You are on page 1of 15

1

LAPORAN KASUS
FARINGITIS
IDENTITAS PASIEN
Pemeriksa : Arfiana Bachdar
W. Radhiatul Jannah

Nama : Nn. Dewi Kumalasari P.
Umur : 18 Tahun
J. Kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi FK-UMI
Alamat : Jl. Inspeksi Kanal No.1
Tgl Periksa : 18 Oktober 2011

ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri menelan
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 2 hari SMRS seperti tertusuk-tusuk dan rasa terbakar, terus
menerus, nyeri berkurang dengan minum obat (cefadroxil dan Ester C). Demam
(+) 2 hari pada malam hari terus menerus, pusing (-), sakit kepala (+) seperti
tertidih pada pagi hari. Batuk (-). Mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun.
BAB : baik
BAK.: baik
Riwayat keluhan yang sama (+) dialami 2 bulan yang lalu sembuh dengan
minum obat yang disarankan teman.
Riw. Penyakit Sebelumnya :
Riwayat keluhan yang sama 2 bulan yang lalu
Riwayat penyakit maag (+)

2

Riwayat alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+): kakak dan adik
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit ginjal (-)

PEMERIKSAAN FISIS
Status Present :
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 45 kg
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,1
o
C
Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)
Leher : DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis
Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)
Cor : Suara jantung I dan II murni, reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

DIAGNOSIS
Faringitis



3

PENATALAKSANAAN
Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah:
Degirol 4 x 1
Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain :
Istirahat teratur dan tidur yang cukup
Kumur air hangat

HASIL KUNJUNGAN RUMAH
1. Kunjungan Rumah (18 Oktober 2011)
Keluhan : Nyeri menelan
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,1
o
C
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)
Leher : DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis
Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)
Cor : Suara jantung I dan II murni, reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Penatalaksanaan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara
lain :
o Istirahat teratur dan tidur yang cukup
o Kumur air hangat



4

2. Kunjungan Rumah II (19 Oktober 2011)
Keluhan : Nyeri menelan
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,1
o
C
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)
Leher : DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis
Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)
Cor : Suara jantung I dan II murni, reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Penatalaksanaan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara
lain :
o Istirahat teratur dan tidur yang cukup
o Kumur air hangat

Berikut akan dibahas mengenai keluarga pasien :
1. Profil Keluarga :
Nn. Dewi adalah seorang mahasiswi di fakultas kedokteran Universitas
Muslim Indonesia. Ia adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Ia tinggaldi
sebuah rumah kos di jalan Inspeksi Kanal No.1.
2. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Nn. Dewi tinggal di sebuah rumah batu dengan 8 buah kamar tidur, 2 buah
kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Menurutnya, kebutuhan sehari-harinya dan

5

keluarganya cukup terpenuhi dikarenakan kedua orangtuanya sama-sama
memiliki pekerjaan (wiraswasta).

3. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari penuturan Nn. Dewi diketahui dia tidak memiliki riwayat penyakit
jantung, ginjal, maupun alergi. Namun adik dan kakaknya memiliki riwayat
keluhan yang sama (sakit menelan) dan saat ini sudah membaik.

4. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
Diakui Nn. Dewi bahwa pola makannya sehari-hari teratur. Namun Nn.
Dewi kadang-kadang terlambat makan, terutama jika sibuk kuliah serta
mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswi. Makanan yang dikonsumsi setiap
hari adalah makanan yang dibeli di kantin tempat ia kuliah dengan menu yang
kurang bervariasi. Dalam menu makanan sehari-hari jarang mengkonsumsi
sayur dan buah. Dirumah nn. Dewi makan masakan yang dibeli diwarung dekat
rumah.
5. Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga
Psikologi hubungan antar anggota keluarga secara umum baik walaupun
hanya melalui telepon karena kedua orang tuanya tinggal di Palu.
6. Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah keluarga kurang bersih karena lingkungan
sekitar tempat tinggal nn. Dewi tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang
tetap serta pembuangan limbah yang baik. Sumber air untuk kebutuhan mandi
dan mencuci diperoleh dari air PDAM dan air galon untuk minum.

6



Gambar. 1 Ruang Tamu Gambar. 2 Dapur



Gambar. 3 Kamar Tidur Gambar.4 Kamar Mandi










7

DISKUSI

Nn. Dewi datang ke poliklinik IBNU SINA dengan keluhan nyeri menelan
yang dialami sejak 2 hari SMRS seperti tertusuk-tusuk dan rasa terbakar, terus
menerus, nyeri berkurang dengan minum obat (cefadroxil dan Ester C). Demam (+) 2
hari pada malam hari terus menerus, sakit kepala (+) seperti tertidih pada pagi hari.
Batuk (-). Nafsu makan menurun. BAB dan BAK baik. Riwayat keluhan yang sama
(+) dialami 2 bulan yang lalu sembuh dengan minum obat yang disarankan teman.
Riwayat keluhan yang sama 2 bulan yang lalu, riwayat penyakit maag (+), riwayat
alergi obat (-). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+): kakak dan adik
Dari gejala diatas, pasien di diagnosis dengan faringitis. Faringitis adalah
infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh
adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran
limfonodi di leher dan malaise. Demam disebabkan karena adanya proses infeksi
pada mukosa faring.
Pengobatan yang diberikan adalah tablet isap degirol 4 kali sehari. Obat ini
merupakan obat antiinfeksi untuk radang tenggorokan (nyeri menelan) yang belum
diketahui penyebabnya.












8

FARINGITIS

A. Definisi
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran limfonodi di leher dan malaise.
(1,2)


B. Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang
dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh
(dari dalam keluar) selaput lendir, fascia faringobasiler, pembungkus otot dan
sebagian fasia bukofaringeal.
(1)

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena
fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak
berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan
laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis
dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan
limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem
retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan
tubuh terdepan.
(1)


9

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui
hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap.
Palut ini mengandungenzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.
(1)

Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior,
media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan
tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja
otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi
n.vagus (n.X). Otot-otot yang longitudinal adalah m. stilofaring dan
m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik
rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan
menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai
elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. m.stiofaring
dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n. X.
(1)


C. Etiologi
Faringitis disebabkan oleh bakteri:
(3)
1. Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS) 15% kasus faringitis.
Gambaran klinis berupa: demam lebih dari 101.5F, tonsillopharyngeal
eritem dan eksudasi, pembengkakan limfonodi leher, sakit kepala, muntah
pada anak-anak, petechiae palatal, biasa terjadi pada cuaca dingin.
Suatu ruam scarlatiniform juga dihubungkan dengan infeksi GABHS ruam
kemerahan pada ekstremitas dan lidah memerah (strawberry tongue)
2. Group C, G, F Streptococci ( 10%), mungkin secara klinis tidak bisa dibedakan
dari infeksi GABHS, namun Streptococcus jenis ini tidak menyebabkan
sequelae immunologic. Streptococci grup C dan G telah dilaporkan sebagai

10

penyebab radang selaput otak (meningitis), endocarditis, dan empyema
subdural.
Arcanobacterium Chlamydia pneumoniae (5%), gejala mirip dengan M
pneumoniae. Faringitis biasanya mendahului terjadinya peradangan pada
paru.
Corynebacterium diphtheria
Bakteri yang jarang namun dapat dijumpai pada faringitis yaitu Borrelia
species, Francisella tularensis, Yersinia species, and Corynebacterium
ulcerans.
( Corynebacterium) haemolyticus ( 5%) banyak terjadi pada dewasa
muda,gejalanya mirip dengan infeksi GABHS, berupa ruam scarlatiniform.
Pasien sering mengeluh batuk.
Mycoplasma pneumoniae, pada dewasa muda dengan headache, faringitis,
and nfeksi pernafasan bawah. Kira-kira 75% pasien disertai batuk.
3. Viral pharyngitis
o Adenovirus (5%):.
o Herpes simplex (< 5%):
o Coxsackieviruses A and B (< 5%):
o Epstein-Barr virus (EBV):
o CMV.
o HIV-1:
4. Penyebab lain
o Candida sp. Pada pasien-pasien dengan riwayat pengbatan penekan sistem
imun. Banyak terjadi pada anak dengan gambaran plak putih pada orofaring.
o Udara kering, alergi (postnasal tetes), trauma kimia, merokok, neoplasia.

D. Patofisiologi
Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mucosa
pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal. berbeda

11

halnya dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa rongga
tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi
toksin ekstra seluler lokal dan protease.
(3)

Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi local. Infeksi bakteri grup A Streptococcus hemolitikus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena bakteri ini melepaskan
toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup
jantung, glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya komplek antigen antibody bakteri. Penularan infeksi melalui secret
hidung dan ludah (droplet infection).
(1)
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuclear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat
mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding
faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi
meradang dan membengkak.
(4,5)


E. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan,
demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan tampak
hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranular.
(1)

Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang
paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 %
pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri
Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus

12

meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan,
nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan
tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada
faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis
anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien
datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga
tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang
terjadi pada umur ini.
(6)

Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue,
serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis pada
anak dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah.
(2)


F. Diagnosis
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda dan
gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam
menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis
karena bakteri atau virus.
(7)

Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan tingkat
keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran bernafas,
pembengkakan limfonodi; paparan infeksi, dan adanya penyakit sistemik lainnya
seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda
eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa, petechie dan adenopati.
Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam,
timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai
faringitis yang disebabkan oleh Sterptococcus, seorang dokter harus mendengar
adanya suara murmur pada jantung dan mengevaliasi apakah pada pasien terdapat
pembesaran lien dan hepar.
(6)

13

Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak
disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 380 C maka dicurigai adanya
faringitis karena infeksi GABHS.
(6)


Pemeriksaan Laboratorium
Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan
suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk
mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan
dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk
antibiotik.
Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase
sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita
yang lebih dari 10 hari. GABHS rapid antigen detection test merupakan suatu
metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi
indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman
memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang
diperoleh adalah positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika
hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan
follow-up:
Hasil kultur tenggorok negative
Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C dan G
atau jenis bakteri patogen lainnya
(3)

G. Penatalaksanaan
Apabila penyebabnya diduga infeksi virus, pasien cukup diberikan analgetik
dan tablet isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh
bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur dengan air hangat. Penisilin
dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena penisilin telah terbukti,
,aman dan murah harganya. Dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 250 mg,

14

2 atau 3 kali sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari atau 500 mg 2 kali
sehari selama 10 hari. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti dengan
eritromisin.
(6)

H. Komplikasi
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses
peritonsiler. Abses peritonsiler terjadi sebagai komplikasi umum faringitis
terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis, otitis media,
epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien
dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau
adanya paparan baru. Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah infeksi),
poststreptococcal glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler
abses,
Komplikasi infeksi mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain
Barr syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma,
dan karsinoma nasofaring.
(3)


I. Prognosis
Sebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun
sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis.
(3)











15

DAFTAR PUSTAKA


1. Rusmarjono, Soepardi, E.A. Dalam: Supardi, E.A., Iskandar. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Ed ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia. 2001.
2. Vincent, T., Mirian, Celestin,N.,Hussain,N.,Aneela. Pharyngitis.
www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.
3. Kazzi,A.,Antoine, Wills,J. Pharyngitis.
http://www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.
4. Dwiyana, O. Kapita Selekta. Faringitis. Ed. Arif M, Kuspuji T, Rahmi S. Jilid
1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. 2001.
5. http://yosdimromli.blogspot.com/2010/02/faringitis.html )
6. Alan,L.,Bisno. Acute Pharyngitis. http://www.nejm.org.vol 344;3;205-210
7. Hilger PA. Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam: Boeis Buku
Ajar Penyakit THT ed.6. Jakarta: EGC.1994.

You might also like