Professional Documents
Culture Documents
1i
KATA PENGANTAR
“Bapa, Engkau sungguh baik”. Inilah ungkapan syukur dari penulis atas kasih
setia Tuhan yang tidak dapat terselami dan dilukiskan dalam kelemahan penulis.
Hanya pujian dan hormat yang tulus menjadi hadiah terindah. Pengorbanan Yesus
Kristus memberi kekuatan, semangat dan inspirasi bahwa sekali-kali Ia tidak akan
Karena itu, kurang lebih 5 tahun tapak waktu yang dilewati penulis dalam
meniti studi pada Almamater tercinta. Perjalanan menelusuri tiap moment itu dihiasi
dengan suka dan duka, sehingga terangkai dalam refleksi yang memberi arti dalam
karya tulis ini sangatlah tidak mudah dan butuh pergumulan. Karena itu, pada
1. Pdt. Elsy McC. Niap, Mphill dan Pdt. Thomas Ly, M.Th selaku dosen pemimbing
3. Seluruh jajaran staf dosen Fakultas Teologi yang mendidik penulis selama proses
pembelajaran di kampus.
4. Pdt. Gayus Polin, S.Th yang memberi pikiran – pikiran teologis bagi sumbangsih
5. Seluruh staf karyawan/ti yang bersama penulis bercanda dan selalu mendukung
2ii
6. Ayah tersayang Blasius Yoseph Un dan Bunda tercinta Adolfina Lucas, sebagai
orang tua yang memberi dukungan senantiasa baik dana maupun motivasi yang
7. Seluruh keluarga yang mendukung penulis. Tante Opi serta keluarga dan Mia.
Bapak Maxem Amtiran sekeluarga, Tante Yan sekeluarga dan Mama Hale
sekeluarga.
8. Bapak Ferry E. Ga dan Ibu Agustina Ga – Koamesah yang telah membantu dan
mendampingi penulis dalam hari – hari penulis dan selalu memberi dukungan dan
doa.
Kamet, Ale, Irwan, Tagor, Pirlo, Pyppos, Mimi, Gets, Ay, Ob, Emde, Yoyo, Nio,
Beni, Stiba, K’Ari, Ayah, K’Yes, K’ Iwan, Epi, Osian, Setto, K’Iba, Nona, Ambu
1, Ambu 2, Ambu 3, Ne’, Yade, Wasti, Ge, Ris, Orista, Ola, Be’a, Bepe, Neta,
Ida, Oltha, Nice, Sofi, Bunda, Yudi, Domina, Nety, Pago, Pely, Doni, Dorce, Eni,
Orista, Esry, Enthy, Femi, Fentris, Jeni, Yusak, Yusry, Umi, Shela, Rosa, Tini,
Dini, Ade Elwin, Ade, K’ Joice, Yanti, Meijen, Nelly, Anaci, Ce, Nabila, Mela,
Ci, Nomes, Sepa, Arni, Seko, Elyn, Aa, Nofrida, Keken, Uchan, Linda, Adel,
Rida, Fince, Lenny, Iwi, Elen, Cynta, Dekas, Nonci, Trefan, Witha, Tresna, Nori,
Datih, Rahel, Delsy, Nina, Selma, Dina, Endah, Anti, Novi, Endang, Henny, M3,
Kader, Ma’Engge, Ma’He, Koko, Ice, Yamo, Sanny dan Lia. Kenangan yang
terukir menjadi makna yang terdalam bagi penulis untuk melihat sejuta fenomena
3
iii
tentang paket hidup yakni “ada waktu tertawa – ada waktu menangis, ada waktu
senang – ada waktu susah, ada waktu bertemu – ada waktu berpisah dan ada
10. PDMT Family (Persekutuan Doa Mahasiswa Teologi) yang terus menemani
penulis dalam suka dan duka serta memberi inspirasi dalam setiap pelayanan-
pelayanan bersama termasuk memberi minat bagi penulis untuk mengkaji pikiran
teologis dari Rasul Paulus. Sebagai wadah penulis belajar untuk Hidup Menjadi
12. Kakak Munce R. Therik, S.Th yang menjadi partner pelayanan dan kerja bersama
penulis. Kakak yang terus memberi semangat dan terus memberi motivasi untuk
13. Bapak Agus Nge sekeluarga sebagai Bapak Kos, yang memberi tempat kepada
penulis untuk mendiami selama masa kuliah. Seluruh teman-teman kos AS.
Mangga Dua Oesapa, K’Roly, K’Jois, K’Nona, Oz, Dedo, Reza, Ajoy, Echon,
Jaldy, Iman, Lusi, Reny, Feni, Eti, Letta, Eta, Yory, dan Ito.
14. Seluruh jajaran staf badan pengurus Yayasan Harapan Kasih Bunda dan Sekolah
Tunas Daud yang turut mempengaruhi penulis dalam rangka proses karya
penulisan ini.
15. Pdt. Elsa Sihasale – Huwae, S.Ag yang memberi kepercayaan kepada penulis
untuk tetap melayani di jemaat Batu Karang Kupang. Kakak – kakak pengajar
iv
4
PAR Jemaat Batu Karang Kupang dan kawan-kawan pemuda Batu Karang yang
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan nama satu per satu yang telah
Akhir kata, penulis memberi kesempatan kepada para pembaca atas setiap saran
dan usul atau yang bersifat kritik konstruktif dalam rangka kesempurnaan dalam
karya tulisan ini. Guna tulisan ini bermanfaat bagi lembaga pendidikan, dan
kepentingan pengetahuan para pembaca. Mari kita belajar dari bahasa positif yang
Penulis,
5
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI …………………………………………………………… §
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..... 1
F. Sistematika Penulisan……………………………………………. 9
v
BAB 1 - PAULUS DAN KONTEKS HISTORIS KORINTUS
vi
6
1.5.2.Situasi Sosial – Ekonomi ……………………………………....... 27
46
7
2.2.2.1. Teks 2 Korintus 12: 10 ................................................................... 50
3.3. Refleksi Teologis “Jika Aku Lemah Maka Aku Kuat” ..................... 76
PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 93
8
ABSTRAKSI
Allah adalah kasih. Gambaran sifat itu terlukis jelas dalam peristiwa inkarnasi.
Yesus sebagai personifikasi kasih Allah nyata hadir dalam dunia. Ia mengambil rupa
“daging”, yakni menjadi tokoh historis dalam sejarah dengan semua realitasnya.
Kenyataan ini sebagai imanensi Allah dalam realitas historis yaitu rasa lapar, haus,
keberadaan sebagai orang asing, ketelanjangan, sakit penyakit dan pemenjaraan.
Allah menjadi imanen dalam realitas-realitas yang menyakitkan, dan ini dibuktikan
oleh pernyataan Yesus sebagai orang yang lapar, orang yang haus, orang asing, orang
telanjang, orang sakit dan orang terpenjara.
Kedatangan Yesus dalam dunia merupakan keberpihakkan-Nya kepada
kelemahan dan keterpurukkan manusia. Potret Allah dari wajah Yesus yang
menderita memberi warna unik tentang figur akan Kasih Allah. Yesus datang sebagai
hamba. Ia mengosongkan diri-Nya menjadi manusia, dan menjadi tanda solidaritas
Allah. Allah yang turut hadir dalam kelemahan, penderitaan dan masalah-masalah
hidup manusia demi penggenapan kasih-Nya.
Jejak teladan Yesus ini Paulus merasakan sebagai peristiwa pertobatan yang
radikal. Pertobatan itu merupakan peristiwa kelahiran kembali, untuk menjadi saksi
bagi Kristus, sebab katanya; aku telah disalibkan dengan Kristus, namun aku hidup
tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Anugerah Allah itu, Paulus alami ketika berada dalam himpitan duri-duri penderitaan
yang hebat.
Ketaatan dan kesetiaannya diuji melalui konteks jemaat Korintus yang sangat
keras kepala dan hati yang kebal terhadap nasihat-nasihatnya. Kehidupan yang bebas
membuat penduduk kota Korintus suka menempuh jalannya sendiri. Lepas dari segala
ikatan dan mencampurbaurkan apa yang disenangi dengan hal-hal yang prinsipil.
Kelemahan dan penderitaan yang dialaminya bersifat fakta. Bukan kekuatan
berkedok kelemahan yang secara licik dipakai untuk mengendalikan orang banyak.
Paulus memilih jalan sungsang. Artinya, Paulus senang bermegah dalam
penganiayaan penderitaan, dan kelemahannya. Ia mempunyai prinsip hidup yang
terbalik dari arus hidup manusia.
Melalui penderitaan dan kelemahan yang dialami Paulus, terletak keadilan
Allah yang memprotes sikap Paulus sebagai penghujat, penganiaya umat Allah.
Keadilan Allah itu merupakan suara panggilan-Nya kepada Paulus untuk menjadi
surat Kristus yang hidup. Suara itu mengajak Paulus untuk turut merasakan
penderitaan sebagai saksi Kristus bagi keselamatan Allah di tengah-tengah dunia.
Gereja pun terpanggil untuk menjadi saksi bagi keselamatan Allah, sehingga
pengalaman iman secara konkrit tentang gambaran gereja yang menderita dilihat
dalam lingkup GMIT. Pada umumnya secara fisik finansial rendah dalam
menjalankan program-program pelayanan, tentunya kebutuhan akan dana sangat
esensial untuk memberi peran dalam setiap program-program pelayanan yang telah
direncanakan demi terlaksananya program-program tersebut.
9
Berdasarkan kebutuhan urgen ini, maka gereja tidak bisa berdiam diri dan
pasrah terhadap keadaan. Identitas gereja harus memberi warna dalam suasana yang
begitu terpuruk sekalipun. Figur gereja yang menderita adalah suatu integralitas dari
hakekat tubuh Kristus. Prinsip-prinsip gereja harus diteguhkan dan terus dijunjung
dalam pergumulan berjemaat, sehingga gereja dapat bergantung terhadap Kristus
sebagai Kepala Gereja bukan pasrah terhadap keadaan. Sebab gereja dikenal bukan
gereja farisi melainkan hakekat dari Tubuh Kristus.
10
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli bahwa dari semua tokoh yang tampil dalam
Saulus adalah nama Ibraninya. Ia dibesarkan dan dididik dalam kalangan Yahudi.
Orang tuanya itu termasuk kelompok Yahudi Ortodoks, yang mendidik anaknya
menurut ajaran Farisi yang keras (Kis. 23: 6; 26: 5, Flp. 3: 5).1 Namun ia lahir di
sebuah kota yang bernama Tarsus di wilayah Sisilia (Kis. 21:39) yang juga menjadi
Saulus dikenal melalui peristiwa Stefanus dihukum mati bersama para pengikut
Kristus.2 Peristiwa yang membuatnya merasa bertanggung jawab atas tradisi para
sinar yang terang sekali melebihi sinar matahari, lalu ia rebah ke tanah dan
Yesus yang kau aniaya itu”. Kemudian Selama tiga hari Paulus mengalami kebutaan
(Kis. 9:4,5).
Peristiwa dan pengalaman itu merupakan titik tolak yang baru dari perjalanan
hidupnya yang juga baru. Paulus mengaku bahwa dirinya telah disalibkan dengan
1 S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002, 413
2 Stefanus dibunuh dan jubahnya diletakkan di depan kaki Saulus dan terjadi tuduhan bahwa orang ini
terus menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus dan hukum Taurat dan orang
Nazareth itu akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat.
11
Kristus (Gal. 12:19). Pengakuan ini merupakan sikap penyerahan diri sepenuhnya
kepada Kristus.
merupakan tindakan Allah secara langsung. Sehingga dalam iman terhadap Yesus ia
berkata; “aku melupakan yang di belakang ku dan mengarahkan diri kepada apa yang
Dengan kata lain, bahwa Paulus diberi rahmat untuk menerima iman, atau ajaran
sebagai ungkapan iman yang telah dilawan olehnya.3 Itu berarti dapat dilihat bahwa
pertobatan Paulus bukan suatu evolusi belaka namun pertobatan radikal. Pertobatan
emosional dan pola pikir. Peralihannya dari kelompok Yudaisme menjadi seorang
pengikut Kristus merupakan keyakinan hati nurani yang subyektif. Dengan tegas ia
berkata bahwa “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang ku anggap
rugi karena Kristus, oleh karena Dialah aku melepaskan semua itu dan menganggap
sampah” (Flp. 3:8). Dengan demikian ia tidak lagi terikat dan terkurung dalam
hukum-hukum Yahudi dan bersikap fanatik terhadap mereka yang di luar, sehingga
dapat dikatakan bahwa Paulus adalah seorang prajurit yang benar-benar bersedia
Yesus telah memanggil Paulus untuk “keluar” dari kehidupan Yudaisme yang
fundamentalis. Yesus tidak mau ia terjerat dalam kacamata hukum-hukum taurat yang
3 Tom Jacobs, Paulus, hidup, karya dan teologinya, Yogyakarta: Kanisius dan BPK Gunung Mulia,
1983, 55
12
menyimpang dari kehendak Allah. Oleh karena itu, pertobatan Paulus adalah tanda
“keluar” untuk menjadi “Surat Kristus” yang hidup dan yang dapat dibaca oleh
yang keduanya di Korintus. Ketika berada di jemaat Korintus, usaha Paulus untuk
menjadi ciptaan yang baru tidaklah gampang. Dalam keberadaan dirinya yang cacat,
kewenangannya sebagai rasul yang patut diragukan. Mereka tidak menderita karena
dan penyataan-penyataan dari karya Kristus namun adanya sikap perendahan diri
4 V.C. Pfitzner, Kekuatan Dalam Kelemahan Tafsiran atas Surat 2 Korintus, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004, 86
13
Ia tetap kembali pada tema penderitaan dan kelemahan sebagai batu penjuru dari
mempercayakan diri kepada Allah, mereka dapat menyatakan diri sebagai orang
Fenomena ini membuat jalan pikiran Paulus jelas sekali menjurus kepada
pemahamannya yang lengkap tentang karya Kristus, yaitu Ia telah mati untuk semua
orang, supaya mereka semua yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri tetapi
untuk Kristus yang telah mati dan bangkit bagi mereka. Maksudnya karya Kristus itu
terjadi apabila pusat hidup seseorang itu bukan dirinya sendiri melainkan Kristus.
Adanya keputusan yang sungguh-sungguh dengan sepenuh hati untuk mengikut dan
menyangkutkan dirinya dengan iman kepada Kristus. Dengan demikian maka orang
tersebut dapat mengambil bagian di dalam hidup dan mati Kristus, dan kekuatan serta
Ungkapan ini tidak hanya sekedar manis di bibir saja sebagai seorang yang baru
ketika berada dalam penderitaan, kelemahan dan kesesakannya. Ia tetap setia dan taat
kepada Kristus.
Sebab menurutnya bahwa kemuliaan ilahi dan kuasa Kristus tidak dibuktikan oleh
14
Dalam konteks Indonesia dengan ciri kemajemukan agama, kadang kala agama
Kristen terjebak dalam kacamata “tahu banyak” tentang kebenaran Tuhan. Misalnya
saja waktu di bandung 10 November 2003 ada sebuah sekte yaitu Sekte Sibuea, yang
Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang mengklaim itu merupakan hari
kedatangan Yesus yang kedua kali.8 Tentunya sebagai agama yang minoritas, ini
bukan cara yang tepat untuk menunjukan identitas sebagai “Surat Kristus” yang
Di samping itu, Gereja9 sebagai Tubuh Kristus sering “menjauh” dan “lari” serta
“tidak sadar” dari penderitaan dan kelemahannya untuk menjadi “Surat Kristus” di
tengah-tengah masyarakat. Gereja hanya mencari hal-hal yang ” enak”, yang ”besar”
dan yang punya ”power”. Identitas Gereja mulai kabur dalam kenikmatan duniawi.
Identitasnya hanya dikenal waktu hari minggu saja dan hari lain bukan lagi hari
pelayanan. Pelayanan yang dilakukan hanya berpusat pada mimbar saja (Pelayanan
Weekend).
Pernyataannya sulit dan rahasia sebagaimana ungkapan di dalam 2 Kor. 12:10 yaitu
”karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam
kesukaran, di dalam penganiayaan, dan di dalam kesesakan oleh Kristus. Sebab jika
15
Penyingkapan diri di dalam 2 Kor. 12:10 menunjukan ia adalah seorang yang
sadar akan kelemahannya, karena itu dapat menjadi teladan bagi orang lain, dan ini
merupakan cara atau metode dalam mengajar tentang kebenaran dan perilaku
Pernyataan ini menjadi perhatian yang serius yaitu mengenai makna “Sebab Jika
Aku Lemah Maka Aku Kuat” (2 Kor.12:10). Adanya sikap yang kontradiktif dari
Sikap itu terlihat ketika Paulus merasa bangga dan senang dengan kelemahannya
untuk bisa menjadi kuat. Tentunya ini aneh, karena pasti sebagai manusia berharap
untuk menjadi yang kuat, yang baik, dan yang tinggi dan sangat anti untuk menjadi
yang lemah, yang kecil dan yang susah. Karena itu apa makna yang terkandung
10 Paul Barnett, The Message of 2 Corinthians, England: Inter-Varsity Press, 1999, 184
16
Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis tertarik dan penasaran untuk
mengkaji permasalahan tersebut dalam skripsi ini dibawah judul : “Jika Aku Lemah
Maka Aku Kuat” dengan sub judul : Suatu Tinjauan Eksegetis Terhadap 2
B. PERUMUSAN MASALAH
2. Apa makna dan kerigma yang terkandung dalam pernyataan Paulus tentang
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam teks 2 Kor. 12 terdapat pesan yang luas dan dapat ditafsirkan dari
berbagai sudut pandang. Karena itu, penulis lebih konsentrasi dan fokus pada ayat
pernyataan Paulus “Sebab Jika Aku Lemah Maka Aku Kuat” dan implikasinya
bagi orang-orang percaya baik secara lembaga gereja maupun individu dalam
masyarakat.
17
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENULISAN
a) Tujuan penulisan
b) Kegunaan
1. Sebagai bahan inspirasi kepada para pembaca dan sikap berteologi dalam
secara Kritis-Analitis terhadap masalah yang digumuli, dan metode tafsir yang
18
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika yang dipakai dalam tulisan ini, yaitu sebagai berikut:
Sistematika Penulisan.
Korintus.
kerigma teks.
19
BAB 1
Pada bab ini penulis akan menggambarkan bagaimana keberadaan hidup Paulus yang
ada dalam dua masa yang berbeda, masa kanak-kanak dihabiskannya di Tarsus, dan
latar belakang dan konteks kehidupan Paulus yang sangat mempengaruhi dalam
1.1.Biografi Paulus
Paulus lahir di kota Tarsus di wilayah Sisilia (Kis. 21: 39), sebuah kota Yunani
yang juga menjadi salah satu pusat kebudayaan Yunani (Helenistis).11 Tarsus
merupakan kota kebanggaannya dan menjadi kota pendidikan tinggi serta juga pusat
pemerintahan dan perdagangan. Tarsus adalah salah satu kota yang paling ramai di
dunia. Letaknya di pinggir laut tengah, di muara sungai Sidnus, dan pelabuhannya
1.1.1.Pendidikan Paulus
Sejak dahulu orang Yahudi sangat teliti mengenai pendidikan anak-anak mereka.
popok telah dilatih untuk mengakui Allah sebagai Bapa mereka dan sebagai Pencipta
20
dunia ini”.12 Maka itu ketika Paulus berumur 6 tahun, dia pergi ke sekolah untuk
perkamen kecil yang berisi bagian-bagian dari kitab Taurat, dan harus dihafalkannya.
Demikian anak-anak Yahudi begitu dini mempelajari hukum agama sehingga hukum
menurut ajaran Farisi yang keras (Kis. 23: 6, Flp. 3: 5). Ketika Paulus berumur 12
atau 13 tahun, dia menjadi apa yang disebut “Anak Hukum Taurat”. Pada usia itu
ayahnya tidak lagi bertanggung jawab apakah Paulus mentaati hukum agama atau
tidak, melainkan Paulus sendiri harus bertanggung jawab atas hal itu. 13 Oleh karena
itu, sewaktu masih sangat muda orang tua Paulus memutuskan ia harus menjadi
seorang Rabi (Guru Hukum Taurat). Sebagai anak kecil di Tarsus, ia belajar tentang
setempat.14
Tidak lama kemudian, tepat usia 12 tahun Paulus dikirim dari Tarsus ke pusat
Yahudi yakni Yerusalem. Di sana ia menjadi murid rabi Gamaliel, seorang rabi yang
terkenal waktu itu, sehingga Paulus dapat memahami Kitab Ibrani secara teliti, dan
21
predikat “the best” pada masa kuliahnya, bahkan jauh lebih maju dari pada teman-
Cara belajar yang intensif itu berlangsung terus sampai Paulus mencapai umur 20
atau 21 tahun, demi memenuhi syarat menjadi seorang rabi. Namun sebagai seorang
rabi dilarang untuk menerima bayaran sebagai imbalan pengajarannya. Orang Yahudi
berpendapat bahwa seorang guru tidak boleh menerima uang dari murid-muridnya.16
mempunyai bulu khas. Bulu binatang itu dijadikan wol untuk membuat tenda, kain
korden serta hiasan gantung lainnya. Paulus bangga sebab dia mencari nafkahnya
1.1.2.Potret Paulus
Nama Paulus dalam bahasa latin itu diserap dari nama Yunani “Paolos” artinya Si
Kecil. Nama ini sudah ia dapatkan sejak lahir. Ayahnya Paulus adalah keturunan dari
suku benyamin atau anak yang paling kecil (bungsu) dari Yakub. Nama Ibrani dia
adalah Saul atau Saulus (bahasa Latin) yang diambil dari nama raja Israel yang
pertama.
16 Salah seorang dari mereka (orang-orang Yahudi) mengatakan bahwa “janganlah membuat murid-
muridmu sebuah alat pencarian nafkahmu; buatlah mereka mahkotamu yang memberi kemuliaan
kepadamu”. Orang Yahudi berpendapat bahwa orang yang tidak mengajarkan suatu ketrampilan
kepada anaknya, mengajar dia untuk merampok. Baca: W. Barclay, Duta Bagi Kristus, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001, 12
17 W. Barclay, Duta Bagi...13
22
Menurut Alkitab penampilan lahiriah Paulus itu tidak meyakinkan (I Kor. 2:3; II
Kor. 10:10). Keterangan yang lebih rinci mengenai penampilan Paulus tercantum
dalam Kitab Apokrifa “Acts of Paul and Thecla ”18 yaitu orangnya kecil, rambutnya
tipis halus, kakinya bengkok, badannya tegap, alisnya tebal sampai bertemu,
Sering mengalami siksaan seperti dilempari batu dan perintah Kaisar Nero supaya
menyiksa dengan besi panas selama tiga hari.20 Di samping itu, ia juga menderita
penyakit rematik dan persendian (II Kor. 12: 7). Paulus menyebut rintangan
Tetapi mungkin lebih tepat dengan kata Yunani yang menerjemahkan duri menjadi
“pasak”. Sebab yang dirasakan Paulus bukan hanya seperti duri tetapi lebih mirip
Tercatat pada masanya bahwa sepertiga dari kitab Perjanjian Baru adalah hasil
karya tulisan Paulus, walaupun demikian hanya sedikit sekali yang ditulis mengenai
diri pribadinya. Dari ke-13 surat-surat Paulus yang tercantum dalam Alkitab hanya 7
yang bisa dipastikan positif sebagai hasil karyanya. Surat-surat itu adalah surat Roma,
surat 1 dan 2 Korintus, surat Galatia, surat Efesus, surat Filipi, surat 1 dan 2
18 Kitab-kitab apokrif yaitu kisah-kisah yang memuat tentang peristiwa perjalanan Rasul Paulus dan
Thekla serta kisah Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Baca: F. D. Wellem, Hidupku Bagi Kristus, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2003, 49
19 www.BiografiRasulPaulus.co.id, Oesapa, 14 Oktober 2008
20 F. D. Wellem, Hidupku Bagi…51
21 Liem Khiem Yang, Kebenaran Allah Lawan Kebenaran Sendiri, Paulus - masalah beragama –
kekerasan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002, 3
23
Beberapa surat sisanya, dibantu oleh sekretaris-sekretarisnya. Semua surat-
suratnya ditulis dalam bahasa Koine-Yunani. Surat-surat Paulus disebar luaskan oleh
Onesimus pengagumnya Paulus sekitar tahun 90. Onesimus sang hamba yang
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa Paulus mati sahid. Paulus dipancung di
suatu tempat yang bernama Aquiae Salviae, jalan Ostia, dekat pohon cemara. 23
Jenazahnya dikuburkan di sana dan sekarang berdiri gedung gereja Santo Petrus.
Paulus adalah orang Ibrani asli dan pengikut aliran keras, yaitu golongan Farisi
(Kis 23:6). Ia bangga akan kenyataan ia seorang Farisi yang baik. Kaum Farisi
bukan hanya hukum Perjanjian Lama yang tertulis, tetapi juga hukum-hukum
Yahudi, Paulus kuat kepercayaannya kepada Allah yang Satu dan Benar. Lebih dari
Yudaisme atau agama Yahudi adalah kepercayaan yang unik untuk orang atau
bangsa Yahudi (penduduk Negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar
negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang
22 www.Surat-suratPaulus.co.id, (bentuk artikel) Oesapa, 14 Oktober 2008
23 F. D. Wellem, Hidupku Bagi…51
24 John Drane, Memahami Perjanjian…292
25 Paham tentang Allah yang jauh.
24
Maha Esa, Pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di
mereka sebagai cahaya kepada manusia sedunia.26 Dalam adat-adat dan Undang-
undang penganut Yahudi tercatat bahwa anak laki-laki diharapkan untuk disunat
Apabila seorang anak laki-laki mencapai kematangan dia akan dirayakan karena
Mitzvah”. Demikian Paulus disunat pada hari ke-8, dan ia dapat membanggakan diri
sebagai orang Ibrani (Flp. 3:5). Pada waktu di Yerusalem Paulus belajar pada seorang
Yahudi yang sangat alim bernama Gamaliel.27 Di sana ia dididik sebagai seorang
Farisi, yaitu penganut aliran hukum Yahudi yang paling keras, yang harus mentaati
peraturan-peraturan Yahudi yang sangat ketat. Kata Farisi berarti “orang yang
dipisahkan”. Dan orang-orang Farisi adalah mereka yang memisahkan diri dari rakyat
biasa dan kehidupan biasa supaya dapat mematuhi setiap bagian, walau sekecil-
kecilnya dari hukum Taurat. Yang menyulitkan keadaan ialah bahwa orang-orang
Farisi sama sekali tidak mau bergaul dengan orang yang tidak seketat mereka dalam
mentaati hukum Taurat. Akibatnya orang tersebut tidak boleh memasuki rumah
mereka.28
25
Suatu kehidupan yang dikuasai oleh peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang
demikian kerasnya pasti merupakan kehidupan yang sangat terbatas dan tidak
menyenangkan. Namun mereka rela menerima hidup demikian, dan dengan sangat
ketat mereka mematuhi setiap peraturan sampai yang sekecil-kecilnya. Hanya orang
yang mempunyai kepercayaan yang fanatik mendalam akan mau melakukan itu.29
Demikian pun Paulus adalah seorang Yahudi yang fanatik beragama (Gal. 1: 14)
1.3.Saulus Si Penganiaya
Sebagai seorang Yahudi yang fundamental, Saulus dengan setia dan rajin menjaga
warisan nenek moyangnya terhadap aturan-aturan yang telah ada dari zaman Musa.
eskatologis akan kerajaan Mesias, mereka mempunyai perspektif yang sangat tinggi
akan kedatangan Sang Mesias. Mesias yang seharusnya lebih mulia dari Musa.
Mesias yang seharusnya membawa kebanggaan Israel tiba pada puncak, yang
sepanjang sejarah belum pernah tercapai. Namun kenyataan berkata lain, ketika pada
akhirnya hanya melihat seorang muda tergantung di kayu salib sampai mati. Lebih
memalukan lagi ketika sekelompok orang tak terdidik semakin banyak dan semakin
berani untuk terus memproklamirkan Yesus sebagai Mesias. Suatu penghinaan, bukan
saja atas tradisi Israel, dan atas pengharapan Israel, tetapi juga atas figur Mesias. Dan
semuanya itu juga menyatakan penghinaan terhadap Allah Israel. Inilah yang
26
membuat sang Saulus muda mulai berkobar-kobar menangkap, memenjarakan dan
tertuang dalam adat nenek moyangnya itu, Saulus sama sekali tidak merasa bersalah
menganiaya jemaat Allah (Flp. 3: 6). Karena jemaat yang mengakui Yesus sebagai
Mesias (Kristus) itu menyimpang dari ajaran agama Yahudi dan mengganggu, bahkan
lembaran Kisah Para Rasul sebagai seorang muda yang memegangi jubah mereka
yang merajam Stefanus dan ia setuju bahwa Stefanus mati dibunuh (Kis. 8:1).31
diturunkan dari nenek moyang Yahudi dengan sangat teliti. Berdasarkan kebenaran
ini, maka Saulus melihat itu sebagai hal yang wajar dilakukan, demi meningkatkan
daerah lain. Tetapi hal itu tidak membuat Saulus berpaling dari semangat yang
menyala-nyala untuk memburu mereka. Maka dengan surat kuasa dari Imam Besar,
27
Padahal secara tidak sadar Saulus telah membangun kebenarannya sendiri dan
melawan kebenaran Allah.33 Gerakan ini menjadi titik kelemahan Saulus yang
Demikian Saulus adalah termasuk anggota dari ke-6000 orang Farisi yang sangat
saleh, yang betapa pun sesat keyakinan mereka, namun tetap merupakan pasukan
28
1.4.Pertobatan Saulus
“Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi” (Flp.
3: 7). Pengakuan Saulus di atas merupakan perubahan dari sesuatu yang dibanggakan
antara “dahulu” dan “sekarang”. Kebanggaan hidup baru Rasul Paulus, bukan lagi
sesuatu yang diperolehnya secara turunan, seperti dilahirkan sebagai orang Israel,
Kebanggaan hidup baru Rasul Paulus terjadi saat perjalanan menuju Damsyik,
ketika itu kira-kira tengah hari, matahari telah tinggi di langit. Dengan semangat
Saulus ingin sekali sampai ke kota Damsyik sebelum matahari terbenam, supaya
secepatnya mungkin dapat dimulainya pekerjaan yang kejam itu. Tiba-tiba terpancar
suatu cahaya yang terang sekali. Cahaya yang ajaib itu membuat Saulus rebah ke
mengapakah engkau menganiaya aku?”.35 Suara yang singkat dan sederhana ini
membawa arti yang besar kepada suatu pertemuan yang mengubah, bukan saja
kehidupan Paulus, tetapi juga sejarah gereja. Pertemuan yang memiliki dampak
begitu besar bagi Saulus, karena pertemuan inilah yang membuatnya mengerti apa
Tuhan melahirkan kembali Paulus, setelah dia menjalani hidup yang mati.
Perlawanannya yang sia-sia kepada Tuhan membuat dia hanyalah seperti bayi yang
gugur di hadapan Tuhan. Paulus menjadi orang yang sadar akan hal ini dan mengerti
35 J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2 – Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996,
726
36 Perubahan yang diungkapkan kembali dalam surat kepada jemaat di Korintus sebagai pertemuan
antara Kristus dengan dirinya yang seperti seorang anak yang lahir sebelum waktunya. Perubahan yang
adalah mati menjadi hidup.
29
jelas karena dirinya adalah pendosa yang dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya,
Menurut Paulus dosa adalah gerakan membelok dari jalan yang lurus (Roma 3:
23). Pengertian dosa sebagai pelanggaran tidak ada artinya apabila tidak ada suatu
patokan yang ditetapkan sebagai pengukur pelanggaran itu.38 Paulus mengerti hal ini
lebih dalam dari orang lain sekalipun terdapat pengakuannya (bnd. I Timotius 1:16).
Semua manusia sudah berdosa, tetapi Paulus menjadi orang yang Tuhan pilih bukan
hanya mengajarkan apa itu dosa, tetapi juga menjadi contoh agar orang sadar akan
dosa.
Yesus memanggil Paulus, tidak untuk menghukum, seperti yang telah ia buat
kepada para pengikut Yesus. Yesus tidak membunuh Paulus. Yesus tidak menyeret
perbuatannya. Tetapi lebih dari itu, Yesus menjadikan dia alat-Nya untuk menjadi
saksi bagi Dia. Paulus yang tadinya menyiksa Yesus sekarang menjadi saksi bagi
Yesus.
Dalam hubungan dengan pertobatan Paulus ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
37 Allah memilih kita dan kemudian memanggil kita supaya kita memperoleh kemuliaan Yesus
Kristus. Kita adalah orang-orang pilihan, bukan orang sembarangan. Kita dipilih untuk ditentukan
serupa dengan Kristus. “Sebab semua orang yang dipilihnya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi
yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga
dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya, mereka itu juga
dimuliakan-Nya Roma 8: 39-30” Baca: Hanna Sebadja, Kuat di dalam Kristus, Yogyakarta: ANDI,
1994, 3
38 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995, 219
30
a. Keliru apabila orang hendak mengerti pertobatan Paulus ini sebagai
“pertobatan pindah agama”.39 Secara ilmu sejarah hal itu adalah keliru, karena
b. Yang benar adalah Paulus bertobat kepada Kristus, dan meninggalkan cara
Dengan kata lain bahwa arti pertobatan Paulus kepada Kristus yaitu sekarang ia
tidak lagi berusaha mendirikan kebenarannya sendiri, tetapi sekarang ia hanya mau
Sebagai wujud proses kelahiran kembali, maka Paulus membuat usaha yang luar
keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan
hanya bagi orang Yahudi. Namun dengan gagasan dari Paulus ini muncul pertikaian
antara dirinya dan murid-murid Tuhan Yesus (terutama Petrus dan Yakobus). Untuk
31
b. Orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak
berbahasa Yunani.42
hamba Kristus43.
32
3. Galatia · 2. Frigia · 3. Efesus · 4. Makedonia · 5.Korintus · 6. Kengkrea · 7.
Makedonia (lagi) · 8. Troad· 2.(Troas)
1. Antiokhia Seleukia· ·9.
3. Asos
Siprus · ·10. Metilene
3a.Salamis · 3b.· 11.
PafosKhios · 12.
· 4. Perga Samos· ·6. Konya
· 5.Pisidia
13. Miletus · 14. Kos · 15. Rodos 16. Patara · 17. Tirus · 18. Ptolemais · 19.
(Ikonium) · 7. Listra · 8. Derbe · 9. Antalya · 10. Antiokhia . 11 Roma (kembali} Kaisarea
(Caesarea2.Maritima) · 20. Yerusalem
Kilikia · 2. Derbe · 3. Listra · 4. Frigia · 5.Galatia · 6. Misia (Alexandria Troas) · 7. Samotrake · 8.
Kavala (Neapolis) · 9. Filipi · 9. Amfipolis · 10. Apolonia · 11. Tesalonika · 12. Beroea · 13.
Athena · 14. Korintus · 15. Kengkrea · 16. Efesus · 17. Siria · 18. Kaisarea (Caesarea Maritima) · 19.
1.1.KorintusYerusalem
- Kota 20.DiAntiokhia
Pinggir Dua Lautan
sebuah kota penting di negeri Yunani, yang menghubungkan Yunani Utara dengan
Yunani Selatan. Di antara teluk Saronik dan teluk Korintus terletak genting tanah
yang sempit, yang jarak lintasnya hanya beberapa kilo meter, dan di atas tanah itu
berdirilah kota Korintus. Kota Korintus terletak di tempat yang strategis dan
merupakan pusat perdagangan antara Eropa dan Asia Barat. Orang menyebutkan
33
”Kota Di Pinggir Dua Lautan” atau ”Jembatan Yunani”.45 Oleh karena itu, di Kota
1.1.1.Situasi Politik
Di zaman Yunani kuno, Korintus merupakan kota termasyur. Tetapi pada tahun
146 S.M. kota itu ditimpa malapetaka. Pada waktu itu bangsa Romawi telah
mengalahkan Yunani, dan karena Korintus merupakan pusat strategis yang sangat
Tetapi pada tahun 44 S.M. Korintus bangkit lagi dari puing-puingnya. Julius
Caesar menyadari bahwa Korintus terlalu penting lokasinya untuk dibiarkan sebagai
padang belantara, maka berdirilah sebuah kota yang lebih hebat dan lebih mewah di
atas puing-puing yang lama itu. Korintus adalah ibukota propinsi Akhaia, tempat
kedudukan Gubernur Romawi. Seorang penguasa Roma baru telah diangkat, yakni
Prokonsul Yunius Annaneus Galio saudara dari Seneca, filsuf dan pujangga dari
Sekitar tahun 55 atau 51 S.M Paulus mengunjungi Korintus. Di kota itu terdapat
suatu jalan raya yang megah yang menghubungkan antara kota Atena dan kota
Korintus. Sebelum sampai di kota itu terdapat terusan yang panjangnya 4 mil dengan
34
memotong suatu genting tanah yang menghubungkan Peloponnesus ke Attica.
Terusan ini memperpendek jarak sejauh 200 mil yang harus ditempuh kapal-kapal
Nero merencanakan terusan ini pada tahun 66.48 Pada tahun yang sama nasib
malang bagi Galio bersama dua saudara laki-lakinya, Mela dan Seneca, yang
Pada masanya kota Korintus ini dikenal sebagai Kota Metropolitan karena
dijadikan pusat dan jalur perdagangan antar negara. Selain sebagai pusat
perdagangan, kota pelabuhan ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam
tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya
makmur.50
Korintus bahkan merupakan salah satu dari tiga kota pusat ekonomi utama di
Yunani. Salah satu sumbernya yaitu terdapat suatu pertandingan olimpiade yang
48 Charles Ludwig, Kota-kota pada zaman Perjanjian Baru, Bandung: Kalam Hidup, 1975, 41- 49
49 Galio dipaksa untuk bunuh diri, dan ia melakukannya dengan memotong urat-urat nadinya dan
kemudian berbaring di bak kamar mandi yang diisi air panas. Ini merupakan cara yang populer pada
waktu itu. Baca: Charles Ludwig, Kota-kota pada zaman…42
50 Sejarahwan Strabo, mencatatnya, "Korintus disebut makmur, karena perdagangannya, yaitu karena
letaknya di Isthmus dan memiliki dua pelabuhan, yang satu menuju ke Asia dan satunya lagi menuju
ke Italia, dan ini memudahkan para pedagang dari kedua negara yang saling berjauhan. Lechaeum,
pelabuhan barat dari teluk Korintus ini, adalah pelabuhan dagang menuju Italia dan Sisilia, dan
Cenchreae, pelabuhan timur di teluk Saronic, adalah pelabuhan untuk negara-negara Mediterania
timur." Sumber: www.KotaKorintus.co.id, Oesapa, 16 Oktober 2008
35
pertandingan itu. Dan pegunungan Akrokorintus yang berwarna coklat yang
yang datang dari timur ke barat atau dari barat ke timur, berlayar ke salah satu teluk
di pinggir genting tanah. Tanah itu biasa disebut Diolkos.52 Dengan demikian, semua
lalu lintas dari timur ke barat harus melalui kota Korintus, sehingga kota itu dijuluki
pelabuhan yaitu minyak balsem Arab, lontar Mesir, kurma Fenesia, gading Libia,
permadani Babel, bulu kambing Kilkia, dan bulu domba Likaonia. Kapal dari seluruh
dunia berlabuh di dermaga Korintus, tempat kapal-kapal perang Yunani kuno yang
termasyur.
Dengan adanya kota pelabuhan ini, maka jasa pelacuran mudah didapatkan. Di
atas bukit yang membentang ke arah Korintus terlihat sebuah kuil penyembahan
kepada dewi Aphrodite, dewi cinta. Di kuil inilah banyak kaum pelacur wanita
maupun lelaki melakukan praktek amoral mereka sebagai bagian dari upacara ritual
agama mereka.
sangat bebas. Adanya pandangan tentang kebebasan yang lebih melampaui arti kasih
51 Batu karang yang besar ini berfungsi sebagai menara pengintai untuk menyelidiki musuh. Tempat
ini juga merupakan suatu tempat yang menyenangkan untuk mengungsi. Dan kemudian nama Korintus
asal mulanya dari nama tempat itu. Korintus berarti pengawasan atau penjaga. Baca: Charles Ludwig,
Kota-kota pada…44
52 Yang berarti: tempat menarik ke seberang. Sistem transportasi logistik. Baca: William Barclay,
Duta Bagi…137
36
saudara.53 Maka tak heran sering kali terjadinya persoalan yang hebat dalam sistem
sosial kemasyarakatan yang ada di kota Korintus. Semua persoalan itu mengancam
Korintus adalah salah satu kota yang paling jahat di dunia. Ada ungkapan sinis dalam
bahasa Yunani yang berbunyi demikian, “berkelakuan seperti orang dari Korintus”
Inilah Korintus, kota kosmopolitan yang sibuk, yang berlari cepat, menyediakan
segala macam variasi hidup bagi masing-masing kelas dan komunitas yang kompleks
pengetahuan, termasuk agama Yahudi. Pola pikir Helenis sangat kuat di Korintus dan
Filsafat berkembang sangat pesat. Pada tahun 49 orang-orang Yahudi diusir dari
komunitas Yahudi yang paling kosmopolitan. Acara budaya Korintus yang terkenal
adalah 'Ishtmian Game' di mana setiap dua tahun mereka adakan untuk menghormati
Di jantung kota ini juga terdapat kuil Apollo yang terkenal. Sejarahwan Strabo
juga mencatat adanya 1000 pelacur 'sakral' di kuil Aphrodite di atas “Acrocorinth”,
53 Paul Barneth, The Message of 2 corinthians, England: Inter-Varsity Press, 1999, 183-184
54 Hampir semua cabang olahraga dapat dipertandingkan di dalam pertandingan itu. Termasuk
pertandingan Gladiator.
37
gunung yang paling terkenal di Korintus. Bahkan kata Korintus yang berasal dari kata
pelabuhan lainnya, jasa pelacuran tidak sulit untuk dicari. Sehingga secara tidak sadar
timbul suatu sikap yang terlalu bebas dalam pergaulan sebagai saudara yang
Korintus juga terkenal sebagai kota yang dipenuhi kaum intelektual. Kalangan
intelektual yang memiliki pengaruh kuat adalah golongan atau penganut Epikuros
pemahaman mereka bahwa hidup ini hanya satu kali. Kehidupan setelah kematian
(kebangkitan orang mati) tidak dikenal dalam ajaran Epikuros. Dalam pengertian
Rupanya jemaat Korintus bimbang dengan adanya dua ajaran di sekitar mereka.
Ajaran pertama adalah ajaran kaum Hedonis yang menolak ajaran kebangkitan.
Ajaran kedua adalah ajaran Kristen yang mengajarkan adanya kebangkitan orang
mati. Bagi kalangan hedonis, kebangkitan orang mati adalah ajaran yang ganjil.
Namun ada pula golongan-golongan yang lain yaitu, golongan Apolos, golongan
Kefas dan golongan Paulus serta ada yang mau mengatasi semuanya itu dengan
antara mereka. Yang diutamakan adalah gaya dan pidato yang berapi-api. Mungkin
55 Perkataan “Korintus” sering dipakai untuk menyindir seseorang. Istilah ini dipakai untuk
mengatakan keadaan amoral yang bejat.
56 Hedonisme berasal dari kata “hedone” yang artinya kesenangan atau kenikmatan. Hidup ini hanya
satu kali, karena itu bersenang-senanglah, nikmatilah hidup sepuas-puasnya. Untuk mencapai
kepuasan, jalan apapun bisa ditempuh yang penting senang.
57 J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan…826
38
Apolos lebih fasih berkata-kata dari pada Paulus, tetapi isi ajarannya sama dengan
pandangan Yunani yang klasik. Apolos disebut dalam Kis. 18: 24-28, ia
adalah seorang Yahudi dari Aleksandria, seorang yang fasih berbicara dan
sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Maka dengan sendirinya ia menjadi
bahwa kehidupan Kristen berarti mengikuti hukum Taurat dengan ketat, baik
dari mereka adalah orang Yahudi atau bukan Yahudi yang takut kepada Allah
39
d. “Kelompok Pengikut Kristus”, mungkin sekali terdiri dari sekelompok orang
dengan Kristus sendiri, sama seperti hubungan mistik yang telah mereka alami
Pada abad ke-2 gabungan berbagai pandangan yang ekstrim ini menyebabkan
pertemuan mereka terjadi keajaiban, misalnya ada orang yang berbahasa roh atau
bernubuat.59
harus berpakaian yang layak dan rambut yang pantas (tudung kepala bagi perempuan
40
Pertemuan-pertemuan ini dipakai oleh rasul-rasul palsu yang selalu
10-18), bahwa ia tidak terlatih sebagai seorang pembicara (2 Kor. 11: 6) dan lemah
bila dibandingkan dengan tokoh-tokoh karismatis lainnya (2 Kor. 10: 10; 11: 21-
30).61
Sumber: www.BudayaDanKebiasaanKorintus.co.id
61 V. C. Pfitzner, Kekuatan Dalam Kelemahan – Tafsiran Atas Surat 2 Korintus, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004, 142
41
Rangkuman :
Gejolak konteks Korintus dan latar belakang hidup Paulus di atas sangat
Menurutnya Korintus merupakan tempat yang paling tidak sesuai untuk iman Kristen.
Banyak orang-orang yang mengkritik pola dan sistem pelayanannya, termasuk para
dalam kekuatan Kristus. Karena itu, latar belakang konteks historis di Korintus yang
dihadapi oleh Paulus ini sangat menolong kita untuk melihat makna apa yang
terkandung dalam ungkapannya “Jika Aku Lemah Maka Aku Kuat”. Untuk itu pada
Bab II akan dikaji lebih dalam dan tajam tentang makna ungkapan tersebut.
42
BAB 2
pembimbing, guna mengarahkan tujuan pendalaman terhadap surat 2 Korintus 12: 10.
2.1.1. Penulis
dengan Paulus. Menurut pendapat para ahli bahwa dalam buku C. Groenen
dari Paulus, yaitu 1 Tesalonika, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Roma, Filipi dan Filemon.
Surat 1 Korintus mempunyai suatu garis pandangan yang jelas dari mula samapi
akhir. Tetapi surat 2 Korintus sering kelihatan seperti bunga rampai dari nasihat-
beberapa tempat dalam surat 2 Korintus (2 Kor. 2: 14 – 7: 4), (2 Kor. 8 dan 9) dan (2
Kor. 10 - 13). Namun demikian, penulis yakin sungguh bahwa surat ini adalah hasil
karangan Paulus. Selain itu alasan lain yang menguatkan bahwa dari isi utama surat
ini adalah tentang kelemahan yang dapat merangkum semua yang tertulis di
43
2.1.2. Waktu dan Tempat Penulisan
Waktu penulisan surat 1 Korintus yaitu dalam musim dingin sekitar tahun 54
atau 55, pada puncak karir Paulus di Efesus. Sedangkan waktu penulisan surat 2
Perjalanan Paulus dari Efesus ke Makedonia terdapat dalam laporan Kisah para Rasul
persoalan pribadi dari pada ajaran doktrinal atau peraturan gereja. Kemanusiaan
mengandung pengungkapan perasaan pribadi. Surat ini ditulis bukan hanya untuk
membela diri terhadap beberapa kecaman yang dilontarkan oleh jemaat Korintus
tetapi juga terhadap fitnahan dan tuduhan yang dilontarkan kepadanya oleh musuh-
musuhnya.65
44
Marxsen mengatakan bahwa surat 2 Korintus merupakan gabungan dari beberapa
buah surat, yaitu surat A (apologia/ pembelaan: 2: 14-7:4) – kunjungan antara surat B
(surat air mata atau surat empat pasal: 10-13) dan surat C (surat perujukan atau
dengan surat C dan pasal 9 merupakan surat terakhir yang ditulis Paulus kepada
jemaat Korintus dan kemungkinan tidak ditulis beberapa waktu setelah pasal 8.66
terpisah.67 Surat 2 Korintus sering kelihatan seperti bunga rampai dari nasihat-nasihat
Paulus dapat merasakan kekuatan Kristus. Paulus merasa senang dengan dan di dalam
penderitaannya sebab semua itu menyatakan kuasa Allah dan kuasa Allah
menanggung penderitaan itu. Apabila kita lemah dan menyadari kelemahan kita,
Kuasa Allah yang menjadi sumber kekuatan adalah ciri khas yang muncul dalam
surat 2 Korintus. Dari isi utama surat ini kita dapat merangkum semua yang tertulis di
dalamnya dan akan mengerti lebih jelas isinya. Kekuatan dan kuasa Tuhan
45
memegahkan kuasa Tuhan. Jadi jika orang yang menyangka bahwa ia cukup kuat
untuk mengubah hatinya, dan untuk mengatasi masalah hidup dengan kekuatannya
sendiri, maka akan dibiarkannya tetap bersandar kepada kekuatan dirinya sendiri
yang semu.
Dengan demikian, kelemahan bukan tanda sikap pesimis, diam dan pasrah
terhadap keadaan tetapi kelemahan memberi isyarat untuk merasakan kekuatan Allah.
Misi perjalanan Paulus yang kedua adalah kota Korintus. Di sana ia tinggal
selama 18 bulan. Paulus tinggal bersama dua orang Yahudi dari Roma, yaitu Akwila
dan Priskila.69
Sebagian besar anggota jemaat Korintus adalah orang-orang non Yahudi, dengan
muncul dari berbagai kaum, yaitu kaum Libertin, yang menyatakan mereka mengikuti
Paulus, mengajak seluruh jemaat supaya jangan cemas terhadap terjadinya percabulan
secara terang-terangan. Kaum Legalis, yang menyatakan diri sebagai pengikut Kefas,
membangkitkan persoalan lama tentang jenis makanan yang boleh dimakan orang
di Kuil-kuil kafir sebelum dijual kepada umum. Kaum Filsuf, para pengikut Apolos,
69 Donald Guthrie, New Testament Introduction Revised Edition, Inter Varsity Press, 1991, 421
70 J. D. Douglos, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/ OMF, 1996, 584
46
mengatakan mereka mempunyai semacam hikmat yang lebih unggul dari apapun
yang pernah disampaikan Paulus. Kaum Mistik, yang menyatakan diri sebagai
supra alami.71
yaitu golongan Apolos, Paulus, Kefas, dan Pengikut Kristus. Keempat kelompok
tersebut dengan jelas mencerminkan latar belakang yang berbeda-beda dari orang-
orang Kristen di Korintus. Fenomena situasi jemaat Korintus ini membuat keruh misi
rohani. Jemaat di Korintus memiliki semua karunia tersebut dan karunia lainnya
mengalami karunia (charisma) dan karena itu disebut suatu jemaat yang
Kharismatik.73 Namun para rasul-rasul palsu rupanya juga menyatakan bahwa mereka
Maka ini merupakan suatu persoalan besar yang masih dihadapi jemaat Korintus.
47
orang Kristen seharusnya berhubungan satu sama lain dalam kehidupan jemaat
setempat.
bentuknya yang paling sederhana. Ia menganggap tubuh manusia sebagai suatu mesin
fungsinya sendiri guna menjamin bekerja di seluruh badan secara lancar. Tubuh tanpa
telinga atau mata adalah cacat sama seperti sebuah tubuh tanpa tangan atau kaki.
Pertanyaan apakah tangan lebih menarik dari pada mata merupakan pertanyaan yang
Tuhan (12:1) tetapi ia menegaskan bahwa ia tetap kembali ke tema penderitaan dan
a. Untuk menjelaskan hubungan yang kurang begitu baik dengan jemaat Korintus,
74 Prinsip Bhineka Tunggal Ika yang merupakan kunci bagi kesehatan tubuh manusia, juga merupakan
keharusan mutlak agar terjalin hubungan yang baik dalam jemaat. Orang Kristen secara perorangan
dapat dibandingkan dengan telinga, tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya. Setiap orang merupakan
pribadi yang berlainan dan unik. Tetapi mereka semua merupakan bagian penting dari keseluruhan dan
jika mereka tidak bekerja dengan baik maka kehidupan jemaat secara keseluruhan terganggu. Baca:
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 428
48
Paulus dan jemaat Korintus, yang bermaksud memperteguh persekutuan yang
ada.75
b. Komitmen Paulus yang membela identitas kerasulannya secara tegas dan keras
(11: 1-6), gaya hidupnya (ayat 7-11), dan sumber tertinggi dari kewenangannya
sendiri dan mempercayakan diri kepada Allah, mereka dapat menyatakan diri
c. Inti status kerasulannya adalah karena karya Kristus. Maksudnya karya Kristus
itu terjadi apabila pusat hidup seseorang itu bukan dirinya sendiri melainkan
kekuatan serta kenyataan hidup Kristus akan dilimpahkan kepadanya. Ini adalah
kunci panggilan kudus Rasul Paulus, yang senang dan rela di dalam kelemahan,
(12:10).
49
50
2.1.6. Tempat Nats Dalam Konteks
Kewibawaan Paulus sebagai Rasul mendapat perlawanan dari para rasul palsu,
51
VIII.Salam penutup (13: 11-14)
Akhir dari surat-suratnya, Paulus membuat bagian ini tersirat berkat, nasehat-
Berdasarkan konsep di atas, maka nats yang akan dikaji oleh penulis yaitu 2
Dalam tahap ini akan dilihat nats 2 Korintus 12:10 dalam hubungannya dengan
nats sebelumnya yaitu 2 Korintus 11: 1-12: 9, dan nats sesudahnya yaitu 2 Korintus
12: 11-13:1-13. Dengan demikian konteks khusus dibagi dalam 2 bagian yaitu
Dalam 2 Korintus 11: 1-12: 9, merupakan bagian pembukaan dari apa yang telah
disebut “ucapan kebodohan” Paulus (11: 1-12:13). Bagian pembukaan ini adalah
sebagai rasul-rasul palsu dan pekerja-pekerja curang (ayat 13). Ia menggunakan ironi
yang menggigit sebagai pendahuluan dari pemegahannya yang jauh dari lebih bodoh
(ayat 16).
ialah seperti seorang ayah yang cemburu. Karena orang-orang Korintus bermain-main
dengan ajaran para penyusup di jemaat itu. Mereka adalah rasul-rasul palsu dan
52
pekerja-pekerja palsu. Mereka adalah penipu yang menutupi rasa bersalah dalam
suatu penyamaran sebagai pemberita Injil. Melihat fenomena ini, maka Paulus
memainkan permainan pemegahan yang sama seperti orang bodoh karena orang-
seorang rasul Kristus yaitu dalam kelemahannya, ia melihat kuasa Allah yang
sempurna, dan katanya “sebab jika aku lemah maka aku kuat”.
kehidupan sebagai manusia dengan menciptakan jejak teladan sebagai seorang hamba
yang mau peduli dalam kelemahan dan keterpurukan manusia dalam dosa.
Dalam kerangka ini tergambar garis “benang merah” dengan nats 2 Korintus 12:
10 yang memperlihatkan dengan jelas betapa senang dan relanya Paulus dalam
53
kelemahannya. Dalam semua pembicaraan bodoh ini terdapat hikmat yang dalam.
Seperti yang diperlihatkan oleh klimaks dari ucapan si bodoh ini (12: 9-10). Hamba
Kristus yang bodoh ini tidak berdusta ketika ia membanggakan dirinya berdasarkan
Pembagian nats ini termasuk dalam bagian dari tema pembelaan pribadi Paulus
“permainan dalam kebodohan” yang dimulai dalam pasal 10: 1. Pemegahan palsu
seorang bodoh.
Paulus masih diserang oleh para rasul yang luar biasa itu.79 Gelar ini diberikan
kepada para rasul palsu di Korintus yang telah masuk menggeroti jemaat di sana. Para
rasul yang luar biasa itu, yang berpura-pura dan tidak kurang seperti pelayan-pelayan
iblis (11: 13-15), tidak hanya menyatakan dirinya lebih unggul melalui pengalaman
Paulus menandingi pernyataan itu pula namun rumusannya dalam bentuk pasif (telah
54
karya-karya ini. Mungkin yang lebih tepat, perbuatan kuasa yang dilakukan oleh Roh
menempatkan semuanya itu dalam konteks yang sesungguhnya yaitu daya tahan
kunjungannya yang ketiga, sehingga Paulus tidak menjadi suatu beban bagi orang-
orang Korintus. Dengan menerima dukungan pribadi dari mereka, Paulus segera
berkomunikasi dengan orang-orang yang masih selalu melakukan dosa yang sangat
keji. Dengan memberi nasehat bahwa jika mengubah pola pikir mereka melalui
teladannya dalam penderitaan, maka mereka akan melihat kuasa Kristus bekerja
dalam kelemahan. Peringatan yang penting ini Paulus berikan sebagai suatu
seorang rasul karena kasih karunia, kelemahan dan penderitaan dari Paulus
merupakan dasar karya keberhasilan pelayanannya. Hanya melalui itu, Paulus merasa
dalam tangan Tuhan. Oleh karena dalam kelemahan manusia dapat memperoleh
penderitaan yang sengaja ditimpakan oleh seseorang ke atas dirinya dengan harapan
55
bahwa perbuatannya itu akan mendatangkan keselamatan. Yang dimaksudkan di sini
2.2.1.Kritik Bentuk
Tugas Kritik Bentuk ialah menganalis jenis sastra, menggolongkan teks atau
bagian tertentu dari sebuah nats ke dalam salah satu jenis-jenis sastra, dan bidang
Leben). Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan menjelaskan beberapa hal
termasuk dalam kritik bentuk yaitu Jenis Sastra, Pengaruh Agama dan Kedudukan
Langkah awal pada bagian ini adalah harus mengenal dan menentukan jenis
literer.81 Dalam Perjanjian Baru, ada empat ragam literer, yaitu Injil-Injil, Kisah Para
Rasul, Surat-surat Kiriman dan Wahyu. Penentuan literer ini sangat penting, karena
literer dalam Injil-Injil berbeda dari jenis literer yang terdapat dalam Surat-surat
Kiriman. Apabila menafsirkan suatu nats dari Injil-injil Sinoptis maka jenis literer
yang terdapat dalam Injil-injil Sinoptis berupa Tradisi Perkataan Dan Tradisi
56
Berita Sejarah, sedangkan Surat-surat Kiriman jenis literernya berupa Tradisi
Liturgis Atau Tradisi Paranetis, yaitu yang berkenan dengan nasihat susila.82
Surat 2 Korintus terdiri atas beberapa surat yang di dalamnya terdapat beberapa
literer. Pasal 2:14-7: 4 adalah Apologia, pasal 10-13 yang dikenal dengan Surat Air
Mata, pasal 1: 3-2: 13 dan 7: 6-16 yaitu Surat Pengampunan.83 Sedangkan pasal 8 dan
Ungkapan pernyataan Paulus dalam pasal 12: 10 ini berbicara tentang ”kuasa”
kuasa Allah dengan kelemahan, ketidaklayakan dan kegagalan manusia. Dengan kata
Anugerah Allah itu Paulus alami ketika berada dalam himpitan duri-duri
penderitaan yang hebat. Identitas dan figur seorang Rasul sangat dituntut dari pribadi
Paulus. Ketaatan dan kesetiaannya diuji melalui konteks jemaat Korintus yang sangat
Para rasul palsu selalu menyombongkan diri dengan hal-hal yang bersifat
“meninggikan diri sendiri”. Dengan membandingkan diri dengan Kristus yang mulia
merupakan hal yang terlalu mengancam bagi ego yang congkak. Maka itu Paulus
57
lebih ingin membanggakan kelemahan. Karena hal itu memberi dia kesempatan untuk
Korintus merupakan suatu istilah terhadap sikap amoral yang bejat, bahkan akar
kata Korintus berarti “percabulan”.85 Predikat ini mewakili konteks yang terjadi di
pemujaan terhadap dewi Aprodite, yang dikenal sebagai dewi cinta berahi.
jalannya sendiri, lepas dari segala ikatan dan mencampurbaurkan apa yang disenangi
dan dipilih. Tidak saja kemerosotan moral yang dihadapi oleh Paulus tetapi juga
orang Korintus agar tidak setia kepada Paulus tetapi kepada pemimpin-pemimpin
Yahudi dari Yerusalem. Selain itu juga dampak di Korintus adalah budaya Helenisme
yang kental dengan kebudayaan Yunani, sehingga timbul paham Gnostik. 86 Pengaruh-
pengaruh agama yang ada dalam lingkungan jemaat Korintus inilah yang menjadi
85 Kata Korintus yang berasal dari kata 'κ ο ρ ι ν τ η ι α ζ ο µ α ι ' adalah berarti 'percabulan'
86 John Drane, Memahami Perjanjian Baru... 352
58
2.2.1.3. Kedudukan Dalam Kehidupan (Sitz Im Leben)
Melalui tangan Julius Caesar pada tahun 44 S.M, Korintus terus mengalami
kejayaan bahkan Korintus merupakan salah satu dari tiga kota pusat ekonomi utama
di Yunani bahkan Paulus pun mengakui kedudukan penting jemaat Korintus terhadap
dari segala penjuru dunia, sehingga terbuka lebar bagi berbagai pengaruh kebudayaan
yang dibawa melalui jalur perdagangan, akibatnya jasa pelacuran mudah didapatkan.
Jelas bahwa Paulus merasa muak mendengar orang Kristen di Korintus mempunyai
kehidupan seks bebas, bahkan seorang laki-laki mempunyai hubungan seks dengan
Dengan demikian jelas bahwa letak kota yang strategis tersebut tidak saja
utama kekacauan dan pertikaian dalam jemaat tersebut. Tentunya ini adalah awal
yang buruk bagi pemberitaan Injil oleh Paulus dalam konteks yang demikian.
87 John Stambaugh dan David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, Jakarta BPK Gunung
Mulia, 2004, 193
88 Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, 69
89 William Barclay, Duta Bagi...141
59
2.2.2. Teks dan Kritik Teks
tingkat keaslian yang baik dan merupakan karya asli dari tangan Rasul Paulus.90
Dengan adanya bukti-bukti internal dan eksternal jelas memperkuat bahwa surat ini
Ayat 10
90 p menujukan sebuah naskah dalam daftar Gregory-Aland dan berisi surat-surat Paulus. TR
menujukan textus Receptus (Oxford, 1889), WH menunjukan Westcott dan Hort (1881), RSV
menunjukan Revised Standard Version (1946), NRSV menunjukan New Revised Standard Version.
Catatan di atas berdasarkan Alkitab Perjanjian Baru Yunani – Indonesia.
91 Pada bagian ini, penulis berupaya menerjemahkan secara teliti dan baik terhadap 2 Korintus 12: 10.
Untuk mencapai maksud tersebut, penulis menggunakan W. D. Mounche, The Analytical Lexicon to
The Greek New Testament, Michigan: Grand Rapids, 1993. B. M. Newman, Kamus Yunani –
Indonesia: Untuk perjanjian Baru, Terjemahan J. Miller – G. Van Klinklen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001. H. Sutanto (edt), Perjanjian Baru Interlinear Yunani – Indonesia, Jakarta: LAI, 2003.
The Greek New Testament – Dictonary, Chicago, 1965. J. W. Wenham, Bahasa Yunani Koine
(terjemahan L. Newell), Malang: SAAT, 1987. J. M. Echols dan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia,
Jakarta: Gramedia, 2000. Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris – Indonesia, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2002. Sebagai perbandingan terjemahan teks 2 Korintus 12: 10, penulis menggunakan
beberapa versi terjemahan Alkitab yaitu King James Version (KJV), London: United Bible Society,
1970. New Resived Standard Version (NRSV), Nashville: Graded Press, 1971. New International
Version (NIV), Micighan: Zondervan Bible Publisher, 1984. Revised Standard Version (RSV),
Nashville: Graded Press, 1970. Bahasa Indonesia Sehari-hari dan Lembaga Alkitab Indonesia –
Terjemahan Baru Perjanjian Baru, Jakarta: LAI, 2000.
60
dio. That is why, Therefore I For the sake Therefore I Jadi saya Karena itu
for Christ's am content of Christ, take pleasure gembira aku senang
Euvdokw/ sake, I with then, I am in dengan dan rela di
evn delight in weaknesses, content with infirmities, kelemahan- dalam
avsqenei,a weaknesses, insults, weaknesses, in kelemahan kelemahan,
ij( evn in insults, in hardships, insults, reproaches, saya. Saya di dalam
hardships, in persecutions, hardships, in juga siksaan, di
u[bresin( e persecutions, and persecutions, necessities, gembira dalam
vn in calamities and in kalau oleh kesukaran, di
avna,gkaij difficulties. for the sake calamities; persecutions, karena dalam
For when I of Christ; for for when I in distresses Kristus saya penganiayaan
( evn am weak, whenever I am weak, for Christ's difitnah, dan
diwgmoi/j then I am am weak, then I am sake: for saya kesesakan
kai. strong. then I am strong. when I am mengalami oleh karena
stenocwri, strong. weak, then kesulitan, Kristus.
am I strong. dikejar- Sebab jika
aij( u`pe.r kejar dan aku lemah,
Cristou/\ saya maka aku
o[tan ga.r mengalami kuat.
kesukaran.
avsqenw/ Sebab kalau
( to,te saya lemah,
dunato,j maka pada
eivmiÅ waktu
itulah justru
saya kuat.
Berdasarkan perbandingan terjemahan di atas dapat dilihat bahwa setiap kata atau
makna yang sama dan tidak ada perbedaan yang prinsipil. Karena itu secara jelas dan
rinci dapat dilihat dalam uraian kata per kata seperti di bawah ini:
“dio”92 berarti yang diterjemahkan oleh LAI “karena itu”. NIV menggunakan kata
“that is why” (itu sebabnya), NRSV dan KJV menggunakan kata “therefore” (oleh
karena itu), sedangkan RSV menggunakan kata “for the sake of” (demi), dan BIS
memakai kata “jadi”. Hasil semua terjemahan ini, menurut penulis yang utama adalah
92 Sebagai kata penghubung yang berarti: sebab itu. Dari akar kata “dio.”.
61
Penulis setuju dengan setiap terjemahan yang menggunakan kata “karena itu” yang
“euvdokw”93 berarti “aku suka”, yang diterjemahkan oleh LAI “aku senang dan
rela”. NIV menggunakan kata “I delight” (aku bersukacita), NRSV dan RSV
“I take pleasure” (aku senang), dan terjemahan BIS “saya gembira”. Penulis
oleh LAI “di dalam kelemahan”. NIV menggunakan kata “in weakness” (di dalam
ada dan aktif dalam diri Paulus sendiri, bukan faktor dari luar. Sebab berhubungan
93 Bentuk present aktif indikatif orang pertama tunggal, dari kata dasar “ε υ δ ο κ ε ω ” yang
berarti berkenan, suka, senang.
94 Bentuk: kata depan, berarti di dalam.
95 Bentuk genetif tunggal feminim, dari kata dasar “α σ θ ε ν ε ι α ” yang berarti kelemahan dan
penyakit.
96 Kelemahan-kelemahan ini bersifat pribadi, yang mengarah kepada tantangan dan penderitaan yang
dialami Paulus. Baca: Gerhard Hittel (edt), Teological Dictonary New Testament VOL. I, United States
of America: Grand Rapids, Michigan
97 Menurut kamus Teologi Inggis – Indonesia berarti penyakit. Namun beda dengan Kamus Inggris –
Indonesia oleh John Echols dan Hassan Shadly, yang berarti kelemahan.
62
“evn”98 “u[bresin”99 berarti: “di dalam penghinaan-penghinaan”100 LAI
menerjemahkan dengan “di dalam siksaan”, NIV menggunakan kata “in insults” (di
dalam cercaan), NRSV dan RSV menggunakan kata “insults” (cercaan, hinaan),
sedangkan KJV menggunakan kata “in reproaches” (di dalam kecaman) dan
dengan “di dalam penghinaan” karena sesuai dengan hasutan dari para rasul palsu
menerjemahkan dengan “di dalam kesukaran” NIV, NRSV, dan RSV menggunakan
kata “in hardships” (di dalam kebutuhan mendesak, dalam kesukaran) dan BIS
63
penganiayaan”. Sebab itulah penderitaan yang dialami Paulus dalam memberitakan
Injil Kristus.
dengan “dan kesesakan”, NIV menggunakan kata “in difficulties” (di dalam
kesulitan), NRSV dan RSV menggunakan kata “and calamities” (dan malapetaka),
sedangan KJV memakai kata “in distresses” (di dalam keadaan susah), dan BIS
Maksudnya untuk menunjukkan betapa berat masa-masa kritis yang harus dilalui oleh
Rasul Paulus.
“oleh karena Kristus”, NIV dan RSV menggunakan kata “for Christ sake”,113 NRSV
dan KJV menggunakan kata “for the sake of Christ” (demi Kristus), sedangkan BIS
Kristus”. Sebab ingin menerangkan bahwa semua penderitaan dan kesulitan itu
64
“o[tan”114 “ga.r”115 berarti: “karena apabila”, LAI terjemahkan dengan “sebab
jika”, NIV, KJV, dan RSV menggunakan kata “for when” (sebab ketika), sedangkan
NRSV menggunakan kata “for whenever” (kapan saja), dan BIS memakai kata
“sebab kalau”. Penulis sepakat dengan terjemahan LAI-TB yaitu “sebab jika”.
lemah”, NIV, NRSV, KJV, dan RSV menggunakan kata “I am weak” (aku lemah),
sedangkan BIS memakai kata “saya lemah”. Penulis sependapat dengan semua
terjemahan di atas, yaitu “aku lemah” namun sedikit yang mau ditegaskan oleh
penulis ialah sesuai dengan bentuk asli teks bersifat kata aktif, maka itu dapat
diketahui bahwa “kelemahan” Paulus merupakan suatu proses yang terus terjadi
selama hidupnya.
terjemahan LAI “maka aku kuat”, NIV, NRSV, KJV, dan RSV menggunakan kata
“then I am strong” (maka aku kuat), sedangkan BIS memakai kata “Maka pada waktu
itulah justru saya kuat”. Penulis menggunakan kata “maka aku menjadi kuat”.
114 Bentuk: partikel, dari kata “ o[tan ” yang berarti apabila, ketika.
115 Bentuk: kata penghubung, artinya karena, memang.
116 Bentuk: present aktif subjunctive mood (bentuk kata pengandaian untuk suasana hati) pertama
tunggal, dari kata, “α σ θ ε ν ε ω ” yang berarti lemah, sakit.
117 Bentuk: kata keterangan (adverb), berarti maka, pada waktu itu.
118 Bentuk: nominatif tunggal maskulin,dari kata dasar “δ υ ν α τ ο ς ” yang berarti kuat,
sanggup.
119 Bentuk: present aktif indikatif, orang pertama tunggal, dari kata dasar ”ε ι µ ι ” yang berarti
aku menjadi.
65
Alasannya karena bentuk teks asli adalah bersifat aktif sehingga menjadi tanda akan
demi Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku menjadi kuat.
Ayat 10
rela di dalam kelemahan) menjelaskan pernyataan yang luar biasa dalam kehidupan
manusia. Adanya keputusan yang berlaku dalam prinsip hidup manusia tentang
Pernyataan di atas merupakan tanda sikap terbuka diri terhadap eksistensi suatu
66
meskipun harus dalam penderitaan. Komitmen yang gigih ini menjadi pengakuan
yang sakral dalam menjawab arti panggilan sebagai Rasul Kristus. Seluruh totalitas
kehidupannya hanya dalam pimpinan tangan Tuhan. Karena itu, motivasi yang murni
dalam melayani merupakan modal dasar dari gaya pelayanan Paulus. Jelas Paulus
Pernyataan ini terus dipertegas dengan kata “ o[tan ga.r avsqenw” (sebab
jika aku lemah), ungkapan sederhana ini menjadi bukti kesetiaan dan ketaatannya
bangga dan senang dalam kelemahannya untuk merasakan kasih karunia Allah. Hidup
sang Rasul merupakan suatu kehidupan penyaliban yang tiada berhenti. Kelemahan
yang dirasakan Paulus ini bukan datang dari luar dirinya namun dalam dirinya.
Kelemahan ini bukan faktor fisik saja, tetapi juga bersifat psikis atau rohani.120
Dalam Perjanjian Baru, apabila kata yang menunjuk kepada kelemahan fisik
kelemahan dapat membawa orang ke dalam situasi yang mana mereka akan membuka
diri kepada Roh Allah. Tentunya kelemahan itu lahir dari situasi yang buruk atau
67
pengalaman yang menyakitkan. Ketika diri kita dalam situasi tersebut, Allah akan
Wajar dan logis Paulus merasa senang menderita di dalam penderitaannya sebab
semua itu menyatakan kuasa Allah yang nampak dalam kelemahannya. Perasaan
Kristus Sang sumber kekuatan dan sikap mengandalkan kekuatan-Nya dalam jiwa
“Karena hidupku bagi Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21) setiap
saat Paulus dalam menjalani karya pelayanannya, ia mempunyai metode adalah tidak
kudus.123
Paulus menyatakan hal ini bukan berarti karena ia gemar menjadi martir, tetapi
karena ia telah mempelajari dengan baik arti duri dalam dagingnya. Penderitaan harus
terus menerus ia alami, karena penderitaan merupakan suatu integralitas dari Kasih
Allah. Karunia yang diberikan tidak saja percaya kepada Kristus namun menderita
bagi Dia (Flp. 1:29). Karena kelemahan dan penderitaan sebagai wujud tanda
kehormatan bagi setiap pengikut Kristus. Kelemahan manusia adalah sarana ilahi,
tetapi kuasa ilahi tidak pernah direndahkan sebagai alat kekuasaan manusia.
122 The Interpreter’s Bible, Volume X, New York: Abingdon Press Nashville, 409
123 Calvin’s New Testament Commentaries 2 Corinthians
68
Kelemahan Paulus bersifat riil. Bukan kekuatan berkedok kelemahan yang
secara licik dipakai untuk mengendalikan orang banyak. Paulus memberitakan Injil
pada jemaat Korintus bukan untuk memperbudak mereka bagi dirinya, melainkan
Para seteru Paulus gagal melihat konsep ini. Sementara Paulus memimpin
dengan cara ini dan tidak ada cara lain. Keabsahan sang Rasul tidak berasal dari
Adanya pilihan yang ditawarkan untuk menjalani kesempatan hidup. Maka itu,
berani memikul Salib dalam segala waktu. Sering kali hanya “kekuatan”
69
Komitmen iman pun sangat terganggu jika sisi “lemah” manusia melanda
kekuatan” untuk merubah pola pikir yang “tidak bisa”, “lemah”, dan karena
“kecil” untuk bangkit dan membangun pola pikir dan sikap yang bergantung
2. Rasul Paulus menderita dan susah demi kesetiaan dan ketaatan kepada Yesus
Kristus. Karena itu, hidup sebagai seorang hamba berarti hidup bukan untuk diri
sendiri namun bagi Kristus yang telah mati bagi umat manusia.
Di saat merasa tak mampu dan lemah, menjadi sebuah isyarat bahwa kita tidak
sendiri dalam penderitaan, dan kelemahan itu. Namun selalu ada Allah yang
Maha Hadir dalam setiap keterpurukan hidup manusia. Sikap rasa ingin sendiri
adalah saat merasa terhimpit dalam suasana hati yang krisis karena berbagai
masalah yang melemahkan. Untuk itu apa yang menjadi prioritas dalam
komitmen hidup demi menentukan arah tujuan sebuah pola pikir yang baik dan
benar, agar dapat mengambil suatu keputusan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan.
kelemahan dan semua jenis kehinaan yang menimpanya sebagai sesuatu yang
70
pribadi Allah yang hadir melalui Yesus Kristus di tengah-tengah eksistensi
menjadi manusia dan itu merupakan tanda kepeduliaan Allah. Allah yang turut
5. Melalui kelemahan timbul sikap rekonsiliasi dalam diri untuk peka terhadap
suara panggilan Allah, agar yang telah “jauh” supaya menjadi “dekat” dalam
Kasih Kristus.
Sebab kekuatan Allah dirasakan bukan bersifat statis melainkan dinamis. Kuasa
Ilahi tidak pernah boleh dibaurkan dengan kekuatan manusia. Kekuatan Allah
adalah berkat Ilahi yang tidak layak diterima oleh manusia sebab itu adalah
Anugerah.
dan kekuatan sendiri. Namun sikap menundukkan diri dan menghormati kepada
Kristus. Tunduk pada Kristus, berarti bukan kepada orang lain atau diri sendiri
71
pada egonya. Sikap saling membutuhkan sungguh tertanam melalui kelemahan
itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Tentunya tidak bertahan
lama dan gampang lari dari realitas tantangan hidup yang menghimpitnya.
Hanya kenikmatan sesaat yang dicari untuk bersandar sebagai dasar kekuatan
10. Melalui penderitaan dan kelemahan yang dialami Paulus, terletak keadilan
Allah yang memprotes sikap Saulus sebagai penghujat, penganiaya umat Allah.
menjadi surat Kristus yang hidup. Suara itu mengajak Paulus untuk turut
Dalam 10 point kerangka kerigma teologis di atas telah memberi kita suatu garis
benang merah yang membuka cakrawala pikiran kita dalam melihat pesan-pesan
teologis yang akan menjadi refleksi dan aplikasi sebagai pedoman dan penuntun
hidup dalam menjalani roda kehidupan. Karena itu pada bagian bab berikutnya,
penulis akan memaparkan argumen teologis sebagai dasar hikmat Tuhan yang
72
BAB 3
REFLEKSI TEOLOGIS
memberi gagasan esensial dalam melihat perspektif Allah yang terselubung. Pola
Dalam sejarah dunia purbakala Allah hadir dalam eksistensi manusia. Wahyu
Allah itu mendirikan persekutuan dengan manusia secara intensif. Karena itu,
nampak gejala kenabian yang sangat penting dalam peranannya sebagai penyambung
lidah Allah. Dalam kesaksian Perjanjian Lama mengatakan bahwa nabi merupakan
dengan situasi yang kontra dengan panggilan itu. Penyebab kontra terhadap
panggilan itu oleh karena keterbatasan diri, kelemahan, tidak pandai bicara dan
merasa diri kecil sehingga tidak layak untuk menyampaikan nasihat-nasihat yang
bersifat kebenaran. Konkrit situasi itu dapat dilihat dalam panggilan beberapa nabi
73
1. Menurut Yeremia 1: 4-19, ketika ia dipanggil Tuhan menjadi nabi tahun 627,
Yeremia enggan menerima panggilan itu karena masih terlalu muda sehingga
masih muda, merasa belum matang dan belum sanggup. Sebab di Israel kuno
2. Kitab Yunus termasuk kitab kenabian yang paling muda dalam Perjanjian
Lama. Yang menarik perhatian adalah bahwa kitab Yunus mendengarkan suara
kritis tentang tugas kenabian yaitu bukanlah nubuat seorang nabi yang
diucapkan tetapi kasih karunia Tuhan yang dari padanya manusia hidup.127
Sama halnya dengan Yeremia, Yunus pun mengalami pengalaman yang serupa.
karena kejahatannya yang besar. Namun suara panggilan itu, membuat Yunus
harus melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan menuju Tarsis. Amanat mulia ini
yang tak mampu untuk melakukan tugas tersebut dan memiliki sikap
125 Derek Kidner, Yeremia, Yogyakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1996, 11
126 Roberth M. Paterson, Tafsiran Alkitab – Kitab Yeremia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007,
39
127 A. Th. Kramer, Tafsiran Alkitab – Kitab Yunus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 68
128 Keselamatan hanya bagi bangsa Israel.
74
3. Di beberapa bagian dari kitab Deutero – Yesaya ada terdapat konsepsi Hamba
Tuhan. Teristimewa dalam nyanyian “Hamba Tuhan” yang terdapat dalam kitab
ini: Yesaya 52: 13 – 53: 12 Hamba Tuhan itu digambarkan sebagai seorang
tentang Hamba Tuhan ini adalah masuk ke akar keberadaan manusia, yaitu
Hamba yang Menderita itu muncul mencengkram iman dan teologinya. Ia telah
dan sangat berbeda dengan konsep kelemahan menurut Paulus dalam hidupnya
sebagai Rasul. Penolakan terhadap suara panggilan Tuhan, secara tidak langsung
telah meremehkan kuasa Tuhan yang memberi kekuatan dalam potensi diri yang
lemah sebagai manusia. Karena itu konsep yang diberikan Paulus ini merupakan
sikap mengandalkan Tuhan dalam segala situasi meskipun berada pada titik
kelemahan sebagai manusia dan sepenuhnya bergantung kepada Kristus. Sebab itu,
layaknya kita berkata; jika Tuhan yang memberi tugas ini, maka Tuhanlah yang
menuntun kita untuk melakukannya dari garis start hingga garis finish.
75
3.1.2. Konsep Kelemahan Dalam Perjanjian Baru
Dalam melihat kesaksian kitab-kitab Injil Sinoptik tercatat bahwa Allah hadir
dalam keberadaan manusia secara pro aktif dan riil. Melalui proses inkarnasi
(penyataan Yesus) ke dalam dunia, Yusuf dipilih oleh Allah sebagai seorang yang ada
dalam proses inkarnasi tersebut. Yusuf adalah seorang dari keturunan Daud. Ia yang
tulus hati dan saat ia tahu bahwa Maria sedang mengandung, ia tidak mau
kepadanya dalam mimpi. Maka secara tidak langsung Yusuf telah menolak pilihan
Allah bagi dirinya sebagai bagian dari keluarga bayi Juruselamat dunia (Mat. 1: 18-
20).
Tentunya penolakan Yusuf itu didasarkan pada hukum Musa yaitu jangan
bersinah sebab hukumannya akan dihukum mati (Imamat 20: 10).130 Namun
penampakan itu membuat argumentasinya yang tadi sirna dan mengerti bahwa Allah
yang hadir dalam hidupnya telah memanggilnya untuk menjadi saksi bagi kedatangan
Simon Petrus adalah rasul Kristus yang paling terkenal. Ia adalah orang Galilea,
seorang nelayan yang dibawa kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya (Yoh. 1: 41-
42). Simon adalah namanya yang sesungguhnya; Petrus (Batu Karang) adalah suatu
julukan yang diberikan kepadanya oleh Yesus, yang mengatakan bahwa sifatnya yang
130 Bila seorang laki-laki berzinah dengan istri orang lain, yakni berzinah dengan istri sesamanya
manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.
76
muda terbawa perasaan dan mudah menimbang akan menjadi teguh dan dapat
Ia adalah seorang pemimpin alamiah (Mark. 10: 28) dan sering kali menjadi
juru bicara bagi kedua belas rasul (Mark. 8: 29. Yoh. 6: 67-68. Mat. 19: 27). Simon
Petrus suka menurutkan kata hati, mudah bimbang, mementingkan diri sendiri, cepat
bertindak dan cepat surut. Penyangkalannya terhadap Yesus bukanlah hasil suatu
kebencian yang telah direncanakan terlebih dahulu tetapi terjadi seketika karena
panik, yang kemudian disesalinya dengan getir (Mat. 26: 69-75), sehingga itu
Bertolak dari bingkai kerigma Teologis dalam Bab 2 tentang persoalan “lemah”
dan “kuat” merupakan soal hidup manusia. Manusia ditawarkan berbagai pilihan
untuk menjalani kesempatan hidup, maka itu keputusan dan komitmen yang sungguh-
sungguh sangat dibutuhkan demi menentukan arah tujuan hidup. Sikap ini menjadi
eksistensi dari roda perjalanan hidup manusia. Artinya bahwa adanya dualisme antara
kelemahan dan kekuatan yang menjadi suatu keutuhan dalam roda kehidupan itu.
Secara realistis sering kali hanya kekuatan harapan setiap insan manusia dan
kelemahan dipandang sebelah mata bahkan bersikap anti untuk berada pada posisi
lemah. Komitmen iman pun sangat terganggu dan terjadi krisis iman apabila sisi
lemah manusia melanda kehidupannya. Namun kasih Allah telah datang memberi
kekuatan untuk merubah sistim pola pikir yang tidak bisa, lemah, kecil untuk bangkit
131 Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2006 413
77
membangun sistim pola pikir Allah dan sikap yang bergantung kepada Kristus
kelemahan dari teladan Rasul Paulus. Kelemahan yang dialaminya bersifat nyata.
Kelemahan ini secara psikis bukan fisik. Tentunya sikap dan pilihan dari Paulus ini
sangat berbeda dengan kenyataan hidup manusia. Sebaliknya, Paulus memilih jalan
sungsang.132 Sebab menurutnya semua itu menyatakan kuasa Allah, dan kuasa Allah
karena lemah dan menderita merupakan sikap bergantung kepada Kristus Sang
sumber kekuatan dan sikap mengandalkan kekuatan-Nya dalam jiwa yang rendah
hati.
menunjukan hal-hal yang bersifat kharismatik seperti para rasul palsu yang
membangun ideologi baru yang berpusat pada diri sendiri (egosentris) sehingga
132 Artinya terbalik, Paulus senang bermegah dalam penganiayaan penderitaan, dan kelemahan (2
Kor.12: 10). Apa yang dahulu merupakan keuntungan sekarang ku anggap rugi karena Kristus, oleh
karena Dialah aku melepaskan semua itu, dan menganggap sampah (Flp. 3: 8) dan karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp. 1: 21).
78
Musa sebelum menjadi pemimpin besar Israel, ia adalah orang yang tidak
percaya diri dan merasa tidak layak (Keluaran 4:10). Juga Simon Petrus yang
merupakan juru bicara di antara murid-murid yang lain. Yesus katakan bahwa
sifatnya mudah terbawa perasaan dan mudah menimbang. Ia suka menurutkan kata
hati, muda bimbang, mementingkan diri sendiri, cepat bertindak dan cepat surut.
Demikian Yeremia pun merasa ia adalah seorang yang masih muda, belum matang
bahwa kelemahan adalah suatu keterbatasan yang kita warisi atau kita dapatkan
karena adanya suatu peristiwa yang terjadi di mana kita tidak punya kuasa untuk
menolaknya. Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, baik itu secara fisik,
emosi, atau intelektual. Karena itulah tidak seharusnya seseorang bermegah atau
fundamentalis dan berbalik arah melawan kebenaran Allah. Saat Paulus bersandar
sebagai seorang ciptaan. Fokus perhatiannya terarah hanya pada pengetahuan itu, dan
bukan lagi kepada Allah Sang Kebenaran itu, sehingga timbul adanya sikap pemujaan
79
Namun ia sadar akan sikapnya yang bersandar pada kekuatannya sendiri. Dan
pertobatan total sehingga lahir ungkapannya familiar: “Sebab aku telah mati oleh
hukum taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang
Dengan kata lain, mengandalkan kekuatan sendiri itu seperti uap yang sebentar
saja kelihatan lalu lenyap. Kekuatan seperti tidak menjamin kualitasnya. Ketika
terancam dalam realitas tantangan hidup yang menghimpitnya, andalan kekuatan itu
sirna, gampang lari dan jatuh dari tantangan tersebut. Seperti fakta yang terjadi di
NTT yakni;
Ibu membunuh anak lalu bunuh diri, siswa bunuh diri gara-gara tidak
lulus. Menurut dokumentasi Pos Kupang , sejak tahun 2008 sudah ada
sembilan kasus bunuh diri. Memilih jalan tragis bunuh diri semacam
tren. Apa yang ganjil dengan masyarakat kita? Mengapa mereka
mudah putus asa, suka jalan pintas mengakhiri hidup dan tidak tegar
menghadapi masalah.
Fenomena sekarang: harga sembako mencekik leher, ongkos
pendidikan dan kesehatan mahal, utang melilit, gagal ujian dan
lapangan kerja minim, plus gagal bercinta.133
elemen dalam kehidupan manusia. Setiap pribadi yang berada pada posisi itu, merasa
tak berdaya dan terhanyut dalam kondisi yang mengkuatirkan. Karena itu, contoh
potret di atas memberi pesan keras bahwa semuanya sia-sia apabila hanya berdiam
80
diri dan bersikap ego akhirnya diri sendiri yang menjadi korban. Hanya kenikmatan
Gaya pelayanan ini pula yang ditonjolkan oleh para seteru Paulus. Mereka
pengalaman yang spektakuler dan sombong karena jabatan sebagai rasul. Secara tidak
langsung sikap ini merupakan penonjolan kuasa manusiawi dan penolakan terhadap
kuasa ilahi.
senang dalam kelemahannya untuk merasakan kasih karunia Allah. Sebab kelemahan
dan penderitaannya adalah wujud tanda kehormatan kepada Kristus. Paulus sungguh-
Terlukis fakta berbicara bahwa biasanya lemah itu tanda kalah. Jadi harus
menghindarinya dan berusaha untuk tidak menjadi lemah. Lemah dipandang sebagai
sesuatu yang bersifat negatif. Orang lebih senang menjadi kuat dari pada harus
menjadi lemah. Apalagi sekarang terjadi krisis moneter yang melanda dalam berbagai
aspek kehidupan di dunia. Ini membuat setiap orang bisa menjadi lemah dan tak
berdaya terhadap situasi yang mengkuatirkan dan bersikap pasrah terhadap situasi
tersebut.
81
Mulai dari rezim orde baru Soeharto hingga pemerintahan Susilo Bambang
Yodhoyono telah meninggalkan banyak persoalan pelik yang bukan hanya persoalan
krisis ekonomi, disintegrasi, kerusuhan, hak asasi manusia (HAM), ataupun utang
luar negeri yang semakin menumpuk, namun juga persoalan pemberantasan dan
rantai dalam sistem masalah-masalah tersebut, sehingga tercipta dosa publik. Titik
kelemahan secara kolektif ini telah merasuk kehidupan setiap insan seperti mendarah
daging dan terjebak dalam sistem lingkaran setan yang mengikat dan sulit untuk
Dampak proses sistem di atas sangat mempengaruhi dan mengganggu tidak saja
di kalangan elit tetapi juga di kalangan rakyat jelata di seluruh pelosok Nusantara.
Demikian secara komunal dapat dilihat reaksi dari gejolak sisi kelemahan.
kelemahan adalah dua dimensi yang ada dalam diri setiap manusia secara kodrat. Jika
diamati data di atas, kondisinya jauh dari ideal. Hal ini membuat banyak orang
134 www.kkn di indonesia.com
135 Irene Marbun, Tulisan untuk GMIT, Kupang, 2008
82
menderita baik sadar maupun tidak sadar. Kelemahan Kolektif malah menjadi faktor
pemisah antar sesama dan Tuhan. Racun KKN terus menjalar hingga ke dalam
lapisan elemen masyarakat. Virus racun itu memperdayakan dan memperbudak setiap
orang untuk terjerumus dalam berbagai persolan hidup. Salah satunya adalah tema
(broken relationship) dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan alam atau lingkungan.
Jika kita mengacu pada definisi ini maka kemiskinan dipandang bukan sekedar
kondisi kekurangan dalam hal fisik atau ekonomi tetapi memandang dalam perspektif
yang lebih luas dan menyeluruh.136 Jika relasi dengan Tuhan tidak baik, seseorang
dapat dikatakan miskin. Jika belum dapat menerima diri seutuhnya, dia juga dapat
kelemahan identik dengan tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan pasrah terhadap
penuh kepada Kristus yang mampu membangkitkan segala keadaan yang terpuruk
dan melemahkan. Tentunya sikap pasrah kepada Kristus harus seiring dengan sikap
perendahan diri dengan dasar komitmen yang gigih kepada Kristus sehingga menjadi
pengakuan yang sakral sebagai surat Kristus yang hidup. Kristus harus menjadi
sentral dalam seluruh bagian aspek kehidupan (Kristosentris). Sebab Kristus telah
83
mati untuk semua orang, supaya mereka semua yang hidup tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri tetapi hidup untuk Kristus yang telah mati dan bangkit bagi manusia.
Dengan demikian maka setiap orang percaya dapat mengambil bagian di dalam
hidup dan mati Kristus dalam kekuatan serta kenyataan hidup Kristus akan
dilimpahkan kepadanya. Seperti Paulus sadar bahwa hanya kalau orang menyadari
kelemahannya sendiri dan mempercayakan diri kepada Allah, maka mereka dapat
Pada bagian ini kita dituntun untuk melihat aplikasi dari fenomena kehidupan
nyata dalam era yang serba instan dan konkrit. Eksistensi manusia di dalam
Dalam Perjanjian Baru kata yang menunjuk kepada kelemahan fisik yaitu kata
kelemahan di dalam perasaan (psikis) dan inilah kelemahan yang dialami oleh Rasul
Paulus, sehingga menjadi kunci kesuksesan dalam pelayanannya. Karena itu, wajar
dan logis Paulus merasa senang di dalam penderitaannya yang menyatakan kuasa
Allah dalam kelemahannya. Perasaan senang dan rela karena menderita merupakan
84
sikap kebergantungan kepada Kristus sang sumber kekuatan dan sikap mengandalkan
dan tidak menunjukan hal-hal yang bersifat kharismatik, sebab ini menjadi rahasia
panggilannya yang kudus. Menurutnya itu adalah kasih karunia (Flp. 1: 29), karena
kelemahan dan penderitaan sebagai wujud tanda kehormatan bagi setiap pengikut
Kristus. Kelemahan manusia adalah sarana ilahi, tetapi kuasa ilahi tak pernah
direndahkan sebagai alat kekuasaan manusia. Kelemahan Paulus ini bersifat nyata,
bukan kelemahan berkedok kekuatan yang secara licik dipakai untuk mengendalikan
kelemahannya.
untuk menjadi teladan hidup yang luar biasa. Hal ini membantu menjelaskan tekad
Melalui kelemahan dan penderitaan Paulus ini menjadi tanda keadilan Allah
85
peristiwa itulah terletak keadilan Allah yang memprotes sikap kehidupan lama Paulus
yang menghujat Allah, pemberontak dan penganiaya jemaat Allah. Oleh karena itu,
dapat dikenal bahwa pertobatan Paulus adalah peristiwa kelahiran kembali, untuk
menjadi saksi bagi Kristus, sebab katanya; aku telah disalibkan dengan Kristus,
namun aku hidup tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di
yang percaya dan mengandalkan Yesus dalam segala hal. Pengakuan Paulus dalam
pertobatannya tidak hanya manis di bibir saja atau sebagai wacana kampanye namun
itu terlukis dalam kelemahan dan penderitaannya sebagai Surat Kristus yang hidup.
Dalam kerangka teladan Paulus di atas, telah memberi suatu titik terang kepada
kita bahwa kelemahan, penderitaan, dan masalah-masalah yang selalu dihadapi dalam
pergumulan hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa bukan hal yang tabu
atau negatif. Namun sesungguhnya harus belajar dari teladan Rasul Paulus yang
bersikap rendah hati mengandalkan Kristus dengan sukacita dan rela demi menempuh
masa-masa kritis dalam kelemahan dan penderitaannya. Selain itu, ia memiliki hati
yang siap menderita dalam pengorbanannya sebagai Rasul Kristus yang membawa
berita Kasih Allah. Teladan Paulus ini mengajak kita untuk hidup bergantung kepada
Kristus dan mempunyai totalitas hidup yang sungguh kepada-Nya dan tidak terlepas
dari pengakuan yang murni untuk bersaksi bagi dunia tentang kabar keselamatan
Allah. Namun terkadang realita berkata lain, sehingga hanya menjadi identitas
86
“Kristen Tomat”,137 sebab totalitas hidup kepada Yesus merupakan sikap
keberpihakkan kepada kerajaan Yesus sehingga komitmen kita harus menjadi proses
siklus kelahiran kembali dari yang lama menjadi ciptaan yang baru.
Dunia menjadi tempat Allah ikut campur dalam sejarah manusia dan sejarah itu
terlukis dalam teladan Yesus, sehingga berlakunya kerajaan Allah telihat dalam
pemberitaan dan perbuatan-Nya. Perbuatan Yesus untuk semua yang dalam keadaan
kepada mereka yang berdosa, miskin, lemah, dan menderita. Dalam bangsa-bangsa
Asia citra Allah nampak dalam kenyataan, Allah yang peduli, Allah yang prihatin
akan nasib mereka (anak-anak Asia yang menderita).139 Potret Allah yang menderita
memberi warna unik tentang figur Kasih Allah. Figur itu nampak terang dalam
yang paling hina, yaitu mereka yang lemah, miskin, tak berdaya, mereka yang lapar
dan dahaga, orang-orang asing. Orang-orang sakit dan mereka yang terpenjara. Inilah
Dalam pandangan tentang Kasih sebagai hakekat Allah ini ditemukan dalam
keyakinan Song, bahwa Allah mencari manusia sebagai obyek Kasih-Nya, meskipun
137 Setiap Pengakuan yang tidak sesuai dengan perbuatannya atau setelah bertobat terus kumat buat
dosa lagi.
138 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, Teologi dalam Perspektif Reformasi, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004, 43
139 A. A. Yewangoe, Theologia Crusis di Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, 345
87
mereka menghindari-Nya. Kasih hanya dapat memenuhi dirinya dalam obyek kasih.
Allah bahkan akrab dengan dunia-dunia “bawah tanah”. Ia ada di sana bersama-sama
dengan para penjahat.
Tuhan berada di gang-gang gelap
Bersama para pencuri, para perampok dan para pembunuh
Tuhan adalah teman sekamar para pezinah142
Allah seperti ini adalah Allah yang secara serius menghadapi penderitaan dan
dunia yang penuh dengan persoalan hidup. Demikian pula keunikan Allah itu terlukis
88
jelas dalam pertobatan kehidupan Paulus. Ia berani menderita dan berada dalam
Berpaling dari itu, titik kelemahan secara kolektif dalam kancah nasional terus
politik, ekonomi, sosial dan lainnya untuk terlibat aktif dalam sistem lingkaran setan
“warisan najis”143 yang turun temurun dianut sebagai tradisi hitam. Dampak virus itu
telah membius seluruh komponen masyarakat dan gereja secara komunal dan setiap
dominan bangsa. Kemiskinan sebagai buah dari sistem virus bagai sampah-sampah
yang bertaburan di mana-mana, yang terus ada dan semakin banyak menjamur pada
Faktor ini dilihat sebagai cela bahwa karena kelemahanlah yang menjadi pelaku
di balik kehancuran dan keterpurukan wajah tanah air. Kelemahan dianggap jurang
kesetiaannya kepada Kristus. Kelemahan adalah tanda untuk pasrah diri kepada
Kristus sebagai tempat perlindungan yang sejati dan peduli terhadap pergumulan
manusia. Kelemahan membuat kita untuk tidak tinggal diam dan bergantung pada
143 Mulai dari rezim orde baru Soeharto hingga pemerintahan Susilo Bambang Yodhoyono telah
meninggalkan banyak persoalan pelik yang bukan hanya persoalan krisis ekonomi, disintegrasi,
kerusuhan, hak asasi manusia (HAM), ataupun utang luar negeri yang semakin menumpuk, namun
juga persoalan pemberantasan dan pembersihan KKN yang merupakan “warisan najis” dalam bangsa
Indonesia.
89
kita dalam kekuatan-Nya sehingga hanya kehendak Allah yang berperkara dan bukan
kodrat yang ada pada manusia, bukan merusak hubungan baik dengan Tuhan maupun
dengan sesama namun itu mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini ada suatu kuasa
di luar diri kita yang mampu mengatur dan memberi kekuatan sejati, sebab Ia peduli
dan mengerti setiap jeritan dan air mata yang membutuhkan pertolongan.
Saat manusia berada pada titik lemah, menderita dan tak berdaya lagi,
sesungguhnya itu membuka cakrawala berpikir untuk beriman sungguh bahwa “aku
hidup tetapi bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”.
sebagai sumber kekuatan. Sebab sesungguhnya ungkapan itu lahir dari komitmen
yang sungguh-sungguh untuk menyangkal diri dan memikul salib sebagai bukti
pertobatan yang radikal. Artinya berani menyalibkan ego pribadi dan mewujudkan
Kasih Allah itu ada dalam penderitaan atau salib. M. M. Thomas melihat salib
sebagai kasih perbuatan pengosongan diri (kenotis) Allah, suatu ungkapan kasih-Nya
bagi dunia ini. Itulah sebabnya, dalam pandangan Thomas salib merupakan dinamika
sentral dari seluruh sejarah. Salib adalah inti iman. Tanpa salib, keselamatan manusia
tidak akan pernah menjadi kenyataan. Salib atau kasih penebusan Allah yang
90
mengosongkan diri dan terungkap dalam Yesus, merupakan dinamika sentral dari
Hari pentakosta adalah hari tercurahnya Roh Kudus ke atas murid-murid dan
sekaligus menjadi lahirnya gereja.146 Roh Kudus memenuhi para rasul sehingga
mereka memberitakan Yesus yang disalibkan dan telah bangkit itu. Karena
pemberitaan itu merupakan panggilan Yesus Kristus langsung kapada para pendengar
dan yang digerakan oleh Roh Kudus, maka banyak orang yang bertobat dan memberi
dirinya untuk dibabtis. Dengan kata lain, Yesus Kristus yang hidup itu sendiri yang
Secara terminologi kata “gereja” berasal dari kata “Eklesia” yang berasal dari
Di dalam Perjanjian Baru, kata yang dipakai untuk menyebut persekutuan orang
beriman adalah eklesia, yang berarti rapat atau perkumpulan yang terdiri dari orang-
orang yang dipanggil atau dikumpulkan.147 Karena itu gereja tidak dapat disamakan
ataupun dibandingkan dengan salah satu organisasi yang lain di dunia, sebab sifatnya
91
suatu partai, sekalipun anggota-anggotanya adalah orang-orang kristen. Gereja
bukanlah suatu organisasi biasa melainkan suatu organisasi yang hidup, yakni suatu
tubuh yang hidup. Kristus sendiri adalah kepala-Nya dan jemaat merupakan tubuh-
Nya. Kepala dan anggota-anggotanya demikian juga anggota-anggota itu satu sama
lain adalah selalu satu dan merupakan satu persekutuan yang hidup.
Metafora ini pula yang digambarkan oleh Paulus untuk menjawab setiap
jemaat oleh karena rasul-rasul palsu yang menggunakan topeng kharisma untuk
membanggakan diri sendiri dan membangun ideologi baru yang berpusat pada diri
tubuh manusia sebagai suatu mesin rumit, dengan bagian-bagian yang ukuran bentuk
badan secara lancar. Tubuh tanpa telinga atau mata adalah cacat sama seperti sebuah
tubuh tanpa tangan atau kaki. Pertanyaan apakah tangan lebih menarik dari pada
jika tubuh manusia akan bekerja dengan baik (1 Korintus 12: 14-20).148
Gereja yang hidup sudah barang tentu harus bersaksi tentang Yesus Kristus di
dunia ini. Sebaliknya gereja yang tidak bersaksi adalah gereja yang mati. Karena itu
sebagai bagian dari masyarakat, gereja tidak bisa menutup mata terhadap perubahan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan berasumsi bahwa yang terjadi itu tidak
148 John Drane, Memahami Perjanjian Baru ...428
92
ada sangkut pautnya dengan gereja. Sebenarnya gereja adalah salah satu institusi
sosial yang turut berperan dalam masyarakat.149 Hal itu terjadi karena gereja diyakini
memiliki suatu sistem nilai tersendiri yang sakral, yang terbaik dan benar bagi
sesama dan Tuhan. Bangsa Indonesia terinfeksi dengan racun Korupsi Kolusi
Nepotisme yang terus menjalar hingga ke dalam lapisan elemen masyarakat. Virus
racun itu memperdayakan dan memperbudak setiap orang untuk terjerumus dalam
Karena itu, peranan gereja sebagai salah satu insititusi sosial harus menanamkan
sistem nilai yang sakral dalam masyarakat dengan berprinsip pada hakekat Tubuh
tersebut, gereja tetap berdiri teguh dan memberi teladan bagi dunia bahwa gereja
merupakan representasi dari Kristus sang Kepala gereja. Maka ini berarti bahwa
gereja tetap bersandar pada kekuatan Allah dan tidak terkontaminasi dengan racun
KKN yang terus merajalela. Gereja harus menjadi cermin dan tolok ukur dalam
Benih nilai sakral yang ditanamkan dapat menghindari keterangsingan diri dan
menutup jarak keterpisahan atau putusnya relasi (broken relationship) dengan Tuhan,
149 John Titaley, Mempersiapkan Pendidikan Teologi Yang Kontekstual Bagi Keterlibatan Gereja
Dalam Perubahan Sosial Di Indonesia, dalam D. J. Mauboi dkk (eds), Kasihilah Allah, Ajarlah Dunia,
Kupang: Fakultas Teologi-UKAW, 1996, 44
93
diri sendiri, sesama, dan alam atau lingkungan sehingga terjamin kesejateraan bagi
manusia.
Selain itu, konteks kemajemukan agama, kadang kala membuat agama Kristen
terjebak dalam kacamata “tahu banyak” tentang kebenaran Tuhan, sehingga ciri
keunikan dalam kekristenan menjadi kabur dan tidak menjadi terang. Fenomena itu
terbukti di bandung 10 November 2003 ada sebuah sekte yaitu Sekte Sibuea, yang
Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang mengklaim itu merupakan hari
Sebagai agama minoritas tentunya contoh sikap di atas bukan cara yang tepat
untuk menunjukan identitas sebagai gereja yang bersandar kepada kekuatan Allah.
Gereja yang memiliki figur Yesus sebagai Kepala Gereja. Disadari bahwa di tengah-
tengah pluralitas agama, keberadaan gereja sangat ditantang dan dihimpit oleh
berbagai situasi dan kondisi duniawi yang mengganggu prinsip-prinsip gereja sebagai
Tubuh Kristus, sehingga warna gereja menjadi pudar. Tentunya untuk menjadi
ciptaan yang baru sebagai Tubuh Kristus tidaklah gampang seperti membalikkan
telapak tangan. Karena itu, dalam situasi dan kondisi demikian ciri gereja merupakan
cermin bagi lingkungan sekitarnya. Ciri-ciri gereja itu adalah mencerminkan teladan
Yesus dan berani berkorban demi Kasih Allah dan inilah warna gereja.
dimaksudkan bagi semua orang. Salib ini adalah hakekat Tubuh Kristus (gereja) yang
94
sehingga tugas panggilan gereja telah terimplisit dalam 5 tugas gereja, yaitu bersaksi
(Penatalayanan). Gereja harus eksis memberi warna dalam heterogen kehidupan agar
Dalam lingkup GMIT, dapat dilihat pengalaman iman secara konkrit tentang
gambaran gereja yang menderita. Menurut Pdt. Gayus Polin, S.Th mengatakan bahwa
tentunya kebutuhan akan dana sangat esensial untuk memberi peran dalam setiap
program tersebut. Berdasarkan kebutuhan urgen ini, maka gereja tidak bisa berdiam
diri dan pasrah terhadap keadaan. Identitas gereja harus memberi warna dalam
suasana yang begitu terpuruk sekalipun. Figur gereja yang menderita adalah suatu
integralitas dari hakekat tubuh Kristus. Prinsip-prinsip gereja harus diteguhkan dan
terus dijunjung dalam pergumulan berjemaat. Agar gereja dapat pasrah terhadap
Karena itu, gereja dikenal bukan gereja farisi.152 Gereja sering menjauh dan lari
serta tidak sadar dari penderitaan dan kelemahannya untuk menjadi Surat Kristus di
Identitasnya hanya dikenal waktu hari minggu saja dan hari lain bukan lagi waktu
pelayanan. Pelayanan yang dilakukan hanya berpusat pada mimbar saja (pelayanan
95
sehingga warna dari gereja mulai pudar dan hampir sama dengan dunia. Kepudaran
dari sifat-sifat gereja jelas terlihat ketika adanya sifat mengandalkan diri sendiri,
sombong, mononjolkan kekuatan. Karena itu pertobatan Paulus telah memberi tanda
bahwa sifat-sifat itu hanya sementara dan membuat jarak manusia dengan Allah
kita dibawa semakin dekat kepada Allah dan Allah semakin dekat kepada kita.
Dengan kata lain, Allah dalam hakekatnya sebagai Kasih, merupakan sember Kasih
yang ditemukan dalam semua agama dan budaya yang prihatin dengan penderitaan
manusia dan pada saat yang sama melalui kasih-Nya, manusia menemukan jalan ke
Menurut kerangka pikiran dalam wujud gambaran gereja yang bersandar pada
kekuatan Allah jelas telah memberi kekuatan yang merangsang bagi setiap orang-
orang percaya untuk belajar secara konkrit dalam kelemahan Paulus yaitu “Jika Aku
Lemah Maka Aku Kuat”. Ungkapan ini menjadi bahasa iman yang terus hadir dalam
96
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bagian penutup ini
A. Kesimpulan
1. Kebanggaan hidup baru Rasul Paulus terjadi saat perjalanan menuju Damsyik,
ketika itu kira-kira tengah hari, matahari telah tinggi di langit. Dengan semangat
Saulus ingin sekali sampai ke kota Damsyik sebelum matahari terbenam, supaya
terpancar suatu cahaya yang terang sekali. Cahaya yang ajaib itu membuat Saulus
Saulus mengapakah engkau menganiaya aku?”. Suara yang singkat dan sederhana
ini membawa arti yang besar kepada suatu pertemuan yang mengubah, bukan saja
kehidupan Paulus, tetapi juga sejarah gereja. Pertemuan yang memiliki dampak
begitu besar bagi Saulus, karena pertemuan inilah yang membuatnya mengerti apa
97
untuk menjadi teladan hidup yang luar biasa. Hal ini membantu menjelaskan
mengunggulkan kuasa manusia akan meniadakan kuasa Allah dari dirinya. Paulus
ini bersifat personal dan komunal dalam komunitas suatu masyarakat. Kelemahan
menjadi warning bahwa manusia tidak dapat bersandar pada egonya. Sikap saling
Di saat merasa tak mampu dan lemah, menjadi sebuah isyarat bahwa kita tidak
sendiri dalam penderitaan, dan kelemahan itu. Namun selalu ada Allah yang
6. Kekuatan dan kelemahan adalah dua dimensi yang ada dalam diri setiap manusia
secara kodrat. Namun apabila melihat fenomena di saat ini, maka kelemahan tidak
98
dilihat lagi sebagai sesuatu yang manusiawi dan wajar. Kelemahan malah menjadi
faktor pemisah antar sesama dan Tuhan. Timbulnya sikap pesimis dan minder
gaya eksklusifisme dan tidak berbagi kepada sesama maka adanya kecendrungan
ditantang dan dihimpit oleh berbagai situasi dan kondisi duniawi yang
menjadi pudar. Tentunya untuk menjadi ciptaan yang baru sebagai Tubuh Kristus
tidaklah gampang seperti membalikkan telapak tangan. Karena itu, dalam situasi
dan kondisi demikian ciri gereja merupakan cermin bagi sekitarnya. Ciri-ciri
gereja itu adalah mencerminkan teladan Yesus dan berani berkorban demi Kasih
8. Potret Allah yang menderita memberi warna unik tentang figur akan Kasih Allah.
diri-Nya dengan saudara-saudaranya yang paling hina, yaitu mereka yang lemah,
miskin, tak berdaya, mereka yang lapar dan dahaga, orang-orang asing. Orang-
orang sakit dan mereka yang terpenjara. Inilah bukti nyata akan Kasih Allah
dan tidak menunjukan hal-hal yang bersifat kharismatik seperti para rasul palsu
99
yang tidak bertanggung jawab dalam menggunakan kharisma tersebut. Sebab ini
menjadi rahasia panggilannya yang kudus. Menurutnya itu adalah kasih karunia
(Flp. 1: 29), karena kelemahan dan penderitaan sebagai wujud tanda kehormatan
melalui kelemahannya.
10. Teladan Paulus ini mengajak kita untuk hidup bergantung kepada Kristus dan
mempunyai totalitas hidup yang sungguh kepada-Nya dan tidak terlepas dari
pengakuan yang murni untuk bersaksi bagi dunia tentang kabar keselamatan
Allah. Namun terkadang realitas berkata lain, sehingga hanya menjadi identitas
proses siklus kelahiran kembali dari yang lama menjadi ciptaan yang baru.
10
0
B. Usul dan Saran
cermin bagi masyarakat, bangsa dan dunia untuk menjadi Surat Kristus yang
hidup. Figur gereja yang menderita menjadi indentitas dan warna dalam
perkembangan zaman yang serba instant dan konkrit. Aksi gereja dalam
kepada masyarakat dan dunia sebagai tanda kehadiran Kasih Allah dalam
keberadaan manusia.
2. Bagi setiap pribadi terdapat sisi kelemahan sebagai sesuatu yang manusiawi dan
bukan hal yang negatif. Cara pandang dalam menilai sisi kelemahan harus dalam
terang kasih karunia dari Kristus. Sebab kita hidup bukan untuk diri sendiri tetapi
bagi Dia yang telah mati bagi kita. Adanya kebergantungan dan mengandalkan
menjawab pergumulan jemaat sebagai identitas dari Tubuh Kristus yaitu, mereka
yang paling hina, yaitu mereka yang lemah, miskin, tak berdaya, mereka yang
lapar dan dahaga, orang-orang asing, orang-orang sakit dan mereka yang
10
1
DAFTAR PUSTAKA
ALKITAB
Sutanto H. (edt),
KAMUS
Douglos, J. D.
10
2
Echols, J. M. dan Shadily,
Mounche W. D.,
1993, The Analytical Lexicon to The Greek New Testament, Michigan: Grand
Rapids
Newman B. M.,
BUKU-BUKU
Brill J. Wesley,
Chamblin J. Knox,
10
3
1993, Paul and Self: Apostolic Teaching for Personal Wholeness, English:
Baker Books
Chang H. H. Eric,
Chilton Bruce,
2004, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Groenen C.,
Kummel W.G.,
Marxsen Willi,
Spitller P. Russell,
Wenham J. W.,
Nubantimo, Eben,
10
4
2004, Anak Matahari, Ledelero – Maumere
Palau, Luis,
Ph. C. D. Ira,
diderita oleh umat Kristen sepanjang abad, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Titaley, John
Tong, Stephen,
Yewangoe, A. A.
10
5
LAIN-LAIN
Marbun, Irene
Poli, Gayus,
Internet
www.kkn di indonesia.com
www.sinarharapan.co.id.sekteharikiamat
10
6
10
7