You are on page 1of 8

12

ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468




APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CABE KERITING DI LAHAN RAWA LEBAK
(Biofertilizer Application To Growth and Yield Curly Chilly On Lebak Wetland)

Mahdiannoor
Program Studi Agroteknologi STIPER Amuntai
Jl. Bihman Villa No. 07B Telp. (0527) 62202 - +628125175125 Amuntai 71411
Http : www.agroswamp.w.pw Email : mahdi_186@yahoo.com

ABSTRACT
Curly chilli are versatile plants, mainly used as household consumption such as herbs but can
also be used in the food processing industry. Lebak wetland nature and character similar to acid
sulfate soil that affects the physical, chemical and biological soil, to solving issues specifically to
support the cultivation of curly chilli, one attempts to do is to provide input inorganic materials.
This study aims to (i) know the biofertilizer, and (ii) get the best dosage application the biofertilizer
to the growth and yield of curly chilli on lebak wetlands. This research was held at Pasar Senin
Village, Amuntai Tengah District, Hulu Sungai Utara Regency from May to August 2012. This
research used Randomized Block Design (RBD), with 5 treatments and 5 replicates, so get 25 units
of exspriment. Factor test is biofertilizers, which are: t
0
= 0 cc 1-1, 1-1 cc t
1
= 1, t
2
= 2 cc 1-1, 1-1
cc t3 = 3, t4 = 4 cc 1-1 . The results of this study indicate that biofertilizer treatment highly
significant for all variables are observed, namely plant height, total of productive branches, fruit
weight and total of fruit crops. Biofertilizer treatment 4 cc.l
-1

is the best treatment for all variables.
Key words : curly chilli, lebak wetland, biofertilizer.

PENDAHULUAN
Cabe keriting tanaman yang
serbaguna, terutama digunakan sebagai
konsumsi rumah tangga seperti bumbu dapur
tetapi juga dapat digunakan dalam industri
pengolahan makanan (Wahyu, 2008). Di
Kabupaten Hulu Sungai Utara belum ada
petani yang membudidayakan tanaman cabe
keriting dan untuk cabe besar hanya terdapat
pada beberapa kecamatan saja yang
membudidayakannya, karena kebanyakan
lahan digunakan untuk membudidayakan
jenis tanaman yang lain.
Luas lahan lebak di Indonesia
diperkirakan 13,28 juta ha, yang terdiri dari
4,167juta ha lebak dangkal, 6,075 juta ha
lebak tengahan dan 3,038 juta ha lebak Pada
musim kemarau lebak mengalami kekeringan
dan merupakan hamparan lahan yang luas,
cukup potensial untuk berbagai macam
komoditi seperti padi palawija dan sayuran.
Komoditas sayuran sudah banyak diusahakan
oleh petani-petani di lahan lebak, tetapi baru
terbatas pada jenis-jenis lokal (Saleh dan E.
William, 2006).
Pupuk hayati yang dibuat
mengandung mikroorganisme tertentu dalam
jumlah yang banyak dan mampu
menyediakan hara yang cukup untuk
membentu pertumbuhan tanaman. Pupuk
hayati dapat diterima sebagai pupuk yang
berharga murah dibanding pupuk kimia, dan
tidak menimbulkan pengaruh negatif baik
terhadap kesehatan tanah maupun lingkungan.
Pupuk hayati yang dikembangkan merupakan
sumber nitrogen dan fosfor (Sutanto, 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aplikasi dan dosis terbaik pupuk hayati
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabe
keriting di lahan rawa lebak.
13
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468


METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Pasar Senin Kecamatan Amuntai Tengah
Kabupaten Hulu Sungai Utara pada bulan
Mei Agustus 2012. Menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
perlakuan adalah dosis pupuk hayati agrobost
(T) sebanyak 5 taraf yaitu t
0
=0 cc1
-1
,
t
1
= 1 cc
1
-1
, t
2
= 2 cc 1
-1
, t
3
= 3 cc 1
-1
dan t
4
= 4 cc 1
-1

dengan 5 kelompok sehingga terdapat 25
satuan percobaan. Variabel pengamatan yang
diteliti adalah : tinggi dan jumlah cabang
produktif tanaman cabe keriting 15, 25 dan 35
hst, berat dan jumlah buah pertanaman.
Analisis data yang digunakan adalah uji F dan
uji beda nilai tengah menggunakan DMRT
pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman
Berdasarkan data pengamatan dan
analisis ragam tinggi tanaman menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian beberapa dosis
pupuk hayati berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman umur 15, 25 dan 35
hst. Rerata tinggi tanaman umur 15, 25 dan
35 hst di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji beda rerata tinggi tanaman cabe keriting umur 15, 25, 35 hst terhadap aplikasi
pupuk hayati pada lahan rawa lebak.

Perlakuan dosis
pupuk hayati
Rerata tinggi tanaman (cm)
Umur 15 hst Umur 25 hst Umur 35 hst
t
0
t
1
t
2
t
3
t
4
11,00
a
12,40
ab

12,70
b


14,60
c


16,06
d

18,3
a
20
ab
21,7
b
25,7
c
29,6
d
29,2
a
36,8
b
38,2
b
44,3
c
51,3
d
Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %


Pada Tabel 1, rerata tinggi tanaman cabe
keriting umur 15, 25 dan 35 hst perlakuan t
4

berbeda nyata dengan perlakuan t
0
, t
1
, t
2
dan
t
3
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 1.










Gambar 1. Grafik hubungan rerata tinggi tanaman cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst terhadap
aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak.
0
20
40
60
80
100
120
t0 t1 t2 t3 t4
T
i
n
g
g
i

T
a
n
a
m
a
n

(
c
m
)

Dosis pupuk hayati (cc 1
-1
)
Tinggi
tanaman umur
35 hst
Tinggi
tanaman umur
25 hst
Tinggi
tanaman umur
15 hst
14
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468



Pada Gambar 1 terlihat bahwa rerata tinggi
tanaman cabe keriting terbaik pada umur 15
hst didapati pada perlakuan t
4
yaitu 16,06 cm,
pada umur 25 hst rerata tinggi tanaman
terbaik di jumpai pada perlakuan t
4
juga yaitu
29,6 cm dan untuk umur 35 hst rerata tinggi
tanaman terbaik juga pada perlakuan t
4
yaitu
51, 3 cm. Jadi dari grafik dapat dikatakan
bahwa makin besar dosis pupuk hayati maka
rerata tinggi tanaman juga makin tinggi, atau
rerata tinggi tanaman berbanding lurus
dengan dosis pupuk hayati.
Jumlah Cabang Produktif
Berdasarkan data pengamatan dan
analisis ragam jumlah cabang produktif
tanaman cabe keriting,menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk hayati berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah cabang produktif umur
15, 25 dan 35 hst. Rerata jumlah cabang
produktif tanaman cabe keriting umur 15, 25
dan 35 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji beda rerata jumlah cabang produktif tanaman cabe keriting umur 15 hst, 25 hst
dan 35 hst terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan rawa lebak.

Perlakuan dosis
pupuk hayati
Rerata jumlah cabang produktif (buah)
Umur 15 hst Umur 25 hst Umur 35 hst
t
0
t
1
t
2
t
3
t
4
6,4
a
7,8
b
9,6
c
10,6
d
12
e
9,4
a
11,2
b
12,8
c
17
d
22
e
14,2
a
21,4
b
23,4
bc
24
c
28,8
d
Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.


Pada Tabel 2, jumlah cabang produktif
tanaman cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst
perlakuan t
4
berbeda nyata dengan perlakuan
t
0
, t
1
, t
2
dan t
3
untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.









Gambar 2. Grafik hubungan rerata jumlah cabang produktif cabe keriting umur 15, 25 dan 35 hst
terhadap pemberian pupuk agrobost pada lahan rawa lebak.


0
20
40
60
80
t0 t1 t2 t3 t4
J
u
m
l
a
h

C
a
b
a
n
g

P
r
o
d
u
k
t
i
f

(
b
u
a
h
)

Dosis pupuk hayati (cc 1
-1
)
Jumlah
cabang
produktif
umur 35 hst
Jumlah
cabang
produktif
umur 25 hst
15
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468


Dari Gambar 2 terlihat bahwa rerata jumlah
cabang produktif tanaman cabe keriting
terbaik pada umur 15 hst didapati pada
perlakuan t
4
yaitu 12 buah, pada umur 25 hst
rerata jumlah cabang produktif terbaik di
jumpai pada perlakuan t
4
juga yaitu 22 buah
dan untuk umur 35 hst rerata jumlah cabang
produktif terbaik juga pada perlakuan t
4
yaitu
28,8 buah. Jadi dari grafik dapat dikatakan
bahwa makin besar dosis pupuk hayati maka
rerata jumlah cabang produktif tanaman juga
makin banyak, atau rerata jumlah cabang
produktif tanaman berbanding lurus dengan
dosis pupuk hayati.
Jumlah Buah Pertanaman
Berdasarkan data pengamatan dan
analisis ragam untuk jumlah buah pertanaman
pada tanaman cabe keriting menunjukkan
bahwa perlakuan dosis pupuk hayati
berpangaruh sangat nyata terhadap jumlah
buah pertanaman. Rerata jumlah buah
pertanaman disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji beda rerata jumlah buah pertanaman cabe keriting terhadap aplikasi pupuk hayati
pada lahan rawa lebak.
Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.

Pada Tabel 3 rerata jumlah buah pertanaman
cabe keriting pada perlakuan t
4
berbeda nyata
dengan perlakuan t
0
, t
1
, t
2
dan t
3
untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.








Gambar 3. Grafik hubungan rerata jumlah buah cabe keriting terhadap pemberian pupuk hayati
pada lahan rawa lebak.

Dari grafik terlihat jelas bahwa
pemberian perlakuan dosis pupuk hayati
memberikan peningkatan rerata jumlah berat
buah yang berbeda antar perlakuan, dimana
perlakuan terbaik adalah perlakuan t
4
sebesar
3,96 buah. Dapat dikatakan bahwa makin
besar dosis pupuk hayati maka rerata jumlah
buah pertanaman cabe keriting juga makin
banyak, atau rerata jumlah buah pertanaman
berbanding lurus dengan dosis pupuk hayati.
Perlakuan Rerata jumlah buah (buah)
t
0
t
1
t
2
t
3
t
4
4,27
a
12,37
b
12,8
b
14,9
bc
19,77
c

0
5
10
15
20
t0 t1 t2 t3 t4
J
u
m
l
a
h

B
u
a
h

p
e
r
t
a
n
a
m
a
n

(
b
u
a
h
)

Dosis pupuk hayati (cc 1
-1
)
16
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468


Berat Buah Pertanaman
Berdasarkan hasil analis ragam
menunjukkan bahwa dosis pupuk hayati
berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah
pertanaman. Rerata berat buah pertanaman
disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji beda rerata berat buah pertanaman terhadap aplikasi pupuk hayati pada lahan
rawa lebak.

Perlakuan Rerata Berat buah (g)
t
0
t
1
t
2
t
3
t
4
8,75
a
27
b
46
c
101,63
d
181,63
e
Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %.

Pada Tabel 4 perlakuan t
4
berbeda nyata
dengan perlakuan t
0
, t
1
, t
2
dan t
3
untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.





Gambar 4. Grafik hubungan rerata berat buah pertanaman cabe keriting terhadap aplikasi pupuk
hayati pada lahan rawa lebak.
Dari grafik terlihat jelas bahwa
peningkatan dosis pemberian perlakuan
pupuk hayati mampu memberikan
peningkatan berat buah, dimana berat buah
terbaik terdapat pada perlakuan t
4
yaitu
sebesar 181,63 g. Dapat dikatakan bahwa
makin besar dosis pupuk hayati maka rerata
berat buah pertanaman cabe keriting juga
makin berat, atau rerata jumlah buah
pertanaman berbanding lurus dengan dosis
pupuk hayati.
Tinggi Tanaman
Tinggi rendahnya hasil tanaman
dipengaruhi oleh faktor selama tanaman itu
mengalami pertumbuhan.Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman
antara lain seperti faktor eskternal terdiri dari
mineral, kelembaban, udara, suhu, dan
intensitas sinar matahari, dan faktor internal
terdiri dari faktor hormon. Kandungan pupuk
hayati dapat diserap dan dimanfaatkan oleh
tanaman cabe keriting. Hal ini karena unsur
hara dari larutan tanah dalam bentuk ion
dapat diserap oleh akar, batang, cabang, daun
dari tanaman cabe keriting. Dengan
terserapnya larutan tanah yang mengandung
unsur hara maka dapat ditrasportasikan
kepermukaan akar. Transportasi unsur hara
dari larutan tanah kepermukaan akar dengan
aliran massa dan difusi (Agustina, 2004).
0
100
200
t0 t1 t2 t3 t4
B
e
r
a
t

B
u
a
h

P
e
r
t
a
n
a
m
a
n

(
g
)

Dosis pupuk hayati (cc 1
-1
)
17
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468


Hasil analisis tanah yang
menunjukkan pH 5,59 (Lampiran 1) dan
dikategorikan agak masam. Pada tanah rawa
lebak proses pemasaman tanah terjadi,
karena akibat adanya senyawa pirit (FeS
2
)
pada lapisan tanahnya, yang jika teroksidasi
akibat terjadi kekeringan yang mengakibatkan
hancurnya kisi-kisi mineral liat dan
menghasilkan ion Al
3
+Fe
2
+
yang beracun
bagi tanaman.Aktivitas biologi di dalam tanah
juga dipengaruhi oleh pH tanah .
Pengaruhnya didalam kecepatan penguraian
bahan organik (Agustina, 2004)
Berdasarkan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan dengan
aplikasi pupuk hayati berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 25
dan 35. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri
penambat unsur N seperti Azotobacter dan
Azospirillium dalam pupuk hayati yang di
aplikasikan dapat menambat N dari
lingkungan tanaman dan dimanfaatkan oleh
tanaman dalam pembentukkan atau
pertumbuhan bagian vegetatif tanaman seperti
batang, daun, cabang dan akar. Fase vegetatif
dari tinggi tanaman telah melalui
pertumbuhan dimana tanaman sudah
membentuk cabang yang menyerap nitrogen
lebih cepat dan lebih banyak sehingga
pertumbuhan lebih baik.
Nitrogen juga berperan dalam
pembentukkan hijau daun yang berguna
sekali dalam proses fotosintesis,
pembentukkan protein dan lemak. Protein
merupakan penyusun utama protoplasma
yang berfungsi sebagai proses metabolisme
dalam tanaman dan akan memacu
pembelahan dan pemanjangan sel (Lingga,
2007).
Unsur P diperlukan tanaman untuk
pembentukkan dan pertumbuhan akar dimana
akar tanaman yang subur yang dapat
memperkuat berdirinya tanaman dan dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Menambahkan bahwa
unsur P juga diperlukan untuk tanaman
memperbanyak pertumbuhan generatif (bunga
dan buah) sehingga kekurangan unsur P dapat
menyebabkan produksi tanaman
menurun.Unsur K yang berperan penting
dalam setiap proses metabolisme
tanamanyaitu dalam sintesis, asam amino dan
protein dari ion-ion ammonium serta berperan
dalam pemeliharaan tekanan dan menjamin
kesimbungan pemanjangan sel (Lingga,
2007).
Dari Tabel 3 juga terlihat jelas bahwa
tinggi tanaman yang tertinggi pada umur 15
hst dihasilkan oleh perlakuan t
4
, tinggi
tanaman yang tertinggi pada umur 25 hst juga
dihasilkan oleh perlakuan t
4
dan juga tinggi
tanaman yang tertinggi pada umur 35 hst juga
dihasilkan oleh perlakuan t
4
, dimana
perlakuan t
4
adalah dosis minimum yang
sudah dapat memenuhi akan kebutuhan
tanaman cabe keriting dalam masa vegetatif.

Jumlah Cabang Produktif
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan dosis pupuk agrobost
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
batang produktif pada umur 15, 25, 35 hst.
Pada perlakuan t
4
menunjukkan jumlah
cabang produktif yang tertinggi pada umur
15, 25, dan 35 hst, dimana perlakuan t
4

adalah dosis minimum yang sudah dapat
memenuhi akan kebutuhan tanaman cabe
keriting dalam masa vegetatif. Hal ini
didukung pupuk hayati yang diaplikasikan
dapat diserap dan dimanfaatkan dengan baik
oleh tanaman cabe keriting. Nitrogen
terkandung di udara dalam jumlah yang besar,
tetapi dalam bentuk yang tidak dapat di
manfaatkan oleh tanaman secara langsung
(N
2
). Bakteri tersebut dapat menambat N ke
udara menjadi amoniak (NH
3
).
Mikroorganisme yang mampu memfiksasi N
2

dari udara yaitu berasosiasi oleh bakteri
Azospirillum, Azotobacter, dan mikroba
pelarut fosfat yang memberi kontribusi N
sebesar 12-313 kg/ha/tahun (Agustina, 2004).
Bakteri pelarut fosfat dapat berperan
sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan
kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman
melalui proteksinya terhadap penyakit.
Mikroba tanah banyak yang berperan dalam
18
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468


penyediaan maupun penyiapan unsur hara
bagi tanaman, karena bakteri tersebut mampu
menghasilkan hormon tanaman yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon
yang dihasilkan oleh bakteri akan diserap
oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh
lebih cepat (Sutanto, 2002).
Azospirillum adalah bakteri yang
berperan untuk menambah jumlah
percabangan akar. Bakteri ini memiliki
kemampuan menambat N
2
fitohormon.
Fitohormon adalah hormon tumbuhan yang
berupa senyawa organik yang di buat pada
suatu bagian tanaman dan kemudian di
angkut ke bagian yang lain, yang dengan
konsentransi rendah menyebabkan suatu
dampak fisiologis. Fitohormon yang di
hasilkan berupa auksin, giberillin, sitokinin,
dan etilen (Sutanto, 2002).
Azotobacter bakteri yang
menghasilkan hormon pertumbuhan dan
mengurangi serangan hama. Bakteri dari
famili azotobactereceae merupakan sebagian
besar dari bakteri pemfiksasi nitrogen yang
hidup bebas. Azotobacter yang diinokulasi
dari tanah atau biji dengan tanah atau
azotobacter efektif meningkatkan hasil budi
daya pada tanah yang di pupuk dengan
kandungan bahan organik yang cukup.
Azotobacter adalah bakteri aerob obligat,
enzim nitrogenase yang dimilikinya yaitu
enzim yang mengkatalisis pengikatan N
2
,
bersifat sensitif terhadap O
2
(Sutanto, 2002).
Bakteri selulotik merupakan mikroba
pemecah dinding sel yang berfungsi merubah
sifat kimia yang terkandung dalam bahan.
Diantara bakteri ini yang sering di jumpai dan
sebagai produk komersial adalah
lactobacillus. Bakteri ini dapat memicu enzim
yang terkandung dalam sel sehingga
menghasilkan protein (Sutanto, 2002).
Unsur K sangat memegang peranan
penting dalam pembentukkan pertumbuhan
vegetatif terutama pembentukkan cabang.
Selama proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman memerlukan berbagai
unsur hara seperti N yang dapat
meningkatkan pertumbuhan akar, batang,
daun, cabang tanaman, memberikan warna
hijau pada daun tanaman yang berhubungan
dengan klrofil dalam perannya pada proses
fotosintesis, berperan dalam mengatur
penggunaan fosfor dan kalium pada suatu
tanaman. Penambahan dalam unsur N di ikuti
oleh meningkatnya kandungan senyawa yang
mengandung N pada tanaman yang
bersangkutan seperti asam amino, protein,
dan vitamin B. Tanaman yang kekurangan
unsur N menyebabkan daun-daun lebih kecil
dan mengalami gangguan produksi enzim,
sehingga reaksi-reaksi enzimatik tidak
berjalan dengan baik. Adapun efek samping
dan kekurangan unsur N yaitu tanaman
tumbuh kerdil, sistem perakarannya terbatas
serta warna daun yang pucat (Wijaya, 2008).

Jumlah Buah dan Berat Buah
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan dosis pupuk agrobost
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
buah pertanaman dan berat buah pertanaman.
Hal ini didukung dengan adanya unsur hara
yang terkandung didalam pupuk hayati dapat
memenuhi kebutuhan unsur hara yang
diperlukan tanaman cabe keriting dan juga
diserap serta dimanfaatkan dengan baik oleh
tanaman. Unsur N yang terkandung dalam
pupuk berperan dalam penyusun protein,
sedangkan unsur P yang terkandung didalam
pupuk hayati juga berperan dalam
pembentukkan bunga dan buah, dan unsur K
yang berperan dalam pembentukkan
karbohidrat dan gula yang berfungsi untuk
membuat kualitas bunga dan buah yang
dihasilkan akan lebih baik (Rosmarkan dan
Yuwono, 2002).
Fosfor (P) merupakan unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah yang besar (hara
makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih
kecil dibandingkan nitrogen dan kalium.
Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci
kehidupan. Unsur fosfor ditanah berasal dari
bahan organik, pupuk buatan dan mineral-
mineral di dalam tanah. Tanaman menyerap
fosfor dalam bentuk ion ortofosfat H
2
PO
4
)
dan ion ortofosfat sekunder (HPO
4
) menurut
19
ZIRAAAH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 12-19 ISSN 1412-1468


Thomson (1982) dalam Rosmarkan dan
Yuwono (2002), bahwa kemungkinan unsur P
diserap dalam bentuk senyawa organik yang
larut dalam air, misalnya asam nukleat dan
phitin. Fosfor berfungsi untuk pembelahan sel
pewmbentukan albumin, pembentukan bunga,
buah dan biji. Selain itu fosfor juga berfungsi
mempercepat pematangan buah, memperkuat
batang untuk perkembangan akar dan
memperbaiki kualitas tanaman.Wilayah tanah
yang bersinggungan langsung dengan akar,
jaraknya 1-4 mm tempat kegiatan mikrobia.
Eksodut organik dari akar merupakan
cadangan makanan. Suasana pH risosfer dan
aktivitas mikrobia mempengaruhi
ketersediaan unsur hara melalui proses
pelarutan dan khelasi, pH lebih rendah dan
adanya asam organik meningkatkan
kelarutan. Akar dan mikrobia dirisosfer dapat
menghasilkan khelasi, akar dan aktivitas
mikrobia juga menurunkan redoks potensial
sehingga meningkatkan ketersediaan hara.
Berdasarkan hasil penelitian pada
variabel tinggi, jumlah cabang produktif,
jumlah buah dan berat buah pertanaman
mengalami pertumbuhan dan hasil yang baik
dengan aplikasi pupuk hayati menunjukkan
bahwa tanaman cabe keriting dapat
dibudidayakan dilahan rawa lebak.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Aplikasi pupuk hayati diketahui
memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabe
keriting dilahan rawa lebak.
2. Perlakuan pupuk hayati dosis 4 cc.l
-1

merupakan perlakuan terbaik terhadap
variabel pertumbuhan dan hasil tanaman
cabe keriting dilahan rawa lebak.








Saran
Penggunaan pupuk hayati untuk
budidaya tanaman pada lahan rawa lebak
merupakan salah satu alternatif yang dapat
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman.
PT Rineka Cipta. Jakarta.

Lingga, P. 2007. Petunjuk Penggunaan
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.A. 2002.
Ilmu Kesuburan Tanah. Angkasa.
Kanisius. Yogyakarta.

Saleh, M dan E. William. 2006. Evaluasi
fenotipik, heritabilitas dan korelasi
antara Komponen hasil dengan hasil
cabai merah Di lahan rawa lebak.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Teknologi dan Pengembangan Terpadu
Lahan Rawa 2006. Ballitra. Banjarbaru.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik.
Kanisius. Yogyakarta.

Wahyu T. B. 2008. Budidaya dan Bisnis
Cabai. Agromedia. Jakarta.

Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman
Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan
Resistensi Alam Tanaman. Prestasi
Pustaka. Jakarta.

You might also like