You are on page 1of 4

1

REFLEKSI KASUS I
Fimosis
RSUD Panembahan Senopati Bantul

1. Pengalaman
Anamnesis :
Seorang anak, IK 1,5 tahun, mengeluh nyeri berulang bila kencing dan
dibawa berobat ke poli. Ibu mengatakan setiap mau kencing penisnya terlihat
menggembung, dan terdapat benjolan dibawah kulit penis. Tidak ada riwayat
demam dan tumbuh kembang anak terlihat normal.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik pasien menunjukkan KU: sedang, CM. VS: TD 90/70, RR
36x/m, HR 110x/m, T 37,4. Palpasi abdomen: dbn, penis terlihat menggembung,
akral hangat nadi kuat.
Laboratorium :

2. Masalah Yang dikaji
Apakah diagnosis kasus tersebut dan bagaimana tatalaksananya ?

3. Analisa Kritis
a. Definisi klinik
Fimosis adalah ketidakmampuan untuk meretraksi prepusium. Pada waktu
sesaat setelah kelahiran, fimosis adalah suatu keadaan yang fisiologis. Seiring
dengan berjalannya waktu, perlengketan antara prepusium dan glans penis akan
menghilang dan cincin fimosis akan melonggar. Pada 90% pria yang tidak
disirkumsisi, prepusium dapat diretraksi pada usia 3 tahun. Akumulasi debis epitel di
bawah prepusium bayi adalah fisiologis dan tidak mengindikasikan dilakukannya
sirkumsisi. Pada anak yang lebih tua, fimosis dapat fisiologis, dan dapat patologis
2

dikarenakan inflamasi dan atau luka parut di ujung prepusium, atau dapat terjadi
setelah sirkumsisi. Fimosis dapat juga terjadi karena retraksi paksa yang
menyebabkan luka parut yang menghalangi retraksi prepusium setelahnya. Pada anak
laki-laki dengan fimosis fisiologis atau patologis yang persisten, aplikasi krim
kortikosteroid pada kulit prepusium 3 kali sehari selama 1 bulan terbukti dapat
melonggarkan cincin fimosis pada 2/3 kasus. Jika ada penggembungan prepusium
selama miksi, atau fimosis persisten setelah usia 3 tahun, dan kortikosteroid topical
tidak memberikan efek, sirkumsisi adalah hal yang mutlak harus dilakukan.


b. Diagnosis
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium diagnosis pasien
tersebut menderita infeksi saluran kemih karena fimosis. Fimosis dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih ( ascending infection ), pada infeksi yang tidak
diobati dengan baik dapat menyebabkan hidronefrosis, pielonefritis kronik,
hipertensi arterial, dan insufisiensi ginjal yang menyebabkan ureum, kreatinin
meningkat dan fungsi ginjal menurun. Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan
pada pasien ini antara lain:
-BNO
-IVP
-USG
-Ureterography
-Cystography
Untuk bahan pemeriksaan mikrobiologi urine digunakan Urine midstream
yang diambil pagi hari sebelum pasien minum untuk menghindari efek pengenceran.
Pemeriksaan juga sebaiknya sebelum pasien mendapat terapi antibiotika.
Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan dengan sediaan hapus urine yang tidak
disentrifugasi dan dipulas dengan sediaan Gram atau kuman dibiakan dahulu pada
agar Mc Conkey, kemudian dihitung jumlah kuman. Jika pada lempeng agar
didapatkan:
< 10.000 cfu/mL dianggap bukan bakteriuria (-)
10.000 100.000 periksa ulang
> 100.000 bakteriuria (+)

c. Tata Laksana
Sirkumsisi
Apakah anak laki-laki yang baru lahir harus menjalani sirkumsisi, sampai
sekarang masih kontroversial. Pada beberapa negara, sirkumsisi biasanya dilakukan
karena alasan kultural. Alasan yang mendukung dilakukannya sirkumsisi termasuk
-mengurangi resiko UTI dan STD
- pencegahan kanker penis
-fimosis,
-infeksi HIV
-balanitis

1. Antibiotik : amoksisilin, ampisilin, eritromisin untuk sirkumsisi Infeksi Saluran
Kemih bawah.
3

Cystitis :
1. Amoxicilin 50mg/KgBB/24jam/oral;dibagi 3x sehari. Selama 3-5 hari.
2. Nitrofurantoin 5-7mg/KgBB/24jam/oral;tiap 6 jam. Selama 10-14 hari. Boleh
pada bayi > 3 bulan.
3. Trimetoprim-Sulfametoksasol/oral. Boleh pada bayi > 2 bulan Trimetoprim :
8-10mg/KgBB/24jam Sulfametoksasol : 40-60 mg/KgBB/24jam

Tidak diberikan Intravena karena tidak ada ISK atas, dan bisa lewat oral. 2.
Analgesik untuk meringankan rasa nyeri. 3. Kortikosteroid topical 3x/hari selama 1
bulan. Fungsinya melonggarkan preputium. 4. Tindakan operatif sirkumsisi.

d. Dokumentasi
Nama : An Ik
Umur : 1,5 thn
Alamat : Derman RT 06, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul


e. Referensi
1. Syamsuhidayat R, Jony W. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta; 2005.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC : Jakarta; 2001.
3. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Sagung Seto : Jakarta; 2000.



Bantul, Mei 2014

Ko-ass Pembimbing




(Willy) (dr.Gunawan Iswamdi Sp.B)














4

RHESUS
FIMOSIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul




Disusun Oleh :
WILLY
20090310034




Diajukan kepada :
dr. Gunawan Iswandi Sp.B












SMF BEDAH
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2014

You might also like