You are on page 1of 42

ARTHROPODA CONTROL

dr. Wiwien S Utami, M.Sc


Lab Parasitologi FK UJ
ARTHROPOD - BORNE DISEASES
Disebut juga Vector-borne diseases
Bertanggung jawab thd penularan penyakit
dari 1 host ke host yg lain
Penyakit penting yang bersifat endemis atau
epidemis serius berakibat kematian

TRANSMISI ARTHROPODA BORNE DISEASES
1. Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang
berasal dari arthropoda kedalam tubuh
manusia melalui gigitan pada kulit atau
deposit pada membrana mucosa
2. Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan
tubuh manusia kemudian berkembang
biak sebagai contoh scabies.

3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic
Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan
agen penyakit dalam tubuh vektor parasit
malaria dalam tubuh nyamuk anopheles
berkisar antara 10 14 hari tergantung
dengan temperatur lingkungan dan
masa inkubasi intrinsik dalam tubuh
manusia berkisar antara 12 30
hari tergantung dengan jenis plasmodium
malaria.
4. Definitive Host dan Intermediate Host

Disebut sebagai host definitif atau
intermediate tergantung dari apakah dalam
tubuh vektor atau manusia terjadi
perkembangan siklus seksual atau siklus
aseksual contoh parasit malaria
5. Propagative, Cyclo Propagative dan Cyclo
- Developmental

Propagative Agen penyakit atau parasit
tidak mengalami perubahan siklus dan
hanya multiplikasi dalam tubuh vektor
plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD)
Cyclo propagative Agen penyakit
mengalami perubahan siklus dan multiplikasi
dalam tubuh vektor parasit malaria dalam
tubuh nyamuk anopheles
Cyclo - Developmental Agen penyakit
mengalami perubahan siklus tetapi tidak
mengalami proses multifikasi dalam tubuh
vektor seperti parasit filarial dalam tubuh
nyamuk culex.
CARA TRANSMISI ARTHROPODA BORNE
DISEASES
1. Kontak langsung.
2. Transmisi secara mekanik.
3. Trasmisi secara biologi.
KONTROL VEKTOR
Prinsip Mengontrol Arthropoda

1. Kontrol lingkungan
2. Kontrol kimia
3. Kontrol biologi
4. Kontrol genetik
1. Kontrol Lingkungan
Cara ini merupakan cara terbaik untuk
mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat
bersifat permanen. Misalnya,
membersihkan tempat-tempat hidup
arthropoda.
2. Kontrol Kimia
Cara ini menggunakan golongan insektisida
seperti :
golongan organochlorin
golongan organoposgat
golongan carbomate,
tetapi sering terjadi resistensi dan dapat
menimbulkan kontaminasi lingkungan.
3. Kontrol Biologi
Ditujukan untuk mengurangi polusi
lingkungan akibat pemakaian insektisida
yang berasal dari bahan-bahan beracun.
Misalnya, memelihara ikan.
4. Kontrol Genetik
Ada beberapa teknik :
Steril Technique
Citoplasmic Incompatibility
Choromosomal Translokasi
KONTROL PADA MASING -MASING ARTHROPODA
Kontrol Mosquito
1. Tindakan Anti Larva :
A. Environmental Control
B. Chemical Control :
Mineral Oils
Paris Green
Synthetic Insectisida : - Fenthion
Chlorpyrofos
Abate
Malathion
C. Biological Control
2.Terhadap Nyamuk Dewasa
A. Residual Sprays :



B. Space Sprays
Pyrethrum Extract
Residual Insektisida
C. Genetic Control
Steril Male Technique
Cytoplasmic Incompatibility
Chromosom Translocations
Sex Distortion
3. Terhadap Gigitan Nyamuk
A. Mosquito Net
B. Screening
D. Repellent (chemis) :
Diethyltoluamide
Indalone
Dimethyl Carbote
KONTROL HOUSE FLIES
1. Environmental Control
2. Insectisida Control
Residual Sprays : - DDT 5%
- Methoxychlor 5%
- Lindane 0,5%
- Chlordane 2,5%
Baits : - Diazinon
- Malathion
- Dichlorvos
Cords and Ribbons : - Diazinon
- Fenthion
- Dimethoate
Space Sprays : - Pyrethrine
- DDT
- BHC
Larvacid : - Diazinon 0,5%
- Dichlorvos 2%
- Dimethoate
3. Fly Papers
4. Proteksi Terhadap Lalat
5. Pendidikan Kesehatan

KONTROL SANDFLIES

1. Insektisida :
DDT 1-2 g/my
Lindane 0,25 g/my
Sanitasi Lingkungan
KONTROL TSETSE FLIES
Ada 4 teknik dalam mengontrol lalat tsetse,
yaitu
1. Insektisida :
DDT 25%
Dieldrin 18 - 20%
2. Clearing of Vegetation
3. Game Destruction
4. Kontrol Genetik
KONTROL LICE
1. Insektisida :
DDT
Malathion 0,5%
2. Personal Hygiene
KONTROL SCABIES
1. Benazyl Benzoate 25%
2. BHC 0,5% - 10%
3. Tetmosol 5%
4. Sulfur Ointment 2,5 - 10%
KONTROL FLEAS
1. Insektisida
DDT
Diazinon 2%
Malathion 5%
2. Repellent
Diethyl Toluamide
Benzyl Benzoate
3. Kontrol Rodent
KONTROL TICKS DAN MITES
1.Insektisida
DDT
Chlordane
Dieldrin
Lindane
Malathion
2. Kontrol Lingkungan
3. Proteksi Terhadap Pekerja
KONTROL CYCLOPS
1. Fisik:
Penyaringan
Pemasakan (suhu 60oC)
2. Kimia :
Chlorine 5 ppm
Lime
Abate 1 mg/liter
3. Biologi :
Memelihara ikan
JENIS-JENIS INSEKTISIDA
golongan organik dan anorganik.

Insekstisida organik mengandung unsur
karbon

Insektisida anorganik umumnya bersifat
alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup
sehingga disebut insektisida hayati, tidak
mengandung unsur karbon
INSEKTISIDA ORGANIK SINTETIK
Senyawa Organofosfat
Senyawa Organoklorin
Karbamat
Pirethrin/ Pirethroid Sintetik
Pengatur Tumbuh Serangga
Fumigan

SENYAWA ORGANOKLORIN
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul
organik dengan penambahan fosfat.


Insektisida sintetik yang masuk dalam
golongan ini adalah Chlorpyrifos,
Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos,
Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan
Malathion.
SENYAWA ORGANOKLORIN
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul
organik dengan penambahan klorin.

Insektisida organoklorin bersifat sangat
persisten, dimana senyawa ini mashi tetap
aktif hingga bertahun-tahun sudah
dilarang penggunaannya karena
memberikan dampak buruk terhadap
lingkungan.
Contoh-contoh insektisida golongan
organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan
DDT.
KARBAMAT
Insektisida golongan karbamat diketahui
sangat efektif mematikan banyak jenis hama
pada suhu tinggi dan meninggalkan residu
dalam jumlah sedang.Namun, insektisida
karbamat akan terurai pada suasana yang
terlalu basa.
Salah satu contoh karbamat yang sering
dipakai adalah bendiokarbamat
PIRETHRIN/ PIRETHROID SINTETIK
Insektisida golongan ini terdiri dari dua
kategori, yaitu bersifat fotostabil serta
bersfiat tidak non fotostabil namun
kemostabil.

Produknya sering dicampur dengan
senyawa lain untuk menghasilkan efek yang
lebih baik. Salah satu contoh produk
insektisida ini adalah Permethrin.
PENGATUR TUMBUH SERANGGA
Insektisida golongan ini merupakan hormon
yang berperan dalam siklus pertumbuhan
serangga, misalnya menghambat
perkembangan normal.

Beberapa contoh produknya adalah
Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen,
dan Flufenoxuron
FUMIGAN
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap
yang dapat membunuh hama serangga.
Fumigan hanya boleh digunakan oleh
personel terlatih karena tingkat toksisitasnya
yang tinggi.

Contoh-contohnya adalah Metil Bromida
(CH
3
Br), Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit,
Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida
INSEKTISIDA HAYATI

Silica (SiO
2
) merupakan insektisida anorganik
yang bekerja dengan menghilangkan selubung
lilin pada kutikula serangga sehingga
menyebabkan mati lemas. Insektisida jenis ini
sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh,
yang tersusun dari molekul diatom
Bacillariophyceae.
Asam Borat (H
3
BO
3
) adalah insektisida
anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian
semut
Pirethrum adalah insektisida organik alami
yang berasal dari kepala bunga tropis krisan.
Senyawa ini memiliki kemampuan
penghambatan serangga yang baik pada
konsentrasi rendah.

Namun berkaitan
dengan proses ekstraksinya, senyawa ini
sangat mahal.
Rotenon adalah insektisida organik alami
yang diperoleh dari pohon Derris.Senyawa
ini berfungsi sebagai insektisida yang
menyerang permukaan tubuh hama.


Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem
(Azadirachta indica)
Penggunaan Neem sebagai insektisida
hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak
neem mengganggu aktivitas sistem
pencernaan serangga, khususnya golongan
Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta
larvanya
Selain itu neem juga berperan sebagai
pengatur tumbuh dimana menyebabkan
beberapa jenis serangga terus berada pada
kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.

Bakteri Bacillus thuringiensis memproduksi
toksin Bt yang dapat mematikan serangga
yang memakannya.

Toksin Bt aktif pada pH basa dan
menyebabkan saluran pencernaan serangga
berlubang sehingga berujung pada kematian.
Para peneliti telah berhasil memindahkan
gen yang berperan dalam produksi toksin Bt
dari B. thuringiensis ke tanaman kapas
sehingga serangga yang memakan tanaman
kapas tersebut akan mati.

Kapas Bt
merupakan salah satu organisme transgenik
yang paling banyak ditanam di dunia.

EFEK PENGGUNAAN INSEKTISIDA
Insektisida yang dipakai seringkali
menyerang organisme non target seperti
burung dan makhluk hidup lainnya
Dikhawatirkan berpotensi membahayakan
kesehatan manusia.

Insektisida seringkali digunakan melebihi
dosis yang seharusnya karena petani
beranggapan semakin banyak insektisida
yang diaplikasikan maka akan semakin
bagus hasilnya.

Beberapa petani bahkan mencampurkan
perekat pada insektisidanya agar tidak
mudah larut terbawa air hujan. Namun,
penggunaan perekat ini justru
mengakibatkan tingginya jumlah residu
pestisida pada hasil panen yang nantinya
akan menjadi bahan konsumsi manusia

Penggunaan insektisida sintetik juga dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan.
Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat
tersimpan di dalam tanah selama bertahun-
tahun, dapat merusak komposisi mikroba
tanah, serta mengganggu ekosistem
perairan

RESISTENSI INSEKTISIDA
Resistensi insektisida merupakan suatu
kenaikan proporsi individu dalam populasi
yang secara genetik memiliki kemampuan
untuk tetap hidup meski terpapar satu atau
lebih senyawa insektisida Peningkatan
individu ini terutama oleh karena matinya
individu-individu yang sensitif insektisida
sehingga memberikan peluang bagi individu
yang resisten untuk terus berkembangbiak
dan meneruskan gen resistensi pada
keturunannya
Tingkat resistensi serangga hama pada
insektisida terus meningkat seiiring dengan
kemunculan dan pemakaian berbagai jenis
insektisida sintetik di tahun-tahun berikutnya

You might also like