You are on page 1of 8

42

Penggunaan Metode Very Low Frequency (VLF) untuk Pemetaan


Penyebaran Kontaminan di TPA Pasir Impun, Kota Bandung

Lena Sumargana
1
, Budi Sulistijo
2


1
Pusat Teknologi Invenarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA) - BPPT
2
Program Studi Rekayasa Pertambangan - ITB
Email: anagramus@gmail.com


Abstrak
Dalam metoda Very Low Frequency (VLF), medan primer yang dipancarkan dengan frekuensi
sangat rendah (15-30 kHz) ketika mengenai benda konduktif akan membangkitkan medan
sekunder, resultan dari medan primer dan medan sekunder ini yang diterima oleh alat VLF,
dan besarnya resultan ini tergantung dari medan sekunder. Identifikasi adanya pencemaran
di lokasi TPA ditandai tingginya harga Daya Hantar Listrik (DHL) dan Padatan Terlarut
Total (TDS), dan rendahnya harga resistivitas semu.
Kata kunci: elektromagnetik, Very Low Frequency, padatan terlarut total, bawah permukaan


Abstract
In the VLF (Very Low Frequency) method, the sign as source of primary field generated by
radio stations with low frequency (15-30 kHz) when a conductive body is immersed into an
electromagnetic filed it will be induced in it an electric current that will generate, in turn a
secondary magnetic field. The resultant of primary and secondary magnetic field is received
by VLF equipment, and it is depending on the secondary field. This study identify
contaminant with utilize of VLF methods and afterward compare them with hydrogeology
mapping. Pollution identifications are recognized with low apparent resistivity, and
increasing values of Total Dissolved Solids and Electric Conductivity.
Keywords: electromagnetic, Very Low Frequency, Total Dissolve Solids, sub-surface


1. Pendahuluan
Di lokasi penimbunan sampah, pencemaran airtanah terjadi karena adanya Leachate
yang timbul akibaat masuknya sumber air kedalam sampah dan bercampur dengan
cairan yang terdapat dalam sampah. Sumber air yang mungkin masuk ke dalam
timbunan meliputi hujan, infiltrasi air permukaan, kontak airtanah dengan material
timbunan. Leachate dapat bergerak ke bawah menuju muka airtanah, sehingga dapat
menyebabkan pencemaran airtanah. Tanah dan airtanah yang telah tercemar akan
mempunyai sifat elektrik tertentu, seperti mempunyai harga konduktifitas dan
Padatan Terlarut Total (TDS) yang tinggi. Parameter ini akan menjadi acuan dalam
pendeteksian kontaminasi daerah yang telah tercemar.
Pada metoda Very Low Frequency (VLF), medan elektromagnetik primer yang
dipancarkan dengan frekuensi VLF 15 30 kHz, membangkitkan medan sekunder
akibat adanya arus induksi yang mengalir pada benda-benda konduktor di dalam
tanah. Medan sekunder yang terjadi tergantung kepada sifat medan primer, sifat
kelistrikan benda didalam tanah dan sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda
tersebut. Resultan medan primer dan sekunder yang terekam oleh peralatan VLF
sangat tergantung dari medan sekunder, sehingga bentuk, posisi benda konduktif
dibawah permukaan dapat diperkirakan.
Very Low Frequency sangat baik untuk penyelidikan kualitas air pada medium
berpori (Benson et al., 1997). Benson et al. (1997) menunjukan bahwa air yang
43
tercemar hidrokarbon akan memiliki nilai resistivitas tinggi, tetapi akan memiliki
resistivitas yang rendah untuk air yang tercemar material inorganik.

2. Lokasi Penelitian
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Impun terletak di Desa Karang Pamulang
Kecamatan Cicadas, kurang lebih 9.6 Km sebelah timur Kota Bandung (Gambar 1).
Tempat ini mulai beroperasi tahun 1987, dan pada akhir tahun 1999 TPA ini ditutup
karena sudah tidak bisa menampung sampah lagi. Luas Total TPA adalah 35.700 m
2

sedangkan luas area penimbunan 17.500 m
2
.

Ci Pamokolan
C
i

P
u
t
a
t
C
i

J
a
w
u
r
a
C
i

G
a
n
t
i
r
i
CITARUM
CITARUM
C
i

B
e
u
r
e
u
m
C
I
K
A
P
U
N
D
U
N
G
C
i

S
a
r
a
n
t
e
n
C
i
M
a
h
i
C
I
K
A
P
U
N
D
U
N
G
Ci Kapundung
Ci Bodas
Ci Panengah
C
i
P
u
tr
i
Cipanas
LEMBANG
Cihideung
Ciburial
Cicaheum
UJUNGBERUNG
DAGO
Cihampelas
BANDUNG
Cibeureum
CIMAHI
Kebonkalapa
Kiaracondong
DAYEUHKOLOT
1000
1250
750
790000 795000 800000
9237000
9242000
9247000
785000 780000
9232000
9227000
PETA LOKASI PENELITIAN
0 2 km
L. JAWA
P. JAWA
SKALA
KETERANGAN
Garis Kontur interval 250 m
Jalan Raya
Jalan Tol
Rel Kereta Api
Sungai
750
Lokasi Penelitian
U

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian.

44
Topografi di lokasi penimbunan menunjukkan adanya tebing terjal di bagian
timur dan barat TPA. Tebing terjal sebelah timur berhadapan langsung dengan
pemukiman penduduk dan area persawahan, sedangkan di sebalah barat terdapat
kebun bambu. Di bagian barat laut TPA kemiringan lereng cukup besar dan
berhadapan dengan kebun penduduk dan tanah kosong. Di bagian tenggara TPA
terdapat kolam penampungan leachate yang terdiri dari dua bagian. Bagian utara adalah
kolam pengendapan pertama untuk menampung leachate yang keluar langsung dari
TPA, dan di sebelah selatan adalah kolam pengendapan kedua yang menampung air
setelah diendapkan di kolan pertama untuk diendapkan kembali kemudian dialirkan
ke selokan, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.


Gambar 2. Peta Topografi daerah penelitian



Gambar 3. Peta Muka Airtanah daerah penelitian


45
3. Geologi dan Hidrogeologi
Lokasi TPA merupakan sebagian kecil dari batuan geomorfologi yang terletak di kaki
selatan Gunung Pulasari atau kaki barat Gunung Manglayang yang miring kearah
selatan dengan kemiringan 15 25 % dan berbatasan dengan satuan geomorfologi
dataran di sebelah selatan.
Daerah Pasir Impun dibentuk oleh breksi volkanik, dengan komposisi batuan
didominasi oleh batupasir tufaan, kerikil tufaan dengan sisipan batulempung tufaan,
berlapis sangat baik dengan kedudukan N 114
o
E / 9
o
11
o
. Pada sekuen ini makin
kearah bawah, semakin banyak dijumpai bongkah batuan andesit dan breksi. Lapisan
breksi yang paling baik dijumpai di lembah Sungai Ciwaras sebagai batuan alas Sungai
Ciwaras (Bed Rock Stream) disebelah barat TPA (Widodo, 1998) satuan ini
dideskripsikan sebagai Formasi Cikapundung.
Terdapat dua jenis sistem akuifer, yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan
(Kwarsa Hexagon, 1987). Akuifer bebas yang terdiri dari breksi volkanik beserta
dengan pelapukannya dengan konduktifitas hidrolik 1,41x 10
-4
4,63 x 10
-4
cm/detik
berada pada kedalaman kurang dari 30 m dengan tinggi muka airtanah bebas
bervariasi dari -0,69 m hingga -7,7 m dari permukaan tanah dengan fluktuasi
musiman berkisar antara 1 2 m. Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman lebih
dari 30 m dengan litologi berupa pasir tufaan

4. Metoda VLF
Sinyal yang dibangkitkan oleh antena pemancar terdiri atas medan magnet dan medan
listrik yang berosilasi dalam frekuensi yang dipilih antena Akibat interaksi dengan
benda konduktif di dalam bumi maka komponen horisontal magnetik medan
primer membangkitkan komponen horisontal medan listrik dalam arah
penjalarannya. Pada suatu daerah tak homogen, komponen vertikal magnetik
dibangkitkan untuk beberapa variasi konduktivitas.
Medan elektromagnetik primer akan menginduksi benda konduktif ketika
melewatinya sehingga akan terbentuk arus listrik dan terbentuk medan magnetic
sekunder (H
s
), medan yang terekam adalah medan resultan yang disebut Polarisasi
ellip.


Gambar 4. Induksi Gelombang Primer terhadap benda konduktif (Reynold, 1997)

46
Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt angle yaitu sudut utama
polarisasi ellip dari horizontal (dalam derajat atau persen), dan eliptisitas adalah
perbandingan antara sumbu kecil terhadap sumbu besarnya (dalam persen). Tilt angle
dan eliptisitas , berkaitan dengan komponen medan magnetik horizontal, vertikal
dan fasanya
Secara matematis dapat diperlihatkan bahwa tilt angle mirip dengan bagian in
phase (komponen real) dari komponen vertikal dan eliptisitas mirip dengan bagian
quadrature (komponen imaginer) dari komponen vertikal. Kedua parameter tersebut
diukur dalam prosentase terhadap medan primer horizontal (Karous and Hjelt, 1983):
Komponen Real (%) = 100 ( radian)
Komponen Imaginer (%) = 100

Harga rapat arus terhadap kedalaman dapat ditentukan dengan menggunakan
filter dari Karous dan Hjelt (1983). Untuk dapat memperkirakan harga resistivitas dan
fasanya, maka harus diketahui hubungan dari medan listrik E
x
dan medan magnetik
H
y
dan resistivitas semu
a
. Hubungan ini biasa dituliskan dalam bentuk dibawah ini
(Cardiard, 1953 dalam Gharibi, 1999)
2
1
y
x
a
H
E


di mana :

a
= Resistivitas semu
=
o
= Permeabilitas magnetik di ruang hampa
= Frekuensi sudut = 4f


Gambar 5. Foto Akuisisi Data dengan metode VLF

Pengambilan data dilakukan dalam suatu lintasan dengan interval pengambilan
data 1 meter dengan arah pengambilan mulai dari barat ke timur untuk semua
lintasan survey.


47

Gambar 6. Peta lintasan survey

5. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran langsung yaitu dengan pengambilan data
Hidrogeologi dilakukan dilokasi TPA dan sekitarnya; 30 sumur gali penduduk, 3
lubang bor ekplorasi dan 3 sumur leachate / pembuangan gas di Lokasi TPA. Juga
dilakukan pengukuran tidak langsung menggunakan metoda geofisika yaitu VLF,
Enam lintasan VLF dilakukan melewati lokasi TPA dengan arah N 110
0
E hingga N
130
0
E dan jarak antar titik pengamatan adalah 1 meter. Sinyal frekuensi yang dipakai
adalah 19,7 kHz. Setelah data Real dan Imaginer di peroleh kemudian dilakukan
pemodelan untuk mendapatkan harga tahanan jenis semu (VLF-R)
Berdasarkan peta muka airtanah bebas dapat diidentifikasi terdapat dua arah
aliran airtanah bebas, yaitu kearah tenggara dengan kemiringan sekitar 19% (8,6
o
),
aliran ini bergerak menuju daerah pesawahan dan lembah. Aliran kedua kearah
selatan dengan kemiringan sekitar 10% (4,5
o
) aliran ini bergerak menuju ke
pemukiman yang berada di selatan TPA. Kedua aliran ini sangat dipengaruhi oleh
bentuk topografi setempat (Gambar 2).
Gambar 7 dan 8 memperlihatkan kontur Daya Hantar Listrik (DHL) dan Total
Dissolved Solid (TDS) dimana meningkatnya harga tersebut menunjukkan adanya
pencemaran airtanah, nilai TDS dan DHL yang tinggi terdapat di lokasi timbunan
sampah dimana proses leaching sehingga akumulasi kontaminan terdapat pada
timbunan sampah ini, dan penyebaran kontaminan mengikuti aliran airtanah bergerak
kearah selatan dan tenggara.
Kontur tahanan jenis semu dari data VLF dapat dilihat pada Gambar 9, dimana
harga resisitivitas semu yang rendah terlihat sepanjang punggungan timbunan sampah
kemudian bergerak kearah tenggara. Hasil tahanan jenis semu rendah menunjukkan
bahwa sepanjang timbuan sampah terjadi akumasi kontaminan akibat proses leaching
dari sampah sepanjang punggungan TPA, dan aliran plume kontaminan ini bergerak
kearah tenggara mengikuti pola aliran airtanah bebas dan pola topografinya.
Timbunan sampah disebelah timur TPA belum menunjukkan adanya akumulasi
kontaminan karena lokasi ini merupakan timbunan baru sehingga proses leaching
belum berlangsung lama. Dibagian selatan TPA dijumpai adanya lokasi dengan harga
tahanan jenis semu yang rendah hal ini berkaitan dengan adanya batuan lempung
dibagian selatan TPA.

48

Gambar 7. Peta Kontur Padatan Terlarut Total


Gambar 8. Peta Daya Hantar Listrik


Gambar 9. Peta Kontur Tahanan Jenis Semu



49
6. Kesimpulan
Penyebaran kontaminan ditandai dengan meningkatnya harga TDS dan DHL, dan
rendahnya nilai tahanan jenis semu. Hasil pengukuran yang dilakukan dengan metoda
langsung dan tidak langsung menunjukkan bahwa akumulasi leachate berada pada
timbunan sampah lama yang memanjang dari utara ke selatan sedangkan arah plume
bergerak mengikuti pola topografi lokal dan arah aliran airtanah yang bergerak kearah
tenggara.
Bentuk penyebaran plume menunjukkan pola yang mirip antara data
pengukuran langsung (pemetaan hidrogeologi) dengan data hasil VLF, dan hasilnya
saling melengkapi sehingga kekurangan data metoda yang satu dapat dilengkapi oleh
metoda lain. Dengan menggunakan metoda VLF pengambilan data bisa dilakukan
dengan cepat dan biaya yang lebih murah, kemudian ditindaklanjuti dengan metoda
langsung untuk mengetahui harga kualitas airtanah sebenarnya.


Daftar Pustaka
Benson, A.K., et. al., 1997, Mapping Groundwater contamination using DC
Resistivity and VLF Geophysical Methods, Geophysics Vol. 62 No. 1, 80-86.
Gharibi, M., Pedersen, L.B., 1999, Transformation of VLF Data Into Apparent
Resistivity and Phases, Geophysics Vol. 64 No. 5, 1393-1402
Karous, M., Hjelt, S.E., 1983, Linear filtering of VLF dip-angle measurements,
Geophysical Prospecting Vol. 31, 782-794.
Kwarsa Hexagon PT, 1987, Geotechnical Evaluation of Sanitary Landfill Site,
Bandung Urban Development Project.
Nissen, J., 1986, A versatile electromagnetic modeling program for 2-D structures,
Geophysical Prospecting Vol.14, 1099-1110.
Reynolds, J.M., 1997, An Introduction to Applied and Environmental Geophysics,
John Willey & Sons Ltd, Buffins Lane, Chichester, England.
Widodo, U.W., 1998, Hidrogeologi dan Permodelan Plume di TPA Pasir Impun
dengan Metoda Misse a-la-mase berdasarkan Analogi model Aliran Listrik
dan Aliran Airtanah, Tesis Magister, Pascasarjana ITB.

You might also like