You are on page 1of 4

Dampak letusan Gunung Kelud di Sragen dan Karanganyar

Abu vulkanik dari Gunung Kelud membuat aktivitas masyarakat di Sragen dan Karanganyar
terganggu. Masyarakat di kedua daerah memilih tinggal di rumah karena jalanan diselimuti abu
tebal.

Di Sragen, sejumlah jalanan utama tampak sepi dan hanya sedikit kendaraan yang nekat
melintas. Toko dan pasar juga tidak buka karena masyarakat memilih berdiam di rumah.
Akibatnya, kegiatan sosial ekonomi nyaris lumpuh.

Seperti di Pasar Bunder, para pedagang memilih tidak berjualan. Mereka tidak berani membuka
kiosnya karena abu tebal yang menutup hampir seluruh lingkungan pasar.

Mau dibuka juga percuma karena tidak ada yang beli. Mending ditutup saja sambil menunggu
hujan abu reda dulu, ujar Haryati, salah seorang pedagang Pasar Bunder, Jumat 14 Februari
2014.

Demikian pula aktivitas perkantoran juga sempat lumpuh. Kalau pun ada yang sudah buka, itu
pun hanya sedikit. Beberapa pekerja terlihat membersihkan lingkungan kantornya dari debu yang
menutupi.

Kegiatan belajar mengajar juga diliburkan. Sejumlah siswa yang berniat masuk kembali lagi ke
rumah lantaran sekolahnya kemudian meliburkan kegiatan belajar mengajar.

Karena debu yang cukup tebal, kondisi sekolah kotor dan diliburkan, ujar Fauzan (11), salah
seorang siswa SD negeri di Sragen. Semula, dia dan sejumlah temannya nekat menerjang hujan
abu untuk pergi ke sekolah. Meski harus mengenakan masker dan payung, dia berjalan kaki
menembus lebatnya hujan abu vulkanik yang turun mulai pukul 03.00 WIB. Tapi setelah sampai
sekolah, ternyata pihak sekolah meliburkan aktivitas belajar mengajar sampai batas waktu yang
belum ditentukan. Keadaan serupa juga terjadi di Karanganyar. Abu beterbangan saat kendaraan
melintas. Kondisi ini membuat jarak pandang pengendara sangat terbatas. Para pengendara
terpaksa harus mengenakan masker dan mantel hujan. Kondisi diperparah dengan terjadinya
tiupan angin kencang yang membuat abu beterbangan.
Saya tidak tahan dan memilih untuk menepi, ujar Ahmad (30), salah seorang pengendara
motor.

Pascaerupsi Kelud, Puluhan Ribu Ternak di Kediri Kekurangan Pakan

Puluhan ribu ternak di wilayah berbahaya Kabupaten Kediri tidak dievakuasi pada saat Gunung
Kelud meletus. Hingga empat hari pasca erupsi Kelud, ternak tersebut kekurangan pakan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kediri, Sri Suparmi mengaku waktu letusan yang cepat
membuat ternak tidak dapat dievakuasi. Karena kondisi tersebut, Dinas Peternakan menyediakan
pakan ternak. "Karena pakannya sedikit, sekarang pakan diutamakan untuk hidup bukan
kenyang," ujarnya ditemui di Segaran, Kecamatan Wates, Senin (17/2).
Di wilayah berbahaya, Dinas Pertanian Kediri mendata lebih dari 10 ekor sapi dan 11 ekor
kambing. Sebagian besar ternak berada di Kecamatan Ngancar seperti Desa Sugehwaras dan
Babatan. Namun, Pemkab Kediri hanya menyiapkan dana Rp48 juta untuk pakan ternak.
Pakan tersebut hanya diberikan ke lokasi yang memiliki kelompok ternak. "Pakan sedikit, tapi
ternak banyak, ya memang rebutan," ungkap Suparmi. Dia mengaku akan menata lagi data lokasi
distribusi pakan ternak agar merata.
Distribusi pakan ternak berupa hijauan pakan ternak (HMT) dan pakan kering. Pakan
didistribusikan dua hari pasca erupsi Kelud sebanyak delapan truk yang terdiri dari empat truk
HMT dan empat truk pakan kering. Volume pakan meningkat menjadi 13 truk pada Ahad (16/2)
yang terdiri dari 10 truk HMT dan sisanya pakan kering.
Pakan hanya diberikan bagi sapi dan kambing. Suparmi mengakui ternak unggas juga mendapat
dampak dari erupsi. Kebanyakan ternak unggas seperti ayam yang terdampak berada di
Kecamatan Kepung dan Puncu. Sebagian kandang ambruk dan ayam mati. Namun, Dinas
Pertanian belum mendata seberapa banyak ternak unggas yang rusak.

Dampak Kelud, Harga Cabai Naik 10 Persen

Ketua Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia, Sukoco, mengatakan meletusnya Gunung Kelud
telah memicu kenaikan harga cabai di tingkat petani. Tapi, kenaikan harga yang sudah terjadi
masih dalam batas wajar. Setelah meletus memang sudah ada kenaikan yaitu 10 persen untuk
harga cabai di tingkat petani, katanya pada Tempo di Jakarta, Ahad, 16 Februari 2014.

Menurut dia, untuk cabai merah besar harga naik dari Rp 19 ribu per kilogram menjadi Rp 20-21
ribu per kilogram. Sedangkan untuk cabai rawit merah harga naik menjadi Rp 30-31 ribu.
Menurut dia, harga masih mengalami kenaikan tidak terlalu drastis karena pasokan cabai masih
digantikan oleh daerah penyangga lain. (Lihat juga : Dampak Kelud, Dua Pekan Lagi Harga
Akan Naik)

Sukoco menyebut ada beberapa daerah yang menjadi penyangga pasokan cabai yaitu
Banyuwangi, Bojonegoro, Tulungagung, dan Malang, Jawa Timur. Untuk harga di tingkat
konsumen, Sukoco mengatakan kenaikan harga bisa mencapai 75 persen dari harga petani untuk
jarak terjauh yaitu konsumen di Jakarta. Kenaikan harga di tingkat konsumen tergantung dari
ada berapa rantai. Kalau di pasar induk kenaikan bisa hanya Rp 7 ribu, katanya.

Menurut dia, dalam kondisi normal atau ketika tidak terjadi bencana harga cabai naik 50 persen
dari tingkat petani sampai pada konsumen terjauh. Jadi ketika bencana kan biasanya naik 75
persen, jadi ada kenaikan 25 persen, katanya. (Lihat juga : Pasca Letusan Kelud, Dua Bandara
Masih Tutup)

Mengenai lahan yang rusak di Jawa Timur, Sukoco mengatakan daerah yang paling parah
mengalami kerusakan adalah Kediri. Total lahan yang rusak, kata dia, mencapai 400 hektar.
Untuk daerah Malang, lahan yang rusak akibat erupsi mencapai 100 hektar sedangkan di Blitar
lahan yang rusak mencapai 100 hektar. Di Kediri masih ada 200-300 hektar yang masih bisa
dipanen, katanya.


1. Penyebab terjadinya gunung meletus
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk.
Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau
lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan
bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini

2. Dampak Positif dan negatif Gunung Meletus

Dampak Positif
- Menambah kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi banyak
pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapa tahun kedepan
- Dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara
setelah Gunung Merapi meletus
- Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan pasir dan
karya seni dari endapan lava yang telah dingin.
- Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari
- Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat menghasikan bahan-bahan tambang yang
berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
- Membangkitkan industry semen dan industry yang berkaitan dengan insfrastuktur bisa
bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli untuk memulihkan infrastruktur dan
sector lainnya di kawasan terkena musibah.
- Terjadinya disribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para
dermawan.

Dampak Negatif
- Merusak pemukiman warga sekitar bencana
- Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)
- Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati
akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga banyak yang mati akibat letusan
Gunung Merapi
- Menyebabkan gagal panen
- Matinya infrastruktur
- Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
- Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk memperbaiki
infrastruktur yang telah rusak akibat bencana
- Terhentinya industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi Borobudur (Bencana
Merapi)
- Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena
debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin
pesawat mati
- Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat
lumpuh
- Menebarkan debu yang dapat mengganggu pernapasan
- Menimbulkan gas beracun
- Terjadinya kekurangan pangan bagi masyarakat yang terkena bencana Merapi

You might also like