You are on page 1of 31

Bahan Bakar Cair dan Gas

(Pertemuan 3)
Unsur Utama dalam Minyak
Bumi:
Carbon 80 - 89 %
Hydrogen 12 - 14 %
Nitrogen 0,3 1,0 %
Sulphur 0,3 3,0 %
Oxygen 2,0 - 3,0 %

hydrocarbon
Bahan Bakar Cair
Kandungan utama bahan bakar cair adalah
hidrokarbon. Hidrokarbon adalah senyawa yang
mempunyai unsure Carbon dan Hidrogen.
3 kelompok minyak mentah berdasar kandungan
hydrocarbon :

Parraffinic : memiliki hydrocarbon aliphatic lebih dari
75%
Napthenic : memiliki hydrocarbon napthenic lebih dari
70%
Asphaltic : memiliki hydrocarbon aromatic lebih dari
60%


Kelompok utama Hydrocarbon dalam petroleum :

Normal paraffin
Iso-Parraffin
Olefin
Napthene alicyclic
Aromatic

aliphatic
Bahan Bakar
Cair
Normal Paraffin C
n
H
2n+2

Methane : C H
4
Ethane : C
2
H
6
Propane : C
3
H
8
Butane : C
4
H
10
Pentane : C
5
H
12

H C C C C C H


H
n - Pentane
H C C C C
H


H
n - Butane


H
normal = Tidak ada cabang dalam rantai karbonnya.
Senyawanya relatif stabil.
Memiliki spesific gravity yg rendah.
Senyawa yang memiliki berat molekul ringan (methane, ethane, propane, dan butane) berbentuk gas pada
tekanan dan suhu ruang.
Senyawa yang memiliki berat molekul sedang (memiliki 516 atom karbon ) berbentuk cair pada tekanan
dan suhu ruang. Dan senyawa yang lebih berat berbentuk solid.
Titik nyala spontan relative rendah

Hexane : C
6
H
14
Heptane : C
7
H
16
Octane : C
8
H
18
Nonane : C
9
H
20


Decane : C
10
H
22



Kelompok Hidro
Karbon
Iso - Paraffin
C
n
H
2n+2

3 ethylhexane (iso-octane) 2,2,4 trimethyl Pentane (iso-octane)
Sifat fisik dari iso-paraffin menyerupai sifat-2 pada normal paraffin.
H C C C C C H


H C H


H
H


H C H


H
H C H


H
H C C C C C C H


H
H C H


H C H


H
Olefin
Monolefin : C
n
H
2n
Diolefin : C
n
H
2n-2
Ethene : C
2
H
4
Propene : C
3
H
6
Butene : C
4
H
8
Pentene : C
5
H
10



Monolefin, 1-octene
Memiliki rantai karbon lurus dengan satu atau lebih ikatan atom dobel
Memiliki sifat thermodinamika yang hampir sama dengan normal paraffin. Memiliki tekanan uap yang
relative lebih tinggi, tetapi panas jenis dan nilai entalpinya relativ lebih rendah.
Termasuk hidrokarbon active.
Memiliki karakteristik pembakaran yang bagus karena mudah teroksidasi dan terpolimerisasi.
C = C C C C C C C
H


H
C = C C C C = C C H


H
Diolefin, 1,5-heptadiene
Naptene
C
n
H
2n
Cyclo-hexane
H
H
C
C C
C C
C
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
n-propyl - cyclohexane
C C C H


H
H
H
C
C C
C C
C
H
H
H
H
H
H
H
H
H
Tidak terdapat dalam minyak ringan (light oil), biasanya terdapat dalam minyak berat (heavy
oil)..
Aromatic :
Hydrocarbon yang memiliki sebuah cincin benzene dalam structur molekulnya.
Benzene
n-propyl - benzene
C
C C
C C
C
H
H
H
H
H
H
C C C H


H
C
C C
C C
C
H
H
H
H
H
Cincin Bezene memiliki 6 karbon dengan ikatan atom single dan dobel yang berselang-seling.
Aromatic yang salah satu atom hydrogennya diganti dg senyawa normal alkyl (methyl, ethyl, dll)
disebut dengan senyawa alkylbenzene.
Aromatic memiliki sifat thermodinamika yang hampir sama dengan napthene.
Memiliki karakteristik pembakaran yg bagus dalam gasoline engine. Tetapi karena kandungan karbon
yg tinggi, aromatic cenderung berasap. Jumlah aromatic dibatasi dalam minyak diesel dan kerosene.
Sifat Bahan Bakar
Minyak
Sifat Bahan Bakar
Minyak
Natural Gas
Natural gas dari tambang minyak bumi

Komponen utama berupa Methane. Sedikit prosentase berupa ethane,
propane, butane, carbondioxide, nitrogen, dan hydrogen sulphide.
Komposisi natural gas setelah sulfur, air dan minyak dihilangkan :
Methane : 68-96 %
Ethane : 3-30 %
The Gross Caloric value : 9000 11.000 kcal/m
3
(15
o
C, 76 cm Hg)

Natural gas dari tambang batu bara (fire damp)

Komposisi utama :
Methane : 93-99 %
Ethane : 3 %
Karbonmonoksida : lebih dari 4 %
Nitrogen & inert gas : kurang dari 6%
Gas biasanya keluar secara perlahan dari tambang batubara. Ditambang
dg bantuan ventilasi utk menghindari ledakan



Gas Manufaktur

Liquefied Petroleum Gas (LPG)

Diproduksi dari gas butane dan propane yg diperoleh dari proses kilang minyak bumi.

Butane dicairkan pada Temperature 21.1
o
C (70
o
F) dan Tekanan 2.1 kg/cm
2
(30psi)
Butane cair komersial biasanya mengandung :
- 80% un-saturated & saturated C
4
hidrokarbon
- kurang dari 20% C
3
hidrokarbon
- kurang dari 2% C
5
hidrokarbon
Nilai kalor untuk LP Gas Butane sekitar 28.500 kcal/m
3


Propane dicairkan pada Temperature 21.1
o
C (70
o
F) dan Tekanan 8.8 kg/cm
2
(125psi).
Propane cair komersial biasanya mengandung :
- Lebih dari 80% saturated & un-saturated C
3
hidrokarbon
- kurang dari 5% C
2
hidrokarbon
- kurang dari 10% C
4
hidrokarbon
Nilai kalor untuk LP Gas Propane sekitar 22.700 kcal/m
3



Bahan bakar
gas




Refinery Oil Gas
Diperoleh dari proses kilang minyak bumi, berupa gas hidrokarbon ringan dg
sedikit kandungan hidrogen dan karbon monoksida.

Coal Gas (Town Gas)
Diproduksi dg proses karbonisasi batubara (penguraian bahan bakar padat
tanpa udara), biasanya pada temperature sekitar 950 s/d 1350
o
C.

Coke Oven Gas
Diproduksi dg proses karbonisasi batubara, biasanya pada temperature sekitar
600 s/d 1000
o
C.

Bio Gas
Dibuat dg proses fermentasi kotoran hewan atau manusia. Fermentasi terjadi
dalam udara bebas pada ruang tertutup.
Komposisi Bio Gas pada umumnya : - 60% CH
4

- 30% CO
2

- 10% H
2

Gas tidak berbau, pembakaran bersih, api biru dan tidak berasap.

Wood Gas, Peat Gas, Blue Water Gas, Carbureted Water Gas, dll
Pembentukan jelaga (soot)
Jelaga sebenarnya dapat meningkatkan heat transfer
dalam furnace/boiler/motor bakar.
Jelaga yang berasal dari berbagai jenis bahan bakar
mempunyai kinetika pembentukan yang sama. Artinya
asal usul terjadinya jelaga adalah sama.
Jelaga mempunyai komposisi unsure karbon dan
hydrogen.
Partikel jelaga yang terbentuk dari pembakaran pada
awalnya terdiri dari 8 atom karbon per 1 atom
hydrogen atau dengan kata lain jelaga mempunyai 99
% berat unsure karbon. Dengan = 1,8 g /cm
3

dengan ukuran 20 50 nm.
Dari reaksi kesetimbangan dapat diketahui bila jelaga
terbentuk saat perbandingan antara C dan O adalah
kurang dari 1 dan dari hasil penelitian diketahui bahwa
perbandingan C dan O sekitar 0,4 0,6.

1. Inception (inisiasi) dan surface growth
(pembentukan partikel)
Molekul bahan bakar terurai menjadi molekul
yang lebih kecil dan lebih ringan.
Precursor spesies C
2
H
2
(acetylene) akan
menyebabkan atau membentuk molekul dengan
struktur cyclic (PAH = polycyclic aromatik
hidrokarbon)
Pelepasan atom H dari molekul aromatik (AR)
C
6
H
6
+ H C
6
H
5
+ H
2

(AR
*
)
Penambahan molekul acetylene ke AR
*

AR
*
+ C
2
H
2
AR C = C H + H
Pembentukan struktur siklik sehingga membentuk
PAH

Proses ini berjalan berulan-ulang sehingga
membentuk PAH yang besar. Pada temperatur
yang rendah akan ditentukan dengan
penambahan C
2
H
2
. Pada temperatur tingga
reaksi dekomposisi lebih dominan dibandingkan
reaksi pembentukan. Apabila PAH bertumbukan
dengan PAH yang lain maka akan membentuk
rantai yang panjang sehingga membentuk
partikel-partikel jelaga.

2. Oksidasi
Partikel jelaga yang terbentuk akan mengalami
oksidasi karena bereaksi dengan O, O
2
, OH.

3. Koagulasi
Partikel-partikel jelaga selanjutnya akan
mengental/mengeras
Proses Pengolahan Minyak
Bumi
Minyak mentah terdiri dari beberapa macam
hidrokarbon mulai dari hidrokarbon sederhana seperti
metana hingga paraffin wax.

Pada dasarnya minyak mentah terdiri dari tiga kelas
yaitu :
Bila aliphatic hidrokarbon mempunyai kandungan diatas
75%, minyak ini dinamakan paraffinic
Bila naphtene hidrokarbon mempunyai kandungan diatas
70%, minyak mentah ini dinamakan naphtenic
Bila aromatic hidrokarbon mempunyai kandungan di atas
60%, minyak mentah ini dinamakan asphaltic
Tetapi kebanyakan minyak mentah mempunyai
komposisi kandungan campuran ketiga kelas minyak
mentah tersebut.

Minyak mentah berasal dari sumur minyak yang
mengandung air, gas-gas, garam atau padatan
inorganic, dan minyak itu sendiri.
Gas-gas biasanya langsung terkirim pada
tangki penyimpanan gas secara langsung
sedangkan sisanya mula-mula masuk ke
separator sentrifugal yang memisahkan
padatan, air, dan minyak.
Selanjutnya minyak mentah sendiri akan
diproses dengan jalan distilasi. Adapun tujuan
utama dari proses pengolahan minyak bumi ini
sendiri adalah untuk mendapatkan gasoline
sebanyak mungkin dengan sifat-sifat bahan
bakar yang diinginkan untuk beberapa produk.
Refinery & alternatif fuel production
BB Padat
BB Cair BB Gas
Sampah,
biomassa
Pirolisis
Contoh :
Proses Fisika

Adapun macam-macam proses pengolahan minyak bumi
sebagai berikut :
Proses refining

Distilasi fraksional

Distilasi fraksional merupakan proses pemisahan minyak
berdasarkan molekulnya atau dengan kata lain pemisahan
berdasarkan titik didihnya pada beberapa fraksi.
Antara satu fraksi dengan fraksi yang lain mempunyai beda
temperatur sekitar 50 C. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan hingga mencapai temperatur kira-kira 300
350 C pada suatu tabung hingga menguap. Kemudian uap
minyak tersebut terkondensasi pada tabung lain sehingga
dihasilkan minyak seperti yang diinginkan.
Selanjutnya sisa minyak yang tinggal dipanaskan lagi
sehingga dihasilkan produk yang diinginkan. Begitu
seterusnya.

Cracking

Cracking merupakan proses pemisahan molekul-molekul
bahan bakar. Dari molekul yang berat menjadi molekul yang
ringan. Atau molekul panjang menjadi molekul yang pendek.
Pemisahan dilakukan pada temperatur sekitar 500 C.
Proses cracking ini meliputi 2 jenis proses yaitu thermal
cracking dan catalytic cracking. Pada thermal cracking
proses pemisahan molekul bahan bakar dilakukan pada
berdasarkan temperatur dengan kondisi tekanan 70 kg/cm
2

dan temperatur sekitar 540 C.
Sedangkan pada catalityc cracking, proses pemisahan
dilakukan dengan menggunakan katalis yang dilakukan
pada temperatur yang lebih rendah. Adapun katalis yang
digunakan adalah Aluminium Silikat, Sulphuric Acid,
Hudrofluoro Acid, Anhydrous Aluminium Chlorid.

Vaccum distilasi

Proses yang dilakukan disini hampir sama dengan proses
distilasi faksional tetapi dilakukan pada suatu tabung
vakum. Karena tabung vakum mempunyai temperatur yang
lebih tinggi dan tekanan yang rendah sehingga sangat
sesuai digunakan untuk distilasi residu yang mempunyai
struktur molekul carbon yang cukup panjang (molekul berat)
seperti aspal.

Visbreaking

Proses visbreaking ini hampir sama dengan proses thermal
cracking tetapi dilakukan pada temperatur dan tekanan
yang lebih rendah. Tujuan dari proses ini adalah
memperoleh volume gasoline sebanyak-banyaknya dari
prosesrefining bahan bakar dengan struktur molekul
panjang.

Tujuan dari proses reforming adalah menghasilkan minyak mentah
menjadi gasoline sebanyak-banyaknya dengan jalan mengubah sifat
kimia bahan bakar. Adapun pembentukan sifat kimia bahan bakar
menjadi produk yang diinginkan dapat dilakukan dengan dua proses,
yaitu :
Proses reforming
Thermal reforming

Thermal reforming mempunyai proses yang hampir sama
dengan thermal cracking. Perbedaannya proses ini dilakukan
pada temperatur sekitar 500 600 C dan pada tekanan 80
kg/cm
2
. Selain itu proses ini dikontrol oleh adanya minyak
dingin yang bertujuan untuk meng-quenching proses
reforming apabila produksi bahan bakar yang diinginkan telah
tercapai. Tujuan dari thermal reforming sendiri adalah
memproduksi n-paraffin, iso-paraffin, dan senyawa aromatic
dari residu.
Catalytic reforming

Untuk memperoleh bahan bakar dengan angka oktan
sekitar 100 dapat dilakukan dengan proses ini. Reaksi
yang paling dominan dari proses ini adalah
dehidrogenisasai senyawa alicyclic bahan bakar
menjadi produk bahan bakar dengan senyawa
aromatic. Contohnya produk benzene yang dibentuk
dari cycloheksana dan toluene yang berasal dari metil-
cycloheksana. Proses ini dilakukan pada temperatur
480 540 C dan tekanan divariasikan 14 21 kg/cm
2
.
Adapun katalis yang digunakan adalah campuran
platinum, molybdena, chlorin, dan fluorin.
Pengujian Produk
Petroleum
Pada spark ignition engines, biasa terjadi
detonasi yaitu proses terbakar sendiri bahan bakar
sebelum waktu penyalaan akibat tekanan dan
temepartur yang tinggi dari bahan bakar tersebut atau
dari ruang bakarnya. Adapun kerugian detonasi ini
adalah timbulnya shock waves (gelombang kejut) yang
bergerak balik sehingga dapat menimbulkan getaran
pada ruang bakar yang mengakibatkan tertahannya
energi. Selanjutnya energi panas akan terbuang.
Indeks kapasitas bahan bakar gasoline untuk
melawan tekanan dan temperatur tanpa terjadi
detonasi dinyatakan dengan angka oktan. Dimana
angka oktan standart dengan indeks 100 merupakan
hidrokarbon C
8
H
18
atau 2,2,4 trimetilpentana
(isooktana) dan angka oktand standart dengan indeks
0 adalah C
7
H
10
(n-heptana).

Cara pengujian angka oktan dari suatu bahan bakar
dilakukan pada suatu mesin CFR (Cooperative Fuel
Research Engine). Langkahnya adalah sebagai
berikut :

1. Mesin dihidupkan dengan bahan bakar
sembarang yang akan diuji nilai oktannya.
2.Perbandingan kompresi diubah-ubah sampai
terjadi knocking
3. Selanjutnya bahan bakar diganti dengan bahan
bakar standart yaitu bahan bakar isooktan dan n-
heptana
4.Pada perbandingan kompresi yang tetap, jumlah
volume campuran isooktan dan n-heptana diubah-
ubah sampai terjadi knocking

5. Jumlah prosentase volume isooktan pada
saat terjadi knocking menunjukkan angka oktan
dari bahan bakar yang diuji.
Angka oktan untuk bahan bakar yang ada di
pasaran adalah sekitar 85 95. Angka oktan di
atas 100 adalah dengan jalan mencampur bahan
bakar dengan hidrokarbon yang lebih ringan
(alkohol, TEL = Tetra Etil Lead (Pb(C
2
H
5
)
4
) ke
dalam bahan bakar dasar.
Pada compression ignition engines, juga
dapat terjadi knocking. Indeks kapasitas bahan
bakarnya adalah angka cetane. Angka cetane
standart 100 adalah C
16
H
34
(heksadekana) dan
angka cetane standart 0 untuk C
11
H
10

(alfametilnaphtalen). Pengujian angka cetane ini
sama dengan
pengujian angka oktan dan angka cetane yang
ada di pasaran adalah sekitar 30 -60
Substitusi Bahan
Bakar
Penggantian bahan bakar yang satu dengan yang lain
kadang diperlukan oleh suatu burner. Contohnya
penggantian bahan bakar natural gas dengan
manufactured gas seperti gasifikasi batu bara dan
kayu. Burner juga harus dapat menahan kecepatan
panas dan kestabilan api serta bentuk dan geometri
apinya. Jika substitusi bahan bakar sesuai, seperti
substitusi propana untuk metana, hal ini juga sesuai
pula dengan aliran udara untuk mempertahankan
equivalen ratio pada proses pembakarannya.
Bila substitusi bahan bakar tidak sesuai,
kecepatan aliran bahan bakar harus disesuaikan
dengan pengubahan tekanan bahan bakar atau
ukuran orifice. Kecepatan panas sama dengan
kecepatan aliran volume dikalikan dengan nilai kalor
bahan bakar per unit volume. Kecepatan aliran
volume bahan bakar dapat dituliskan dengan :

f
p

Vf = Af
Sehingga dengan menggabungkan hubungan
antara ukuran orifice dan tekanan bahan bakar,
kecepatan panas q dituliskan dengan :

q =


ukuran kemampuan substitusi suatu bahan
bakar dan biasanya dituliskan dengan istilah
Wobbe Indeks
Bila Wobbe Index dari suatu bahan bakar
pengganti tidak sesuai dengan bahan bakar
utama yang sesuai dengan bahan bakar yang
diinginkan, sebaiknya dilakukan modifikasi
burner.
f
HHV Ki

.
karakteristik panjang api, flash back, dan blow out
juga harus dipertimbangkan dalam substitusi fuel
ini.
Densitas bahan bakar tidak dapat diubah
meskipun dengan peningkatan tekanan, karena
hal ini akan meningkatkan kecepatan aliran dan
mengubah daerah kestabilan api pada burner.
Untuk bahan bakar yang mempunyai nilai kalor
rendah, kecepatan aliran bahan bakar harus lebih
besar daripada bahan bakar utama untuk output
panas yang sama. Volume produk akan lebih
besar sehingga dibutuhkan saluran keluar burner
yang besar pula.

You might also like