Professional Documents
Culture Documents
Pertemuan ke 3
A. DESKRIPSI KASUS
Konseli adalah seorang gadis berinisial FA yang duduk di semester IV Jurusan
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Konseli
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini ia berusia 20 tahun dan tinggal
bersama ayahnya yang seorang pedagang di Utan Kayu Utara no. 104F, Matraman,
Jakarta Timur.
Masalah yang dialami konseli adalah tidak dapat mengatur waktu belajarnya dikarenakan
kurangnya pengawasan dari orangtuanya. Ketika masih SMA dulu, konseli belajar di
bawah pengawasan ibunya yang saat ini tetap tinggal di Ciamis.
B. TUJUAN KONSELING
Adapun tujuan dari pelaksanaan konseling ini adalah untuk membantu konseli mengatur
waktu belajarnya walaupun tidak ada yang mengawasi. Dengan harapan setelah konseli
mampu menggunakan waktu belajarnya secara maksimal, maka prestasi belajar yang
dicapai lebih maksimal.
C. PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSELING
Dari hasil wawancara antara konselor dengan konseli maka rencana layanan yang akan
konselor berikan untuk membantu konseli mengentaskan permasalahan yang dialaminya
adalah dengan Layanan Konseling Individual.
1. Waku Pelaksanaan Layanan
Hari : Kamis
Tanggal : 21 Maret 2013
Jam : 13.00 13.45 WIB
Tempat : Ruang 324 FIP
2. Proses Layanan
1) Membangun Rapport
Tahap ini bertujuan untuk membangun kepercayaan konseli terhadap konselor dan
hubungan kerja sama yang baik antara keduanya sehingga konseli merasa nyaman
untuk mengeluarkan keluh kesahnya dan mempermudah proses konseling
selanjutnya.
2) Melakukan Asesmen dan Menetapkan Tujuan
Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat
ini. Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan, dan pikiran konseli.
Dalam kegiatan asesmen ini konselor melakukan analisis ABC
A= antecedent (pencetus perilaku)
Tidak ada pengawasan dari keluarga untuk belajar.
B= behavior (perilaku yang dipermasalahkan)
Menggunakan waktu belajar untuk melakukan kegiatan yang sifatnya
hiburan.
C= consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut)
Prestasi belajar tidak berpengaruh, namun tidak dapat maksimal.
3) Mempersiapkan Konseli untuk Terapi
Pada tahap ini, konselor mempersiapkan konseli untuk mau menjalani terapi
dengan mengklarifikasi dan memotivasi konseli untuk berubah. Konselor
mendiskusikan kepada konseli jenis pendekatan dan terapi apa yang akan
digunakan. Dalam hal ini terapi yang dimaksud adalah terapi teknik shapping
(pembentukan).
4) Implementasi Teknik
Dalam mengimplementasikan teknik konselor menganalisis perilaku apa yang
diharapkan akan muncul dan penguatan apa yang akan diberikan. Selain itu
konselor membuat sebuah catatan perubahan antara perilaku awal hingga perilaku
akhir yang didapat.
5) Evaluasi
Pada akhirnya, konselor memperhatikan perubahan keyakinan dan tingkah laku
yang terjadi pada diri konseli.
6) Pengakhiran
Apabila konseli telah dirasa cukup mengalami perubahan dan mencapai tujuan
konseling, maka tibalah saatnya untuk mulai mengakhiri konseling ini dengan
mengingatkan kembali kepada konseli bahwa hasil yang diinginkan telah dicapai.
Namun perlu juga dipersiapkan seandainya terjadi kemunduran tiba-tiba di
kemudian hari.
D. PENDEKATAN DAN TEKNIK KONSELING
Pendekatan yang akan digunakan dalam konseling ini adalah pendekatan behavioral
didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada
pentingnya pendekatan sistematik dan terstruktur pada konseling. Pendekatan behavioral
berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku
adalah melalui kematangan dan belajar.
Dalam konseling behavioral, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku
yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan dan
membentuk pola tingkah laku dengan memberi ganjaran atau reinforcement yang
menyenangkan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Ciri unik terapi
tingkah laku adalah lebih berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang teramati atau
tampak dan spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan sekarang. pendekatan ini berasumsi
bahwa semua tingkah laku baik yang adaptif maupun maladaptif dapat dipelajari. Selain
itu belajar merupakan cara efektif untuk mengubah tingkah laku maladaptif.
Teknik konseling yang akan digunakan adalah shapping atau pembentukan tingkah laku
yang dikehendaki dengan diikuti pemberian reinforcement yang sistematik dan positive
reinvorcement.
Lampiran :
Hasil Asesmen
Praktikan
(Margareth Angelia)