You are on page 1of 19

TRAUMA TERMAL : LUKA BAKAR

PENDAHULUAN
Luka bakar adalah respon kulit atau jaringan subkutan terhadap trauma termal.
1
Terdapat sekitar 4000 kematian akibat api tiap tahunnya di Amerika Serikat.
Sekitar 90 % terjadi di rumah dan disebabkan oleh rokok, korslet kabel listrik,
salah pemakaian penghangat, permainan anak anak, atau pakaian yang terbakar
api.
!
Luka bakar memengaruhi berbagai aspek keseluruhan pasien, baik se"ara #isik
mau pun psikis.
$
%orban luka bakar membutuhkan berbagai aspek manajemen
ga&at darurat termasuk resusitasi, pera&atan luka, hypermetabolism and the
systemic inflammatory response syndrome (SIRS), sepsis, dan sindrom dis#ungsi
organ multiple.
4
Luka bakar dangkal dan ringan 'super#i"ial( &alau "ukup
membuat kita merasakan pengalaman sakit yang hebat, dapat sembuh dengan
"epat dan tidak menimbulkan jaringan parut. )amun apabila luka bakarnya dalam
dan luas, maka penanganan memerlukan pera&atan di #asilitas yang lengkap
dengan strategi manajemen multidisiplin baik #isik maupun psikis.
$
*i Amerika kurang lebih 1,+ juta penduduknya memerlukan pertolongan
medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. ,0.000
diantaranya dira&at di rumah sakit dengan total kerugian men"apai ! miliar
dolar.
4
Luka bakar juga menjadi masalah di )egara berkembang. Lebih dari ! juta
korban luka bakar mun"ul tiap tahunnya di -ndia 'populasi +00 juta ji&a(.
.ortalitas di )egara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara maju.
.isalnya, )epal mengalami sekitar 1/00 kematian akibat luka bakar tiap
tahunnya dengan populasi !0 juta ji&a, sehingga rasio kematian 1/ kali lebih
banyak dari -nggris.
$
DEFINISI
Luka bakar adalah jenis luka 'kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan( yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu yang tinggi, sumber listrik, bahan
1
kimia&i, "ahaya, radiasi, dan #riksi. %erusakan yang terjadi tergantung dari tinggi
suhu, lama kontak, dan luas kontak. Luka lepuh adalah akibat "airan 0uap panas
dari "aiaran dengan temperatur titik didih atau hampir men"apai titik didih, serta
akibat bentuk gas dari suatu "airan.
1,+, 1
KARAKTERISTIK
2ada kebakaran yang hebat, apakah di dalam gedung atau yang terjadi pada
ke"elakaan mobil yang terbakar, sering terlihat bah&a keadaan tubuh korban yang
terbakar sering tidak men"erminkan kondisi saat matinya. 3erikut keadaan umum
yang ditemukan pada mayat dengan luka bakar.
/
a. Skin split
%ontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya kulit dari
epidermis dan korium yang sering menyebabkan arte#ak yang menyerupai luka
sayat dan sering disalah artikan sebagai kekerasan tajam. Arte#ak postmortem
ini dapat mudah dibedakan dengan kekerasan tajam antemortem oleh karena
tidak adanya perdarahan dan lokasinya yang ber4ariasi disembarang tempat.
%adang5kadang dapat terlihat pembuluh darah yang intak yang menyilang pada
kulit yang terbelah.
/

6ambar 1. Skin split dikutip dari kepustakaan /
b. Abdominal &all destru"tion
%ebakaran partial dari dinding abdomen bagian depan akan menyebabkan
keluarnya sebagian dari jaringan usus melalui de#ek yang terjadi ini. 3iasanya
ini terjadi tanpa perdarahan, apakah perdarahan yang terletak diluar atau
didalam rongga abdomen.
/
!
6ambar !. Skin split menyebabkan organ dalam men"uat ke luar dikutip dari
kepustakaan /
". Skull #ra"tures
3ila kepala terpapar "ukup lama dengan panas dapat menyebabkan
pembentukan uap didalam rongga kepala yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan
terpisahnya sutura5sutura dari tulang tengkorak. 2ada luka bakar yang hebat
dan kepala sudah menjadi arang atau hangus terbakar dapat terlihat arte#ak
#raktur tulang tengkorak yang berupa #raktur linear. *isini tidak penah diikuti
oleh kontusio serebri, subdural atau subara"hnoid.
/

6ambar $. Skull #ra"ture dikutip dari kepustakaan /
d. 2seudo epidural hemorrhage
%eadaan umum yang biasanya terdapat pada korban yang hangus terbakar dan
kepala yang sudah menjadi arang adalah pseudo epidural hemorrhage atau
$
epidural hematom postmortem. 7ntuk membedakan dengan epidural hematom
antemortem tidak sulit oleh karena pseudo epidural hematom biasanya
ber&arna "oklat, mempunyai bentukan seperti honey "omb appearan"e, rapuh
tipis dan se"ara tipikal terletak pada daerah #rontal, parietal, temporal dan
beberapa kasus dapat meluas sampai ke oksipital.
/

6ambar 4. 2esudo epidural hemorrhage dikutip dari kepustakaan /
e. )on5"ranial #ra"tures
Arte#ak berupa #raktur pada tulang5tulang ekstremitas juga sering ditemukan
pada korban yang mengalami karbonisasi oleh karena tereksposure terlalu lama
dengan api dan asap. Tulang tulang yang terbakar mempunyai &arna abu5abu
keputihan dan sering menunjukan #raktur kortikal pada permukaannya. Tulang
ini biasanya han"ur bila dipegang sehingga memudahkan trauma postmortem
pada &aktu transportasi ke kamar mayat atau selama usaha memadamkan api.
.ayat sering diba&a tanpa tangan dan kaki, dan mereka sudah tidak dikenali
lagi di T%2 karena sudah mengalami #ragmentasi.
/

6ambar +. 8raktur termal dikutip dari kepustakaan /
4
#. 2ugilisti" 2osture
2ada mayat yang hangus terbakar, tubuh akan mengambil posisi 9pugilisti":.
%oagulasi dari otot5otot oleh karena panas akan menyebabkan kontraksi
serabut otot otot #leksor dan mengakibatkan ekstremitas atas mengambil sikap
seperti posisi seorang bo;er dengan tangan terangkat didepannya, paha dan
lutut yang juga #leksi sebagian atau seluruhnya. 2osisi 9pugilisti": ini tidak
berhubungan apakah indi4idu itu terbakar pada &aktu hidup atau sesudah
kematian. 9pugilisti": attitude atau heat rigor ini akan hilang bersama dengan
timbulnya pembusukan.
/

6ambar 1. Pugilistic Posture dikutip dari kepustakaan /
KLASIFIKASI
Bedasarkan Mekanisme Terjadinya
3erikut beberapa mekanisme terjadinya trauma termal yang mengakibatkan luka
bakar<
Scald burns < .erupakan penyebab paling umum dari luka bakar, utamanya
pada anak anak. Scald dapat melibatkan berbagai jenis =at, utamanya "airan,
minyak, dan aspal. .ekanisme terjadinya misalnya tumpahan, luapan,
terendam, dan sebagainya. .ekanisme ini dapat memperkirakan kedalaman
luka. %ulit dapat menahan suhu hingga 104>8 '40>?( dalam jangka &aktu
tertentu sebelum menimbulkan luka. Air mendidih '!10>8099>?( atau sup
+
panas '1405!10>8010599>?( biasanya menyebabkan luka bakar yang dalam.
Luka bakar scald dengan minyak sangat panas, dengan suhu berkisar antara
$+0 5 400>8 '1// 5 !04>?(. @al ini menyebabkan luka bakar yang sangat dalam
yang biasanya membutuhkan pera&atan bedah. Luka bakar mun"ul pada kulit
yang terkena, sehingga perbedaan satu lapis pakaian dapat menghasilkan luka
bakar dengan kedalaman yang berbeda.
!,$,4,,
Flame burns< merupakan penyebab kedua terbanyak dari luka bakar, utamanya
pada orang de&asa. Terdapat kontak nyata dari kulit dan api yang
menghanguskan kulit hingga menghitam.
!,$,4
Contact burns< disebabkan oleh kontak langsung dengan objek objek atau
benda benda dengan temperatur tinggi, seperti metal, plastik, atau ka"a. Luka
bakar yang terjadi biasnya sangat dalam namun terbatas pada area tertentu.
!,$,4
Kedalaman Luka Bakar
Tingkat keparahan luka bakar tiap indi4idu masing masing bergantung pada <
Luas area yang terbakar
7sia korban
Adanya trauma inhalasi
!
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi '1( rule
of nine, '!( Lund and Browder, dan '$( hand palm. 7kuran luka bakar ditentukan
dengan presentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari
perhitungan ber4ariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman
seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
!
.etode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 19405an sebagai suatu
alat pengkajian yang "epat untuk menentukan perkiraan ukuran 0 luas luka bakar.
*asar dari metode ini adalah bah&a tubuh di bagi kedalam bagian5bagian
anatomik, dimana setiap bagian me&akili 9 % ke"uali daerah genitalia 1 %.
!
1
6ambar /. Aalla"e Bule o# )ine dikutip dari kepustakaan $
6ambar ,. Lund and 3ro&der ?hart dikutip dari kepustakaan $
/
%lasi#ikasi kedalaman luka bakar pada lapisan kulit, yaitu<
*erajat 1 'luka super#isial( < .engenai lapisan epidermis. Terdapat erythema
'kemerahan( dan nyeri.
4
Se"ara mikroskopis, terdapat dilatasi pembuluh darah
di dermis. Cpidermis intak, namun terdapat beberapa kerusakan sel. Luka bakar
derajat 1 dapat disebabkan oleh paparan berkepanjangan dari panas atau "ahaya
intensitas rendah 'misal < sunburn(, atau paparan jangka pendek dari panas atau
"ahaya berintensitas tinggi.
!
*erajat ! 'Partial thicness( < han"urnya epidermis dan trauma pada dermis
'tidak mele&ati subkutan(. Luka tampak basah, merah, sangat nyeri, dan
terdapat blister. Luka dibagi dalam super#isial, moderate, dan dalam. 2ada luka
super#isial, terdapat kerusakan stratum granulosum dan korneum, dengan
lapisan dasar tidak rusak total dan edema pada dermal epidermal jun"tion.
Luka sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. 2ada luka dalam, terdapat
gangguan total pada epidermis dan dektruksi pada sebagian besar lapisan dasar.
.ungkin terdapat blister! 3agian epidermis lain 'kelenjar keringat dan rambut(
masih ada dan menjadi sumber regenerasi epidermis. Luka bakar derajat !
sembuh tanpa meninggalkan bekas luka.
!,4
*erajat $ 'Full "hicness) < kerusakan luas meliputi seluruh lapisan dermis.
Terdapat nekrosis koagulati# pada epidermis dan dermis dengan destruksi
bagian bagian dermis. *ari luar, lesi tampak, kering, putih, dan kasar. Tidak
terdapat blister. Lesi dapat pula "oklat atau hitam karena #ormasi arang. %ulit
tidak nyeri dengan sentuhan ringan. Luka ini sembuh meninggalkan bekas
luka.
!,4
*erajat 4 'Full "hicness#) < meliputi jaringan subkutan dasar, #asia, otot,
tendo, dan tulang. tampak karbonisasi. Sulit menentukan tepatnya kedalaman
luka hingga di ruang operasi. *ibutuhkan eksisi lengkap untuk jaringan yang
masih hidup. Sering membutuhkan amputasi segera.
1,!,4
,
PATOFISIOLOGI (RESPON TUBUH)
Respon Lokal
Terdapat tiga =ona konsentris untuk trauma jaringan yang mun"ul setelah luka
bakar derajat $, yaitu koagulasi, stasis, dan hyperemia. *aerah yang kontak
langsung dengan sumber panas adalah =ona koagulasi, tampak sebagai daerah
nekrosis koagulati# yang ire4ersibel. Area terlihat putih, seperti kulit, atau arang.
Area yang mengelilingi daerah ini yaitu =one stasis dan tampak berupa per#usi
jaringan lebam. *aerah ini terluka, namun tidak han"ur, tampak seperti penumbra
iskemikD oleh karena itu, penting untuk men"egah hipotensi, in#eksi, dan edema
untuk meyakinkan bah&a area ini tidak kurang menerima aliran darah dan
berkembang menjadi kehilangan jaringan seutuhnya. *aerah di luar hyperemia
telah meningkatkan per#usi jaringan untuk pelepasan lokal mediator in#lamasi,
menghasilkan penampakan yang merah dan hiepremis. Area ini biasanya sembuh,
bila tidak ada trauma lanjutan yang terjadi. %etiga =ona tersebut merupakan area
tiga dimensi dan kehilangan jaringan di =ona stasis akan menjadikan luka lebih
luas dan lebar.
$,4
6ambar 9. Burns $one dikutip dari kepustakaan
$
Respon Sistemik
Cardio%ascular changes&Segera setelah luka bakar, dilepaskan substansi
4asoakti# 'katekolamin, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin( dari
jaringan yang mengalmi injuri. Substansi5substansi ini menyebabkan
meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes kedalam sekitar
9
jaringan. Trauma panas yang se"ara langsung mengenai pembuluh akan lebih
meningkatkan permeabilitas kapiler. Trauma yang langsung mengenai membran
sel menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Se"ara keseluruhan
akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya
"airan intraseluler dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut
menyebabkan kekurangan 4olume "airan intra4askuler. Luka bakar yang luas
menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun
jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi 4olume
darah intra4askuler. *enyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan
"ate"holamine dan terjadinya hipo4olemia relati#, yang menga&ali turunnya
cardiac output. %adar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi
dari pengeluaran "airan intra4askuler. *isamping itu pengeluaran "airan se"ara
e4aporasi melalui luka terjadi 45!0 kali lebih besar dari normal. Sedangkan
pengeluaran "airan yang normal pada orang de&asa dengan suhu tubuh normal
perhari adalah $+0 ml. %eadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada per#usi
organ. Eika ruang intra4askuler tidak diisi kembali dengan "airan intra4ena maka
syok hipo4olemik dan an"aman kematian bagi penderita luka bakar yang luas
dapat terjadi. %urang lebih 1,5$1 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler
menurun, tetapi tidak men"apai keadaan normal sampai ! atau $ minggu setelah
trauma. Cardiac output kembali normal dan kemudian meningkat untuk
memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira5kira !4 jam setelah luka bakar.
2erubahan pada "ardia" output ini terjadi sebelum kadar 4olume sirkulasi
intra4ena kembali menjadi normal. 2ada a&alnya terjadi kenaikan hematokrit
yang kemudian menurun sampai di ba&ah normal dalam $54 hari setelah luka
bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada &aktu
injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi "airan edema dan diuresis "airan dalam !5$
minggu berikutnya.
$
Respiratory changes&.ediator in#lamasi menyebabkan bronkokontriksi , dan
pada luka bakar berat sindrom distres perna#asan dapat mun"ul.
$
'etabolic changes&Basio metabolism basal meningkat hingga tiga kali normal.
@al ini disertai dengan hipoper#usi splanchnic, mengharuskan enteral #eeding
10
segera dan agresi# untuk menurunkan katabolisme dan mempertahankan integritas
usus.
$
Immunological changes&8ungsi sistem imun mengalami penurunan. 2enurunan
pada akti4itas lym#osit, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi
akti4itas komplemen dan perubahan0gangguan pada #ungsi neutropil dan
ma"rophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
2erubahan5perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya in#eksi dan sepsis yang
mengan"am kelangsungan hidup klien.
$
PENYEBAB KEMATIAN
2ada kematian yang terjadi segera, e#ek dekstrukti# yang sebenarnya, as#iksia,
syok yang disebabkan nyeri, inhalasi udara panas yang membakar saluran
respirasi, kera"unan karbonmonoksida, dan e#ek dari gas mematikan lain,
semuanya dapat menjadi penyebab atau berkontribusi pada kematian.
,
2ada kematian yang tertunda, dehidrasi dan gangguan elektrolit yang
disebabkan kehilangan plasma pada daerah yang terbakar merupakan penyebab
a&al. Selanjutnya, kegagalan ginjal, toksemia yang disebabkan oleh =at yang
terserap pada daerah yang terbakar, dan in#eksi dari luka bakar yang luas dapat
menjadi penyebab.
,

9Luka bakar yang mematikan: jarang digunakan sebagai diagnosis pasti pada
korban kebakaran rumah. 2enyebab kematian utama yang paling sering adalah
inhalasi asap, termasuk kera"unan karbonmonoksida dan banyak =at bera"un lain,
seperti sianida, nitrogen oksida, #osgen, dan lain5lain. %ebanyakan =at ra"un ini
terbentuk dari pembakaran perabot dan kain, plastik tertentu, seperti polipropilen,
poli4inyl, dan lain5lain, yang melepaskan spektrum gas ra"un yang luas saat
terbakar. @ipoksia adalah #aktor lain yang berperan pada kematian akibat
kebakaran, sebagaimana karbonmonoksida terbentuk akibat insu#isiensi oksigen
yang tersedia untuk oksidasi lengkap menjadi karbondioksida pada material yang
mudah terbakar. .eskipun, hampir tidak mungkin untuk mengidenti#ikasi elemen
hipoksik didasarkan pada banyaknya gas bera"un.
,
11
.ekanisme yang menyebabkan kematian pada luka bakar, bila akut, kematian
biasanya merupakan akibat dari syok terbakar. 3ila terjadi hari dan minggu
berikutnya, penyebab utama kematian adalah in#eksi. %ematian yang tertunda
sesekali dapat terjadi dari bekas luka yang kemudian menjadi ganas.
9
3eberapa mekanisme pada luka bakar yang menyebabkan kematian,yaitu<
9

F Syok akibat terbakar
F -n#eksi
> 2neumonia
> Septikemia
> Sindrom syok toksik
F Cmboli paru5paru
F 7lserasi lambung
F 6agal ginjal akut
F Luka terkait keganasan
Syok Akibat Terbakar
Syok akibat terbakar ini menggambarkan kegagalan sirkulasi hipo4olemik
yang terjadi dengan "epat yang terlihat dalam /! jam pertama setelah luka bakar.
2erubahan #isiologis yang menyebabkan syok ini terjadi se"ara kompleks.
2embakaran kulit diikuti oleh hipo4olemia, "urah jantung rendah,
hipoproteinemia, hiponatremia, dan peningkatan hematokrit. Syok akibat terbakar
adalah akibat dari hipo4olemia dan e#ek dari sitokin dan mediator in#lamasi
lainnya. @ipo4olemia sendiri merupakan hasil dari kombinasi antara edema
interstisial masi#, edema intraseluler akibat penurunan umum dari #ungsi sel, dan
penguapan dari bagian yang terbakar. %ulit de&asa normal kehilangan kurang dari
40 ml air setiap jam, tetapi dengan luka bakar yang luas kehilangan dapat
meningkat menjadi $00 ml0jam. Cdema interstisial merupakan hasil dari
4asodilatasi, peningkatan permeabilitas mikro4askuler dan peningkatan akti4itas
osmotik ekstra4askuler di sekitar jaringan terbakar. 2un"ak edema biasanya
terjadi dalam 1 sampai $ jam.
9
Terjadi penurunan jumlah yang besar pada "urah jantung yang terjadi beberapa
menit setelah "edera, sebagian besar diakibatkan hipo4olemia, namun "urah
1!
jantung ini tidak kembali normal hingga 1! sampai !4 jam setelah luka bakar,
bahkan dengan resusitasi "airan yang "epat dan e#ekti#. Situasi ini tidak hanya
disebabkan oleh hilangnya "airan, tetapi juga diakibatkan e#ek dari sitokin dan
mediator in#lamasi lainnya. 2enyebab langsung kematian pada kasus5kasus
tersebut sering diakibatkan kegagalan multi organ.
9
Saat ini, penyebab utama kematian di rumah sakit pada korban luka bakar
adalah in#eksi. 2enyebab menular paling umum pada indi4idu yang dapat
menyebabkan kematian adalah pneumonia. -n#eksi biasanya berasal dari udara
dan jarang se"ara hematogen dari in#eksi luka. Septikemia merupakan penyebab
umum kematian dan memiliki resiko mortalitas tinggi pada pasien luka bakar. -ni
biasanya terjadi sekunder dari in#eksi pada daerah luka bakar, tetapi mungkin
sekunder dari sumber in#eksi lain, seperti pneumonia dan jaringan intra4askular.
%ulit yang terbakar menyebabkan imunosupresi umum, dan protein yang
didenaturasi dalam jaringan luka bakar menghasilkan substrat yang baik untuk
pertumbuhan mikroba. A4askulerisasi relati# merupakan konsekuensi dari
trombosis termal yang selanjutnya dapat mendukung terjadinya in#eksi. Tidak
mengherankan, risiko in#eksi luka bakar adalah sebanding dengan luas daerah
terbakar.
9

Luka bakar derajat $ biasanya ditumbuhi oleh bakteri dalam beberapa hari,
oleh organisme 6ram5positi# pada minggu pertama dan organisme 6ram5negati#
setelahnya. Sebagian besar episode septikemia terjadi antara 1 sampai 10 hari
setelah luka bakar. Luka in#eksi oleh organisme tertentu seperti Strepto"o""us
pyogenes atau 2seudomonas aeruginosa atau kolonisasi yang berat pada luka
bakar menyebabkannya rentan terhadap sepsis, dimana organisme se"ara in4asi#
menyerang jaringan hidup yang berdekatan dengan luka. Eamur merupakan
penyebab paling umum dari in#eksi in4asi# pada luka bakar. Septikemia dan
mortalitas yang tinggi terkait dengan in4asi jaringan hidup oleh mikroorganisme,
bukan kolonisasi pada jaringan mati. Sindrom syok toksik dapat diakibatkan
in#eksi oleh Staphylococcus aureus tipe !90+!.
9
Seperti pada korban trauma lainnya, kematian dini lain, dapat terjadi sebagai
hasil komplikasi dari trauma, seperti emboli paru atau perdarahan dari ulserasi
1$
lambung yang GstresG. %ematian juga bisa terjadi akibat gagal ginjal, baik sebagai
akibat dari hypo4olemia atau septikemia. 2erubahan patologis yang terjadi pada
gagal ginjal setelah luka bakar adalah akut tubular nekrosis. Bhabdomyolysis
sebagai akibat dari konstriksi otot rangka dengan melapisi jaringan yang terbakar
memberikan kontribusi untuk gagal ginjal dalam beberapa kasus.
9
Luka yang tidak diobati atau tidak sembuh dapat menyebabkan ulserasi kronis,
yang memiliki risiko menjadi ganas, yang disebut ulser .arjolin. %ebanyakan
bekas luka bakar ganas merupakan karsinoma sel skuamosa, tetapi beberapa
keganasan epitel lain dan sarkoma sesekali telah dilaporkan. Sedangkan, aborsi
spontan merupakan konsekuensi kemungkinan luka bakar yang luas pada
trimester pertama dan kemungkinan persalinan prematur di trimester ketiga.
9

PEMERIKSAAN (TANDA INTRAVITAL DAN POST MORTEM)
.erupakan hal yang sulit, bahkan mustahil untuk membedakan luka bakar
antemortem dari postmortem, terutama dengan adanya kerusakan yang terjadi.
2emeriksaan mikroskopis pun kurang membantu, ke"uali bila korban hidup "ukup
lama untuk membentuk reaksi in#lamasi. Luka bakar antemortem biasanya luas,
dengan batas kemerahan dan terdapat lepuhan, baik pada daerah yang terbakar
maupun pada tepi luka. .eskipun demikian, berbeda dengan buku teks lama,
tidak diragukan bah&a panas yang diberikan pada mayat baru 'setidaknya 10
menit setelah henti jantung( masih dapat mengakibatkan eritema.
!,,

Lepuhan lebih sering terbentuk postmortem, meskipun biasanya lepuhan
tersebut tidak memiliki dasar ataupun batas merah. Euga dijelaskan bah&a lepuhan
yang terjadi antemortem mengandung "airan berprotein tinggi, dimana 4esikel
postmortem memiliki "airan yang lebih jernih, namun hal ini jarang dapat
dibedakan dalam prakteknya.
,
*ahulu adanya tepi merah pada luka bakar telah dianggap sebagai bukti reaksi
penting. )amun, tepi merah juga sering terlihat di sekitar luka bakar postmortem,
sehingga perbedaan ini tidak dapat digunakan. Lepuhan biasanya merupakan
bagian dari luka bakar antemortem tetapi juga dapat terbentuk setelah kematian, di
mana mereka "enderung pu"at, kuning, dan tidak memiliki dasar merah.
14
2emeriksaan histologi untuk bukti reaksi in#lamasi dapat dilakukan dan mungkin
berman#aat. Critema kulit ditandai dengan kapiler membesar, kadang5kadang sel5
sel epidermis nekrotik, kondensasi kromatin nukleus, pembengkakan inti sel
epidermis, dan edema dari jaringan ikat subepidermal. Luka bakar derajat pertama
menunjukkan nekrosis epidermal, pembentukan lepuhan subepidermal, dan
adanya sel in#lamasi peri4askular. )ekrosis koagulati# pada dermis dapat terlihat
dengan luka bakar yang lebih dalam. Cpidermis utuh yang berdekatan
menunjukkan adanya pemanjangan sel dan inti sel. Setelah 1 sampai , jam,
in#iltrasi leukosit jelas terlihat, namun dalam beberapa kasus mungkin ada
penundaan lebih dari 11 jam. Sehingga tidak adanya reaksi jaringan tidak berarti
bah&a luka bakar adalah postmortem.
9
Tanda umum pada tubuh yang terbakar dengan adanya hangus pada kepala
adalah adanya epidural hematoma postmortem. Seharusnya tidak ada kesulitan
dalam membedakan ini dari epidural hematoma antemortem. Cpidural hematoma
postmortem ber&arna "oklat dan terlihat rapuh atau menyerupai sarang lebah.
3entuknya besar, "ukup tebal 'hingga 1,+ "m(, dan biasanya terjadi pada daerah
#rontal, parietal, dan daerah temporal, dalam beberapa kasus dengan perluasan ke
daerah oksipital.
!

%etika tengkorak terpapar dengan panas yang mendidihkan, darah keluar dari
ruang dalam tengkorak dan sinus 4enosus dan terkumpul dalam lapisan tipis
antara duramater dan tengkorak. -ni yang disebut heat hematoma. *arah dari heat
hematoma memiliki konsistensi seperti busa, ber&arna "oklat, tipis, dan bilateral.
berbeda dengan hematoma ekstradurasl sejati yang lokal unilateral, tebal, dan
biasanya temporal hematoma dengan darah &arna gelap juga terlihat. @ematoma
subdural bukan merupakan akibat dari trauma panas. (eat hematoma mungkin
atau mungkin juga tidak berhubungan dengan #raktur tengkorak terkait panas.
*uramater mungkin terpisah disebabkan adanya herniasi otak yang dilapisinya,
akibat serangan panas yang tajam. Htak sendiri biasanya menyusut, memadat, dan
ber&arna kuning hingga "oklat. perdarahan Saat ini, perdarahan arti#aktual telah
dilaporkan di otak, sebagaimana air mata dalam bagian putih otak pada indi4idu
yang diyakini mati pada a&al kebakaran.
9
1+
Apabila didapatkan adanya karboksihemoglobin dalam darah peri#er, maka
akan didapatkan pula pada hematoma panas palsu. )amun hematoma ekstradural
sejati yang disebabkan oleh trauma sebelum kebakaran terjadi, maka darah
tersebut tidak akan mengandung karboksihemoglobin dengan jumlah yang
bermakna, dimana dapat menjadi tes yang berguna bagi ahli patologis.
,
IDENTIFIKASI KORBAN
2ada tubuh yang diselamatkan, apabila ditutupi oleh jelaga dan tidak terbakar
parah, jelaga dapat dibersihkan untuk memungkinkan pengenalan 4isual dari
&ajah dan #itur eksternal lainnya. 2akaian dan barang pribadi, jika tidak terbakar,
dapat membantu dalam identi#ikasi. Earingan yang hangus dapat mengaburkan
identi#ikasi pada #itur eksternal. 3erkurangnya tinggi badan disebabkan adanya
kontraksi panas mengindikasikan bah&a #itur ini tidak akurat untuk identi#ikasi.
2erubahan &arna rambut juga dapat mempengaruhi identi#ikasi. .enurut
pengamatan Spit)* rambut keabuan akan berubah menjadi pirang pada suhu sekitar
1!0 > ? '!+0 > 8(. Setelah 10 sampai 1+ menit pada suhu !0+ > ? '400 > 8(,
rambut "okelat akan berubah menjadi ber&arna kemerahan. Sedangkan rambut
hitam tidak mengalami perubahan &arna. Sebuah tangan terkepal yang
diakibatkan kontraksi panas dapat mempertahankan sidik jari. Eika ada identi#ikasi
tentati#, "atatan gigi dan rekam medis yang tersedia harus diperoleh oleh
pemeriksa. 2eman#aatan "atatan ini bergantung pada spesi#ikasi dan akurasinya.
!,10

2ada tubuh yang terbakar hingga tingkat struktur &ajah sudah termutilasi dan
tidak ada sidik jari yang bisa didapatkan, "atatan gigi harus dipersiapkan dan I5
ray rahang harus dilakukan. @al ini dilakukan untuk membandingkan "atatan gigi
orang yang di"urigai sebagai korban, dengan korban tersebut. 2engambilan I5ray
rahang ini dapat dilakukan in situ maupun dengan melepaskan rahang korban.
3ahkan, identi#ikasi dental positi# dapat dibuat hanya dengan menggunakan
sebuah gigi. 3ila digunakan dan diinterpretasi se"ara tepat, identi#ikasi dental ini
sama dapat diper"ayanya dengan sidik jari.
!,10
11
-denti#ikasi adalah salah satu peran dari pemeriksaan radiologis dari satu mayat
yang hangus. Eika seseorang memiliki identi#ikasi tentati# pada tubuh, harus
ditanyakan apakah indi4idu pernah memiliki trauma atau bahkan I5ray toraks
rutin. Sinar5I dapat digunakan untuk perbandingan dengan mayat tak dikenal. I5
ray dari hampir semua area tubuh dapat "o"ok untuk perbandingan. -denti#ikasi
dapat didasarkan tidak hanya pada kekhususan tulang, tetapi pada kalsi#ikasi
jaringan lunakD penambahan5penambahan enterik 'misalnya, batu empedu, batu
ginjal, dan lain 5 lain( dan juga melihat buram, #ilter, klip, sekrup bedah, dan lain5
lain. -denti#ikasi positi# mungkin dibuat pada dua golongan perubahan yang relati#
umum atau pada sebuah temuan unik tunggal.
!,10
Eika pen"o"okan dari in#ormasi antemortem dan postmortem tidak dapat
dilakukan, konsistensinya masih dapat dikon#irmasi oleh ahli patologi dan ahli
lain yang terlibat. Apabila metode perbandingan kon4ensional tidak mungkin
dilakukan, gigi atau tulang dapat digunakan untuk analisis *)A. Eika tidak ada
metode identi#ikasi tersebut adalah mungkin, maka hanya identi#ikasi tentati#
berdasarkan keadaanD milik pribadi, atau karakteristik spesi#ik seperti tato, bekas
luka, atau tidak adanya organ, dapat dibuat.
!,10
Selama kebakaran, terdapat perubahan yang terjadi dapat meniru trauma dan
menghalangi identi#ikasi, yaitu<
10
F Sisa5sisa pakaian di sekitar leher meniru pen"ekikan ligatur.
10

F G2ostur seperti petinjuG karena kontraksi otot dari panas menyerupai posisi
Gmela&an atau lariG.
/,10

F 2elepasan kulit dan terbukanya lapisan subkutaneus dapat menunjukkan luka
gores
10
F Lepuhan panas dapat terbentuk, baik utuh ataupun terbuka. Sebuah daerah
terbuka yang kering berubah menjadi kuning sampai "oklat tua. Lepuhan ini
tidak selalu merupakan tanda antemortem. 3ahan bakar 'minyak tanah, bensin(
dapat meningkatkan pembentukan lepuhan dan pelepasan kulit.
10
F Sebuah Ggaris merahG di pinggiran kulit yang terbakar atau hangus meniru
peradangan dan mengindikasikan korban masih hidup ketika terjadi luka bakar.
2emeriksaan mikroskopis menunjukkan darah pada subepidermal.
10

1/
F 2atah tulang akibat panas tidak berhubungan dengan perdarahan jaringan
lunak. Amputasi ekstremitas distal akibat panas dikenali dengan adanya tanda
hangus pada ujung distal tulang yang terkena. *emikian pula, tepi #raktur
tengkorak yang hangus adalah indikasi dari e#ek panas. 2atah tulang akibat
panas pada ekstremitas diperkirakan timbul dari penyusutan otot. 2embakaran
pada bagian tabula luar mengurangi kekuatan tulang. 2atah tulang tengkorak
akibat panas disebabkan baik oleh peningkatan tekanan intrakranial yang
disebabkan oleh uap '#raktur Gblo&5outG, yakni #ragmen yang bergeser ke luar(
atau pembakaran dari luar tengkorak. C#ek panas dapat menyebabkan lubang
bulat di tengkorak seperti luka tembak. @erniasi jaringan otak melalui "a"at
pada tulang yang patah dapat terlihat. Hbser4asi mengenai panas akibat patah
tulang tengkorak bertentangan. 6aris #raktur yang berjalan dari suatu "a"at
tengkorak yang dapat menunjukkan "edera yang sebenarnya. 8raktur "al4arium
akibat panas digambarkan berbentuk elips atau lingkaran yang tidak memiliki
garis #raktur. Sebaliknya, Spit= mengamati adanya beberapa garis #raktur yang
mun"ul dari titik umum di tengkorak terbakar. 8raktur panas "al4arium
biasanya terletak di atas tempurung dan kadang5kadang bilateral. 2atah tulang
ini jarang terbatas pada tabula eksternal. Sutura kranial "enderung tidak
meledak bahkan pada indi4idu muda, namun ledakan pada sutura koronal atau
sagital diamati dalam serangkaian kremasi.
/,10
F *isintegrasi tubuh yang terbakar selama memadamkan api, baik dengan
pendinginan "epat dari sisa5sisa panas atau dengan disiram oleh air di ba&ah
tekanan tinggi dapat menghambat penilaian trauma.
10

F 2erdarahan epidural, biasanya bilateral dan terkait dengan hangusnya kulit
kepala dan "al4arium, bukanlah akibat dari trauma.
10
F 2erdarahan semu dari lubang hidung dan mulut diamati sebagai darah yang
terdorong oleh dari paru5paru ke dalam saluran udara
10

F .asuknya jelaga ke dalam trakea, baik pada penyayatan di leher yang hangus
pada saat otopsi atau diakibatkan disintegrasi dari pembakaran, memberikan
kesan palsu inhalasi asap.
10
1,
DAFTAR PUSTAKA
1. 6ra"e, 2ier"e A., .?h, 8B?S-, 8B?S. 3orley, )eil B. 8B?S, 8B?S 'Cd(.
3urns in Surgery at a +lance! Se"ond edition. H;#ord< 3la"&ell S"ien"e.
!00!. @al /+.
!. *i .aio, Jin"ent E. *omini"k E. *i .aio. 8ire *eath. in Forensi Pathology*
Second ,dition! ?B? 2ress L??. !001. @al. $,+5$9/
$. Shehan @ettiarat"hy, 2eter *=ie&ulski. -BC of Burns.
4. 2oten=a, 3ru"e. dkk. 3urn -njuries. in Ailson, Ailliam ?. .*, .A, dkk.
"rauma . ,mergency Resuscitation* Perioperati%e -nesthesia* Surgical
'anagement! /olume 0! -n#orma @ealth"are 7SA, -n". hal< 14+, 14,51+1,
1+4
+. 555. Lua Baar! KonlineL 4 Euni !01!. K"itedL 11 Euli !01!. A4ailable #rom
url< http<00id.&ikipedia.org0&iki0LukaMbakar
1. @eller, Ea"ob L. .*, .@A. Nie4e, *a4id .*, .@A. Burns! KonlineL 4 Euni
!01!. K"itedL 11 Euli !01!. A4ailable #rom url<
http<00&&&.nlm.nih.go40medlineplus0en"y0arti"le00000$0.htm
/. *i;, Eay. Color -tlas of Forensic Pathology! ?B? 2ress LL?. !000. hal. 1115
1!1
,. %night, 3ernard. Simpson1s Forensic 'edicine. Cle4enth edition. A .ember
o# @eader @eadline 6roup "o5published H;#ord 7ni4ersity 2ress. -n". )e&
Oork. @al. 1445141
9. Butty, 6uy ) 'ed(. *eath #rom 3urns in ,ssentials of -utopsy Practice*
Current 'ethod and 'odern "rends! Springer. !001. @al !!15!!1
10. Skhrum, .i"hael E. .*., Bamsay, *a4id A., .3, ?h3. Thermal -njury in
Forensic Pathology of "rauma! @umana 2ress. !00/. @al 1,,5190, 19$5194.
?atatan< &arna merah< belum dapat re#erensi
Aarna hijau< re#erensi; ada di #older e5book
#orensik
19

You might also like