You are on page 1of 23

Perbanyakan Bibit Tanaman Durian secara Vegetatif dengan Teknik Okulasi

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Durian merupakan tanaman spesifik tropis yang bernilai ekonomis cukup tinggi untuk
meningkatkan pendapatan petani, devisa negara, dan kebutuhan agribisnis. Pertanaman durian
yang ada saat ini umumnya berasal dari benih yang kualitasnya sangat beragam. Penyediaan bibit
varietas unggul sangat diperlukan untuk menunjang perluasan pertanaman durian sehingga
produksi durian Indonesia bisa bersaing dengan durian dari luar negeri.
Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan budidaya durian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk
mendapatkan bibit berkualitas. Perbanyakan secara generatif pada umumnya memerlukan waktu
yang cukup lama, namun kelebihan perbanyakan dari benih adalah secara umum batang pohon
hasil benih lebih kokoh, sehat dan berumur panjang (Nazaruddin dan Muchlisah, 1994).
Salah satu cara yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah dengan grafting
yaitu menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sehingga
tercapai kombinasi dan persenyawaan yang akan tumbuh menjadi tanaman baru (Wudianto,
1988).
Faktor awal keberhasilan grafting adalah penyediaan batang bawah yang memiliki
pertumbuhan yang baik. Batang bawah asal benih (semai) lebih menguntungkan dalam hal
jumlah, dan pada umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya, dan sistem perakarannya
lebih bagus serta kuat (Ashari, 2006).
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian tanaman seperti cabang,
ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang
ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar,
batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara
mencangkok, okulasi, stek dan kultur jaringan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara
alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan
sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara
stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan
untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama
dengan induknya. Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya
mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan pembiakan vegetatif
antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan
vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu
tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat
(Hartman & Kester. 1997).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris).
Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan setek dan
cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Bisa
dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang
baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang
mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang
mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai
buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan
sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002).
Okulasi bertujuan untuk melestarikan tanaman durian dari beberapa varietas. Selain
itu, okulasi juga bertujuan untuk memenuhi permintaan tanaman durian yang semakin
banyak (memenuhi produk pemasaran dari buah durian). Okulasi juga memberikan nilai
praktis (waktu yang lebih singkat) dalam bertanam durian. Buah durian banyak dikenal dan
disukai orang di mana-mana. (Sumarsono, 2002 ).
I.2. Tujuan
Tujuan praktek lapangan ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan bibit durian
secara vegetatif dengan tehnik okulasi.

1.3. Manfaat
Adapaun manfaat magang ini dilakukan adalah :
1. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung sehingga
dapat memecahkan permasalahan dalam bidang pertanian.
2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan penerapannya,
sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja.
3. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang pembibitan tanaman buah.

BAB II
TINJAUA PUSTAKA

2.1. Durian
Durian (Durio zibethinus) adalah merupakan salah satu tanaman asli Asi Tenggara yang
beriklim tropic basah, khususnya ditailan, Malaysia, dan Indonesia, Di Indonesia pusat
keragaman genetikan di Kalimantan (27 spesies) kemudian di Sumatera Utara (11 spesies)
(Sumarsono et al., 2002). Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki
diameter 100 cm dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, beserta kasar,
ringan dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang dau
antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada batang atau cabang yang sudah
tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang tangkai bunga 5-7 cm, panjang
bunga antara 5-6 cm dengan diameter 2 cm. Kelopak bunga berwarna putih atau hijau keputihan,
mahkota bunga berjumlah 5 helai. Bunga akan mekar pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat
menyerbuk silang (Sarwono, 1995).
Bentuk buah bundar atau lonjong. Panjang buah dapat mencapai 25 cm dengan diameter
20 cm. warnah kulit buah hijau, kuning hingga kecoklatan, yang dikelilingin dengan duri tajam
berbentuk kerucut. Panjang biji dapai mencapai panajang 4 cm yang tertutup oleh daging buah
yang halus dan rasa manis, berwarna putih atau kekuningan tergantung jenis durian (Sarwono,
1995).
Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian unggul terdapat 6 jenis
yaitu, Petruk, Sukun, Sunan, Si tokong, kani, dan Otong. Sebetulnya tidak mudah mencari
kekhasannya setiap durian unggul dari bibit. Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliliti
akan diketahui perbedaan yang mencirikan masing-masing. (Sarwono, 1995).
Tanaman durian tumbuh optimal dengan produksi buah memuaskan apabila ditanan di
daratan rendah dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl, curah hujan 1500 mm atau lebih
pertahun, dengan keadaan tanah yang gembur, mengadung pasir, dan draniase yang baik (Ashari,
1995). Tanaman durian klsifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plante
Divisio : Angiospermae
Sub division : Spermatophyta
Classis : Dicotelodenia
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus
2.2. Perbanyakan Secara Vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian tanaman seperti cabang,
ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang
ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar,
batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara
mencangkok, okulasi, stek dan kultur jaringan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara
alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan
sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara
stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan
untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama
dengan induknya. Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya
mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan pembiakan vegetatif
antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan
vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu
tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat
(Hartman & Kester. 1997).
Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat
dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan
secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa
individu baru dalam waktu yang cukup singkat. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif
bersifat melestarikan sifat hasil tanaman induk. Adapun kekurangan dari pembiakan vegetatif
adalah merusak tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk, jumlah biji yang diperoleh
terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek
(Rochiman & Harjadi. 1973).
2.3. Teknik Okulasi Pada Tanaman Durian
2.3.1. Pengertian Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau Budding
(Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan
dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari
pada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang
mempunyai perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan
dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang
baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan
tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang
bawah dikenal dengan sebutan batang atas (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).
Untuk membuat bibit durian berupa okulasi atau sambungan (grafting) perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini.
1. Mempunyai sendiri pohon induk untuk batang bawah dan atas, sehingga tidak dari orang lain.
2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang cara meng-okulasi dan menyambung.
3. Mempunyai pengetahuan tentang berbagai macam hama dan penyakit serta tentang cara
penanggulangannya.
4. Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas, gunting pangkas,
gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.
5. Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.
6. Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai (seedling) yang baik
(vegetatif) untuk batang bawah (Joesoef, 1993).
Tanaman durian merupakan tanaman tahunan (perennial), sehingga dlam perbanyakannya
dilakukan secara vegetatif, yaitu penyambungan tanaman. Pedoman pemilihan bibit berkualitas
antara lain:
a. Bibit harus bebas dari penyakit sistemik seperti CVPD.
b. Bibit harus bersertifikat atau berlebel oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
c. Bi bit harus dari perbanyakan vegetatif dengan penyambungan tanaman (enten dan okulasi),
dengan batang bawah pilihan.
d. Tinggi bibit sebaiknya sudah mencapai tinggi 60-80 cm dan mempunyai sistem percabangan
yang menyebar.
e. Bibit sehat, pertumbuhan vigor, batang kokoh, daun lebat, berwarna hijau tua, permukaan kulit
mulus halus sarta berwarna kecoklatan (Barus dan Syukri, 2008).
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang bawah maupun
batang atas mudah dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam
cambium berlangsung secara aktif (Wudianto, 2001).
1. Batang Bawah untuk Okulasi
Umur batang bawah untuk dapat diokulasi sangat beragam tergantung kepada jenis
tanamannnya. Ada yang masih berumur 9 bulan sudah bisa diokulasi, tetapi ada juga lebih dari 4
tahun baru bisa diokulasi. Tetapi yang umum tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1
tahun atau cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari (Wudianto, 2001).
Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sistem perakaran harus cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan tanah yang kurang
mendukung
2) Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan, sehingga dapat hidup
bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.
3) Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas terutama pada jenis
tanaman berbuah lebat.
4) Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang berbentuk sebagai hasil
sambungan. (Barus dan Syukri, 2008)
Menurut Joesoef (1993), batang bawah mempunyai ciri:
a. Perakaran yang kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar dan batang.
b. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang ats (compatible).
c. Toleran terhadap penyakit virus Tristeza.
d. Buah dan biji banyak.
2. Batang Atas untuk Okulasi
Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman yang kita
kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja mata ini harus diambil dari pohon induk yang
subur dan dari cabang yang tidak terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh
mata yang ditempelkan. Bentuk mata yang baik adalah bulat dan besar-besar. Mata demikian
dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur lebih-kurang 1 tahun. Jika cabang yang diambil
matanya masih terlalu muda biasanya mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi
syarat adalah berwarna hijau kelabu atau kecoklatan (Wudianto, 2001).
Tanaman yang dijadikan batang ats haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
virus.
2) Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan.
3) Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil
sambungan. (Barus dan Syukri, 2008).
Menurut Joesoef (1993), syarat batang atas adalah:
1. Produksi tinggi dan kualitas buah baik.
2. Pohon sehat, terutama bebas dari penyakit virus Tristeza dan CVPD.
3. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
4. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada menunjukkan gejala-
gejala kuning atau mutasi.
2.3.2. Tahap Okulasi
1. Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari
kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam
pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya
(Pracaya, 2009).
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita
melakukan irisan dengan benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada bagian kulit yang halus.
Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah. Dalam membuat irisan ini kita harus
hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam. Kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika
irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi
(Wudianto, 2001).
2. Pengambilan Mata Tunas
Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan memenuhi
beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-gejala menguning dan
mutasi. Mengambil ranting itu jangan diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting waktu itu
kurang baik (Joesoef, 1993).
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3 cara, dengan demikian dapat diperoleh
mata tempel yang sesuai dengan cara yang digunakan. Etiga macam bentuk pengambilan mata
tunas yaitu segi empat, sayatan, dan bulat. Bentuk segi empat diperoleh dengan mengiris secara
horizontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian unung-ujung irisan kita hubungkan
sehingga membentuk segi empat (Wudianto, 2001).
3. Penyisipan Mata Tunas
Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi adalah
pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di bawah kulit
batang pokok yang telah diiris. Atau bila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita
tempelkan tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan atau
penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium, karena dapat
mengganggu menyatunya penempelan (Wudianto, 2001).
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik yang
dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih. Untuk mencegah
berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan, yakni: setelah ranting mata
tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada
ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya
ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit.
Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit,
kemudian dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit) (Soelarso, 1996).
4. Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan batang hasil
persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari mata tempel pohon induk yang
tumbuh menyamping. Pada tempat mata tempel, kulitnya masih menampakkan bekas tempelan
yang nyata (Setiadi dan Parimin, 2003).
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang pangkalnya berbentuk
bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga, maka mate tempel yang terletak pada
bagian bawah dapat ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan
ujungnya dapat digunakan okulasi irisan dan okulasi T (Soelarso, 1996).
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil klorida. Ukuran
dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm.
Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting. Yang
perlu diperhatikan dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras
sehingga dpat mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat,
tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk (Wudianto, 2001).
5. Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya melakukan
pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lau mata tempelannya dilihat.
Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti
pengokulasian kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata
tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda
bahwa okulasi kita berhasil (Wudianto, 2001).
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya.
Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi
kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak jadi (Joesoef, 1993).
6. Pemotongan Batang Pokok
Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya adalah
memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara, kita tinggal memilih dari
ketiga cara tersebut.
1. Batang pokok langsung dipotong 1 cm diats mata tempelan, dengan bentuk potongan miring
ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke bawah dan tidak akan mangkal
pada tempelan mata.
2. Batang pokok dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar apabila tunas telah
tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat tumbuh tegak lurus.
Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dangan
ketinggian 1 cm diats mata tempelan.
3. Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongn cukup setengah
dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok direbahkan. (Wudianto, 2001).
Menurut Joesoef (1993). Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah
sebagai berikut
a) Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempat penempelan
disayat 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga terkulai (menggantung).
b) Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah
ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah ditempel sudah
dapat menjadi bibit berupa stump.
c) Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang, sehingga tunas dari
mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh.
d) Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi
60 cm.


2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Okulasi
1. Kelebihan Okulasi
Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot
dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan
secara generatif. Karena pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan
beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan
secara vegetatif dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah, bahwa kita
dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat (Prastowo,
2006).
2. Kelemahan Okulasi
Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang
berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran
tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek. (Prastowo, 2006)


BAB III
MATERI DAN METODE



3.1. Waktu dan Tempat
Praktek kerja magang ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2014 di Balai
Benih (BBI) Pekanbaru Provinsi Riau.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam PKL ini meliputi: pisau okulasi, cangkul, sarung tangan,
gunting, plastik pembungkus.
3.2.2. Bahan
Bahan yang di gunakan adalah :
a. Polybag
b. Tanah
c. Bibit Durian
d. Batang atas tanaman Durian Montong
e. Batang bawah tanaman Durian
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah metode langsung dan tidak
langsung. Metode langsung yaitu melaksanakan kegiatan berupa aspek teknis di lapangan,
sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan melakukan diskusi, dan wawancara dengan
karyawan yang ada di Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru.
Metode tidak langsung dilakukan baik saat jam kerja maupun di luar jam kerja. Kegiatan
teknis di lapangan meliputi Pelaksanaan okulasi durian, pemeliharaan dan kegiatan lainnya.
Kegiatan aspek teknis di lapangan dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan instruksi dan
arahan dari peembimbing lapang. Seluruh teknis kegiatan magang yang dilakukan berdasarkan
prosedur kerja yang diterapkan oleh Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru.

3.4. Pelaksanaan Magang
3.4.1. Teknik Perbanyakan Tanaman durian secara Okulasi
Okulasi merupakan cara penyambungan satu mata tunas sebagai entres (batang atas) dengan
batang bawah pada tanaman sejenis. Bibit okulasi dapat berbuah mulai umur 3 tahun.
Tahapan-tahap penyiapan bibit okulasi adalah sebagai berikut :
a. Persiapan alat dan bahan
- Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata tunas dari cabang yang
tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau okulasi, gunting, tali pengikat, dan sarana
penunjang lainnya.
b. Tata cara pengokulasian
- Dalam pengokulasian ini saya mengokulasi bibit tanaman mangga sebanyak 10 bibit tanaman
mangga.
- Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun dalam polybag dengan menggunakan
kain lap.
- Mengiris kulit batang bawah ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit hasil irisan dikelupas ke
bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.
- Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata disayat dengan menyertakan sedikit
kayunya. Ukuran sayatan entres 2 cm di atas dan di bawah mata mata tunas, lalu kayunya
dilepaskan secara hati-hati. Mata entres ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga pas.
- Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau rafia dimulai dari atas ke bawah
dengan tidak menutup mata okulasi.
c. Pemeliharaan pasca okulasi
- Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15 hari sejak pengokulasian. Apabila mata berwarna
hijau, berarti penyambungan tersebut berhasil. Sebaliknya, bila mata berwarna coklat dan kering,
berarti okulasi gagal.
- Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm tepat di atas bidang okulasi apabila
tunas entres telah mencapai 20-30 cm.
- Tunas-tunasyang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi dipangkas dengan pisau maupun
tangan.

- Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu yang diameternya cukup lebar
sesuai dengan ukuran bibit. Sebagian tanah disertakan pada saat pemindahan agar letak akar
tidak berubah.
- Bibit dipelihara secara intensif sampai umur 1 tahun atau lebih.





Teknik Okulasi Tanaman Durian I
Ada beberapa cara perbanyakan vegetative, antara lain okulasi, sambungan, cangkokan, susuan
dan stek. Akan tetapi dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan cara vegetative lainnya,
maka penulis lebih menitik beratkan pada cara okulasi.

Perbanyakan Vegetatif dengan cara okulasi di lakukan dengan menempelkan mata tunas tanaman
lain (durian) pada batang bawah lainnya dari varietas yang sama atau varietas lain dalam satu
species.

Cara okulasi pada tanaman durian mempunyai beberapa keunggulan dari cara lainnya, yaitu
relative mudah untuk dikerjakan, tingkat keberhasilannya lebih tinggi, system perakaraanya baik,
dan tidak terlalu rendah (cebol) seperti halnya pada cara cangkokan, serta dapat menyatukan
sifat-sifat baik dari dua induknya. Tanaman batang bawah yang baik dari kedua induknya.

Tanaman batang bawah yang baik harus memiliki sifat-sifat antara lain :

1. Kompatibel atau serasi dengan entrisnya

2. Resisten terhadap penyakit akar atau leher akar

3. Mempunyai system perakaran yang luas dan kuat serta tumbuh cepat dan kekar

4. Tahan terhadap lingkungan yang menekan (stress)

5. Toleran terhadap pH rendah atau alkalis tinggi

Sedangkan tanaman durian yang baik untuk batang atas harus memenuhi beberapa persyaratan,
antara lain :

1. Berproduksi tinggi

2. Bentuk buah baik dan rasanya enak

3. Daging buah tebal, kering, dan biji kecil atau tidak berbiji

4. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit

Untuk dapat menghasilkan bibit dengan cara okulasi, ada beberapa kegiatan uang perlu
dilakukan, yaitu :

a. Pemilihan biji

Biji di peroleh dari buah yang baik, bebas dari hama dan penyakit, serta ukuran biji yang
seragam. Hal ini di maksudkan untuk memperoleh tanaman onderstam (batang bawah) yang baik
dan seragam.
b. Penyemaian biji batang bawah
Penyemaian biji dilakukan dengan cara di semaikan pada polybag, dengan tujuan agar pekerjaan
okulasi dapat lebih mudah dilakukan dan pemindahan tanaman ke kebun tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Biji yang baik sudah berkecambah pada hari ke 10 - 14 setelah di
semaikan. Penyemaian biji di lakukan di bawah naugan untuk menghindari terik matahari. Bibit
batang bawah telah dapat di gunakan untuk okulasi setelah berumur 5-12 bulan.

c. Penempelan mata tunas
Penempelan mata tunas dilakukan pada batang epikotil, karena persentase keberhasilannya lebih
tinggi dari pada penempelan pada batang hipokotil. Mata tunas di ambil dari cabang produktif
yang sama besarnya dengan batang bawah, pilihanlah mata tunas yang subur dan berada pada
awal pase pertumbuhan.

d. Pemeriksaan perisai mata tunas
Dilakukan samapai tiga minggu setelah okulasi, bila terlihat mata tunas masih hijau dan segar,
berarti okulasi berhasil dengan baik. Seminggu kemudian potonglah pucuk batang lebih kurang
10 cm di atas mata okulasi, dengan cara menyayat 1/3 bagian dari batang lalu patahkan, sisakan
2-4 helai daun atas mata okulasi. Setelah mata tunas tumbuh dan membentuk daun, buanglah
patahan batang tersebut.
Sebulan setelah mata tunas tumbuh, tanaman dapat dipindahkan ketempat yang lebih panas,
untuk memperkuat fisik bibit. Hal tersebut dilakukan selam dua bulan, selanjutknya bibit dapat
ditanam di kebun.

e. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah tiga sampai empat minggu lubang tanam bi buat, atau satu sampai
dua minggu setelah lubang taman diisi dengan tanah kembali. Hal itu dimaksudkan agar tanah
yang akan di Tanami relative telah stabil. Sebelum bibit di tanam, polybag dibuka agar akar
tanaman bebas berkembang.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan, karena untuk dapat tumbuh dengan baik
tanaman durian muda memrlukan cukup air. Selanjutnya berilah naungan untuk menghindari
sinar matahari langsung yang terik.
Penaungan dapat juga dilakukan dengan tanaman pisang yang ditanam terlebih dahulu dan
bersifat sementara, Tanaman naungan tersebut di butuhkan selama dua tahun. Tanaman durian
dapat di tanam dikebun, pekarangan, atau di lahan kehutanan, sesui dengan tujuan penanaman
durian dan ketersedian lahan.

. Pelaksanaan Okulasi
- Siapkan batang bawah
- Pada ketinggian lebih kurang 5 cm dari batas hypocotil, dibuat
jendela untuk, tempat menempelkan tunas.

Pengadaan bibit dengan cara okulasi
Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji
yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur,
sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang ditumbuhkan,
dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 8-10 bulan,
dapat diokulasi, dengan cara:


GAMBAR TANAMAN DURIAN YANG SUDAH DI OKULASI
1. Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (.1 cm).
Dipilih mata tunas yang berjarak 20 cm dari permukaan
tanah.
2. Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang
2-3 cm sehingga mirip lidah.
3. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4. Sisipan mata yang diambil dari pohon induk untuk batang
atas (disayat dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah
selesai dilakukan okulasi, 2 minggu kemudian di periksa
apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila
berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat,
berarti okulasi gagal.







Penyusuan (Perbanyakan Tanaman Durian)
Perbanyakan Bibit Durian Dengan Teknik Sambung Pucuk
Perbanyakan bibit tanaman merupakan salah satu
kegiatan di Ecofarming Center (EFC) yang terletak di desa Timbang Lawan, Kec. Bohorok.
Berbagai tanaman buah-buahan, hutan, obat-obatan, dll diperbanyak di kebun organik PPLH
Bohorok tersebut. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara generatif (dari biji) dan secara
vegetatif.
Tanaman buah yang saat ini menjadi fokus kegiatan pembibitan di EFC adalah tanaman durian
(Durio zibethinus). Tehnik perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan teknik sambung, yang
merupakan gabungan antara perbanyakan secara generatif dan vegetatif. Teknik sambung
dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan batang atas ke batang bawah. Keuntungan
perbanyakan tanaman dengan cara sambung tersebut diantaranya adalah buah durian yang akan
dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan tanaman induk yang diambil untuk batang atasnya
serta masa berbuah tanaman yang lebih cepat dibanding perbanyakan dengan biji.
Untuk turut melestarikan jenis-jenis durian yang tumbuh di kawasan Bohorok, maka sebagai
batang atas pada perbanyakan tanaman durian di EFC tersebut digunakan batang atas dari tunas
pucuk atau tunas samping tanaman durian yang tumbuh di sekitar kawasan Bohorok. Bagi
penikmat buah berduri ini, durian Bohorok dikenal memiliki kelas tersendiri karena lemak dan
mengandung cita rasa berbeda dibanding buah durian dari daerah lainnya. Beberapa tanaman
durian yang tumbuh di Bohorok oleh masyarakat sekitar dikenal dengan nama durian selayan,
jantung, kapok, kunyit, gajah, anak agam, juring 6, dan lain-lain.

A. Batang bawah tanaman durian yang telah siap untuk disambung.

B. Penyambungan bibit durian dengan batang atas oleh staf EFC

C. Salah satu tanaman durian yang digunakan sebagai sumber batang atas

D. Bibit tanaman durian yang telah disambung
Batang bawah yang akan digunakan untuk perbanyakan berasal dari biji dan disemaikan selama
sekitar 1 bulan. Semaian yang tumbuh kemudian dipindahkan ke polybag yang telah diisi media
tanam. Sedangkan untuk batang atas, pilih tunas dari ranting yang tegak, kemudian potong dan
sisakan 3 helai daun pada bagian ujungnya. Kegiatan penyambungan diawali dengan memotong
semaian batang bawah, buat celah dan masukkan tunas sambung yang telah diruncingkan
(bentuk V), kemudian ikat sambungan dengan pengikat yang telah disiapkan. Upayakan tidak
ada celah antara tunas sambung dengan batang bawah untuk menghindari masuknya air dan
kotoran yang dapat mengakibatkan kegagalan penyambungan.
Bibit hasil sambungan selanjutnya disimpan ditempat yang teduh atau diberi naungan agar
terhindar dari panas matahari langsung. Sekitar 2 3 minggu hasil sambungan sudah bisa
dilihat. Pada bibit sambungan yang berhasil biasanya akan tumbuh tunas baru, sedangkan yang
gagal akan terlihat berwarna hitam dan kering. Bibit yang telah berhasil disambung kemudian
dipelihara sampai bibit siap untuk dipindah ke lapangan.
Pengunjung EFC yang tertarik untuk menanam bibit durian hasil perbanyakan EFC tersebut di
kebun/lahan mereka tentu saja dapat memperolehnya di outlet EFC. Selain itu, jika terdapat
pengunjung yang tertarik untuk mempelajari cara perbanyakan bibit-bibit durian tersebut, staf
EFC akan siap untuk mendampingi. (yenni lucia)

Memacu perbanyakan bibit durian dengan teknik
sambung pucuk

Keunggulan perbanyakan vegetatif, khususnya Sambung Pucuk ( Tip Grafiting ) pada Tanaman
Durian ( Durio Ziberthinus Murrs ). Adalah karena dapat dilakukan lebih awal, yakni pada
semaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan
tinggi yakni sekitar 80% sehingga akan diperoleh bibit bermutu dalam waktu yang singkat, dan
dalam jumlah yang dikehendaki.
Pada prinsipnya,perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara generatif
dengan menggunakan bagian tanaman (akar, batang, daun). Perbanyakan vegetatif itu sendiri
dapat berupa Stek, Anakan, Okulasi, Sambungan, Merunduk, Penyusuan, dan Kultur Jaringan.
Okulasi, Sambungan dan Penyusun serta Modifikasinya; Stekon (Stek Okulasi), Stebung (Stek
Sambung), mempunyai keunggulan lain, karena dapat menggabungkan dua sifat yang diinginkan
dari dua individu tanaman yang berbeda, sehingga disebut juga sebagai cara perbanyakan
vegetatif dengan perbaikan.

Keunggulan perbanyakan vegetatif, khususnya Sambung Pucuk (Tip Grafting) pada tanaman
Durian (Durio Zibertus Murrs) adalah karena dapat dilakukan lebih awal, yakni pada persemaian
batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi,
yakni sekitar 80%. Dengan teknik Sambung Pucuk, para petani penangkar benih (baca
bibit)tanaman Durian bermutu dalam waktu singkat. Selain itu, dengan cara seperti ini mutu
genetik dapat dipertahankan bahkan di tingkatkan, diperoleh pohon yang dapat berbuah lebih
cepat, dan dengan mutu produksi yang lebih baik.

Beberapa langkah kerja dalam perbanyakan benih bibit Durian dengan sambung pucuk, secara
singkat dipaparkan dalam uraian berikut ini.

SEMAIAN BATANG BAWAH
Pembibitan batang bawah sebaiknya dilakukan pada saat musim buah Durian, karena biji
tanaman ini tidak mempunyai masa dorman dan bersifat rekalsitran ( tidak tahan kering ),
sehingga harus segera disemaikan dalam bentuk pendederan biji. Urutan kerja dalam
mempersiapkan persemaian dan pendederan biji tersebut adalah :

1. Siapkan biji/benih yang berasal dari Durian matang, selanjutnya diseleksi dengan memilih biji
yang ukurannya sedang. Bersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat pada biji.
Hindarkan dari terpaan sinar matahari langsung.

2. Buat bedengan persemaian/pendederan. Semai biji yang tersedia dengan membenamkannya ke
dalam tanah pada posisi pusar ( hilum ) menghadap ke bawah. Tekan dan tutup dengan tanah
atau mulsa.

3. Beri perlakukan fungisida untuk menghidari serangan jamur dan perlakuan intektisida butiran
untuk mencegah serangan serangga, mislanya semut.

4. Buat naungan kolektif untuk bedengan pendederan benih selama satu bulan.

Setelah bibit berumur sekitar satu bulan, dengan kotiledon ( kepiting biji ) yang berfungsi
sebagai persediaan makanan yang telah lepas, selanjutnya diseleksi, dan akar yang terlalu
panjang dipotong, disesuaikan dengan ukuran kantong plastik yang digunakan. Langkah
berikutnya, bibit dipindahkan ke kantong plastik (polibag) ukuran 18x12 cm, yang berisi media
tumbuh tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1, atau menggunakan tanah lapisan
olah tanpa pupuk kandang. Dengan menggunakan kantong plastik ukuran kecil seperti
dikemukakan diatas, maka akan lebih banyak bibit yang dapat dupelihara dalam satuan luasan
tertentu. Selanjutnya kantong plastik ditaruh pada tempat yang terlindung atau naungan lebih
kurang 60%. Pemeliharaan pada kantong plastik tersebut berlangsung kira-kira satu bulan,
sehingga setelah bibit berumur dua bulan sambungan pucuk sudah dapat dilakukan.

TUNAS SAMBUNG
Tunas sambung berupa pucuk, hendaknya diperoleh dari cabang yang dorman (istirahat) dari
pohon induk terpilih, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tetapkan pohon induk Durian sebagai sumber mata tunas. Untuk tujuan komersial, pohon
induk harus telah terdaftar pada BPSB TPH setempat. Pohon induk sebaiknya dipangkas
kira-kira empat bulan sebelum pengambilan entris agar diperoleh mata tunas sambungan
dalam jumlah banyak dan bermutu.
2. Pilih tunas pucuk dari ranting yang tegak sampai miring 45 derajat dan tangkai pucuk
bernas sepanjang 12 cm. Tangkai daun segera di potong, dengan menyisakan tiga helai
daun ( satu pasang ditambah satu daun pada bagian ujung ). Daun-daun tersebut
selanjutnya dipotong dengan menyisakan masing-masing seperti bagian helai daun.
3. Jika menggunakan pucuk yang tidak dorman, maka pilih ranting yang lebih panjang,
karena bagian pucuk yang tidak dorman harus dipotong, selanjutnya beri perlakuan yang
sama pada ranting yang dorman tersebut diatas.
4. Ranting Tunas Sambung dapat disimpan maksimal 4-5 jam, dengan penyimpanan yang
baik menggunakan pisang atau dikemas dalam kardus yang dilapisi kertas koran basah.
KEGIATAN PENYAMBUNGAN
Langkah awal dari kegiatan ini adalah mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan,
diantaranya pisau Cutter berukuran lebar 1 cm atau pisau silet Goal. Selanjutnya, sediakan
plastik pengikat berupa plastik kemasan gula pasir, atau plastik kemasan es lilin, dengan
ketebalan 0,003 mm, diiris dengan ukuran lebar 1 cm, panjang sesuai kebutuhan. Dianjurkan
menyediakan tempat meletakkan atau menancapkan pisau selama bekerja, berupa gedebok
pisang. Kegiatan penyambungan diawali dengan memotong semaian batang bawah bekas atau
dibawah kotiledon, buat celah dan masukkan tunas sambung yang telah diruncing ( bentuk V ),
dan selanjutnya diikat dengan lembaran plastik pengikat yang telah disiapkan. Upayakan tidak
ada celah antara tunas sambung dengan batang bawah untuk mencegah masukknya air dan
penyakit pada bekas perlukaan tersebut, yang dapat menggagalkan pertautan antara tunas
sambung dengan batang bawah.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan. Dianjurkan agar kegiatan
penyambungan dilakukan dibawah naungan 50 sampai 60 %. dengan ketinggian sebatas orang
bisa berjalan yang diperlukan oleh pelaksana. Proses kegiatan sambung pucuk ( dengan metode
sambung celah ) untuk satu unit sungkup pemeliharaan harus selesai dalam satu hari.

PEMELIHARAAN BIBIT
Bibit Durian sambungan dipelihara dibawah sungkup plastik dan naungan 50% sampai 60%.
untuk mempertahankan kelembaban, segera setelah penyambungan dilakukan. Pembuatan
sungkup itu sendiri terdiri dari bahan-bahan sederhana berupa bumbu untuk kerangka yang
ditancapkan ke dalam tanah. Pasang lembaran plastik dengan ketebalan 0,008 sampai 0,010 mm,
yang harus menutupi seluruh rangka, dengan menggabungkan lembaran plastik yang dikuatkan
dengan klip. Selanjutnya lembaran plastik yang telah digabungkan tersebut, ditarik untuk
menutupi sungkup, dan diakhiri dengan memasukkan ujung plastik tersebut ke dalam tanah.

Tanah alas penempatan bibit Durian sambungan ditaburi kapur tembok sebagai tindakan
menetralisir pH tanah dan pencegahan penyakit cendawan. Beberapa langkah kerja pemeliharaan
bibit Durian sambungan adalah :
1. Penyemprotan fungisida pada bibit Durian sambungan yang telah memenuhi sungkup,
kemudian ditutup rapat.
2. Pengamatan pertama terhadap kemungkinan serangan jamur dilakukan pada hari ketiga,
dan jika ditemukan gejala seranagan, maka ulangi penyemprotan fungisida pada pagi atau
sore hari, saat mana tidak ada perbedaan suhu dan kelembaban didalam dan diluar
sungkup.
3. Penyemprotan dilakukan dengan menyingkap sebagai sungkup, masukkan nozel sprayer
dan semprot seluruh pembibitan. Ulangi pengamatan ( pengamatan kedua ), empat hari
kemudian. Semprot seluruh persemaian jika ditemukan adanya gejala-gejala serangan
jamur. Pengamatan gejala serangan penyakit dan penyemprotan fungisida dilakukan
berulang kali dengan interval empat hari, sampai bibit sambungan mencapai umur 14
hari, sebagai batas fase kritis serangan penyakit jamur yang dapat menyerang bibit
Durian sambungan tersebut. Namun demikian, sebagai tindakan pengamanan,
pengamatan dan penyemprotan fungisida hendaknya dilakukan sampai bibit berumur satu
bulan dalam sungkup.
4. Penempatan bibit Durian sambungan dalam sungkup berlangsung selama satu bulan, dan
pada akhirnya sungkup dibuka. Selama bibit Durian sambungan dalam sungkup, tidak
dilakukan penyiraman karena kelembaban cukup tinggi dan penyiraman dapat memicu
serangan penyakit, terutama jamur.
KEGIATAN LANJUTAN
Kegiatan lanjutan dimaksudkan dengan seluruh kegiatan berikutnya setelah sungkup dibuka
sampai bibit Durian sambungan ditanam atau disalurkan kepada konsumen. Penyiraman benih
(baca bibit) seperlunya saja, dan jika dilakukan pada sore hari, maka harus kering sebelum
matahari terbenam untuk menghindari serangan penyakit jamur. Kegiatan lanjutan lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Seleksi benih dengan memisahkan bibit sambungan jadi dengan sambungan yang gagal
atau mati.
2. Penyiangan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada kantong plastik.
3. Pemindahan bibit Durian sambungan ke kantong plastik yang berukuran lebih besar (
misalnya 20 x 25 cm; 20 x 30 cm ) ; menggunakan media tanah campur pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1; dan dicampur pula dengan furadan, kapur pertanian, dan
pupuk SP-36 seperlunya.
Kegiatan pemeliharaan lanjutan ini agar dijadwalkan dengan cermat, terutama bagi penangkaran
benih dalam jumlah banyak. Lebih lanjut, penempatan bibit Durian sambungan ditata pada
bedengan dengan ukuran 8 tanaman dan panjangnya sesuai kebutuhan dan lahan yang tersedia.
Pasang ajir bambu setinggi 80 cm sebagai tempat mengikatkan bibit agar tidak rebah atau
melengkung. Pada fase ini juga ikatan sambungan dilepas. Pemupukan bibit Durian sambungan
pada kantong plastik besar (setelah penggantian kantong plastik pada saat masih dalam
sungkup), dilakukan setelah bibit berumur 2 bulan, menggunakan pupuk ZA yang dilarutkan
dalam air ( dosis 2 gram / liter air ), diselingi dengan pupuk NPK dengan takaran yang sama,
disesuaikan dengan tingkat kesuburan pertumbuhan bibit. Kegiatan berkala lainnya adalah
penyiraman tanaman, penyemprotan fungisida, serta penjarangan naungan secara bertahap,
sampai akhirnya bibit siap ditanam di lapangan atau disalurkan kepada pengguna lainnya.

KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pebanyakan bibit Durian dengan metode sambung pucuk yang dimodifikasi (dilakukan
lebih awal), merupakan cara unggul dalam perbanyakan bibit Durian.
2. Faktor pendukung keunggulannya adalah karena dapat dilakukan lebih awal, tingkat
keberhasilannya tinggi, sederhana dan bersifat massal.

You might also like

  • Biodata
    Biodata
    Document1 page
    Biodata
    Lea Vang
    No ratings yet
  • 25 Do'a Mustajab
    25 Do'a Mustajab
    Document9 pages
    25 Do'a Mustajab
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Anekdot
    Anekdot
    Document2 pages
    Anekdot
    Lea Vang
    No ratings yet
  • A. Biografi Muhammad Abduh: Al-Afgani Memperke Nalkan Karya-Karya Tulis
    A. Biografi Muhammad Abduh: Al-Afgani Memperke Nalkan Karya-Karya Tulis
    Document8 pages
    A. Biografi Muhammad Abduh: Al-Afgani Memperke Nalkan Karya-Karya Tulis
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Biologi Gonzaga
    Biologi Gonzaga
    Document11 pages
    Biologi Gonzaga
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Desrian
    Desrian
    Document8 pages
    Desrian
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Agro Forestry
    Agro Forestry
    Document14 pages
    Agro Forestry
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Bioteknologi
    Bioteknologi
    Document5 pages
    Bioteknologi
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Biografi
    Biografi
    Document9 pages
    Biografi
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • A
    A
    Document18 pages
    A
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Iso
    Iso
    Document3 pages
    Iso
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Biografi
    Biografi
    Document9 pages
    Biografi
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cover Ilmi Yunita
    Cover Ilmi Yunita
    Document1 page
    Cover Ilmi Yunita
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Drama Komedi 5 Orang
    Drama Komedi 5 Orang
    Document4 pages
    Drama Komedi 5 Orang
    Lea Vang
    0% (1)
  • A
    A
    Document18 pages
    A
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cuci Darah
    Cuci Darah
    Document4 pages
    Cuci Darah
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Cerpen
    Cerpen
    Document6 pages
    Cerpen
    Lea Vang
    No ratings yet
  • Jamur
    Jamur
    Document14 pages
    Jamur
    Lea Vang
    No ratings yet
  • A
    A
    Document18 pages
    A
    Lea Vang
    No ratings yet
  • A
    A
    Document18 pages
    A
    Lea Vang
    No ratings yet
  • A
    A
    Document18 pages
    A
    Lea Vang
    No ratings yet