You are on page 1of 16

Nama : Samsiatun Mudzkhiyah

Kelas : III
Dirosah : Jawahirul Kalamiyah

1. Resume Kitab Jawahirul Kalamiyah
Pembahasan Pertama
Iman Kepada Allah Subhanahu Wataala
Iman kepada Allah SWT yaitu meyakini bahwa Allah SWT memiliki sifat
sempurna dan jauh dari sifat kekurangan. Sifat sempurna tersebut adalah sifat wajib 20
yang meliputi Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatu lil Hawaadits, Qiyamuhu bi Nafsih,
Wahdaniyah, Qodrah, Iradah, Ilmu, Hayah, Sama Bashar, Kalam, Qaadiran, Muriidan,
Aliman, Hayyan, Samian, Bashiirun, dan Mutakaliman. Sedangkan sifat-sifat
kekurangan yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah adalah 20 sifat m[ustahil yang
terdiri dari Adam, Hudust, Fana, Mumatsalatu lilhawadist, Ihtiyaaju lighirihi, Wujuudus
Syarki, Al Ajz, Karohiyah, dan Al Jahl. Allah SWT juga memiliki sifat jaiz yang berupa
dapat melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya ( Filu Kulli Mumkinin aw
Tarkuhu).
Dalam ayat Al Quran disebutkan bahwa Allah SWT memiliki sifat istiwa. Istiwa
Allah pada Arsy tidak bisa dimaknai sebagai bersemayam selayaknya bersemayamnya
makhluk. Sifat-sifat Allah tidak boleh diserupakan dengan sifat-sifat makhluknya.
Seperti lafadz Yad dan Ayun, bukan bebarti Allah memiliki tangan dan mata yang sama
seperti tangan dan mata makhlukNya.
Pembahasan Kedua
Keyakinan kepada Malaikat, terdiri dari 3 Masalah
Malaikat adalah materi lembut yang diciptakan dari cahaya, merupakan hamba
yang mulia dan taat kepada Allah serta tidak makan dan minum. Malaikat bersifat ghaib,
tidak bisa dilihat oleh penglihatan mata manusia kecuali para Nabi. Manusia dapat
melihat malaikat jika malaikat telah berubah wujud menjadi seperti manusia.
Malaikat selalu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Para
Masing-masing Malaikat memiliki tugas masing-masing. Sebagian Malaikat bertugas
sebagai perantara antara Allah SWT dan para utusan-Nya. Ada juga Malaikat yang
bertugas sebagai penjaga manusia (Malaikat Hafadzah), mencatat amal baik (Malaikat
Rakib) amal buruk (Malaikat Atid), menjaga syurga (Malaikat Ridwan), menjaga neraka
(Malaikat Malik), menyangga Arsy, menjaga kebaikan dan kemaslahatan umat manusia.
Pembahasan Ketiga
Keyakinan terhadap Kitab Allah SWT
Bentuk keyakinan kepada kitab adalah dengan meyakini sesungguhnya Allah
SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada para utusan-Nya. Kitab tersebut
menjelaskan perintah, larangan, janji dan ancaman Allah SWT. Kitab merupakan kalam
Allah yang diturunkan berupa wahyu. Diantara kitab-kitab yang wajib diimani oleh
umat Islam adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al Quran.
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS, menjelaskan hukum agama,
akidah yang benar dan yang diridlai Allah, kabar gembira akan datangnya Nabi
Muhammad SAW, isyarat akan kedatangan beliau dengan syariat baru yang
menunjukkan umat manusia menuju Darus Salam. Kitab Taurat yang ada saat ini, yang
berada di tangan orang Yahudi merupakan Taurat yang telah diubah isinya. Bukti
perubahan isi Taurat tersebut adalah tidak adanya penyebutan tentang syurga, neraka,
dan hari kebangkitan dari kubur, hari perkumpulan di padang Masyar dan hari
pembalasan. Padahal hal tersebut adalah hal penting yang selalu disebutkan dalam
kitab Ilahi.
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud AS, berisi sekumpulan dzikir,
nasehat seta hikmah dan tidak terdapat hukum syariat di dalamnya karena Nabi Dawud
AS diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa AS. Sedangkan kitab Injil
diturunkan kepada Nabi Isa AS. Kitab Injil menjelaskan hakikat kehidupan dan ajakan
kepada umat manusia untuk mengesakan Allah, menghapus sebagian hukum taurat
yang berupa cabang-cabang luntuk tujuan penerapannya, dan berisi kabar gembira
akan datangnya Penutup Para Nabi. Adapun kitab Injil yang ada sekarang merupakan
karangan 4 orang Kristen yang tidak pernah bertemu dengan Nabi Isa AS, mereka
adalah Mathius, Markuz, Lukas dan Yohanes.
Kitab Al Quran merupakan kitab paling mulia. Allah SWT menurunkan Al Quran
kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai kitab yang terakhir diturunkan, Al Quran
berlaku hingga zaman akhir dan menghapus hukum-hukum yang berlaku sebelumnya.
Al Quran disebut sebagai mukjizat terbesar karena merupakan ayat aqliyah yang
berlaku sepanjang masa.
Pembahasan Keempat
Keyakinan kepada Para Utusan Allah AS
Iman kepada para Utusan Allah adalah dengan meyakini bahwa Allah memiliki
para utusan yang diutus sebagai rasa sayang Allah SWT kepada umatNya. Tujuan
diutusnya para utusan tersebut adalah untuk memberi kabar gembira akan datangnya
pahala bagi orang yang berbuat baik dan peringatan akan datangnya siksakepada orang
yang berbuat dosa. Utusan Allah terdiri dari dua, yaitu Nabi dan Rasul. Nabi adalah
manusia yang diberi wahyu berua syariat meskipun tidak diperintahkan untuk
menyampaikan. Jika Nabi tersebut diperintahkan untuk menyampaian maka disebut
sebagai Rasul. Jumlah Nabi dan Rasul tidak diketahui secara pasti banyaknya, namun
yang wajib diimani adalah 25, yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ismail,
Ishaq, Ya'qub,Yusuf, Ayyub, Syu'aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman,
Ilyas,Yasa', Yunus, Zakariyya, Yahya, 'Isa dan Muhammad Alaihimus Salam.
Mukjizat adalah sesuatu hal yang tidak biasa yang muncul dari penyampai
risalah kenabian yang sesuai dengan dakwahnya. Hikmah adanya mukjizat adalah
sebagai pertanda akan kebenaran dakwah, pembeda antara para nabi dengan orang
yang berpura-pura menjadi nabi. Berbeda dengan mukjizat, karomah adalah hal luar
biada yang keluar dari seorang wali Allah namun tidak berhubungan dengan dakwah
kenabian.
Para nabi dan rasul memiliki 4 sifat wajib yang terdiri dari Sidq, Amanah,
Tabligh, dan Fathanan. Dengan demikian para nabi dan rasul mustahil memiliki sifat
buruk yang merupakan kebalikan dari sifat-sifat tersebut seperti Kadzib, Isyaan,
Kitman, dan Ghoflah. Sebagai manusia, para nabi dan rasul juga meiliki sifat-sifat
manusiawi seperti manusia pada umumnya yang meliputi lapar, haus, menghindar dari
panas, capek, dan istirahat, sehat dan sakit, berdagang, bekerja. Namun sifat-sifat
tersebut tidak mengurangi derajat kemuliaan mereka.
Nabi Muhammad SAW memiliki sejarah hidup (sirah) terbaik, nasabnya baik,
perilakunya terpuji, selalu menyambung persaudaraan, suka menolong, menanggung
beban penderitaan orang dan sabar. Beliau juga pemaaf dan tidak banyk bicara, fasih
ucapannya, tawadlu, berwibawa dan cinta damai.

Pembahasan Kelima
Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah hari yang keadaannya sangat dahsyat, manusia pada hari itu
bibangkitkan dari kubur dan mereka berkumpul di suatu tempat untuk dihisab,
kemudian ditentukan apakah dimasukkan dalam syurga atau neraka. Beriman kepada
hari akhir adalah dengan meyakini bahwa hari akhir pasti akan datang dan
membenarkan berita tentang hari akhri ynag disampaikan dalam Al Quran dan hadist.
Dalam kubur umat manusia akan ditanyai siapa Tuhan, Nabi, apa agamanya dan
perkara yang telah diperintahkan Allah SWT. Pertanyaan dalam kubur ini berlaku untuk
setiap manusia baik yang jasadnya utuh ataupun rusak dan yang dikuburkan ataupun
hilang jasadnya.
Pada hari akhir para Nabi, wali, Alim Ulama dapat memberikan syafaat kepada
umat manusia atas ijin Allah SWT. Uamt yang dapat diberi syafaat adalah orang beriman
yang berbuat maksiat. Sedangka orang kafir tidak akan pernah bisa mendapatkan
syafaat. Setiap orang kafir
Pembahasan Keenam
Iman kepada Qadla dan Qadar
Iman kepada Qadla dan Qadar meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia baik
yang membutuhkan usaha (ikhtiyari) maupun tanpa usaha (idltirori) semua terjadi
karena kehendak Allah SWT dan ketentuan Allah itu telah dibuat sejak zaman azla.
Dalam hal ini manusia tidak dipaksa untuk melakukan apa-apa sesuai dengan kehendak
Allah SWT, manusia diberi akal fikiran dimana dengan akal tersebut manusia dapat
memilih yang baik atau buruk. Perbuatan ikhtiyari akan berbalas pahala jika baik dan
doa jika buruk.
Penutup
Pembahasan tentang Beberapa Masalah Penting
Mengikuti Perkara yang Telah Lampau Dikutip dari Pendapat Ulama Salaf
Manusia tidak diperbolehkan membicarakan tentang hakikat dzat Allah karena
akal pikiran manusia tidak akan mencapainya. Cara untuk memahami Allah adalah
dengan marifatullah, yaitu mengetahui sifat-sifatNya. Mengetahui keberadaan Allah
melalui hasil kekuasaan dan ciptaanNya. Secara hakiki manusia tidak dapat melihat
Allah melalui matanya. Namum penghuni syurga dapat melihat Allah.
Umat yang paling mulia adalah umat Nabi Muhammad SAW. Diantara umat Nabi
Muhammad SAW, yang palin mulia adalah para sahabat nabi, sedangkan dari para
sahabat tersebut Sayyidina Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali merupakan yang paling
mulia.
Isra Miraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari masjid Al Haram
menuju Masjid Al Aqsa kemudian naik menuju langit, berkumpul dengan para malaikat
yang mulia sebagai penghormatan dan pemuliaan kepada beliau.

2. Sirah Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad dilahirkan pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di kota Mekkah, di
bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling
terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan.
Ayahnya adalah Abdullah bin Abdul Mutallib yang meninggal dalam perjalanan dagang
di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih 7 bulan dalam
kandungan ibunya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Selepas itu Muhammad
disusukan selama beberapa hari oleh Tsuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara
menunggu kedatangan wanita dari Banu Saad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib.
Pada usia dua tahun, Muhammad didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul
sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah
Muhammad. Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima
tahun. Sesudah itu dibawa pulang kepada Kakeknya Abdul Mutalib di Mekah. Kakeknya,
Abdul Mutallib sangat mencintai Muhammad. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke
Madinah untuk bertemu dengan saudara-saudaraya, mereka ditemani oleh Ummu
Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh ayah Muhammad.
Muhammad ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk
pulang semula ke Mekah. Namun, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh
sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga. Muhammad dibawa
pulang ke Mekah oleh Ummu Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah
Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah Muhammad dengan Kakek
yang dicintainya dan saudara-saudara ayahnya.
Ketika Muhammad berusia delapan tahun, Kakeknya meninggal dunia. Kematian
Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar bagi Bani Hashim. Selepas meninggalnya
Abdul Mutallib, Pamannya Abu Talib mengambil alih tugas ayahnya untuk menjaga anak
saudaranya. Walaupun Abu Talib kurang mampu dibanding saudaranya yang lain,
namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-
orang Quraisy. Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-
anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang
dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri (gulat), berkuda dan memanah, begitupula
dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam perniagaan. Perdagangan
menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang
stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar
tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat,
membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan
penduduk Mekkah.
Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke negeri Syam (Kawasan Syria,
Lebanon dan Palestina) untuk berdagang saat Muhammad berusia 12 tahun, mereka
bertemu dengan seorang Pendeta Nasrani, Buhaira (Buheira, Bahira)adalah seorang
mantan Yahudi yang menjadi pendeta Kristen Nestorian yang melihat tanda-tanda
kenabian Muhammad. Ia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria). Beliau
telah melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Lalu Buhaira menasihati Abu
Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam karena dikhawatirkan orang-orang
Yahudi akan menyakiti Muhammad seandainya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu
Talib menuruti nasihat pendeta tersebut dan dia tidak banyak membawa harta dari
perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Mekah dan mengasuh anak-anaknya.
Muhammad juga telah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Muhammad mengikuti
mereka ke pusat perdagangan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak dari para
penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.
Disamping itu Muhammad juga mendapat tugas sebagai pengembala kambing.
Muhammad mengembala kambing keluarganya dan kambing-kambing penduduk
Mekah. Muhammad selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa
menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu Muhammad jauh dari segala pemikiran nafsu
manusia dan duniawi. Muhammad terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai
dengan gelaran yang diberikan yaitu Al-Amin.
Ketika Muhammad mulai menginjak dewasa telah menarik perhatian seseorang
yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat
dipercaya (Al-Amin) dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang
bernama Khadijah. Khatijah adalah seseorang yang memiliki status tinggi di
kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang
dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat
Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad
dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika
sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, sebuah
Kisah Cinta Suci sepanjang sejarah dan mereka menikah pada saat Muhammad berusia
25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih
memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan
status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun
pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada
perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka
semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih
memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, bersama kaum Quraisy, beliau ikut dalam
perbaikan Kabah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa
yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah
tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku
Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya
ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan
keesaan Tuhan (Tauhid). Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat
tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal
menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta
berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua
kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu
seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia
dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti yang benar.
Pada saat menjelang usianya yang ke-40, Muhammad sering menyendiri dan
tafakur ke Gua Hira sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekah, yang
kemudian dikenal sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan
mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan
kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol dan berpesta. Dari
sini, ia sering merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman
itu secara mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan
kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada malam hari tanggal
17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan
membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu
surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan
kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Malaikat Jibril
sampai mengulangi hingga tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi
jawabannya tetap sama. Malaikat Jibril kemudian berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia
dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq 96: 1-5)
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus
pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun
Qomariah, atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau
tahun masehi. Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya,
Dalam suatu riwayat beliau merasakan suhu badannya panas dan dingin seperti
demam akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya Khadijah agar
memberinya selimut. Dalam QS Al Muzzamil ayat 1 Muhammad disebut sebagai Orang
yang berselimut (Al Muzzamil).
Kemudian untuk menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad
mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang pendeta Nasrani, yaitu Waraqah bin
Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci
Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata,
bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah
menyebutkan bahwa An-Nms al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya,
kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan
melawannya. Fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita
yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah Ali bin Abi
Thalib, anak pamannya. Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-
angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan
kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai
oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang
turun sejauh itu dikumpulkan sebagai Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurn (bacaan).
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad
hanya menyebarkan Islam secara terbatas di kalangan teman-teman dekat dan
kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan
bangsa Arab saat itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-
tindakan amoral, yang dalam konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa
dan ditawarkan oleh Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini
ajaran Muhammad pada masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta
golongan masyarakat awam yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara
lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Setelah
turunnya wahyu memerintahkan Muhammad untuk berdakwah secara terang-terangan,
maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-Hijr, 15:94)
Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama banyak
tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al
Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian
masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut
dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama. Rasulullah, berbekal
kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan
tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menekannya, menghardik dan
mengejeknya.
Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah
Rasulullah, suatu saat Abu Thalib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara
rombongan yang mendatangi rumah Abu Thalib membuka pembicaraan dengan
berkata, Wahai Abu Thalib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan
menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan
berhala kita. Jika ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap
menyerahkan harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap
menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia
sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk
merawatnya. Abu Thalib berpaling kepada Nabi seraya berkata,Para sesepuh datang
untuk memintamu berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak
mengganggumu. Nabi menjawab, Saya tidak menginginkan apapun dari mereka.
Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya,
yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam
sebagai pengikut mereka. Abu Jahal bangkit sambil berkata, Kami siap sepuluh kali
untuk mendengarnya. Nabi menjawab,Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.
Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas.
Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,
Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah
saja?. Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Thalib dengan wajah dan mata terbakar
kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka.
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi
menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Muith melihat Nabi
bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret dia
ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani
Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum
Muslim. Kendati dia mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan
pengikutnya budak wanita dan pria serta beberapa orang tak terlindung. Para
pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin
terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Isalam selama periode ini
mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah ke Habsyah (sekarang Ethiopia).
Negus atau raja Habsyah, yang beragama Nasrani memperbolehkan orang-orang Islam
berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah.
Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200
mil (320 km) di sebelah Utara Mekah.
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekah untuk
beziarah ke Baitullah atau Kabah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan
dalam kunjungan tersebut. Rasulullah melihat ini sebagai peluang untuk
menyebarluskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah
sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Rasulullah dan beberapa orang yang
telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat
bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu
bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Rasulullah dari kekejaman
penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke
Mekkah, mereka menemui Rasulullah di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas
bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir
dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk
berhijrah ke Yastrib disebabkan situasi kota Mekah yang tidak kondusif bagi keamanan
para pemeluk Islam. Rasulullah akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan
berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.
Penduduk Yastrib yang kemudian berganti menjadi nama Madinah menyambut
kedatangan Rasulullah dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka
mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah
manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun
kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela
meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, Islam yang masih belia ini
menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap
untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar,
Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu
menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan
Iman yang membara.
Penduduk Yastrib yang kemudian berganti menjadi nama Madinah
menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk
menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali
didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan
sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, islam
yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang
setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang
mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad
yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir
Quraisy dengan Iman yang membara.
Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum
Quraisy di Mekah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang
lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara
Islam yang mengamalkan sepenuhnya hukum yang berlandaskan syariat Islam.
Muhammad dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat
hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian
bertulis telah dibentuk. Piagam Madinah (Shahifatul Madinah) juga dikenal dengan
sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi
Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan
semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Madinah pada tahun 622. Piagam Madinah
ini disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan
sengit antara Bani Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut
menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim,
kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga membuat mereka
menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebutUmmah. Piagam
ini mengandungi beberapa pasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat
termasuk kaum bukan Islam dan merangkum aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan
militer.
Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan
amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah
menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan
Islam. Peperangan yang ditempuhi Muhammad ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang
Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H).
Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.
Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk
Islam Madinah dan kaum Musyrikin Mekah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah
telah diikrarkan. Nabi Muhammad SAW juga telah berhasil menguasai kota Mekah pada
630 M/9 H bersama dengan 10.000 orang para pengikutnya. Perang terakhir yang
disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan Muhammad dan pengikutnya berhasil
mencapai kemenangan yang gemilang.
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang
musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang
berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Mekah,
dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji
meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqaidah . Langit, hingga hari itu, belum pernah
menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari
100.000 orang, laki-laki dan perempuan dibawah sengatan Matahari yang amat terik
dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang bergerak menuju satu
arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi
kehidupan manusia.
Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian
melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak seluruh padang terisi gema
suara mereka yang mengucapkan lafadz talbiyah, labbaika Allahumma labbaik,
labbaika laa syarika laka labbaika, innal hamada wannimata laka wal mulk laa
syarika laka.! Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku
memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sungguh
segala puji dan nikmat adalah milikMu, begitu juga seluruh kerajaan, tiada sekutu
bagiMu.
Rasulullah juga telah menyampaikan amanat terakhir pada tahun itu juga.
Amanat yang dimaksud adalah :
Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua
adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia
di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan
kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu
berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.

WAFATNYA RASULULLAH
PAGI itu, hari Senin bulan Rabiul Awal tahun 11 H atau bertepatan dengan tanggal 6
Juni 632 M Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah: Wahai umatku,
kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah
hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Quran. Barang siapa
yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang
mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,.
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap
sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar
dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan
Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba Rasulullah akan meninggalkan kita
semua, desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai
menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap
Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di
sana sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,
Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi
pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seseorang yang berseru mengucapkan salam.
Assalaamualaikum .Bolehkah saya masuk ? tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, Maafkanlah, ayahku sedang demam, kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
Siapakah itu, wahai anakku?
Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya, tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu
bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut, kata Rasulullah. Fatimah pun menahan
tangisnya.
Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut
menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit
untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril
Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)
Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? Tanya Rasulullah dengan suara yang
amat lemah.
Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga
terbuka lebar menanti kedatanganmu kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak
membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah? tanya Jibril lagi.
Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?
Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
didalamnya, kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah
ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang.
Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini, ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril? tanya
Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal, kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan
lagi.
Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan
kepada umatku.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya
bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir
Rasulullah yang mulai kebiruan.
Ummatii. ummatii. ummatii.
Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam jannah-Ku.
Aisyah ra berkata: Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di
atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.
Dia berkata: Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain
keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:
Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, Ustman
bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya
dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi
untuk menemui Rabb-Nya.
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk
beliau dan berkata: Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: Anda mulia dalam hidup dan dalam
keadaan mati.
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: Barangsiapa menyembah
Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah
Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.
Aisyah berkata: Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk
menyendiri dan aku menangis sendiri.
Innalillahi wainna ilaihi rajiun, telah berpulang ke rahmatullah manusia yang paling
mulia, manusia yang paling kita cintai pada saat dhuha ketika memanas di hari Senin 12
Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu
tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.
(Hingga usai tulisan ini disusun dari berbagai sumber, tak terasa air mata menggenang
dipelupuk mataku. Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.-
@DioN_Erbe)
Sumber :
1. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
2. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga Wafatnya
3. Muhammad

You might also like