You are on page 1of 10

DINAMIKA PARTAI POLITIK

DAN DEMOKRASI
Oleh Jimly Asshiddiqie
1. Partai dan Pelembagaan Demokrasi
Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat
penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang
sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan
banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan
demokrasi, seperti dikatakan oleh !hatts!heider ("#$%), Political parties created
democracy&. 'arena itu, partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat
dera(at pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem politik
yang demokratis. Bahkan, oleh !hatts!heider dikatakan pula, )Modern democracy is
unthinkable save in terms of the parties&.
*amun demikian, banyak (uga pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap
partai politik. +ang paling serius di antaranya menyatakan bahwa partai politik itu
sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang
berkuasa atau berniat memuaskan ,na-su birahi. kekuasaannya sendiri. Partai politik
hanya lah ber-ungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung yang
berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan
berlakunya kebi(akan-kebi(akan publik tertentu at the expense of the general will
(/ousseau, "01%) atau kepentingan umum (Perot, "##%).
2alam suatu negara demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga negara
haruslah sama-sama kuat dan bersi-at saling mengendalikan dalam hubungan )checks
and balances&. Akan tetapi (ika lembaga-lembaga negara tersebut tidak ber-ungsi
dengan baik, kiner(anya tidak e-ekti-, atau lemah wibawanya dalam men(alankan
-ungsinya masing-masing, maka yang sering ter(adi adalah partai-partai politik yang
rakus atau ekstrim lah yang mera(alela menguasai dan mengendalikan segala proses-
proses penyelenggaraan -ungsi--ungsi pemerintahan.
Oleh karena itu, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan beker(anya
sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip checks and balances dalam arti yang
luas. ebaliknya, e-ekti- beker(anya -ungsi--ungsi kelembagaan negara itu sesuai
prinsip checks and balances& berdasarkan konstitusi (uga sangat menentukan
kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang dikembangkan di suatu
negara. emua ini tentu berkaitan erat dengan dinamika pertumbuhan tradisi dan
kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat. 3radisi berpikir atau kebebasan
berpikir itu pada gilirannya mempengaruhi tumbuh-berkembangnya prinsip-prinsip
kemerdekaan berserikat dan berkumpul dalam dinamika kehidupan masyarakat
demokratis yang bersangkutan.
3entu sa(a, partai politik adalah merupakan salah satu sa(a dari bentuk
pelembagaan sebagai wu(ud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan
keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. 2i samping partai politik, bentuk
ekspresi lainnya ter(elma (uga dalam wu(ud kebebasan pers, kebebasan berkumpul,
ataupun kebebasan berserikat melalui organisasi-organisasi non-partai politik seperti
"
lembaga swadaya masyarakat (45), organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas),
organisasi non pemerintah (*6O.s), dan lain sebagainya.
*amun, dalam hubungannya dengan kegiatan bernegara, peranan partai politik
sebagai media dan wahana tentulah sangat menon(ol. 2i samping -aktor--aktor yang
lain seperti pers yang bebas dan peranan kelas menengah yang ter!erahkan, dan
sebagainya, peranan partai politik dapat dikatakan sangat menentukan dalam
dinamika kegiatan bernegara. Pertai politik betapapun (uga sangat berperan dalam
proses dinamis per(uangan nilai dan kepentingan (values and interests) dari konstituen
yang diwakilinya untuk menentukan kebi(akan dalam konteks kegiatan bernegara.
Partai politik lah yang bertindak sebagai perantara dalam proses-proses
pengambulan keputusan bernegara, yang menghubungkan antara warga negara
dengan institusi-institusi kenegaraan. 5enurut /obert 5i!hels dalam bukunya,
)Politi!al Parties, A o!iologi!al tudy o- the Oligar!hi!al 3enden!ies o- 5odern
2emo!ra!y&, organisasi merupakan satu!satunya sarana ekonomi atau politik
untuk membentuk kemauan kolektif&
"
.
'esempatan untuk berhasil dalam setiap per(uangan kepentingan sangat
banyak tergantung kepada tingkat kebersamaan dalam organisasi. 3ingkat
kebersamaan itu terorganisasikan se!ara tertib dan teratur dalam pelaksanaan
per(uangan bersama di antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama
yang men(adi anggota organisasi yang bersangkutan.
'arena itu, dapat dikatakan bahwa berorganisasi itu merupakan prasyarat
mutlak dan hakiki bagi setiap per(uangan politik. 2engan begitu, harus diakui pula
bahwa peranan organisasi partai sangat penting dalam rangka dinamika pelembagaan
demokrasi. 2engan adanya organisasi, per(uangan kepentingan bersama men(adi kuat
kedudukannya dalam menghadapi pihak lawan atau saingan, karena kekuatan-
kekuatan yang ke!il dan terpe!ah-pe!ah dapat dikonsolidasikan dalam satu -ront.
Proses pelembagaan demokrasi itu pada pokoknya sangat ditentukan oleh
pelembagaan organisasi partai politik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem
demokrasi itu sendiri. 'arena itu, menurut +7es 5eny and Andrew 'napp
%
, )"
democratic system without political parties or with a single party is impossible or at
any rate hard to imagine uatu sistem politik dengan hanya " (satu) partai politik,
sulit sekali dibayangkan untuk disebut demokratis, apalagi (ika tanpa partai politik
sama sekali.
3ingkat atau dera(at pelembagaan partai politik itu sendiri dalam sistem
demokrasi, menurut +7es 5eny dan Andrew 'napp, tergantung kepada 8 (tiga)
parameter, yaitu (i) its age, (ii) the depersonalization of organization&, dan (iii)
)organizational differentiation&.
8
etiap organisasi yang normal tumbuh dan
berkembang se!ara alamiah menurut tahapan waktunya sendiri. 'arena itu, makin tua
usianya, ide-ide dan nilai-nilai yang dianut di dalam organisasi tersebut semakin
terlembagakan (institutionalized) men(adi tradisi dalam organisasi.
Organisasi yang berkembang makin melembaga !enderung pula mengalami
proses )depersonalisasi&. Orang dalam maupun orang laur sama-sama menyadari dan
memperlakukan organisasi yang bersangkutan sebagai institusi, dan tidak di!ampur-
adukkannya dengan persoalan personal atau pribadi para indi7idu yang kebetulan
men(adi pengurusnya. Banyak organisasi, meskipun usianya sudah sangat tua, tetapi
tidak terbangun suatu tradisi dimana urusan-urusan pribadi pengurusnya sama sekali
"
/obert 5i!hels, Partai Politik9 'e!enderungan Oligarkis dalam Birokrasi, Penerbit /a(awali, Jakarta, "#:$,
hal.%8.
%
+7es 5eny and Andrew 'napp, 6o7ernment and Politi!s in ;estern <urope9 Britain, =ran!e, >taly, 6ermany,
third edition, O?-ord @ni7ersity Press, "##:, hal. :1.
8
>bid. hal. 0.
%
terpisah dan dipisahkan dari urusan keorganisasian. 2alam hal demikian, berarti
dera(at pelembagaan organisasi tersebut sebagai institusi, masih belum kuat, atau
lebih tegasnya belum terlembagakan sebagai organisasi yang kuat.
Jika hal ini dihubungkan dengan kenyataan yang ter(adi di >ndonesia, banyak
sekali organisasi kemasyarakatan yang kepengurusannya masih sangat
personalized&. Organisasi-organisasi besar di bidang keagamaan, seperti *ahdhatul
@lama, 5uhammadiyah, dan lain-lain dengan dera(at yang berbeda-beda, masih
menun(ukkan ge(ala personalisasi yang kuat atau malah sangat kuat. Organisasi-
organisasi di bidang kepemudaan, di bidang sosial, dan bahkan di bidang pendidikan,
banyak sekali yang masih ,personalized, meskipun dera(atnya berbeda-beda. Bahkan,
saking bersi-at ,personalized.nya organisasi yang dimaksud, banyak pula di antaranya
yang segera bubar tidak lama setelah ketuanya meninggal dunia.
6e(ala )personalisasi& (uga terlihat tatkala suatu organisasi mengalami
kesulitan dalam melakukan suksesi atau pergantian kepemimpinan. 2ikatakan oleh
5oni!a dan Jean Aharlot,
$
)#ntil a party $or any association% has surmounted the crisis of finding a successor to
its founder& until it has drawn up rules of succession that are legitimate in the eyes of
its members& its institutionalization will remain precarious&.
elama suatu organisasi belum dapat mengatasi krisis dalam pergantian
kepemimpinannya, dan belum berhasil meletakkan dasar pengaturan yang dapat
diakui dan diper!aya oleh anggotanya, maka selama itu pula pelembagaan organisasi
tersebut masih bermasalah dan belum dapat dikatakan kuat. Apalagi (ika pergantian
itu berkenaan dengan pemimpin yang merupakan pendiri yang ber(asa bagi organisasi
bersangkutan, seringkali timbul kesulitan untuk melakukan pergantian yang tertib dan
damai. *amun, dera(at pelembagaan organisasi yang bersangkutan tergantung kepada
bagaimana persoalan pergantian itu dapat dilakukan se!ara )impersonal& dan
)depersoanlized&.
Jika kita menggunakan parameter )personalisasi& ini untuk menilai organisasi
kemaysrakatan dan partai-partai politik di tanah air kita dewasa ini, tentu banyak
sekali organisasi yang dengan dera(at yang berbeda-beda dapat dikatakan belum
semuanya melembaga se!ara )depersonalized. Perhatikanlah bagaimana partai-
partai seperti Partai 6olongan 'arya (6O4'A/), Partai Amanat *asional (PA*),
Partai 2emokrasi >ndonesia Per(uangan (P2>P), Partai 'ebangkitan Bangsa (P'B),
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan sebagainya.
Ada yang diiringi oleh perpe!ahan, ada pula yang belum sama sekali berhasil
mengadakan -orum 'ongres, 5usyawarah *asional atau 5uktamar.
2i samping kedua parameter di atas, dera(at pelembagaan organisasi (uga
dapat dilihat dari segi )organizational differentiation&. +ang perlu dilihat adalah
seberapa (auh organisasi kemasyarakatan ataupun partai politik yang bersangkutan
berhasil mengorganisasikan diri sebagai instrumen untuk membolisasi dukungan
konstituennya. 2alam sistem demokrasi dengan banyak partai politik, aneka ragam
aspirasi dan kepentingan politik yang saling berkompetisi dalam masyarakat
memerlukan penyalurannya yang tepat melalui pelembagaan partai politik. emakin
besar dukungan yang dapat dimobilisasikan oleh dan disalurkan aspirasinya melalui
suatu partai politik, semakin besar pula potensi partai politik itu untuk disebut telah
terlembagakan se!ara tepat.
@ntuk men(amin kemampuannya memobilisasi dan menyalurkan aspirasi
konstituen itu, struktur organisasi partai politik yang bersangkutan haruslah disusun
$
5oni!a and Jean Aharlot, ,4es 6roupes Politiques dans leur <n7ironement. in J. 4e!a and 5. 6rawitB (eds.),
3raite de !ien!e Politique, iii (Paris9 P@=, "#:C), $80D dalam >bid., hal. :#.
8
sedemikian rupa, sehingga ragam kepentingan dalam masyarakat dapat ditampung
dan diakomodasikan seluas mungkin. 'arena itu, struktur internal partai politik
penting untuk disusun se!ara tepat. 2i satu pihak ia harus sesuai dengan kebutuhan
untuk mobilisasi dukungan dan penyaluran aspirasi konstituen. 2i pihak lain, struktur
organisasi partai politik (uga harus disesuaikan dengan -ormat organisasi
pemerintahan yang diidealkan menurut 7isi partai politik yang dimintakan kepada
konstituen untuk memberikan dukungan mereka. emakin !o!ok struktur internal
organisasi partai itu dengan kebutuhan, makin tinggi pula dera(at pelembagaan
organisasi yang bersangkutan.
2. !ngsi Partai Politik
Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya $ (empat)
-ungsi partai politik. 'eempat -ungsi partai politik itu menurut 5iriam Budiard(o,
meliputi sarana
C
9 (i) sarana komunikasi politik, (ii) sosialisasi politik (political
socialization), (iii) sarana rekruitmen politik (political recruitment), dan (i7) pengatur
kon-lik (conflict management). 2alam istilah +7es 5eny dan Andrew 'napp
1
, -ungsi
partai politik itu men!akup -ungsi (i) mobilisasi dan integrasi, (ii) sarana
pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns)D (iii) sarana
rekruitmen politikD dan (i7) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebi(akanD
'eempat -ungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya. ebagai
sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya
mengartikulasikan kepentingan (interests arti!ulation) atau )political interests& yang
terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai
kepentingan itu diserap sebaik-baiknya oleh partai politik men(adi ide-ide, 7isi dan
kebi(akan-kebi(akan partai politik yang bersangkutan. etelah itu, ide-ide dan
kebi(akan atau aspirasi kebi(akan itu diad7okasikan sehingga dapat diharapkan
mempengaruhi atau bahkan men(adi materi kebi(akan kenegaraan yang resmi.
3erkait dengan komunikasi politik itu, partai politik (uga berperan penting
dalam melakukan sosialisasi politik (political socialization). >de, 7isi dan kebi(akan
strategis yang men(adi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk
mendapatkan feedback berupa dukungan dari masyarakat luas. 3erkait dengan
sosialisasi politik ini, partai (uga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan
politik. Partai lah yang men(adi struktur-antara atau intermediate structure. yang
harus memainkan peran dalam membumikan !ita-!ita kenegaraan dalam kesadaran
kolekti- masyarakat warga negara.
5isalnya, dalam rangka keperluan memasyarakatkan kesadaran negara
berkonstitusi, partai dapat memainkan peran yang penting. 3entu, pentingnya peran
partai politik dalam hal ini, tidak boleh diartikan bahwa hanya partai politik sa(a yang
mempunyai tanggung(awab eksklusi- untuk memasyarakatkan @@2. emua
kalangan, dan bahkan para pemimpin politik yang duduk di dalam (abatan-(abatan
publik, khususnya pimpinan pemerintahan eksekuti- mempunyai tanggung(awab yang
sama untuk itu. +ang hendak ditekankan disini adalah bahwa peranan partai politik
dalam rangka pendidikan politik dan sosialisasi politik itu sangat lah besar.
=ungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political
recruitment). Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk men(adi kendaraan yang
sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada (en(ang-(en(ang dan posisi-
C
5iriam Budiard(o, Pengantar >lmu Politik, 6ramedia, Jakarta, %EEE, hal. "18-"1$.
1
+7es 5eny and Andrew 'napp, 6o7ernment and Politi!s in ;estern <urope9 Britain, =ran!e, >taly, 6ermany,
third edition, O?-ord @ni7ersity Press, "##:.
$
posisi tertentu. 'ader-kader itu ada yang dipilih se!ara langsung oleh rakyat, ada pula
yang dipilih melalui !ara yang tidak langsung, seperti oleh 2ewan Perwakilan /akyat,
ataupun melalui !ara-!ara yang tidak langsung lainnya.
3entu tidak semua (abatan yang dapat diisi oleh peranan partai politik sebagai
sarana rekruitmen politik. Jabatan-(abatan pro-esional di bidang-bidang kepegawai-
negerian, dan lain-lain yang tidak bersi-at politik (poticial appointment), tidak boleh
melibatkan peran partai politik. Partai hanya boleh terlibat dalam pengisian (abatan-
(abatan yang bersi-at politik dan karena itu memerlukan pengangkatan pe(abatnya
melalui prosedur politik pula (political appointment).
@ntuk menghindarkan ter(adinya per!ampuradukan, perlu dimengerti benar
perbedaan antara (abatan-(abatan yang bersi-at politik itu dengan (abatan-(abatan yang
bersi-at teknis-administrati- dan pro-esional. 2i lingkungan kementerian, hanya ada "
(abatan sa(a yang bersi-at politik, yaitu 5enteri. edangkan para pembantu 5enteri di
lingkungan instansi yang dipimpinnya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian.
Jabatan dibedakan antara (abatan negara dan (abatan pegawai negeri. +ang
menduduki (abatan negara disebut sebagai pe(abat negara. eharusnya, supaya
sederhana, yang menduduki (abatan pegawai negeri disebut pe(abat negeri. 2alam
(abatan negeri atau (abatan pegawai negeri, khususnya pegawai negeri sipil, dikenal
adanya dua (enis (abatan, yaitu (abatan struktural dan (abatan -ungsional.
Jen(ang (abatan itu masing-masing telah ditentukan dengan sangat (elas
hirarkinya dalam rangka pen(en(angan karir. 5isalnya, (en(ang (abatan struktural
tersusun dalam mulai dari eselon C, $, 8, %, sampai ke eselon ". @ntuk (abatan
-ungsional, (en(ang (abatannya ditentukan berdasarkan si-at peker(aan di masing-
masing unit ker(a. 5isalnya, untuk dosen di perguruan tinggi yang paling tinggi
adalah guru besar. Jen(ang di bawahnya adalah guru besar madya, lektor kepala,
lektor kepala madya, lektor, lektor madya, lektor muda, dan asisten ahli, asisten ahli
madya, asisten. 2i bidang-bidang lain, baik (en(ang maupun nomenklatur yang
dipakai berbeda-beda tergantung bidang peker(aannya.
@ntuk pengisian (abatan atau rekruitmen pe(abat negaraFkenegaraan, baik
langsung ataupun tidak langsung, partai politik dapat berperan. 2alam hal ini lah,
-ungsi partai politik dalam rangka rekruitmen politik (political recruitment) dianggap
penting. edangkan untuk pengisian (abatan negeri seperti tersebut di atas, partai
sudah seharusnya dilarang untuk terlibat dan melibatkan diri.
=ungsi keempat adalah pengatur dan pengelola kon-lik yang ter(adi dalam
masyarakat (conflict management). eperti sudah disebut di atas, nilai-nilai (values)
dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat
sangat beraneka ragam, rumit, dan !enderung saling bersaing dan bertabrakan satu
sama lain. Jika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan yang beraneka ragam
itu dapat disalurkan melalui polarisasi partai-partai politik yang menawarkan ideologi,
program, dan altrernati- kebi(akan yang berbeda-beda satu sama lain.
2engan perkataan lain, sebagai pengatur atau pengelola kon-lik (conflict
management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of
interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui
saluran kelembagaan politik partai. 'arena itu, dalam kategori +7es 5eny dan
Andrew 'napp, -ungsi pengeloa kon-lik dapat dikaitkan dengan -ungsi integrasi
partai politik. Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan beragam kepentingan itu
dengan !ara menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk mempengaruhi kebi(akan-
kebi(akan politik kenegaraan.
C
". Kelema#an Partai Politik
Adanya organisasi itu, tentu dapat dikatakan (uga mengandung beberapa
kelemahan. 2i antaranya ialah bahwa organisasi partai !enderung bersi-at oligarkis.
Organisasi dan termasuk (uga organisasi partai politik kadang-kadang bertindak
dengan lantang untuk dan atas nama kepentingan rakyat, tetapi dalam kenyataannya di
lapangan (ustru ber(uang untuk kepentingan pengurusnya sendiri. eperti
dikemukakan oleh /obert 5i!hels sebagai suatu hukum besi yang berlaku dalam
organisasi bahwa
0
,
)'rganisasilah yang melahirkan dominasi si terpilih atas para pemilihnya& antara si
mandataris dengan si pemberi mandat dan antara si penerima kekuasaan dengan
sang pemberi (iapa sa)a yang berbicara tentang organisasi& maka sebenarnya ia
berbicara tentang oligarki&.
@ntuk mengatasi berbagai potensi buruk partai politik seperti dikemukakan di
atas, diperlukan beberapa mekanisme penun(ang. Pertama$ mekanisme internal yang
men(amin demokratisasi melalui partisipasi anggota partai politik itu sendiri dalam
proses pengambilan keputusan. Pengaturan mengenai hal ini sangat penting
dirumuskan se!ara tertulis dalam anggaran dasar (constitution of the party) dan
anggaran rumah tangga partai politik bersangkutan yang ditradisikan dalam rangka
)rule of law&.
2i samping anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sesuai tuntutan
perkembangan, perlu diperkenalkan pula sistem kode etika positi- yang dituangkan
sebagai )*ode of +thics& yang di(amin tegaknya melalui dewan kehormatan yang
e-ekti-. 2engan begitu, di dalam dinamika internal organisasi partai, berlaku tiga
dokumen sekaligus, yaitu )*ode of ,aw& yang tertuang dalam anggaran dasar
(constitution of the political party), )*ode of *onduct& (code of organizational good
conducts) yang tertuang dalam anggaran rumah tangga, dan )*ode of +thics& dalam
dokumen yang tersendiri. 2engan demikian, norma hukum, norma moral, dan norma
etika diharapkan dapat ber-ungsi e-ekti- membangun kultur internal setiap partai
politik. Aturan-aturan yang dituangkan di atas kertas, (uga ditegakkan se!ara nyata
dalam praktek, sehingga prinsip rule of law, dan rule of ethics. dapat sungguh-
sungguh diwu(udkan, mulai dari kalangan internal partai-partai politik sebagai sumber
kader kepemimpinan negara.
2i dalam ketiga kode normati- tersebut tersedia berbagai prosedur ker(a
pengurus dan hubungannya dengan anggota, pengaturan mengenai lembaga-lembaga
internal, mekanisme hubungan lembaga-lembaga, serta mekanisme penyelesaian
kon-lik yang elegan dan dapat di(adikan pegangan bersama. 2engan begitu setiap
perbedaan pendapat dapat disalurkan se!ara baik dan kon-lik dapat diatasi agar tidak
membawa kepada perpe!ahan yang tidak demokratis dan biasanya kurang beradab
(uncivilised conflict).
Ked!a$ mekanisme keterbukaan partai melalui mana warga masyarakat di luar
partai dapat ikut-serta berpartisipasi dalam penentuan kebi(akan yang hendak
diper(uangkan melalui dan oleh partai politik. Partai politik harus di(adikan dan
men(adi sarana per(uangan rakyat dalam turut menentukan beker(anya sistem
kenegaraan sesuai aspirasi mereka. 'arena itu, pengurus hendaklah ber-ungsi sebagai
pelayan aspirasi dan kepentingan bagi konstituennya. @ntuk itu, diperlukan perubahan
paradigma dalam !ara memahami partai dan kegiatan berpartai. 5en(adi
pengurus bukan lah segala-galanya. +ang lebih penting adalah men(adi wakil rakyat.
Akan tetapi, (ika men(adi status sebagai men(adi -aktor penentu terpilih tidaknya
0
4ihat 'ata Pengantar eymour 5artin 4ipset, dalam /obert 5i!hels, >bid., hal. ??7ii.
1
seseorang men(adi wakil rakyat, maka setiap orang tentu akan berlomba-lomba
men(adi pengurus dan bahkan pimpinan pun!ak partai politik.
Akibatnya, men(adi pengurus dianggap keharusan, dan kelak dapat sekaligus
men(adi wakil rakyat. 2ua-duanya dirangkap sekaligus, dan untuk seterusnya partai
politik hanya akan ber-ungsi sebagai kendaraan bagi indi7idu para pengurusnya untuk
terus mempertahankan posisi sebagai wakil rakyat atau untuk meraih (abatan-(abatan
publik lainnya. 'epengurusan partai politik di masa depan memang sebaiknya
diarahkan untuk men(adi pengelola yang pro-esional yang terpisah dan dipisahkan
dari para !alon wakil rakyat. 5ungkin ada baiknya untuk dipikirkan bahwa
kepengurusan partai politik dibagi ke dalam 8 (tiga) komponen, yaitu (i) komponen
kader wakil rakyat, (ii) komponen kader pe(abat eksekuti-, dan (iii) komponen
pengelola pro-esional. 'etiganya diatur dalam struktur yang terpisah, dan tidak boleh
ada rangkap (abatan dan pilihan (alur. Pola rekruitmen dan promosi diharuskan
mengikuti (alur yang sudah ditentukan dalam salah satu dari ketiga (alur tersebut.
Jika seseorang berminat men(adi anggota 2P/2, atau 2P/, maka ia diberi
kesempatan se(ak awal untuk men(adi anggota 2ewan Perwakilan Partai atau yang
dapat disebut dengan nama lain, yang disediakan tersendiri strukturnya dalam
kepengurusan Partai. edangkan kader yang berminat duduk di lembaga eksekuti-
tidak duduk di 2ewan Perwakilan, melainkan duduk dalam 2ewan 'abinet atau yang
disebut dengan nama lain. 2i luar kedua struktur itu, adalah struktur kepengurusan
biasa yang di(abat oleh para pro-esional yang diga(i oleh partai dan tidak
dimaksudkan untuk direkruit men(adi wakil rakyat ataupun untuk dipromosikan
menduduki (abatan di lingkungan pemerintahan.
'etiga kelompok pengurus tersebut hendaknya (angan di!ampur aduk atau
terlalu mudah berpindah-pindah posisi dan (alur. 'alaupun ada orang yang ingin
pindah (alur karena alasan yang rasional, maka hal itu dapat sa(a dimungkinkan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, sehingga tidak (ustru men(adi stimulus bagi
kaum oportunis yang akan merusak rasionalitas kultur demokrasi dan rule of law.
di dalam partai. @ntuk mendorong agar mekanisme kepengurusan dan pengelolaan
partai men(adi makin baik, pengaturannya perlu dituangkan dalam undang-undang
dan peraturan perundang-undangan lainya. Gal itu tidak !ukup hanya diatur dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai yang bersangkutan.
5ekanisme pertama dan kedua tersebut di atas, berkaitan dengan aspek
internal organisasi partai politik. 2i samping itu, diperlukan pula dukungan iklim
eksternal yang ter!ermin dalam, yaitu9 Ketiga$ penyelenggaraan negara yang baik
dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan publik (publi! ser7i!es), serta
keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan penyelenggaraan
negara. 2engan adanya pelayanan umum yang baik disertai keterbukaan dan
akuntalitas pemerintahan dan penyelenggara negara lainnya, iklim politik dengan
sendirinya akan tumbuh sehat dan (uga akan men(adi lahan subur bagi partai politik
untuk berkembang se!ara sehat pula.
Keem%at, berkembangnya pers bebas yang semakin pro-esional dan
mendidik. 5edia pers adalah saluran komunikasi massa yang men(angkau sasaran
yang sangat luas. Peranannya dalam demokrasi sangat menentukan. 'arena itu, pers
dianggap sebagai )the fourth estate of democracy&, atau untuk melengkapi istilah
trias politica& dari 5ontesquieu, disebut (uga dengan istilah )quadru politica&.
Kelima, kuatnya (aminan kebebasan berpikir (freedom of thought), dan
berekspresi (freedom of expression), serta kebebasan untuk berkumpul dan
beorganisasi se!ara damai $freedom of peaceful assembly and association). Pada
intinya kebebasan dalam peri kehidupan bersama umat manusia itu adalah bermula
0
dari kebebasan berpikir (freedom of thought). 2ari kebebasan berpikir itu lah
selan(utnya berkembang prinsip-prinsip )freedom of belief& freedom of
expression& freedom of assembly& freedom of association& feedom of the
press&, dan sebagainya dan seterusnya. Oleh sebab itu, iklim atau kondisi yang sangat
diperlukan bagi dinamika pertumbuhan dan perkembangan partai politik di suatu
negara, adalah iklim kebebasan berpikir. Artinya, partai politik yang baik memerlukan
lahan sosial untuk tumbuh, yaitu adanya kemerdekaan berpikir di antara sesama
warga negara yang akan menyalurkan aspirasi politiknya melalui salah satu saluran
yang utama, yaitu partai politik.
2alam sistem representative democracy., biasa dimengerti bahwa partisipasi
rakyat yang berdaulat terutama disalurkan melalui pemungutan suara rakyat untuk
membentuk lembaga perwakilan. 5ekanisme perwakilan ini dianggap dengan
sendirinya e-ekti- untuk maksud men(amin keterwakilan aspirasi atau kepentingan
rakyat. Oleh karena itu, dalam sistem perwakilan, kedudukan dan peranan partai
politik dianggap sangat dominan
:
.
&. Partai Politik Indonesia Pas'a Re(ormasi
Pada periode awal kemerdekaan, partai politik dibentuk dengan dera(at
kebebasan yang luas bagi setiap warga negara untuk membentuk dan mendirikan
partai politik. Bahkan, banyak (uga !alon-!alon independen yang tampil sendiri
sebagai peserta pemilu "#CC. istem multi partai terus dipraktikkan sampai awal
periode Orde Baru se(ak tahun "#11. Padal pemilu "#0", (umlah partai politik masih
!ukup banyak. 3etapi pada pemilu "#00, (umlah partai politik mulai dibatasi hanya
tiga sa(a. Bahkan se!ara resmi yang disebut sebagai partai politik hanya dua sa(a,
yaitu PPP dan P2>. edangkan 6olkar tidak disebut sebagai partai politik, melainkan
golongan karya sa(a.
Baru di masa re-ormasi kebebasan berpartai kembali dibuka dan tiba-tiba
(umlah partai politik meningkat ta(am sesuai dengan tingkat keanekaragaman yang
terdapat dalam masyarakat ma(emuk >ndonesia. istem multi partai ini tentu sangat
menyulitkan bagi penerapan sistem pemerintahan presidentil untuk beker(a e-ekti-.
Gal itu, terbukti dalam pemerintahan yang terbentuk di masa re-ormasi, mulai dari
pemerintahan BJ. Gabibie, pemerintahan Abdurrahman ;ahid, dan pemerintahan
5egawati sampai ke pemerintahan B+ (iilid " maupun (ilid % dewasa ini. 'eperluan
mengakomodasikan kepentingan banyak partai politik untuk men(amin dukungan
mayoritas di parlemen sangat menyulitkan e-ekti-itas pemerintahan, termasuk
pemerintahan B+-Boediono yang ada sekarang.
*amun demikian, di masa depan, terutama mulai pemilu %E"$ kelak, tentu
keadaannya akan berubah semakin baik. e(alan dengan tahap-tahap konsolidasi
sistem politik yang dilakukan sebagai respons atas banyaknya pengalaman pahit
selama periode sepuluh tahun re-ormasi, 5ahkamah 'onstitusi telah memutuskan
satu kebi(akan penting, yaitu pemilihan umum dengan sistem suara terbanyak sebagai
sistem yang dianggap paling sesuai dengan maksud @@2 "#$C mengatur tentang
pelaksanaan pemilihan umum.
>mplikasi lebih lan(ut dari sistem suara terbanyak itu tentu di masa depan
(mulai tahun %E"$), peranan indi7idu wakil rakyat akan berkembang men(adi semakin
penting. ementara itu, peranan partai politik sebagai organisasi dalam penentuan
nomor urut men(adi semakin kurang penting. 2alam (angka pan(ang, siapa sa(a yang
berkeinginan men(adi wakil rakyat haruslah lebih dekat kepada rakyat daripada
:
4ihat 2awn Oli7er, Aonstitutional /e-orm in the @', O?-ord @ni7ersity Press, %EE8, hal. 8C.
:
menghabiskan waktu men(adi pengurus partai politik yang diharapkan dapat
men(amin diperolehnya nomor urut !alon dengan nomor ke!il.
Akibat positi-nya adalah (i) para wakil rakyat akan semakin dekat dengan
rakyat dan karena itu akan lebih men(amin keterwakilan aspirasi rakyat di lembaga
perwakilan rakyat, dan (ii) kepengurusan partai politik akan berkembang men(adi
semakin pro-esional. 5en(adi pengurus partai politik tidak lagi menarik. +ang (ustru
lebih penting adalah bagaimana membuat diri anda dikenal oleh para !alon pemilih
sehingga pada saat pemilu nanti, anda dapat memperoleh kemungkinan yang lebih
besar untuk terpilih. Akibat lebih lan(ut adalah bahwa partai politik akan lebih terurus
dan diurus oleh pengurusnya, bukan sa(a pada saat men(elang pemilu tetapi sepan(ang
lima tahun masa ker(a pengurus itu harus akti- men(adikan partai politik dekat kepada
rakyat. 2engan demikian, pelembagaan partai politik dalam sistem demokrasi kita di
masa depan dapat diharapkan berkembang semakin kuat, dan dengan begitu masa
depan demokrasi kita dapat diharapkan men(adi semakin tumbuh sehat.
2emikianlah beberapa sumbang saran saya kepada pengurus Partai Amanat
*asional. Jika ke!enderungan di masa depan dapat diantisipasi dengan benar dan
tepat, tentu Partai Amanah *asional akan tumbuh dan berkembang dengan sehat.
Potensi partai ini untuk berkembang terbuka lebar. 2i tengah keruntuhan partai-partai
lain dalam menghadapi persaingan dengan partai B+, penurunan kursi PA* dapat
dikatakan sangat tipis, bahkan dapat dikatakan tidak signi-ikan. Artinya, kiner(a PA*
dalam pemilu %EE# yang lalu !ukup baik. 'arena itu, kekuatan yang ada sekarang
dapat semakin ditingkatkan di masa-masa mendatang, terutama dalam menghadapi
pemilu %E"$. Akan tetapi, (ika ke!enderungan di masa depan tidak diantisipasi se!ara
tepat oleh Pengurus Partai Amanat *asional, tentulah hal itu akan berpengaruh pula
terhadap eksistensi partai re-ormasi ini di masa depan.
#
"E

You might also like