You are on page 1of 7

1. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahannya?

Jawab :
Penatalaksanaan :
10 langkah Tatalaksana Anak Gizi buruk














- Langkah I: Mencegah & mengatasi hipoglikemia
Keadaan dimana kadar glukosa sangat rendah ( < 54mg/dl)
Anak letargis, nadi lemah dan kehilangan kesadaran
Gejala keringat & pucat jarang dijumpai pd anak gizi buruk
menyebabkan kematian, dengan tanda hanya mengantuk
Tindakan:
Sadar: segera berikan larutan glukosa atau gula pasir (10%) secara oral/NGT
(bolus) 50 ml
Tidak sadar/letargis: segera berikan larutan glukosa 10% secara iv (bolus) 5 ml x
kg BB, dilanjutkan larutan glukosa/ gula pasir(10%) secara oral/NGT (bolus) 50
ml
Renjatan/shock: segera berikan IV: RL & Dextrosa/glukosa 10% perbandingan 1:
1(RLG 5%) : 5 tts / menit / kg BB 1 jam pertama Larutan glukosa 10% secara
iv (bolus) 5ml x kg BB

- Langkah 2: Mencegah & mengatasi hipotermia
Keadaan dimana suhu aksiler < 36,5oC
Cadangan energi terbatas, sehingga anak tidak mampu mempertahankan suhu
tubuh.
Tindakan:
Menghangatkan tubuh: selimut mencegah udara
Tidak dianjurkan memakai air panas dalam botol

- Langkah 3: Mencegah & mengatasi dehidrasi
Tubuh lemah, letargis, kaki tangan dingin, nadi cepat & lemah
Penyebab renjatan: diare, perdarahan, sepsis
Tindakan:
Memberikan cairan RLG 5% atau lar. Resomal (oralit & mineral mix): IV atau
oral/NGT sesuai kondisi anak

- Langkah 4: Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Terjadinya edema atau dehidrasi
Tindakan:
Pada edema: jangan diberikan diuretik
Pada diare pemberian Na dan K, Mg, Zn, Cu

- Langkah 5: Mengobati infeksi
Diare, ISPA/pneumonia, parasit/cacing, TBC, malaria
Dermatosis dan infeksi lain
Tindakan:
Langsung berikan: cotrimaksasole
Renjatan: Gentamicin, ampicilin
Tidak ada perbaikan kloramphenicol
infeksi lain: antibiotik yang sesuai

- Langkah 6: Memperbaiki kurang zat gizi mikro
2 mg pertama tanpa Fe, selanjutnya berikan Fe
Berikan vitamin A dosis tinggi (100.000 IU & 200.000 IU)
Berikan Vitamin C, Asam Folat dan vitamin lain
Mineral : mineral mix (K, Na, Zn, Mg, Cu)

- Langkah 7: Memberikan makanan untuk fase stabilisasi dan transisi
energi : 80 100 Kkal/kg bb/hr, protein: 1 1,5 g/kgBB/hr, cairan : 130
ml/kgBB/hr (edema: 100 ml/kgBB/hr)
porsi makan kecil dan frekuensi sering
Hipoosmolar, rendah laktosa dan serat
F-75, modisco : fase stabilisasi
energi : 100 150 Kkal/kg bb/hr, protein: 2 13 g/kgBB/hr, cairan : 150
ml/kgBB/hr
F- 100, modisco I atau II: fase transisi
ASI teruskan sampai usia 2 tahun

- Langkah 8: Memberikan makanan untuk fase rehabilitasi
energi : 150 220 Kkal/kg bb/hr, protein: 3 4 g/kgBB/hr, cairan : 150 - 200
ml/kgBB/hr
makanan padat
F-135, modisco lll dan mulai menu makan biasa
ASI teruskan sampai usia 2 tahun

PERAWATAN AWAL
PADA FASE
STABILISASI
PERAWATAN
LANJUTAN
PADA FASE
STABILISASI
PERAWATAN
PADA FASE
TRANSISI
PERAWATAN
PADA FASE
REHABILITASI
- Langkah 9: Stimulasi untuk tumbuh kembang
Anak gizi buruk mengalami keterlambatan perkembangan mental:
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain, dan sebagainya)

- Langkah 10: Persiapan tindak lanjut dirumah
anak sembuh : gejala klinik tidak ada & BB/TB < - 2 SD
Peragakan pada orang tua:
pemberian makan yang lebih sering dengan kandungan energi dan zat gizi yg
lebih padat
Terapi bermain terstruktur
kontrol kembali : bln I; 1 x/mg, bln ll; 1 x/2 mg, bln lll; 1x/bln
Bisa dirujuk ke puskesmas/posyandu
pemeberian imunisasi dasar & booster
Vitamin A setiap 6 bulan
ASI teruskan sampai usia 2 tahun
Tindakan pada anak gizi buruk











1) Fase Stabilisasi (fase awal)
- Segera berikan 50 ml glukosa/larutan gula pasir 10% oral
- Catat nadi, pernafasan dan kesadaran
2 jam pertama :
- Berikan F-75 setiap 30 menit, 1/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai berat
- Catat nadi, pernafasan, kesadaran dan asupan F-75 setiap 30 menit
10 jam berikutnya :
- Teruskan pemberian F-75 setiap 2 jam
- Catat nadi, frekuensi nafas dan asupan F75
Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian menjadi setiap 3
jam
Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian menjadi setiap 4 jam,
Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75
2) Fase transisi
Pada Tahap Akhir Fase Stabilisasi Bila setiap dosis F-75 yang diberikan dengan
interval 4 jam dapat dihabiskan, maka:
- F-75 diganti dengan F-100, diberikan setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB
dipertahankan selama 2 hari.
- Ukur dan catat nadi, pernafasan dan asupan F-100 setiap 4 jam
- Pada hari ke 3, mulai diberikan F-100 dengan dosis sesuai BB Pada 4 jam
berikutnya, dosisnya dinaikkan 10 ml, hingga anak tidak mampu menghabiskan
jumlah yang diberikan, dengan catatan tidak melebihi dosis maksimal dalam tabel
F-100.
- Pada hari ke 4 diberikan F-100 setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB berkisar
antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan ketentuan tidak boleh
melampaui dosis maksimal dalam tabel F-100. Pemberian F-100 dengan dosis
seperti ini dipertahankan sampai hari ke 7 - 14 (hari terakhir fase transisi) sesuai
kondisi anak. Selanjutnya memasuki fase rehabilitasi dengan menggunakan F-100
dan makanan padat sesuai dengan BB anak.

3) Fase Rehabilitasi
Setelah pulang dari rumah sakit
- Bila BB < 7 kg Berikan F-100 ditambah dengan makanan bayi/ lumat dan sari
buah. Dan Bila BB > 7 kg Berikan F-100 ditambah dengan makanan anak/ lumat
serta buah
- Terus berikan makanan tahap rehabilitasi ini sampai tercapai : BB/TB-PB > -2 SD
Standar WHO 2005 (kriteria sembuh).

4) Fase Tindak Lanjut
Bila gejala klinis dan BB/TB-PB >-2 SD, dapat dikatakan anak sembuh. Pola
pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah
penderita dipulangkan
Berikan contoh kepada Orang Tua :
- Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang
padat, sesuai dengan umur berat badan anak.
- Terapi bermain terstruktur
Sarankan :
- Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak.
- Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur :
- Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
- Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1) Jangan berikan Fe sebelum minggu ke-2 (Fe diberikan pada fase stabilisasi)
2) Jangan berikan cairan intra vena kecuali syok atau dehidrasi berat
3) Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
4) Jangan berikan diuretic pada penderita kwashiorkor

Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak yaitu :
- Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
- Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya : untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
- Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
- Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
- Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan
dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.







Sumber : Husada, Bakti. 2011. Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Cet-6. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
http://www.scribd.com/doc/58095099/22/Malnutrisi

You might also like