You are on page 1of 8

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 1966


TENTANG
WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
Presiden Republik Indonesia,
Menimbang: bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpan rahasia kedokteran.
Mengingat:
1.Pasal 5 ayat(2)Undang-Undang Dasar l945;
2.Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1960 No. 131 );
3.Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter (Lembaran Negara
Tahun 1960 No.69);
Mendengar: Presidium Kabinet Dwikora yang disempurnakan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
"PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN".
Pasal 1.
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orangorang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.
Pasal 2.
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal
3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada Peraturan
Pemerintah ini menentukan lain.
Pasal 3.
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a.tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara tahun 1963 No. 79).
b.mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 4
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau
tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 11 Undangundang tentang Tenaga Kesehatan.
Pasal 5.
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut dalam
pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan
wewenang dan kebijaksanaannya.
Pasal 6.
Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar Dewan Pelindung
Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.
Pasal 7.
Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran".
Pasal 8.
Peraturan ini mulai berlaku pada hari diundangkannya. Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Mei 1966. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SUKARNO.
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 Mei 1966. SEKRETARIS NEGARA,
MOHD. ICHSAN.

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH No. 10 TAHUN 1966

TENTANG
WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
UMUM .
Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman dan bebas.
Ia harus dapat menceriterakan dengan hati terbuka segala keluhan yang mengganggunya, baik
yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak *16858 itu berguna
untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai
keadaannya akan disampaikan kepada orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas
kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut. Ini adalah syarat utama untuk
hubungan baik antara dokter dengan penderita. Pada waktu menerima ijazah seorang dokter
bersumpah: "Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan
saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter". Dan sebagai pemangku suatu jabatan ia wajib
merahasiakan apa yang diketahuinya karena jabatannya, menurut pasal 322 KUHP yang
berbunyi: : "Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang ia wajib menyimpan
oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
enam ratus rupiah". "Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang tertentu maka ini
hanya dituntut atas pengaduan orang itu". Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk mereka
yang melakukan perbuatan-perbuatan pelanggaran rahasia kedokteran yang tidak dapat
dipidana menurut pasal 322 KUHP tersebut atau pasal 112 KUHP tentang pengrahasiaan
sesuaatu yang bersifat umum.
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.
Pasal 1.
Dengan kata-kata "segala sesuatu yang diketahui", dimaksud : Segala fakta yang didapat
dalam pemeriksaan penderita, interpretasinya untuk menegakkan diagnose dan melakukan
pengobatan: dari anamnese, pemeriksaan jasmaniah, pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran
dan sebagainya. Juga termasuk fakta yang dikumpulkan oleh pembantu-pembantunya.
Seorang ahli obat dan mereka yang bekerja dalam apotik harus pula merahasiakan obat dan
khasiatnya yang diberikan dokter kepada pasiennya. Merahasiakan resep-dokter adalah
sesuatu yang penting dari etik : pejabat yang bekerja dalam Apotik.
Pasal 2.
Berdasarkan pasal ini orang (selain dari pada tenaga kesehatan) yang dalam pekerjaannya
berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan sisakit, (baik) yang tidak maupun yang
belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban menjunjung tinggi rahasia mengenai
keadaan sisakit. Dengan demikian para mahasiswa kedokteran "kedokteran gigi, ahli farmasi,
ahli laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai, murid para medis dan sebagainya termasuk
dalam golongan yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri Kesehatan dapat menetapkan,
baik secara umum, maupun secara insidentil, orang-orang lain yang wajib menyimpan rahasia

kedokteran, misalnya pegawai tata-usaha pada rumah-rumah sakit dan laboratoriumlaboratorium,


Pasal 3.
Cukup jelas.
Pasal 4.
Berdasarkan pasal 322 KUHP, maka membocorkan rahasia jabatan, dalam hal ini rahasia
kedokteran, adalah suatu tindak pidana yang dituntut atas pengaduan (klachdelict), apabila
kejahatan itu ditujukan pada seseorang tertentu. Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan
dapat bertindak terhadap pembocoran rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu
pengaduan. Sebagai contoh: Seorang pejabat kedokteran berulangkali mengobrolkan di depan
orang banyak tentang keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian ia
merendahkan martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada
penjabat-penjabat kedokteran.
Pasal 5.
Berdasarkan pasal ini Menteri Kesehatan dapat meminta kepada instansi yang bersangkutan
(umpama untuk urusan mahasiswa kepada Departemen P.T.I.P dan sebagainya) agar
mengambil tindakan administratip yang wajar bilamana dilanggar wajib simpan rahasia
kedokteran ini.
Pasal 6.
Menteri Kesehatan membentuk Dewan Pelindung Susila Kedokteran justru untuk mendapat
nasehat dalam soal-soal susila kedokteran.
Pasal 7 dan 8.
Cukup jelas.
http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_10_1966.htm

RAHASIA KEDOKTERAN
Rahasia adalah segala sesuatu yang disembunyian dan hanya diketahui oleh satu orang oleh
beberapa orang atau oleh kalangan tertentu. Biasanya orang tidak akan memberitahukan
rahasia kepada orang lain tanpa suatu alas an. Dalam hubungan dokter dan pasien yang

dilandaskan pada saling mempercayai, maka pasien menceritakan penakit yang dialaminya
tanpa khawatir hal itu akan diketahui oleh orang lain. Dokter yang mengetahui penyakit
pasiennya wajib menyimpan rahasia tersebut dan dilarang membocorkannya.
Salah satu lafal dalam Sumpah Kedokteran berbunyi:
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dank
arena ke ilmuan saya sebagai dokter.
Seorang dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tenteng pasien karena
kepercayaan yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasian meninggal dunia.
Lalu apa yang dimaksud dengan Rahasia Kedokteran itu?
PENGERTIAN
Dalam pasal 1 PP No. 10 Tahun 1966 tentang wajib Simpan Rahasia Kedokteran, yang
dimaksud dengan Rahasia Kedokteran adaklah segala sesuatu yang diketahui oleh orangorang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam lapangan
kedokteran.
YANG WAJIB MENYIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
a. Tenaga Kesehatan menurut pasal 2 UU Tentang Tenaga Kesehatan yaitu Tenaga Kesehatan
Sarjana, seperti : dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain dibidang kesehatan dan Tenga
Kesehatan Sarjana Muda Menengah dan Rendah, seperti : asisten apoteker, bidan perawat,
nutrisionis, dan lain lain
b. Mahasiswa Kedokteran, muid yang bertugas dazlamlapanan pemerksaan, penobatan dan
atau perawatan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
RAHASIA PEKERAjAN DAN RAHASIA JABATAN DOKTER
RAHASIA PEKERJAAN DOKTER
Adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan sumpah atau janji
yang diucapkan setelah menyelesaikan pendidikannya.
Contoh : dalam lafal Sumpah Dokter
Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya dank arena ke ilmuan saya sebagai dokter.
RAHASIA JABATAN DOKTER
Adalah rahasia dokter sebagai pjabat structural, missal sebagai pegawai negeri sipil. Contoh :
dalam lafal sumpahpegawai negeri
Saya akan meegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya
rahasiakan.
SANKSI HUKUM
- Pasal 322 KUHP
1. Barangsiapa denagn sengaja membuka suatu rahasia, yangmenurut jabatan atau
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu ia diwajibkan untuk menyimpannya,
dihukum dengan pidana perkara paling lama Sembilan bulan atau denda paling banyak
Sembilan ribu rupiah.
2. Jika kejahatan iu dilakukan terhadap seorang yang tertentu, maka perbuatan itu hanya
dituntut atas pengaduan orang tersebut.
- Pasal 1365 KUH Perdata
- Setiap perbuatan melanggar hokum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain,

mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.
DAPATKAH RAHASIA KEDOKTERAN DIBUKA
Rahasia kedokteran tidak bersifat absolut sehingga dapat dibuka dengan beberapa kondisi,
yaitu
1. KARENA DAYA PAKSA
Diatur dalam pasal 48 KUHP :
Barangsiapa melakukan suatu perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dapat dipidana.
2. KARENA MENJALANKAN PERINTAH UU
Diatur dalam pasal 50 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksana ketentuan undang-undang, tidak
dipidana.
3. KARENA MENJALANKANPERINTAH JABATAN
Diatur dalam pasal 51 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh
pengusaha yang wenang, tidak dipidana.
Jadi Rahasia Kedokteran dapat dibuka, jika :
1. Untukkepentingan umum yang lebih tinggi
2. Ada ijin pasien
http://fk.uwks.ac.id/elib/modules.php?name=Forums&file=viewtopic&t=54&view=next

INFORMED CONSENT

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual


Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah persetujuan
tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no
585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan
dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /
paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.
Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak
membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.
Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat
digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.
Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan
adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara
pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.
Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan tindakan
kedokteran :
a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan
melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 /
Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 ).

Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan


tindakan kedokteran adalah:

1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak untuk
menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi dirinya.
Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.
Tujuan Informed Consent:
a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,
karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada
melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )
Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan
melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).
Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan tindakan
kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum
dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan
secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).
http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/informed-consent-t143.htm

You might also like