You are on page 1of 8

1.

ANTARA AL-JAMAAH DAN KHILAFAH


Kepada warga Khilafatul Muslimin silahkan dikaji tulisan ini.
Bismillahirrahmanirrahiim.
Melihat ramainya perbantahan antara warga Jamaah Muslimin (Hizbullah) dengan warga Khilafatul Muslimin,
maka dengan ini saya buat satu uraian tentang Al-Jamaah dan Khilafah karena inilah yang menjadi pokok
persoalan perbantahan tersebut.
MAKNA AL-JAMAAH
Menurut bahasa, Al-Jamaah itu artinya adalah jamaah yang marifat (tertentu), bukan sembarang jamaah. Sesuai
dengan menurut bahasa, maka menurut syareat Al-Jamaah itu adalah jamaah yang diperintahkan oleh Allah dan
RasulNya. Oleh karena itu, Al-Jamaah itu memang sebuah jamaah dan ia tidak terkait dengan kekuasaan.
Berdasarkan hadits dari sahabat Khudzaifah bin Yaman, maka Al-Jamaah yang merupakan jamaah yang
diperintahkan oleh Allah dan RasulNya itu dapat kita temukan yaitu Jamaah Muslimin dan Imam mereka.
Hal itu sesuai dengan penjelasan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam ketika beliau di tanya oleh para sahabat:
Apakah Al-Jamaah itu ya Rasulullah? Beliau shollallahu alaihi wasallam menjawab: Apa yang aku dan
sahabatku ada di dalamnya pada hari ini.
Berpegang kepada penjelasan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tentang makna Al-Jamaah tersebut, maka
Al-Jamaah itu adalah Jamaah Muslimin dan Imam mereka seperti yang beliau perintahkan sendiri dimana
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam itu sebagai Imamnya dan para sahabat itu sebagai Jamaah Musliminnya.
Dari sahabat Khudzaifah bin Yaman radiyallahu anhu, ia berkata : Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang kebaikan dan adalah aku bertanya kepada Rasulullah
tentang kejahatan, karena aku khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka aku bertanya : Ya Rasulullah,
sesungguhnya kami dahulu berada di dalam jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami
dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab : Benar! aku
bertanya : Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab : Benar tetapi didalamnya ada
kekeruhan (dakhon / asap). Apakah kekeruhannya itu? Rasulullah menjawab: Yaitu orang-orang yang
mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku (menurut riwayat muslim: Kaum yang berperilaku bukan dari
sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku), engkau ketahui dari mereka itu
dan engkau ingkari. Aku bertanya: Apakah sesudah kebaikan itu aka ada lagi keburukan? Rasulullah menjawab:
Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang menyeru ke pintu-pintu jahanam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka,
maka mereka melemparkannya kedalam jahanam itu. Aku bertanya:Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat
mereka itu kepada kami. Rasulullah menjawab: Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah
kita. Aku bertanya: Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?
Rasulullah bersabda: Tetaplah pada Jamaah Muslimin dan Imam mereka. Aku bertanya: Jika tidak ada bagi
mereka Jamaah dan Imaam? Rasulullah bersabda: Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh (golongan
yang berpecah-belah) itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian
menjemputmu engkau tetap demikian. (H.R. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim,
Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/475. Lafadz Al-Bukhari).
Jadi, Al-Jamaah atau Jamaah Muslimin dan Imam mereka itu memang telah terwujud sejak masih di Mekah,
sebelum hijrah. Hal itu sesuai dengan lima perintah yang disampaikan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
di mana menetapi Al-Jamaah itu merupakan perintah yang pertama sebelum perintah hijrah dan jihad.
Dari Haris Al-Asyari radiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah bersabda:
Aku perintahkan kepada kamu sekalian (Muslimin) lima perkara, sebagaimana Allah telah memerintahkan aku
dengan lima perkara itu; bil-Jamaah (dengan Al-Jamaah), wa bisami (dan dengan mendengar), wa thoat (dan
taat), wal hijrah (dan hijrah), wal jihad ( dan jihad fi sabilillah). Barang siapa yang keluar dari Al-Jamaah sekedar
sejengkal saja, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai dia kembali (kedalam Al-Jamaah). Dan
barang siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam
neraka jahanam. Para shahabat bertanya : Ya Rasulullah bagaimana jika mereka tetap shaum dan shalat?
Rasulullah bersabda : Sekalipun ia shaum dan sholat dan mengaku dirinya muslim, maka panggilah oleh orang-
orang muslim itu dengan nama yang telah Allah berikan kepada mereka; Al-Muslimin, Al-Mukminin, hamba-
hamba Allah Azza wa Jalla. (H.R. Ahmad Bin Hambal, Musnad Ahmad : IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-
Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa fi Matsalis Shalati wa Shiyami wa Shodaqoti :V/148-149 No.2263. Lafadz
Ahmad).
KHILAFAH ADALAN JANJI ALLAH
Menurut bahasa, (khilafah) itu adalah isim masdar dari kata kerja bentuk lampau (fiil madhi)
(kholafa) yang artinya menggantikan. Dengan demikian, arti kata Khilafah menurut bahasa adalah
penggantian. Maka menurut syareat, khilafah ini berkaitan dengan pergantian kepemimpinan. Hal ini terlihat
dengan jelas dari penjelasan Rasulullah shollallahu alalihi wasallam pada hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda : Dahulu
bani Israel senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap wafat seorang Nabi diganti oleh Nabi yang lainnya dan
sesudahku ini tidak ada lagi Nabi dan akan diangkat beberapa Khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat
bertanya: Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau menjawab: Tepatilah baeatmu
pada yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada
mereka apa yang digembalakannya. (HR. Al-Baukhari, Shahih Bukhari dalam Kitabul Badul Khalqi: IV/206).
Merujuk kepada hadits di atas, pemimpin setelah masa para Nabi dan Rasul itu selesai, akan diangkat beberapa
Khalifah, bahkan bertambah banyak. Akan tetapi, apakah makna Khalifah itu adalah sekedar pemimpin pengganti?
Satu ayat berikut ini menunjukkan bahwa kata Khalifah itu mempunyai arti penguasa:



Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan. Q.S. Shaad (38):26.
Merujuk kepada penjelasan Allah pada ayat di atas, Khalifah adalah penguasa atau seorang Imam (pemimpin)
yang telah berkuasa. Oleh karena itu, maka kata Khilafah itupun berkaitan dengan kekuasaan. Jika Khalifah itu
merupakan isim fail yang diartikan sebagai penguasa, maka Khilafah itu adalah merupakan pergantian kekuasaan
atau suksesi . Sesuai dengan fakta sejarah, setelah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya
melaksanakan hijrah, maka mereka telah dapat melaksanakan syareat Islam dan hukum-hukum Allah secara
kaffah dengan rasa aman, bebas dari rasa takut terhadap ancaman orang-orang kafir yang selalu memusuhi dan
memerangi orang-orang beriman. Hal itu adalah wujud dari kekuasaan yang merupakan anugerah dari Allah yang
telah Ia janjikan dalam salah satu ayatNya.


Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Q.S. An Nuur (24):55.
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa Al-Jamaah itu tidak berkaitan dengan persoalan Khilafah atau kekuasaan
karena Al-Jamaah itu telah terwujud sejak masih di Mekah atau sebelum hijrah. Sementara Khilafah atau
kekuasaan itu merupakan hak Allah, bukan hak kita manusia, namun Allah telah berjanji akan memberikan
KHILAFAH itu kepada kita semua jika kita beriman dan beramal shaleh, yaitu amalan yang sesuai dengan As-
Sunnah, sebagaimana Allah telah memberikannya kepada Rasulullah dan para sahabatnya yang mereka itu adalah
juga Al-Jamaah atau Jamaah Muslimin dan Rasulullah shollallahu alaihi wasalam adalah Imam bagi mereka.
Maka, berkaitan dengan masalah kepimimpinan umat, sunnah yang sesuai dengan sunnah kepemimpinan
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan sunnah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin adalah
sunnah jamaah dan imamah, dalam wujud Al-Jamaah atau Jamaah Muslimin dan Imam Mereka, bukan dengan
sunnah kerajaan yang sekarang telah berganti dengan sistem negara. Kepada Jamaah Muslimin dan Imam mereka
itulah janji Allah tentang Khilafah itu akan ditunaikan.
Oleh karena itu, Khilafah itu bukanlah sunnah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melainkan ia adalah
kehendak Allah dan kewenanganNya, bukan kewenangan kita manusia. Hal ini jelas terlihat dalam hadits berikut
ini. Silahkan perhatikan baik-baik bahwa Khilafah itu adalah kehendak Allah, bukan kehendak kita manusia.
Dari Numan bin Basyir dan dari Hudzaifah bin Yaman radliallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda :


Adalah masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah kemudian Allah
mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti
jejak kenabian (KHILAFAH ALAA MINHAJIN NUBUWWAH), adanya atas kehendak Allah kemudian Allah
mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa kerajaan yang menggigit
(MULKAN ADLON), adanya atas kehendak Allah kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian adalah masa kerajaan yang menyombong (MULKAN JABARIYYAH), adanya atas
kehendak Allah kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah
masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH ALAA MINHAJIN NUBUWWAH). Kemudian
beliau (Nabi) diam. (H.R. Ahmad, Musnad Ahmad: IV/273; Al Baihaqi, Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa
Tahdzir, Halaman 461).
Sesuai dengan penjelasan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pada hadits di atas, adanya masa kenabian itu
bukan karena kehendak kita, melainkan atas kehendak Allah. Maka begitupun masa Khilafah ala minhajin
nubuwah, ia bukan menurut kehendak kita sehingga kita boleh memaklumatkannya kapan saja, melainkan ia atas
kehendak Allah dan itu terjadi setelah kita mengamalkan perintah Allah untuk menetapi Al-Jamaah atau Jamaah
Muslimin dan mendengar serta mentaati Imam mereka termasuk mendengar dan mentaati perintah untuk hijrah
dan jihad.
Itulah yang telah diamalkan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya sehingga Allah
kemudian memenuhi janjiNya untuk memberikan kekhilafahan itu kepada mereka sehingga mereka bisa
menjalankan syareat Islam dan hukum yang telah Allah tetapkan secara kaffah dan dengan rasa aman dari
ancaman orang-orang kafir yang selalu memusihi Islam dan kaum muslimin.
Jadi, apalah artinya maklumat berdirinya Khilafah jika ternyata Allah belum memenuhi janjiNya bagi kita?
REPLY
2. Pengawal Khilafah
5 JANUARY 2013 @ 12:15
ANTARA IMAM DAN KHALIFAH
Dan tulisan ini juga silahkan dikaji.
Melihat bantahan yang dikemukakan oleh warga Khilafatul Muslimin terhadap pengamalan perintah:
TETAPLAH PADA JAMAAH MUSLIMIN DAN IMAM MEREKA, yang telah diperintahkan oleh Rasulullah
shollalahu alaihi wasallam, cukup mengkhawatirkan karena ia menunjukan adanya keberatan atas perintah
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman agar dapat
menyelamatkan diri dari perpecahan umat yang telah terjadi selama ini sehingga JAMAAH MUSLIMIN DAN
IMAM MEREKA ITU merupakan jalan keluar dan menjadi tempat bertaubat bagi orang-orang yang beriman dan
kaum muslimin seluruhnya.
Padahal Allah telah menjelaskan, tidak ada yang merasa berat atas seruan untuk kembali bersatu dalam menegakan
Islam ini, kecuali orang-orang yang musyrik.


Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama
yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). Q.S. Asy Syuura (423):13.
Untuk menjembantani dan memahami perbedaan serta persamaan antara Imam dan Khalifah, mari kita kaji
beberapa ayat dan hadits berikut ini:
Ayat-Ayat Tentang Imam


Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim
berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang
zalim. Q.S. Al Baqarah (2):124.


(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang
diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak
dianiaya sedikitpun. Q.S. Al Israa (17):71.
Dalam ayat di atas, kata

diartikan dengan pemimpin nya yang menunjukkan bahwa Imam itu artinya
adalah pemimpin. Pada ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa pemimpin bagi orang-orang beriman itu adalah
Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman.


Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian
manusia. Q.S. Al Anbiyaa (21):71.


Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Yaqub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami).
Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh Q.S. Al Anbiyaa (21):72.


Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, Q.S. Al Anbiyaa (21):73.
Jelas sekali dalam ayat-ayat di atas bahwa kata Imam itu artinya adalah pemimpin dan Nabi Ibrahim dan nabi-nabi
dari kalangan bani Israel yang merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim, adalah pemimpin bagi bani Israel yang
beriman kepada Allah. Sebagai nabi dan utusan Allah yang terakhir, maka Nabi Muhammad shollallahu alaihi
wasallampun adalah juga Imam (pemimpin) bagi orang-orang yang beriman.
Dan para Nabi itu adalah juga Khalifah (pengganti) Allah di muka bumi sehingga mentaati para nabi itu adalah
sama dengan mentaati Allah. Hal dijelaskan Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam dalam haditsnya
berikut ini:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: Barangsiapa yang
mentaatiku berarti ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang mendurhakai perintahku, maka berarti ia telah
mendurhakai Allah. Barangsiapa yang mematuhi Imam (pemimpin) berarti ia telah mematuhiku dan barang siapa
yang mendurhakai Imam (pemimpin) berarti ia telah mendurhakaiku. (Shahih Muslim No.3417).
Oleh karena Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam itu adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, maka
setelah beliau tidak akan ada lagi Nabi, melainkan yang ada adalah Khalifah (pengganti) para Nabi dan Rasul.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: Dahulu Bani
Israil itu dipimpin oleh para nabi, setiap kali seorang nabi mangkat, maka akan digantikan dengan nabi lain. Dan
sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun setelahku dan akan muncul para khalifah yang banyak. Mereka bertanya:
Lalu apakah yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi Shallallahu alaihi wassalam menjawab: Berpeganglah
dengan baiat khalifah pertama dan seterusnya serta berikanlah kepada mereka hak mereka, sesungguhnya Allah
akan menuntut tanggung jawab mereka terhadap kepemimpinan mereka. (Shahih Muslim No.3429).
Selain Isa Al-Masih yang nanti akan turun kembali ke muka bumi, jika ada orang yang mengaku Nabi atau Rasul,
maka orang itu telah berdusta dan ia adalah Dajjal (Pendusta).
Ayat-Ayat Tentang Khalifah:


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. Q.S. Al Baqarah (2):30.


Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan. Q.S. Shaad (38):26.


Kaum Musa berkata: Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu
datang. Musa menjawab: Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di
bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. Q.S. Al Araf (7):129.


Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping
Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). Q.S. An Naml (27):62.


Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat)
kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka. Q.S. Faathir (35):39.
Merujuka kepada ayat yang berkaitan dengan kata Imam, maka para nabi itu adalah Imam bagi orang-orang yang
beriman, namun tidak semua nabi itu memiliki kekuasaan, seperti halnya Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Yaqub alaihi
salam.
Secara semantik atau menurut lugoh, arti kata daripada Khalifah itu sebenarnya adalah pengganti, namun jika
merujuk kepada ayat-ayat di atas, maknanya identik dengan penguasa. Artinya Khalifah itu adalah Imam
(pemimpin) bagi orang-orang yang beriman yang telah mendapat karunia kekuasaan dari Allah, sehingga mereka
menjadi pengganti bagi Allah di muka bumi karena kekuasaan itu hanya milik Allah semata sebagaimana yang
telah ia Janjikan dalam ayat berkut ini:


Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Q.S. An Nuur (24):55.


Katakanlah: Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Q.S. Ali Imran (3):26.
Hadist-Hadits tentang Imam dan Khalifah
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda : Dahulu
bani Israel senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap wafat seorang Nabi diganti oleh Nabi yang lainnya dan
sesudahku ini tidak ada lagi Nabi dan akan diangkat beberapa Khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat
bertanya: Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau menjawab: Tepatilah baeatmu
pada yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada
mereka apa yang digembalakannya. (HR. Al-Baukhari, Shahih Bukhari dalam Kitabul Badul Khalqi: IV/206).
Dari Abi Said Al-Khudri radiyallahuanhu, ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah bersabda:
Apabila dibaeat dua Khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya. (H.R. Muslim,
Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137).
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah bersabda: Barangsiapa yang mentaati Imam maka sungguh ia telah
mentaati aku dan barangsiapa yang memaksiati Imam maka sungguh ia telah memaksiati aku (H.R. Ibnu Majah,
Sunan Ibnu Majah dalam Bab Thaatul Imam: II/201).
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda: Siapa yang mati sedang tidak ada atasnya imam maka ia mati
dengan mati jahiliyyah. (H.R. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata dalam
Takhrij: Isnadnya Hasan: 1057).
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radiyallahu anhuma, Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa membaeat Imam dengan berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya
semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukulah leher orang tersebut. (H.R. Muslim,
Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasai
VII/153-154. Lafadz Muslim).
Berpegang kepada ayat-ayat di atas dan juga penjelasan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, maka seluruh
Nabi itu adalah Imam (pemimpin) bagi orang-orang yang beriman, namun tidak semua Nabi itu diberi kekuasaan
oleh Allah sehingga tidak semua Nabi itu dapat dikatakan sebagai Khalifah dalam pengertian sebagai Penguasa,
kecuali jka istilah Khalifah itu hanya digunakan dalam pengertian sebagai Imam pengganti.
Oleh karena itu, maka sebenarnya tidak ada yang dapat jadikan alasan oleh pihak Khilafatul Muslimin untuk
menolak Jamaah Muslimin (Hizbullah) yang telah melaksanakan syareat baeatul Imaroh untuk mengangkat
Imam sesuai dengan dalil-dalil yang qathi dan sesuai dengan perintah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
yang jelas dan tegas, bukan berdasarkan pendapat akal siapapun.
Maka dengan ini saya menghimbau, hendaknya warga Khilafatul Muslimin dan para tokohnya takut kepada Allah
serta tidak merasa berat serta membantah perintah Allah dan RasulNya yang merupakan jalan keluar dari
perpecahan umat dan merupakan ketetapan Allah dan RasulNya.
Semoga ayat-ayat berikut ini menjadi peringatan yang bermanfaat:


Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. Q.S. Al
Ahzab (33):36


Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Q.S. An Nisaa (4):65.

You might also like