan jumlah siswa
20 orang siswa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, Tema: Paulus Rasul Bangsa-
bangsa.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan melalui catatan observasi dengan menggunakan alat
pengumpul data Checklist (lembar cek). Ceklis adalah suatu daftar atau tabel yang berisi
hal-hal yang hendak diamati dengan kolom-kolom yang akan digunakan untuk mengecek
apakah sesuatu terjadi atau tidak terjadi. Biasanya digunakan tanda V. Dalam PTK
dibedakan beberapa ceklis:
- Ceklis siswa, memuat apa yang harus dilakukan siswa dan nanti digunakan oleh
siswa. Misalnya ceklis kehadiran siswa yang harus diisi oleh siswa sendiri, atau ceklis
tentang keikutsertaan siswa dalam diskusi yang harus diisi oleh siswa sendiri; daftar
buku yang telah dibaca siswa.
- Ceklis guru, memuat apa yang dibuat guru dalam pelajaran, apa yang telah
dijelaskan kepada siswa, apa yang telah dikatakan. Ceklis ini dicek sendiri oleh guru
untuk melihat sejauh mana bahan atau topic sudah diajarkan.
Ceklis terbuka, berisi keterampilan siswa, apa yang dimengerti siswa, dan ini diisi
oleh siswa sendiri. Dengan membaca ini guru dapat mengerti sejauh mana dan sedalam
mana siswa memahami yang diajarkan (Suparno, 2008:46).
Pada bagian refleksi dalam penelitian ini menganalisis data mengenai proses,
masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi
adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan berupa tes hasil belajar.
Untuk itu penelitian ini di samping menggunakan teknik observasi, menggunakan teknik
tes hasil belajar untuk menjaring data tentang hasil belajar atau pretasi belajar.


D. METODE ANALISA DATA

Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama dengan mitra
kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru.
Analisa data dari observasi memakai perhitungan jumlah/frekuensi dan prosentase.
Sedangkan hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN SETTING PENELITIAN

Penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan latar SD Katolik V St. Agustinus
Tomohon, Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon pelaksanaannya mengikuti alur
sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran dan penetapan alokasi waktu
pelaksnaannya, yakni bulan J anuari 2009.
2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar-mengajar melalui model
pembelajaran konstruktivitik dengan media gambar bergerak.
3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi aktivitas
siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun
rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

67

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas yang
membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung,
sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga
kevalidan hasil penelitian.

B. PENJ ELASAN SETIAP SIKLUS

Penelitian Tindakan Kelas dengan alur atau tahapan perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi) disajikan dalam tiga seiklus ebagai berikut:

Tabel 4.1. Siklus I (Pertama)
NO PERENCANAAN TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI
1 Menyusun sat uan pelaj ar an
Menyi apkan soal/ masal ah.
Menyi apkan blanko
obser vas i
Menyi apkan blangko evaluasi
Menj elas kan Kegiat an
mengajar belajar
Membent uk kel ompok ( 3- 7
siswa)
Member i kan beber apa
masalah
Ti ap kelompok memi l ih
masalah sendi r i
Dis kus i kelompok membahas
masalah mas ing- masi ng
Membant u secukupnya pada
masing- masing kel ompok
Melaksanakan dis kus i kel as
Menar i k kesimpulan
Mengamat i per i laku s iswa
t er hadap penggunaan
model belaj ar
Memant au dis kus i/ ker j a-
sama ant ar s iswa
Mengamat i pr oses t r ans fer
ant ar kelompok
Mengamat i pemahaman
masing- masing siswa
Mencat at hasi l
obser vas i
Mengevaluas i
hasi l obser vasi
Menganal is is
hasi l
pembelajar an
Memper bai ki
kel emahan unt uk
daur ber i kut nya

Tabel 4.2. Siklus I I (Kedua)
NO PERENCANAAN TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI
1 Menyusun r encana
per bai kan
Memadukan has i l r ef l eks i
hasi l daur I agar daur II
lebih ef ekt i f
Menyi apkan blanko
obser vas i,angket
Menyi apkan blangko evaluasi
Menj elas kan Kegiat an
mengajar belajar has i l daur I
Membent uk kel ompok ( 3- 7
siswa)
Member i kan beber apa soal/
masalah
Dis kus i kelompok membahas
masalah mas ing- masi ng
Membant u secukupnya pada
masing- masing kel ompok
Melaksanakan dis kus i kel as
Menar i k kesimpulan
Mengamat i per i laku s iswa
t er hadap penggunaan
model belaj ar
Memant au dis kus i/ ker j a-
sama ant ar s iswa
Mengamat i pr oses t r ans fer
ant ar kelompok
Mengamat i c at at an dan
pemahaman masing-
masing s iswa
Mencat at hasi l
obser vas i
Mengevaluas i
hasi l obser vasi
Menganal is is
hasi l
pembelajar an
Memper bai ki
kel emahan unt uk
daur ber i kut nya

Tabel 4.3. Siklus I I I (Ketiga)

NO PERENCANAAN TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI
1 Menyusun r encana pelajar an
per bai kan
Mengopt i mal kan wakt u
Menyi apkan blanko
obser vas i,angket
Menyi apkan blangko evaluasi
Penjelasan umum KMB dan
inf or masi has i l pada daur II
Membent uk kel ompok ( 3- 7
siswa)
Member i kan beber apa soal/
masalah
Dis kus i kelompok membahas
masalah mas ing- masi ng
Membant u secukupnya pada
masing- masing kel ompok
Melaksanakan dis kus i kel as
Menar i k kesimpulan
Mengamat i per i laku s iswa
t er hadap penggunaan
model belaj ar
Memant au dis kus i/ ker j a-
sama ant ar s iswa
Mengamat i pr oses t r ans fer
ant ar kelompok
Mengopt i mal kan per an akt i f
selur uh siswa
Mengamat i c at at an dan
pemahaman masing-
masing s iswa
Mencat at hasi l
obser vas i
Mengevaluas i
hasi l obser vasi
Menganal is is
hasi l
pembelajar an
Menyusun
Lapor an

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

68

C. PROSES ANALISA DATA

Proses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan aktivitas dan
pemunculan keterampilan kooperatif siswa serta hasil prestasi belajarnya dalam
memahami materi dalam pelajaran Pendidikan Agama katolik, disajikan dalam 3 siklus
berikut.

1. Siklus I
Dalam proses pembelajaran siklus pertama pengenalan materi dilakukan dengan
diskusi kelas, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang materinya
dikembangkan dari buku siswa (lih buku siswa dan guru KTSP kelas VI , pelajaran12).
Hasil penelitian menunjukkan:
Siswa aktif = Kelompok I : 2 siswa
Kelompok I I : 3 siswa
Kelompok I I I : 1 siswa
Siswa Kooperatif = Kelompok I : 3 siswa
= Kelompok I I : 4 siswa
= Kelompok I I I : 2 siswa
Siswa menyelesaikan
Soal tes = Kelompok I : 3 siswa
= Kelompok I I : 3 siswa
= Kelompok I I I : 2 siswa
Interpretasi
Pengenalan materi perlu diperjelas dalam kelompok dan sebaiknya disampaikan
oleh anggota kelompok. Karena materi awal belum begitu dikuasai, akibatnya proses
pembelajaran belum maksimal. Guru selanjutnya memberikan tugas.

2. Siklus II
Pengenalan materi dilakukan pada kelompok oleh anggota kelompok yang
menguasai, kemudian dikembangkan dengan pembahasan lain dalam kelompok.
Kemudian hasilnya sebagai berikut.
Siswa aktif = Kelompok I : 5 siswa
Kelompok I I : 4 siswa
Kelompok I I I : 3 siswa
Siswa Kooperatif = Kelompok I : 6 siswa
= Kelompok I I : 5 siswa
= Kelompok I I I : 4 siswa
Siswa menyelesaikan
Soal tes = Kelompok I : 5 siswa
= Kelompok I I : 6 siswa
= Kelompok I I I : 5 siswa

Interpretasi
Pada siklus kedua ini hasil observasi menunjukkan adanya kekurangan
pemahaman materi, maka aktivitas dan peran siswa kurang nampak dalam
pembelajaran.

3. Siklus III
Pada siklus ini diawali dengan pembekalan khusus bagi siswa yang mampu dari
masing-masing kelompok, untuk dikembangkan kepada anggota kelompoknya. Adapun
hasilnya sebagai berikut:
Siswa aktif = Kelompok I : 6 siswa
Kelompok I I : 7 siswa
Kelompok I I I : 7 siswa
Siswa Kooperatif = Kelompok I : 7 siswa
= Kelompok I I : 7 siswa
= Kelompok I I I : 6 siswa
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

69

Siswa menyelesaikan
Soal tes = Kelompok I : 7 siswa
= Kelompok I I : 7 siswa
= Kelompok I I I : 6 siswa

Interpretasi
Pada siklus ketiga hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan, yakni adanya
peningkatan aktivitas dan keterampilan kooperatif hasil belajar siswa.

D. PEMBAHASAN DAN PENGAMBILAN KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivistik, memuaskan. Secara
keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, baik aktivitas, kerja-sama
maupun prestasi siswa, seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Profil Hasil Penelitian

INDIKATOR SIKLUS SKOR PROSENTASE
Aktivitas siswa SI KLUS I 6 28%
I I 12 57%
I I I 20 100%

Perhatian
SI KLUS I 9 42%
I I 15 71%
I I I 20 100%

Hasil Prestasi Belajar
SI KLUS I 7 33%
I I 16 76%
III 20 100%

Salah atu hasil observasi selain tiga hal yang menjadi sasaran tindakan
penelitian, adalah dengan berkembangnya pemahaman materi sejalan dengan
berkembangnya aktivitas dan keterampilan kooperatif siswa. Dengan kata lain, semakin
siswa memahami materi, semakin eksis dalam kelompoknya. Hal ini dapat terlihat dalam
grafik berikut:

Gambar 4.1. Grafik Hasil Penelitian
0
20
40
60
80
100
120
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
Prestasi
belajar
Aktivitas
siswa
Keterampil
an
kooperati f
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

70

BAB V

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari PTK ini adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka sedniri cenderung
meningkat (mengerjakan soal, berdiskusi dan merespon pertanyaan).
2. Keterampilan kooperatif siswa selama proses pembelajaran dengan model
konstruktivistik dapat muncul dan sebagian menunjukkan peningkatan.
3. Prestasi belajar mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan model konstruktivistik dengan menggunakan media dramatisasi,
cerita bergambar dan peta.

B. SARAN-SARAN

Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang selama ini hanya menggunakan cara-
cara tradisional-kenvensional perlu diikuti dengan teknik yang lebih inovatif dan
kreatif, seperti model pembelajaran konstruktivistik.
2. Model pembelajaran konstruktivistik tentunya bukan satu-satunya model
pembelajaran, perlu juga dikembangkan model-model pembelajaran yang lain.
3. Perlu ada Penelitian Tindakan Kelas untuk model-model pembelajaran yang lain.


KEPUSTAKAAN


Aqib Zainal, 2001, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: I nsan Cendekia.

Gwynn Mettetal, 1998, Classroom Action Research, http://en.wikipedia.org.

Kemmis, S., 2007, Action Research in Education, Http://en.wikipedia.org.

Komisi Katektik KWI , 2007, Buku Guru, Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik
untuk Sekolah Dasar, Yogyakarta: Kanisius.

_____________________, 2007, Buku Siswa, Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama
Katolik untuk Sekolah Dasar, Yogyakarta: Kanisius.

_____________________,1996, Buku Siswa 6A Catur Wulan I , Pendidikan Agama Katolik
untuk Sekolah Dasar, Beriman Dalam hidup Sehari-hari, J akarta:Obor,
Yogyakarta: Kanisius.

Runtuwene Lastiko, 2009, Media Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik, Manado:
Bimas Katolik Kanwil Dep. Agama Prov. Sulut.

__________________,2009, Penelitian Tindakan Kelas, Teori dan Praktek dalam Pendidikan,
Manado: Bimas Katolik Kanwil Depag. Prov. Sulut.

Sukardi, 2003, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, J akarta: Bumi
Aksara.

Suparno Paul, 2008, Action Research, Riset Tindakan Untuk Pendidik, J akarta: Grasindo.

_______________, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

71

Lampiran 1.

LEMBAR OBSERVASI
PTK MODEL PEMBELAJ ARAN KONSTRUKTI VI STI K
MATA PELAJ ARAN PENDI DI KAN AGAMA KATOLI K
DENGAN MEDI A CERI TA BERGAMBAR

1. Aktivitas Siswa dalam KMB

No ASPEK AKTI VI TAS NOMOR SI SWA J UMLAH
1 2 3 4 5 6 7
1 Mendengarkan penjelasan guru/teman
2 Membaca materi/buku siswa
3 Menulis/mencatat materi penting
4 Mengerjakan soala/LKS
5 Berdiskusi dengan guru
6 Mengajukan pertanyaan pada
teman/guru

7 Menjadi pembicara kelompok

2. Keterampilan Kooperatif Siswa dalam KMB

No ASPEK KOOPERATI F NOMOR SI SWA J UMLAH
1 2 3 4 5 6 7
1 Menghargai pendapat orang lain
2 Mengambil giliran dan berbagi tugas
3 Memberi kesempatan orang lain
berbicara

4 Mendengarkan dengan aktif
5 Kerja-sama dalam kelompok
6 Kemampuan menyampaikan informasi

Tomohon, ......J anuari 2009
Pengamat,

(...............................................)

Petunjuk:
1. Pengamat duduk di tempat yang strategis
2. Pengamat ditujukan pada setiap kelompok.
3. Pengamat cukup memberikan tanda ( V) pada kolom nomor siswa yang ada untuk
menandai aspek siswa yang diobservasi.
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

72

Lampiran 2.

LEMBAR EVALUASI (SOAL TES)

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan cara melingkari huruf pada jawaban
yang tersedia:

1. Kisah Pertobatan dan Perutusan Santo Paulus terdapat dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru, tepatnya dalam......................
a. Kis Ras. 18:1-17
b. Kis Ras. 18:24-28
c. Kis Ras. 19:1-19
d. Kis Ras. 19: 1-20

2. Sebelum Paulus bertobat, ada seorang yang beragama Yahudi, dia merupakan guru
Paulus, orang itu bernama .....................
a. Gamaliel
b. Ananias
c. Apolos
d. Barnabas

3. Kota yang tidak dikunjungi Paulus dalam karya perutusannya adalah..................
a. Korintus dan Filipi
b. I konium dan Damsyik
c. Kolose dan Efesus
d. Troas dan Antiokia

4. Santo Paulus pada waktu mengalami pertobatan, ia mendengar sapaan Tuhan
Yesus yang bersabda ..........................
a. Saulus-saulus! Mengapa engkau menganiaya Aku?
b. J angan tangisi Aku, tapi tangisilah dirimu.
c. Bapa ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan diri-KU!
d. Hendaklah kamu sempurna seperti Bapamu yang di Sorga.

5. Pokok utama pewartaan Santo Pulus adalah.........................
a. Penebusan dan keselamatan dalam Yesus.
b. Orang kafir harus bertobat dan mengikuti Yesus.
c. Kabar gembira tentang salib dan kebangkitan Yesus.
d. Berdoa dan bekerja menurut kehendak Yesus.

J awablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

6. Ceritakanlah kisah pertobatan Paulus !
7. Mengapa Yesus memilih Paulus untuk menjadi rasul-Nya?
8. Yesus pernah berkata: Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu! (Yoh 15:16). Apa artinya kata-kata Yesus tersebut?
9. Mengapa Santo Paulus rela menderita dalam karya pewartaan-Nya?
10. Apa yang dapat kamu lakukan untuk meneladani rasul Paulus?

Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

73

Lampiran 3.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dengan Model Konstruktivistik
Media Cerita Bergambar, Dramatisasi & Peta.

Sekolah : SD Katolik V Tomohon
Kelas : VI
Semester : II
Hari/Tanggal :

Kompetensi Dasar
Siswa memahami dan menyadai kesetiaan Allah akan J anji Penyelamatan melalui
Gereja-Nya
Materi Pokok :
Santo Paulus Rasul Bangsa-Bangsa
Indikator:
Pada akhir pelajaran siswa dapat:
1. Menceritakan kisah pertobatan dan perutusan Santo Paulus sebagaimana
dikisahkan dalam Kis. Ras. 19-1-19a.
2. Menyebutkan daerah-daerah yang dikunjungi Santo Paulus.
3. Membuat peta perjalanan Santo Paulus.
4. Menyebutkan pokok-pokok pewartaan Santo Paulus.
Kegiatan Pembelajaran
Siklus I
1. Doa Pembukaan.
2. Mengamati Gambar kisah pertobatan Santo Paulus berdasarkan Kis. Ras. 9:1-
19a.
3. Mendalami gambar kisah pertobatan Santo Paulus dengan bantuan beberapa
pertanyaan.
4. Diskusi kelompok tentang kisah pertobatan Paulus (setiap kelompok
menentukan masalah dalam bentuk pertanyaan dan membahas dalam
kelompok).
5. Diskusi kelas (setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan ditanggapi
oleh kelompok yang lain, guru mengarahkan).
6. Tes
7. Guru menugaskan setiap kelompok untuk berlatih drama tentang kisah
pertobatan Paulus.
8. Doa Penutup
Siklus I I
9. Doa Pembukaan
10. Beberapa kelompok melakonkan drama kisah pertobatan Paulus.
11. Diskusi Kelompok (setiap kelompok mempelajari lagi kisah pertobatan Paulus,
membahas dan membuat cerita serta menjawab beberapa pertanyaan yang
diajukan oleh guru).
12. Dikusi kelas (setiap kelompok menceritakan kisah pertobatan Paulus
berdasarkan drama yang ditampilkan kemudian mempresentasikan hasil diskusi
dan ditanggapi oleh kelompok yang lain, guru mengarahkan).
13. Tes
14. Guru menugaskan setiap kelompok untuk mempelajari dan membuat peta
perjalanan Paulus.
15. Doa Penutup
Siklus I I I
16. Doa pembukaan
17. Beberapa kelompok yang lain mempresentasikan peta perjalanan Paulus
18. Diskusi kelompok (guru mengajukan beberapa persoalan sehubungan dengan
peta perjalanan Paulus)
19. Dikusi Kelas.
20. Tes
Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

74

21. Doa penutup.
Penilaian:
Tes tertulis
Unjuk kerja : tulisan tentang kisah pertobatan Paulus dan gambar peta perjalanan
Paulus.
Alokasi waktu : 3 Kali pertemuan (3 kali siklus).
Sumber Belajar:
- Pengalaman hidup siswa dan guru.
- Teks Kitab Suci Kis. Ras. 9:1-19.
- Peta perjalanan Paulus.
- Buku Guru dan Siswa, buku KTSP.



Lampiran 4. Gambar Kisah perjalanan Paulus
Lampiran 5. Gambar Peta Perjalanan Paulus.

You might also like