You are on page 1of 2

BAU DAN WARNA (ORGANLEPTIS)

A. Warna
Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna
kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine;
urin encer hamper tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Dari 30 sampel urin yang diperiksa diperoleh hasil bahwa 10 sampel berwarna kuning, 19
berwarna kuning jernih dan 1 orang berwarna kuning pekat. Untuk urin yang berwarna
kuning jernih maupun kuning merupakan warna urin yang baik. Sedangkan untuk warna urin
yang kuning pekat menunjukkan adanya kelainan yang mengindikasikan kemungkinan
adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau
eritrosit dalam tubuh dan konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin.
Pasien yang memiliki sampel urin berwarna pekat memiliki pola minum yaitu volume
minum rata-rata mingguannya hanya 7392,5 ml sedangkan volume rata-rata minum
hariannya hanya 1056,7 ml. Dari volume minum tersebut memang sangat sedikit dari jumlah
konsumsi cairan perhari yang diharuskan oleh The European Food Safety Authority yaitu 1,6
L cairan/hari untuk wanita. Sehingga diperkirakan warna urin yang pekat dikarenakan
kurangnya minum dari pasien tersebut. Selain itu sebelum pengambilan urin juga pasien
sedang mengonsumsi obat anti bakteri, anti jamur dan anti diare, sehingga adanya
kemungkinan dari obat-obatan tersebutlah yang mebuat warna urin pekat.

B. Bau
Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa disebut
berbau pesing. Bau pada urin disebakan oleh adanya asam-asam yang mudah menguap.
Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan
ureum. Aseton memberikan bau manis, sedangkan adanya kuman memberikan bau busuk
pada urine.
Dari 30 sampel yang diperiksa hanya 1 saja yang berbau pesing (sangat kuat). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi bau urin tersebut, antara lain karena urin diperiksa 4 jam
setelah pengambilan, sehingga menimbulkan bau yang menyengat dari ammonia (kandungan
urin). Selain itu faktor lainnya adalah kurangnya minum dari pasien tersebut. Volume minum
rata-rata mingguan pasien hanya 9215 ml sedangkan volume minum rata-rata hariannya
hanya 1316,43 ml. Volume minum tersebut sangat jauh dari volume minum harian yang
diharuskan oleh The European Food Safety Authority yaitu 2 L cairan/hari untuk pria.
Jadi kurang minum air menyebabkan kadar air dalam urin berkurang dan meningkatkan
konsentrasi, warna dan bau pada urin. Sehingga kandungan amonia meningkat dan
menyebabkan bau pesing.

Berdasarkan pemeriksaan parameter warna dan bau dapat disimpulkan bahwa pasien yang
memiliki pola minum yang sedikit bisa menyebabkan warna urin menjadi pekat dan berbau
pesing. Sehingga disarankan agar pasien mengonsumsi cairan lebih banyak sesuai yang telah
diharuskan oleh The European Food Safety Authorithy.

SPECIFIC GRAVITY (SG) ATAU BERAT JENIS
Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan keadaan faal pemekatan yang dilakukan
oleh ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu urometer, refraktometer,
gravimetri, falling drop dan strip test urine. Berat jenis urin pada orang normal antara 1,003-
1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah
berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis
bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009
dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan
ginjal yang menahun. Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara
dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria,
dan diabetes mellitus.
Dari 30 sampel yang diperiksa menggunakan dipstik tes ada 2 sampel yang memiliki SG
1,005, 7 sampel memiliki SG 1,010, 8 smpel memiliki SG 1,015, dan 13 sampel memiliki SG
1,020. Dari hasil ini berat jenis semua sampel masih masuk kedalam batas normal. Tetapi
yang nilai SG <1,009 termasuk berat jenis yang rendah, hal ini bisa jadi karena adanya intake
cairan 1 jam sebelum pengambilan urin.
Jadi dapat disimpulkan dari semua sampel pasien yang diperiksa memiliki berat jenis urin
yang normal. Sehingga dari pola minum tersebut tidak menunjukkan adanya pengaruh
terhadap kerusakan organ dari uji parameter berat jenis.

pH
pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH hendaknya segera
dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis
(karena perubahan ureum menjadi amonia).
Semua sampel yang diperiksa menunjukkan kadar pH antara 5-7 yang menandakan bahwa
pH sampel pasien yang diperiksa berada dibatas normal. Tetapi karena pemeriksaaan urin
dilakukan 4 jam setelah pengambilan sehingga kemungkinan urin menjadi alkalis (ureum
berubah menjadi amonia) dan menjadi lebih basa.
Jadi dari pemeriksaan sampel urin berdasarkan parameter kurang menunjukkan hasil yang
tepat karena diperiksa 4 jam setelah pengambilan urin. Tetapi meskipun pH berubah menjadi
lebih basah diperkirakan pH urin pada masih segar juga masih tetap berada dalan rentang pH
normal. Sehingga dari pola minum dan variasi minum pasien tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap pH urin

You might also like