You are on page 1of 9

FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan setiap kehamilan, dan kelangsungan hidup spesies pada akhirnya, ber
gantung pada lahirnya bayi yang sehat dan cukup matang untuk bertahan hidup. Pad
a kehamilan dan persalinan, uterus harus melakukan 2 fungsi yang sangat berbeda.
Uterus harus tumbuh, tetapi dalam keadaan tenang selama kehamilan agar janin da
pat berkembang dan kemudian, pada saat yang tepat, melakukan aktifitas yang kuat
dan terkoordinasi yang menyebabkan lahirnya bayi yang matang. Factor yang menge
ndalikan tradisi dari suatu keadaan ke keadaan lain masih belum dipahami dengan
jelas, tetapi sangat penting untuk memahami, baik kemungkinan penyebab partus pr
ematurus maupun bagaimana mengindusi persalinan tanpa mengakibatkan kegawatan pa
da janin.
Sebagian besar bayi manusia dapat melewati masa persalinan, dan lahir cukup bula
n (didefinisikan antara akhir minggu ke-37 dan ke 42 kehamilan). Lima persen bay
i premature merupakan 85% dari semua kematian neonatus dini yang tidak berkaitan
dengan deformetas letal (lopez bernal et al, 1993). Semakin singkat usia geneta
si, semakin buruk prognosis. Walaupun bayi berat lahir rendah (yi., yang lahir d
engan berat kurang dari 1000 gram) sekarang mungkin dapat bertahan hidup, umumny
a bayi tersebut memiliki angka morbiditas yang tinggi dan menimbulkan distress b
erat bagi orang tuanya, serta memerlukan biaya yang sangat besar di unit perawat
an intensif neotatus. Dapat dikatakan salah satu tujuan utama obsterti adalah me
ngurangi persalinan prematur.
Penentu awitan persalinan pada manusia masih merupakan misteri. Terdapat perbeda
an mencolok antara manusia dan spesies mamalia lain dalam jalur faktor yang menu
ju persalinan. Masih belum jelas mengapa kejadian yang menuju ke persalinan pada
manusia harus sedemikian rumit atau apakah lamanya genetasi yang bervariasi mer
upakan hal yang menguntungkan. Manusia memiliki angka persalinan prematur yang s
angat tinggi (sekitar 5-10%) dibanding dengan spesies lain (kuran dari 1% pada d
omba). Secara teoritis, lama genetasi kurang penting pada ibu. Aspek krusialnya
adalah bayi yang dapat bertahan hidup saat persalinan. Dengan demikian, tampak j
anin yang mengendalikan lama genetasi. Pada hewan jelas terbukti adanya keterlib
atan janin dalam menentukan saat persalinan, tetapi sulit mendapatkan bukti seru
pa pada manusia.
Penatalaksanaan kebidanan wanita dalam persalinan sering bersifat intervensionis
. Berdasarkan latar belakang di atas, kami tertarik untuk menyusun makalah denga
n judul FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran fisiologi dan mekanisme persalinan normal.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Diketehuinya gambaran pengertian-pengertian tentang persalinan normal
2. Diketahuinya gambaran sebab-sebab mulainya persalinan
3. Diketahuinya gambaran proses persalinan normal
1.3. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
1.3.1. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metode yang dipakai adalah metode diskriptif yaitu
suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk gambaran atas diskriptif t
entang suatu keadaan secara subjektif (Notoatmodjo, 2002, 135).
1.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk penulisan makalah ini adalah studi bibliografi ata
u studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan mengkaji teori-teori tentang f
isiologi persalinan.
1.4. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan dan metode penulisan.
BAB II FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL, meliputi pengertian persalinan
, sebab-sebab mulainya persalinan dan proses persalinan normal.
BAB III SIMPULAN DAN SARAN, meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
2.1. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah c
ukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui j
alan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Kampono dan M. Mugni, 1999). Persalin
an normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang k
epala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,
2002).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Wiknjosastro, 1999). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ke
tuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Wiknjosastro, 1999). Pesalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cuk
up bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang be
rlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjo
sastro, 1999).
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belaka
ng kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta t
idak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui ja
lan lahir.
Partus normal/partus biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakan
g kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/pertolongan istimewa, serta tidak m
elukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari
24 jam (Kampono dan M. Moegni, 1999).
2.2. Sebab Terjadinya Proses Persalinan
Sebab-sebab terjadinya proses persalinan menurut Kampono dan M. Moegni (1999) a
dalah sebagai berikut :
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun men
dadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet, kok es
trogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi st
imulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin m
erangsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan es
trogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, m
enjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Dua teori tentang awal proses kelahiran manusia menurut Kampono dan M. Moegni (
1999) sebagai berikut :
Gambar 1
Teori Tentang Awal Proses Kelahiran Manusia
Two theories on the onset of human parturition.
A. Corticotropin-releasing hormone prouduced by the placenta is secreted into
the fetal circulationand stimulates corticotropin secretion from the anterior pi
tuitary of the fetus. Placental CRH, through fetal ACTH, stimulates the fetal ad
renal to produce cortisol, which binds to the placental glucocorticoid receptors
to block the inhibitory effect of progesterone, further stimulating CRH product
ion in stimulative fashion.
B. The fetal hypothalamic-pituitary-adrenal axis is quiescent during the firs
t half of gestation because of its suppression by the maternal influx of cortiso
l, but during the second half of gestation, the rise in oestrogen gives rise to
the placental enzyme 11b- hydroxysteroid dehydrogenase, causing cortisol to be c
onverted into its inactive metabolite, cortisone. The resulting negative glucoco
rticoid feedback on the fetal pituitary gland (less cortisol passes from mother
to fetus) would result in increased secretions of fetal ACTH, cortisol and DHEA
sulfate, resulting both in fetal maturation and stimulation of parturition.
Persalinan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor P utama menurut Kampono dan M. Moegni
(1999) yaitu :
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiov
askular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomi
k mayor) (++ faktor-faktor "P" lainnya : psychology, physician, position).
Menurut Wiknyosastro, dkk (1999 : 186), 3 (tiga) faktor penting yang memegang pe
ranan pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti ke
kuatan his dan kekuatan mengedan, 2) keadaan jalan lahir, 3) janinnya sendiri.
Dengan adanya keseimbangan kesesuaian antara faktor-faktor tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung.
2.3. Berlangsungnya Persalinan Normal
2.3.1 Pembagian Fase/Kala Persalinan
Pembagian fase/kala persalinan menurut WIknyosastro, dkk (1999 : 181) sebagai be
rikut:
1. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaa
n)
2. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
3. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
4. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
Periode tahap-tahap persalinan normal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) seba
gai berikut :
Tabel 2.1.
Periode Tahap-tahap Persalinan Normal
Tahap Persalinan
Nullipara
Multipara
Kala 1 fase laten
Fase aktif
Pembukaan serviks
Kala 2
Kala 3
Kurang dari 20 jam
5 8 jam
Rata-rata 1,2 cm/jam
Kurang dari 2 jam
Kurang dari 30 menit
Kurang dari 14 jam
2 5 jam
Rata-rata 1,5 cm/jam
Kurang dari 1 jam
Kurang dari 30 menit
2.3.2 HIS
His menurut Kampono dan M. Moegni (1999) adalah gelombang kontraksi ritmis otot
polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii
memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terd
apat di dinding uterus daerah tersebut. WIknyosastro, dkk (1999 : 188) menyataka
n bahwa his adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah
lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka, untuk
mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his menurut Kampono dan M. Moegni (1999) akibat :
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsep
si.
His yang baik dan ideal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) meliputi:
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka se
cara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan intern
um pun akan terbuka.
Nyeri persalinan pada waktu his menurut Kampono dan M. Moegni (1999) dipengaruh
i berbagai faktor :
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleks
us hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, men
jadi rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas,
atau eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus menurut Kampono dan M. Moegni (1999) :
1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan a
gak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi)
.
Berikut grafik aktifitas uterus selama kehamilan, persalinan dan nifas :
Gambar 2.
Grafik Aktifitas Uterus Selama Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Sifat his pada berbagai fase persalinan menurut Kampono dan M. Moegni (1999) se
bagai berikut :
1. Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir terjadi peningkatan rasa nyeri, a
mplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 de
tik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
2. Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yait
u kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
3. Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. P
lasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap me
nempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
2.3.3. Proses Berlangsungnya Persalinan Normal
2.3.3.1. Persalinan Kala 1 : Fase Pematangan/Pembukaan Serviks
Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uter
us yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, diser
tai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Persal
inan kala 1 berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa d
alam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pe
cah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6
jam.
Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucou
s plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan di
nding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan m
endatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pe
cah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida menurut
Wiknyosastro, dkk (1999 : 183) berbeda dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi p
embukaan - pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehi
ngga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium ekst
ernum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pa
da multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar).
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multip
ara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien pri
migravida memerlukan waktu lebih lama.
Gambar 3.
Perbedaan Pematangan dan Pembukaan Serviks (cervical effacement) pada Primigravi
da dan Multipara
2.3.3.2. Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi
Persalinan kala 2 dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhi
r pada saat bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, leb
ih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal
kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 adalah :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisi
s pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan ang
gota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jala
n lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus den
gan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu a
tas panggul (asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari hi
s dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) ko
ntraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berub
ah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito
-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, pu
taran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala me
lewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai deng
an sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposteri
or sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan denga
n mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokante
r depan dan belakang, tungkai dan kaki.
Gambar 4
Gerakan Utama Pengeluaran Janin pada Persalinan Dengan
Letak Belakang Kepala
2.3.3.3 Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran Plasenta
Persalinan kala 3 dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta p
engeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai den
gan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak dise
rtai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah b
ersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar /
di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir (jika lepasnya plasenta ter
jadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat daru
rat obstetrik).
Gambar 5
Fase Pengeluaran Plasenta
2.3.3.4 Persalinan Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. Menurut Kampono dan M. Moe
gni (1999) ada 7 (tujuh) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1. kontraksi uterus harus baik,
2. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. kandung kencing harus kosong,
5. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. resume keadaan umum bayi,
7. resume keadaan umum ibu.
Gambar 6
Plasenta Sudah Lepas dan Terletak di Bagian Bawah Jalan Lahir
2.4. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Wiknjosastro, dkk (1999 : 186), hampir 96% janin berada dalam uterus den
gan presentasi kepala dan presentasi kepala ini ditemukan kurang lebih 58% ubun-
ubun kecil terletak terletak di kiri depan, kurang lebih 23% di kanan depan, kur
ang lebih 11% di kanan belakang, dan kurang lebih 18% di kiri belakang. Keadaan
ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sig
moit dan rektrum.
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentase berada dalam uterus dengan pr
esentase kepala ? Keadaan ini mungkin disebabkan kepala relatif lebih besar dan
lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume bokong
dan extremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang lebih luas, seda
ngkan kepala berada di bawah, di ruangan yang lebih sempit. Ini stereometrik kep
ala janin dan ruang panggul harus benar-benar dipahami.
Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 (tiga) faktor penting yang memegang peranan
pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuata
n his dan kekuatan mengedan; 2) keadaan jalan lahir; 3) janinnya sendiri.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu seperti telah dijelaskan yang menyebabka
n serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his
sudah cukup kuat, kepala akan mulai turun dan masuk kedala rongga panggul.
Masuknya kepala melalui pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ial
ah bila arah sumbu kepala tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pu
la kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin mirin
g dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut naegele ialah
apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip kedepan dengan pintu atas pinggu
l. Dapat pula asinklitismus posterior menurut litzman : keadaan adalah sebalikny
a dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme turunnyak
epala dengan turunnya asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah po
sterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior.
Hal asinklitismus penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
Gambar 7
Sinklitismus, Asinklitismus anterior dan Asinklitismus posterior
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati siboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yan
g akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi didalam rongga panggu
l menurut hukum Koppel : a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar
dari titik A.
Gambar 8
Fleksi Kepala Janin Menurut Hukum Koppel
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling keci
l, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul
kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun m
enemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat
kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intreuterin disebabkan oleh h
is yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dal
am. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun dibawah simfisis, maka dengan subok
siput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahi
rkan. Pada tiap his vulva lebih dan kepala janin makin tampak bregma, dahi, muka
dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar.
Gambar 9
Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi
, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang akan dilaluinya, sehingga
didasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi
depan belakang. Demikian pula dilahirkan irokanter depan terlebih dahulu, baru
kemudian trokanter belakang, kemudian, bayi lahir seluruhnya.
Bila mekanisme partus yang fisiologik ini difahami dengan sungguh-sungguh, maka
pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dikoreksi secara manual jika mungkin,
sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dikerjakan.
Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas di bersihkan. Tali pusar di jepit a
ntara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. Kemudian di gunting antara kedua cunam ter
sebut, lalu di ikat. Tunggul tali pusat dibei anti-septika. Umumnya bila telah l
ahir lengkap, bayi akan segera menarik nafas dan menangis.
Gambar 10
Gerakan Kepala Janin Pada Defleksi dan Putaran Paksi Luar
Gambar 11
Kelahiran Bahu Depan, Kemudian Bahu Belakang

Resuitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lendir pada jalan nafas harus
segera di kerjakan. Pula cairan di dalam lambung hendaknya di isap untuk mencega
hnya masuk ke paru-paru ketika bayi muntah dan muntahnya terhisap masuk ke paru-
parunya.
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala uri).
Walaupun bayi telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya dari pada kala I dan
II. Kematian ibu karena pendarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pim
pinan kala III kurang crmat di kerjakan. Seperti telah di kemukakan, segera sete
lah bayi lahir, his mempunyai amplitude yang kira-kira sama tingginya hanya frek
uensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil, sehingga pelekatan pla
senta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uter
us ini dapat di mulai dari 1) tengah 2) (sentral menurut schultze); 2) pinggir (
marginal menurut Mathews Duncan); 3 kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak ialah menu
rut schultze. Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fund
us uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan uraian tentang fisiologi dan mekanisme persalinan normal, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjad
i pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi bel
akang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupu
n pada janin.
2. Faktor penting yang memegang peranan pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-
kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, 2) keadaa
n jalan lahir, 3) janinnya sendiri.
3. Pembagian fase/kala persalinan sebagai berikut:
a. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
b. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
c. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
d. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
4. Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi presentasi kepala.
Mekanisme persalinan normal : kepala masuk pintu atas panggul (sinklitismus/asi
nklitismus)?flexi maximal sampai pada dasar panggul?putaran paksi dalam?gerakan
deflexi?kepala lahir?putaran paksi luar?lahir bahu depan?lahir bahu belakang?tro
khanter depan?trkhanter belakang?bayi lahir seluruhnya.
3.2. Saran
Saran-saran yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini seba
gai berikut :
1. Bidan perlu memahami interaksi fisiologis dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi persalinan pada manusia agar perawatan intrapatus dapat ditingkatka
n.
2. Pengembangan keterampilan observasi memungkinkan bidan tidak hanya dapat m
enginterpretasi bagaimana seorang wanita menghadapi persalinan, tetapi juga dapa
t menentukan bagaimana kemajuan persalinan dengan mengamati respon prilaku dan f
isik wanita yang sedang melahirkan. Dengan tidak mengetahui, mengabaikan atau me
nyalahartikan petunjuk fisik tertentu, bidan mungkin secara tidak sengaja member
i perawatan yang suboptimal.
3. Intervensi pada persalinan harus memiliki dasar dan keputusan mengenai hal
ini harus disokong untuk memaksimalkan kesejahteraan ibu dan janin. Pengetahuan
mengenai efek intervensi pada fisiologi janin dan ibu merupakan hal esensial se
hingga bidan dapat menilai efektivitas dan dengan cepat mengidentifikasi kemungk
ina penyimpangan yang terjadi akibat intervensi tersebut.

You might also like